Anda di halaman 1dari 19

PARKINSONS DISEASE

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit Parkinson pertama kali dijelaskan oleh James Parkinson (1817) ketika
mengobservasi karakteristik khas slowness, rigidiitas, rest tremor dan gangguan gaya
berjalan. Penyakit ini utamanya adalah gangguan kontrol motorik walaupun gangguan
kognitif dapat berkembang pada beberapa pasien. Penyakit Parkinson adalah penyakit
gangguan neurodegeneratif tersering kedua dan berhubungan dengan usia.
Penyakit Parkinson adalah salah satu gangguan pada basal ganglia yang
mempengaruhi sekitar 1% individu berumur lebih dari 60 tahun. Ada 2 temuan
neuropatologis utama : hilangnya pigmen neuron dopaminergik dalam substantia nigra dan
adanya Lewys body. Sebagian besar kasus penyakit Parkinson adalah idiopatik dan diyakini
karena kombinasi faktor genetik dan lingkungan.1)
Secara lebih khusus dijelaskan bahwa pada penyakit Parkinson sel-sel otak
mengalami degenerasi di substantia nigra. Substantia nigra ini jalur sel saraf spesifik
terhubung dengan bagian lain yaitu corpus striatum, dimana neurotransmitter dopamine
dilepaskan. Dopamine adalah neurotransmitter penting dan jika konsetrasinya berubah, akan
timbul masalah medis. Hilangnya sel-sel otak tertentu dan penurunan konsentrasi dopamine
landasan dari tanda dan gejala penyakit Parkinson serta bagaimana cara pengobatannya. 2)
Pasien dengan penyakit Parkinson menunjukkan 2 gejala awal : berupa manifestasi
klinis awal dan tanda motoris. Gejala awal biasanya mulai muncul secara diam-diam dan
muncul perlahan selama beberapa minggu sampai bulan, dengan gejala awal yang sering
muncul adalah tremor. Ada 4 tanda cardinal penyakit Parkinson : tremor istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan instabilitas postural.1)
Ketika seorang pasien datang dengan tremor, seorang klinisi harus membandingkan
tanda dan gejala pasien dengan gambaran klinis penyakit Parkinson untuk membedakan
tremor karena penyakit Parkinson dan tremor oleh karena penyakit lain. Pada pasien dengan

penyakit Parkinson, perhatikan dengan cermat pada anamnesa untuk mengecualikan faktor
etiologi yaitu obat-obatan, racun atau trauma.1)
Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan radiologi pada pasien
dengan gejala yang khas. Tes yang paling sederhana adalah tes percobaan diagnosis
levodopa, sebagai respon terhadap levodopa dosis rendah hampir berhasil. Levodopa
digabungkan dengan Peripheral Decarboxylase Inhibitor (PDI) tetap menjadi standar terapi
simptomatis penyakit Parkinson. Obat ini menyediakan efek antiparkinsonian terbesar dengan
sedikit efek samping dalam jangka pendek. Tapi bagaimanapun, penggunaan dalam jangka
panjang akan berhubungan dengan fluktuasi perkembangan dan diskinesia.1)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Penyakit Parkinson adalah gangguan degeneratif dan gangguan motoris tersering. Hal
ini ditandai dengan hilangnya kontrol otot secara progresif, yang mengarah pada gemetar di
tungkai dan kepala pada saat istirahat, adanya kekakuan, kelambatan dan gangguan
keseimbangan. Saat gejala memburuk, pasien bisa menjadi sulit berjalan, berbicara, dan
kesulitan mengerjakan tugas yang sederhana.3)

Perkembangan penyakit Parkinson dan tingkat kerusakan bervariasi tiap individu.


Banyak orang dengan penyakit Parkinson dapat hidup panjang secara produktif, sementara
yang lain dapat menjadi cacat jauh lebih cepat. Kematian dini biasanya karena adanya
komplikasi seperti jatuh (berhubungan dengan injuri) dan pneumonia.3)

2.2 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, sekitar 1 juta orang menderita penyakit Parkinson dan diseluruh
dunia, penderita mencapai 5 juta orang. Kebanyakan individu yang mengalami penyakit
Parkinson berusia lebih dari 60 tahun. Penyakit Parkinson terjadi pada sekitar 1% individu
berusia 60tahun dan sekitar 4% berusia 80tahun. Karena harapan hidup secara keseluruhan
meningkat, jumlah orang dengan penyakit Parkinson akan meningkat di masa depan. Onset
penyakit Parkinson pada dewasa paling umum, tapi onset awal penyakit Parkinson (umur 2140 tahun) dan onset-juvenile penyakit Parkinson (<21 tahun) juga ada.3)

2.3 ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit Parkinson tidak diketahui. Kebanyakan kasus diyakini
kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan. Mutasi gen sudah diidentifikasi pada onset
awal dan kasus yang berhubungan dengan keluarga (synuclein dan parkin), tapi studi
epidemiologis mengatakan bahwa faktor lingkungan adalah penyebab dominan yang paling
sering.4)
Faktor lingkungan

yang berhubungan dengan perkembangan penyakit Parkinson

adalah penggunaan pestisida, paparan pada herbisida dan kedekatan dengan tanaman industry
serta tambang. Merokok dan konsumsi kafein berkorelasi terbalik dengan resiko penyakit
Parkinson.1)
Observasi bahwa injeksi 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP) pada
individu menimbulkan penyakit Parkinson. Pasien mengalami bradykinesia, rigidity, tremor,

dan progresif dalam beberapa minggu, tapi mengalami perbaikan dengan terapi pengganti
dopamine.1)
Teori yang cukup menjanjikan adalah hipotesis oksidasi, dimana diperkirakan radikal
bebas memainkan peran dalam perkembangan penyakit Parkinson. Radikal bebas adalah
senyawa kimia dengan muatan positif yang dibuat ketika dopamine diurai dengan
menggabungkan dengan oksigen. Pemecahan dopamine dibantu enzim monoamine oksidase
(MAO) menghasilkan hidrogen peroksida. Protein glutathione memecah hidrogen peroksida
secara cepat. Jika hidrogen peroksida tidak rusak benar, dapat menyebabkan pembentukan
radikal bebas yang kemudian bereaksi dengan membran sel dapat menyebabkan kerusakan
sel dan peroksidase lipid. Pada penyakit Parkinson, glutathione berkurang yang mungkin
berarti bahwa terjadi kehilangan proteksi terhadap radikal bebas.2)
Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa penyakit Parkinson berhubungan dengan
lipatan abnormal pada alpha-synuclein, menyebabkan agregasi berlebih dan kematian sel
saraf. Alpha-synuclein adalah komponen utama Lewy bodies pada kasus penyakit Parkinson.
2)

Penyakit Parkinson juga menyerupai penyakit :


o
o
o
o

Multiple system atrophy (MSA)


Progressive supranulear palsy (PSP)
Corticobasal ganglionic degeneration (CGD)
Diffuse Lewy bodies disease (DLBD)
Secondary Parkinsonisme :

o
o
o
o
o

Induksi obat (dopamine receptor bloker-antipsikosis/antiemetik)


Post trauma (pugilist enscephalopathy)
Penyakit vaskular (small vessel multi-infarct state)
Infeksi (post encephalitic/prion disease/HIV)
Lain-lain (hydrosephalus/parathyroid/paraneolastic)

2.4 PATOFISIOLOGI

Penyakit Parkinson terjadi karena hilangnya inervasi dopamine dari basal ganglia.
Substantia nigra mengandung sel yang berpigmen (neuromelamin) yang memberikan
gambaran black appearance (makroskopis). Sel ini hilang pada penyakit Parkinson dan
substantia nigra menjadi berwarna pucat. Sel yang tersisa mengandung inklusi atipikal

eosinofilik pada sitoplasma Lewy bodies, walaupun sel ini tidak spesifik pada penyakit
Parkinson.4)
Jadi, secara umum, 2 temuan neuropatologis mayor pada penyakit Parkinson :
o Hilangnya pigmentasi neuron dopamine pada substantia nigra
Dopamine berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni substantia nigra
dan corpus striatum, untuk menghasikan gerakan halus dan motorik. Sebagian besar
penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel yang memproduksi dopamine di substantia
nigra. Ketika kadar dopamine terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi menjadi
tidak efektif, terjadi gangguan pada gerakan. Semakin besar hilangnya dopamine,
semakin buruk gejala gangguan gerakan.3)
o Adanya Lewy bodies
Lewy bodies telah menjadi hipotesis pada fase presimptomatik penyakit Parkinson.
Alpha-synuclein adalah komponen struktural utama dari Lewy bodies. Kehadiran Lewy
bodies dalam substantia nigra adalah karakteristik penyakit Parkinson, namun tidak
patognomonik.

Gambar 1 Basal Ganglia

Sirkuit Motoris pada Penyakit Parkinson


Sinyal dari korteks serebral diproses melalui sirkuit motor basal gangliathalamocortical dan kembali ke daerah yang sama melalui jalur feedback. Output dari sirkuit
motor diarahkan melalui GPi dan substantia nigra pars reticulata (SNr). Output inhibisi ini
diarahkan ke jalur thalmocortical dan menghambat pergerakan.1)

Terdapat 2 jalur dalam rangkaian ganglia basalis :


o Jalur langsung keluar dari corpus striatum langsung menghambat GPi dan SNr, neuron
striatal mengandung reseptor D1 merupakan jalur langsung dan menuju GPi/SNr
o Jalur tidak langsung terdiri dari koneksi hambatan antara striatum dan GPe serta antara
GPe dan STN, neuron striatal mengandung reseptor D2 yang merupakan bagian dari jalur
tidak langung menuju GPe.

Gambar 2

Skema teori ketidakseimbangan jalur langsung dan tidak langsung

Keterangan Singkatan :
D2 : Reseptor dopamin 2 bersifat inhibitorik
D1 : Reseptor dopamin 1 bersifat eksitatorik
SNc : Substansia nigra pars compacta
SNr : Substansia nigra pars retikulata
GPe : Globus palidus pars eksterna
GPi : Globus palidus pars interna
STN : Subthalamic nucleus

VL : Ventrolateral thalamus = talamus

2.5 KLASIFIKASI
Pada umumnya diagnosis penyakit Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapatkan gambaran tentang etiologi, prognosis
dan terapinya.7)
a. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam kasus sehari-hari dan kronis, namun penyebabnya belum jelas.
b. Parkinson sekunder/simptomatik
Dapat disebabkan pada pasien dengan riwayat pasca encephalitis virus, infeksi lain :
tuberkulosis, syphilis meningovasculer, iatrogenik atau drug induce (golongan fenotiazin,
reserpin, tetrabenazin, dll), perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulangulang pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
c. Sindrom parkinson (Parkinson plus)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan setengah gambaran penyakit keseluruhan.
Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lenticularis), hidorsefalus
normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi pallidal (parkinsonisme
juvenilis), sindrom Steele-Richardson Olzewski (progresive supranuclear palsy), penyakit
Jacob-Creutfeldt dan penyakit Hallerverdon Spoatz.

2.6 TANDA DAN GEJALA KLINIS


Gejala utama penyakit Parkinson terutama berhubungan dengan disfungsi sirkuit
motorik, yaitu :
a. Akinesia / bradikinesia
Akinesia secara jelas didefinisikan sebagai kurangnya pergerakan. Salah satu jenis
akinesia adalah hipokinesia, yaitu menurunnya frekuensi dan amplitudo pada pergerakan
spontan. Gejala khas adalah kurangnya tingkat berkedip dan ekspresi wajah, turun atau
tidak adanya ayunan lengan saat berjalan. Sedangkan bradikinesia adalah lambat atau

hilangnya inisiasi gerakan volunter dengan penurunan yang progresif pada kecepatan dan
amplitudo tindakan yang berulang.5)
b. Rigiditas
Rigiditas ditandai dengan tonus otot yang meningkat, distensi yang berkurang saat
istirahat, tahanan yang meningkat saat peregangan, dan fasilitasi dari rekasi pemendekan.
Pada penyakit Parkinson, rigiditas predominan pada otot flexor dari leher, tungkai dan
badan, sehngga tampak pada pasien gambaran flexed posture.5)
c. Resting tremor
Tremor kasar dengan derajat 4-7Hz biasanya berkembang pada awal penyakit.
Dimulai unilateral pada tungkai bagian atas dan secara bertahap menyebar ke empat
tungkai. Tremor basanya pill-roling, ibu jari berkembang secara ritmis ke depan dan ke
belakang dari tlepak tangan. Muncul pada saat istirahat, meningkat dengan gerakan dan
menghilang saat tidur.4) Otot rahang dan lidah kadang-kadang dapat terlibat, tapi otot
axial (abdomen, punggung, pinggul) dan leher jarang terpengaruh. Tremor menigkat
ampitudonya, dapat dipicu oeh manuver seperti gerakan vounter dari bagian tubuh lain
dan stres.5)
d. Hilangnya refleks postural
Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada awal
stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Keadaan ini disebabkan kegagalan
integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada
level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh.
Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
e. Wajah Parkinson
Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta
mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang, disamping itu kulit muka
seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
f. Mikrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi kecil
dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
g. Sikap Parkinson
Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit
Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala difleksikan ke dada,
bahu membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak melenggang bila
berjalan.
h. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah
dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan

volume yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara
i.

berkurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban.


Disfungsi otonom
Disfungsi otonom mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara progresif neuron
di ganglia simpatetik. Ini mengakibatkan berkeringat yang berlebihan, air liur banyak
(sialorrhea), gangguan sfingter terutama inkontinensia dan adanya hipotensiortostatik yang

mengganggu.
j. Gerakan bola mata
Mata kurang berkedip, melirik ke arah atas terganggu, konvergensi menjadi
sulit,gerak bola mata menjadi terganggu.
k. Refleks glabela
Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang. Pasien dengan
Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan. Disebut juga sebagai
tanda Mayersons sign.
l. Demensia
Demensia relatif sering dijumpai pada penyakit Parkinson. Penderita banyak yang
menunjukan perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi
visuospatial merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan. Degenerasi
jalur dopaminergik termasuk nigrostriatal, mesokortikal dan mesolimbik berpengaruh
terhadap gangguan intelektual.
m. Depresi
Sekitar 40 % penderita terdapat gejala depresi. Hal ini dapat terjadi disebabkan kondisi
fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan,
kehilangan harga diri dan merasa dikucilkan. Tetapi hal ini dapat terjadi juga walaupun
penderita tidak merasa tertekan oleh keadaan fisiknya. Hal inidisebabkan keadaan depresi
yang sifatnya endogen. Secara anatomi keadaan ini dapatdijelaskan bahwa pada penderita
Parkinson terjadi degenerasi neuron dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron
norepineprin yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron
asetilkolin yang letaknya diatas substansia nigra.

Kelainan lain yang mungkin muncul adalah manifestasi kognitif, yaitu defisit kognitif
dalam rentang disfungsi frontal yang dapat muncul dari bentuk ringan pada tahap awal
sampai demensia pada tahap akhir. Gangguan kognitif yang muncul pada awal penyakit
Parkinson adalah gangguan fungsi eksekusi. Fungsi eksekusi adalah proses yang melibatkan
kontrol tingkah laku, seperti strategi perencanaan dan penyeesaian masalah, manjaga
perhatian dan kemampuan mengawalai, melakukan dan mengawasi suatu urutan tindakan.

Menurut penelitian, defisit kognitif muncul pada 20-40% pasien penyakit Parkinson.5)
Disebutkan juga dalam sebuah jurnal bahwa penyakit Parkinson juga menyebabkan disfungsi
olfaktori (hiposmia/anosmia), gangguan tidur (rapid eye movement behavioral disorder),
gangguan okulomotor, depresi, kegelisahan, kecemasan, apatis, dan gambaran disautonom
yang lain.6)

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah teknik pencitraan otak, dibagi
menjadi 2 yaitu struktural (MRI, CT) dan fungsional (SPECT, PET).
a. Pencitraan fungsional
PET merupakan teknik yang memberi kontribusi signifikan untuk melihat kedalam
sistem dopamine nigrostriatal dan peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson.
Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa, khususnya di putamen, dapat
diperlihatkan hampir pada semua penderita penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini.
Pada saat awitan gejala , penderita penyakit Parkinson telah memperlihatkan penurunan
30% pada pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi sayangnya PET tidak dapat membedakan
antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme atipikal.

Gambar PET pada


pre dan post

penderita Parkinson
transplantasi.

b. Pencitraan struktural

Pasien yang muncul dengan gejala parkinsonism/tremor dapat menunjukkan


abnormalitas struktural pada scan MRI/CT. Tapi jarang untuk menentukan lesi struktural
penyebab seperti malforamsi AV, tumor, hidrosefalus. Ada 3 ituasi dimana pencitraan
struktural mendukung/menjelaskan diagnosis klinis :
Adanya perubahan serebrovaskular dapat memberi indikasi adanya kontribusi
penyakit serebrovaskular untuk gejala klinis penyakit Parkinson.

Adanya pola tertentu atrofi otak atau gliosis dapat membantu menentukan sindrom

Parkinson plus dari pada penyakit Parkinson idiopatik.


Identifikasi struktur yang abnormal, seperti : hidrosefalus, malformasi AV, tumor
otak, atau penyakit lain yang muncul dengan gejala Parkinsonism/tremor.

2.8 DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan gambaran klinis, tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang digunakan. Awal gejala biasanya asimetris. Berdasarkan UK
Parkinsons Disease Society Brain Bank Clinical Diagnostic Criteria, ada 3 tahap
mendiagnosis penyakit Parkinson10) :
STEP 1. Diagnosis Sindrom Parkinson
a. Bradikinesia
b. Salah satu dari gejala :
Rigiditas muskular
Tremor 4-6Hz saat istirahat
Instabilitas postural yang tidak disebabkan utamanya karena gangguan penglihatan,
vestibular, cerebellar, disfungsi proprioseptif
STEP 2. Kriteria eksklusi penyakit Parkinson
a. Riwayat stroke berulang dengan progresi gambaran parkinsonism
b. Riwayat trauma kepala berulang
c. Riwayat encephalitis pasti
d. Oculogyric crisis
e. Terapi neuroleptik pada tahap awal gejala
f. Lebih dari 1 yang terkena dampak relatif
g. Remisi berkelanjutan
h. Gambaran unilateral yang jelas setelah 3 tahun
i. Tanda-tanda cerebellar
j. Keterlibatan otonom parah pada fase awal
k. Dementia parah fase awal dengan gangguan memori, bahasa, praksis
l. Babinski sign
m. Adanya tumor otak atau hdrosefalus dilihat dengan pencitraan
n. Respon (-) pada Levodopa dosis tinggi dengan tidak ada malabsorbsi
o. Paparan MPTP
STEP 3. Gambaran yang mendukung penyakit Parkinson (>3 gambaran utuk diagnosis
pasti)
a. Onset unilateral
b. Muncul tremor saat istirahat
c. Kelainan yang progresif
d. Asimetri persisten yang mempengaruhi sisi yang paling awal

e. Respon cukup bagus (70-100%) terhadap Levodopa


f. Respon Levodopa selama 5 tahun atau lebih
g. Gambaran klinis selama sepuluh tahun atau lebih

Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit


dalam hal ini digunakan stadium klinis yaitu8) :
a. Stadium 1 gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala ringan, terdapat gejala yang
mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota
gerak, gejala dapat dikenali orang terdekat.
b. Stadium 2 terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan
terganggu.
c. Stadium 3 gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang.
d. Stadium 4 terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu,
rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang
dibandingkan stadium sebelumnya.
e. Stadium 5 stadium kathetik, kecacatan total, tidak mampu berdiri/berjalan walau
dibantu.

2.9 DIAGNOSIS BANDING


Gangguan neurodegenerative dengan atypical parkinsonism10)

Progressive supranuclear palsy


Multiple system atrophy
Diffuse Lewy body disease
Corticobasal degeneration
Frontotemporal demensia dengan parkinsonism
Alzheimer Parkinson overlap syndrome
Huntington disease
Hallervorden-Spatz disease
Pure akinesia syndrome
Primary progresive freezing gait

Parkinson sekunder10)

Toxic : MPTP, manganase, CO2

Drug-induce : obat neuroleptik, metoclopramide, prochlorperazine, reserpin


Penyakit vaskular : basal ganglia lakuna, Binswanger disease
Hidrosefalus
Trauma
Tumor
Chronic hepatoserebral degenerasi
Wilson disease
Infeksi : postenchepalitis parkinsonism, Creutzfeldt-Jakob disease, HIV/AIDS

2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang tersering dan terbanyak dari penyakit Parkinson yaitu demensia,
aspirasi dan trauma karena jatuh. Komplikasi lain yang dapat muncul adalah atrrfi otot, nyeri,
lethargi, gangguan sistem saraf otonom, dekubitus, kontraktur dan deformitas, osteoporosis
serta gangguan gizi.8)

2.11 TERAPI
Terapi untuk penyakit Parkinson dibagi menjadi 3 tahap, yakni terapi awal (inisiasi
terapi dopamin, honeymon period 3-6tahun), manajemen penyakit yang lebih lanjut
(termasuk flukstuasi motorik dan diskinesia) dan manajemen perubahan status mental.8)
a. Terapi awal penyakit Parkinson
Setelah diagnosis penyakit Parkinson sudah ditegakkan, pertimbangan selanjutnya
adalah kemampuan pasien untuk terapi pengganti dopamin. Terapi ini digunakan pada

pasien dengan gangguan akitivitas sehari-hari.


Untuk pasien yang baru didiagnosis, belum membutuhkan terapi pengganti dopamin,
ada beberapa pilihan obat :
o Selegiline monoamine oxidase inhibitor, berguna pada pasien dengan gejala
ringan dan pada fase awal penyakit Parkinson
o Amantadine N-methyl D-aspartat ((NMDA) antagonis resepotr glutamat, berguna
pada pasien dengan tremor dan diskinesia
o Obat antikolinergik untuk pasien yang lebih muda dengan tremor sebagai keluhan
utama
o Neuroprotektif

Untuk pasien yang baru saja aktivitas sehari-harinya terganggu, dan punya derajat
disabilitas, diindikasikan menggunakan terapi pengganti dopamin. Pilihan obat bisa

dengan senyawa levodopa atau agonis dopamin direct-acting.


o Agonis dopamin:bromocriptine, pergolide, ropinorole, pramipexole
o Levodopa
o Carbidopa (Sinemet)terapi utama pada pasien Parkinson
o Sinemet CR
o Benserazideterapi alternatif levodopa
o Bromocriptineterapi inisial dan adjunctive
o Pergolidemonoterapi pada awal penyakit Parkinson
o Ropinoroleagonis dopamin D2 dan D3 terbaru
o Pramipexoleagonis dopamin D2 dan D3 terbaru
o Cabergolinederiva ergot agnis dopamin terbaru
Untuk anorexia dan mual pada pasien dengan Sinemet, bisa dipilih extra carbidopa.
Penambahan antiemetik (trimethobenzamine, domperidone) dapat dibutuhkan untuk

melawan efek samping agonis dopamin pada salauran GI.


b. Manajemen penyakit yang lebih lanjut
Banyak pasien dengan penyakit Parkinson fase lanjut, fluktuasi motorik lebih
mengganggu, tak menentu dan tidak terprediksi. Untuk memperpanjang efek kerja
levodopa, pilihannya adalah dengan memberi sediaan levodopa long-acting dan

penambahan inhibitor enzim catechol-O-methyltransferase(COMT), pilihan obat :


o Entacaponemengurangi degradasi enzimatik levodopa,dopamin
o Stalevoobat baru yang entacapone+levodopa/carbidopa
o Tolcaponeinhibitor enzim COMT yang lebih poten
Pasien dengan diskinesia dapat menggunakan agonis dopamin sebagai terapi utama dan

sinemet dosis rendah untuk meningkatkan efek.


Hipotensi postural biasa muncul pada penyakit Parkinson karena keterlibatan otonom
dan efek obat. Inhibitor dekarboksilase bisa digunakan dan pengobatan dengan

selegiline dihentikan
c. Manajemen perubahan status mental
Gangguan kognitif, gangguan tidur, dan gangguan tingkah laku sebenarnya bukan
gejala klaisk penyakit Parkinson, tapi bisa menimbulkan masalah dan memerlukan
terapi. Penanganan bisa dengan menurunkan dosis bat antikolinergik, slegiline dan
agonis dopamin pada pasien dengan perubahan status mental. Hindari polifarmasi dan

fokus pada satu obat dengan indeks terapi terbaik.


Demensia dapat muncul 10-20% pada pasien Parkinson. Inhibitor cholinesterase
(donazepil, glantamine, rivastigmine) punya efek menenangkan dan meningkatkan
fungsi kognitif.

Gangguan tidur sering muncul pada pasien Parkinson dengan gangguan kognitif. Hal ini
bisa diatasi dengan obat antidepresan seperti modafinil, methlypenidate dan suplemen
kafein. Gangguan tingkah laku saat tidur dengan gerakan-gerakan dapat diobati dengan
clonazepam.
Penanganan penyakit Parkinson yang tidak kalah penting adalah lewat jalur non

farmakologi. Terapi dengan jalur ini dibagi menjadi 4, yaitu perawatan, pembedahan,
stimulasi otak dalam dan transplantasi.
Perawatan dilakukan melalui jalur pendidikan, yaitu memberi penjelasan pada
penderita, keluarga dan care giver. Perawatan yang kedua dilakukan dengan cara rehabilitasi.
Rehabilitasi ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita dan menghambat bertambah
beratnya gejala penyakit. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan terapi fisik (ROM,
peregangan, latihan jalan, postur tubuh, dll), terapi okupasi (dalam hal pelaksanaan aktivitas
sehari-hari), terapi wicara, psikoterapi, terapi sosial medik dan orthotik prosthetik.
Tindakan pembedahan untuk penyakit Parkinson dilakukan bila penderita tidak lagi
memberikan respon terhadap pengobatan, yaitu masih ada gejala dari dua gejala utama
penyakit Parkinson (tremor, rigiditas, bradikinesia/akinesia, gait/postural instabilitiy),
fluktuasi motorik, fenomena on-off, diskinesia karena obat, juga memberi respon baik
terhadap pembedahan. Ada 2 jenis pembedahan yang bisa dilakukan, yaitu pallidotomi (baik
untuk menekan gejala akinesia/bradikinesia, gangguan jalan, gangguan bicara) dan
thalamotomi (efektif menekan gejala tremor, rigiditas, diskinesia karena obat).
Stimulasi otak dalam dilakukan dengan cara memberi frekuensi rangsangan pada otak
sebesar 130Hz dengan lebar antara 30-90s. Stimulasi ini menggunakan alat stimulator yang
ditanam di inti GPi dan STN. Namun mekanisme kerja stimulasi otak ini belum jelas.
Sedangkan teknik transplantasi menggunakan jaringan medula adrenalis yang menghasilkan
dopamin. Transplantasi yang berhasil dapat mengurangi gejala Parkinson selam 4 tahun,
kemudian efeknya akan menurun 4-6 tahun setelah transplantasi. Teknik transplantasi ini
jarang digunakan.

2.12 PROGNOSIS
Hilangnya sel dopamin pada penyakit Parkinson bersifat progresif dan dimulai
beberapa tahun sebelum gejala klinis dan berlangsung lebih dari 15 tahun.10)

Tingkat progresifitas bervariasi, dapat diperlambat dengan terapi pengganti dopamin


Fluktuasi motorik berkembang pada 40-50% pasien dengan levodopa dalam 5 tahun dan

75-80% dalam 10 tahun.


Demensia (10-30%)
Progresifitas penyakit dapat diikuti dengan pengukuran sacara klinis (UPDRS/Unified

Parkinson Disease Rating Score) atau menugkur dengan pencitraan. Dapat dilihat seberapa
banyak hilangnya sel dopamin dengan SPECT atau PET.

2.13 ALGORITME
a. Algoritma penatalaksaan penyakit Parkinson

b. Patogenesis penyakit Parkinson scara biokimiawi

2.14

RINGKASAN
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan
atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra keglobus palidus/ neostriatum
(striatal dopamine deficiency). Di Amerika Serikat, adasekitar 500.000 penderita parkinson. Di
Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000
penderita.
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan
secara holistik meliputi berbagai bidang.Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan
yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu
belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani
sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi
total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi.
Terapi penyakit Parkinson dilakukan dengan 4, yaitu perawatan, pembedahan,
stimulasi otak dalam dan transplantasi. Perawatan dilakukan melalui jalur pendidikan, yaitu
memberi penjelasan pada penderita, keluarga dan care giver. Perawatan yang kedua dilakukan
dengan cara rehabilitasi. Rehabilitasi ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
terapi fisik (ROM, peregangan, latihan jalan, postur tubuh, dll), terapi okupasi (dalam hal
pelaksanaan aktivitas sehari-hari), terapi wicara, psikoterapi, terapi sosial medik dan orthtik
prosthetik.
2.15 REFERENSI
1. Hauser,

Robert

A.

2011.

Parkinson

Disease,

(http://emedicine.medscape.com/article/1831191-overview, diakses tanggal 6 Juni 2011).


2. Koutoudis,
Ted
K.
2010.
Parkinsons
Disease,
(http://www.emedicinehealth.com/parkinson_disease/article_em.htm diakses tanggal 6
Juni 2011).

3. Heyne,

Sietske

N.

2010.

Parkinsons

Disease

(http://www.medicinenet.com/parkinsons_disease/article.htm, diakses tanggal 7 Juni


2011).
4. Lindsay, K.W., Bone I. 2004. Neurology and Meurosurgery Illustrated. Fourth Edition :
Churchill Livingstone.
5. Oroz, M.C.R., Jahanshahi M., Krack P., Litvan I., Macias R., Bezard E., dkk. 2009.
Initial Clinical Manifestations of Parkinsons Disease: Features and Pathophysiological
Mechanisms. Spanyol : University of Navarra.
6. Wu Y., Le W., Jankovic J. 2011. Preclinical Biomarkers of Parkinson Disease. America :
American Medical Association.
7. De Long, Mahlon. 2006. Harrison Neurology in Clinical Medicine. First Edition :
McGraw-Hill Professional.
8. John C.M., Brust M.D. 2007. Current Diagnosis & Treatment in Neurology. McGraw-Hill
Professional.
9. Hughes A.J., Daniel S.E., Lees A.J. 2002. Accuracy of Clinical Diagnosis of Idiopathic
Parkinsons Disease.
10. Samuels A.M. 2004. Manual of Neurologi Therapeutics. Philadeplhia : Lippincott
Williams & Walkins.

Anda mungkin juga menyukai