Anda di halaman 1dari 2

Kenapa ilmu matematika menggunakan cara berpikir deduktif ?

kenapa tidak
menggunakan cara berpikir induktif ? padahal kalau ilmu itu berasal dari cara berpikir
induktif ?

Berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premispremis yang kebenarannya telah ditentukan. Secara deduktif matematika menemukan
pengetahuan yang baru berdasarkan premis tertentu. Pengetahuan yang ditemukan ini
sebenarnya hanyalah merupakan konsekuensi dari pernyataan ilmiah yang telah kita temukan
sebelumnya. Dari beberapa premis yang telah kita ketahui kebenarannya dapat ditemukan
pengetahuan lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.
Kesimpulan dalam berpikir deduktif merupakan hal yang pasti, tapi tidak berlaku dalam
kesimpulan yang ditarik secara induktif, meskipun premis yang dipakainya adalah benar dan
penalaran induknya adalah sah, namun kesimpulannya mungkin saja salah.
Pembelajaran matematika dengan fokus pada pemahaman konsep, penalaran, komunikasi,
dan pemecahan masalah dapat diawali menggunakan pola pikir induktif melalui pengalamanpengalaman khusus yang dialami seseorang, seseorang tersebut dapat mengemukakan contohcontoh atau beberapa fakta yang diamati lalu membuat daftar sifat-sifat atau ciri-ciri yang
muncul, memperkirakan hasil yang mungkin dan kemudian seseorang tersebut akan menyusun
kesimpulan dengan mengeneralisasikan hal-hal yang ditemukannya tersebut secara deduktif.
Pendekatan induktif melibatkan aktivitas mengumpulkan dan menafsirkan maklumatmaklumat, kemudian membuat generalisasi atau kesimpulannya. Dalam membuat generalisasi
atau kesimpulan ini menggunakan cara berpikir deduktif.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan untuk melakukan
pengukuran secara kuantitatif, yaitu menggunakan cara berpikir deduktif. Dengan bahasa
verbal bila membandingkan dua obyek yang berlainan umpamanya gajah dan semut maka kita
hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut tapi tidak dapat mengetahui secara eksak
berapa besar gajah bila dibandingkan dengan semut, itu dikarenakan bahasa verbal tidak dapat
mengatakan apa-apa. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat
kualitatif termasuk penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh ilmu. Penjelasan dan ramalan

yang diberikan oleh bahasa verbal tidak bersifat eksak, menyebabkan daya prediktif dan
kontrol ilmu kurang cermat dan tepat.
Oleh karena itu, matematika mengembangkan konsep pengukuran. Misalnya, untuk
mengetahui berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahan panjangnya jika
dipanaskan, maka pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti sebatang
logam kalau dipanaskan akan memanjang dapat diganti dengan pernyataan matematik yang
lebih eksak seperti :
P1 = P0 (1+t)
Dimana P1 merupakan panjang logam pada temperatur t, P0 merupakan panjang logam tersebut
pada temperature nol dan merupakan koefisien pemuai logam tersebut.
Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu
memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah
secara lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan
dari tahap kualitatif (cara berpikir induktif) ke kuantitatif (cara berpikir deduktif).

Anda mungkin juga menyukai