PUNKSI PLEURA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kian hari jumlah penderita penyakit pleura kian maningkat. Salah satunya penyakit efusi
pleura. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000
orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi pleura
terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Menurut Depkes
RI (2006), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya.
Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk
memeriksakan kesehatan sejak dini.
Salah satu tindakan penanganan penyakit pleura adalah dengan tindakan punksi pleura.
Punksi pleura sangat penting dilakukan jika volume cairan pada paru cukup banyak.
Tindakan punksi pleura dilakukan pada bagian antara linea aksilarir anterior dan posterior,
pada sela iga ke-8.
Cairan yang mungkin terdapat pada paru yaitu serosa (serothoraks), darah (hemothoraks),
pus (piothoraks) atau kilus (kilothoraks), nanah (empiema).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan punksi pleura?
2. Apa indikasi dari tindakan punksi pleura?
3. Bagaimana tahap persiapan dari tindakan punksi pleura?
4. Bagaimana prosedur pelaksanaan tindakan punksi pleura?
5. Apa saja masalah yang muncul dan cara penanganan akibat tindakan punksi pleura?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang
hal hal apa saja yang perlu dipahami mengenai tindakan punksi pleura dan memberikan
gambaran yang jelas mengenai tindakan punksi pleura, serta lain-lain yang bisa berdampak
positif bagi penulis dan para pembaca yang utamanya ditujukan untuk para tenaga kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Punksi pleura, yaitu pengambilan atau penyedotan cairan dari lapisan pembungkus paru
(pleura) jika ditemukan cairan akibat kanker paru. Hasil punksi ini akan dianalisis dan
dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk diproses. Jika volume cairan cukup banyak,
maka dokter spesialis kanker paru akan sekaligus mengeluarkan cairan tersebut. Punksi
pleura dan pemasangan selang dada kebanyakan dilakukan dokter spesialis paru dengan bius
lokal, tetapi pada kondisi berat harus dilakukan di kamar operasi dengan bius total.
Punksi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati
cairan yang mungkin serosa (serothoraks), darah (hemothoraks), pus (piothoraks) atau kilus
(kilothoraks), nanah (empiema).
Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (cairan putih jernih) atau eksudat (cairan
kekuningan)
2. Mikroskopis
Kumpulan lebih kurang 10 ml, cairan untuk pemeriksaan mikroskopik. Bila
ditemukan dominan neutrofil polimorf menunjukkan suatu inflamasi bakterial dan bila
jumlahnya sangat banyak menunjukkan empiema. Efusi dengan sel limfosit perdominan
merupakan tanda khas untuk tuberkulosis tapi dapat juga dijumpai pada efusi pleura kronis
dengan sebab apapun.
Eosinofil yang banyak sekali biasanya menunjukkan adanya perdarahan dalam rongga
pleura. Di samping pemeriksaan di atas diperiksa juga kadar pH (normal 7,64). pH < 7,30
dapat dijumpai pada penyakit TBC, infeksi non TBC, penyakit kolagen, dan neoplasma.
Kadar glukosa yang rendah (40 mg%) ditemukan karena proses infeksi dan keganasan. Akhirakhir ini diperkenalkan pemeriksaan biokimia diagnostik antara lain pemeriksaan Cytokine
yang meliputi Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-2 (IL-2) serta gamma Interferon (IFN-Y) dan
nemeriksaan Adenosine Deaminase (ADA).Torakoskopi atau pleroskopi dapat secara
langsung melihat pleura dan dapat melakukan biopsi pada permukaan pleura yang abnormal.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan mempergunakan torakoskop kaku atau dengan
bronkoskopi serat optik dengan anestesi topikal. Torakoskopi baru dikerjakan bila
pemeriksaan sitologi cairan pleura maupun biopsi pleura tidak memberikan hasil. Demikian
juga tindakan prosedur diagnostik lainnya yang bersifat invasif seperti biopsi pleura terbuka
dikerjakan bila pemeriksaan sitologi cairan dan biopsy pleura tidak menemukan tanda
keganasan.
2.6 Masalah Keperawatan yang Muncul
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan punksi pleura
antara lain :
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur pemeriksaan dan masalah kesehatan
2. Ketidakpatuhan dalam persiapan berhubungan dengan ketidakadekuatan penjelasan tentang
prosedur
3. Ansietas berhubungan dengan prosedur pemeriksaan dan kemungkinan hasil abnormal
4. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan reaksi alergi terhadap zat kontras
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kemungkinan sepsis sekunder terhadap prosedur
pemeriksaan.
6. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan prosedur
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan teknik septik selama prosedur
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Punksi pleura merupakan salah satu tindakan dalam mendiagnosa penyakit maupun
penanganan penyakit pleura, melalui
pembungkus paru (pleura). Punksi pleura dilakukan diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Cairan yang mungkin terdapat pada pleura, seperti serosa
(serothoraks), darah (hemothoraks), pus (piothoraks) atau kilus (kilothoraks), nanah
(empiema).
Punksi pleura sangat penting dilakukan jika volume cairan pada paru cukup banyak.
Tindakan punksi pleura harus dilakukan sesuai tahapan-tahapan persiapan dan prosedur yang
tepat agar tidak muncul permasalahan-permasalahan akibat tindakan tersebut.
3.2 Saran
1. Sebaiknya para tenaga kesehatan melaksanakan tindakan punksi pleura sesuai tahapan dan
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya ;
1995.
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran EGC,;1995.
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1995.
Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1999.
Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998.
Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ; 1995.
Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan, Arcan Jakarta ; 1991.
Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR, Dasar Dasar Diagnostik Fisik Paru, Surabaya; 1994.
Lismidar,proses keperawatan H,dkk, Proses keperawatan, AUP, 1990.
Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit
Paru, Airlangga University Press; 1994.
B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat, EGC; 1992.
Soeparman A. Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam jilid II ; 1990.
Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998.
Soedarsono, Guidelines of Pulmonology, Surabaya ; 2000
Diposkan oleh Artika Wulandari di 20.26
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
2 komentar:
1.
artikel.nya bagus..
ke blog.ku yah.. ^.^
http://rizkyekasavitri.blogspot.co.id/
Balas
2.
Mengenai Saya
Artika Wulandari
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2016 (4)
2015 (17)
o Desember (2)
o November (5)
o Oktober (10)
Infeksi TBC
Punksi Pleura
Karsinoma Colon
Template Kelembutan. Diberdayak