Makalah 3 Ukuran Pemusatan
Makalah 3 Ukuran Pemusatan
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......................................................................................2
B. DASAR TEORI
1. Frekuensi................................................................................................3
2. Panjang Kelas Interval...........................................................................3
C. ISI DAN PEMBAHASAN
1. Pengertian Nilai Rata-rata......................................................................4
2. Ukuran Rata-rata dan Macamnya..........................................................5
2.1.
Nilai Rata-rata
Hitung............................ ...................................6
2.2.
Nilai Rata-rata Pertengahan
(Median).....................................17
Nilai Rata-rata
2.3.
Ukur.................................................................26
Nilai Rata-rata
2.4.
Harmonis.........................................................28
3. Modus.................................................................................................
.30
4. Hubungan Antara Mean-Median dan
Modus......................................32
5. Quartil,Desil,Persentil........................................................................
.33
D. PENUTUP
a. Kesimpulan..........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................39
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Agar penyajian kumpulan data lebih mudah dipahami,statistika
menyediakan metode penyusunan data dalam bentuk distribusi
frekuensi,tapi distribusi frekuensi yang terbentuk masih mengandung
banyak elemen. Padahal informasi yang kita dapatkan dari data akan
lebih mudah dipahami agar dapat diwakili oleh satu nilai saja.Untuk itu
diperlukan nilai yang dapat mewakili data yang terkumpul (dapat
menggambarkan tendensi lokasi himpunan data).
Data kuantitatif yang diperoleh dari lapangan, nilainya tidak selalu sama
melainkan bervariasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Oleh
karena itu, perlu diketahui bahwa disekitar mana angka-angka itu
mempunyai kecenderungan untuk memusat pada nilai tertentu yang
disebebut nilai pusat. Nilai tersebut berupa nilai tunggal yang cukup
representatif bagi keseluruhan nilai dalam data bersangkutan. Disebut
nilai pusat karena pada umumnya berlokasi di bagian tengah atau pusat
dari suatu distribusi.Dalam statistika dikenal beberapa macam ukuran
nilai pusat. Yang paling banyak digunakan adalah rata-rata hitung
(Arithmatic mean),Median,Modus,Rata-rata tertimbang,rata-rata ukur,dan
lain-lain.
B. DASAR TEORI
1. Pengertian Frekuensi
Kata frekuensi yang dalam bahasa Inggrisnya adalah frequency berarti:
kekerapan,keseringan,
frekuensi
ataujarang-kerapnya.
mengandung
pengertian:
Angka
Dalam
(bilangan)
statistik
yang
Mengingat bahwa selain Median, yang dalam Statistik disamping dikena sebagai
Ukuran Rata-rata Pertengahan juga dikenal sebagai Ukuran Rata-rata Letak
terdapat pula ukuran lain yang dapat dimasukkan dalam kelompok Ukuran Ratarata Letak, yaitu: Quartile, Decile, dan Percentile, yang batasan atau
pengertiannya lebih lanjut akan dikemukakan dibelakang.
Oleh sebab itu, setelah selesai pembicaraan mengenai mean, Median dan Modus,
akan dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai Quartile, Decile, dan Percentile,
sebab ketiga macam ukuran yang disebutkan terakhir ini, dlam dunia Statistik
Pendidikan, cukup memiliki kegunaan dan arti yang penting.
2.1. Nilai Rata-rata Hitung (Mean)
Menurut Sudijono, Anas (2008:79), seperti telah dikemukakan terdahulu, dalam
bahasa Inggris Nilai Rata-rata Hitung dikenal dengan istilah Arithmetic Mean,
atau sering disingkat dengan Mean saja.umtuk ringkas kata, dalam buku ini istilah
yang akan dipakai pada dasarnya adalah Mean.
Sebagai salah satu ukuran terdensi pusat, Mean dikenal sebagai ukuran yang
menduduki tempat terpenting jika dibandingkan dengan ukuran terdensi pusat
lainnya. Dalam kegiatan penelitian ilmiah yang menggunakan statistic sebagai
metode analisis data, Mean dapat dikatakan hamper selalu dipergunakan atau
dihitung. Dalam kehidupan sehari-hari pun, dengan sadar atau tidak, sebenarnya
kebanyakan orang telah menggunakan sebagai salah satu ukuran. Apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan Mean itu?
a. Pengertian Mean
Menurut Sudijono, Anas (2008:79), secara singkat pengertian tentang Mean dapat
dikemukakan sebagai berikut: Mean dari sekelompok (sederetan) angka
(bilangan) adalah jumlah dari keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi
dengan kebanyakan angka (bilangan) tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan contoh sebagai berikut: Misalnya
seorang Siswa Madrasah Aliyah memiliki nilai hasil ulangan dalam bidang studi
Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam berturut-turut: 8, 9, 7, 4, 6,
dan 5. Untuk memperolah Mean nilai hasil ulangan tersebut, keenam butir nilai
yang ada itu kita jumlahkan, lalun kita bagi dengan banyaknya nilai tersebut,
yaitu: (8 + 9 + 7 + 4 + 6 + 5) : 6 atau
8+9+7+ 4+ 6+5
6
= 6,50
X5
dan
X6
X1
X2
X3
X 1+ X 2 + X 3 + X 4 + X 5 + X 6
N
X
N
Inilah rumus umum atau rumus dasar untuk mencari atau menghitung Mean.
Sudijono, Anas (2008:76).
b. Cara Mencari Mean
Menurut Sudijono, Anas (2008:81), mencari Mean dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara; tergantung dari data yang akan dicari Mean nya itu; apakah
Data Tunggal ataukah Data Kelompokkan.
1) Cara mencari Mean untuk Data Tunggal
Ada dua macam cara yang dapat digunakan untuk mencari Mean dari Data
Tunggal (data yang tidak dikelompokkan), yaitu: (1) Cara mencari Mean
dari Data Tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu, dan (2) Cara
Mencari Mean dari Data Tunggal di mana sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari satu.
Keterangan :
Mx
X
N
TABEL 3.1. Perhitungan Mean Nilai Hasil Ulangan Harian dalam Bidang Studi
Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Baha Inggris, IPS,
IPA
X
9
8
7
6
5
4
39 =
peroleh:
f
1
1
1
1
1
1
6=N
X
Mx
X
N
39
6
= 6,50
b) Cara Mencari Mean Data Tunggal yang Sebagian atau Seluruh Skornya
Berfrekuensi Lebih dari Satu.
(1) Rumus yang digunakan
Karena Data Tunggal yang akan kita hitung Mean nya baik sebagian
atau seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu, maka rumus untuk
mencari
Mean
seperti
yang
telah
dikemukakan
diatas
perlu
Mx
keterangan :
X
N
= Number of Cases
TABEL 3.2. Nilai Hasil EBTA Bidang studi Matematika, dari Sejumlah
100 Orang Siswa Kelas Terakhir PGA Negeri
Nilai (X)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
Frekuensi (f)
1
2
4
20
35
22
11
4
1
Total
100 = N
Yang terdiri dari tiga kolom. Pada kolom 1 kita muat nilai hasil EBTA
yang akan kita cari Mean nya, kolom 2 memuat frekuensi masing-masing
nilai hasil EBTA tersebut, sedangkan pada kolom 3
perkalian tiap-tiap skor (nilai) yang ada dengan frekuensinya masingmasing. Perhatikan Tabel 3.3.
TABEL. 3.3. Tabel Perhitungn untuk Mencari Mean Nilai Hasil EBTA
Bidang Studi Matematika, yang diikuti oleh 100 Orang Siswa Kelas
Terakhir PGA Negeri
X
10
9
8
7
6
5
4
3
2
f
1
2
4
20
35
22
11
4
1
fX
10
18
32
140
210
110
44
12
2
Total
100 = N
578 =
fX
fX = 578, sedangkan N
telah kita ketahui = 100. Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan
Mx
Maka:
X
N
578
100
= 5,780 atau
5,78
2) Cara Mencari Mean untuk Data Kelompokkan
Untuk Data Kelompokkan Mean dapat diperoeh dengan menggunakan dua
metode, yaitu Metode Panjang dan Metode Singkat.
a) Mencari Mean Data Kelompokkan dengan Menggunakan Metode
Panjang
Pada perhitungan Mean yang menggunakan metode panjang, semua
kelompokkan data (interval) yang ada terlebih dahulu dicari Nilai Tengah
atau Midpoint-Nya. Setelah itu, tiap Midpoint diperkalikan dengan
frekuensi yang dimiliki oleh masing-masing interval yang bersangkutan.
(1) Rumus yang digunakan
Rumua Mean dengan Metode Panjang adalah sebagai berikut:
Mx
fX
N
Keterangan :
Mx
fX
= Number of Cases
orang
calon,
diperolehNilai
Hasil
Tes
Bidang
Studi
fX
d) Menghitung Mean nya dengan rumus: M x = N
TABEL 3.4. Nilai Hasil Tes Seleksi Bidang Studi Matematika dari sejumlah 800
orang calon yang mengikuti tes seleksi penerimaan calon siswa pada sebuah SMA
swasta
Interval Nilai
75 79
70 74
65 69
60 64
55 59
50 54
45 49
40 44
35 39
30 34
Total :
f
8
16
32
160
240
176
88
40
2
8
800 = N
TABEL 3.5. Perhitungan Mean Data yang tertera Pada Tabel 3.4.
Dengan Menggunakan Metode Panjang
Interval Nilai
75 79
70 74
65 69
60 64
55 59
50 54
45 49
40 44
35 39
30 34
Total :
f
8
16
32
160
240
176
88
40
2
8
800 = N
X
77
72
67
62
57
52
47
42
37
32
-
fX
N
43920
800
= 54,90
Seperti dapat kita amati dan rasakn, maka dalam proses perhitungan untuk
mencari Mean Data Kelompokkan dengan menggunakan Metode Panjang,
kita bekerja dengan bilangan yang cukup besar. Karena itu jika dalam
perhitungan kita tidak dibantu oleh mesin hitung atau kalkulator, amak di
samping sangat diperlukan ketelitian, risiko kesalahan yang kita hadapipun
cukup besar. Itulah sebabnya para ahli statistic mengemukakan cara lain
43
yang lebih praktis, dalam arti: perhitungan dapat dilakukan dengan lebih
cepat dan mudah, dengan risiko kesalahan yang kecil.
b) Mencari Mean data Kelompokkan dengan Menggunakan Metode
Singkat
(1) Rumus yang digunakan
Jika dalam penghitungan mean digunakan metode, maka rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
f x'
'
Mx
= M +i( N )
Mx
= Mean
M'
f x'
= Number of Cases
'
M ). Dalam menetapkan
'
(a) Memilih satu Midpoint di antara Midpoint yang ada dalam tabel
Distribusi Frekuensi, yaitu Midpoint dari interval niali yang memiliki
frekuensi tertinggi (terbesar). Seperti dapat kita lihat pada Tabel 3.6,
interval nilai yang memiliki frekuensi tertinggi adalah interval 55 59
degan frekuensi = 240. Dengan demikian, Midpoint yang kita pilih
'
sebagai Mean Terkaan ( M ) dalah 57
TABEL 3.6. perhitungan Mean Data yang Disajikan Pada Tabel 3.4.
dengan menggunakan Metode Singkat
Interval Nilai
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
79
74
69
64
59
54
49
44
39
34
x'
8
16
32
160
240
176
88
40
2
8
77
72
67
62
57
52
47
42
37
32
+4
+3
+2
+1
0
1
2
3
4
5
+ 32
+ 48
+ 64
+ 160
0
176
176
120
128
40
800 = N
- 336 =
f x
'
f X
'
(b) Cara lain ialah, dengan memilih satu diantara midpoint yang adapada
tabel distribusi frekuensi, yang terletak di tengah-tengah deretan
ingterval nilai dalam tabel ditribusi frejuensi tersebut. Karena
banyaknya deretan ingterval dalam Tabel 3.6 itu ada 12 baris, maka
mispoint yang dapat kita pilih sebagai mean Terkaan adalah midpoint
nomor ke (12 : 2, atau no ke-6 , baik nomor ke-6 dari bawah atau
nomor ke-6 dari atas. Jika yang kita pilih badalah midpoint nomor ke6 dari bawah, maka Mean Terkaan kita adalah = 57. Apabila yang kita
sebagai Mean terkaaan adalah midpoint nomor ke-6 dari tas, maka
Mean Terkaan kita itu adalah 52.
sendiri).
f x' )
N
Mx
= Mean
= Kelas Interval
= Number of Cases
57
336
)
800
1680
=54,90
800
Dengan rumus atau metode singkat ternyata Mean yang kita peroleh
adalah persis sama dengan Mean yang kita peroleh dengan menggunakan
metode panjang, yaitu: M = 54,90.
Dapat kita amati dan kita rasakan bahwa dengan menggunakan metode
singkat, perhitungan dapat berjalan dengan cepat, resiko kesalahan hitung
dapat ditekan seminimal mungkin (sebab di sini kita tidak berhadapan
dengan bilangan yang besar), sedangkan hasilnya sama persis.
c.
Penggunaan Mean
Menurut Sudijono, Anas (2008:91), sebagai salah satu Ukuran Rata-rata,
Mean kita gunakan apabila kita berhadapan dengan kenyataan seperti
dikemukakan berikut ini :
1) Bahwa data statistik yang kita hadapi merupakan data yang distribusi
frekuensinya bersifat normal atau simetris; setidak-tidaknya mendekati
normal. Jadi, apabila data ststistik yang kita hadapi bersifat asimetris,
maka untuk mencari Nilai Rata-rata data yang demikian itu hendaknya
jangan menggunakan Mean, sebab Nilai Rata-rata yang diperoleh
nantinya akan jauh menyimpang dedari kenyataan yang sebenarnya.
2) Bahwa dalam kegiatan analisis data, kita menghendaki kadar
kemantapan atau kadar kepercayaan setinggi mungkin. seperti dapat
kita amati pada perhitungan Mean yang telah dikemukakan contohnya,
maka Mean yang kita peroleh adalah hasil dari perhitungan yang
dilakukan terhadap semua angka, tanpa kecuali; karena itu, sebagai
ukuran rata-rata, Mean cukup dapat diandalkan, atau memilik
reliabilitas yang tinggi.
3) Bahwa dalam menganalisis data selanjutnya, terhadap dat yang sedang
kita hadapi atau kita teliti itu, akan kita kenai ukuran-ukuran statistik
selain Mean, misalnya: deviasi rata-rata, deviasi standar, korelasi dan
sebagainya, seperti akan dikemukakan dalam pembicaraan pada babbab berikutnya nanti.
2.2.
b.
1)
9 1 = 2n
n=4
dengan demikian nilai yang merupakan nilai rata-rata pertengahan
atau median dari nilai hasil ujian lisan tersebut adalah nilai
( bilangan) yang ke- ( 4 + 1 ) atau bilangan ke-5, yaitu nilai 60.
(ii)
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Karena N = 10 (merupakan bilangan bulat), sedang rumus untuk
bilangan bulat adalah : N = 2n, maka : 10 = 2n , n = 5
Jadi Median atau Nilai Rata-rata Pertengahan dari tinggi badan 10
orang peserta tes seleksi Calon Penerbang itu terletak antara bilangan
ke-5 dann ke (5+1), atau antara bilaangan ke-5 dan ke-6. Dalam
deretan angka-angka di atas, bilangan ke-5 adalah 165, sedang
bilangan ke-6 adalah 166.
Jadi Mdn =
165+166
2
= 165,50
Jika kedua data yang telah dijadikan contoh di atas kita tuangkan
dalam bentuk Tabel Distribusi Frekuensi dan kemudian kita cari
mediannya, lkeadaannya adalah sebagai berikut:
Median Nilai Hasil Ujian Lisan dari 9 orang mahasiswa
X
80
75
70
65
60
55
50
40
30
Total
F
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9=N
Bil. ke-9
Bil. ke-8
Bil. ke-7
Bil. ke-6
Median
Bil. ke-4
Bil. ke-3
Bil. ke-2
Bil. ke-1
Median Tinggi Badan 10 orang calon yang mengikuti Tes Calon Penerbang
X
170
169
168
167
166
165
164
163
162
F
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
161
Total
10 = N
Bil.
Bil.
Bil.
Bil.
Bil.
ke-10
ke- 9
ke- 8
ke- 7
ke- 6
Bil.
Bil.
Bil.
Bil.
kekekeke-
5
4
3
2
Bil.
ke- 1
Mdn =
165+166
2
b)
= 165,50
1
1
N fk b
N fk a
2
2
Mdn = L + (
) atau : Mdn = u - (
)
fi
fi
Mdn = Median
L = lower limit (Batas Bawah Nyata dari skor yang mengandung
Median)
fkb = frekuensi kumuulatif yang terletak di bawah skor yang
mengandung median.
fi = frekuensi asli (frekuensi dari skor yang mengandung median).
N = Number of Cases
u = Upper limit (batas atas nyata dari skor yang mengandung
median).
fka = frekkuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang
mengandung median.
Sudijono, Anas (2008:97).
Contoh : skor berikut ini menunjukkan usia 50 orang guru agama
islam yang bertugas pada sekolah dasar negri di suatu kecamatan
26 28 27 24 31 27 25 28 26 30
29 27 26 30 25 23 31 28 26 27
31 24 27 29 27 30 28 26 29 25
23 29 27 26 28 25 27 28 30 25
24 29 31 27 26 28 27 26 27 27
Untuk mencari median dari data semacam ini, terlebih dahulu kita
siapkan tabel Distribusi Frekuensinya, terdiri dari 5 kolom. Kolom
1 : skor usia, kolom 2 : tanda atau jari, kolom 3 : frekuensi, kolom
4 : frekuensi kumulatif yang dihitung dari bawah, dan kolom 5 :
frekuensi kumulatif yang dihitung dari atas.
Setelah tabel Distribusi Frekuensinya kita selesaikan pembuatanya, maka langkah
berikutnya secara berturut-turut adalah:
1. Pertama-tama data kita bagi menjadi 2 bagian yang sama besar, yaitu masingmasing sebesar 1/2N; pada pertengahan distribusi data itulah terletak median yang
kita cari
Karena N = 50 maka 1/2N = 25 (25 orang guru agama islam). Perhatian kita
arahkan pada kolom 4 Tabel 3.7. Titik pertengahan data sebesar 25 itu terkandung
pada frekuensi kumulatif 30. dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa nilai
pertengahan usia guru agama islam itu terletak pada skor 27, atau skor yang
mengandung median adalah skor 27.
2. Karena skor yang mengandung median adalah skor 27, maka dengan mudah
dan cepat dapat kita ketahui:
a. lower limitnya, yaitu : 27-0,50 = 26,50; jadi L = 26,50
b. frekuensi aslinya ( fi) =12
c. frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median (fkb)
yaitu = 18
3. dengan diketahui L , fi, dan fkb maka dengan mensubstitusikannya ke dalam
rumus pertama, dapat kita peroleh mediannya:
1
N fk b
2518
2
Mdn = L + (
) = 26,50 + (
) = 26,50 +
12
fi
7
12
= 26,50 +
Tanda/ Jari-jari
////
////
/////
///// //
///// ///// //
///// ///
/////
///
//
F
4
4
5
7
12
8
5
3
2
50 = N
fkb
50 =N
46
42
37
30
18
10
5
2
-
Fka
4
8
13
20
32
40
45
48
50 = N
-
Selanjutnya kita gunakan rumus yang kedua untuk mencari Median dari
data di atas. Perhatian kita arahkan kepada kolom 5 Tabel 3.7.
1. titik pertengahan data terletak pada 1/2N yaitu 1/2 x 50 = 25. Dalam frekuensi
kumulatif yang dihitung dari atas (fka), titik pertengahan data sebesar 25 itu
terkandung pada fkb sebesar 32. Dengan demikian dapat kita ketahui skor yang
mengandung median, yaitu skor 27.
2. Karena skor yang mengandung Median adalah 27, maka dengan mudah dapat
kita ketahui:
a. batas atas nyata dari skor yang mengandung median yaitu: 27 + 0,50 = 27,50;
atau : u = 27,50.
b. frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median (fka)
adalah 20; jadi fka = 20.
c. frekuensi aslinya, atau frekuensi dari skor yang mengandung median adalah =
12; jadi fi = 12.
3. Dengan diketahuinya: u, fi, dan fkb, maka dengan mensubstitusikannya ke
dalam rumus kedua, dapat diperoleh mediannya:
1
N fk a
2520
2
Mdn = u - (
) = 27,50 - (
) = 27,50 +
12
fi
5
12
= 27,50 -
Fkb
Fka
6
24
25
15
10
6
5
4
3
2
100 = N
100 = N
94
70
45
30
20
14
9
5
2
-
6
30
55
70
80
86
91
95
98
100 = N
-
5
25
54,50 + 1 = 55,50
(b) Perhitungan Median untuk Data Kelompokan dengan Rumus Kedua.
diketahui : N = 100, 1/2N = 50
kelas median 55-59
x5=
u = 59,50
fi = 25
fka = 30
i=5
1
N fk a
5030
2
Mdn = u - (
) X i = 59,50 (
) x 5 = 59,50 25
fi
100
25
U= x 1 . x 2 . x 3 xn
3 2 x 4 x 8 = 4
log U=
log xi
n
Yakni logaritma rata-rata ukur U sama dengan jumlah logaritma tiap data
dibagi oleh banyak data. Rata-rata ukur U akan didapat dengan jalan
mencari kembali logaritmanya.
Contoh : sekedar menunjukkan penggunaan Rumus IV (7), kita ambil x1 =
2, x2 = 4, dan x3 = 8.
Maka log 2 = 0,3010; log 4 = 0,6021 dan log 8 = 0,9031.
Log U =
Log U =
= 0,6021
IV (8). . . . . . . . . .
dengan
Pt =P 0 1+
X
100
P0 =
Pt =
keadaan akhir
100
78=60
1+
Maka didapat
x
100
Atau
Atau
Menghasilkan
(1 +
x
100 ) = 1,0267
x
100 )
x = 2,67
xi
fi log
Fi
(2)
1
2
5
15
25
20
12
Xi
(3)
35,5
45,5
55,5
65,5
75,5
85,5
95,5
Log xi
(4)
1,5502
1,6580
1,7443
1,8162
1,8779
1,9320
1,9800
Fi log xi
(5)
1,5502
3,3160
8,7215
27,2430
46,9475
38,6400
23,7600
Jumlah
80
150,1782
Kolom (3) adalah tanda kelas, kolom (4) merupakan logaritma dari kolom
(3) dan kolom (5) menyatakan hasil kali antara kolom (2) dan kolom (4).
Didapat
Log U =
150,1782
80
dan
fi=80
= 1,8772
X1
X2
, .,
Xn
sejumlah n, rata-rata
1
Xi
n
n
X1
i=1
Xi /
i=1
Yi
i=1
Y i=v
Xi
i =1
k
Yi
v ri
=
i=1
kv
i=1
ri
i=1 = r
k
, maka
ri
X i=v
Y i=r i v
. Alhasil
X i=u
Y i=X i /r i
dan semua
menjadi
k
Xi
i =1
k
ku
Yi
1
ri
i=1
i=1
k
k
r1
i=1
( )
atau
n
wi
r h=
i=1
n
wi X
i=1
Dimana
w i=
timbangan
3. Modus (Mode)
a. Pengertian Modus
Menurut Sudijono, Anas (2008:105), modus umunya dilambangkan dengan Mo.
Modus tidak lain adalah suatu skor atau nilai yang mempunyai frekuensi paling
banyak; dengan kata lain, skor atau nilai yang memiliki frekuensi maksimal dalam
distribusi data.
b. Cara Mencari Modus
1) Cara Mencari Modus untuk Data Tunggal
Mencari modus untuk data tunggal dapat dilakukan dengan mudah dan cepat;
yaitu hanya dengan memeriksa (mencari) mana di antara skor yang ada, yang
memiliki frekuensi terbanyak. Skor atau nilai yang memiliki frekuensi terbanyak
itulah yang kita sebut Modus.
Contoh: Misalkan data tentang data 50 orang Guru Matematika yang tercantum
pada tabel 3.7 dapat kita cari Modusnya sebagai berikut:
Tabel3.9. Tabel Distribusi Frekuensi untuk Mencari Modus dari Data yang Tertera
Pada Tabel 3.7.
Usia (x)
31
30
29
28
Mo (27)
26
25
24
23
Total
f
4
4
5
7
(12)= f maksimal
8
5
3
2
50=N
Modus untuk data di atas adalah usia 27 tahun. Mengapa demikian? Sebab dari
sejumlah 50 orang Guru Matematika tersebut, yang paling banyak adalah berusia
27 tahun.
2) Cara Mencari Modus untuk Data Kelompok
Untuk mencari Modus dari Data Kelompok, digunakan rumus sebagai berikut:
fa
fb
Mo = L + ( f a +fb )Xi atau : Mo = u - ( f a +fb )Xi
Mo = Modus
L = lower limit (Batas Bawah Nyata dari interval yang mengandung modus).
fa = frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung Modus.
fb = frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung Modus.
u = upper limit (Batas Atas Nyata dari Interval yang mengandung Modus).
i = interval class (kelas interval)
Menurut Sudijono, Anas (2008:107).
Contoh : Nilai yang berhasil dicapai oleh 40 orang mahasiswa dalam mata kuliah
Ilmu Perbandingan Agama adalah sebagai berikut:
TABEL 3.10. Nilai Hasil Ujian Semester Mata Kuliah Ilmu Perbandingan Agama
dari 40 Orang Mahasiswa
Dari Tabel
interval nilai
adalah
interval nilai
frekuensi
diketahuinya
Modus, maka
ketahui:
upper
dan fb = 5.
Interval Nilai :
85-89
80-84
75-79
70-74
65-69
(60-64)
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
Total
F
2
2
3
4
5----fa
(10) ---fmax
5----fb
4
3
2
1
40 = N
25
10
= 64,50 2,50 =
62 (hasilnya sama).
C. Penggunaan Modus
Mencari Modus kita lakukan apabila kita berhadapan dengan kenyataan sebagai
berikut:
1) Kita ingin memperoleh nilai yang menunjukkan aturan rata-rata dalam waktu
yang paling singkat.
2) Dalam mencari nilai yang menunjukkan ukuran rata-rata itu kita meniadakan
faktor ketelitian, artinya: ukuran rata-rata itu kita kehendaki hanya bersifat kasar
saja.
3) Dari data yang sedang kita teliti (kita cari Modusya) kita hanya ingin
mengetahui ciri khasnya saja.
4. Saling Hubungan Antara Mean-Median dan Modus
Menurut Sudijono, Anas (2008:109), dalam keadaan khusus , yaitu dalam keadaan
distribusi frekuensi data yang kita selidiki bersifat normal (simetris), maka akan
kita temui keadaan sebagai berikut:
a. Mean=Median=Modus
b. Modus=3 Median 2 Mean.
Perhatikanlah contoh berikut ini:
Interval
Nilai
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
Total
Fx
fkb
fka
2
4
9
10
14
10
9
4
2
64 = N
72
67
62
57
(52)M1
47
42
37
32
-
+4
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
-4
-
+8
+ 12
+ 18
+ 10
0
+ 10
+ 18
+ 12
+8
0=
64 = N
62
58
49
39
25
15
6
2
-
2
6
15
25
39
49
58
62
64 = N
-
fx '
Dengan memperhatikan distribusi frekuensi dari data yang disajikan di atas ini
kita tahu bahhwa data tersebut di atas memiliki distribusi frekuensi yang bersifat
simetris. Jika data tersebut kita hitung Mean, Median dan Modusnya, maka baik
Mean, Median maupun Modus akan berada pada satu titik, dengan kata lain:
Mean = Median = Modus.
M = M + i (
fx '
N
0
) = 52 + ( 64 ) = 52 + 0 = 52
1
N fk b
3225
2
Mdn = L + (
) X i = 49,50 + (
) X 5 = 49,50 + 2,50 = 52
14
fi
1
N fk a
3225
2
Mdn = u - (
) X i = 54,50 (
) X 5 = 54,50 2,50 = 52
14
fi
fa
Mo = L + ( f a +fb
fb
Mo = u - ( f a +fb
10
)X i = 49,50 + ( 1010 ) X 5 = 49,50 + 2,50 = 52
10
)X i = 54,50 + ( 10+ 10 ) X 5 = 54,50 + 2,50 = 52
Dengan i=1,2,3
i(n+ 1)
4
Contoh : sampel dengan data 75,82, 66,57, 64,56, 92,94, 86,52,60,70. Setelah
disusun menjadi 52,56,57,60,64,66,70,75,82,86,92,94.
1(12+1)
4
1
= data ke 3 4
ke-4
Nilai K1= data ke-3 +
K1= 57 +
1
3
4 (60 57) = 57 4
3 (12+ 1)
4
K3 =82 +
1
4 (data ke-4 data ke-3)]
3
4
3
4
3
= data ke 9 4
(86-82) =85
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, Kuartil dihitung
dengan rumus :
F
4
Qi = b + p (
)
f
Dengan i = 1,2,3
Dengan b = batas bawah kelas Ki , ialah kelas interval dimana Ki terletak
P = panjang kelas Ki
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas Ki
F = frekuensi kelas Ki
Kembali pada hasil ujian 80 mahasiswa seperti dalam tabel di bawah ini , maka
3
4
fi
1
41-50
51-60
61-70
15
71-80
25
81-90
20
91-100
Jumlah
12
80
Ini berarti ada 75% mahasiswa yang mendapat nilai ujian paling tinggi 86.5
sedangkan 25% lagi mendapat nilai paling rendah.
Jika kumpilan data itu dibagi menjadi 10 bagian yang sama maka didapat
Sembilan pembagi dan setiap pembagi dinamakan desil. Kerananya ada sembilan
buah desil, ialah desil pertama, desil kedua,., desil kesembilan yang disingkat
dengan d1,, d2,,d9 . desil-desil ini dapat ditentukan dengan jalan :
1
2
Letak d1 = data ke
i(n+ 1)
10
Dengan i=1,2,,9
Contoh : untuk data yang disusun dalam contoh terdahulu, ialah :
7 (12+1)
10
= data
ke-9,1
Nilai d7 = data ke-9 + (0,1) (data ke-10 data ke-9)
d7 = 82 + (0,1)(86-82) = 82,4
untuk data dalam distribusi frekuensi
F
10
di = b + p (
)
f
dengan i=1,2,,9
dengan b = batas bawah kelas di , ialah kelas interval dimana di akan terletak
P = panjang kelas di
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas di
F = frekuensi kelas di
Jika diminta d3 unuk 80 nilai ujian statistika, maka kita perlu 30% x 80 = 24 data.
b=60.5; p=10; f=15; F=8 .dengan i=3 dan n=80, maka didapat
3 x 80
8
10
d3 = 60.5 + 10(
)
15
d3 = 71,2
Jika sekumpulan data tersebut dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan
menghasilkan 99 pembagi yang dinamakan persentil yang dilambangkan dengan
P.
Letak Persentil Pi untuk sekumpulan data ditentukandengan rumus :
Pi = data ke
i (n+ 1)
100
dengan i=1,2,,99
sedangkan nilai Pi untuk data dalam daftar distribusi frekuensi dihitung dengan :
F
100
Pi = b + p (
)
f
dengan i=1,2,,99
dengan b = batas bawah kelas Pi , ialah kelas interval dimana Pi terletak
P = panjang kelas Pi
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas Pi
f = frekuensi kelas Pi
D. PENUTUP
1.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta :PT Raja Grafindo
Persada
Sudjana. 2002.Metoda Statistika.Bandung : TARSITO
Harahap, B. dan ST. Negoro.1998. Ensiklopedia Matematika. Ghalia Indonesia
Dajan, Anto.1986. Pengantar Metode Statistik Jilid I. Jakarta :LP3ES