Anda di halaman 1dari 10

5.

Langkah - langkah pengukuran waktu kerja dengan jam henti :


Lakukan identifitas pekerjaan yang akan diamati dan diukur waktunya dan deskripsikan
maksud dan tujuan kepada seluruh pendukung sistem kerja yang diamati. 4
Kumpulkan semua informasi mengenai proses yang dilakukan pada obyek pengamatan
seteliti mungkin
Uraikan pekerjaan dalam elemen - elemen aktivitas kerja yang lebih kecil untuk memudahkan
pengukuran.
Tetapkan tating performansi operator setiap elemen pekerjaan yang dilakukan operator.
Lakukan pengukuran waktu kerja setiap elemen pekerjaan yang dilakukan operator.
Lakukan pengukuran sejumlah yang diperlukan (dengan menggunakan uji kecukupan data dan
uji keseragaman data)
Tetapkan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran
Tetapkan waktu baku dan sistem kerja yang diamati Asumsi Dasar Dalam Pengukuran Waktu
Kerja Dengan Jam Henti :
Operator yang diamati memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan pelaksanaan
pekerjaan dengan baik (memiliki kemampuan dan ketrampilan standart )
Teknik dan metode yang dilakukan dalam sistem pekerjaan yang diamati harus baku dan
standart
Kinerja sistem mampu dikendalikan untuk setiap periode kerja vang disediakan
Lingkungan pendukung sistem kerja standart, tidak jauh berbeda dengan saat dilakukan
pengukuran.

6. 7

A. PENYESUAIAN

Kenapa dilakukan penyesuaian ?

saat melakukan pengukuran waktu, mungkin saja operator dari pekerjaan melakukan
ketidakwajaran. Semisal terlalu cepat soalah olah terburu buru dalam melakukan pekerjaan,
atau operator menjumpai beberapa kesulitan saat bekerja seperti keadaan ruangan yang
buruk. pengaruh tersebut dapat mempengaruhi kecepatan kerja. oleh karena itu, kalau ada
ketidakwajaran, maak kita sebagai pengukur harus mengetahui dan menili seberapa jauh hal
itu berlangsung.

biasanya penyesuaian dilambangkan dengan huruf (p). jika operator bekerja dengan cepat
dari yang biasa maka nilai (p>1). jika lambat dari biasanya maka (p<1). dan jika operator
bekerja dengan normal maka (p=1).

konsep tentang bekerja wajar

dalam melakukan pengamatan kita biasanya kita dapat cara kerja seorang operator. lambat
ataupun cepat kita pasti akan dapat menyatakan bahwa operator itu bekerja dengan cepat atau
lambat. artinya pada saat itu kita telah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain
yang lebih wajar.
nah untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat dalam pengukuran, pengalaman operator
menjadi peran yang penting disini. karena semakin berpengalaman operator semakin peka
inderanya dalam bekerja. maka untuk memudahkan dalam memilih konsep wajar, seorang
pengukur dapat mempelajari cara kerja seorang operator yang dianggap normal yaitu :
1. jika operator dianggap berpengalaman
2. bekerja tanpa usaha yang berlebihansepanjang hari
3. menguasai cara kerja yang ditetapkan
4. menunjukan kesungguhan dalam melakukan pekerjaanya

cara menentukan faktor penyesuaian

Ada dua cara dikenalkan disini untuk menentukan faktor penyesuaian :


1. Cara Shumard
memberikan patokan -patokan penilaian melalui kelas kelas kinerja dan setiap kelas memiliki
nilai sendiri sendiri. berikut tabelnya
kelas
superfast
fast +
fast
fastExcellent
Good+
Good
GoodNormal
Fair+
Fair
Fairpoor

penyesuaian
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40

dari tabel diatas seorang yang dipandang kerja secara normal diberi nilai 60. ini jadi nilai
pembanding kita untuk operator lain dengan faktor penyesuaian tertentu. misalnya ia
mendapat nilai 80. maka :
p= 80/60= 1,33

2. cara westinghouse
metode westinghouse mengarahkan pada penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan
kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. yaitu : keterampi;lan, Usaha, Kondisi Kerja,
dan Konsistensi.dan setiap faktor dibagi dalam kelasnya dengan nilai masing masing.
a. keterampilan
Didefenisian sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. berikut adalah
pembagian kelasa keterampilan dengan lambang dan nilai penyesuaiannya.
1. superskill

(A1

+0.15) ; (A2

+0.13) ;

2. Excellent

(B1

+0.13) ;

+0.08) ;

3. Good

(B2

(C1 +0.11) ;

4. Average skill

(D

(C2 +0.08) ;

0.00) ;

5. Fair

(E1 -0.05)

6. poor

(F1 -0.06 )

;
;

(E2 -0.1);
(F2

-0.22);

b. Usaha
Usaha yang dimaksud disini adalah kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator
ketika melakukan pekerjaanya. berikut ini kelas kelas usaha beserta lambang dan nilai
penyesuaianny :
1. Excessive

(A1

+0.13) ; (A2

+0.12)

2. Excellent

(B1

+0.1)

+0.08)

3. Good
4. Average
5. Fair
6. poor

; (B2

(C1 +0.05) ; (C2 +0.02)


(D
(E1
(F1

0.00)
-0.04), (E2

-0.08)

-0.12) ; (F2

-0.17)

c. Kondisi kerja
maksud dari kondisi kerja disini adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan
pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan. kondisi kerja merupakan sesuatu yang berda
diluar operator dan dtiterima apa adanya tanpa banyak kemampuan untuk mengubahnya.
kondisi kerja juga memiliki 6 kelas. berikut lambang dan nilai penyesuaiannya.
1. ideal
2. Excellent
3. Good
4. Average

(A +0.06)
(B
(C
(D

5. Fair

(E

6. poor

(F

+0.04)
+0.02)
0.00)
-0.03)
-0.07)

d. kosistensi
faktor yang menjadi perhatian disini adalah pada saat kita melakukan pengukuran waktu
angka angka yang dicatat tidak pernah sama semua. waktu yang ditunjukan selalu berubah
ubah. tapi selama dari satu siklus ke siklus lainnya tidak memiliki perbedaan yang jauh maka
tidak apa apa. tapi jika varibilitasnya tinggi maka ini yang harus menjadi perhatian lebih.
berikut adalah lambang dan nilai penyesuaiannya di masing masing kelas:
1. perfect

(A

+0.04)

2. Excellent

(B

+0.03)

3. Good
4. average
5. Fair
6. Poor

(C
(D

+0.01)
0.00)

( E -0.02)
(F

-0.04)

dalam menghitung waktu penyesuaian , bagi keadaan yang dianggap wajar di beri harga p=1.
sedangkan untuk penyimpangan dari keadaan ini harga p nya di tambah dengan faktor
penyesuaian.

contoh :
keterampilan : Fair (E1)
Usaha

= -0.05

: Good (C2)

=+0.02

kondisi kerja : Excellent (B) =+0.04


konsisten

: Poor (F)

= -0.04

-0.03
jumlah,
jadi P = (1 0.03) atau p=0.97
perlu diperhatikan juga bahwa nilai 0.97 bukanlah sekadar penjumlahan dari nilai dari kelas
kelas yang bersangkutan tapi merupakan hasil interaksi dari kelas kelas dari keempat faktor
tersebut. artinya, nilai nilai tersebut hanya berlaku setelah dijumlahkan satu sama lain.

B. KELONGGARAN
salah satu hal yang paling penting di perhatikan dalam pengukuran waktu adalah faktor
kelonggaran. faktor kelonggaran ini ditambahkan pada waktu normal yang telah didapatkan.
kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu : untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan
rasa fattique, dan hambatan hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
a. kelonggran untuk kebutuhan pribadi
yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal hal seperti minum sekedarnya untuk
menghlangkan haus, ke kamar kecil, bercakap dengan teman sekerja sekedarnya. kebutuhan
ini terlihat sebagai suatu kebutuhan yang mutlak. besarnya kelonggaran yang diberikan untuk
kebutuhan pribadi seperti itu berbeda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap
pekerjaan berbeda karakteristiknya. berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini
bagi pria dan wanita berbeda. bagi pria kelonggarannya 2%-2,5%, sedangkan untuk wanita
2,5%-5%.
b. kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
rasa fatique biasanya terlihat saat hasil produksi menurunbaik kuantitas maupun kualitas. jika
rasa fatiquetelah datang dan pekerja dituntut untuk menghasilkan performansi normalnya,
maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dan dari normal dam ini menambah rasa
fatique.besarnya kelonggaran ini di perlihat kan pada tabel nantinya
c. kelonggaran untuk hambatan hambatan yang tak terhindarkan

hambatan dalam hidup ini selalu ada, itulah yang dinamakan hidup jika tidak ada hambatan
maka bukan hidup namanya. tapi bukan hambatan dalam kajian itu kita bahas sekarang.
hambatan dalam melaksakan pekerjaan itu ada dua jenisnya, yang pertama hambatan yang
dapat dihindarkan dan yang kedua hambatan yang tidak dapat dihindarkan. nah yang menjadi
fokus kita adalah hambatan yang tidak dapat dihindarkan. beberapa contoh dari hambatan
yang tidak dapat dihinarkan adalah : menerima atau meminta petunjuk dari pengawas,
melakukan penyesuaian mesin, memperbaiki kemacetan kemacetan singkat, mengasah
peralatan potong, mengambil alat alat khusus, hambatan hambatan karena kesalahan
pemakaian, mesin mati karena mati listrik.

cara menyertakan kelonggaran dalam perhitungan waktu

hal pertama yang dilkukan adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketihga hal
diatas.kesemuanya dinyatakan dalam bentuk persentase.
misalkan dari tabel diperoleh kelonggran untuk rasa fatique dan kelonggaran pribadi sebesar
(7+0+3+5+2,5+0+2)= 19,5%
dan dari hambatan tak terhindarkan 5%
maka jumlah total kelonggaran adalah 19,5% + 5% = 24,5%
jika dimasukan dalam waktu normal, misal waktu normalnya 5,5 menit.
maka didapatkan waktu bakunya 5,5 + 0,245(5,5)=6,85
8/9

KURVA BELAJAR
Kurva belajar menunjukkan tingkat penguasaan operator terhadap pekerjaan yang
dilakukannya (kondisi dan metode kerja sudah distandarkan). Kurva belajar ini penting untuk
diketahui dalam melakukan pengukuran waktu kerja. Pengukuran kerja dilakukan pada
keadaan operator sudah terlatih dan menguasai dengan baik metode pekerjaan yang
dilakukannya. Tingkat penguasaan ini dapat dilihat dari kurva belajar.
Perumusan matematis dari kurva belajar adalah sebagai berikut :
Y = KX -A
Di mana :
Y = Waktu siklus
X = Siklus ke n : n = 1, 2, 3,.
K = Konstanta
A = Konstanta
10.

1. Skill And Effort Rating


2. Westing House Systems Rating
3. Syntetic Rating
4. Performance Rating / Speed Rating
Yang paling sering digunakan dalam pengukuran performance rating adalah metode Weting
House dan Speed Rating. Westing House adalah suatu pengukuran kerja dimana menurut
Bedaux didasarkan pada kecakapan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (condition), dan
keajegan (consictency) dari operator di dalam melakukan kerja.
Skill didefinisikan sebagai kemapuan atau keahlian yang dimiliki oleh manusia yang
didapatkan melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Effort
didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan untuk melakukan suatu input yang ditargetkan.
Working Condition (kondisi kerja) berhubungan dengan lingkungan kerja. Consistency
( konsistensi ) adalah ketetapan atau konsistensi seorang operator untuk melakukan
pekerjaan.
Pembagian dari masing-masing faktor pada metode Westing House, yakni:
Skill Effort
+0.15 A1 Superskill +0.13 A1 Superskill
+0.13 A2 +0.12 A2
+0.11 B1 Excellent +0.10 B1 Excellent
+0.08 B2 +0.08 B2
+0.06 C1 Good +0.05 C1 Good
+0.03 C2 +0.02 C2
0.00 D Average 0.00 D Average
-0.05 E1 Fair -0.04 E1 Fair
-0.10 E2 -0.08 E2
-0.16 F1 Poor -0.12 F1 Poor
-0.22 F2 -0.17 F2
Condition Consistency
+0.06 A Ideal +0.04 A Ideal
+0.04 B Excellent +0.03 B Excellent
BN
\\\\ mm
+0.02 C Good +0.01 C Good
0.00 D Average 0.00 D Average
-0.03 E Fair -0.02 E Fair
-0.07 F Poor -0.04 F Poor
Langkah-langkah dalam menggunakan metode Westing House adalah sebagai berikut:
1. Mencari Pi dengan menjumlahkan keempat rating factor yang dipilih sesuai dengan
performance yang ditunjukkan oleh operator berdasarkan tabel performance rating Westing
House.
2. Menentukan nilai P dengan rumus:P = Po+Pi , dimana Po = 1
Metode kedua yang sering digunakan adalah Speed Rating yaitu penetapan Performance
Rating kerja operator yang didasarkan pada factor tunggal yaitu operator speed, space, atau
tempo.

Diposkan oleh Rahadian Galih Adiaksa di 09.07


Label: pekerjaan, performa, tingkat
Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Friends

www.nguping.dagdigdug.com

universitas muhammadiyah malang

universitas islam indonesia

Kafe Blogger Indonesia


Blogger Indonesia

Arsip Blog

2012 (4)

2010 (33)
o Desember (2)
o Mei (1)
o April (30)

Emansipasi Wanita : Sebuah Filosofi yang (kadang) ...

Para Pujangga Telah Mati

Trying to Forget Missing You

UMM : Kampus Unggulan atau Kampus Mercusuar???

Sumpah Mahasiswa: Antara Filosofi Dasar atau Retor...

Perguruan Tinggi Idaman : Sebuah Filosofi Pemikira...

Bantengan Nuswantara 2010

Kota Batu : Kota Apel atau Kota Wisata

Sistem metabolisme

Sistem Peredaran Darah

Sistem Pernapasan

Antropologi dan Antropometri

Sejarah Perkembangan Manusia

PERT & CPM : Metode Manajemen Proyek

Material Requirements Planning

Rencana Agregat dan Jadwal Induk Produksi : Defini...

Gantt Chart : Sebuah Metode Penjadwalan

Penjadwalan Produksi

Rekayasa Nilai : Sebuah Definisi

Historiografi Komunikasi

Sistem Desain

Six Sigma

Six Sigma VS TQM

Aplikasi Six Sigma

Ergonomi dan Kelelahan KErja

Kondisi Kerja

1.

Kelelahan Kerja

Line Balancing : Metode RPW dan KIllbridge

Performance Rating

Statistik Deskriptif dan Distribusi Bino

Anda mungkin juga menyukai