Parkinson
Parkinson
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit Parkinson, perhatikan dengan cermat pada anamnesa untuk mengecualikan faktor
etiologi yaitu obat-obatan, racun atau trauma.1)
Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan radiologi pada pasien
dengan gejala yang khas. Tes yang paling sederhana adalah tes percobaan diagnosis
levodopa, sebagai respon terhadap levodopa dosis rendah hampir berhasil. Levodopa
digabungkan dengan Peripheral Decarboxylase Inhibitor (PDI) tetap menjadi standar terapi
simptomatis penyakit Parkinson. Obat ini menyediakan efek antiparkinsonian terbesar dengan
sedikit efek samping dalam jangka pendek. Tapi bagaimanapun, penggunaan dalam jangka
panjang akan berhubungan dengan fluktuasi perkembangan dan diskinesia.1)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Penyakit Parkinson adalah gangguan degeneratif dan gangguan motoris tersering. Hal
ini ditandai dengan hilangnya kontrol otot secara progresif, yang mengarah pada gemetar di
tungkai dan kepala pada saat istirahat, adanya kekakuan, kelambatan dan gangguan
keseimbangan. Saat gejala memburuk, pasien bisa menjadi sulit berjalan, berbicara, dan
kesulitan mengerjakan tugas yang sederhana.3)
2.2 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, sekitar 1 juta orang menderita penyakit Parkinson dan diseluruh
dunia, penderita mencapai 5 juta orang. Kebanyakan individu yang mengalami penyakit
Parkinson berusia lebih dari 60 tahun. Penyakit Parkinson terjadi pada sekitar 1% individu
berusia 60tahun dan sekitar 4% berusia 80tahun. Karena harapan hidup secara keseluruhan
meningkat, jumlah orang dengan penyakit Parkinson akan meningkat di masa depan. Onset
penyakit Parkinson pada dewasa paling umum, tapi onset awal penyakit Parkinson (umur 2140 tahun) dan onset-juvenile penyakit Parkinson (<21 tahun) juga ada.3)
2.3 ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit Parkinson tidak diketahui. Kebanyakan kasus diyakini
kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan. Mutasi gen sudah diidentifikasi pada onset
awal dan kasus yang berhubungan dengan keluarga (synuclein dan parkin), tapi studi
epidemiologis mengatakan bahwa faktor lingkungan adalah penyebab dominan yang paling
sering.4)
Faktor lingkungan
adalah penggunaan pestisida, paparan pada herbisida dan kedekatan dengan tanaman industry
serta tambang. Merokok dan konsumsi kafein berkorelasi terbalik dengan resiko penyakit
Parkinson.1)
Observasi bahwa injeksi 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP) pada
individu menimbulkan penyakit Parkinson. Pasien mengalami bradykinesia, rigidity, tremor,
dan progresif dalam beberapa minggu, tapi mengalami perbaikan dengan terapi pengganti
dopamine.1)
Teori yang cukup menjanjikan adalah hipotesis oksidasi, dimana diperkirakan radikal
bebas memainkan peran dalam perkembangan penyakit Parkinson. Radikal bebas adalah
senyawa kimia dengan muatan positif yang dibuat ketika dopamine diurai dengan
menggabungkan dengan oksigen. Pemecahan dopamine dibantu enzim monoamine oksidase
(MAO) menghasilkan hidrogen peroksida. Protein glutathione memecah hidrogen peroksida
secara cepat. Jika hidrogen peroksida tidak rusak benar, dapat menyebabkan pembentukan
radikal bebas yang kemudian bereaksi dengan membran sel dapat menyebabkan kerusakan
sel dan peroksidase lipid. Pada penyakit Parkinson, glutathione berkurang yang mungkin
berarti bahwa terjadi kehilangan proteksi terhadap radikal bebas.2)
Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa penyakit Parkinson berhubungan dengan
lipatan abnormal pada alpha-synuclein, menyebabkan agregasi berlebih dan kematian sel
saraf. Alpha-synuclein adalah komponen utama Lewy bodies pada kasus penyakit Parkinson.
2)
o
o
o
o
o
2.4 PATOFISIOLOGI
Penyakit Parkinson terjadi karena hilangnya inervasi dopamine dari basal ganglia.
Substantia nigra mengandung sel yang berpigmen (neuromelamin) yang memberikan
gambaran black appearance (makroskopis). Sel ini hilang pada penyakit Parkinson dan
substantia nigra menjadi berwarna pucat. Sel yang tersisa mengandung inklusi atipikal
eosinofilik pada sitoplasma Lewy bodies, walaupun sel ini tidak spesifik pada penyakit
Parkinson.4)
Jadi, secara umum, 2 temuan neuropatologis mayor pada penyakit Parkinson :
o Hilangnya pigmentasi neuron dopamine pada substantia nigra
Dopamine berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni substantia nigra
dan corpus striatum, untuk menghasikan gerakan halus dan motorik. Sebagian besar
penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel yang memproduksi dopamine di substantia
nigra. Ketika kadar dopamine terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi menjadi
tidak efektif, terjadi gangguan pada gerakan. Semakin besar hilangnya dopamine,
semakin buruk gejala gangguan gerakan.3)
o Adanya Lewy bodies
Lewy bodies telah menjadi hipotesis pada fase presimptomatik penyakit Parkinson.
Alpha-synuclein adalah komponen struktural utama dari Lewy bodies. Kehadiran Lewy
bodies dalam substantia nigra adalah karakteristik penyakit Parkinson, namun tidak
patognomonik.
Gambar 2
Keterangan Singkatan :
D2 : Reseptor dopamin 2 bersifat inhibitorik
D1 : Reseptor dopamin 1 bersifat eksitatorik
SNc : Substansia nigra pars compacta
SNr : Substansia nigra pars retikulata
GPe : Globus palidus pars eksterna
GPi : Globus palidus pars interna
STN : Subthalamic nucleus
2.5 KLASIFIKASI
Pada umumnya diagnosis penyakit Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapatkan gambaran tentang etiologi, prognosis
dan terapinya.7)
a. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam kasus sehari-hari dan kronis, namun penyebabnya belum jelas.
b. Parkinson sekunder/simptomatik
Dapat disebabkan pada pasien dengan riwayat pasca encephalitis virus, infeksi lain :
tuberkulosis, syphilis meningovasculer, iatrogenik atau drug induce (golongan fenotiazin,
reserpin, tetrabenazin, dll), perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulangulang pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
c. Sindrom parkinson (Parkinson plus)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan setengah gambaran penyakit keseluruhan.
Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lenticularis), hidorsefalus
normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi pallidal (parkinsonisme
juvenilis), sindrom Steele-Richardson Olzewski (progresive supranuclear palsy), penyakit
Jacob-Creutfeldt dan penyakit Hallerverdon Spoatz.
hilangnya inisiasi gerakan volunter dengan penurunan yang progresif pada kecepatan dan
amplitudo tindakan yang berulang.5)
b. Rigiditas
Rigiditas ditandai dengan tonus otot yang meningkat, distensi yang berkurang saat
istirahat, tahanan yang meningkat saat peregangan, dan fasilitasi dari rekasi pemendekan.
Pada penyakit Parkinson, rigiditas predominan pada otot flexor dari leher, tungkai dan
badan, sehngga tampak pada pasien gambaran flexed posture.5)
c. Resting tremor
Tremor kasar dengan derajat 4-7Hz biasanya berkembang pada awal penyakit.
Dimulai unilateral pada tungkai bagian atas dan secara bertahap menyebar ke empat
tungkai. Tremor basanya pill-roling, ibu jari berkembang secara ritmis ke depan dan ke
belakang dari tlepak tangan. Muncul pada saat istirahat, meningkat dengan gerakan dan
menghilang saat tidur.4) Otot rahang dan lidah kadang-kadang dapat terlibat, tapi otot
axial (abdomen, punggung, pinggul) dan leher jarang terpengaruh. Tremor menigkat
ampitudonya, dapat dipicu oeh manuver seperti gerakan vounter dari bagian tubuh lain
dan stres.5)
d. Hilangnya refleks postural
Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada awal
stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Keadaan ini disebabkan kegagalan
integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada
level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh.
Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
e. Wajah Parkinson
Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta
mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang, disamping itu kulit muka
seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
f. Mikrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi kecil
dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
g. Sikap Parkinson
Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit
Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala difleksikan ke dada,
bahu membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak melenggang bila
berjalan.
h. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah
dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan
volume yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara
i.
mengganggu.
j. Gerakan bola mata
Mata kurang berkedip, melirik ke arah atas terganggu, konvergensi menjadi
sulit,gerak bola mata menjadi terganggu.
k. Refleks glabela
Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang. Pasien dengan
Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan. Disebut juga sebagai
tanda Mayersons sign.
l. Demensia
Demensia relatif sering dijumpai pada penyakit Parkinson. Penderita banyak yang
menunjukan perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi
visuospatial merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan. Degenerasi
jalur dopaminergik termasuk nigrostriatal, mesokortikal dan mesolimbik berpengaruh
terhadap gangguan intelektual.
m. Depresi
Sekitar 40 % penderita terdapat gejala depresi. Hal ini dapat terjadi disebabkan kondisi
fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan,
kehilangan harga diri dan merasa dikucilkan. Tetapi hal ini dapat terjadi juga walaupun
penderita tidak merasa tertekan oleh keadaan fisiknya. Hal inidisebabkan keadaan depresi
yang sifatnya endogen. Secara anatomi keadaan ini dapatdijelaskan bahwa pada penderita
Parkinson terjadi degenerasi neuron dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron
norepineprin yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron
asetilkolin yang letaknya diatas substansia nigra.
Kelainan lain yang mungkin muncul adalah manifestasi kognitif, yaitu defisit kognitif
dalam rentang disfungsi frontal yang dapat muncul dari bentuk ringan pada tahap awal
sampai demensia pada tahap akhir. Gangguan kognitif yang muncul pada awal penyakit
Parkinson adalah gangguan fungsi eksekusi. Fungsi eksekusi adalah proses yang melibatkan
kontrol tingkah laku, seperti strategi perencanaan dan penyeesaian masalah, manjaga
perhatian dan kemampuan mengawalai, melakukan dan mengawasi suatu urutan tindakan.
Menurut penelitian, defisit kognitif muncul pada 20-40% pasien penyakit Parkinson.5)
Disebutkan juga dalam sebuah jurnal bahwa penyakit Parkinson juga menyebabkan disfungsi
olfaktori (hiposmia/anosmia), gangguan tidur (rapid eye movement behavioral disorder),
gangguan okulomotor, depresi, kegelisahan, kecemasan, apatis, dan gambaran disautonom
yang lain.6)
penderita Parkinson
transplantasi.
b. Pencitraan struktural
Adanya pola tertentu atrofi otak atau gliosis dapat membantu menentukan sindrom
2.8 DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan gambaran klinis, tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang digunakan. Awal gejala biasanya asimetris. Berdasarkan UK
Parkinsons Disease Society Brain Bank Clinical Diagnostic Criteria, ada 3 tahap
mendiagnosis penyakit Parkinson10) :
STEP 1. Diagnosis Sindrom Parkinson
a. Bradikinesia
b. Salah satu dari gejala :
Rigiditas muskular
Tremor 4-6Hz saat istirahat
Instabilitas postural yang tidak disebabkan utamanya karena gangguan penglihatan,
vestibular, cerebellar, disfungsi proprioseptif
STEP 2. Kriteria eksklusi penyakit Parkinson
a. Riwayat stroke berulang dengan progresi gambaran parkinsonism
b. Riwayat trauma kepala berulang
c. Riwayat encephalitis pasti
d. Oculogyric crisis
e. Terapi neuroleptik pada tahap awal gejala
f. Lebih dari 1 yang terkena dampak relatif
g. Remisi berkelanjutan
h. Gambaran unilateral yang jelas setelah 3 tahun
i. Tanda-tanda cerebellar
j. Keterlibatan otonom parah pada fase awal
k. Dementia parah fase awal dengan gangguan memori, bahasa, praksis
l. Babinski sign
m. Adanya tumor otak atau hdrosefalus dilihat dengan pencitraan
n. Respon (-) pada Levodopa dosis tinggi dengan tidak ada malabsorbsi
o. Paparan MPTP
STEP 3. Gambaran yang mendukung penyakit Parkinson (>3 gambaran utuk diagnosis
pasti)
a. Onset unilateral
b. Muncul tremor saat istirahat
c. Kelainan yang progresif
d. Asimetri persisten yang mempengaruhi sisi yang paling awal
Parkinson sekunder10)
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang tersering dan terbanyak dari penyakit Parkinson yaitu demensia,
aspirasi dan trauma karena jatuh. Komplikasi lain yang dapat muncul adalah atrrfi otot, nyeri,
lethargi, gangguan sistem saraf otonom, dekubitus, kontraktur dan deformitas, osteoporosis
serta gangguan gizi.8)
2.11 TERAPI
Terapi untuk penyakit Parkinson dibagi menjadi 3 tahap, yakni terapi awal (inisiasi
terapi dopamin, honeymon period 3-6tahun), manajemen penyakit yang lebih lanjut
(termasuk flukstuasi motorik dan diskinesia) dan manajemen perubahan status mental.8)
a. Terapi awal penyakit Parkinson
Setelah diagnosis penyakit Parkinson sudah ditegakkan, pertimbangan selanjutnya
adalah kemampuan pasien untuk terapi pengganti dopamin. Terapi ini digunakan pada
Untuk pasien yang baru saja aktivitas sehari-harinya terganggu, dan punya derajat
disabilitas, diindikasikan menggunakan terapi pengganti dopamin. Pilihan obat bisa
selegiline dihentikan
c. Manajemen perubahan status mental
Gangguan kognitif, gangguan tidur, dan gangguan tingkah laku sebenarnya bukan
gejala klaisk penyakit Parkinson, tapi bisa menimbulkan masalah dan memerlukan
terapi. Penanganan bisa dengan menurunkan dosis bat antikolinergik, slegiline dan
agonis dopamin pada pasien dengan perubahan status mental. Hindari polifarmasi dan
Gangguan tidur sering muncul pada pasien Parkinson dengan gangguan kognitif. Hal ini
bisa diatasi dengan obat antidepresan seperti modafinil, methlypenidate dan suplemen
kafein. Gangguan tingkah laku saat tidur dengan gerakan-gerakan dapat diobati dengan
clonazepam.
Penanganan penyakit Parkinson yang tidak kalah penting adalah lewat jalur non
farmakologi. Terapi dengan jalur ini dibagi menjadi 4, yaitu perawatan, pembedahan,
stimulasi otak dalam dan transplantasi.
Perawatan dilakukan melalui jalur pendidikan, yaitu memberi penjelasan pada
penderita, keluarga dan care giver. Perawatan yang kedua dilakukan dengan cara rehabilitasi.
Rehabilitasi ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita dan menghambat bertambah
beratnya gejala penyakit. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan terapi fisik (ROM,
peregangan, latihan jalan, postur tubuh, dll), terapi okupasi (dalam hal pelaksanaan aktivitas
sehari-hari), terapi wicara, psikoterapi, terapi sosial medik dan orthotik prosthetik.
Tindakan pembedahan untuk penyakit Parkinson dilakukan bila penderita tidak lagi
memberikan respon terhadap pengobatan, yaitu masih ada gejala dari dua gejala utama
penyakit Parkinson (tremor, rigiditas, bradikinesia/akinesia, gait/postural instabilitiy),
fluktuasi motorik, fenomena on-off, diskinesia karena obat, juga memberi respon baik
terhadap pembedahan. Ada 2 jenis pembedahan yang bisa dilakukan, yaitu pallidotomi (baik
untuk menekan gejala akinesia/bradikinesia, gangguan jalan, gangguan bicara) dan
thalamotomi (efektif menekan gejala tremor, rigiditas, diskinesia karena obat).
Stimulasi otak dalam dilakukan dengan cara memberi frekuensi rangsangan pada otak
sebesar 130Hz dengan lebar antara 30-90s. Stimulasi ini menggunakan alat stimulator yang
ditanam di inti GPi dan STN. Namun mekanisme kerja stimulasi otak ini belum jelas.
Sedangkan teknik transplantasi menggunakan jaringan medula adrenalis yang menghasilkan
dopamin. Transplantasi yang berhasil dapat mengurangi gejala Parkinson selam 4 tahun,
kemudian efeknya akan menurun 4-6 tahun setelah transplantasi. Teknik transplantasi ini
jarang digunakan.
2.12 PROGNOSIS
Hilangnya sel dopamin pada penyakit Parkinson bersifat progresif dan dimulai
beberapa tahun sebelum gejala klinis dan berlangsung lebih dari 15 tahun.10)
Parkinson Disease Rating Score) atau menugkur dengan pencitraan. Dapat dilihat seberapa
banyak hilangnya sel dopamin dengan SPECT atau PET.
2.13 ALGORITME
a. Algoritma penatalaksaan penyakit Parkinson
2.14
RINGKASAN
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan
atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra keglobus palidus/ neostriatum
(striatal dopamine deficiency). Di Amerika Serikat, adasekitar 500.000 penderita parkinson. Di
Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000
penderita.
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan
secara holistik meliputi berbagai bidang.Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan
yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu
belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani
sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi
total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi.
Terapi penyakit Parkinson dilakukan dengan 4, yaitu perawatan, pembedahan,
stimulasi otak dalam dan transplantasi. Perawatan dilakukan melalui jalur pendidikan, yaitu
memberi penjelasan pada penderita, keluarga dan care giver. Perawatan yang kedua dilakukan
dengan cara rehabilitasi. Rehabilitasi ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
terapi fisik (ROM, peregangan, latihan jalan, postur tubuh, dll), terapi okupasi (dalam hal
pelaksanaan aktivitas sehari-hari), terapi wicara, psikoterapi, terapi sosial medik dan orthtik
prosthetik.
2.15 REFERENSI
1. Hauser,
Robert
A.
2011.
Parkinson
Disease,
3. Heyne,
Sietske
N.
2010.
Parkinsons
Disease