1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Kata rohani dan rohaniah semuanya diserap dari bahasa Arab. Rohani ialah kata
benda lawan jasmani dan rohaniah berarti yang bersifat rohani. Demikian juga
dapat dibandingkan dengann ilmu dan ilmiah. Ilmu bersinonim dengan kata
pengetahuan, sedangkan ilmiah berarti yang bersifat ilmu. Rohaniwan berarti
orang yang ahli tentang (ilmu) rohani, atau ilmu agama. Itu sebabnya pendeta,
pastur, nabi dan penghulu disebut rohaniwan.
Kalau bentuk rohaniawan itu diterima, itu berarti bahwa bentuk itu diambil dari
rohaniah yang ditambah dengan akhiran wan. Dari segi makna, bentuk itu tak dapat
dipertangungjawabkan sebab rohaniah dalam bahasa Arab (diserap juga dalam bahasa
Indonesia) yang berarti yang bersifat rohani. Oleh karena kata itu berarti seperti itu,
maka tak dapat kita tambahkan akhiran wan di belakangnya sebab arti kata bentukan
itu tidak tepat; rohaniawan berarti orang yang memiliki bersifat rohani. Apa
maksudnya itu? Berdasarkan alasan inilah, maka bentukan rohaniawan bukanlan
bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan.
8. Kepada Bapak Amir, saya persilakan. Kalimat seperti itu dapat dengan
mudah meluncur begitu saja dari mulut seorang pewara (pembawa acara)
atau master of ceremony (MC). Mungkin karena sudah sangat lazim
digunakan, kalimat seperti itu bak sudah tercetak di kepala sehingga tidak
perlu lagi dipikirkan salah-benarnya.
Adakah kesalahan pada kalimat "Kepada Bapak Amir, saya persilakan"?
Ada. Kesalahan itu terletak pada penggunaan kepada. Dalam kalimat, kata
depan "kepada" umumnya digunakan sebagai penanda peran penerima,
bukan peran pelaku. Dalam kasus ini, "Bapak Amir" jelas tidak menerima
sesuatu, tetapi justru diminta melakukan sesuatu (atas perintah halus
pewara: (saya) persilakan). Nah, siapa yang dipersilakan? Bapak Amir,
bukan kepada Bapak Amir.
9. Kasus lain terlihat pada acara debat bahasa antar siswa SMA yang
diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia sebuah
perguruan tinggi di Pekanbaru. Pembawa acara dengan semangat
mengatakan, Baiklah para hadirin, untuk menyingkat waktu, saya
persilakan SMAN 1 mengambil tempat.
Bayangkan, konon, pewara itu mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia. Ia tidak merasa canggung dan ragu mengucapkan kalimat itu.
Mungkin ia tidak mengetahui bahwa hadirin sudah memiliki makna jamak,
untuk semua orang yang hadir, sehingga masih merasa perlu
menambahkan lagi kata para. Selain itu, mungkin ia pun lupa bahwa
manusia tidak punya kuasa menyingkat waktu: satu hari yang seharusnya
24 jam disingkatnya menjadi 20 jam, misalnya. Jika hal itu dapat
Segenap hadirin, pada malam yang berbahagia ini, menurut rencana, kita akan menyelesaikan
rapat pembahasan mengenai . atau pada acara lain, saya menemukan kalimat serupa, yakni:
Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan saya untuk menyampaikan beberapa hal
berkaitan dengan .
Sekilas, frasa malam yang berbahagia dan kesempatan yang berbahagia pada dua kalimat di
atas terkesan baik-baik saja. Namun kita akan menemukan ketidaklogisan dari kedua frasa
tersebut jika kita sandingkan dengan struktur kalimat bahasa asing. Simaklah beberapa contoh
kalimat bahasa Inggris berikut:
1. The program was boring. She (Dinda) got bored then. (Acara itu membosankan. Dinda
pun merasa bosan).
2. The work was so tiring. He (Robbi) felt tired soon. (Pekerjaan itu sangat melelahkan.
Robbi merasa cepat lelah)
3. The service was satisfying. We were all satisfied. (Pelayanannya memuaskan. Kita semua
merasa puas)
Pasangan kata boring-bored, tiring-tired, dan satisfying-satisfied dalam kalimat di atas adalah
adjektiva. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adjektiva adalah kata yang menjelaskan
nomina atau pronominal. Kata boring, tiring, dan satisfying adalah adjektiva yang menerangkan
(nomina) program, work, dan service. Di sisi lain, bored, tired, dan satisfied juga kata sifat yang
menerangkan (pronominal) She (Dinda), He (Robbi), dan We.
Dari penjelasan ini, maka kedua frasa bermasalah di atas perlu direvisi agar taat asas atau sesuai
kaidah yang berlaku. Kedua frasa tersebut seharusnya berbunyi malam yang membahagiakan
dan kesempatan yang membahagiakan. Ingat! Kata malam dan kesempatan adalah nomina,
bukan pronominal. Lantas bagaimana dengan kata bahagia?
Setidaknya ada dua makna kata berbahagia, yakni (1) dalam keadaan bahagia; (2) menikmati
kebahagiaan. Dalam hal ini, keduanya adalah verba, sehingga yang berbahagia seharusnya
pronominal, bukan nomina. Alhasil, yang dapat merasakan kebahagiaan adalah makhluk
bernyawa, seperti sampean, saya, atau kita.
11. Tidak bernalarnya kalimat itu adalah pada kelompok kata mempersingkat waktu.
Benarkah waktu dapat dipersingkat? Jawabannya tentu saja tidak. Waktu sudah pasti
tidak dapat disingkat karena rentang waktu sehari semalam adalah 24 jam; satu jam
sama dengan 60 menit; satu menit sama dengan 60 detik.
Sebenarnya yang dapat dilakukan bukanlah mempersingkat waktu, melainkan
menghemat waktu, misalnya pertemuan semula direncanakan berlangsung 1 jam,
tetapi karena cuaca mendung pertanda akan turun hujan, acara pertemuan pun
dipercepat. Akibatnya tentu saja waktunya dihemat sehingga tidak sampai 1 jam,
tetapi cukup 45 menit. Jadi, kalimat di atas seharusnya adalah Untuk menghemat
waktu, Ibu Dekan FKIP Unaya kami persilakan.[]
12.
(3) silahkan duduk
Bentuk yang baku dari kata silahkan adalah silakan, tanpa /h/. Kata ini
dipergunakan untuk meminta orang dengan hormat, misalnya silakan
makan, atau silakan duduk dsb.
(3a) Kepada Bapak dan ibu yang berada di luar silakan masuk di dalam
masih banyak kursi yang kosong.
(4) tampil ke depan, geser ke samping, turun ke bawah, dll.
Bentuk ini tampil ke depan termasuk bentuk kesalahan yang sering
dipergunakan oleh pembawa acara. Kesalahan terjadi karena kata tampil
dan ke depan maknanya sama. Tampil dalam konteks ini pasri ke depan.
Demikian pula ke depan juga bermakna tampil. Sehingga dapat dipilih
salah satu. Hal yang sama terjadi pada kata geser dan ke samping. Kata
geser artinya ke samping, ke samping juga berarti geser. Agar tidak
terjadi seperti ini maka perlu dipertegas geser ke mana. Tampaknya
kesalahan ini terbawa oleh bentuk kata kerja geser itu sendiri. Dalam
bentuk yang formal menggeser yang muncul adalah ke kanan/kiri bukan
bentuk samping. Kata naik memiliki makna ke atas, demikian juga kata
turun memiliki arti ke bawah sehingga kata cukup naik atau turun. Oleh
karena itu, dapat menggunakan bentuk:
(4a) tampil di (panggung) atau ke depan, menggeser ke kiri atau ke
kanan.
(4b) Kepada adik-adik diharap ke depan untuk menerima hadiah.
(4c) Kepada adik-adik diharap tampil di panggung untuk menerima
hadiah.
Kata ganti orang pertama jamak kita dan kami secara kultural berbedabeda maknanya. Namun demikian dalam BI dibedakan dengan tegas.
Kesalahan penggunaan kata ganti ini tergolonmg tinggi. Dari hasil
pengamatan pada umumnya banyak yang tidak benar. Dari lima orang
pembicara rata-rata dua salah. Kelompok artis pada umumnya salah.
Hanya dari kalangan Abri dan kepolisian yang tingkat benarnya tinggi.
Kata ganti orang pertama jamak kita apabila kedua belah pihak dilibatkan,
sedangkan kami hanya untuk pihak pembicara saja. Para artis yang
mewakili teman-temannya bisa dipastikan menggunakan kata ganti kita.
Di bawah ini contoh kalimat penutup oleh pembawa acara.
(5) Berhubung waktu telah larut dan seluruh acara telah kita ikuti, marilah
acara ini kita tutup dengan doa yang akan dibawakan oleh Ustad Zakaria.
(6) Seluruh acara telah kami sajikan. Saatnya kini kita tutup acara pada
siang hari ini dengan doa yang akan dipimpin oleh Ustad Purnomo.
(7) Hadirin sekalian, acara demi acara telah kita nikmati bersama. Kini
saatnya acara akan kita akhiri dengan doa jamaah.
(8) Kepada Bapak waktu dan tempat kami persilakan
Kata persilakan yang dimaksud tentu Bapak bukan ungkapan waktu dan
tempat. Waktu dan tempat merupakan benda mati, karena itu tidak dapat
dipersilakan. Oleh karena itu, kalimat yang efektif seperti (8a dan 8b).
(8a) Kepada Bapak kami persilakan waktu dan tempat sepenuhnya saya
serahkan.
(8b) Kepada Bapak waktu saya serahkan.
(9) Para tamu dipersilakan duduk kembali.
Pembawa acara seringkali menyuruh undangan untuk berdiri menghormat
pejabat atau mempelai misalnya. Setelah pejabat menempati tempat
duduknya maka pembawa acara mempersilakan undangan duduk
(kembali). Kata kembali sebenarnya tidak perlu dipakai, tanpa kata
kembali undangan mengetahui apa yang harus dilakukan, setelah berdiri
untuk menghormati seseorang. Oleh karena itu, kalimat cukup seperti
(9a).
(9a) Para tamu dipersilakan duduk.
Ada bentuk kesalahan ungkapan yang hanya terdapat menjelang sholat
Jumat, yakni sholat jumat secara berjemaah. Hal yang sama juga terjadi
menjelang sholat idhul fitri dan idhul kurban Seperti dalam kalimat:
(10) Sebelum sholat jumat secara berjemaah kita mulai mohon shop
terdepan dipenuhi terlebih dahulu, kemudian shob-shob berikutnya.
(11) Sebelum sholat idhul fitri secara berjemaah kita mulai mohon shop
terdepan dipenuhi terlebih dahulu kemudian shob-shob berikutnya.
(12) Sebelum sholat idhul kurban secara berjemaah kita mulai mohon
shop terdepan dipenuhi terlebih dahulu kemudian shob-shob berikutnya.
Ungkapan sholat jumat secara berjemaah juga memiliki makna yang
berlebihan. Kelebihan itu terdapat pada kata sholat jumat dan berjemaah.
Sholat jumat adalah salah satu sholat yang pelaksanaannya harus
berjemaah, ada imam dan ada makmum. Oleh karena itu, ungkapan
seperti (10, 11, dan 12) yang benar adalah seperti (9a, 10a, dan 11a).
(10a) Sebelum sholat jumat kita mulai, mohon shob terdepan dipenuhi
terlebih dahulu, kemudian shob-shob berikutnya.
(11a) Sebelum sholat idhul fitri kita mulai, mohon shop terdepan dipenuhi
terlebih dahulu kemudian shob-shob berikutnya.
(12a) Sebelum sholat idhul kurban kita mulai, mohon shop terdepan
dipenuhi terlebih dahulu kemudian shob-shob berikutnya.
Dengan ucapan basmallah Untuk Mempersingkat Waktu
1. Frasa ini "tidak logis". Apakah waktu bisa disingkat? Kagak bisa dong! Waktu mah
mengalir alamiah, natural. Detik tidak bisa dipercepat. Pergerakan jarum jam sudah
standar begitu, tidak bisa diubah-ubah, kecuali jamnya error!
Jadi, bagaimana dong? Ya hindari aja mengucapkan untuk mempersingkat
waktu. Tidak usah diganti dengan ungkapan apa pun! Langsung saja ucapkan,
misalnya, Baiklah hadirin, mari kita mulai acara pertama, yaitu pembukaan
atau Hadirin yang berbahagia, mari kita awali acara kita dengan basmalah.
2. Jadi, kalimat Selamat malam dan selamat datang di tempat yang berbahagia ini; dan
Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin untuk dapat
dikatakan sebagai kalimat yang salah diksinya.
3. Agar kedua kalimat itu menjadi logis dan mantap, kata berbahagia yang dipakai di
situ harus diganti menjadi membahagiakan seperti pada contoh ini: (1) Selamat
malam dan selamat datang di tempat yang membahagiakan ini, (2) Pada kesempatan
yang membahagiakan ini, kami mengajak hadirin untuk[]