OLEH:
MEIVA AMELIA LUBIS
NIM 071501006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
OLEH:
MEIVA AMELIA LUBIS
NIM 071501006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
PENGESAHAN SKRIPSI
PENETAPAN KADAR ALPRAZOLAM DALAM SEDIAAN TABLET
DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI
OLEH:
MEIVA AMELIA LUBIS
NIM 071501006
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 6 Januari 2012
Pembimbing I,
Panitia Penguji,
Pembimbing II,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan berkatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Penetapan Kadar Alprazolam dalam Sediaan Tablet dengan Nama Dagang
dan Generik secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Skripsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan metode yang
sangat populer untuk menetapkan kadar senyawa obat baik dalam bentuk sediaan
maupun dalam sampel hayati. Tujuan penelitian ini adalah melakukan
pengembangan metode dengan menggunakan fase gerak metanol-air pada
penetapan kadar alprazolam dalam tablet generik dan nama dagang. Hendaknya
hasil penelitian ini menjadi masukan bagi industri obat dan BPOM tentang
penetapan kadar Alprazolam pada sediaan tablet secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinngi (KCKT).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy. De Lux Putra, SU., Apt. dan
kepada Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, tulus dan
ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,
selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
ABSTRAK ................................................................................................
ABSTRACT ..............................................................................................
12
13
14
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................
16
16
17
18
18
18
19
19
19
19
20
20
20
BAB II
20
21
22
23
23
23
24
24
25
25
26
27
27
27
28
28
28
28
28
29
29
29
30
30
30
30
30
31
31
31
31
31
32
33
33
34
34
35
35
36
38
38
39
41
41
42
43
45
45
45
46
LAMPIRAN ..............................................................................................
48
BAB V
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
38
42
42
43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
19
Gambar 2.
23
Gambar 3.
39
40
41
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
116
Gambar 7.
117
Gambar 8.
117
118
118
Gambar 9.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Alprazolam Baku untuk Mencari
Komposisi Fase Gerak Metanol-Air yang Optimum pada
Analasis ..............................................................................
48
50
53
55
60
72
73
74
75
79
80
82
Lampiran 13. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari
Penyuntikkan Larutan tablet Alprazolam (PT Dexa Medica)
............................................................................................
86
89
93
94
Lampiran 18. Kromatogram dari Larutan tablet Alviz (PT Pharos) ........
96
100
102
106
108
109
111
112
114
115
116
117
BAB I
PENDAHULUAN
detektor UV dengan panjang gelombang 254 nm, laju alir 1,5 ml/menit, volume
1.3 Hipotesis
1. Metode KCKT dengan fase gerak metanol-air yang digunakan pada
penetapan kadar alprazolam dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan
uji validasi metode.
2. Kadar alprazolam dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik
yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan
Farmakope Indonesia edisi IV (1995).
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menerapkan metode KCKT menggunakan fase gerak metanol-air dalam
penetapan kadar alprazolam dalam sediaan tablet dan menguji validitas
metode tersebut.
2. Mengetahui kesesuaian kadar tablet alprazolam dengan nama dagang dan
generik yang beredar di pasaran dengan persyaratan kadar yang ditetapkan
Farmakope Indonesia edisi IV (1995).
1.5 Manfaat Penelitian
1. Pengembangan ilmu bahwa penetapan kadar alprazolam dalam sediaan
tablet dapat dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
menggunakan kolom C18 ODS (250 cm x 4,60 mm) dengan fase gerak
metanol-air.
2. Aplikasi di lapangan untuk industri farmasi dan Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alprazolam
2.1.1 Sifat fisikokimia
Rumus struktur
Rumus Molekul
: C 17 H 13 ClN 4
Berat Molekul
: 308,77
Pemerian
Kelarutan
: Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etil asetat, agak sukar
larut dalam aseton, larut dalam metanol, mudah larut dalam
kloroform (Ditjen POM, 1995).
2.1.2 Farmakologi
Alprazolam merupakan kelompok obat benzodiazepin yang memiliki kerja
pendek yang digunakan sebagai obat ansietas dan depresi. Ansietas merupakan
perasaan khawatir atau ketakutan yang ditandai dengan gejala fisik seperti
palpitasi, berkeringat, dan tanda-tanda stress lainnya (Tjay dan Rahardja, 2001).
anorganik,
maupun
senyawa
biologis,
analisis
ketidakmurnian
tidak
begitu
tergantung
pada
keahlian
operator
dan
labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya
dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak sebelum
digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase
gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama
dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis (Rohman dan Gandjar,
2007).
2.3.4 Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni : pompa harus inert
terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja
tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu
memberikan tekanan sampai 6000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan
kecepatan alir 0,1-10 ml/menit. Aliran pelarut dari pompa harus tanpa denyut
untuk menghindari hasil yang menyimpang pada detektor (Rohman dan Gandjar,
2007).
2.3.5 Injektor
Ada 3 jenis injektor, yakni syringe injector, loop valve dan automatic
injector (autosampler). Syringe injector merupakan bentuk injektor yang paling
sederhana (Meyer, 2004).
Pada waktu sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar aliran
pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom.
Sampel dapat langsung diinjeksikan ke dalam kolom (on column injection) atau
digunakan katup injeksi (Meyer, 2004).
Katup putaran (loop valve), tipe injektor ini umumnya digunakan untuk
menginjeksi volume lebih besar daripada 10 l dan sekarang digunakan dengan
cara otomatis (dengan adaptor khusus, volume-volume lebih kecil dapat
diinjeksikan secara manual). Bila katup difungsikan, maka cuplikan di dalam
putaran akan bergerak ke dalam kolom (Meyer, 2004).
Automatic injector atau disebut juga autosampler memiliki prinsip yang
mirip, hanya saja sistem penyuntikannya bekerja secara otomatis (Meyer, 2004).
2.3.6 Kolom
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis
tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom
dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Kolom analitik : diameter khas adalah 2 6 nm. Panjang kolom
tergantung pada jenis kemasan. Untuk kemasan pellikular, panjang yang
umumnya adalah 50 100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat,
umumnya 10 30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
Guna kromatogram:
1. Kualitatif
Waktu retensi selalu konstan dalam setiap kondisi kromatografi yang sama
dapat digunakan untuk identifikasi.
2. Kuantitatif
Luas puncak proporsional dengan jumlah sampel yang diinjeksikan dan
dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi (Johnson dan Stevenson,
1991).
2.3.9 Fase Gerak
Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu
variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari fase
gerak yang digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa sifat-sifat
yang diinginkan yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua fase gerak
(Putra, 2007).
Fase gerak harus:
Murni, tidak ada pencemar/kontaminan
Tidak bereaksi dengan pengemas
Sesuai dengan detektor
Melarutkan cuplikan
Mempunyai viskositas rendah
Tersedia diperdagangan dengan harga yang pantas (Putra, 2007).
Gelembung udara (degassing) yang ada harus dihilangkan dari pelarut,
karena udara yang keluar melewati detektor dapat menghasilkan banyak noise
sehingga data tidak dapat digunakan (Putra, 2007).
Akurasi (Kecermatan)
Akurasi merupakan ketlitian metode analisis atau kedekatan antara nilai
Presisi (Keseksamaan)
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis yang diperoleh
dari beberapa kali pengukuran pada sampel yang sama dan biasanya diekspresikan
sebagai Relatif Standar Deviasi (RSD) (Rohman dan Gandjar, 2007).
2.4.3
Spesifisitas (Selektifitas)
Spesifisitas/selektifitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang
dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen lain dalam matriks
sampel seperti ketidakmurnian, produk degradatif dan komponen matriks (Ermer,
2005).
2.4.4
Linearitas
Linieritas adalah kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil uji
yang secara langsung proposional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang
Rentang (Kisaran)
Rentang/kisaran adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana
suatu metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang dapat
digunakan untuk menganalisis sampel (Ermer, 2005).
2.4.7
Kekuatan (Ketahanan)
Kekuatan/ketahanan merupakan pengujian kemampuan dari suatu metode
Kekasaran (Ketangguhan)
Kekasaran/ketangguhan merupakan tingkat reprodusibilitas hasil yang
diperoleh dengan kondisi yang bervariasi dan dinyatakan sebagai simpangan baku
relatif/relative standard deviation (RSD). Kondisi ini meliputi laboratorium,
analis, reagen dan waktu percobaan yang berbeda (Rohman dan Gandjar, 2007).
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat-alat
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat instrumen
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah metanol grade for HPLC (E.Merck),
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif (Sudjana, 2005) yaitu tanpa
membandingkan satu tempat dengan tempat yang lain karena semua sampel
dianggap homogen. Pengambilan sampel di Apotek K24 Medan. Dari hasil
sampling diperoleh tablet Alprazolam 0,5 mg (PT Dexa Medica), tablet Apazol
0,5 mg (PT Dexa Medica), tablet Atarax 0,5 mg (PT MersiFarma TM), tablet
Zypraz 0,5 mg (PT Kalbe), tablet Alviz 0,5 mg (PT Pharos).
3.5
Prosedur Penelitian
3.5.1
Prosedur Analisis
3.5.2.1
mm), detektor UV-Vis dan dideteksi pada panjang gelombang 254 nm. Setelah
alat KCKT dihidupkan, maka pompa dijalankan dan fase gerak dibiarkan
mengalir selama 30 menit dengan laju alir 1,5 ml/menit sampai diperoleh garis
alas yang datar, menandakan sistem tersebut telah stabil.
3.5.2.2 Penentuan Perbandingan Fase Gerak Optimum
Pada kondisi kromatografi komposisi fase gerak divariasikan untuk
mendapatkan hasil analisis yang optimum. Perbandingan fase gerak metanol-air
yang divariasikan 60:40, 70:30, 80:20, 90:10 dengan laju alir 1,5 ml/menit.
Kondisi kromatografi yang memberikan waktu retensi singkat di pilih sebagai
kondisi yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Analisis Kuantitatif
Dari luas area yang diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi kemudian
dihitung persamaan garis regresi dan faktor korelasinya.
3.5.4.3 Penetapan Kadar Sampel
Ditimbang 20 tablet untuk masing-masing jenis tablet, kemudian digerus
sejumlah serbuk dan ditimbang seksama sejumlah tablet setara dengan 0,5 mg
Alprazolam, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dan
dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 10 g/ml, dikocok
(X X )
n 1
XX
SD / n
Dengan dasar penolakan apabila t hitung t tabel , pada taraf kepercayaan 99%
dengan nilai = 0,01, dk = n 1.
Keterangan :
SD
= Standar Deviasi
= Jumlah Perlakuan
= X t (11 / 2 ) dk x
SD
n
Keterangan:
= Kadar sebenarnya
X = Kadar sampel
n = Jumlah perlakuan
t = Harga t tabel sesuai dengan derajat kepercayaan
dk= Derajad kebebasan
3.5.5 Validasi Metode
3.5.5.1 Akurasi (Kecermatan)
Akurasi merupakan ketlitian metode analisis atau kedekatan antara nilai
terukur dengan nilai sebenarnya (Harmita, 2004).
CF CA
x 100 %
C*A
Keterangan :
C F = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran
(g/g)
C A = konsentrasi sampel sebenarnya (g/g)
C* A = konsentrasi analit yang ditambahkan (g/g)
3.5.5.2 Presisi (Keseksamaan)
Menurut Rohman dan Gandjar (2007), presisi merupakan ukuran
keterulangan metode analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada
sampel yang sama dan biasanya diekspresikan sebagai Relatif Standar Deviasi
(RSD) (Rohman dan Gandjar, 2007).
Nilai RSD dirumuskan dengan :
RSD =
SD
x 100%
X
Keterangan:
RSD
SD
= Standar Deviasi
SD =
(X X )
(n 1)
Dimana :
X
= banyaknya data
Sy / x =
(Y Yi) 2
n 2
LOD =
3 x Sy / x
Slope
LOQ =
10 x Sy / x
Slope
Keterangan:
Sy/x
= Standar Deviasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
gerak
untuk
mendapatkan
kondisi
Perbandingan fase gerak dan laju alir yang digunakan pada penelitian ini
merujuk pada literatur dari Ashnagar yaitu fase gerak metanol-air 90:10 dengan
laju alir 1,5 ml/menit menggunakan C18 ODS (30 cm x 4,5 mm i.d 2-5m),
detektor UV dengan panjang gelombang 254 nm (Ashnagar, dkk., 2007).
Pada awal penelitian ini dilakukan optimasi karena kolom yang digunakan
berbeda dengan kolom yang digunakan oleh Ashnagar, dkk. Adapun
perbandingan fase gerak yang dioptimasi adalah metanol-air dengan perbandingan
60:40, 70:30, 80:20, 90:10 pada laju alir 1,5 ml/menit, deteksi dilakukan pada
panjang gelombang 254 nm. Dari hasil optimasi menggunakan kolom Luna 5
C18 (250 x 4,60 mm) diperoleh perbandingan fase gerak yang terbaik yaitu pada
perbandingan metanol-air 90:10. Pemilihan fase gerak yang terbaik ini didasarkan
pada waktu retensi yang relatif singkat. Hubungan antara pengaruh komposisi fase
gerak terhadap parameter kromatogram dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 1 Pengaruh Komposisi Fase Gerak terhadap Parameter Kromatogram
Perbandingan Fase Gerak
Metanol-Air
Waktu Retensi
(menit)
Asimetris
N (USP)
90:10
2,09
207,67
2,06
2027
80:20
2,59
256,33
2,56
2521
70:30
3,74
373,00
2727
60:40
7,39
738,33
1,76
2270
Data
Konsentrasi (g/ml)
Luas Area
0,00
0,00
0,60
8280,00
1,00
13606,00
1,20
15890,00
1,40
18821,00
1,60
21606,00
102,83 1,82
98,61 0,34
97,61 0,26
95,72 0,81
91,01 0,74
alprazolam tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).
4.4 Hasil Uji Validasi
Pada penelitian ini dilakukan uji validasi metode dengan metode standar
adisi terhadap sampel tablet Zypraz (PT Kalbe Farma) yang meliputi uji akurasi
dengan parameter % recovery dan uji presisi dengan parameter RSD (Relative
Standard Deviasi), LOD (Limit of Detection) dan LOQ (Limit of Quantitation).
Uji akurasi dengan parameter % recovery dilakukan dengan membuat tiga
konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80%, 100%, dan 120%, masingmasing dengan tiga replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% analit
dan 30% baku pembanding (Harmita, 2004).
Data hasil uji validasi, parameter akurasi dan presisi alprazolam dengan
metode adisi standar dapat dilihat pada Tabel 4.
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tabel 4
Rentan
g
Spesifik
(%)
Baku yang
ditambahka
n
( g/ml )
Luas Area
Sebelum
Penambaha
n
80
0,2396
7525
80
0,2396
7740
80
0,2396
7809
100
0,2995
10035
100
0,2995
10040
100
0,2995
10260
120
0,3593
12064
120
0,3593
12214
120
0,3593
12338
Kadar rata rata (%) Recovery
100,17
Standar Deviasi
Konsentrasi ( g/ml )
Sesudah
Penambaha
n
Sebelum
Penambaha
n
Setelah
Penambaha
n
10728
10967
11004
13960
13986
14263
16739
16890
17076
0,5562
0,5725
0,5777
0,7463
0,7467
0,7634
0,8998
0,9113
0,9207
0,7988
0,8169
0,8197
1,0436
1,0455
1,0665
1,2540
1,2655
1,2796
Recovery
(%)
101,25
102,00
101,00
99,27
99,77
101,20
98,58
98,58
99,89
=
= 1,25
= 1,24
= 0,05
= 0,18
Dari tabel di atas diperoleh hasil pengujian akurasi dengan kadar rata-rata
% recovery 100,17%, % recovery dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi,
bahwa rentang rata-rata % recovery ialah 98-102%. Maka dapat disimpulkan
bahwa metode ini mempunyai akurasi yang baik (Epshtein, 2004).
Hasil uji presisi dengan parameter RSD (Relative Standard Deviasi)
diperoleh 1,25%, persyaratan nilai RSD yang ditentukan adalah < 2%. Maka dapat
disimpulkan bahwa metode analisis mempunyai presisi yang baik (Harmita,
2004).
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang
diperoleh dalam kurva kalibrasi. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai LOD 0,05
g/ml dan nilai LOQ 0,17 g/ml.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Metode
KCKT
pada
penetapan
kadar
alprazolam
dalam tablet
menggunakan kolom Luna 5 C18 (250 x 4,60 mm) dengan fase gerak metanolair (90:10), laju alir 1,5 ml/menit, panjang gelombang 254 nm memenuhi
persyaratan uji validasi metode dengan parameter akurasi, presisi, batas deteksi
dan batas kuantitasi.
Kadar alprazolam dengan nama dagang dan generik yang dianalisis dari
lima sediaan tablet di pasaran dengan kondisi kromatografi yang terpilih diperoleh
hasil yang memenuhi persyaratan kadar untuk sediaan tablet yaitu mengandung
alprazolam tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
5.2 Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penetapan
kadar alprazolam secara KCKT dengan fase gerak yang berbeda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Metode
KCKT
pada
penetapan
kadar
alprazolam
dalam tablet
menggunakan kolom Luna 5 C18 (250 x 4,60 mm) dengan fase gerak metanolair (90:10), laju alir 1,5 ml/menit, panjang gelombang 254 nm memenuhi
persyaratan uji validasi metode dengan parameter akurasi, presisi, batas deteksi
dan batas kuantitasi.
Kadar alprazolam dengan nama dagang dan generik yang dianalisis dari
lima sediaan tablet di pasaran dengan kondisi kromatografi yang terpilih diperoleh
hasil yang memenuhi persyaratan kadar untuk sediaan tablet yaitu mengandung
alprazolam tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
5.2 Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penetapan
kadar alprazolam secara KCKT dengan fase gerak yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia). Volume 45. Jakarta:
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Hal. 421-425.
Ashnager, A., Kouchak, M., Soltani, M. dan Salimi, A. (2007). Invitro Evaluation
of Some Different Brands of Alprazolam Tablets. E-Journal of Chemistry.
4 (4): 568-572.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 79-80.
Ermer, J. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim:
Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA. Hal. 3-5, 16.
pshtein, N.A. (2004). Validation of HPLC Techniques for Pharmaceutical
Analysis. Pharmaceutical Chemistry Journal 38(4): Pages 212 228.
Ermer, J. (2005). Analytical Validation within the Pharmaceutical Environment.
In: Ermer, J., dan Miller, J.H McB., editors. Method Validation in
Pharmaceutical Analysis. Weinhein: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co.
KgaA: hal. 54, 63-70,80,101.
Gritter, R. J, Bobbit, J. M, dan Schwarting, A. E. (1985). Pengantar
Kromatografi. Edisi III. Terjemahan K. Padmawinata. Bandung: Penerbit
ITB. Hal. 186.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. I (3): 117-135.
dan
Cara
Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air (60:40) dengan Laju Alir 1,5 ml/menit
Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air (70:30) dengan Laju Alir 1,5 ml/menit
Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air (80:20) dengan Laju Alir 1,5 ml/menit
Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air (90:10) dengan Laju Alir 1,5 ml/menit
Konsentrasi (g/ml)
0
0,6
1,0
1,2
1,4
1,6
Luas Area
0
8280
13606
15890
18821
21066
Rata2
Konsentrasi
(g/ml)
X
0
0,6
1,0
1,2
1,4
1,6
5,8
0,9967
Luas Area
Y
0
8280
13606
15890
18821
21066
77663
12943,8333
XY
X2
Y2
0
4968
13606
19068
26349,4
33705,6
97697
0
0,36
1
1,44
1,96
2,56
7,32
1,22
0
68558400
185123236
252492100
354230041
443776356
1304180133
217363355,5
Y = ax + b
=
b =
= (12943,8333) (
= 180,0156
) (0,9967)
Untuk mencari hubungan kadar (X) dengan luas area (Y) digunakan pengujian
koefisien korelasi (r)
= 0,9996
mg = 280 g
x 4490 mg = 125,72 mg
= 120 g
Lalu dipipet 1 ml dimasukkan dalam labu 50 ml yang sudah berisi serbuk sampel,
larutkan dan cukupkan sampai garis tanda. Kemudian dipipet 2,5 ml dimasukkan
dalam labu 25 ml, larutkan dan cukupkan sampai garis tanda. Dikocok 5 menit
lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 m. Diinjeksikan sebanyak 20 l
kesistem KCKT vial autosampler dan dideteksi pada panjang gelombang 254 nm
dengan perbandingan fase gerak metanol-air (90:10), laju alir 1,5 ml/menit.
Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan.
Konsentrasi Bahan Baku =
Konsentrasi Bahan Baku =
Pipet 1 ml ke labu 50 ml =
Pipet 2,5 ml ke labu 25 ml =
Rentang 100% :
Alprazolam =
Analit 70% :
=
= 350 g
g = 150 g
dan dicukupkan hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi
1 g/ml. Dikocok 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 m.
Diinjeksikan sebanyak 20 l kesistem KCKT vial autosampler dan dideteksi pada
panjang gelombang 254 nm dengan perbandingan fase gerak metanol-air (90:10),
laju alir 1,5 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan.
Cara Pembuatan Larutan Sampel ditambah dengan BPFI
Ditimbang 50 mg serbuk BPFI masukkan dalam labu 50 ml, larutkan dan
cukupkan sampai garis tanda, lalu pipet 7,5 ml dan masukkan ke dalam labu 50
ml. Lalu dipipet 1 ml dimasukkan dalam labu 50 ml yang sudah berisi serbuk
sampel, larutkan dan cukupkan sampai garis tanda. Kemudian dipipet 2,5 ml
dimasukkan dalam labu 25 ml, larutkan dan cukupkan sampai garis tanda.
Dikocok 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 m.
Diinjeksikan sebanyak 20 l kesistem KCKT vial autosampler dan dideteksi pada
panjang gelombang 254 nm dengan perbandingan fase gerak metanol-air (90:10),
laju alir 1,5 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan.
Konsentrasi Bahan Baku =
Konsentrasi Bahan Baku =
Pipet 1 ml ke labu 50 ml =
Pipet 2,5 ml ke labu 25 ml =
Rentang 120% :
Alprazolam =
Analit 70% :
=
= 420 g
g = 180 g/ml
Pipet 1 ml ke labu 50 ml =
= 12 g/ml
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rentang
Spesifik
(%)
80
80
80
100
100
100
120
120
120
Luas Area
Baku yang
ditambahkan
( g/ml )
Konsentrasi ( g/ml )
Recovery
(%)
Sebelum
Penambahan
Sesudah
penambahan
Sebelum
penambahan
Setelah
Penambahan
0,2396
7525
10728
0,5562
0,7988
101,25
0,2396
7740
10967
0,5725
0,8169
102,00
0,2396
7809
11004
0,5777
0,8197
101,00
0,2995
10035
13960
0,7463
1,0436
99,27
0,2995
10040
13986
0,7467
1,0455
99,77
0,2995
10260
14263
0,7634
1,0665
101,20
0,3593
12064
16739
0,8998
1,2540
98,58
0,3593
12214
16890
0,9113
1,2655
98,58
0,3593
12338
17076
0,9207
1,2796
99,89
= 100,17
= 1,25
= 1,24
= 0,05
= 0,18
=
= 101,25%
Konsentrasi
X
0
0,6
1,0
1,2
1,4
1,6
Luas Area
Y
0
8280
13606
15890
18821
21066
Yi
Y Yi
( Y Yi )2
180,0156
8102,3852
13383,9650
16024,7549
18665,5447
21306,3346
-180,0156
177,6148
222,0350
-134,7549
155,4553
-240,3346
32405,6162
31547,0171
49299,5412
18158,8831
24166,3503
57760,7199
213338,1278
(Y Yi)
Standar Deviasi ( Sy / x) =
n2
(213338,1278)
62
Sy / x =
Sy/x = 230,9427
Batas Deteksi ( LOD ) =
LOD =
3 x Sy / x
Slope
3 x 230,9427
13203,9494
LOD = 0,05247 g/ ml
Batas Kuantitasi ( LOQ ) =
10 x Sy / x
Slope
LOQ =
10 x 230,9427
13203,9494
LOQ = 0,1749 g/ ml
Lampiran 10 Kromatogram Spike dari Larutan Tablet Zypraz (PT Kalbe Farma)
Lampiaran 10 Kromatogram Spike dari larutan tablet Zypraz (PT Kalbe Farma)
Gambar diatas merupakan kromatogram spike dari larutan tablet Zypraz (PT.
Kalbe Farma) pada konsentrasi 1 g/ml yang dianalisa secara KCKT
menggunakan kolom Luna 5 C18 (250 x 4,60 mm), perbandingan fase gerak
metanol-air (90:10), volume penyuntikan 20 l, laju alir 1,5 ml/menit, detektor
UV pada panjang gelombang 254 nm.
No
1
2
3
4
5
6
(X-
X
101,6901
101,7506
102,0455
103,6633
103,8978
103,9356
X = 616,9829
= 102,8304
SD =
(X X )
-1,1403
-1,0798
-0,7849
0,8329
1,0674
1,1052
n 1
( X - )2
1,3002
1,1659
0,6160
0,6937
1,1393
1,2214
(X - )2 = 6,1365
6,1365
= 1,1078
5
tabel
= 4,0321
hitung
tabel
XX
SD / n
hitung
data 1
hitung
data 2
hitung
data 3
hitung
data 4
hitung
data 5
hitung
data 6
1,1403
1,1078 / 6
1,0798
1,1078 / 6
0,7849
1,1078 / 6
0,8329
1,1078 / 6
1,0674
1,1078 / 6
1,1052
1,1078 / 6
= 2,5213
= 2,3878
= 1,7355
= 1,8416
= 2,3601
= 2,4437
= X t (1-1/2)dk x
SD
n
= 102,8304 4,0321 x
1,1078
6
= 102,83 1,82%
(X-
X
98,3030
98,5525
98,6281
98,6810
98,8700
99,6412
X = 592,6758
=98,7793
SD =
(X X )
n 1
( X - )2
-0,4763
-0,2268
-0,1512
-0,0983
-0,0907
-0,8619
0,2268
0,0514
0,0228
0,0096
0,0082
0,7428
(X - )2 = 1,0616
1,0616
= 0,4607
5
tabel
= 4,0321
hitung
tabel
XX
SD / n
0,4763
hitung
data 1
hitung
data 2
hitung
data 3
hitung
data 4
hitung
data 5
hitung
data 6
hitung
0,4607 / 6
0,2268
0,4607 / 6
0,1512
0,4607 / 6
0,0983
0,4607 / 6
0,0907
0,4607 / 6
0,8619
0,4607 / 6
= 2,5325
= 1,2059
= 0,8039
= 0,5226
= 0,4822
= 4,5826
SD =
(X-
X
98,3030
98,5525
98,6281
98,6810
98,8700
X = 493,0346
=98,6069
(X X )
-0,3039
-0,0544
0,0212
0,0741
0,2631
n 1
( X - )2
0,0923
0,0029
0,00044
0,0054
0,0692
(X - )2 = 0,1702
0,1702
= 0,2063
4
tabel
= 4,0321
hitung
tabel
XX
SD / n
hitung
data 1
hitung
data 2
hitung
data 3
hitung
data 4
hitung
data 5
0,3039
0,2063 / 5
0,0544
0,2063 / 5
0,0212
0,2063 / 5
0,0741
0,2063 / 5
0,2631
0,2063 / 5
= 3,2939
= 0,5896
= 0,2297
= 0,8031
= 3,1239
SD
n
= 98,6069 4,0321 x
0,2063
6
= 98,61 0,34%
(X-
X
96,9799
97,3730
97,5620
97,6150
97,6830
97,7964
X = 585,0093
=95,88
SD =
(X X )
n 1
( X - )2
-0,5216
-0,1285
0,0605
0,1135
0,1815
0,2945
0,2720
0,0165
0,0036
0,0128
0,0329
0,0869
(X - )2 = 0,4247
0,4247
= 0,2914
5
tabel
= 4,0321
hitung
tabel
XX
SD / n
0,5216
hitung
data 1
hitung
data 2
hitung
data 3 =
hitung
data 4
hitung
data 5
hitung
data 6
hitung
0,2914 / 6
0,1285
0,2914 / 6
0,0605
0,2914 / 6
0,1135
0,2914 / 6
0,1815
0,2914 / 6
0,2945
0,2914 / 6
= 4,3845
= 1,0801
= 0,5085
= 0,9540
= 1,5256
= 2,4755
Lampiran 17 (Lanjutan) Analisis Data Statistik Larutan tablet Apazol (PT Dexa
Medica)
Untuk itu dihitung kembali dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data
ke-1.
Kadar (%)
No
1
2
3
4
5
(X-
X
97,3730
97,5620
97,6150
97,6830
97,7964
X = 488,0294
=97,6058
SD =
(X X )
-0,2328
-0,0438
0,0092
0,0772
0,1906
n 1
( X - )2
0,0541
0,0019
0,000084
0,0059
0,0363
(X - )2 = 0,0983
0,0983
= 0,1567
4
tabel
= 4,0321
hitung
tabel
XX
SD / n
hitung
data 1
hitung
data 2
hitung
data 3 =
hitung
data 4
hitung
data 5
0,2328
0,1567 / 5
0,0438
0,1567 / 5
0,0438
0,1567 / 5
0,0092
0,1567 / 5
0,1906
0,1567 / 5
= 3,6390
= 0,6848
= 0,1438
= 1,2067
= 2,9794
= X t (1-1/2)dk x
SD
n
= 97,6058 4,0321 x
0,1567
6
= 97,61 0,26%
(X-
X
95,0975
95,3014
95,5585
95,9289
96,0197
96,4128
X = 574,3188
= 95,7198
SD =
(X X )
n 1
-0,6223
-0,4184
-0,1613
0,2091
0,2999
0,6930
( X - )2
0,3872
0,1750
0,0260
0,0437
0,0899
0,4802
(X - )2 = 1,2020
1,2020
= 0,4903
5
tabel
= 4,0321
hitung
tabel
XX
SD / n
hitung
data 1
hitung
data 2
hitung
data 3
hitung
data 4
hitung
data 5
hitung
data 6
0,6223
0,4903 / 6
0,4184
0,4903 / 6
0,1613
0,4903 / 6
0,2091
0,4903 / 6
0,2999
0,4903 / 6
0,6930
0,4903 / 6
= 3,1089
= 2,0902
= 0,8058
= 1,0446
= 1,4982
= 3,462 1
SD
n
= 95,7198 4,0321 x
0,4903
6
= 95,72 0,81%
(X-
X
90,3568
90,5609
91,0901
91,2640
91,3094
91,4903
X = 546,0721
= 91,0120
SD =
(X X )
n 1
( X - )2
-0,6552
-0,4511
0,0781
0,2520
0,2974
0,4789
0,4292
0,2034
0,00609
0,0635
0,0884
0,2293
(X - )2 = 1,0198
1,0198
= 0,4516
5
tabel
= 4,0321
hitung
tabel
XX
SD / n
hitung
data 1
hitung
data 2
hitung
data 3
hitung
data 4
hitung
data 5
hitung
data 6
0,6552
0,4516 / 6
0,4511
0,4516 / 6
0,0781
0,4516 / 6
0,2520
0,4516 / 6
0,2974
0,4156 / 6
0,4789
0,4516 / 6
= 3,5538
= 2,4467
= 0,4236
= 1,3668
= 1,6131
= 2,5975
SD
n
= 91,0120 4,0321 x
0,4516
5
= 91,01 0,74%
= 4490 mg
= 0,5 mg
Sampel yang sudah ditimbang ( 224,5 mg) dimasukkan ke dalam labu tentukur 50
ml dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda.
Kadar larutan uji =
= 10 g/ml
Lalu dipipet 2,5 ml dari larutan uji dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml
dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Sehingga didapat
konsentrasi 1 g/ml.
Konsentrasi
=
= 1 g/ml
Berat
Setara
( mg )
0,5011
0,5013
0,5016
0,5020
0,5022
0,5022
Luas Area
13630
13638
13677
13891
13922
13927
Konsentrasi
Teoritis
( g/ml )
1,0022
1,0027
1,0031
1,0040
1,0045
1,0045
Konsentrasi
Perolehan
( g/ ml )
1,0186
1,0192
1,0222
1,0384
1,0407
1,0411
Kadar
(%)
101,69
101,75
102,05
103,66
103,90
103,94
= 102,83
2. Hasil analisa Kadar Alprazolam dalam tablet Alprazolam (PT Dexa Medica)
Berat
Penimbangan
( mg )
199,1
199,2
199,3
199,5
199,6
199,9
Berat
Setara
( mg )
0,5003
0,5005
0,5008
0,5010
0,5015
0,5023
Luas Area
13182
13215
13225
13232
13257
13358
Konsentrasi
Teoritis
( g/ml )
1,0006
1,0011
1,0016
1,0021
1,0031
1,0046
Konsentrasi
Perolehan
( g/ ml )
0,9847
0,9872
0,9880
0,9885
0,9904
0,9980
Kadar
(%)
98,30
98,55
98,63
98,68
98,87
99,63
= 98,78
3. Hasil analisa Kadar Alprazolam dalam tablet Apazol (PT Dexa Medica)
Berat
Penimbangan
( mg )
199,9
200,1
200,2
200,2
200,4
200,5
Berat
Setara
( mg )
0,5006
0,5011
0,5014
0,5014
0,5019
0,5021
Luas Area
13007
13059
13084
13091
13100
13115
Konsentrasi
Teoritis
( g/ml )
1,0012
1,0022
1,0027
1,0027
1,0037
1,0042
Konsentrasi
Perolehan
( g/ ml )
0,9715
0,9754
0,9773
0,9778
0,9785
0,9796
Kadar
(%)
96,98
97,37
97,56
97,62
97,68
97,80
= 97,50
Berat
Setara
( mg )
0,5001
0,5010
0,5016
0,5019
0,5019
0,5025
Luas Area
12758
12785
12819
12868
12880
12932
Konsentrasi
Teoritis
( g/ml )
1,0002
1,0020
1,0031
1,0037
1,0037
1,0049
Konsentrasi
Perolehan
( g/ ml )
0,9526
0,9546
0,9572
0,9609
0,9618
0,9658
Kadar
(%)
95,10
95,30
95,56
95,93
96,02
96,41
= 95,72
Berat
Setara
( mg )
0,5006
0,5009
0,5016
0,5020
0,5020
0,5026
Luas Area
12131
12158
12228
12251
12257
12281
Konsentrasi
Teoritis
( g/ml )
1,0012
1,0019
1,0032
1,0040
1,0040
1,0052
Konsentrasi
Perolehan
( g/ ml )
0,9051
0,9072
0,9125
0,9142
0,9146
0,9165
Kadar
(%)
90,36
90,56
91,09
91,26
91,31
91,49
= 91,01
No Batch
: 230073
Produsen
: PT Kalbe Farma
No. Batch
: 4112258
Produsen
: PT Dexa Medica
0,5 mg
No. Batch
: 4112259
Produsen
: PT Dexa Medica
No. Batch
: 10397
Produsen
: PT MersiFarma TM
No. Batch
: COM5520
Produsen
: PT Pharos
Gambar Penyaring
Gambar 8 Pompa Vakum (Gast DO A-PG04-BN) dan alat penyaring fase gerak