Jurnal Alwatzikhoebillah, Vol 2 No. 2 Tahun 2016
Jurnal Alwatzikhoebillah, Vol 2 No. 2 Tahun 2016
ISSN:-2242-384x
Mitra Bistari
Dr. Anton Athoillah (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Dr. Rulli Nasrullah (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Dr. Aswandi (Universitas Tanjung Pura)
Ketua Dewan Redaksi
Dr. Kaspullah, M.S.I
Dewan Redaksi
Dr. Adnan Mahdi, S.Ag, M.S.I.
Dr. Hj. Eni Dewi Kurniawati, M.Pd
Rusiadi, S.Pd.I, M.Ag
Drs. H. Mujahidin, M.Si
Oscar Hutagaluh, S.Pd, MM, M.Si
Sekretaris Redaksi
Suriadi, S.Pd.I, M.Ag
Desain Grafis
U. Ari Alrizki, S.Pd
ALWATZIKHOEBILLAH
Jurnal Kajian Islam
ISSN:-2242-384x
Alkadri
Sistem Periwayatan Hadis Dalam Perspektif Syiah Imamiyah Dan Ahlus
Sunnah, hlm. 1 10
Firmansyah
Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Menurut Hadis, hlm. 11
19
Henny Yusnita
Sejarah Dan Perkembangan Dakwah Di Spanyol, hlm. 20 30
Jamiat Akadol
Rekonstruksi Budaya Hukum Birokrasi Pelayanan Kesehatan Berbasis
Hukum Progresif (Studi Tentang Budaya Hukum Birokrasi Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Puskesmas dan RSUD di Kabupaten Sambas,
Kalimantan Barat), hlm. 31 49
Kamil
Sketsa Pendidikan Humanis Religius, hlm. 50 58
Rabiatul Hidayah
Qaul Qadim Dan Qaul Jadid Imam Syafii Dalam Metode Penerapan Hukum
Islam, hlm. 59 64
Risa
Islam Di Australia Masa Modern, hlm, 65 74
Sri Harjanti
Khalifah (Khilafah) Dalam Al-Quran, hlm. 75 85
Sri Wahyuni
Miqdar Dan Nishob Zakat Profesi Dalam Hukum Islam, hlm. 86 90
Sunandar dan Husni Thamrin
Melayu Sebagai Akar Tradisi Nusantara Studi Strategi Politik Kebudayaan
dalam Menciptakan Melayu Palembang Emas 2018, hlm. 91 - 99
ABSTRAK
Hadis merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam. Fungsinya sebagai penjelasan
Alquran sekaligus sebagai simbol ketauladanan Nabi yang pada masa kini tampil dalam teks
berisi tentang perkataan, perilaku dan sifat nabi yang diteladani umat Islam dari generasi ke
generasi dalam ruang dan waktu yang berbeda-beda. Tetapi, dalam perjalanan hadis tidak
luput dari berbagai persoalan terutama terkait dengan kredibilitas rawi dan keaslian teks.
Selain itu, perbedaan pandangan pada dua aliran besar Islam yaitu syiah dan ahlisunnah yang
memiliki sistem dan metode tersendiri dalam menyeleksi keaslian teks hadis sehingga dalam
hal ini terjadi perbedaan pandangan dan pengakuan teks hadis. Sekte syiah imamah atau
Jafariyah dan ahlusunah merupakan sekte mayoritas yang dianut umat Islam masa kini.
Akibat yang ditimbulkan masing-masing doktrin akan menimbulkan benturan pemahaman,
terlebih lagi dua sekte ini memiliki gerakan dakwah yang aktif. Hal inilah bagi penulis
tertarik untuk melakukan kajian syiah dan ahlussunnah, khususnya tentang sistem
periwayatan dan metode masing-masing sekte dalam melakukan pembuktian keaslian teks
(hadis). Hal ini perlu dilakukan sebab setiap sekte saling mengklaim lebih asli teks hadisnya,
bahkan tidak saling mengakui ke-hadis-an masing-masing. Untuk itu, perlu dilakukan analisa
data secara benar dan tepat agar riwayat hadis baik dalam versi syiah maupun ahlussunah
sehingga dipandang perlu menggunakan teori pemahaman dan teori penafsiran agar
mendapatkan informasi yang tepat terhadap berbagai teks yang dikaji, terutama terkait
dengan kemunculan teks.
Dosen Fakultas Ushuluddin & Peradaban Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin
Sambas
- 1-
IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Mayoritas kaum Muslimin sepakat
bahwa hadis merupakan salah satu bagian
terpenting dalam ajaran Islam. Fungsinya
sebagai penjelasan Alquran sekaligus
seba-gai symbol ketauladanan Nabi yang
pada masa kini tampil dalam teks berisi
tentang perkataan, perilaku dan sifat nabi
yang diteladani umat Islam dari generasi
ke generasi dalam ruang dan waktu yang
berbeda-beda. Tetapi, dalam perjalanan
hadis tidak luput dari berbagai persoalan
terutama terkait dengan kredibilitas rawi
dan keaslian teks. Selain itu, perbedaan
pandangan pada dua aliran besar Islam
yakni syiah dan ahli sunnah yang memiliki
sistem dan metode tersendiri dalam
menyeleksi keaslian teks hadis sehingga
dalam hal ini terjadi perbedaan pandangan
dan pengakuan teks hadis.
Syiah secara bahasa berarti pengikut,
penolong. Menurut Hasyim Maruf alHasani, kata syiah hanya dipakai dalam hal
yang berkaitan dengan kesetiaan atau
kepatuhan. (Hasyim Maruf al-Hasani:
1987; 16). Dengan kata lain, Syiah hanya
merujuk dalam arti khusus yaitu kelompok
yang setia pada Ali beserta keturunannya
dan mengakui kepemimpinan (imam) dari
golongannya. (Abd al-Munim an-Namr:
1988; 35) Kaum Syiah berpandangan bahwa periwayatan hadis telah terjaga kemurnian sebagaimana telah dicatat oleh keluarga nabi (ahlulbait) yang disampaikan
secara berantai dari generasi ke generasi.
Sedangkan, kaum sunni adalah golongan yang mempertahankan tradisi kenabian (sunnah) yang muncul pada masa generasi terdahulu (mutaqddimin) dikalangan
ahli sunnah sebelum dan akhir abad III H
(Abu al-Hasanat Abdul Hay al-Laknawi,
1987 M: 64). Golongan ini berpandangan
bahwa sistem periwayatan hadis terjadi
secara alamiah dalam bentuk lisan dan
cenderung tidak ditulis dari guru kepada
murid secara berantai dan baru dibukukan
sekitar 100 tahun pasca Nabi.
Salah seorang cendikiawan Muslim
masa kini melakukan pembahasan tentang
- 1-
IAIS Sambas
melakukan pembacaan terhadap sistem periwayatan dan metode yang digunakan setiap golongan dalam menentukan keaslian
teks hadis yang penulis anggap sebagai
bagian dari sumber ajaran kedua mazhab
yang di dalamnya membuat berbagai doktrin dan pemahaman ketauhidan sehingga
manfaat dari penulisan ini diharapkan pada
pembaca dalam melihat secara objektif
akar persoalan perbedaan periwayatan tersebut sehingga dapat membuka diri atas
perbedaan pandangan tersebut.
Sistem Periwayatan Hadis
Dalam Perspektif SyiAh.
Tradisi penulisan hadis bagi kaum
syiah imamiyah diyakini telah berkembang
sejak masa Rasulullah dan terus berlanjut
ke generasi syiah berikutnya sehingga
dikenal berbagai pembukuan kitab hadis
versi syiah imamiyah kembali berbagai
hadis yang diriwayatkan secara langsung
dari guru ke murid sehingga jalur periwayatannya sampai kepada Rasulullah atau
kepada imam 12 (dua belas) sebagaimana
hadis-hadis yang dibukukan oleh Abu
Rafi dalam kitab as-Sunan, al-Ahkam dan
al-Qadaya. Generasi berikutnya, dibukukan lagi kitab hadis versi syiah imamiyah
yang dikenal dengan empat kitab utama
(al-kutub al-Arbaah), terdiri dari: (1) alKafi karya Abu Jafar Muhammad bin
Yaqub bin Ishaq al-Kulani ar-Razi, wafat
329 H/ 940 M; (2) Man la Yahduruh alFakih karya Abu Jafar Muhammad bin
Ali bin Babawih al- Qummi, wafat 305;
(3) Tahzib al-Ahkam, Karya Abu Jafar
Muhammad bin Hasan bin Ali atTusi, lahir
385 H dan wafat; (4) Al-Ibtisar fi ma
Ukhtilafa min Akhbar.
Bagi golongan syiah imamiyah berpandangan bahwa sabda nabi telah terjaga
kemurniannya oleh ahlulbait (Ali,
Fatimah, Hasan dan Husein), sebagaimana
sabda nabi, yaitu:
...
... dari Ummu Salamah bahwa Nabi SAW
telah menyelimuti Hasan, Husain, Ali dan
Fatimah dengan kain. Kemudian beliau
bersabda, ya Allah mereka ini adalah
ahlulbait (keluarga nabi) dan orang-orang
terdekat-ku, maka jauhkanlah mereka dari
segala kotoran dan bersihkanlah mereka
sebersih-bersihnya. Kemudian, Ummu
Salamah berkata apakah aku termasuk dari
golongan mereka ya, Rasulullah?, beliau
menjawab engkau dalam kebaikan (Abu
Isya: t.t; juz 12; 372)
Indikasi penulisan hadis ini diperkuat
dengan berbagai rangkaian peristiwa bahwa Nabi pernah meminta Ali mengambil
kulit domba untuk menuliskan berbagai
sabda beliau sehingga lembaran kulit domba tersebut hampir tidak muat (Mu`asalah
al-Balaghah: 1413 H/ 1992 M; 85).
Selanjutnya, setiap sabda nabi yang ditulis
Ali dikenal dengan shahifah Ali
(lembaran Ali) berisi tentang hukum diyat,
bahkan sabda nabi yang dicatat Ali yang
lebih luas lagi dikenal dengan istilah aljamiah (I.K.A Howard, terj. Arif Budarso:
2001; vol 2, No. 2; 2001). Berangkat dari
sini, kaum syiah berkeyakinan bahwa
setiap hadis yang diriwayatkan para imam
adalah sebagai generasi penerus periwayatan sabda Nabi sehingga setiap hadis yang
diriwayatkan imam syiah selalu bersambung, menjadikan mata rantai yang selalu
bersambung di kalangan ahli syiah sampai
masa Nabi.
Ciri khas, pemahaman hadis perspektif Syiah imamiyah lebih cenderung
dengan konsep kepemimpinan exclusive
dan hanya menerima periwayatan hadis
dari imam yang mashum saja. Di
dalamnya terdapat doktrin yang bersumber
dari hadis-hadis tsalaqayn bahwa para
imam tidak dapat dipisahkan dari Alquran
sehingga memiliki otoritas kepemimpinan
- 2-
IAIS Sambas
:
.
Rasulullah bersabda: wahai manusia
sesungguhnya aku meninggalkan untuk
kalian (dua perkara) jika kalian berpegang
teguh pada keduanya maka tidak akan
tersesat, yaitu kitabullah dan ahlulbait-ku
(M. al-Baqir: cet. I, 1991; 36).
.
Perintah dalam jiwa manusia yang bebas
dari sifat dosanya dan terhindar dari salah
dan maksiat.
Sifat-sifat inilah yang dimiliki oleh
para imam ahlul bait yang nilainya setara
dengan para Nabi. Hal ini berdasarkan
firman Allah, yaitu:
...
Hadis dalam
disebutkan:
versi
yang
lain
: ...
- 3-
IAIS Sambas
nya, dalam perspektif ahli sunnah umumnya
dikenal dengan istilah marfu yaitu jalur
periwayatan yang tersambung dari rawi
murid ke guru sampai bersumber kepada
Nabi.
Argumentasi yang dibangun kaum syiah untuk membenarkan kesucian imam-nya
melalui beberapa premis, di antaranya: (a)
dilihat dari esensi dari makna kata imam
yang secara bahasa berarti yang mengikuti
yang didalamnya terkandung makna bebas
dari dosa (itsma). Maksudnya, jika para
imamnya melakukan kesalahan, maka boleh diikuti sebab sudah mendapat legitimasi
dari Tuhan, sebab para imam ini dianggap
pembawa syariat kenabian dari Tuhan
untuk disampaikan pada umat manusia, (b)
para pemimpin yang menjadi imam tidak
layak dianggap sebagai pemimpin ketika
sudah dicela pengikutnya dan ketidakpatuhan pengikutnya terhadap iman. Inilah yang
menjadi penyebab keharusan untuk tidak
mencela dan mengangap mashum para
imam menjadi sesuatu yang harus diterima
(Al-Huli, dalam Ahmad al-Waili, cet. II,
1981 M; 145).
Bagi kaum syiah para imam memiliki
otoritas khusus dari Allah melalui pesan
dari Nabi Muhammad sebagai penerus
maupun penyampaian pesan Allah yang
diperoleh melalui ilham atau melalui perjuangan dengan imam sebelumnya, sehingga segala sesuatu yang bersumber dari
para imam ini diklaim sebagai sunnah.
Kondisi ini tercermin dari wasiat imam
Ali.
Sebagaimana pernyataan imam Jafar
yang disampaikan Ali bin Abi talib (Abu
Jafar: 1411 H / 1990 M; 80), yaitu:
...
.
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora)
- 4-
IAIS Sambas
Karakter yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk selalu konsisten dengan ketakwaan dengan cara
meninggalkan segala dosa besar dan kecil,
serta menghindari dari segala perbuatan
yang merudak kewibawaanya.
Menurut al-Hakim an-Naisaburi. Indikasi keadilan rawi, terdiri dari: (a) Muslim;
(b) tidak melakukan sesutau yang bidah
[mengada-ada]; (c) tidak melakukan sutau
perbuatan yang menggugurkan keadilannya. Umum, bagi kaum syiah keadilan rawi hanya dapat diketahui berdasarkan hasil
rekomendasi dari seorang imam maupun
pakar hadis dari golongan yang memuji
kredibiltas, kualitas keilmuan, kejujuran
dan bertakwa-nya.
Secara khusus penilaian terhadap keadilan sahabat. Kaum syiah tidak menerima
semua sahabat adil, Hal ini merujuk pada
dalil yang diajukan kaum syiah untuk
mendukung premisnya (meskipun dalilnya
sama yang diajukan kaum sunni), diantaranya;
Pertama, firman Allah: (at-taubah: 9
ayat 101.
Di sekitar kalian ada orang-orang Arab
Badwi, ada orang-orang munafik dan (juga)
di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu
(Muhammad) tidak mengetahui mereka,
(tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka.
Nanti mereka akan Kami siksa dua kali
kemudian mereka akan dikembalikan
kepada azab yang besar.
Kemudian sabda Nabi, yaitu:
- 5-
IAIS Sambas
Hadis yang dinukil atau diriwayatkan
oleh rawi-rawi yang dil, sempurna ingatan, sanad, bersambung-sambung, marfu
tidak ber-`illat dan tidak janggal.
Indikator dari masing-masing kriteria
tersebut, terdiri dari: (a) rawinya bersifat
dil maksudnya dinilai baik, bertaqwa dan
berwibawa sehingga lepas dari tuduhan
yang tidak baik; (b) rawi tmm dhbith
yaitu sempurna ingatannya, terpelihara
catatan maupun kitabnya dan termasuk
diantaranya juga tidak pelupa, (c) sanad
Hadis yang dinukil atau diriwayatkan
oleh rawi-rawi yang dil, tidak begitu kuat
ingatannya, sanad bersambung-sambung,
tidak ber-`illat dan tidak janggal.
Hadis Hasan hampir sama dengan
Hadis Shahih. Perbedannya adalah pada
persoalan ke-dhbith-an rawi. Hadis Shahih rawinya tm dhbith, sedangkan Hadis
Hasan rawinya qall dhbith. Maksudnya
adalah agak dhbith, yang diukur dengan
kapasitas daya hapalannya.
Sedangkan, hadis dhaif, yaitu hadis
yang tertolak untuk dijadikan hujah, secara
istilah, adalah semua hadis yang tidak
termasuk dari sifat hadis shahih dan sifat
hadis hasan. Definisi hadis dhaif adalah:
Hadis yang kehilangan satu syarat atau
lebih dari syarat-syarat Hadis Shahih atau
Hadis Hasan.
Dalam hal ini, rawinya tidak dil atau
tidak dhbith meliputi rawi yang mendustakan Nabi Muhammad Saw (maudhu),
pendusta (matruk), fasik dan lemah hapalan (munkar), waham, syak dan ragu-ragu
(muallal), menukar rawi (mudhtharib),
mengubah syakal (muharraf), memutar-
- 6-
IAIS Sambas
balik
(maqlub),
mengubah
titik
(mashahhaf), majhul tidak dikenal
(mubham), bidah (mardd), tidak baik
hapalannya karena sering berbeda-beda
(sydz), karena tua dan sakit (mukhtalif),
Hadis Dhaif karena sanadnya tidak
muttashil yaitu munfashil karena terputus
pada rawi pertama disebut mursal, terputus
pada guru mudawin disebut muallaq,
putus pada satu rawi disebut munqathi,
putus dua rawi berturut-turut disebut
mudhal. Sedangkan Hadis Dhaif karena
matannya tidak marfu adalah matannya
idhafah pada sahabat disebut mauquf, dan
matannya yang idhafat pada tabiin disebut
maqthu (Endang Soetari: 2008; 19-21).
Kaidah tashih tersebut merupakan kaidah dasar, sementara terdapat pula kaidah
kenaikan kualitas hadis. Hadis shahih
dengan syarat dan kriterianya dinamakan
Hadis shahih lidzatihi, begitu juga dengan
Hadis Hasan dengan kriterianya dinamai
hasan lidzatihi. Selain yang lidzatihi,
terdapat pula hadis shahih lighairihi dan
hasan lighairihi. Hadis shahih lighairihi
yaitu hasan lidzatihi yang dikuatkan oleh
muttabi dan atau syahid. Muttabi adalah
sanad lain atau sanad yang lebih dari satu
alur dalam periwayatan suatu hadis.
Syahid adalah matan lain atau matan yang
lebih dari satu untuk suatu hadis dalam
materi yang sama. Hadis hasan lighairihi
ialah hadis dhaif yang dikuatkan oleh
muttabi dan atau syahid, jika kualitas
dhaifnya tidak termasuk maudhu, matruk
dan munkar.
Berdasarkan kaidah tersebut dapat
dipahami, bahwa bisa terjadi kenaikan
kualitas hadis dari hadis hasan menjadi
hadis shahih lighairihi dan hadis dhaif
menjadi hadis hasan lighairihi.
Praktek menentukan kualitas Hadis
dengan tashih adalah menilai rawi dari
segi dil dhbith-nya dengan hasil kajian
ilmu jarh wa tadl yang sudah dikoleksi
dalam kitab seperti Tahdzb al-Tahzdb
karya Ibnu Hajar Al-Asqalani. Menilai
persambungan sanad menggunakan kitab
bidang Rijl, Tarkh al-Ruwt dan
- 7-
IAIS Sambas
tidak dapat memenuhi kriteria di atas,
maka dianggap tidak bisa digunakan.
Sering perjalanan waktu ulama syiah
generasi terakhir membagi kualitas hadis
menjadi empat jenis yaitu shahih, mutawathaq (andal), hasan dan dhaif. Klasifikasi ini dimulai sejak abad ke VII yaitu
ada masa Ahmad bin Tawus al-Hilli (w.
673 H).
Adapun argumentasi yang dibangun
masing-masing golongan antara ahlulsunnah dan syiah sebagai syarat ke-shahih-an
hadis bahwa para sahabat yang diklaim
berkhianat (munafik) tidak diterima periwayatannya. Hal ini berdasarkan firman
Allah dalam QS. al-Hujurat ayat 6, yaitu:
Hai orang-orang yang beriman, jika daang kepadamu orang fisik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu men
yesal atas perbuatanmu itu.
Firman Allah dalam QS. Ath-Thalaq
ayat 2, yaitu:
Apabila mereka telah mendekati akhir
iddahnya, maka rujukilah mereka dengan
baik atau lepaskanlah mereka dengan baik
dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
yang adil di antara kamu dan hendaklah
kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.
Demikianlah diberi pengajaran dengan itu
orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar.
Pada surah al-Hujurat ayat 6 terdapat
kalimat yang berarti periksalah dengan
Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.
Menurut Qurthubi bahwa pad akalimat khairunnas dapat dipahami sebagai
bentuk perjuangan sahabat dalam menyebarkan ajaran dengan memikul beban, cobaan dan tantangan masa awal Islam yang
sangat sulit (Bassam bin Abdul Mubdi:
1980, juz 1: 267). Sedangkan imam
Suyuthi menyatakan bahwa kata kuntum
khaira ummatin adalah semua para
sahabat (As-Suyuthi: 1423/2002M; 214).
Kemudian firman Allah QS. AlBaqarah ayat 143, yaitu:
- 8-
IAIS Sambas
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan
kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan
menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang kepada manusia.
Ayat memberitakan bahwa umat Muslim adalah umat terbaik dengan predikat
wasathan berarti terbaik dan adilan yaitu
adil. Meskipun ayat ini bersifat umum,
namun maknanya bersifat khusus yaitu
para sahabat nabi.
KESIMPULAN
Berdasarkan berbagai uraian di atas
kesimpulan dari tulisan ini, di antaranya:
(1) terjadi perbedaan pemahaman terhadap
berbagai teks ayat antara syiah dengan
ahlussunah; (2) kaum syiah tidak sependapat generalisasi keadilan sahabat, hal ini
- 9-
IAIS Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Abu Isya, sunan at-Tirmizi, Dar al-Ihyaat-Turasi, Bairut, t.t
As-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi, Dar al-Hadits, Kairo, juz II, 1423 H/2002 M, 214).
Ad-Darimi, Sunan Darimi, Dar al-kitab, Bairut, juz 2, 1407 H.
Abu Jafar Muhammad bin Yaqub al-Kulani, Ushul al-Kafi, Dar at-Taaruf, Bairut,
1411 H / 1990 M.
Bassam bin Abdul Mubdi, Mukhtasah Tafsir al-Qurtubi, Dar at-Taaruf, Bairut, 1980
Burhanuddin al-Abnasi, Al-Sydz al-Fatayh min Ulm Ibn. al-Shalh, Maktabat alRusy, Riyadh, cet.I, 1998 M 1418 H.
Endang Soetari, 2008, Syarah dan Kritik Hadits dengan Metode Takhrij, Bandung:
Amal Bakti.
Husni, Hasyim Maruf, Ushul Tasyayyu: Ardun wa Dirsatun, Dar al-Qalam, Barut,
Lebanon, 1987.
Al-Huli, al-Alfain fi Imammah Amir al-Mu`mnin Ali, dalam Ahmad al-Waili, Huwiyat
at-Tasyayyu (Mu`assasah ahl al-Bait, Bairut, cet. II, 1981 M.
Ash-Shubhi, Ushul al-Hadits wa Ahkamuhu, Mu`assasah al-Nashr al-Islami, Qum,
1418.
I.K.A Howard, al-Kafi by al-Kulani, Man l Yahduruhu al-Faqih by ash-Shuduq,
Tahzib al-ahkam and al-Istibsar by Tusi, terj. Arif Budarso dalam al-Serat, vol
2. No. 2, 1967, Jurnal Ulumul Quran, Vol 2, No. 4, 2001
Jafar ash-Shubhani, Ushul al-Hadits wa Ahkamuhu fi Ilm ad-Dirayah, Mu`assasah anNashr al-Islami, Qum, 1418 H.
Laknawi, Abu al-Hasanat Abdul Hay, ar-Rafu wa at-Takmil fi al-Jarh wa at-Tadil,
Dar al-Aqsha, Bairut, 1407 H 1987 M.
Namr, Abd al-Munim, al-Mahdi Tarikh wa Watsiq, Dar al-Huriyah, Kairo, Mesir, cet.
II, 1988.
Nashir Abdullah al-Qifari, Ushul Mazhab asy-Syiah al-Imamiyah Atsnashariyah,
Dar ar-Ridha, Jizah, cet. III, 1998.
Mu`asalah al-Balaghah: Lajnah Tarif, Ahl al-Bait: Maqmuhum, Manhajuhum,
Masruhum: al-Majma al-Alami li ahl al-bait, Teheran, 1413 H/ 1992 M.
M.M. Azami, Studies in Hadits Methodogy, Islamic Theacing Center, Indianapolis,
1977.
Sayyid Muhammad Ridha Husain, Tadwin as-Sunnah ash-Sharifah, Dar al-Hadi,
Libanon, 1413 H
M. al-Baqir, Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan, Bandung, cet. I, 1991.
Muhammad Husain ath-Thabathaba`i, al-Mizan fi Tafsir al-Quran, Mu`assah al-Alami,
Bairut, juz II, 1391 H.
- 10-
MEDIA PEMBELAJARAN
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MENURUT HADIS
Firmansyah*
ABSTRAK
Mengajar merupakan profesi yang sangat mulia, amal jaariah yang tak akan terputus
pahalanya sampai akhir zaman. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan dinamis,
maka seorang guru dalam menyampaikan pesan perlu adanya media untuk mempermudah
bagi yang disampaikan sehingga tujuan dan maksud dari apa yang disampaikan terserap
dengan baik. Begitupun Nabi Saw. ketika menyampaikan ilmu (hadis) kepada sahabat juga
terkadangang menggunakan media baik manusia, benda ataupun peristiwa yang terjadi.
IAI Sambas
PENDAHULUAN
Media merupakan alat bantu yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, keberadaanya merupakan kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri. Guru merupakan elemen terpenting dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan ajar kepada
anak didik, oleh karena itu untuk menunjang kesempurnaan guru dalam menyampaikan materi kepada anak didik tentu-nya
tidak sempurna tanpa adanya media.
Media pendidikan sebagai salah satu
sumber belajar ikut membantu memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam
bentuk dan jenis media pendidikan yang
digunakan oleh guru menjadi sumber peng
etahuan bagi anak didik. Dalam menerang
kan suatu benda, guru dapat membawa
bendanya secara langsung kehadapan anak
didik dikelas. Dengan menghadirkan bendanya sering dengan penjelasan mengenai
benda itu, maka benda itu dijadikan
sebagai sumber belajar.
Sebagai alat bantu, media mempunyai
fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi
dengan keyakinan bahwa prosses belajar
mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan anak didik dalam tenggat
waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan anak didik dengan bantuan media akan
menghasilkan proses dan hasil belajar
yang lebih baik dari pada bantuan media.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki
tingkat kesukaran yang bervariasi, pada
satu sisi ada pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, namun disisi lain ada ada
pelajaran yang memang harus memerlukan
alat bantu agar anak didik lebih cepat
dalam memahami materi seperti globe,
peta, gambar, grafik dan lain-lain. Bahan
pelajaran dengan tingkat kesukaran yang
tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik
yang kurang menyukai bahan pelajaran
yang disampaikan guru.
Pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam misal dalam beberapa materi
tersebut penggunaan media pembelajaran
sangat
diperlukan
sekali
untuk
- 11-
IAI Sambas
tar. Oleh karena itu, media dapat diartikan
sebagai perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepenerima pesan. Media
dapat berupa suatu bahan (software) dan
atau alat (hardware).
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan
Zain (2013: 120), menyebutkan di dalam
bukunya Strategi Belajar Mengajar kata
media berasal dari kata latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau Pengantar. Dengan demikian, media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan. Bila media adalah sumber
belajar, maka secara luas media dapat
diartikan dengan manusia, benda ataupun
peristiwa yang memungkinkan anak didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa media ada
lah alat, sarana, perantara, dan penghubung
untuk menyebar, menyampaikan sesuatu
pesan (message) dan gagasan kepada penerima. Sedangkan media pendidikan adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat meransang
pikiran, perasaan, perbuatan, minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar mengajar terjadi pada diri
siswa (Gusdanela. Blogspot / com / 2014 /
02 / pengertianmediamenurutbeberapa
-ahli. html? m=1).
KLASIFIKASI MEDIA
Media yang kita kenal dewasa ini
tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi
lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat
dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta pembuatannya (ibid).
Saiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain
(2013: 124-126) menjelaskan klasifikasi
media terbagi menjadi tiga macam:
1. Dilihat dari jenisnya
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang
mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio, cassette recorder,
piringan hitam. Media ini tidak co-
- 12-
IAI Sambas
a. Media dengan daya liput luas dan
serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas
oleh tempat dan ruang serta dapat
menjangkau jumlah anak didik yang
banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
b. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat media
ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat membutuhkan ruang dan tempat yang khusus
seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c. Media untuk pengajaran individu
Media ini penggunaannya hanya
untuk seorang diri. Termasuk media
ini adalah modul berprogram dan
pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya
a. Media Sederhana
Media Seperti ini bahan dasarnya mu
dah diperoleh dan harganya murah,
cara pembuatannya mudah, dan peng
gunaannya tidak sulit.
b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan
dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta harganya mahal, sulit mem
buatnya, dan penggunaannya memer
ulukan keterampilan yang memadai.
Berdasarkan sifat kebendaannya,
media pembelajaran atau pendidikan dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Media yang bersifat benda
Menurut Zakiah Darajat, alat pendidikan yang berupa benda adalah:
a. Media tulis (Al-Quran, hadis, Tauhid, dll) jika kondisi belajar didalam
ruangan.
b. Benda-benda alam (hewan, manusia,
tumbuhan, dll), dilingkungan.
c. Gambar-gambar yang dirancang (gra
fik)
d. Gambar yang diproyeksikan (vidio,
dll)
e. Audio Recording (kaset, dll)
- 13-
IAI Sambas
3. Penggunaan media pendidikan secara
tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik. Dalam hal ini
media pendidikan berguna untuk:
a. Menimbulkan kegairahn belajar;
b. Memungkinkan interaksi yang lebih
langsung antara anak didik, dengan
lingkungan dan kenyataan;
c. Memungkin anak didik belajar
sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada setiap
siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman
yang berbeda,
sedangkan kurikulum dan materi
pendidikanditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru banyak mengalami
kesulitan bilamana semua itu harus
diatasi sendiri. Hal ini akan lebih
sulitbila latar belakang lingkungan guru
dengan siswa juga berbeda. Masalah ini
dapat diatasi dengan media pendidikan,
yaitu dengan kemampuannya dalam:
a. Memberikan perangsang yang sama;
b. Mempersamakan pengalaman;
c. Menimbulkan persepsi yang sama.
Secara khusus tentang manfaat
media, Kemp dan Dayton (dalam Arif S.
Sadiman
dkk,
2014:
73)
mengidentifikasikan:
1. Penyampaian materi pelajaran dapat
diseragamkan;
2. Proses pembelajaran menjadi lebih luas
dan menarik;
3. Proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif;
4. Efesiensi dalam waktu dan tenaga;
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa;
6. Memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap
positif terhadap materi dan proses
belajar;
8. Mengubah peran guru kearah yang
lebih positif produktif
Dari identifikasi yang dikemukakan
oleh Kemp dan Dayton tentang manfaat
media, bahwa media memberikan sikap
.
:
(
)
( )
Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah Saw.
Bersabda janganlah kalian saling mendengki, saling menipu, saling membenci,
saling membelakangi, dan janganlah sebagian dari kalian membeli barang yang
sudah dibeli oleh orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang Muslim adalah saudara bagi
Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya, berbohong kepadanya, dan acuh
kepadanya. Takwa itu disini, (beliau
sambil menunjuk kedadanya hingga tiga
kali) cukuplah seseorang dikatakan jelek
jika ia menghina saudaranya sesama
Muslim. Darah, harta, dan kehormatan
setiap Muslim haram bagi Muslim yang
lain. ( HR. Muslim ) (dalam Abi Zakaria
Yahya bin Syaraf Al Nawawi, 1994: 60)
2. Media Bulan dan Bintang (Alam)
.
)
(
- 14-
IAI Sambas
Dari Ziad bin Ilaqah berkata, saya
mendengar Mughirah bin Syubah berkata,
telah terjadi gerhana matahari pada masa
Rasulullah pada hari wafatnya Ibrahim,
maka orang-orang berkata terjadi gerhana
matahari disebabkan wafatnya Ibrahim.
Maka Rasulullah Saw. bersabda sesungguh
nya matahari dan bulan dua tanda dari
tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana disebabkan wafat
atau dilahirkannya seseorang. Maka apabila kalian melihat keduanya mengalami
gerhana berdoalah kepada Allah dan
shalatlah hingga terang kembali. (H.R.
Bukhari) (dalam Al-Imam Abi Abdillah
Muhammadbin Ismail Al Bukhari, 1994:
228).
3. Media benda yang ada disekitar
).
(
Dari Ibnu Masud Ra. berkata Nabi Saw.
ingin buang air besar maka beliau memerintahkanku untuk mengambil tiga batu
krikil maka aku temukan dua batu saja dan
tidak menemukan batu yang ketiga maka
akupun memberikan kotoran yang kering
kepada beliau kemudian beliau mengatakan sesungguhnya ini adalah najis. (Hadis
dikeluarkan Imam Bukhari).
Penjelasan Hadis
Pesan yang terdapat pada hadis pertama, adalah (a) motivasi untuk berakhlak
mulia, (b) meninggalkan sifat-sifat tercela
dan perbuatan yang menyebabkan pertikaian, (c) petunjuk kepada keistimewaan
dalam menjaga hati, (d) keutamaan takwa,
(e) larangan memusuhi sesama Muslim,
dan (f) anjuran rendah diri (As Sayyid
Alwi Al Maliki Al Hasani, tt: 169). Hadis
pertama yang diriwayatkan Abu Hurairah
menjelaskan bahwa Rasulullah Saw.
melarang ummatnya untuk saling hasud,
saling menipu, saling membenci, saling
membelakangi, dan membeli barang yang
- 15-
IAI Sambas
gerhana matahari dan bulan itu merupakan
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. yang di
kirimkannya untuk menakuti manusia
(Ibnu Hajar Al-Asqalani, 1993: 66). Tepatnya pada waktu terjadinya peristiwa
gerhana matahari, beliau menjadikannya
sebagai media untuk menanamkan keimanan kepada para sahabat sekaligus membersihkan aqidah mereka dari unsur-unsur
khurafat.
Hadis ketiga penggunaan media yang
digunakan Rasulullah Saw. Adalah tiga
batu kerikil yang ada disekitar Ibn Masud
yang ketika itu diperintahkan oleh Rasullullah Saw. Untuk didijadikan alat beritisnya (bersuci) ketika Rasul buang air besar,
namun sahabat Ibn Masud hanya mendapatkan dua batu krikil dan mengambil satu
kotoran binatang yang sudah kering, tetapi
Rasul menolak kotoran itu untuk dijadikan
alat beristinja kemudian Rasul mengatakan
kepada Ibn Masud bahwa kotoran binatang yang kering itu adalah najis. Dapat di
simpulkan dari penjelasan beberapa hadis
diatas maka pesan yang disampaikan Nabi
kepada sahabat merupakan implementasi
penggunaan media. Karena secara luas me
dia juga dapat diartikan dengan manusia,
benda, ataupun peristiwa, dengan terjadinya peristiwa tersebut menambah wawasan dan ilmu para sahabat.
Media Dalam Proses Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan media yang digunakan dalam pembelajaran,
yaitu meliputi alat bantu guru dalam meng
ajar serta sarana pembawa pesan dari
sumber belajar kepenerima pesan belajar
(siswa). Sebagai penyaji dan penyalur
pesan, media pembelajaran dalam hal-hal
tertentu bisa mewakili guru dalam menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika
media pembelajaran didesain dan dikembangkan secara baik, maka peran guru
dapat diperankan oleh media pembelajaran
meskipun tanpa kehadiran guru. Keberadaan media pembelajaran akan menjadi
materi pembelajaran yang bersifat abstrak
menjadi lebih kongkrit. Siswa menjadi
- 16-
IAI Sambas
pelajari, selain memberikan rangsangan be
lajar baru. Media yang baik akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan
umpan balik, dan mendorong siswa untuk
melakukan praktik-praktik yang benar.
Omar Hamalik (dalam Hamdani,
2011: 165), mengemukakan bahwa pemakaian media dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan, minat,
dan motivasi bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pada tahap orientasi akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan. Media
juga dapat membantu menyajikan data
yang menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, serta memadatkan informasi sehingga pemahaman siswa meningkat. Sejalan dengan uraian tersebut
Mahmud Yunus mengungkapkan, bahwa
media memiliki pengaruh yang paling besar terhadap indra dan lebih dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lama bertahannya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya.
Dalam proses belajar mengajar mungkin saja terdapat ketidakjelasan materi dan
dengan adanya media sebagai perentara
dapat membantu dalam menyampaikan
materi. Jadi, dalam proses tersebut kehadiran media mempunyai arti yang cukup
penting. Kerumitan materi yang akan
disampaikan kepada peserta didik dapat
disederhanakan dengan bantuan media.
Media dapat mewakili apa yang kurang
mampu diucapkan gurumelalui kata-kata,
bahkan keabstrakan materi dapat dikongkretkan dengan kehadiran media. (ibid:
120). Dengan demikian, anak didik lebih
mudah mencerna materi dari pada tanpa
bantuan media.
Sementara Abdul Halim Ibrahim menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran. Menurutnya media pembelajaran
membawa dan membangkitkan rasa senang murid-murid. Semangat mereka pun
terbaharui sehingga membantu memantap-
- 17-
IAI Sambas
- 18-
IAI Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Al Bukhari, Bairut, Dar Al
Fikr, 1414H/1994M.
Abi Al Husain Muslim bin Al Hajjaj Al Qusyairi Al Naisaburi, Shahih Muslim, Bairut,
Dar Al Fikr, 2005 M-1425H.
Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
As Sayyid Alwi Al Maliki Al Hasani, Fathu Al Qarib Al Mujib Ala Tahzib Al Targhib
Wa Al Tarhib, tt.
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis, Jakarta, Sinar
Gafika Offset, 2015.
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setia, 2011.
Heri Jauhari, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung, Pustaka Setia, 2015.
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fath Al-Bari Bi Syarh Shahih Bukhari, Beirut: Dar Al-Fikr,
1414/1993M, juz VI.
_____,Jurnal Al-Astar, Vol 1, Nomor 1, Maret 2015.
Muhammad bin Abdullah Al-Jardani Al-Dimyati, Al-Jawahir Al-Luluiyyah fi Al-Syarh
Al-Arbain Al Nawawiyyah, Bairut, Al Yamamah, 1998 M-1419 H.
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola,
1994.
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, Bumi
Aksara, 2015.
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka
Cipta, 2013.
Gusdanela. blogspot/com/2014/02/pengertian-media-menurut-beberapa-ahli.html?m=1.
Blogspot.com/2013/02/ media-pembelajaran-menurut-hadis.html?m=1
Mufaesa.blogspot.com/2013/05/media-pembelajaran-pendidikan-agama.html?m=1
http://www.google.co.id/imgres?imgurl
- 19-
ABSTRAK
Spanyol berjaya sebagai sebuah wilayah yang makmur secara perekonomian serta menjadi
barometer kekuatan intelektual dan peradaban. Spanyol adalah sebuah negara yang pernah
mengalami masa kejayaan di bawah kekuasaan pemerintahan Islam. sPada waktu itu
namanya masih Andalusia. Ketika masih bernama Andalusia, posisi Spanyol adalah sebagian
salah satu provinsi yang menjadi bagian dari kekuasaan pemerintahan Islam, tepatnya berada
di bawah pemerintahan Bani Umayyah (756-1031 M), ibukotanya adalah Cordova. Ketika
kekuasaan Islam di Andalusia jatuh dan tampuk pemerintahan dikuasai oleh bangsa Romawi
yang beragama Kristen, nama Andalusia kemudian diganti menjadi Asbania.
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas
IAI Sambas
PENDAHULUAN
Pada abad ke VII M ketika Nabi
Muhammad SAW, memulai dakwahnya di
Jazirah Arab, wilayah Eropa, Asia, dan
Afrika Utara di sepanjang Laut Tengah,
merupakan daerah yang sebagian besar
sudah beragama Kristen, selebihnya beragama Yahudi dan Manichaesme (Samsul
Munir Amin, 2014: 121). Islam berkembang dengan begitu pesat sampai ke tanah
Eropa khususnya Spanyol, hal ini terjadi
pada tahun 711 M. Bangsa Arab yang
berdakwah ke Spanyol, ternyata membawa
keberuntungan bagi Bangsa Spanyol,
karena Bangsa Spanyol mengemasi masa
kegemilangan di abad pertengahan. Pengaruh Islam menembus daratan Eropa dan
sekitarnya melalui Provence, yang melahirkan kesusastraan dan kebudayaan baru.
Akhirnya para cendekiawan Eropa menerima warisan filsafat dan ilmu pengetahuan
Yunani yang kemudian mendorong terjadinya masa Renaissance (Thomas W.
Arnold, 1981: 118).
Pertama kali kaum Muslim membawa
agama Islam ke Spanyol, kaum Muslim
melihat bahwa agama Kristen Khatolik
sangat kuat setelah dapat menaklukkan
faham Arianisme. Agama Khatolik menjadi agama yang sangat berpengaruh di
Spanyol, bahkan masuk dalam ranah berpolitikan dan pemerintahan. Semua raja
bersumpah tidak akan menganut agama selain agama Khatolik, apabila tidak mematuhi dan mempersoalkan gereja dan keuskupan Khatolik, lembaga Evangelic,
defenisi tentang Pater, dekrit-dekrit gereja
dan perjamuan Suci, maka akan dipenjarakan dan penyitaan harta bagi orang yang
ti-dak menyetujuinya. Bahkan para penguasa gereja dengan kekuasaan yang dimiliki
menekan kaum Yahudi, dan menyiksa
secara brutal orang yang menolak dibabtis.
Permasalah di atas, merupakan salah
satu alasan Islam datang ke daerah Spanyol. Perlakuan yang sangat baik diperlihatkan oleh kaum Muslim membawa jalan
terang bagi masyarakat Spanyol. Melihat
hal tersebut, masyarakat Spanyol meman-
- 20-
IAI Sambas
tama Spanyol pada khususnya. Eropa bang
kit dari keterbelakangan, dan mampu
menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ini tentu
saja tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol, yang memberikan
pengaruh pada peradaban Eropa khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan yang
bisa disejajarkan dengan peradaban di
Baghdad.
Spanyol berjaya sebagai sebuah wilayah yang makmur secara perekonomian
serta
menjadi
barometer
kekuatan
intelektual dan peradaban. Ketika masih
bernama Andalusia, posisi Spanyol adalah
sebagian salah satu provinsi yang menjadi
bagian dari kekuasaan pemerintahan Islam,
tepatnya berada di bawah pemerintahan
Bani Umayyah (756-1031 M). Ibu kotanya
adalah Cordova. Luas wilayahnya adalah
13,727 kilometer persegi. Sementara jumlah penduduknya kurang lebih sebanyak
782.999 jiwa (Adiba A. Soebachman, 20
14: 37-38). Tetapi ketiak kekuasaan Islam
di Andalusia jatuh dan tampuk pemerintahan dikuasai oleh bangsa Romawi yang
beragama Kristen, nama Andalusia kemudian diganti menjadi Asbania.
PEMBAHASAN
1. Sejarah Singkat Penguasaan Islam
atas Spanyol
Sebelummenaklukkan Spanyol, umat
Islam terlebih dahulu menguasai Afrika
Utara dan menjadikannya sebagai salah
satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah.
Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara
terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik
(685-705 M). Afrika Utara dipimpin oleh
seorang gubernur, yaitu Husna Ibn
Numan, kemudian diganti oleh Musa bin
Nusyair. Ternyata tujuan umat Islam
menguasai Afrika Utara adalah membuka
jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih
besar ke Spanyol. Akhirnya melalui Afrika
Utara ekspedisi ke Spanyol lebih mudah
dilakukan.
Ekspansi umat Islam ke Spanyol terjadi pada masa pemerintahan khalifah Al-
- 21-
IAI Sambas
sejak saat itu secara politik Spanyol berada
di bawah kekuasaan khalifah Bani Ummayah. Dan untuk memimpin wilayah baru
tersebut, pemerintah pusat yang berpusat
di Damaskus mengangkat seorang wali
(gubernur).Dalam melakukan ekspansi di
Spanyol, umat Islam dengan mudah dapat
meraih berbagai kemenangan sehingga
dalam waktu yang relatif singkat, umat
Islam dapat menguasai Spanyol.Menurut
Dedi Supriyadi (2008: 117-119) ada beberapa faktor yang mendukung proses penguasaan umat Islam atas Spanyol yaitu:
1. Sikap penguasa Ghotic atau yang biasa
disebut sebagai kerajaan Visighotie
yang tidak toleran terhadap aliran
agama yang berkembang saat itu.
2. Perselisihan antara Raja Roderick
dengan Witiza (Walikota Toledo) di
satu pihak dan Ratu Julian di pihak lain.
3. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya
adalah bahwa tentara Roderick tidak
mempunyai semangat perang.
2.
- 22-
IAI Sambas
nya di Eropa, baik filsafat, sains, fiqih,
musik, kesenian, bahasa, sastra maupun
pembangunan fisik (Samsul Munir Amir,
2010: 161-166).
Penaklukan Islam atas Andalusia mem
beri dampak positif yang luar biasa, Andalusia dijadikan tempat ideal dan pusat perkembangan budaya. Ketika peradaban dan
kehancuran, obor Islam menyinari seluruh
Eropa melalui Andalusia, kepada bangsa
Vandal, Goth, dan Berber, dan Islam
menegakkan keadilan yang belum dikenal
sebelumnya. Rakyat jelata tertindas dan
hidup dalam kegelapan mendapat sinar
keadilan, memiliki kemerdekaan hidup dan
menentukan nasibnya sendiri (Abdul
Karim, 2009: 233-234).
3. Faktor-faktor yang Menyebabkan
Dakwah Mudah Diterima
Kemenangan yang dicapai umat Islam
tampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat
dipisahkan dari adanya faktor eksternal
dan internal yang menguntungkan. Faktor
eksternal berasal dari kondisi negeri
Spanyol sendiri, sedangkan faktor internal
adalah kondisi kaum Muslimin. Faktor
eksternal dan internal ini dapat diuraikan
berikut ini:
a. Faktor Eksernal
Pada masa penaklukan Spanyol,
kondisi sosial, politik dan ekonomi negeri
ini sangat buruk. Spanyol terbagi ke dalam
beberapa wilayah kecil. Bersamaan dengan
itu kerajaan Gothia tidak menoleransi
agama Monofisit dan Yahudi, rakyatnya
dipaksa memeluk agama Khatolik, jika
menolak maka akan dibunuh. Perekonomian juga lumpuh dan tingkat kesejahteraan masyarakat sangat rendah. Kondisi
buruk yang dialami Spanyol disebabkan ke
kacauan politik dan keadaan itu memburuk
pada masa pemerintahan Raja Roderik.
b. Faktor Internal
Faktor internal di sini terikat dengan
keadaan kaum Muslimin yang terlibat
dalam upaya penaklukan Spanyol baik itu
pimpinan maupun pasukan. Kaum Muslim
semua adalah orang yang berani dan sabar
- 23-
IAI Sambas
c.
- 24-
IAI Sambas
kimia, biologi, geografi dan farmasi. Ilmu
ini berkembang dengan sangat baik. Berikut ini adalah para ilmuan di bidang sains.
1. Astronomi seperti Abbas bin Farnas,
Ibrahim bin Yaya An-Naqqasah, ibnu
Safar dan Al-Birtuji.
2. Farmasi seperti Ahmad bin Iyas, Ibnu
Juljul,
Ibnu
Hazm
dan
Ibnu
Abdurrahman bin Syuhaid.
3. Kedokteran seperti Ummu Al-Hasan
binti Abi Jafar (dokter wanita).
4. Georafi seperti Ibnu Jubar, Ibnu
Batutah dan Ibnu Khaldun.
2) Bahasa dan Sastra
Para ahli bahasa Arab di Spanyol diantaranya adalah Ibnu Syayidih, Muhammad bin Malik pengarang Alfiah (tata
bahasa Arab), Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj,
Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan bin
Usfur dan Abu Hayyan Al-Gharnathi. Sementara dalam bidang sastara banyak
bermunculan karya seperti AlAqd AlFarid karya Ibnu Abdi Rabbiah, AdzDzakirih fi Mahasin Ahl Al-Jaziriah karya
Ibnu Bassam dan Kitab Al-Qalaid karya
Al-Fath bin Khaqan.
3) Kesenian
Kesenian banyak memperoleh apresiasi dari pada penguasa istana. Tokoh kesenian yang termasyhur diantaranya adalah
Al-Hassan bin Nafi yang mendapat gelar
Zaryab. Al-Hasan juga dikenal sebagai
pencipta lagu.
b. Kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan agama.
1) Tafsir
Salah satu mufasir yang terkenal di
Spanyol adalah Al-Qurthubi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad
bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh AlAnshari Al-Khazraji Al-Andalusia. Karyanya adalah Al-Jamili Ahkam Al-Quran,
kitab tafsir yang terdiri atas 20 jilid dan
dikenal dengan nama Tafsir Al-Qurtubi.
2) Fiqih
Spanyol dikenal menganut mahzab
Maliki. Orang yang memperkenalkannya
adalah Ziyad bin Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu
- 25-
IAI Sambas
menjadi gereja dengan nama Santa Maria
de la Sede. (Misbahuddin, 2015: 32-33).
4) Toledo
Toledo merupakan kota penting di
Spanyol sebelum dikuasai Islam. Ketika
Romawi menguasai kota Toledo, kota ini
jadikan ibu kota kerajaan. Sementara itu
ketika Tahriq dan Ziyad menguasai Toledo
pada 712 M kota ini dijadikan pusat
kegiatan umat Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan.
Setelah kekuasaan Islam melemah. Raja
Alfonso VI dari Castilia merebut Toledo
dan sejumlah bangunan mesjid dirubah
menjadi gereja (Samsul Munir Amin,
2014: 131).
Banyak faktor pendukung kemajuan
Islam di Spanyol. Diantaranya adalah karena adanya penguasa-penguasa yangkuat
dan berwibawa seperti Abdurrahman AdDakhil, Abdurrahman Al-Wasith, Abdurrahman An-Nashir. Ketiga penguasa tersebut mampu mempersatukan kekuatan umat
Islam. Keberhasilan penguasa tersebut
juga ditunjang oleh kegiatan-kegiatan ilmiah. Disamping penguasan menoleransi
agama Kristen dan Yahudi, para non Muslim ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Islam di Spanyol (Samsul Munir
Amin, 2014: 132).
6.
- 26-
IAI Sambas
pengetahuan Islam di Eropa yang sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M, menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) peninggalan pemikiran Yunani
di Eropa pada abad ke-14 M.
Berkembangnya pemikiran Yunani di
Eropa muncul melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin. Walaupun Islam akhirnya harus pergi
meninggalkan negeri Spanyol dengan cara
yang menyakitkan, Islam telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa.
Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan
kembali kebudayaan Yunani Klasik
(renaissance) pada abad ke-14 M yang ber
mula di Italia, kemudian gerakan reformasi
pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada
abad ke-17 M, serta disusul dengan
pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18
M (Badri Yatim, 1994: 108-110).Dengan
demikian, peran Islam tetap terasa meski
tidak lagi dalam bentuk sebuah agama
melainkan dalam bentuk peradaban yang
tinggi (Badri Yatim, 1994: 56-57).
7.
a.
Dakwah di Spanyol
Arti dan Definisi Dakwah
Sejarah dakwah berasal dari dua kata
yaitu sejarah dan dakwah. Sejarah berasal
dari bahasa Arab syajarah yang berarti
pohon, mengandung konotasi geneologi,
yaitu pohon keluarga, yang menunjuk
kepada asal usul suatu marga. Sedangkan
dakwah secara etimologis berasal dari kata
daa, yadu, dawatan. Kata daa
mengandung arti menyeru, memanggil,
dan mengajak. Dakwah artiya seruan,
panggilan dan ajakan. Dengan demikian,
sejarah dakwah berarti sebagai peristiwa
masa lampau umat manusia dalam upaya
menyeru, memanggil dan mengajak umat
manusia kepada Islam serta bagaimana
reaksi umat yang diseru dan perubahan apa
yang terjadi setelah dakwah digulirkan,
baik langsung, maupun tidak langsung
(Wahyu Illahi dan Harjani Hefni, 2015: 12).
- 27-
IAI Sambas
Pada masanya banyak filsafat karya Aristoteles yang diterjemahkan.
b) Sains
Sains yang terdiri dari ilmu-ilmu
kedokteran, fisika, matematika, astronomi,
kimia biotani, zoologi, geologi, ilmu obatobatan juga berkembang dengan baik.
c) Bahasa dan Sastra
Pada masa Islam di Spanyol banyak
yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab.
Dalam bidang sastra banyak bermunculan,
seperti Al-Aqd Al- Farid karya Ibn Abd
Rabbiah, Adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl AlJazariah karya Ibn Bassam, Kitab AlQalaid karya Al-Fath bin Khaqan dan
lain-lain.
d) Musik dan Kesenian
Musik dan kesenian pada masa Islam
di Spanyol sangat manyur. Musik dan
kesenian banyak memperoleh apresiasi
dari para tokoh penguasa istana.
2) Kemajuan di Bidang Ilmu Agama
a) Tafsir
Salah satu mufasir yang terkenal dari
Andalusia adalah Al-Qurtubi. Adapun
karya dalam bidang tafsir adalah Al-Jamiu
li Ahkam Aquran, kitab tafsir yang terdiri
dari 20 jilid ini dikenal dengan nama tafsir
Al-Qurtubi.
Fiqih
Bidang fiqih Islam di Spanyol dikenal
sebagai pusat penganut mazhab Maliki.
Adapun yang memperkenalkan mazhab ini
di Spanyol adalah Ziyad bin Abd ArRahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Yahya yang menjadi qadhi
pada masa Hisam bin Abdurrahman. Para
fiqih lainnya adalah Abu Bakr bin AlQuthiyah, Muniz bin Said Al-Baluthi,
Ibnu Rusyd, penulis kitab Bidayah AlMujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, AsySyatibi, penulis buku Al-Muwafaqah fi
Ushul Asy-Syariah dan Ibnu Hazam.
3) Kemajuan di Bidang Arsitektur
Kemegahan bangunan fisik Islam
Spanyol sangat maju dan mendapatkan
perhatian umat dan penguasa. Umumnya
bangunan-bangunan di Andalusia memiliki
- 28-
IAI Sambas
berbeda.Hal ini terjadi sampai abad ke 10
M, para mualaf disebut dengan istilah ibad
dan muwalladun, ini adalah suatusebutan
yang dinilai merendahkan. Akhirnya kelompok-kelompok etis non-Arab yang ada
sering menggoroti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar
terhadap sejarah sosio-ekonomi negara
tersebut. Hal ini menunjukan tidak adanya
ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang
dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
c. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan
ekonomi yang amat memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.
d. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekua
saan diantara ahli waris. Bahkan karena ini
lah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan
Dinasti Muluk Al-Thawif muncul. Granda
yang merupakan pusat kekuasaan Islam ter
akhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand
dan Isabella, hal ini disebabkan karena
tidak adanya kejelasan sistem peralihan
kekuasaan Islam di Spanyol.
e. Keterpencilan
Islam di Spanyol bagaikan terpencil
dari dunia Islam yang lain. Islam di Span
yol selalu berjuang sendiri tanpa mendapat
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan
demikian tidak ada kekuatan alternatif
yang mampu membendung kebangkitan
Kristen Katolik (Badri Yatim, 2010: 107108).
PENUTUP
Keberadaan Islam di Spanyol berangkat dari keberadaan Islam di Afrika Utara
yang semakin kuat, sehingga perlu melakukan perluasan ke Semenanjung Iberia.
Spanyol adalah daerah terdekat dari Afrika
Utara dan kerajaan Gothic merupakan penguasa daerah Spanyolyang sedang mengalami kemunduran. Tiga tokoh penting
Islam yakni Tharif Ibnu Malik, Thariq
Ibnu Ziyad, dan Musa Ibnu Nushair telah
melakukan ekspansi wilayah kekuasaan
Islam pada waktu yang tepat. Ekspansi yang dilakukan paling jauh hanya mencapai
Afrika Utara, yaitu saat Abdul Malik menjadi Khalifah dari Dinasti Umayyah.
Saat Islam menguasai Spanyol, Eropa
bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang
politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dalam bagian dunia lainnya, seperti Dinasti Bani
Abbas dan Dinasti Fatimiyah, namun juga
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan dalam bidang ilmu dan tek
nologi inilah yang mendukung keberhasilan politik di Eropa pada umumnya, dan
terkhususnya daerah Spanyol. Kemajuankemajuan Eropa tersebut tidak bisa
dipisahkan dari pemerintahan Islam di
Spanyol. Dari daerah Spanyol, masyarakat
Eropa banyak menimba ilmu. Kehadiran
Islam di Spanyol hampir tidak pernah
luput dari bidikan para sejarawan.
- 29-
IAI Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Hefni,
Pengantar
Sejarah
Dakwah,
Jakarta:
Karim, Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2009.
Misbahuddin, Sicilia: Jembatan Transmisi Keilmuan Islam ke Eropa, dalam
Jurnal Khatulistiwa, Vol. 5 No. 1, Pontianak: Pengelola Jurnal
Khatulistiwa
IAIN Pontianak, 2015.
Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya:
Arkola, 2001.
Saad, Munawar M., Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Pontianak: STAIN Pontianak Press,
2013.
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.
Soebachman, Adiba A, Jejak-jejak Islam, Yogyakarta: Syura Media Utama, 2014.
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: CV
Widya Karya, 2011.
Sunanto, Musyripah, Sejarah Islam Klasik, Bogor: Kencana, 2003.
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.
---------------, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.
- 30-
ABSTRAK
Budaya hukum birokrasi dalam pelayanan kesehatan sangat penting dan
menentukan. Budaya hukum birokrasi yang diharapkan adalah berkeadilan bagi
masyarakat, maka pelayanan kesehatan akan memuaskan dan diterima oleh
masyarakat. Begitu pentingnya budaya hukum birokrasi dalam pelayanan kesehatan
menjadi alasan penelitian ini dilakukan. Penelitian dengan fokus studi pada budaya
hukum birokrasi dalam pelayanan kesehatan Ibu dan bayi (anak). Penelitian ini
mengungkap bahwa birokrasi pelayanan kesehatan menerapkan model weberian dan
marxian yang mempengaruhi budaya hukum birokrasi yang berakibat pada pelayanan
kesehatan. Hak-hak masyarakat untuk mendapatkan keadilan dalam pelayanan
kesehatan terabaikan karena faktor ekonomi dan kekuasaan yang sinergi dengan
budaya paternalistik dan patron-klien, serta faktor hukum yang tidak berpihak pada
rakyat kurang mampu dan daerah perbatasan. Prinsip-prinsip hukum progresif telah
dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan, tetapi belum dihayati dan dilaksanakan
secara konsisten untuk membentuk budaya hukum birokrasi pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu perlu merekonstruksi budaya hukum birokrasi pelayanan kesehatan
dengan prinsip-prinsip hukum progresif.
KATA KUNCI: Budaya hukum birokrasi, pelayanan kesehatan dan hukum progresif
*Dosen
IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan adalah salah satu
dari jenis pelayanan publik yang mendapat
perhatian serius dari berbagai kalangan, ba
ik praktisi, akademisi, maupun para pemerhati pelayanan public dan masalah ketidakadilan karena pelayanan kesehatan di
Indonesia dinilai sangat rumit, prosedural,
berbelit-belit, lama, boros atau tidak efisien dan efektif serta menyebalkan. Faktanya terbukti dari masih rendahnya kualitas
pelayanan public yang dilaksanakan oleh
birokrasi tersebut mendapat predikat terburuk kedua di Asia setelah Indis dalam
hal efisiensi pelayanan publik dan investasi asing. Hal yang sama dibuktikan dari
hasil penelitian oleh Governance Assessment Survey menunjukkan bahwa akses
masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan dan permodalan masih sangat rendah.
Meskipun pelayanan kesehatan sebagai salah satu pelayanan public yang diserahkan menjadi kewenangan wajib daerah,
yaitu jenis pelayanan publik yang menjadi
tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah, tetapi ternyata pelayanan kesehatan
yang ada saat ini belum memuaskan masyarakat. Diskriminasi pelayanan kesehatan sangat dirasakan, oleh masyarakat terlebih
lagi bagi masyarakat miskin yang tidak ada
pilihan lain, selain memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan dari pemerintah dan
pemerintah daerah melalui Puskesmas dan
RSUD/RSUP. Seiring dengan desentralisasi
pelayanan kesehatan berbagai kebijakan
pemerintah untuk meningkatkan pelayanan
keseha-tan telah dibuat, namun ternyata
target MDGs terutama upaya meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi tidak tercapai yang
sangat berpengaruh pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Berbagai penelitian telah dilakukan
mencari penyebab dari rendah atau buruknya mutu pelayanan kesehatan di Indonesia diantaranya adalah pada aspek budaya
birokrasi dan terkait dengan tidak dilaksanakannya berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan atau hukum diduga
- 31-
IAIS Sambas
pelayanan kesehatan berbasis hu-kum
progresif. Karena penelitian ini mengkaji
aspek hukum dengan memanfaatkan ilmu
sosial, maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan sosial-legal dengan
paradigma konstruk-tivisme dan paradigm
kritis.
Penelitian ini dilaksanakan pada Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Pilihan lokasi penelitian
didasarkan pada beberapa pertimbangan.
Pertama, Kabupaten Sambas adalah suatu
daerah di Kalimantan Barat yang unik atau
spesifik karena sebagai salah satu daerah
yang berbatasan langsung dengan negara
tetangga, Malaysia (Sarawak). Fokus pada
pembangunan perbatasan terkait erat dengan kebijakan NAWACITA ketiga yaitu
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan. Disamping itu, kawasan pertabatasan menjadi se
makin penting dibangun terkait pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
yang telah dimulai pada tanggal 31
Desember 2015 karena ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan satu kesatuan basis
produksi yang akan menjadi aliran bebas
barang, jasa, investasi, modal dan tenaga
kerja terampil antar negara ASEAN. Hal
ini adalah peluang sekaligus tantangan
yang perlu disikapi oleh bangsa Indonesia.
Kabupaten Sambas adalah salah satu
daerah pilot project reformasi birokrasi di
Indonesia yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 96
Tahun 2013 tentang Pene-tapan Pilot Project Reformasi Birokrasi pada Pemerintah
Daerah. Sebagai pilot project tentunya
diharapkan sasaran dan tujuan reformasi
birokrasi, terutama pelayanan publik (termasuk pelayanan kesehatan) memuaskan
masyarakat.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Sambas terendah di Kalimantan Barat, padahal terdapat Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) sebanyak 2 (dua)
- 32-
IAIS Sambas
paten Sambas meningkat dari 88 kasus
(2012), menjadi 108 kasus (2013) dan 111
kasus (2014) serta 135 kasus pada tahun
2015 (sekitar 12 AKB dari 1000 kelahiran
hidup). AKB di Kabupaten Sambas meskipun cenderung meningkat setiap tahunnya,
tetapi dibandingkan dengan AKB Kaliman
tan Barat sebanyak 31 per 1000 kelahiran
hidup dan AKB nasional pada tahun 2012
sekitar 32 per 1000 kelahiran hidup, maka
AKB Kabupaten Sambas tergolong rendah
menurut kriteria WHO, yaitu dibawah atau
kurang dari 20 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan analisis data sekunder, da
pat dipahami bahwa telah terjadi penurunan capaian SPM kesehatan karena dari 22
indikator SPM kesehatan, hanya 10 indikator yang dapat dicapai pada tahun 2013,
memang lebih baik dari capaian SPM pada
tahun 2012 yaitu sebanyak 8 indikator.
Pada tahun 2014 hanya 5 indikator yang
tercapai. Caku-pan kunjungan ibuhamil K4
yang ditar-getkan dalam SPM sebesar 95%
ternyata hanya dicapai 41% (2012),
95,97% (2013) dan 90,98 (2014). Cakupan
kom-plikasi kebidanan yang ditangai yang
di-targetkan 100% dalam SPM, ternyata
hanya 70% (2012), 76,02% (2013) dan
76,11% (2014). Sementara itu cakupan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang ditargetkan 90%, semula dapat dicapai yaitu sebesar 92,20% (2012), menurun menjadi 91,46% (2013) dan 86,33%
(2014). Persentase persalinan yang dittolong tenaga media di daerah perkotaan sebanyak 90,5% (2012) dan 92,8% (2014),
se-mentara di wilayah pedesaan (hampir
90% wilayah Kabupaten Sambas), pertolongan tenaga medis hanya 59,1% (2012)
dan 67,8% (2014). Selanjutnya pelayanan
nifas yang ditargetkan dalam SPM kesehatan 90% tidak pernah terea-lisir, yakni
86% (2012), 86,88% (2013) dan 83,12%
(2014). Demikian pula cakupan neonatus
dengan komplikasi yang ditangani yang
ditargetkan sebesar 85% ternyata tidak
pernah terealisir, bahkan sangat jauh dari
target, yaitu 58% (2012), 56,01% (2013)
dan 51,55% (2014). Cakupan kunjungan
- 33-
IAIS Sambas
4) Pencanangan pemasangan bendera
berwarna pink pada rumah tangga
yang istrinya hamil.
5) Melakukan lokakarya mini (lokmin)
di tingkat kecamatan dan kabupaten
secara berkala dengan melibatkan
berbagai komponen masyarakat
6) Kemitraan bidan desa dengan dukun
bayi dalam upaya mengurangi Kematian ibu melahirkan dan mera-wat
bayi.
7) Merekrut Sarjana Pendamping Percepatan Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (SP3 IPM) untuk
ditempatkan di setiap desa di Kabupaten Sambas guna mendata, meng
analisis dan menyusun program prio
ritas tiap-tiap desa sebagai upaya percepatan peningaktan IPM di desa tersebut.
8) Menetapkan beberapa Puskesmas
PONED (Pelayanan Obsetri Neonatal
Emergensi Dasar) dan RSUD PONEK
(Pelayanan Obsetri Neonatal EmerGensi Komprehensif) untuk meningkatkan pelayanan melahirkan dalam
kondisi gawat darurat
9) Membentuk Multi Stakeholder
Forum (MSF) bidang kesehatan, yaitu
kelompok masyarakat yang diinisiasi
untuk mewakili masyarakat dalam
mendata, membahas dan menye pakati
kebijakan pelayanan kesehatan.
10) Menetapkan janji layanan kesehatan
yang dibahas dan disepakati antara
penyelenggara pelayanan kesehatan dan
MSF di masing-masing wilayah kerja
Puskesmas dan RSUD sebagai bukti
komitmen tentang pelayanan kesehatan
yang akan diberikan kepada masyarakat.
Meskipun berbagai kebijakan baik di
tingkat nasional maupun daerah tentang
upaya peningkatan pelayanan kesehatan
ternyata budaya hukum birokrasi pelayanan kesehatan dilokasi penelitian belum
banyak berubah. Budaya hukum birokrasi
pelayanan kesehatan masih berorientasi
pada kekuasaan bukan pada pelayanan
- 34-
IAIS Sambas
dari pada dengan dukun bayi. Masyarakat
lebih memilih dibantu persalinannya oleh
dukun bayi karena biaya kecil dan sisa
biaya persalinan dapat digunakan untuk
biaya selamatan bayinya dari pada seluruh
biaya untuk persalinan dengan bidan desa,
sementara untuk sematan tidak ada. Selamatan untuk selamatan tidak ada. Selamatan bayi yang baru lahir bernilai tinggi
dan sakral bagi masyarakat desa dan apabila tidak dilakukan diyakini akan mendapat sanksi sosial dan pertanda tidak baik
bagi kelangsungan hidup bayi tersebut.
2.
- 35-
IAIS Sambas
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota.
2. Ketentuan agar pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan 90% pada tahun
2015. Ketentuan ini ditafsirkan bahwa
suatu waktu, nanti tidak ada lagi pertolongan persalinan oleh selain tenaga kesehatan. Kiranya betul seperti ini keiinginan pembuat peraturan, maka peraturan ini dapat dianggap tidak bermoral
karena mengabaikan kearifan lokal dan
nilai-nilai gotong-royong di pedesaan.
Dukun bayi adalah simbol kearifan
lokal, budaya patron klien yang masih
ada dan dijunjung tinggi oleh masyarakat pedesaan dan perbatasan. Sementara bidan desa adalah symbol modern
dan kapitalis karena jasa mereka dihargai dengan uang. Benturan kepentingan
ini meresahkan masyarakat. Langkah
positif pemerintah Kabupaten Sambas
menganaisis kemitraan antara bidan
desa dan dukun bayi dalam upaya menyelamatkan ibu melahirkan dan bayi
dengan cara berbagi peran dan kerja
sama (bekerja dalam sebuah tim).
3. Ketentuan Pasal 37 ayat (2) UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004ten-tang
Praktik Kedokteran yang mem-berikan
kebebasan praktik dokter maksimum 3
lokasi diniai tidak adil oleh masyarakat,
meskipun ketentuan ini dinyatakan
tidak bertentangan dengan konstitusi
oleh Mahkamah Konstitusi.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas dinilai
tidak memperhatikan perkembangan
masyarakat di daerah perbatasan karena
tidak sejalan dengan kebijakan pembangunan perbatasan yang sudah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2004-2009
dengan Peraturan Presiden Nomor 7
Tahun 2005, dan RPJMN 2010-2014
yang ditetapkan dengan Perpres Nomor
5 Tahun 2010 dan RPJMN tahun 20152019 yang ditetapkan dengan Perpres
- 36-
IAIS Sambas
6. Ketentuan Pasal 8 Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan jabatan struktural yang hingga saat ini masih berlaku, bertentangan dengan Pasal 34 ayat (1) UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Menurut PP Nomor 100
Tahun 2000 bahwa seorang pejabat
fungsional yang diangkat dalam jabatan
struktural, maka jabatan fungsionalnya
dicabut. Ketentuan ini dapat diartikan
bahwa seorang dokter (tenaga fungsional) yang diangkat sebagai pejabat stu
ktural, maka yang bersangkutan tidak
dapat diberikan izin praktik dokter.
Sementara itu, untuk dapat diangkat
sebagai direktur RSUD berdasarkan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit harus tenaga medis (dokter). Kalau dipersyaratkan harus
dokter untuk direktur RSUD, padahal
jabatan struktural pada dasarnya
berkualifikasi manajemen, maka bagi
Kabu-paten Sambas yang kekurangan
te-naga dokter yang apabila diangkat
sebagai pejabat struktural, maka jabatan
fungsionalnya dicabut, tidak boleh
praktik dokter, tentu saja dinilai tidak
adil bagi masyarakat dan bagi petugas
pelayanan kesehatan.
Konstruksi Baru Budaya Hukum
Birokrasi Pelayanan
Kesehatan Berbasis Hukum
Progresif
1. Praktik Budaya Hukum Birokrasi
Pelayanan Kesehatan Yang
Progresif
Penerapan PPK-BLUD pada fasilitas
kesehatan merupakan tindak lanjut dari
ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2012 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pe-
- 37-
IAIS Sambas
rintah kabupaten Sambas pada tahun 2013
dan 2015.
(2). Masyarakat terlibat aktif dalam
berbagai kebijakan pelayanan kesehatan
meskipun harus diakui bahwa peran serta
masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan masih rendah. Keterlibatan mas
yarakat dalam pembangunan kesehatan di
Kabupaten Sambas antara lain: (a). Terben
tuknya Multi Stakehol-ders Forum (MSF)
bidang kesehatan di seluruh kecamatan
dan tingkat Kabupaten Sambas, (b). Masyarakat terlibat dalam menyusun dan mene
tapkan janji layanan kesehatan di seluruh
Puskes-man dan RSUD Sambas dan
RSUD Pemangkat (c). Masyarakat terlibat
aktif dalam lokakarya mini (lokmin) bidang kesehatan terutama pada upaya meng
urangi AKI dan AKB serta gizi buruk ,
(d). Masyarakat terlibat aktif dalam pemasangan bendera bewarna pink pada keluarga yang terdapat ibu hamil (e).
Masyarakat mulai aktif dalam menim-bang
bayi setiap bulan di posyandu.
Kemitraan bidan desa dengan dukun
bayi diinisiasi oleh pemerintah daerah
bersama masyarakat dan difasilitasi oleh
USAID-Kinerja dan PKBI Kabupaten
Sambas dan Kalbar, contoh lain penetapan hukum progresif dalam pelayanan ke
sehatan di Kabupaten Sambas. Kemudian
dilanjutkan oleh pemerintah daerah yang
difasilitasi oleh PKBI Kabupaten Sambas
sejak tahun 2012 sampai sekarang. Tujuan
utama kemitraan ini adalah ingin mengurangi AKI dan AKB yang masih cukup
tinggi di Indonesia dan di Kabupaten
Sambas.
Berdasarkan laporan BPS Kabupa-ten
Sambas bahwa hasil Survei Susenas tahun
2012, cakupan persalinan di Indonesia
oleh dukun bayi sebesar 34,28%, bidan
56,94%, dokter 4,84% dan tenaga medis
lainnya sebanyak 3,94%.
Demikian pula cakupan persalinan
oleh dukun bayi di Kabupaten Sambas
masih cukup tinggi yaitu 27,25% (2011),
34,38% (2012), 20,08% (2013), dan
13,67% (2014) padahal jumlah bidan de-sa
- 38-
IAIS Sambas
sanakan atau tidak tergantung penafsiran dan kepentingan birokrasi.
Apapun yang dilaksanakan oleh
birokrasi untuk pelayanan public,
masyarakat harus mengikutinya karena birokrasi adalah agen pembangunan. Paham ini ada lah paham
birokrasi pra birokratis atau dapat
juga disebut sebagai paham birokrasi
administrasi lama (old public
administration).
2) Nilai ketaatan pada hukum yang
berlaku. Hukum diberlakukan jika
menguntungkan baik secara ekonomi maupun kelangsungan jaba-tan
atau posisi dalam status sosial.
Ketaatan pada pimpinan lebih tinggi
nilainya dari pada ketaatan pada
hukum.
3) Nilai kepedulian pada masyarakat
miskin dan tidak berkemampuan.
Orientasi ekonomi dan kekuasaan
menyebabkan kepedulian pada warga masyarakat miskin dan tidak
mampu dikesampingkan. Akibatnya,
masyarakat miskin dan kuran mampu hanya dianggap sebagai beban,
sementara sebagian masyarakat yang
berkecukupan dianggap sebagai sum
ber penghasilan yang perlu diberikan penghasilan yang perlu diberikan perhatian maksimal agar puas
dan menjadi pelanggan. Terhadap teman sejawat, diperlukan dengan bila
mana diperlukan dengan orientasi
saling menguntungkan.
b. Sikap birokrasi pelayanan kesehatan
selama ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
1) Sikap menunggu perintah pemerintah baru mau bekerja. Sikap menunggu pemerintah atau menunggu
arahan adalah sebagai konsekuensi
masuknya budaya paternalistik dan
atau patronklien dalam birokrasi selain budaya birokrasi weberian yang
hierarkis dan birokrasi marxian yang
menegaskan bahwa birokrasi adalah
bagian dari kekuasaan. Staf pelak-
- 39-
IAIS Sambas
praktik melayani masyarakat yang
sakit
2) Diharapkan adanya kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk
memberikan insensif bagi tenaga
kesehatan yang tugas di daerah perbatasan. Isentif tersebut antara lain
berupa tambahan penghasilan, dan
insentif mendapatkan prioritas untuk mendapatkan pelatihan teknis
secara berkala dan pendidikan kejenjang profesi lainnya. Juga diharapkan dibangunnya sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan yang berkualitas Internasional.
Konstruksi baru budaya hukum pelayanan kesehaan berbasis hukum progresif
adalah nilai-nilai, sikap dan harapan birokrasi pelayanan kesehatan yang berkeadilan
adalah sebagai berikut:
a. Nilai-nilai yang harus dimiliki oleh
birokrasi pelayanan kesehatan adalah :
1) Nilai tanggung jawab menyelamatkan manusia lebih utama dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya,
seperti orientasi ekonomi yang meng
anggap pasien sebagai sumber peng
hasilan. Tanggung jawab menyelamatkan manusia di atas peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Artinya, meskipun dilarang oleh
peraturan, tetapi demi menyelamatkan manusia, maka laksana saja sesuatu yang diyakini dapat dilakukan.
Hal ini terkait dengan nilai dalam
hukum progresif bahwa hukum itu
pro rak yat dan pro keadilan dan
hukum untuk kebahagiaan. Apalagi
di wilayah perbatasan yang sarana
dan prasarana serta infrastruktur dan
sumber daya manusia terbatas, maka
masyarakat sangat berharap pertolongan petugas pelayanan kesehatan
jika mereka sakit, terlebih kalau
dalam kondisi gawat darurat.
2) Nilai kebersamaan dengan semangat gotong royong harus dibang-un
dan dikembangkan karena pelayanan kesehatan bukan tugasnya
- 40-
IAIS Sambas
dalam perbaikan budaya hukum birokrasi
pelayanan kesehatan, yakni: a. Rekonstruksi cara berpikir irokrasi pelayanan kesehatan yang progresif, b. rekonstruksi cara
kerja birokrasi pelayanan kesehatan yang
progresif.
Agar konstruksi baru budaya hukum
birokrasi pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dilakukan perubahan cara berpikir (mind sets)
pelayanan kesehatan yang progresif dan
cara kerja (culture sets) pelayanan kesehatan yang progresif.
1. Rekonstruksi Cara Berpikir (Mind
Sets) Progresif
Rekonstruksi pandangan dasar atau
cara berpikir (mind sets) birokrasi pelayanan kesehatan sudah saatnya dilakukan
mengingat cara berpikir lama sudah tidak
sesuai lagi dengan keadaan saat ini. Birokrasi pelayanan kesehatan yang ada saat ini
mengikuti cara berpikir positivistik. Cara
berpikir positivistik, hukum diidentikkan
dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, proses hukum berjalan sesuai prosedur yang ditetapkan, tidak boleh
diubah, kecuali diubah oleh peraturan yang
sama oleh pejabat berwenang. Apapun
yang tertera dan tertulis dalam peraturan
tidak boleh diubah, harus dilaksanakan.
Jadi, hukum adalah sebuah perintah dari
negara (pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah) yang diberlakukan bagi mas
yarakat, dan masyarakat wajib mengikutinya. Penyimpangan atau penolakan dalam
melaksanakan hukum bearti perbuatan
melanggar hukum dan harus dihukum.
Hukum progresif menolak cara-cara
berhukum positivistik yang kaku, yaitu
cara berpikir bahwa hukum yang tertulis
yang dibuat oleh penguasa dalam bentuk
peraturan perundang-undangan adalah paling benar. Hukum progresif tidak berarti
menolak hukum positif, jika hukumnya
adil, dapat diterima, tetapi jika hukumnya
tidak membawa rasa keadilan bagi masyarakat maka hukum tersebut diabaikan.
Hukum progresif bu kan sekedar menetap
kan aturan dan hanya untuk memenuhi
- 41-
IAIS Sambas
sangat lemah yang perlu pertolo-longan
dengan alasan belum mendaftar pada loket
pendaftaran. Juga ditemukan adanya dokter tidak mau melayani pasien yang gawat
darurat dengan alasan tidak bertugas saat
itu, padahal dia melihat kejadian itu
dengan alasan melang gar kode etik. Dilain
pihak, banyak kasus di pedesaan, seorang
perawat dan bidan, melakukan praktik
(menolong pasien) terhadap penyakit yang
seharusnya ditangani dokter umum atau
dokter spesialis. Praktik tersebut dilakukan
dengan alasan menolong warga yang butuh
pertolongan.
Cara berpikir birokrasi yang selama
ini bahwa hanya negara yang berwenang
membuat hukum. Kenyataannya, masyarakat pun bisa membuat hukum yang
berlaku bagi masyarakat tersebut.
Contoh nyata hasil penelitian, yaitu
adanya kesepakatan perikatan atau perjanjian antara petugas pelayanan kesehatan dengan MSF dalam bentuk janji
layanan. Janji layanan tersebut dibuat tertulis dan disepakati untuk dilaksana-kan.
Janji layanan adalah hukum bagi para
pihak yang mengikatkan perjanjian tersebut karena kalau dilanggar akan mendapat
sanksi. Sanksinya adalah sanksi berupa teguran, bahkan sampai dimutasi dari jabatan dan atau diberitahukan tidak dengan
hormat sebagai pegawai negeri. Contoh
lain yang dapat dijadikan bahan untuk
merekonstruksi cara berpikir birokrasi
adalah kemitraan bidan desa dengan dukun
bayi dalam hal mengurangi AKB dan AKI
di lokasi penelitian. Cara berpikir kreatif
dengan mengadopsi prinsip-prinsip hukum
pro gresif yang dilakukan melalui kemitraan tersebut adalah suatu sikap yang lebih
mengutamakan kepentingan manusia atau
keselamatan manusia dari pada kepentingan peraturan. Bidan dan dukun bayi
bermitra atas dasar mengedepan kan
keselamatan manusia (ibu dan anak) dari
pada kepentingan pribadi mereka (kepentingan ekonomi, sosial, harga diri dan
sebagainya). Mereka yang bermitra merasa
setara dan saling mendukung dalam se-
- 42-
IAIS Sambas
rasi. Unsur kekuasaan juga masih sangat
dominan mempengaruhi praktik birokrasi
dalam pelayanan publik, termasuk dalam
pela-yanan kesehatan. Disamping itu, telah
di buatberbagai peraturan dan prosedur
pelayanan publik, termasuk pelayanan
kesehatan sebagai ciri bahwa pelayanan
kesehatan mengarah pada tipe birokratik.
Begitu banyaknya peraturan terkait
pelayanan kesehatan, menyebabkan birokrasi pelayanan kesehatan semakin kaku,
tidak fleksibel dalam praktisi mem berikan
pelayanan kesehatan. Petugas pelayanan
kesehatan tidak berani bertindak menyimpang dari aturan yang ada, padahal sering
kali mereka diha-dapkan untuk bersikap
toleran terhadap peraturan karena mereka
sering kali berhadapan dengan pasien
miskin dan tidak berkemampuan yang
dalam pan-dangan mereka patut dilayani
dengan baik.
Ketika petugas pelayanan kesehatan
mengambil sikap menyimpang dari ketentuan yang berlaku, padahal dengan niat me
nolong warga yang tidak mampu, misalnya
menggratiskan atau tidak memungut biaya
dari pasien miskin, dipastikan tindakan
tersebut akan ditegur pimpinan dan disalahkan atau dinyatakan bersalah oleh pemeriksa. Sering kali diminta pertanggung
jawaban materi (dibayar sendiri oleh petugas dari uang sen diri) oleh aparat pengawas dan penyidik. Hal ini berarti, cara ber
piker yang positivistik adalah cara paling
aman dari aspek hukum, meskipun bertentangan dengan hati nurani petugas itu
sendiri untuk menolong nyawa manusia.
Jadi, birokrasi pelayanan kesehatan yang
positivistik yang diatur oleh negara dalam
berbagai produk perundang-undangan
telah membuat birokrasi pelayanan kesehatan tidak manusiawi atau tidak berhati
nurani. Sebenarnya, UUD 1945 telah mengamankan bahwa pelayanan kesehatan
adalah salah satu bentuk hak asasi manusia
yang harus diwujudkan oleh birokrasi
(negara).
Implikasi cara berpikir progresif yang
menolak cara berpikir positivistik adalah
- 43-
IAIS Sambas
Orientasi kerja mendapatkan uang
bukan dilarang, tetapi kalau orientasi kerja
hanya atau semata-mata untuk mendapakan uang adalah tidak adil bagi masyarakat uang adalah tidak adil bagi masyarakat
jika kita bekerja sebagai petugas pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah pekerjaan unik yaitu pekerjaan yang penuh
dengan nilai-nilai kemanusiaan karena mereka yang ingin mendapatkan layanan
adalah orang sakit dan kebanyakan orang
miskin. Hasil penelitian, ditemukan beberapa ibu melahirkan meninggal dunia
karena tidak ditolong oleh tenaga kesehatan atau kalaupun ditolong tidak dilakukan
secara maksimal karena orang (pasien) yang ditolong adalah pasien miskin yang apa
bila ditolong tidak banyak dapat jasa
layanannya (jasa medis) atau mungkin setleah ditolong dia minta digratiskan dengan alasan tidak punya uang. Tidak ditolong
oleh petugas pelayanan kesehatan (ditolong dukun bayi) karena alasan tidak ada
biaya bila ditolong persalinannya oleh bidan yaitu dengan biaya sekitar Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah). Persalinan
dengan pertolongan dukun bayi tidak dipu
ngut biaya seperti halnya ditolong oleh
bidan. Orientasi kerja yang demikian itu
adalah orientasi ekonomi, yaitu orientasi
yang hanya ingin mendapatkan uang
dalam memberikan pelayanan.
Selanjutnya, seseorang berorientasi pa
da ekonomi dalam bekerja, maka apabila
tidak menguntungkan secara ekonomi, katakanlah pasien yang dilayani adalah orang
miskin pemegang kartu BPJS kelas III, ma
ka cara kerjanya akan berbeda apabila pasien adalah orang kaya dan pasien umum,
menginap di VIP. Perilaku yang demikian
itu harus diubah (rekonstruksi) melalui
cara bahwa tugas utama pelayanan kesehatan adalah menyelamatkan manusia, bukan
yang lainnya. Hukum progresif mengajarkan bahwa hukum harus dijalankan berdasarkan cara-cara yang bermoral, yaitu berhati nurani yang berlandaskan nilai spritual, yaitu nilai-nilai yang sudah berakar
kuat dalam budaya bangsa, yaitu nilai kea-
- 44-
IAIS Sambas
dibuat atas dasar rekayasa pribadi tidak
tertulis dan tidak berlandaskan hukum
yang dapat dipertanggung jawabkan, (3).
praktik birokrasi yang tidak disiplin dalam
melaksanakan tugasnya yang datang ke
kantor sesuka hatinya, (4). Praktisi birorasi yang lebih mengutamakan pada hirearki kewenangan, sehingga petugas pelayanan yang langsung berhadapan dengan
masyarakat tidak mempunyai kekuasaan
untuk memutuskan sendiri jika berhadapan
dengan masalah yang dihadapi secara
konkret, (5). Praktik birokrasi yang menganggap bahwa pasien adalah orang lemah
yang tidak mengerti apa yang harus dilakukan dan hanya bantuan tenaga kesehatan
yang diharapkan, (6). praktik birokrasi yang berorientasi ekonomi untuk kepentingan diri sendiri, (7). praktik birokrasi ya
ng bekerja sendiri-sendiri tanpa perlu bantuan profesi atau orang lain, (8). Praktisi bi
rokrasi bahwa hukum dapat dilaksanakan
juga dapat tidak dilaksana kan (plastis) tergantung pada pendapat pribadi dan arahan
pimpinan. Hukum dilaksanakan jika meng
utamakan secara ekonomi dan kepentingan
jabatan, (9). praktik birokrasi pelayanan
kesehatan yang meskipun disusun secara
rasional, hierarkis dan diatur secara tertulis dapat dikalahkan oleh penguasa pembina ASN dengan perintah lisan karena ala
san loyalitas dan serba salah yang dipengaruhi oleh masih kuatnya budaya paternalistik dan patron-klien dalam birokrasi
pemerintahan.
Kedua, hak-hak masyarakat mencari
keadilan dalam pelayanan kesehatan
terabaikan oleh: (1). Kepentingan ekonomi petugas pelayanan kesehatan yang
sangat dominan dari pada kepentingan
melayani dan menyelamatkan pasien, (2).
kepentingan politik atau kekuasaan para
pimpinan pemerintahan dan para anggota
DPRD, memaksa birokrasi harus mempertanggung jawabkan kepentingan mereka.
Pejabat birokrasi, tidak bisa keluar dari ika
tan patron-klien dalam birokrasi pemerintah. Pimpinan sebagai patron, dan pejabat
dan petugas pelayanan kesehatan sebagai
- 45-
IAIS Sambas
2. Kepada pemerintah pusat, disarankan untuk:
1) Membuat kebijakan pelayanan kesehatan di wilayah perbatasan yang bersifat khusus yang tidak sama dengan kebijakan di daerah lain.
2) Jika jumlah dokter tetap dipertahankan
tersedia di Puskesmas sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesman, maka pemerintah pusat harus membuat kebijakan insentif
bagi dokter dan tenaga kesehatan
lainnya tidak hanya insentif kenaikan
pangkat istimewa sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang tenaga Kesehatan,
insentif dimaksud terkait dengan: (a).
Diprioritaskan untuk mendapatkan
pendidikan pada jenjang lebih tinggi
dan dibiayai oleh pemerintah pusat, (b).
diberikan sarana pelayanan kesehatan
yang lengkap, dan (c). Diberikan
kesempatan untuk mengikuti berbagai
pelatihan teknis.
- 46-
IAIS Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
Ainur
Rohman,dik,
Press.Malang, 2010.
Reformasi
Pelayanan
Publik.Averoes
Kontekstual.
Gajahmada
University
Press.
- 47-
IAIS Sambas
Dari
Birokrasi
Menuju
Politik
Moleong,
Lexi
J,
Metodologi
Rosdakarya.Bandung, 2012.
di
Indonesia.PT.
Penelitian
Rajagrafindo
Kualitatif.PT.
Remaja
Analysis
of
Law.A
Wolter
Kluwer
Sebuah
Sintesa
Hukum
- 48-
IAIS Sambas
- 49-
ABSTRAK
The principle of education humanistic make from progressivism, namely child centered
education. The teacher has a democratic and cooperative role, participation in student
activity. Learning process and activity based student, it is a problem solving. Education is not
only with target to humanistic but need transcendental target. Morality become is very
important in this educational model, how created someone can meaningfulness it self and
another. Education can build morality and capacity to realization living goal is it a style
education humanism religious. Finally all person in this live can taste comfortable to
ibtighaa mardlatillah and radliyatan mardliyyah.
Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas
IAI Sambas
PENDAHULUAN
Di negara kita, pendidikan diharapkan
bersifat humanis-religius dimana pengembangan kehidupan (ilmu pengetahuan)
tidak terlepas dari nilai-nilai keagamaan
dan kebudayaan.Masyarakat di negara ini
menghargai nilai-nilai keagamaan dan
kebudayaan sebagai sumber membangun
kehidupan yang harmonis di antara
bermacam-macam etnik, kelompok, sosial,
agama, dan daerah.Nilai keagamaan dan
kebudayaan merupakan nilai inti bagi
masyarakat yang dipandang sebagai dasar
untuk mewujudkan cita-cita kehidupan
yang bersatu, bertoleransi, berkeadilan,
dan sejahtera.Hal ini menjadikan nilai takwa haruslah dipahami sebuah inklusifisme
dalam kehidupan yang sarat keberagaman
seperti di Indonesia sehingga tercipta
sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat
yang berdampingan dengan penuh damai
(peaceful coexistence) (Abdurrahman
Masud, 2003: 156).
Nilai keagamaan bukan dipandang
sebagai nilai ritual yang sekadar digunakan
untuk menjalankanupacara keagamaan dan
tradisi, tetapi diharapkan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dan kegiatan kehidupan untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraan material, sosial, harga diri, intelektual, dan aktualisasi diri. Masyarakat
mengharapkan kehidupan material dan
sosial tidak dipisahkan dari nilai keagamaan sehingga kemakmuran material yang
ingin diwujudkan tidak menjadi wujud pemenuhan keserakahan material yang dapat
dihancurkan kemanusiaan.
Kehidupan yang didominasi oleh pemenuhan kebutuhan material akan mendorong kehidupan yang penuh dengan
konflik ketidakadilan, kesenjangan sosial
yang menghancurkan dan menjauhkan hubungan persaudaraan yang harmonis dan
persamaan. Manusia dihinggapi dengan ka
rakter persaudaraan yang harmonis dan per
samaan.
Manusia dihinggapi dengan karakter
pemilikan (having character) yang membahayakan bagi orang lain dan juga bagi
- 50-
IAI Sambas
kehidupan masyarakat, dan juga pengembangan kehidupan dan budaya sekolah.
Nilai keutuhan dan kemanusian mengisyaratkan bahwa aktivitas kehidupan dan pen
didikan harus bersifat humanis dan religius
dimana kegiatan pendidikan harus bertujuan pada pengambangan nilai-nilai kema
nusian dan religiusitas (keberagaman) peserta didiknya.
Sedangkan sila ketiga mengisyaratkan
pada pengembangan nilai-nilai kebangsaan
(persatuan) dibangun di atas pondasi nilai
keberagamaan dan kemanusiaan. Sila keempat mengisyaratkan pengambangan nilai demokrasi yang dibangun berdasarkan
pada nilai keberagamaan, kemanusiaan,
dan kesatuan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera. Sila kelim mengisyaratkan bahwa
pengembangan masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera menjadi wujud masyarakat yang dicita-citakan, masyarakat yang
humanis-religius, bersatu secara nasional
dan demokratis.
Tuntutan dari kondisi realistis yang
masih berkembang dan bangunan filosofis
(pandangan hidup) bermasyarakat dengan
Pancasila sebagai dasar pendidikan di
negara kita lebih dituntut untuk membangun pendidikan yang humanis religius. Citacita membangun pendidikan yang humanis
dan religius sudah tersurat dalam nilainilai perumusan Pancasila sebagai dasar
bagi penyelenggaraan kehidupan ber-bang
sa dan bernegara.
Pendidikan Humanis-Religius
Istilah pendidikan humanis-religius mengandung dua konsep pendidikan yang ingin
diintegrasikan, yaitu pendidikan humanis
dan pendidikan religius. Pengintegrasian dua
kosep pendidikan ini dengan tujuan untuk
dapat membangun sistem pendidikan yang
dapat mengintegrasikan keduanya. Pendidikan humanis yang menekankan aspek kemerdekaan individu diintegrasikan dengan
pendidikan religius agar dapat membangun
kehidupan individu (sosial) yang memiliki
kemerdekaan, tetapi dengan tidak mening-
- 51-
IAI Sambas
1. Tujuan pendidikan dan proses pendidikan berasal dari anak (siswa). Oleh
karenanya kurikulum dan tujuan pendidikan menyesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan prakarsa anak.
2. Siswa adalah aktif bukan pasif. Anak
memiliki keinginan belajar dan akan me
lakukan aktivitas belajar apabila mereka
tidak difrustaskan belajarnya, oleh orang dewasa atau penguasa yang memaksakan keinginannya.
3. Peran guru adalah sebagai penasihat,
pembimbing, teman belajar bukan peng
uasa kelas. Tugas guru ialah membantu
siswa belajar sehingga siswa memiliki
kemandirian dalam belajar. Guru berperan sebagai pembimbing dan yang melaukan kegiatan mencari dan menemukan pengetahuan bersama siswa. Tidak
boleh ada pengajaran yang bersifat
otoriter, di mana guru sebagai penguasa
dan murid menyesuaikan.
4. Sekolah sebagai bentuk kecil dari masyarakat luas. Pendidikan seharusnya tidak sekadar dibatasi sebagai kegiatan di
dalam kelas dengan dibatasi empat dinding sehingga terpisah dari masyarakat
luas. Karena pendidikan yang bermakna
adalah apabila pendidikn itu dapat dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat.
5. Aktivitas belajar harus berfokus pada
pemecahan masalah, bukan sekadar mengajarkan matapelajaran. Pemecahan
masalah adalah bagian dari kegiatan kehidupan.oleh karenanya, pendidikan harus membangun kemajuan siswa untuk
memecahkan masalah. Kegiatan pendidikan bukan sebagai pemberian informasi atau data dari guru kepada siswa,
yang terbatas sebagai aktivitas mengumpulkan dan mengingat kembali peng
etahuan statis.
6. lklim sekolah harus demokratis dan koo
peratif karena kehidupan di masyarakat
selalu hidupbersama orang lain, maka
setiap orang harus mampu membangun
kooperasi dengan orang lain. Namun,
- 52-
IAI Sambas
sukarela dan bukan karena paksaan dan
otoritas di luar dirinya. Oleh karenanya,
komunikasi atau dialog menjadi instrumen
penting bagi perubahan pemaknaan akan
pengetahuan, nilai-nilai, maupun keagamaan.
Dalam model pendidikan tradisional,
komunikasi atau dialog yang bersifat interaksi dua arah dari guru pada siswa, dan
siswa pada guru, telah diubah menjadi
bentuk perintah atau penyampaian informasi yang satu arah. Dalam hal ini, hakhak siswa sebagai individu yang memiliki
kebebasan atau otoritas atas dirinya telah
dirampas oleh guru. Pengetahuan dan nilai
yang ditangkap siswa menjadi tidak orsinil atau tidak memiliki makna bagi individu dan kehidupannyan.
Hanya dengan metode dialog maka
pengetahuan dan nilai-nilai yang dijadikan
materi (isi) dialog tersebut dapat membantu mengubah pengetahuan subjektif
menjadi pengetahuan objektif. Dalam metode dialog terjadi proses komunikasi yang
setara antara individu satu dengan individu
lain, tidak ada unsur pemaksaan sehingga
memberi kebebasan bagi setiap individu
untuk mengambil atau tidak mengambil
pengetahuan dan nilai-nilai. Hal ini juga
sesuai dengan prinsip belajar yang disampaikan Rogers, yaitu situasi belajar yang
paling efektif meningkatkan belajar yang
bermakna adalah apabila (1) situasi yang
mengancam diri siswa dikurangi seminimal mungkin, (2) perbedaan persepsi
terhadap objek pemahaman diizinkan atau
difasilitasi.
Paulo Freire (1972: 35), menjelaskan
dialog adalah sebagai cara yang menusiawi
untuk memaknai dunia, dalam arti juga untuk memahami dan memaknai pengetahuan dan nilai-nilai. Dia mengatakan dialog adalah pertemuan antar orang (manusia), diperantarai oleh dunia, agar manusia
memaknai dunia. Apabila ini diterapkan
pada situasi belajar maka dialog adalah per
jumpaan antara guru dan siswa, diperantarai oleh materi (isi) pelajaran, agar dapat
memahami (memaknai) materi pelajaran.
- 53-
IAI Sambas
naan nilai keilmuan yang lebih objektif
seperti kemanusiaan dan demokrasi, tetapi
nilai keagamaan tetap tidak dapat dipisahkan
dari perilaku nyata kehidupan individu dan
masyarakat. Nilai-nilai keagamaan sering
secaratidak sadar tetap menjadi kekuatan
yang laten bagi pilihan tindakan atau perilaku manusia dan masyarakat. Karenanya,
pandangan keagamaan memancarkan tatanan kehidupan sosial seperti keadilan, keterbukaan, dan demokrasi. Sebagaimana fenomena yang bisa kita baca dalam referensi
klasik maka kita akan menemukan keadaan
Islam yang mendekati ideal. Oleh karena itu,
memahami masa klasik adalah cara terbaik
(Nurcholish Madjid, 2000: 113).
Pendidikan keagamaan secara klasik
cenderung memiliki tujuan untuk
- 54-
IAI Sambas
Sebaliknya apabila kebutuhan dasar fisik belum dapat terpenuhi maka kebutuhan
rasa aman dan kasih sayang tidak akan
dapat dipenuhi. Begitu juga kebutuhan
manusia yang lebih tinggi harga diri, berkembang dan pencapaiannya sangat tergantung pada kebutuhan dapat atau
tidaknya kebutuhan di bawahnya dipenuhi.
Aktualisasi diri sebagai kebutuhan
tertinggi bagi kehidupan manusia merupakan harapan atau cita-cita semua manusia
untuk dapat hidup produktif, tetapi belum
tentu semua manusia dapat mencapainya.
Rumusan tujuan pendidikan yang
ditarik dari nilai-nilai pengetahuan (seperti
Maslow) cenderung diwarnai oleh pengajaran kebutuhan material lebih dulu, walau
pun pada akhirnya bertujuan pencapaian
kebutuhan lebih tinggi, yaitu aktualisasi
diri.Aktualisasi diri apabila diartikan sekedar kemampuan menggunakan potensi, talenta atau kapasitas diri secara optimal
sehingga menjadi individu yang produktif
mungkin belum menyentuh nilai-nilai spri
tual yang bersifat transendental. Tetapi
apabila aktualisasi diri diartikan sebagai
pencapaian nilai kemanusiaan yang tertinggi ibarat sebatang pohon yang berbuah
dimana buahnya dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia atau binatang, diluar kebutuhan pohon itu sendiri, maka tujuan
aktualisasi diri bersifat tujuan moral, yaitu
berbuat kebaikan atau ikhsan terhadap
orang lain, yaitu perwujudan dan konsep
akhlakul karimah sebagaimana telah
menjadi tujuan pendidikan agama.
Banyak ahli yang tidak puas dengan
bangunan teori kebutuhan Maslow, seperti
Danah Zohar dan Ian Marshal (2005:134),
keduanya lebih tertarik dan percaya bahwa
kebutuhan spiritual harus menjadi dasar
bagi pengembangan hidup manusia yang
lebih adil dan sejahtera. Mereka menulis
buku yang berjudul Spiritual Capital
(SC) yang menjadi bestseller dan tulisan
itu memiliki visi yang mulia untuk
memperbaiki sistem kehidupan masyarakat
kapitalistik yang sering mendorong keselarasan material. Perjalanan kehidupan masy
- 55-
IAI Sambas
ridla (senang) pula, ridla dan diridlai,
radliyatan mardliyyah, (Ahmad Mubarok,
2005: 159).
Pengembangan Pendidikan HumanisReligius
Secara umum, realisasi praktik pendidikan masih dari pemikiran pendidikan
humanis-religius. Pendidikan tradisional
dalam realisasinya di sekolah masih cenderung berorientasi pada buku dan guru, dan
penyampaian informasi atau data tentang
kehidupan secara statis. Murid diposisikan
sekadar penerima pengetahuan dari nilainilai secara pasif sehingga pengetahuan
dan nilai-nilai tidak memiliki arti dinamis
bagi perubahan kehidupan murid atau mas
yarakat. Pengetahuan dan nilai-nilai sekedar menjadi objek pasif yang seolah-olah
dapat diberikan atau dipindahkan pada
orang lain, yang terlepas (terasing) dan
maknanya yang dinamis bagi perubahan
kehidupan manusia.
Pendidikan dalam realitanya masih
menderita dehumanisasi karena pengetahuan nilai-nilai masih diartikan sebagai
objek pemilikan (having) bukan menjadi
pengetahuan dan nilai yang membangun
perubahan diri (being). Ada keterpisahan
antara pengetahuan dan nilai-nilai dengan
diri manusianya, dan karena keterpisahan
itu manusia mengalami proses dehumanisasi, dan manusia mengalami penurunan
martabatnya menjadi serendah binatang
yang serakah.
Pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dibangun manusia sebenarnya adalah
sebuah konstruksi, kreasi (ciptaan), atau
penciptaan kembali yang berada dan melekat dalam diri manusia (seseorang) dan
digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan untuk mewujudkan tujuan kehisupan yang mulia.Namun, dalam realita
yang dilakukan di sekolah tradisional pengetahuan dan nilai berubah menjadi
sekadar kata-kata, ucapan-ucapan kosong
yang bersifat verbalistik.
Pengetahuan dan nilai-nilai kehilangan makna tindakan, yaitu pengetahuan dan
- 56-
IAI Sambas
DAFTAR PUSTAKA
- 57-
IAI Sambas
- 58-
ABSTRAK
Mazhab Syafii dibangun oleh Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Idris bin alAbbas bin Syafii , dari suku Quraisy, bertemu nasabnya dengan Rasulullah Saw pada Abd
Manaf. Diantara perubahan produk ijtihad yang paling populer dikalangan ulama fiqih adalah
pembahasan fatwa hukum yang dikeluarkan oleh mazhab Syafii dengan qaul qadim ketika
berada di lingkungan Iraq, dan qaul jadid ketika beliau berdomisili di Mesir. Fatwa imam
syafii di Baghdad di sebut dengan qaul qadim dan fatwa imam syafii ketika berada di Mesir
di sebut qaul jadid. Latar belakang adanya qaul qadim dan qaul jadid Imam Syafii adalah
perbedaan lingkungan sosial-kultural Baghdad dan Mesir yang menjadikan penyebab
pembahasan fatwa Imam Syafii terdapat pada dua qaul yakni qadim dan jadid. Tidak semua
qaul jadid menghapus qaul qadim. Jika tidak ditegaskan penggantiannya dan terdapat kondisi
yang cocok, baik dengan ''qaul qadim'' ataupun dengan ''qaul jadid'', maka dapat digunakan
salah satunya. Dengan demikian dalam penerapannya terdapat beberapa keadaan yang
memungkinkan kedua qaul tersebut dapat digunakan, dan keduanya tetap dianggap berlaku
oleh para pemegang Mazhab Syafi'i. Ringkasnya qaul qadim dan qaul jadid dapat berlaku
sesuai dengan keadaan sosial kultural masyarakat itu sendiri.
KATA KUNCI: Qaul Qadim, Qaul Jadid, Metode Penerapan Hukum Islam
IAI Sambas
PENDAHULUAN
Metode dapat difahami sebagai suatu
cara yang teratur dan terpikir dengan baik
untuk mencapai suatu tujuan atau maksud
tertentu. Kajian metode hukum islam
biasanya berkaitan dengan teori klasik
tentang sumber hukum islam, baik dari
kalangan dari hukum islam maupun para
pakar hukum barat. Oleh karena itu, suatu
metode tidak dapat dipisahkan, bahkan
dipengaruhi oleh sifat-sifat sumber hukum
sendiri.
Mazhab Syafii dibangun oleh Imam
Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin
Idris bin al-Abbas bin Syafii, dari suku
Quraisy, bertemu nasabnya dengan Rasullullah Saw pada Abd Manaf. Imam Syafii
lahir di Gaza pada tahun 150 H dan wafat
di Mesir tahun 209 H. ibunya keturunan
Yaman dan kabilah Azdi dan memiliki
jasa yang besar dalam mendidik Imam
Syafii.
Ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih dalam buaian, hidup dalam kemiskinan dan ketika ibunya takut nasabnya
anaknya hilang sehingga hilanglah betapa
hak yang dapat menjauhkannya dan sulitnya ujian hidup. Kemudian ibunya membawa beliau ke Mekah ketika berumur sepuluh tahun agar dapat hidup bersama
orang-orang Quraisy, bertemu dengan nasabnya yang tinggi (Lahmuddin Nasution,
200: 4-5).
Imam Syafii mendapatkan ilmunya
dari banyak guru yang tersebar di seluruh
negeri Islam dan para fuqaha yang tersebar
dinegeri itu. Di Madinah beliau belajar di
Muslim bin Khalid Az-Zanji seorang mufti
Mekkah, di Madinah Imam Syafii belajar
dengan Imam Malik. Beliau juga belajar
dengan Muhammad bin Al-Hasan AsySyaibani, sahabat Imam Abu Hanifah.
Dalam menetapkan fiqihnya, Imam
Syafii menggunakan lima sumber sebagai
berikut:
1. Nash-nash yakni Al-Quran dan Sunah
2. Ijma
3. Pendapat para sahabat
- 59-
IAI Sambas
daan lingkungan sosial-kultural baghdad dan
Mesir merupakan faktor yang menjadikan
penyebab pembahasan fatwa Imam Syafii.
Preseden ini dapat diartikan sebagai indikasi
adanya potensi perubahan dan sifat dinamis
hukum Islam dalam pemikiran Imam Syafii
(Jaih Mubarok, 2002: 9).
Dikatakan oleh Syaban Muhammad
Ismail bahwa Imam Syafii tinggal di Irak
pada masa pemerintahan al-Amin dan ia
sempat belajar dan banyak mengambil
pendapat ulama Irak yang termasuk Ahli
Rayi. Sedangkan ketika berada di Mesir ia
bertemu, berdiskusi, dan beragam pada para ulama Mesir sedangkan ulama tersebut
umumnya bermazhab Maliki yang tergolong ahli hadits. Dari interaksi inilah barangkali bermula sifat moderasi pendapat
dan mazhabnya (Jaih Mubarok, 2002: 223225).
Diantara pendapatnya yang merupakan
qaul qadim ketika berada di lingkungan
Irak, dan qaul jadid ketika berdomisili di
Mesir adalah:
1. Tentang meminang perempuan yang telah dipinang orang lain. Dalam hal pinangan itu berupa formal dan sarih (jelas), tidak ada masalah, tetapi ketika
pinangan itu berupa kinayah atau metaforis, ternyata ada perbedaan dalam dua
qaul Imam Syafii. Dalam qaul qadim,
meminang orang yang dipinang secara
metaforis pun dilarang dengan landasan
hadits riwayat Ibn Umar yang melarang
menawar barang yang sedang ditawar
orang lain dan meminang orang yang
dipinang orang lain. Tetapi dalam qaul
jadid, hal itu tidak dilarang karena
pinangan metaforis itu diqiyaskan dengan sikap sukut (diam), (Ibnu Masud
dan Zainal Abidin, 2007: 257).
2. Tentang talbiyah selain di Mekah, mina
dan Arafah. Pengucapan talbiyah dianjurkan dilaksanakan di Mesjid Mekah,
Mina dan Arafah. Apakah selain ditempat tersebut disunahkan? Dalam qaul dan qadim, Imam Syafii berpendapat bahwa pengucapan tarbiyah disunnahkan selain di masjid Mekkah, Mina
- 60-
IAI Sambas
melakukan ijtihad dan pengambilan alasan
hukum Islam sudah ditentukan jalannya
untuk menghadiri adanya kekacauan dan
kesimpangsiuran (Ahmad Nahrowi dan
Abdus Salam, 2008: 383-384).
2. Fase Peluncuran
Dan Pengenalan Mazhab Qadim
Imam Syafii mulai menyebarkan pemikirannya sejak kunjungan ke Baghdad
yang kedua pada tahun 195 H, sampai dengan kedatangannya ke Mesir pada tahun
199 H. Imam Syafii mencitrakan diskursus islam dengan pemikiran-pemikiran
yang baru dan pendapat-pendapat Fiqhiyah
dalam gambaran yang sempurna. Ia mulai
menyebarkan pemikirannya di ibu kota
pemerintahan Islam dan pusat kekuasaan
fiqih rasional. Fiqih yang di sebarkan
adalah fiqih universal bukan parsial yang
didukung dengan kaidah-kaidah universalushul fiqih yang sistematis dan dasar-dasar
fiqih yang terstandarisasi dengan jelas.
Imam Syafii berhasil menempatkan
dirinya sebagai tokoh yang mengungguli
ulama-ulama Irak dalam setiap perdebatan
dan diskusi keagamaan. Namanya sering
disebut-sebut oleh berbagai pihak, bahkan
para ulama dan para ahli fiqih mengakui
keutamaannya. Karena itu, tidak heran
apabila ia mendapatkan posisi terhormat
dikalangan para penguasa dan masyarakat
umum. Banyak juga para ulama yang meninggalkan mazhab lamanya, lalu beralih
mengikuti mazhab fiqih dan metodologi
fiqihnya, seperti Ab Tsaur dan lainnya.
Banyak pula para penuntut ilmu agama
yang tidak lagi berguru kepada para
syaikhnya yang lama agar dapat menuntut
ilmu kepada imam SyafiI, karena mereka
melihat Imam Syafii menguasai ilmuilmuu yang tidak dikuasai oleh para ulama
lainnya (Ahmad Nahrowi dan Abdus
Salam, 2008: 385).
3. Fase Penyempurnaan Dan Pengukuhan
Mazhab Jadid
Fase ini berlangsung selama sisa hidup Imam Syafii, yaitu sejak datang di
- 61-
IAI Sambas
gulannya menurut para pemuka mazhab
Syafii. Sebagian ulama mengunggulkan
pendapat visi mazhab qadim dan sebagian
lainnya cenderung mengutamakan pendapat
versi mazhab qadim. Ada juga sebagian
ulama yang mengutip pendapat lain sebagai
pendapat versi mazhab jadid, yang sebenarnya pendapat itu sejalam dengan versi mazhab qadim. Sehingga pengalaman pendapat
itu disebut sebagai pengamalan terhadap pen
dapat mazhab jaded, bukan mazhab qadim.
Dengan demikian, permasalahannya bersifat
nisbi dan tidak begitu esensisal, dengan kata
lain mayoritas pemuka mazhab Syafii
mengemukakan satu pendapat, lalu pendapat
itu ditentang oleh minoritas ulama.
Imam Nawawi menjelaskan, sejumlah
pemuka mazhab Syafii mengecualikan 20
masalah dan mereka berfatwa dengan mazhab Qadim, mengenai jumlah tepatnya masih diperdebatkan. Dalam kitab Ab-Nihayah,
tepatnya pada bab al-Miyah (pembahasan
tentangair dan bab azan (pembahasan azan).
Imam Haramain menjelaskan bahwa dalam
dua pembahasan itu, ada 3 pendapat mazhab
jadid yang lebih unggul dibandingkan
dengan mazhab qadim yaitu: (1) masalah
tatswib pada azan shubuh, versi mazhab
qadim menyunahkan bacaan ini, (2) masalah
penghilangan najis pada air yang banyak,
versi mazhab qadim tidak disyariatkan.
Pada pemuka generasi mazhab Syafii
menyebutkan, ada 14 masalah yang difatwa
kan berdasarkan pendapat mazhab qadim,
yaitu masalah (1) dan (2) sebagaimana telah
disebutkan di atas. (3) bersuci dengan batu,
versi mazhab qadim memperbolehkannya,
(4) menyentuh wanita yang berstatus mahrom versi mazhab qadim tidak membatalkan
wudhu, (5) air yang mengalir versi mazhab
qadim, tidak akan menjadi najis.
Masalah-masalah di atas sebenarnya
masih diperdebatkan dikalangan pemuka
mazhab Syafii, bahkan ada sebagian ulama
yang menganggap bahwa versi mazhab jadid
lebih unggul, sementara itu ada juga sebagian ulama yang mengutip pendapat lain
sebagai versi mazhab jadid, yang sebenarnya
pendapat itu juga sejalan versi pendapat maz
- 62-
IAI Sambas
dapatnya sendiri, bukan berdasar pada maz
hab Syafii.
Dari paparan tentang kontroversi antara mazhab qadim dan mazhab jadid, serta
keunggulan mazhab qadim terhadap mazhab jaded dalam beberapa masalah, kita da
pat melihat para pemuka mazhab Syafii,
ada yang mengunggulkan pendapat mazhab qadim atas mazhab jadid, mereka juga
menfatwakan pendapat mazhab qadim itu.
Jika tarjih terhadap mazhab qadim han
ya didasarkan pada hasil ijtihad masingmasing ulama, maka tarjih itu tidak dianggap sebagai mazhab Syafii, karena Imam
SyafiI telah menarik kembali pendapat
lamanya, sehingga mazhab qadim itu bukan termasuk mazhabnya. Tetapi, lebih
tepat disebut sebagai pendapat dan ijtihad
para ulama yang sesuai dengan pendapatnya dalam versi mazhab qadim. Dengan
demikian, pendapat itu tidak boleh disampaikan dengan menyebutkan sebagai mazhab SyafiI, kecuali jika ada catatan bahwa
Imam Syafii kembali mengikuti pendapat
mazhab qadimnya itu.
Adapun jika proses tarjih terhadap
mazhab qadim dilakukan dengan cara meneliti kesahihan hadits, lebih-lebih peneliti terhadap hadits-hadits yang masih ditang
guhkan perilakunya oleh imam Syafii dan
mazhab jadidnya, maka pendapat itu disebut sebagai mazhab Syafii, boleh diamal
kan dan boleh difatwakan dengan mengatasnamakan mazhab Syafii. Karena hal ini
sesuai dengan prinsip imam Syafii bahwa
apabila hadits itu sahih, maka itulah maz-
- 63-
IAI Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Abdul Majid, Fiqih Islam dari Masa Kemasa, cet 1, Pasuruan: Garoeda Buana
Indah, 1990.
Ahmad Hafidh, Meretas Nalar Syariah, cet. I. Yogyakarta: Teras, 2001.
Ahmad Nahrawi, Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafii
Publika, 2008.
- 64-
ABSTRAK
Australia merupakan benua imigran yang salah satunya menjadi tempat tujuan imigran
Muslim. Meskipun Muslim di Australia masih tergolong minoritas, namun mereka diberikan
ruang untuk membuktikan eksistensi mereka. Kualitas hubungan Muslim dan non Muslim
berubah setelah peristiwa pengoboman gedung WTC tanggal 11 September 2001. Umat
Muslim mulai mendapat perlakuan diskriminasi salah satunya dilakukannya sweeping
terhadap komunitas Islam. Meskipun demikian, sebenarnya kekuataan politik di Australia
juga melandasi pesamaan hak-hak komunitas Muslim dan jaminan hidup sesuai dengan
prinsip welfare state, misalnya pemerintah memberikan subsidi kepada lembaga-lembaga
pendidikan dan kemasyarakatan Islam. Tantangan kedepan umat Muslim agar tetap eksis di
Australia adalah berusaha membangun kepercayaan bahwa Islam adalah agama yang damai.
Selain itu, sesama umat Muslim yang beragam karakter diharapkan tidak menonjolkan
karakter Islam lokal negara asal mereka, tetapi lebih membaur menjadi Islam Australia.
Dosen Fakultas Adab dan Ushuluddin Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas
IAI Sambas
PENDAHULUAN
Australia sering disebut sebagai benua
imigran, karena terdapat banyak sekali imigran termasuk imigran Muslim yang terdiversifikasi dalam banyaknya etnis minoritas yang berasal berbagai negara dan
hidup tersebar di negara bagian Australia.
Peningkatan jumlah imigran memunculkan
kekhawatiran bagi kelangsungan hidup
kulit putih yang didominasi oleh budaya
Anglo Saxon, sehingga muncullah kebijakan White Australia Policy, (David
Ewdward Lawson, 2010: 199).Tujuan
utama kebijakan tersebut adalah untuk
membatasi jumlah imigran yang semakin
besar.
Kebijakan yang berbau rasisme tersebut
kemudian dihapus karena dinilai tidak sesuai
dengan konteks masyarakat Australia yang
plural, terdapat lebih dari 140 suku bangsa
dari berbagai negara yang saling berinteraksi. Pemerintah Australia kemudian memberlakukan kebijakan yang disebut multiktuturalisme. Multikulturalisme merupakan kebijakan yang lebih menekankan pada keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan
dan menjunjung tinggi perbedaan (Sandy
Tieas Rahmana Poetrie, 2013: 11). Meskipun sebenarnya pemerintah Australia tetap
menekankan asimilasi nilai budaya Barat
dalam kebudayaan Islam, namun minoritas
Muslim masih diberikan ruang untuk
mengekspresikan keberadaannya.
Kualitas hubungan Muslim dan non
Muslim mulai menurun sejak peristiwa
pengeboman gedung WTC tanggal 11 September 2001, terutama setelah dikeluarkan
doktrin global war on terrorism oleh
pemerintah Amerika Serikat yang merupakan sekutu Australia. Doktrin memerangi
ancaman terorisme international tersebut
membuat umat Islam di Amerika Serikat,
Eropa dan Australia tersudutkan (Azyumardi
Azra, 2007: 180). Kodisi itu semakin diperparah dengan peristiwa bom Bali tanggal
12 Oktober 2002 yang korbannya mayoritas turis asing asal Australia, (Chusnul
Mariyah, 2005: 51).
- 65-
IAI Sambas
PEMBAHASAN
Kondisi Geografis, Sosial Dan Ekonomi
Australia merupakan benua terkecil di
dunia, memiliki geografis strategis yakni
terletak diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta diapit oleh kepulauan
Asia Tenggara dan daratan Kutub Selatan.
Samudra Hindia yang mengapit dua sisi
barat negeri tersebut yang merupakan jalur
transporasi penghubung Australia dengan
benua Afrika, anak samudra Hindia dan
kawasan Asia Tenggara. Bagian timurnya
dikelilingi oleh Samudra Pasifik yang
menghubungkan Negara itu dengan bagian
utara dan selatan benua Amerika. Australia
juga memiliki garis pantai sepanjang
36.735 km dan saling berbagi lautan dengan tetangga-tetangganya yang terdekat,
yakni Indonesia dan Papua Nugini,
(Hendra Jureza Kusuma, 2014: 25).
Benua Australia hanya memiliki satu
negara sehingga sering disebut negara
benua, dengan luas 7.682.300 km2 dan
merupakan negara terbesar keenam di dunia lebih kecil dibandingkan dengan
Negara Rusia, Kanada, Cina, Amerika
Serikat dan Brasil. Australia merupakan
benua terkering di dunia, dengan hampir
20% daratan Australia diklasifkasikan sebagai gurun. Rata-rata curah hujan tahunan
rendah, dengan intensitas curah hujan yang
tinggi di area tropis daratan Australia
(yakni North Territory dan Queensland)
dan beberapa daerah pesisir, (Tim Penulis,
2015: 7).
Negara Australia dihuni pertama kali
oleh orang Aborigin. Mereka berasal dari
ras Australoid, dengan ciri-ciri fisik: kulit
bewarna coklat, rambut ikal bergelombang
muka dan tubuh ditumbuhi oleh bulu-bulu
yang lebat, dahi sempit atau mundur,
rongga mata dalam, alis menonjol, mulut
besar, tulang tengkorak tebal, tinggi badan
rata-rata 5 kaki dan 5/6 inci. Mereka
diperkirakan datang 42.000 dan 48.000
tahun lalu, melalui jembatan-jembatan yang menghubungkan daratan atau lintasan
laut yang sekarang dikenal sebagai Asia
Tenggara,
(http://
file.
upi.
1996
12.582.764
199.812
200.885
67.279
79.805
2001
12.764.342
357.813
281.578
95.473
83.993
2006
12.685.836
418.756
340.392
148.119
88.831
2.948.888
2.905.993
3.706.555
1.550.585
1.835.598
2.223.957
- 66-
IAI Sambas
Perekonomian Negara mengandalkan hasil
produksi perindustrian, pertambangan, per
dagangan, dan Jasa. Australia merupakan
negara yang kaya akan sumber daya alam,
terisolasi dan berpenduduk jarang, dan
sangat bergantung pada perdagangan dan
akses pasar-pasar internasional yang jauh.
Adapun pasar-pasar tujuan ekspornya
bervariasi dan jauh dari negerinya yaitu
Eropa Barat, Amerika Utara dan Asia
terutama Jepang, (Zulkifli Hamid, 1999:
387). Dibidang penguasaan sain dan
teknologi, Australia dapat disejajarkan
dengan negara-negara maju di Eropa,
Amerika Serikat dan Jepang. Kemajuan
sain teknologi telah menjadi kehidupan
keseharian warga Australia dengan kondisi
demikan membawa pengaruh yang sangat
besar dan terbuka bagi kaum Muslim di
Australia untuk belajar dan berkembang
dalam penguasaan sain teknlogi.
Migrasi Orang-Orang Islam
Ke Australia
Para pedagang Arab merupakan
Muslim pertama yang datang di pantai
Australia terutama setelah abad ke-10.
Kemudian setelah abad ke-16 para pelaut
atau nelayan Makasar secara teratur
berlayar ke perairan Australia bagian utara
dan berhubungan langsung dengan suku
asli, Aborigin. Kehadiran Muslim Bugis
yang berkelana dengan perahu layar untuk
mengumpulkan tripang yang menjadi
bahan campuran untuk sop di Cina, (David
Ewdward Lawson, 2010: 241) dari teluk
Carpentaria selama abad ke-17, secara
tidak langsung juga telah memperkenalkan
Islam ke wilayah yang mereka kunjungi.
Para pelaut Makasar memanfaatkan
angin muson barat laut yang membantu
pelayaran dari wilayah Indonesia ke
Australia. Ketika angin berubah arah,
yakni pada awal musim muson tenggara
memungkinkan mereka kembali berlayar
ke Indonesia. Meskipun kehadiran para
nelayan tidak untuk bermukim, namun
aktivitas nelayan tersebut terus berlanjut
dibuktikan oleh Mathew Flinders ketika ia
- 67-
IAI Sambas
depan keturunan mereka dengan menikahi
sembarang wanita, (Munjin, 2009: 143).
Pada tahun 1870-an melalui perjanjian
dengan Belanda didatangkan pula Melayu
Muslim untuk dipekerjakan sebagai penyelam mutiara di Australia Barat dan wila
yah. Pada tahun 1875, ada 1.800 orang pen
yelam Melayu yang bekerja di Australia
Barat. Sejak 1860 Air dari Broome di
Australia Barat, melalui Darwin di daerah
Utara ke Thursday Island di Queensland
menghasilkan sampai 8% mutiara dunia.
Kehidupan penyelam mutiara tidak jauh
berbeda dengan kehidupan Muslim
Afghan. Meskipun mereka diizinkan membawa istri, namun keturunan mereka
berada dalam tahap pembauran yang parah
dan sedikit sekali dari mereka yang
mengidentifikasi dirinya sebagai Muslim,
(M. Ali Kettani, 2005: 314).
Selanjutnya dari tahun 1879, terjadi
gelombang migrasi orang Islam dari India
ke kepulauan Fiji dan ke Queensland
Australia. Besarnya arus imigran memunculkan kekhawatiran terhadap kelangsungan hidup kulit putih, maka dilakukan
pembatasan terhadap imigran yang masuk
ke Australia dengan diberlakukannya kebijakan Immigration Restriction Act atau
yang dikenal dengan sebutan White
Australia Policy pada tahun 1901. Pengetahuan imigran non kulit putih itu, menyebabkan penurunan imigran dari Timur
Tengah ke Autralia, (Saed Abdullah, 2003:
6).
Setelah Perang Dunia I dimulai 19201930, terjadi imigrasi orang-orang Albania
ke Australia sebagai pekerja perkebunan
tebu di North Queensland dan petani buah
di Victoria. Setelah Perang Dunia II,
dimulai tahun 1948-1960, bergabung pula
Muslim Yugoslavia dan Turki dari Siprus
dalam upaya mencari penghidupan baru.
Akhirnya Muslim dengan jumlah yang
besar menetap di Australia setelah tahun
1960, terutama Muslim yang berasal dari
Turki dan Lebanon yang diterima sebagai
pekerja pabrik tahun 1968. Sedangkan dari
Indonesia sebenarnya baru tahun 1960-an
- 68-
IAI Sambas
pula aturan yang jelas tentang perizinan
mendirikan tempat-tempat beribadah, sesuai dengan aturan-aturan yang ada pada
masing-masing agama.
Masjid pertama didirikan di Marree di
South Australia pada tahun 1861. Selanjutnya di Brisbone juga didirikan mesjid pada
tahun 1907 arsitek Sharif Abosi dan
Ismeth Abidin. Di Canberra terdapat satu
mesjid, yang dibangun bersama oleh
Kedutaan Besar Indonesia, Malaysia dan
Kedutaan Besar Pakistan, diresmikan pada
tahun 1961. Pada tahun 1976 telah berhasil
dibangun masjid Imam Ali di Lakemba ser
ta masjid al-Zahra di Arncliff pada tahun
1983, (Munjin, 2009: 143).Di Victoria
terdapat 7 masjid, yang terbesar adalah
masjid Umar bin Khattab, dilengkapi dengan kantor, perpustakaan, ruang pertenuan, ruang belajar dan ruang serba guna.
Masjid yang ada di kota Australia Barat
yaitu Masjid Afghanistan (Perth), Masjid
Turki dan Masjid Islamic Council.
Muslimdi Autralia juga mendirikan
beberapa organisasi sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhannya salah satunya
menyediakan pendidikan dasar bagi anakanak mereka. Beberapa organisasi yang
didirikan oleh pendatang baru diantaranya:
organisasi orang-orang Cyprus Turki di
Melbourne (1948) dan di Sydney (1952),
perkumpulan Muslim Albania di Mareeba,
Queenslan (1953), sheparton, Victoria
(1956) dan Melbourne, Victoria, (M. Ali
Kettani, 2005: 318-319). Muslim Indonesia datang ke Australia melanjutkan studinya dan membentuk organisasi Indonesian
Muslim Community pada tahun 1960-an.
Namun sampai awal 1960-an sebenarnya belum ada bentuk organisasi nasional
yang menyatukan komunitas Muslim,
mengkoordinir persoalan mereka dan menggabungkan mereka dalam satu komunitas Muslim Australia yang dinamis. Suatu
peristiwa mendorong bersatunya Muslim
yakni peristiwa yang dialami Imam
Ahmad Skaka yang mengalami penolakan
dari pemerintah Federal Australia untuk
menyelenggarakan perkawinan Muslim di
- 69-
IAI Sambas
tur dari luar negeri, tetapi untuk berkelanjutan disokong sepenuhnya oleh pemerintah Australia. Salah satu perguruan tinggi
Islam yang terkenal adalah King Khalid
Islamic College (KKIC) yang didirikan
tahun 1983 di Mellbourne, kemudian
disusul di Victoria, New South Wales,
Queensland, dan Australia Utara, (Munjin,
2009: 144).Sampai saat ini AFIC masih
mengusahakan diakuinya beberapa hukum
Islam dan hari libur untuk hari-hari besar
Islam.Di samping AFIC terdapat pula
organisasi mahasiswa Islam yang disebut
Australian Students Organisation, dengan
fokus kegiatan di daerah kampus.
Namun kehidupan Muslim Australia
mengalami perubahan pasca serangkaian
terorisme mulai 2001, diperparah pemberitaan media yang berlebihan dan sensasional serta kepanikan sendiri dari masyarakat Australia, telah menciptakan stigmatisasi dan generalisasi terhadap kaum
Muslim secara keseluruhan. Hal itu berdampak pada perlakuan diskriminatif terhadap minoritas Islam di Australia, seperti
dilakukannya sweeping terhadap komunitas Islam Australia pasca peledakan bom
tersebut. Orang-orang Islam dipandang sebagai ancaman dan dibenci bahkan muncul
ketidakpercayaan orang kulit putih Australia terhadap keturunan Arab dan Muslim
secara umum. Hal tersebut dimungkinkan
menjadi penyebab terjadinya penyerangan
terhadap orang-orang yang dianggap keturunan Arab di pantai Sidney pada tanggal 11 Desember 2005.
Sedangkan sikap masyarakat Australia
terhadap perempuan Muslim berjilbab di
Australia pasca bom Bali dan WTC agak
menaruh curiga. Namun pemerintah Australia curiga. Namun pemerintah Australia
juga sempat memperlihatkan itikad baik
dalam menjamin hak-hak keagamaan
maupun hak lain dari kaum Muslim
Australia. Hal tersebut ditunjukkan dengan
festival seni budaya Islam yang melibatkan
berbagai etnis agama Islam di tahun 2006,
(http://kelaspolpemaustralia
2010.blogspot.co.id). Selain itu, dibidang
- 70-
IAI Sambas
Tantangan Kehidupan
Muslim Australia
Eskistensi Muslim di Australia ditujukan oleh terlaksananya pendidikan dan
organisasi Muslim. Pasca tragedy peradaban bom yang memicu perselisihan membuat umat Islam harus bekerja keras dalam
membangun kepercayaan terhadap kaum
mayoritas bahwa Islam adalah agama damai dan anti kekerasa, dan membuktikan
bahwa segala aksi terror tidak ada hubungannya dengan Islam (Peta Stephenson,
2010: 3). Peristiwa teror tersebut juga
menumbuhkan kesadaran umat Muslim ten
tang pentingnya dialog antar umat beragama guna membangun kerjasama.
Tantangan lain dalam menjaga eksistensi Islam juga bersumber dari dalam komunitas Islam itu sendiri. Dimana pluralitas keberagamaan dan kebudayaan imigran
menyebabkan karakter Islam yang kompleks, sehingga pembauran sedikit mengalami hambatan. Sebagaimana Humphrey
memandang bahwa komunitas Muslim di
Australia lebih banyak bicara dengan istilah-istilah etnis mereka ketimbang berbicara soal Islam yang lebih lokal. Artinya,
perujukan kepada akar etnis sebagai basis
lahirnya Islam, lebih banyak mereka
kedepankan,(http://www.wawasanpendidi
kan.com).
Oleh karena itu, penting lebih ditingkatkan sikap saling menghargai perbedaan agar terpelihara hubungan harmonis
antar sesame Muslim di Australia. Sikap
tersebut, akan berpengaruh pada pemahaman ajaran Islam yang semakin luwes.
Meskipun belum secara keseluruhan, sikap
saling menghargai mulai tampak pada
pemahaman Islam yang fleksibel, terutama
mencakup tiga bagian yaitu lapis pertama,
core value atau tanpa interpretasi meliputi
keimanan, nilai-nilai universal, dan
syariah. Contohnya setiap Muslim wajib
melaksanakan shalat, semua sepakat dan
tanpa reserve. Lapis kedua interpretation
area, misalnya bagaimana cara melaksanakan shalat, dimana sebagian orang sepakat
dengan satu cara tertentu, sedangkan
- 71-
IAI Sambas
oleh imigran awal. Namun setelah peristiwa teror 11 September 2001 dan serentetan aksi teror lainnya, terlebih seruan
memerangi terorisme internasional, membuat kehidupan umat Islam semakin tersudutkan.
Meskipun demikian, itikad baik pemerintah tampak pada jaminan hidup yang di
berikan pada kaum Muslim, misalnya pemerintah tampak pada jaminan hidup yang
diberikan pada kaum Muslim, misalnya
pemerintah memberikan subsidi kepada
lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyaraktan Islam. Oleh karena itu, tantangan
kaum Muslim agar mereka tetap eksis dan
keberadaan mereka tidak lagi dianggap
- 72-
IAI Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
Problem
Pembauran
Muslim
Australia,
http://www.wawasanpendidikan.com, diakses tanggal 27 Maret 2016.
dalam
Azra, Azyumardi, Jejak-Jejak Jaringan Kaum Muslim: dari Australia hingga Timur
Tengah, Jakarta: Hikmah, 2007.
Hamid, Zulkifli, Sistem Politik Australia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.
http://kelaspolpemaustralia2010.blogspot.co.id/2010/11, diakses tanggal 15
Maret 2016.
Kartini, Indriana, Minoritas Muslim di Australia dan Inggris, Jurnal Penelitian
Politik, Vol. 3 No. 1, 2006.
Kettani, M Ali, Mioritas Muslim di Dunia Dewasa Ini., terj. Zarkowi Soejoeti, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005.
Kusuma, Hendri Jureza, Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Australia Pasca
Bom Bali II Periode 2005-2007, Skripsi, Jakarta: Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah, 2014.
Lawson, David Ewdward, Indegenous Australians and Islam: Spiritual, Cultural, and
Political Alliances,Thesis, Australia: School of Social Work and Human
Services, Faculty of Health, Quesnsland University of Technology, 2010.
Mariyah, Chusnul, Indonesia-Australia Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan
Politik Bilateral, Jakarta: Granit, 2005.
Munjin, Muslim Minoritas dan Wacana Gender di Australia, Yin Yang, Vol. 4 No 1,
2009.
Nasution, Harun, Islam: Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI-Press,
2005.
Poetrie, Sandy Tieas Rahmana, Diskriminasi Imigran Kulit Putih Berwarna dalam Masa
Kebijakan Multikulturalisme Pasca Penghapusan White Australia Policy, Lokon:
Jurnal Kajian Sastra dan Budaya, Vol.1, No. 2, 2013.
Saeed, Abdullah, Muslim Australians: Their Belief, Practices and Institutions A
Partnership Under the Australians Governments Living in Harmony Initiative,
Australia: Department of Immigration and Multicultural and Indigenous Affairs
and Australian Multicultural Foundation is Association with the University of
Melbourne, 2004.
Stephenson, Peta, Home-Growing Islam: The Role of Australian Muslim Youth in Intra
and inter-Cultural Change, NCEIS Research Paper, Vol. 3, No. 6, 2010.
- 73-
IAI Sambas
Tim Penulis, Buku Pintar PPI Australia: Buku Petunujuk Praktis tentang Studi dan
Hidup di Australia, Australia: tt, 2015
Tim Program BSB, Sekilas Sejarah Dunia, Bali: Yayasan Gemah Ripah bekerjasama
dengan Penerbit Buku arti, 2011.
Yucel, Saleh, Is Islam Part of The Problem or Solution: An Australian Immigrant
Experience, TJP Turkish Journal of Politict, Vol.2, No. 1, 2011.
- 74-
ABSTRAK
Manusia sebagai wakil Allah SWT di dunia ini, tidak menunjukan bahwa Allah SWT
tidak mampu dalam mengurus dunia ini secara sendirian, tetapi sebagai suatu
ketetapan khusus untuk kehidupan manusia bahwa mereka diciptakan dengan satu
tugas yang sangat spesifik, yaitu selain menyembah dan beribadah kepada-Nya,
manusia juga memiliki tugas sebagai khalifah sebagaimana yang Allah SWT jelaskan
dalam al-Quran. Manusia dalam kedudukannya sebagai khalifah pada dasarnya
mengemban tugas pokok, yaitu untuk mewujudkan kemakmuran di bumi agar
tercipta kondisi kehidupan yang sejahtera, aman, tenteram dan bahagia sebagi tugas
rangkap. Khalifah harus bekerja dan beraktivitas dalam kapasitas dirinya sebagai
penguasa di muka bumi berdasarkan mandat dan amanat dari Allah SWT. Se cara
khusus manusia juga dipertanggungjawabkan untuk memelihara dunia dan seluruh
isinya berdasarkan prinsip yang ditentukan oleh Allah SWT. Manusia dalam
melaksanakan amanat yang diberikan Allah SWT harus menggunakan akalnya bagi
kemaslahatan manusia itu sendiri serta makhluk Allah lainnya secara serasi dan
seimbang. Untuk itu manusia senantiasa dimotivasi untuk lebih banyak menyingkap
rahasia alam semesta dengan kekuatan akalnya untuk mendapatkan nilai kebaikan.
*Dosen
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Institut Agama Islam Sultan Muhammad
Syafiuddin Sambas
IAIS Sambas
PENDAHULUAN
Allah SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari
setiap elemen alam ini. Mata hari hanya fu
ngsi, bumi punya fungsi, udara, dan seterusnya, bintang seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-masing
memiliki fungsi dalam kehidupan. Begitu
juga dengan manusia yang Allah SWT
cipta-an dengan tugas dan fungsi tertentu.
Se-lain untuk beribadah manusia jugamemiliki tugas sebagai khalifah sebagai-mana
yang Allah SWT jelaskan dalam al-Quran.
Manusia dipilih sebagai khalifa-tulllah,
sebagaimana diuraikan di atas, karena kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada
manusia berupa ilmu pengetahuan, yang
tidak diberikan kepada makhluk Allah
yang lain termasuk malaikat.
Manusia dikatakan pengganti Allah
adalah dimana manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia itu sendiri, karena
alam semesta memang dicipta-kan Allah
untuk manusia. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan al-Quran terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi ma-nusia sebagai
khalifah, yang sebagaimana Allah SWT
telah memberikan man dat kepada manusia
menjadi penguasa untuk mengatur bumi
dan segala isinya. Kesemua ini merupakan
kekuasaan dan wewenang yang bersifat
umum yang di-berikan Allah kepadanya
sebagai khali-fah untuk memakmurkan
kehidupan di bumi. Oleh karenanya, tanggung jawab moral manusia untuk mengelola dan memanfaatkan seluruh sumber
yang tersedia di alam ini guna memenuhi
keperluan hidupnya. Namun, kewenangan
manusia untuk memanfaatkan alam semesta harus didasarkan kepada garis yang
telah ditetapkan Allah SWT dan tidak
boleh menyalahinya.
Dengan mencermati secara mendalam tenang khalifatullahdalam al-Quran
yang dilihat dalam perspektif tafsir,
memberikan inspirasi penulis untuk lebih
jauh mengungkap tentangdalam al-Quran.
- 75-
IAIS Sambas
gunakan alam semesta bagi kepentingan
manusia secara keseluruhan. (Al-Rasyidin
dan Samsul Nizar, 2005 : 18).
Sehingga secara umum khalifah didefinisikan sebagai makhluk yang dicipakan oleh Allah sebagai pengganti Allah
yang diberikan amanat untuk menjaga dan
mengatur seisi alam dengan berbagai potensi yang dianugerahi Allah dengan sebaik mungkin, sehingga akan terciptanya
kemakmuran dan kesejahteraan di bumi
maupun di akhirat kelak.
Tugas Dan Fungsi Khalifah
Di Muka Bumi
Allah berkehendak untukmenciptakan
khalifah-Nya di muka bumi dengan tugas
memakmurkan alam dan mengembangkan
amanat risalah serta menegakan segala
amal yang mengandung kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Pemberian tugas
khaliga ini disrtai bekal potensi yang diciptakan Allah. Seseorang khalifah yang
ditugaskan untuk senantiasa menjalankan
syariat Allah dan mengemban tanggungan
yang dibeban-kan, maka ia telah mengikuti
hawa napsu nya dan menjadi perusak di
muka bumi. (Sanusi, 2015: 128).
Manusia sebagai wakil Allah SWT di
dunia ini, tidak memperlihatkan bahwa
Allah SWT tidak mampu dalam mengurus
dunia ini secara sendirian, tetapi sesuatu
ketetapan khusus untuk khusus untuk kehi
dupan manusia bahwa mereka dicipakan
dengan satu tugas yang sangat spesifik, yaitu selain menyembah dan beribadah kepada-Nya, secara khusus manusia juga dipertanggung jawabkan untuk memelihara
dunia dan selu-ruh isinya berdasarkan pada
prinsip yang ditentukan oleh Allah SWT.
Untuk melaksanakan tanggungjawab dan
amanah yang cukup besar dan berat ini
Allah SWT telah memberikan ilmu pengetahuan yang secukupnya kepada manusia,
sehingga malaikat sujud kepada manusia
dengan kelebihan tersebut. Berjaya atau
gagalnya seseorang manusia itu disisi
Allah SWT adalah diukur berdasarkan sejauh mana mereka percaya kepada kese-
- 76-
IAIS Sambas
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan ber-firman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui"(Q.S. al-Baqarah: 30).
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi, yakni Allah hendak men
jadikan Adam sebagai satu khalifah di
muka bumi guna menegakkan hukumhukum-Nya dan juga melaksanakan semua
perintah-Nya. Demikian pula dengan
kalimat Allah, Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka
bumi, bukan bermakna khalifah dijadikan
Allah di surga kemudian dile-takan di
bumi, tetapi bermakna bahwa Allah
menjadikan khalifah di bumi. (Agus Haryo
Sudarmojo, 2009: 120).
- 77-
IAIS Sambas
Artinya: Kaum Musa berkata: "Kami telah tertindas (oleh Firaun) sebelum sebelum datang kepada kami dan sesudah
kamu datang. Musa menjawab: "Mudahmudahan Allah membinasakan musuh-mu
dan menjadikan kamu khalifah di bumiNya, maka Allah akan melihat bagaimana
perbuatanmu. (Q.S. al-Araaf: 129).
.Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu
khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan
melihat bagaimana perbuatanmu.
Menjadikan khalifah atau mem-bantu
menjadi penduduk di muka bumi. (Jazuli,
2006: 35).
Menurut M. Dawam Raharjo, istilah
khalifah dalam al-Quran mempunyai tiga
makna. Pertama, Adam yang merupakan
simbol manusia sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa manusia berfungsi
sebagai khalifah dalam kehidupan.
Kedua, khalifah berarti pula generasi
penerus atau generasi pengganti; fungsi
khalifah diemban secara kolektif oleh suatu generasi. Ketiga, khalifah adalah kepala
negara atau pemerintahan. Khalifah sebaga turunan dari kata khalifah, menurut Abu
al-Maududi, merupakan teori Islam tentang negara-negara dan pemerintahan. Ada
pun menurut Ibnu Khaldun dalam bukunya
Muqad-dima, khalifah adalah kepemimpinan. Istilah ini berubah menjadi pemerintahan berdasarkan kedaulatan. Khalifah
ini masih bersifat pribadi, sedangkan
pemerintahan adalah kepemimpinan yang
te-lah melembaga ke dalam suatu sistem
kedaulatan. (Sutisna, 2014: 5).
Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran
Tentang Khalifah
Kekuasaan dan kewenangan khalifah
terbatas dalam kerangka umum negara
Islam yaitu negara Islam adalah negara pemikiran dan prinsip memperbaiki kehidupan umat manusia. Khalifah harus bekerja
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: sesung-guhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi". Mereka berkata: mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
(Q.S. al-Baqarah: 30).
Konsepsi manusia dalam surah alBaqarah ayat 30 yang disebut khalifah.
Kata khalifah berasal dari kata (kha la fa)
artinya mengganti. Secara harfiah diterjemahkan wakil Tuhan di muka bumi, yang diberi mandat kekuasaan dan kemam
puan untuk melaksanakan rencana-Nya
yakni mengelola bumi dan langit dengan
segala isinya sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya (ibadah). Pengelolaan ini
mencakup spektrum kegiatan yang sangat
luas, tapi bisa diringkas ke dalam pemeliha
raan, pemanfaatan, pengembangan, dan
perbaikan. Tidak dikenal disini, dan bahkan merupakan perbuatan yang sangat di
benci dan bertenta-ngan dengan pengertian
khalifah, apapun dari keputusan dan
tindakan manusia yang merusak bumi dan
- 78-
IAIS Sambas
isinya. Surah al-Baqarah ayat 30 menegaskan bahwa menjadi khalifah merupakan
panggilan kosmik (cosmic vocation) kepada manusia. Dengan peran itu, setiap
orang dengan keunikannya masing-masing
mewujudkan yang absolut di dalam ruang
dan waktu (sejaran), mengaktualisasi-kan
pola-pola ketuhanan dan perintah-Nya di
dalam dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Makna dan arti menjadi manusia
hanya relevan sejauh peran ini dijalankan
dengan penuh tanggung jawab. (Sinerya
Hendrawan, 2009: 94).
Sesungguhnya setiap nabi adalah khalifah Allah yang mengemban amanat untuk
dapat menegakkan hukum syariat di muka
bumi dan melaksanakan kehendak-Nya
untuk dapat membangun dan mengelola
bumi ini. Merkalah para delegasi Allah
yang tidak mewakili kepen-tingan Allah,
namun lebih mewakili ke-pentingan para
generasi setelahnya mereka mendapatkan
perintah langsung dari Allah tanpa
perantara.
Dengan menginterpretasikan kata khalifah adalah Adam, maka hal itu sudah cukup mewakili keturunannya. Sebagaimana bila dikatakan kaum Nadhir, maka
keturunan kaum Nadhir masuk dalam cakupannya. Sesungguhnya kata khalifah yang Allah maksudkan tidak spesifik hanya
kepada Adam a.s. Namun yang dimaksud
dari firman-Nya adalah jenis manusia. Pen
dapat di atas menjadi titik penting dalam
pembahasan ini dan juga merupakan pendapat yang lebih unggul. Hal ini bisa dilihat dari teks al-Quran yang secara eksplisit
menggambarkan adanya regenerasi kepemimpinan. (Jazuli, 2006: 37).
Ketahuilah bahwa Allah menjaga
alam dengan kekhalifahan sebagaimana
dia menjaga manusia dengan seorang pimpinan yang pada setiap eranya hanya seorang saja. Kekhalifahan diawali oleh Nabi
Adam a.s. dan diakhiri oleh Muhammad
SAW. Hikmah kehalifahan ialah agar
Allah tidak terus menerus melimpahi manusia dengan rahmat-Nya tanpa perantara.
Perantara itu amatlah suci dan bersih,
- 79-
IAIS Sambas
ka bumi dan Kami jadikan kamu pelaksana hukum di antara rakyat. Kamu mempunyai kerajaan dan kekuasaan, sedang
mereka wajib mendengar dan taat tanpa
boleh menyalahi satu pun perintahmu dan
tidak boleh menegakan tongkat di depan
wajahmu.(Ahmad Musthafa al-Maraghi,
1993: 205).
3. Q.S. Shaad: 26
Artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan, (Q.S. Shaad: 26).
Imam Syafii berkata, Dengan demikian Allah SWT mengajari Nabi-Nya bahwa wajib baginya, para nabi sebelumnya,
dan semua manusia, memutuskan per-kara
adil, yakni dengan mengikuti hu-kum yang
diwahyukan Allah SWT. (Syaikh Ahmad
Musthafa al-Farran, 2007: 339).
Setelah Allah SWT menceritakan ten
tang Daud dan dua orang yang bersengketa, maka dilanjutkanlah dengan menerangkan bahwa Allah SWT menyerahkan
kepada Daud kekhalifahan di muka bu-mi,
dan berwasiat kepadanya agar mem beri
hukum diantara manusia secara benar dan
jangan mengikuti hawa nafsu, sehingga
tidak tersesat dari jalan Allah, maka dia
akan mendapat azab yang pedih dan
tempat kembali yang buruk, karena berarti
dia melupakan hari hisab dan pembalasan.
Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi. Hai daud, sesungguhnya
Kami mengangkatmu jadi khalifah dimu
1.
- 80-
IAIS Sambas
berpenghuni. Mereka, para malaikat
bertanya-tanya dengan penuh rasa heran
dan ingin tahu, bukan sebagai protes dan
ungkapan rasa dengki, berkata, apakah eng
kau hendak menjadikan mengangkat khalifah ini, padahal di antara keturunannya
nanti ada orang yang merusak di bumi
dengan berbuat maksiatdan menumpahkan
darah (membunuh) secara lalim di sana?
Perbuatan mereka timbul atas dorongan
kehendak dan pilihan mereka sendiri,
mereka pun diciptakan dari tanah liat, dan
bahan ini menjadi bagian dari diri mereka;
dan siapa pun yang keadaannya demikian
maka dia lebih dekat kepada kesalahan.
Mereka kalangan pelaku maksiat dan
bukannya dari kalangan yang senantiasa
taat, padahal Engkaulah Tuhan Yang
Maha Bijaksana, Yang hanya melakukan
yang terbaik, dan Yang hanya menghendaki yang terbaik? Para malaikat mengetahuinya karena telah diberitahu Allah atau
atau mereka mengetahuinya dari catatan
Lauhul Mahfuzh, atau sudah tertanam
dalam pengetahuan mereka bahwa hanya
para malaikatlah makhluk yang maksum
sedangkan semua makh-luk selain mereka
tidak memiliki sifat seperti mereka, atau
mereka mengiaskan manusia pada jin yang
dulu mendiami lalu membuat kerusakan di
sana sebelum ditinggali para malaikat,
sedang kan kami bertasbih memuji-Mu
dan menyucikan nama-Mu dan menaatiMu?,
MakaDiaAllah Taala berfirman,
Sesungguhnya aku mengetahui apamas
lahat di balik pemilihan dirinya sebagai
khalifah meskipun maslahat itutersembunyi bagi kalian. Akumengetahui bagaimana bumi diperbaiki dan dihuni serta
siapa yang paling cocok menghuni-nya.
Dalam menciptakan makhluk Aku punya
hikmah yang tidak kamu ketahui. Persaingan yang muncul diantara sesame manusia untuk memperoleh keuntungan,
bertentangan mereka dalam mempertahan
kan kelangsungan hidup, serta egoisme
mereka merupakan faktor paling kuat yang
akan memajukan alam. Dengan adanya
- 81-
IAIS Sambas
membaca kitab-kitab terdahulu, juga telah
membaca al-Quran serta memahaminya.
Aku (Abu Zarah) menjawab, Wahai
Amirul Mu-minin, saya hanya berpesan
kepadamu, hen-daklah engkau berdoa semoga berada didalam keamanan dari
Allah. Ku katakan lagi, Hai Amirul Muminin, apakah engkau lebih mulia bagi
Allah ataukah daud a.s.? Sesungguhnya
Allah telah menghimpunkan baginya diantara kenabian dan kekhalifahan (kekuasaan), tetapi sekalipun demikian Allah
mengan-camnya melalui firman-Nya sebagaimana yang disebutkan didalam alQuran; Hai Daud, sesungguhnya Kami
Menjadikan Kamu khalifah (penguasa) di
muka Bumi, maka berilah keputusan
(perkara) diantara manusia dengan adil
dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari
jalan Allah. (Shad: 26) hingga akhir hayat.
(http://www.ibnukatsironline.com/2015/10
/tafsir-surat-shad-ayat-26.html,diakses
pada 28 April 2016. Jam 22:21).
Manusia Dalam Perspektif
Kekhalifahan
Awal mula penciptaan manusia merupakan pengetahuan pertama yang diperoleh Adam a.s. sehingga ia mendapatkan
keistimewaan dibanding dengan semua
Makhluk ciptaan Allah. (Abbas Mahmud
Al-Aqqad, 1993: 13). Keistimewaan ini
bisa dilihat dari sisi penciptaan fisik maupun personalitas karakternya. Karena keistimewaannya itu, manusia memiliki
tugas dan kewajiban yang berbeda dengan
makhluk yang lain.
Keistimewaan dan kelebihan manusia, diantaranya berbentuk daya dan ba-kat
sebagai potensi yang memiliki pe-luang
begitu besar untuk dikembangkan. Dalam
kaitannya dengan pertumbuhan fisiknya,
manusia dilengkapi dengan potensi berupa
kekuatan fisik, fungsi organ tubuh dan
panca indera. Kemudian dari aspek mental,
manusia dilengkapi dengan potensi akal,
bakat, fantasi maupun gagasan. Di luar itu
manusia juga dilengkapi unsur lain, yaitu
- 82-
IAIS Sambas
PENUTUP
Berdasarka paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa manusia dalam kedudukannya sebagai khalifah pada dasar
nya mengemban tugas pokok yaitu untuk
mewujudkan kemakmuran di bumi agar
tercipta kondisi kehidupan yang sejahtera,
aman, tenteram dan bahagia sebagai tugas
rangkap. Sejalan dengan tugas pengabdian
itu maka manusia diberikan status terhormat aitu sebagai khalifah Allah di muka
bumi lengkap dengan kerangka dan program kerjanya yang secara simbolis digambarkan melalui proses penciptaan Adam
As. Oleh karena itu, manusia menduduki
peran yang penting dan strategis di alam
raya ini. Manusia bukan hanya merupakan salah satu bagian dari alam ataupun
hanya sebagai makhluk yang diberi
kesempatan untuk menggunakan serta
memanfaatkan alam, melainkan juga untuk memelihara dan mengayomi seluruh
makhluk guna mencapai tujuan penciptaannya masing-masing.
Manusia dalam melaksanakan amanat
yang diberikan Allah SWT harus menggunakan akalnya bagi kemaslahatan manusia
itu sendiri serta makhluk Allah lainnya
secara serasi dan seimbang. Untuk itu,
manusia senatiasa dimotivasi untuk lebih
banyak menyingkap rahasia alam semesta
dengan kekuatan akalnya untuk mendapatkan nilai kebaikan. Untuk merealisasikan
- 83-
IAIS Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Mahmud Al-Aqqad, Manusia Diungkap Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus,
1993. Cet. III.
Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal menurut Konsepsi Islam, Surabaya: Bina Ilmu,
1995.
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam: Sebuah Interpretasi Baru alQuran dan Sain, Bandung: Mizan, 2009.
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, jilid 23, Penerjemah,
Bahrun Abubakar, Hery Noer Aly, dan K. Anshori Umar Sitanggal,
Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993.
Ahmad Shukri Mohd. Nain dan Rosman Md. Yusoff, Konsep, Teori, Dimensi dan
Isu Pembangunan, Johor Darul Tazim: Universiti Teknologi Malaysia,
2003.
Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Quran, Penerjemah: Sari
Narulita, dkk. Jakarta: Gema Insani Press, 2006.
Al-Imam Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsr Ibnu Kasir Juz I, Penerjemah: Bahrun Abu
Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000.
Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis,
Teoritis danPraktis, Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005, Cet. II.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, Bandung: Diponegoro, 2006, cet.
X.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz. I, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2005.
Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995.
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-shad-ayat-26.html,diakses
pada 28 April 2016. Jam 22:21.
https://pahamiquran.wordpress.com/2014/01/30/tafsir-al-baqarah-ayat-30-39/,
diakses pada 28 April 2016 , jam 11:37.
Ismail Haqiqi al-Buruswi, Terjemahan Tafsir Ruhul Bayan Juz I, Penerjemah:
Syihabudin dan Herry Noer, Bandung: Diponegoro, 1995.
Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002, Cet. II.
M. Nur Kholis Setiawan dan Djaka Soetapa, Meniti Kalam Kerukunan: Beberapa
Istilah Kunci dalam Islam dan Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2010.
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1996.
- 84-
IAIS Sambas
M. Qutb, Sistem Pendidikan Islam, Penerjemah, Salman Harun, Bandung: AlMaarif, 1993.
Sinerya Hendrawan, Spiritual Management: From Personal Enlightenment Towards
God Corporate Governance, Bandung: Mizan, 2009.
Sutisna, Pemilihan Kepala Negara: Perspektif Hukum Islam dan Hukum Indonesia,
Yogyakarta: Deepublish, 2014.
Syaikh Ahmad Musthafa al-Farran, Tafsir Imam Syafii: Menyelami Kedalaman
Kandungan al-Quran, Jilid 3, Penerjemah: Imam Ghazali Masykur, Jakarta:
Almahira: 2007..
Uci Sanusi dan Rudi Ahmad Suryadi, Kenali Dirimu: Upaya Memahami Manusia
dalam al-Quran, Yogyakarta: Deepublish, 2015.
- 85-
ABSTRAK
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan diperoleh bahwa: 1).Sebagian besar ulama fuqoha
dan lembaga-lembaga islam mewajibkan zakat profesi dengan alasan: a.prinsip keadilan, b.
Perintah untuk mengeluarkan infak dari kasab yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia
sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 267, c.Peringatan Allah terhadap
orang yang menumpuk emas dan perak dan tidak membelanjakan di jalan Allah, dalam surat
At Taubah ayat 342).Dalam pengeluaran zakat profesi tidak berlaku adanya nishob,tetapi
dikeluarkan kapan saja saat mendapatkan penghasilan yang melebihi kebutuhan sehari-hari
.Dengan kadar ukuran 2,5% dari penghasilan yang diperoleh seta tidakberlaku haul.
IAI Sambas
PENDAHULUAN
Dalam kitab-kitab fiqih klasik,
terdapat ketentuan bahwa harta yang wajib
dizakati (zakat mal) hanya lima macam
yaitu ternak, emas dan perak, tanaman
(hasil tanaman), buah-buahan dan barang
dagangan. Ketentuan tersebut apakah
merupakan ketentuan buku atau ketentuan
yang
dapat
dikembangkan
karena
memandang
bahwasannya
ketentuan
tersebut berlaku pada masa penyusunan
kitab fiqh tersebut. Dalam pekerjaan
dibidang pertanian, peternakan dan
perdagangan aturan zakat pun sudah ada
sejak dulu dalam kitab-kitab klasik, itu
karena pekerjaan-pekerjaan itu sudah ada
sejak dahulu (Arif Hidayat, 2002: 8).
Namun pada masa kini, penghasilan
bulanan para karyawan di perusahaanperusahaan besar atau para profesional
dibidang teknik, administrasi, kedokteran
dan lain sebagainya sering kali mencapai
jumlah amat besar, jauh melampaui nisab
harta-harta lainnya yang wajib dizakati
(M. Baghir al-Habsyi, 1999: 301). Karena
itulah orang-orang ini terlihat mendapat
penghasilan besar dari kerja profesinya,
sehingga kemudian lahirlah istilah zakat
profesi (Nourou Zaman Shiddiqi, 1997:
203).
Dalam judul Miqdar dan Nisob
Zakat Profesi dalam Hukum Islam
berusaha mengupas persoalan yang
sebenarnya.Bagaimana
hukum
zakat
profesi menurut hukum islam.Berapa
miqdar dan nishob zakat profesi dalam
hukum islam.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Zakat Profesi
Zakat profesi adalah zakat yang
dikenakan pada tiap pekerjaan atau
keahlian profesional tertentu, baik yang
dilakukan sendiri maupun yang dilakukan
bersama dengan orang atau lembaga lain
yang mendatangkan penghasilan (uang)
yang memenuhi hisab (batas minimum
untuk
menyalurkan
zakat)
(Didin
Hafidhudin, 1998: 103). Pendapat atau
- 86-
IAI Sambas
Hai
orang-orang
yang
beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, Padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Dalam zakat profesi terdapat beberapa
kemungkinan dalam menentukan nishab,
kadar
dan
waktu
mengeluarkan,
diantaranya ada yang mengatakan 85 gram
emas yakni 20 misqal (Yusuf Qardhawi,
2002: 482), ada yang menetapkan nisab
zakat profesi sebesar 96 gram (Ensiklopedi
Islam, 1994: 4), 93,66 gram dan 94 gram.
Penetapan tersebut terdapat perbedaan
dalam mengkonversikan ukuran mitsqal,
dinar dan dirham. Disamping berdasarkan
penemuan dinar, perhitungan nisab zakat
profesi
dengan menggunakan standar
emas, juga berdasarkan pada ketentuan,
bahwa uang dikeluarkan secara bertahap
sebagai tanda terima yang menunjukkan
nilai emas atau logam lain yang disimpan
(yakni disimpan sebagai titipan agar aman
atau dimasukkan ke bank) (Gerardo P.
Sicat, 1991: 229). Tetapi lama-kelamaan
uang yang dikeluarkan tidak lagi
berdasarkan pada jumlah uang emas yang
disimpan di dalam bank tersebut (Sadono
Sukirno, 1999: 197).
Pertimbangan kemasyarakatan dan
tujuan- tujuan integral syariat itulah yang
membuat pertimbangan sebagian ulama
kontemporer seperti Syeikh Abdul
Wahhab Khallaf, Syeikh Abu Zahrah,
Yusuf Qaradhawi, Didin Hafidhuddin,
Quraisy
Syihab,
Majelis
Tarjih
Muhammadiyah, MUI (Majelis Ulama
Indonesia) mewajibkan adanya zakat
terhadap penghasilan profesi dengan
berlandaskan pada pemahaman terhadap
Al-quran surah Al- Baqarah ayat 267.
- 87-
IAI Sambas
dimasa lalu memang telah ada, namun
kondisi sosialnya berbeda dengan hari ini.
yang menjadi acuan dasarnya adalah
kekayaan seseorang. orang-orang yang
kaya dan memiliki harta saat itu masih
terbatas seputar para pedagang, petani dan
peternak.
Tentang miqdar dan nishobnya yang
wajib dikeluarkan menjadi bagian dari
ijtihad ulama kontemporer. Mengingat
Islam tidak mewajibkan atas seluruh harta
benda sedikit atau banyak, tetapi
mewajibkan atas harta benda yang
mencapai nishab, bersih dari hutang, serta
lebih dari kebutuhan pokok.
Sebagaimana yang telah penulis
paparkan tentang seputar Miqdar dan
nishob zakat profesi menurut sebagian
ulama
kontemporer,
mereka
mengungkapkan berbagai macam pendapat
tentang miqdar dan nisab zakat profesi
yang wajib untuk dikeluarkan, diantara
pendapat mereka adalah:
1. Al-Qardhawi menganalogikan zakat
penghasilan profesi ini dengan zakat
uang. Sehingga jumlah nishob yang
menjadi ukurannya adalah 85 gram
emas
serta besarnya prosentasi
zakatnya disamakan dengan zakat uang
yaitu 2,5% dari sisa pendapatan bersih
setahun, yaitu pendapat kotor dikurangi
jumlah pengeluaran untuk kebutuhan
pokok hidup layak, makan, pakaian,
serta cicilan rumah setahun jika ada.
2. Pendapat Syekh M. Al-Ghazali yang
menganalogikan dengan zakat hasil
pertanian, baik dalam nishob maupun
prosentase
zakat
yang
wajib
dikeluarkan, yaitu 10% dari sisa
pendapatan bersih, atau pendapatan
kotor dikurangi biaya yang diperlukan
untuk
kebutuhan
hidup
secara
layak.Dengan ukuran nishob yang telah
mencapai 815,758 kg gabah.
3. Pendapat mazhab imamiyah yang
menetapkan zakat profesi sebesar 20%
dari hasil pendapatan bersih, sama
seperti dalam laba perdagangan serta
setiap hasil pendapatan lainnya.
- 88-
IAI Sambas
Allah kepada manusia sebagaimana
firman Allah dalam surat Al Baqarah
ayat 267.
c. Peringatan Allah terhadap orang
yang menumpuk emas dan perak dan
tidak membelanjakan di jalan Allah,
dalam surat At Taubah 34.
2. Mengenai nishob dan miqdar zakat
atas penghasilan profesi, maka dalam
pengeluaran zakat profesi tidak berlaku
nishob. Sehinggga dalam pengeluaraan
zakat atas penghasilan profesi dapat
dilakukan kapan saja saat memperoleh
penghasilan.
Asalkan
penghasilan
- 89-
IAI Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Pendapat Para
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam (peny) Ensiklopedi Islam, jilid V, Jakarta: Ichtiar
Bam Van Houve, 1994.
Gomah, Syekh Ali, Kamus Istilah-istilah Takaran dan Timbangan Dalam Syariat Islam,
cet.1, Malang: Pustaka Azhar Syarif, 2013.
Hidayat, Arif, Zakat Profesi apa itu? Harian Bangsa, kolom 2, 2002.
Hafidhudin, Didin Panduan Praktis tentang Zakat, Infak, Sedekah Jakarta: Gema Insani
Press, 1998.
-------------, Zakat dalam Perekonomian Modern, cet. 1, Jakarta Gema Insani Press,
2001.
Shiddiqi, Nourouz Zaman Fiqih Indonesia: Pengagas dan Gagasannya, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997.
Sicat, P. Gerardo. Economics, alih bahasa, Nirwono, Ilmu-ilmu Ekonom untuk kontes
Indonesia cet. 1. Jakarta: LP3ES, 1991.
Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Makro Ekonom, cet II, Edisi X
Grafindo, 1999.
Jakarta: Raja
Qardhawi, Yusuf, Hukum Zakat, Alih Bahasa Lama, Salman dkk., Jakarta: PT. Lentera
Nusantara, 2004.
- 90-
ABSTRAK
Paper ini membahas tentang kehidupan Melayu dipandang dari segi kesejarahannya yang
dijadikan sebagai acuan guna memberikan strategi pengembangan kebudayaan Melayu dalam
lingkup masyarakat Kota Palembang. Bahasannya dibagi dalam empat bahasan utama,
dimulai dari memotret kehidupan orang Melayu dimasa lampau, Islam dalam sejarah dan
kebudayaan Melayu, tradisi politik orang Melayu dan bagian terakhir membahas tentang
strategi politik kebudayaan kota Palembang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
sejarah dan antropologi yang berguna melihat proses dan perubahan masyarakat yang terjadi
dari masa ke masa.
Makalah ini dibacakan oleh Pemerintah Kota Palembang pada acara Seminar Internasional dengan tema
Budaya Melayu Sebagai Akar Tradisi Nusantara yang diselenggarakan oleh Yayasan Alam Melayu
Palembang bekerjasama dengan Lembaga Kajian Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia pada tanggal 8 Juni 2015 di Benteng Kuto Besak Palembang. Makalah ini telah disesuaikan tanpa
mengurangi substansinya.
Sunandar (Dosen Fakultas Adab dan Ushuluddin IAI Sambas) Husni Thamrin (Ketua Yayasan Alam Melayu
Sriwijaya Palembang)
IAI Sambas
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai Melayu tentu saja
akan terlihat di dalamnya Islam. Karena ke
duanya merupakan bagian yang tak dapat
dilepaskan. Ibarat dua sisi mata uang, Melayu tidak akan memiliki makna berarti
bahkan tidak bisa disebut Melayu sekiranya Islam jauh atau dijauhkan atau munkin dihilangkan darinya. Begitu juga dengan Islam (terutama dalam wilayah kepulauan Melayu) tidak akan dapat eksis dan
berkembang sekiranya tidak dapat melakukan kompromi dengan Melayu. Karena
dimasa awal kedatangan Islam di wilayah
Nusantara ternyata terlebih dahulu memasuki wilayah Melayu di Pulau memasuki
wilayah Melayu di pulau Sumatra, kemudian berkembang sepanjang pesisir di kepulauan Nusantara.
Makalah ini mencoba menghadirkan
tiga topik utama, yaitu mengenai konsep
kehidupan Melayu dalam kacamata budaya dan sejarah, Islam dalam sejarah dan
kebudayaan Melayu dan tradisi politik
Melayu. Penulis berupaya memposisikan
Melayu dalam kacamata sejarah, budaya
dan politik dengan harapan memberikan
sebuah formula ditengah kehidupan yang
semakin komplek akhir-akhir. Identitas sebagai Melayu menjadi sangat penting dalam pencaturan politik arah kebijakan pemerintah dalam membangun daerah.
Kebijakan politik melalui Undangundang otonomi daerah memberikan ruang
kepada setiap daerah untung mengembang
kan potensi daerah sesuai dengan karakter
yang dimilikinya. Daerah-daerah kepulauan Melayu termasuk Palembang sangat
penting memanfaatkan momen ini, walau
sebetulnya kebijakan politik yang berorien
tasi pada pengambangan budaya Melayu
sudah kita lakukan, peningkatan kuantitas
dan kualitas pengembangan daerah tentu
akan terus kita lakukan kedepan.
28 Oktober 1928 kita peringati sebagai hari Sumpah Pemuda, namun, jika kita
telaah ulang, hari tersebut bukan hanya
sekedar pernyataan terhadap tiga konsensus bertanah air berbahasa, dan berbangsa
- 91-
IAI Sambas
dari kata laju yang bermakna cepat,
deras, dan tangkas. Makna orang Melayu
itu bersifat tangkas dan cerdas, segala tindak tanduk mereka cepat dan deras. Demikian, kecerdasan merupakan bagian penting sebagai ciri atau karakter Melayu itu
sendiri. (Sunandar, 2013: 27-28).
Akomodasi terhadap budaya yang lebih tinggi tersebut dikarenakan oleh orang
Melayu itu sendiri yang tanpa henti melakukan hubungan dengan bangsa-bangsa
yang terdapat di wilayah Nusantara bahkan
hingga ke daerah yang sangat jauh terutama daerah India, Arab, dan Persia.
Pertemuan mereka dengan bangsa lain dalam kacamata antropologi akan sangat
memungkinkan terjadinya difusi budaya,
yaitu penyebaran budaya dari kelompok
masyarakat tertentu ke kelompok lainnya.
Friedrich Ratzel umpamanya yang melihat
item budaya cenderung menyebar, sedangkan seluruh budaya yang kompleks (sifat
yang menonjol pada budaya yang terkait
dalam kelompok) disebarkan melalui migrasi (Aland Barnand, 2000: 50).Teori difusi kebudayaan dimaknai sebagai persebaran kebudayaan yang disebabkan adanya
migrasi manusia. Perpindahan dari satu
tempat ke tempat lain, akan menularkan
budaya tertentu. Hal ini akan semakin tam
pak dan jelas kalau perpindahan manusia
itu secara kelompok dan atau besar-besaran, di kemudian hari akan menimbulkan
difusi budaya yang luar biasa. Setiap ada
persebaran kebudayaan, di situlah terjadi
penggabungan dua kebudayaan atau lebih.
Difusi budaya tersebut tidak harus
melulu melalui proses migrasi suatu kelompok masyarakat tertentu ke daerah lain,
akan tetapi melalui proses perdagangan
yang pernah dilakukan oleh Bangsa
Melayu juga merupakan bagian yang patut
dipertimbangkan. Sejarah telah mencatat,
bahwa bangsa Melayu merupakan bangsa
penakluk dan orang yang berhasil meme
ritah suku-suku lainnya di Nusantara
(Isjoni, 2007: 28).Hal tersebut berlangsung
melalui proses yang sangat panjang, yaitu
peranan Bangsa Melayu dalam perdagang-
- 92-
IAI Sambas
tersendiri bagi kita dalam mengkaji dan
mencari akar budaya melayu itu sendiri,
karena telah tercampur dan mengalami
perkembangan budaya berdasarkan daerah
yang pernah mereka datangi. Sisi lain menunjukan bahwa pertualangan dan pelayaran masyarakat Melayu inilah yang pada
akhirnya memperkaya budaya bangsa dan
bahkan menjadi jati diri Bangsa Indonesia.
Tidak hanya berhenti disitu saja,
Martin van Bruinessen (1995:41) mencatat bahwa di antara semua bangsa yang
berada di Makkah, orang Jawi (Asia
Tenggar) merupakan salah satu kelompok
terbesar sejak tahun 1860, bahasa Mela-yu
merupakan bahasa kedua di Makkah.
Mereka yang bermaksud untuk menuntut
ilmu, setelah melaksanakan ibadah haji
biasanya menetap diMakkah untuk beberapa tahun lamanya (Shaleh Putuhena,
2007: 343). Disinilah mereka menjadi tra
smitter utama tradisi intelektual-keagamaan tradisi Islam dari pusat-pusat keilmuan
Islam di Timur Tengah ke Nusantara
(Azyumardi Azra, 1998: 17) yang pada
akhirnya memberikan pengaruh luar biasa
dalam pengembangan dan pengamalan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial
keagamaan hingga kita rasakan saat ini,
walau pada masa itu wilayah nusantara
masih merupakan wilayah yang terkotakkotak oleh kekuasaan lokal atau kerajaan
(Sunandar, 2013: 41-42).
Pencapaian kehiduapan Melayu, tidak
hanya lekat dengan Islam saja, melainkan
sebuah pencapaian yang sangat komplek,
melalui perdagangan yang membentuk dan
menyebarkan budaya, hingga menjadi bangasa penakluk daerah-daerah lain. Pencapaian ini tentu saja tidak hanya kita maknai sebagai sebuah peristiwa sejarah yang
hanya untuk dikenang dalam memoir atau
seminar-seminar, melainkan kita posisikan
sebagai sejarah bangsa yang dapat mengin
spirasi masyarakat sekarang untuk membangun masa depan bangsa sebagaimana
ungkapan Hang Tuah yang terkenal:
Tuah sangki hamba negeri,
Esa hilang dua terbilang,
Artinya: sungguh telah berlalu aturanaturan (hukum-hukum) Allah sebelum kamu. Maka mengembaralah di muka Bumi,
dan lihatlah bagaimana akhir orangorang yang mendustakan. Ini adalah
penjelasan bagi manusia, petunjuk dan
pelajaran bagi orang yang bertaqwa (Qs,
Ali Imran: 137-138).
Islam Dalam Sejarah Dan Kebudayaan
Melayu
Meminjam sub judul yang digunakan
oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas
(1990: 40) dalam sambutan pelantikan
gelar Profesornya pada tahun 1972 di
Universitas Kebangsaan Malaysia, ia dengan gambling memaparkan bagaimana
pencapaian yang telah di raih oleh Bangsa
Melayu dalam menggerakkan peradaban
umat Islam di wilayah nusantara, terutama
Indonesia. Dalam kontek ini, ia melihat
perkembangan sejarah Islam ke daerah
kepulauan ini memiliki hubungan yang
sangat penting dengan perkembangan serta
penyebaran bahasa Melayu, sehingga baginya kesimpulan terpentingnya ialah tentang keutamaan daerah-daerah Melayu
dalam proses peng-Islaman. Kerajaan-
- 93-
IAI Sambas
kerajaan Melayulah, seperti Sumatra yaitu
Pasai dan Aceh, dan Semenanjung Tanah
Melayu yaitu Malaka, bukan Jawa yang
mengambil peranan utama dalam penyebaran agama dan teologi serta filsafat Islam
ke seluruh bagian Kepulauan MelayuIndonesia.
Mungkin sebagian orang, bahkan diantara kita terjebak pada persoalan Islamisasi yang terjadi di tanah air ini bermuara
pada betapa pentingnya peran para Dai
yang berasal dari Pulau Jawa, karena mereka mempunyai Wali yang sangat bijaksana yaitu wali songo (sembilan wali)
yang begitu bijaksana dan gigih dalam
menjalankan peran kewaliannya dalam
mendakwahkan Islam kepada masyarakat
yang masih diliputi oleh kegelapanajaran nenek moyang mereka. Argumen itu
sangat memungkinkan kita untuk berupaya
melakukan penelaahan ulang dengan meng
hadirkan fakta sejarah mengenai betapa
pentingnya peranan kerajaan-kerajaan
Mealyu tersebut. Tidak hanya itu, pengaruh Bangsa Melayu masih tetap kita rasakan dalam membidani semangat nasionalisme melawan kelonialisme bangsa
asing di negara kita, Alfian umpanya
mengatakan salah satu akar kebudayaan
nasional ialah kebudayaan Melayu sesuai
dengan fungsi kebudayaan nasional, yaitu
sistem gagasan nasional dan perlambang
yang memberi identitas kepada warga
negara Indonesia serta alat komunikasi dan
memperkuat solidaritas (Suwardi MS,
2008: 124).
Suatu kesilapan besar dalam pemikiran sejarah telah terjadi apabila hasil
penyelidikan ilmiah Barat, yang cenderung
kepada penafsiran berdasarkan keagungan
nilai kesenian dalam kehidupan manusia,
telah meletakkan serta mengukuhkan kedaulatan kebudayaan dan Peradaban Jawa
sebagai tilik permulaan kesejarahan kepulauan Melayu-Indonesia, dan anggapan
seperti inilah hingga dewasa ini masih
merajalela tanpa gugatan dalam pemikiran
sejarah kita (Attas, 1990: 40-41). Hal yang
perlu di ingat dalam konteks sejarah
- 94-
IAI Sambas
Palembang, masyarakat Muslim Palembang dilaporkan bersifat fanatik terhadap
Islam. Laporan ini menggambarkan kehidupan sosial keagamaan dalam se-tahun
1880-dengan ungkapan untuk 60.000 pen
duduk kota fanatik yang mengaji Koran
(Quran) dengan suara keras (Jeroen
Peeters, 1997: 6).
Pertumbuhan Kota Palembang, dalam
masa keemasan tersebut tentu saja tidak
dicapai dengan sendirinya, masa-masa kemaharajaan Sriwijaya dalam abad-abad sebelumnya juga mengambil andil yang besar dalam pencapaiannya kemudian, kejayaan Palembang adalah suatu keniscayaan
yang telah dipahatkan oleh nenek moyang
kita, berlanjut di masa Kesultanan Palembang Darussalam (1550-1823), termasuk
kedatangan kelompok Alawiyin di Palembang semakin memperkaya budaya dan keIslaman daerah ini. Kejayaan yang pernah
diraih pada masa lalu harus menjadi semangat kita untuk membangun daerah ini,
barometernya adalah sebagai pusat perdagangan Internasional pada satu sisi dan ber
kembangnya Islam pada sisi lain, yang diikuti oleh harmonisasi antara budaya lokal
dan budaya-budaya luar termasuk, Arab,
Jawa, Cina dan sebagainya.
Sebuah catatan perjalanan yang dilakukan oleh Misionaris Belanda A. Korten
horst dalam Peeters (1997: 7) menggambar
kan kondisi kota Palembang dalam awal
abad ke-20 sebagai berikut:
Orang sebenarnya cenderung menyamakan sungai Musi dengan pasar terapung. Pasar sebenarnya ada di darat,
dan di sana siang hari pada saat tertentu sibuk dan ramai, sehingga orang,
bila melupakan bau aneh, dan perubahan lingkungan akan mengira berada
di pusat perdagangan di Eropa. Para
pejalan kaki, hampir tidak mungkin
melalui massa, terutama pada hari
Jumat, hari suci untuk orang Islam.
Kelompok besar haji berjubah panjang
dengan warna putih, hijau atau merah
dan memakai serban tradisional di
kepala dan tasbih ditangan, menuju ke
- 95-
IAI Sambas
kita akan menjumpai daerah asal Melayu,
dikisahkan bahwa asal usul Melayu berasal
dari Bukit Siguntung Mahameru Palembang sebagai berikut:
Alkisah maka tersebutlah perkataan
sebuah negeri di tanah Andalas, Palembang namanya; nama rajanya Demang Lebar Daun, asalnya daripada
anak cucu Raja Sulan juga. Adapun
negeri Palembang itu, Palembang yang ada sekarang inilah. Muara Tatang
nama sungainya, di hulunya itu ada se
buah sungai, Melayu namanya. Adalah dalam sungai itu ada satu bukit
bernama Bukit Si Guntang; di hulunya
Gunung Mahamiru, di daratnya ada
satu padang bernama Padang Penjaringan (A. Samad Ahmad, 2008: 19).
Kisah asal muasal Melayu sebagaimana tertuang dalam Sulalatus Salatin tersebut sesungguhnya telah mencampur
adukan antara fakta dan mitologi. Misalnya disebutkan bahwa kepemimpinan
Melayu berasal dari seorang raja besar
yang menguasai dunia, yaitu Iskandar
Zulkarnain atau Alexander the Great
(Suwardi MS, 2008: 17, Ahmad, 2008: 49). Seterusnya disebutkan pula Raja Sulan
sebagai penguasa yang memerintah di
wilayah Palembang tepatnya di Bukit
Siguntung. Cerita ini secara turun temurun
dipercayai sebagai dasar pijakan untuk
mengetahui asal usul Melayu, bahkan disebutkan pula bahwa ketika bangsa Eropa
memuat sumber-sumber asal usul Melayu
pada abad ke-17 dan 18 masih tetap
menyebutkan bahwa negeri asal Melayu
adalah Sumatera (pantai timur bagian
tengah atau bagian selatan) dan kemudian
menyebar ke Tanah Semenanjung. Tiga di
antara penulis itu adalah Petrus van der
Worm, Valentijn dan W. Marsden (Isjoni,
2007: 20, Fang, 2011: 440-442).
Jika kita lihat kebelakang, dalam bahasan saya di awal telah memperlihatkan
bagaimana peran Melayu dalam panggung
sejarah, hingga menjadi suatu kekuatan
politik di nusantara, posisi pelabuhanpelabuhan di kesultanan Melayu Nusantara
- 96-
IAI Sambas
umpama ganti Allah dimuka bumi,
karena ia zillu llah filalam. Apabila
kamu berbuat kebaktian kepada raja,
serasa berbuat kebaktian akan Nabi,
apabila berbuat kebaktian akan Nabi
Allah, serasa berbuat kebaktian akan
Allah Taala...(Azyumardi Azra,
2006: 96).
Seorang penguasa sangat dituntut untuk
berbuat adil dalam kepemimpinannya, posisinya sangat sakral dalam tradisi politik
Melayu, diibaratkan dua permata pada sebentuk cincin, dekat dengan Nabi
Muhammad, sikap kepemimpinan Nabi
Muhammad menjadi model yang tidak boleh pudar, keadilan, kesejahteraan, perlindungan terhadap kaum yang lemah dan
sebagainya harus benar-benar terlaksana
dalam kepemimpinan penguasa. Model
kepemimpinan seperti ini, juga kita temui
dalam undang-undang kesultanan Melayu
di seluruh Nusantara. Penguasa atau Raja
dan hamba atau masyarakat harus berjalan
pada rel masing-masing, penguasa menjalankan kepemimpinannya sebagai amanah
yang dijalankan sesuai dengan ketentuan
Allah, begitu pula hamba harus patuh dan
taat kepada pemimpin. Ancaman yang
diberikan bagi mereka yang ingkar juga
dituliskan dalam kitab Sullat al Saltn
sebagai berikut:
dan tiada akan sentosa kerajaannya;
karena raja-raja itu umpama api,
segala menteri itu umpama kayu;
karena api tiada akan nyala, jikalau
tiada kayu; seperti kata Farsi, arayatu
juan bakhasta sultan khasad (sic),
yakni rakyat itu umpama akar dan raja
itu umpama pohon; jikalau tiada akar
niscaya pohon tiada akan berdiri.
Demikianlah raja itu dengan segala
rakyat. Hai anakku, hendaklah engkau
turut seperti amanatku ini; supaya
engkau beroleh berkat diberi Allah
Sbhanahu wa taala (Azra, 2006: 99).
Demikian pula janji politik yang
diberikan oleh penguasa, harus di tepati
sebagaimana yang tertuang dalam Sullat
al Saltn:
- 97-
IAI Sambas
sikannya lagi, pasca Tsunami yang memporakporandakan kotanya tahun 2011 lalu,
Jepang dengan cepat bangkit dari kondisi
terpuruk itu, hal itu terjadi karna memang
mereka tidak meninggalkan kebudayaan
mereka. Begitu pula dengan negara-negara
lain, tidak hanya di Asia seperti Korea
Selatan dan Cina, di Eropa misalnya kebudayaan Yunani dengan semangat Hellenisme merupakan sumber utama dalam pembingkai bagi pembangunan yang mereka
lakukan. Semangat-semangat kebudayaan
itulah pada abad pertengahan yang memicu
terjadinya pencerahan menjadi pelatuk
Renaisasnce dan Humanisme, atau Aufklarung di Jerman.
Masyarakat Kota Palembang jika kita
lihat dalam lintasan sejarah, sesungguhnya
merupakan masyarakat yang kaya akan
nilai-nilai budaya, sejak masa kemaharajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang
Darussalam, hingga kini. Dalam masa
Sriwijaya kita telah menyaksikan daerah
ini adalah salah satu pusat peradaban terpenting di Asia, catatan sejarah telah
memperlihatkan bahwa Sriwijaya adalah
kota pelabuhan dunia Melayu yang ramai
dikunjungi oleh para pedagang, bahkan sebelum Islam menjadi agama resmi kerajaan, daerah ini sudah menjadi kota pelabuhan yang banyak dikunjungi oleh pedagang yang banyak dikunjungi oleh pedagang asing, seperti I-Ching seorang Biksu
pengembara China dalam abad ke-7 telah
singgah di wilayah sumatra yang dikenal
dengan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Dalam kunjungannya ke Sriwijaya,
ia mencatat tentang adanya seribu orang
biarawan Budha di Sriwijaya, dan menasihati para musafir sebangsanya yang
hendak belajar di India agar singgah dan
belajar kepada para guru yang terdapat di
Sriwijaya (Braginsky, 1998: 31).
Dalam Misi Pemkot Palembang 20142019 dalam poin ke 6 sudah jelas bahwa
Pemerintah Kota bertekad Melanjutkan
pembangunan Kota Palembang sebagai
Kota metropolitan bertaraf internasional,
- 98-
IAI Sambas
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. Samad Sulatus Salatin, Sejarah Melayu Edisi Pelajar, Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 2008.
al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, cet.
4, Bandung: Mizan, 1990.
Atmosudirdjo, Prajudi, Sejarah Ekonomi Indonesia dari Segi Ekonomi Sampai Akhir
Abad XIX, Jakarta: Pradnya Paramita, 1957.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII, cet.4, Bandung: Mizan, 1998.
Azra, Azyumardi, Renaisans Islam Asia tenggara: Sejarah Wacana dan kekuasaan, cet.
Ke-3, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Barnand, Aland Historyand Teori in Antropology, United Kingdom: Cambridge
University Press, 2000.
Braginsky, V.I. Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad
7-9, terj. Hersri Setiawan, Jakarta: INIS, 1998.
Bruinessen, Martin van, Kitab Kuning; Pesantren dan Tarekat, Bandung: Mizan 1995.
Fang, Liaw Yock Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, Jakarta: YOI, 2011.
Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Kartodirjo, Sartono, (ed), Masyarakat Kuno dan Kelompok-kelompok Sosial, tk: tp, tt.
Peeters, Jeroen, Kaum Tuo Kaum Mudo: Perubahan Religius di Palembang 18211942, terj. Sutan Maimoen, Jakarta: INIS, 1997.
Putuhena, Shaleh, Historiografi Haji Indonesia, Yogyakarta: LKiS, 2007.
Sunandar, Peran Maharaja Imam Muhammad BasiuniImran Dalam Kehidupan Sosial
Keagamaan Masyarakat Kerajaan Al-Watzikhoebillah Sambas 1913-1976,
Tesis, Tidak diterbitkan, Program Pascasarjana: UIN SunanKalijaga Yogyakarta,
2013.
Suwardi MS, Dari Melayu ke Indonesia: Peranan Kebudayaan Melayu dalam
Memperkokoh Identitas dan Jati Diri Bangsa, Yogyakarta: Pustaka pelajar,
2008.
- 99-