Anda di halaman 1dari 13

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sinusitis merupakan suatu penyakit yang terjadi di daerah sinus pada rongga hidung
manusia. Sinusitis suatu proses peradangan pada mukrosa atau selaput lendir sinus paranasal.
Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat pada tulang-tulang di wajah. Yang terdiri
dari sinusa frontal (di daerah dahi), sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan
kiri), sinus sfenoiddi belakang sinus etmoid). Di dalam hidung kita terdapat empat pasang sinus
yaitu:

Sinus Etmoidalis yang terletak di belakang jembatan hidung, di antara kedua mata.

Sinus Maksilaris adalah sinus pipi, sinus ini terletak di belakang tilang pipi, meluas dari tempat
di bawah mata hingga ke tepat di atas gigi atas. Akar gigi di rahang atas sering menonjol ke
dalam dasar sinus maksilaris, yang menjadi penyebab mengapa banyak orang yang menderita
infeksi sinus mengalami sakit gigi. Sinus maksilaris biasanya adalah sinus yang pertama kali
terbentuk di dalam rahim. Sinus maksilaris biasanya berbentuk segitiga dan berukuran seperti
kenari besar.

Sinus frontalis adalah sinus dahi. Sinus ini terletak di dalam tulang frontal dahi. Dinding belang
sinus frontalis sebenarnya membentuk tulang yang menutupi otak.

Sinus sfenoidalis dapat di anggap sebagai sinus dalam. Sinus ini terletak di bagian hidung, jauh
dari dalam tengkorak, terletak di bagian belakang hidung, dan di lokasi dimana mata dan otak
bertemu.
Didalam hidung kita juga mempunyai Kompleks Ostio Meatus (KOM) yang berfingsi
sebagai pintu pagar sempit daerah sempit di meatus medius, tempat mengalirnya lendir dari sinus
ke hidung tempat keluarnya masuknya lendir atau udara ke dalam sinus. Karena di dalam sinus
terdapat lendir silia dan kelenjar, sehingga ketika sinus yang sehat tersumbat lendir akan
mengalir balik dan pintu dari sinus juga tersumbat dan silia berhenti bergerak secara efektif dan,
drainase dari sinus terhenti kemuadian hidung mulai merasa tersumbat, dan setelah beberapa hari
atau minggu mulai merasakan tekanan sinus di wajah atau dahi karena produksi lendir yang
seharusnya keluar melalui KOM tidak dapat keluar karena sinus tersumbat. Penyebab timbulnya
sinusitis dalam salah satu dari tiga kategori besar anatomi misalnya patah tulang hidung, tumor
dan lain-lain. Genetis misalnya penyakit imunodefisi, asmatriad, dan lingkungan misalnya alergi
asap rokok, flu, polusi udara dan lain-lain. Penyakit sinusitis dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Sinusitis Akut
Gejala biasanya di dahului oleh infeksi salurin pernafasan atas (terutama pada anak kecil),
berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari. Gejala subyektif terbagi atas gejala
sistemamik yaitu demam dan rasa lesu. Serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat, cairan hidung
mengental yang kadang berbau dan dan mengalir ke naso faring (post nasal drip), halitosis, sakit
kepala yang berlebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena bahkan nyeri di
bagian tempat lain sekitas sinus.
2. Sinus Kronis
Sinusitis kronis berbeda dengan dinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar
disembuhkan dengan pengobatan medik saja. harus di cari penyebab dan faktor predisposisinya
(keadaan mudah terjangkit ileh penyakit). Populasi bahan kimia dan polusi dapat menyebabkan
silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan tersebut juga dapat
disebabkan oleh alergi, sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan memudahkan infeksi itu

menjadi kronis apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna. Adapun gejala yang
ditimbulkan di antaralnya hidung tersumbat, terasa tidak nyaman dan gatal di daerah
tenggorokan, pendengaran terganggu,nyeri atau sakit kepala, serta sering batuk dahkan terjadi
komplikasi bronkitis dan asma bronkhial.
Gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah wajah, serta
demam. Hampir 25% dari pasien sinusitis akan mengalami demam yang berhubungan dengan
sinusitis yang di derita. Gejala lainya berupa wajah pucat, perubahan warna cairan hidung,
hidung tersumbat, nyeri menelan, dan batuk. Beberapa pasien akan merasakan sakit kepala
bertambah hebat bila kepala di tundukkan ke depan. Pada sinusitis karena alergi maka penderita
juga akan mengalami gejala lain yang berhubungan dengan alerginya seperti gatal pada mata,
dan bersin-bersin.
Gejala lain yang di timbulkan oleh sinusitis adalah:
Rasa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung, dan diantara mata,
Sering sakit kepala
Demam
Berkurangnya indra penciuman
Batuk biasanya akan memburuk saat malam
Nafas berbau (halitosis)
Sakit gigi.
Gejala sinusitis pada anak-anak meliputi:
Flu atau penyakit pernafasan yang makin memburuk.
Demam tinggi disertai dengan adanya lendir yang berwarna gelap
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini untuk memenuhi tujuan-tujuan yang di harapkan dapat bermanfaat
bagi kalangan mahasiswa. Secara terperinci tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Bertujuan untuk memenuhi tugas TIK.
2. Membuat pembaca tahu akan penyakit sinusitis.
3. Menambah wawasan tentang jenis-jenis penyakit terutama pennyakit sinusitis.
4. Makalah ini juga dibuat agar pembaca dapat mengetaui cara mencegah dan ciri-ciri dari
penyakit sinusitis.
5. Serta bertujuan untuk mengetahui fungsi dari sinus itu sendiri.
1.3 Manfaat
1) Agar dapat memahami penyakit sinusitis secara menyeluruh.
2) Dapat memahami konsep dari penyakit sinusitis.
3) Dapat mengetahui lebih jauh penyakit sinusitis dari ciri-ciri, cara mencegah, gejala yang
ditimbulkan, dan cara penanganannya.
4) Mahasiswa mampu memahami dan membuat acuan keperawatan pada pasien penderita sinusitis.
5) Serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

BAB 2. KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi
Sinusitis merupakan salah satu penyakit atau kelainan pada sinus paranasal yang akhirakhir ini semakin meningkat. Dampak yang di timbulkan oleh penyakit ini bervariasi, mulai dari
yang ringan sampai dengan yang berat. Betapapun ringannya dampak yang ditimbulkan,
penyakit ini selalu menyebabkan penurunan kualitas kualitas hidup penderitanya. Sehingga akan
terjadi pula kerugian, baik yang dapat ternilai maupun yang tidak dapat ternilai harganya.
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukrosa atau selaput lendir sinus
paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyeabkan pembentukan ciran atau kerusakan tulang di
bawahnya. Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat pada tulang di wajah. Terdiri
dari sinus frontal (di dahi), sinus edmoid (pangkal hidung). Sinus maksila (di pipi kanan dan
kiri), sinus sfeniod (di belakang sinus edmoid).
Definisi sinusitis yang paling sederhana berasal dari bahasa latinnya. Akhiran umum
dalam dunia kedokteran itis berarti peradangan, karena itu sinusitis adalah suatu peradangan
sinus. Sinusitis adalah masalah sinus. Di dalam hidung kita terdapat empat pasang sinus yaitu:

Sinus Etmoidalis yang terletak di belakang jembatan hidung ,diantara kedua mata.

Sinus Maksilaris adalah sinus pipi.Sinus ini terletak di belakang tulang pipi,meluas dari tepat
dibawah mata hingga ke tepat di atas gigi atas.Akar gigi di rahang atas sering menonjol ke dalam
dasar sinus maksilaris,yang menjadi penyebab mengapa banyak orang yang menderita infeksi
sinus mengalami sakit gigi.Sinus maksilaris biasanya adalah sinus yang pertama kali terbentuk di
dalam rahim.Sinus maksilaris biasanya berbentuk segitiga dan berukuran kenari besar.

Sinus Frontalis adalah sinus dahi.Sinus ini terletak di dalam tulang frontal dahi.Dinding
belakang sinus frontalis sebenarnya membentuk tulang yang menutupi otak.Ukuran sinus
frontalis dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain.Menariknya 10% populasi tidak pernah
membentuk sinus frontalis dan kita tidak tahu alasannya.

Sinus Sfenoidalis dapat dianggap sebagai sinus dalam.Sinus ini terletak di bagian belakang
hidung,jauh di dalam tengkorak,terletak di bagian belakang hidung,jauh di dalam
tengkorak,terletak di lokasi di mana mata dan otak bertemu.
Didalam hidung kita juga mempunyai KOM atau kompleks Ostiomeatus yang merupakan
sebagai pintu pagar sempit,daerah sempit di meatus medius,tempat mengalirnya lendir dari sinus
ke hidung,tempat keluar masuknya cairan lendir atau udara ke dalam sinus.
Karena Di dalam sinus terdapat lendir,silia dan kelenjar.Sehingga ketika sinus yang sehat
tersumbat lendir akan mengalir balik dan pintu dari sinus (ostium) juga tersumbat dan silia
berhenti bergerak secara efektif,dan drainase dari sinus terhenti kemudian hidung mulai merasa
tersumbat,dan setelah beberapa hari atau minggu,mulai merasakan tekanan sinus di wajah atau di
dahi karena produksi lendir yang seharusnya keluar melalui KOM tidak dapat karena sinus
tersumbat.Penyebab timbulnya sinusitis,namun berbagai penyebab itu termasuk dalam salah satu
dari tiga kategori besar anatomis misalnya patah tulang hidung, polip hidung, tumor, genetis
misalnya penyakit imunodefisiensi,asma triad dll dan lingkungan misalnya alergi, asap rokok,
flu, dan polusi udara.
Penyakit sinusitis dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Sinusitis Akut
Gejala biasanya di dahului oleh infeksi salurin pernafasan atas (terutama pada anak kecil),
berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari. Gejala subyektif terbagi atas gejala
sistemamik yaitu demam dan rasa lesu. Serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat, cairan hidung
mengental yang kadang berbau dan dan mengalir ke naso faring (post nasal drip), halitosis, sakit

kepala yang berlebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena bahkan nyeri di
bagian tempat lain sekitas sinus.
2. Sinus Kronis
Sinusitis kronis berbeda dengan dinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar
disembuhkan dengan pengobatan medik saja. harus di cari penyebab dan faktor predisposisinya
(keadaan mudah terjangkit ileh penyakit). Populasi bahan kimia dan polusi dapat menyebabkan
silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan tersebut juga dapat
disebabkan oleh alergi, sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan memudahkan infeksi itu
menjadi kronis apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna. Adapun gejala yang
ditimbulkan di antaralnya hidung tersumbat, terasa tidak nyaman dan gatal di daerah
tenggorokan, pendengaran terganggu,nyeri atau sakit kepala, serta sering batuk dahkan terjadi
komplikasi bronkitis dan asma bronkhial.
2.2 Etiologi
Pada sinus akut yaitu :
1. Inveksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada salura pernafasan bagian atas
(misalnya rhinovirus, influenza, dan parainfluenza virus).
1) Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak
menimbulkan penyakit (misalnya streptococcus pnemouniae, haemophilus influenzae). Jika
sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi
virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
2) Infeksi Jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan,
contohnya aspergillus.
3) Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor. Septum nasi yang bengkok
dan tonilitis yang kronis.
Sedangkan pada Sinusitis akut yaitu:
1. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
2. Alergi.
3. Karies dentis (gigi geraham atas).
4. Septum nasiyang bengkok sehingga mengganggu aliran mucosa.
5. Benda asing dan sinus paranasal.
6. Sinus akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
7. Tumor di hidung dan sinus paranasal
2.3 Epedemiologi
Untuk memahami tentang sinusitis kronis maka perlu mengetahui mekanisme patofisiologi
sinusitis pada umumnya untuk mengetahui mekanisme patofisiologi sinusitis kronisumumnya,
untuk mengidentifikasi faktor risiko paling sering dikaitkan dengan onset, termasuk:
1. Perubahan pernapasan hidung (atresia choanal, hidung deviasi septum, benda asing, tumor,) dan
obstruksi ostia.;

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Infeksi pada saluran napas atas, sering dan berulang-ulang;


Cacat dalam transportasi mukosiliar;
Penyakit umum membuang-buang seperti diabetes, penyakit kolagen, sepsis, AIDS.
Penggunaan vasokonstriktor topikal, terutama pada remaja yang bermain olahraga dan wanita
hamil.
Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti mariyuana, kokain, lem.
Iritasi Homemade, seperti insektisida, deterjen dan cat.
Iritasi seperti asap rokok.
Iritasi di tempat kerja.

2.4 Patogenesis / Patofisiologi


Kesehatan sinus di pengaruhi oleh oatium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar
(mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan
zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk
bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa
yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat.
Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa di anggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan
biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, secret yang
terkumpul dalam dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri
secret menjadipurulen keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan
terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena faktor predisposisi), inflamasi berlanjut terjadi
hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa semakin membengkak dan ini merupakan
rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu
hipertrofi, polipoid ataau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin di perlukan
tindakan operasi. Klasifikasi dan mikrobiologi: consensus intermational tahun 1995 membagi
rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu.
Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu,subakut antara 4
minggu sampai 3 bulan dan kronikjika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab
rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat.
Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut sebagai penelitian, bacteri utama yang di temukan padasinusitis akut adalah
streptococus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis
(4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada sinusitis kronik . faktor
predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri
negative gram dan anaerob.
2.5 Manifestasi Klinis (Tandadan Gejala)
Gejala mayor dan gejala minor:
1. Nyeri, berat, dan tertekan pada wajah.
2. Hidung tersumbat.
3. Lendir pada hidung berwarna kuning atau kehijauan.
4. Nyeri gigi.
5. Gangguan membau.

6. Batuk.
7. Telinga terasa nyeri dan panas

Gejala sinusitis
Ada beberapa gejala yang terjadi disaat infeksi sinus kita mulai dengan tiga besar yang
dialami banyak orang nyeri dan tekanan nyeri, tumpu berdenyut (atau terasa berat). Tekanan
yang terjadi pada sinus terjadi akibat yang ditimbulkan oleh jaringan yang meradang pada ujungujung syaraf di dinding dalam sinus. Lokasi nyeri ini kerap kali khas untuk sinus yang terinfeksi
antara lain:
Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri dahi atau sakit kepala.
Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi yang mungkin menyebar ke gigi di rahang atas.
Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di antara mata atau di jembatan hidung.
Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri di belakang mata, puncak kepala, atau di sepanjang
tengkuk.
Terjadi kesulitan bernafas dan penyumbatan.
Kombinasi pembengkakan membran atau selaput hidung dan peningkatan pembentukan
lendir menyebabkan sulit bahakan mustahil bernafas melalui hidung. Penyumbatan ini dpat
mengenai satu atau kedua sisi hidung. Bagi sebagian penderita sinusitis istilah penyumbatan
merujuk bukan pada tersumbatnya pernafasan hidung melainkan perasaan penuh atau tersumbat
di wajah terutama pada bagian pipi. Sensai ini disebabkan oleh tersumbatnya sinus itu sendiri.
Jika ostium yang membengkak tertutup, membrane mukosa pada sinus akan menyerap oksigen,
menghasilkan tekanan negative, yang dapat menimbulkan sensasi penyumbatan wajah atau
bahkan nyeri.

2.6 Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic.
Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan
eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial. Kelainan orbita disebabkan oleh
sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering adalah sinusitis
etmoid, kemudian sinusitis frontal maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan
perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra,selulitis orbita, asbes
subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan
Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis
sinus kavernosus.
Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis berupa: osteomelitis dan abses
suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya di temukan pada anakanak . pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral fistula pada pipi. Kelainan
paru, seperti bronchitis kronik dan bronki ektasis. Adanya kelainan sinus paran asal disertai
dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis, selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya
asma bronchial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.
2.7 Pencegahan
Pencegahan merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari faktor penyebab
ataupun faktor resiko dari penyakit itu sendiri.
Pencegahan Primer

Atasi terlebih dahulu penyakit primer yang menjadi pemicunya jika yang bermasai adala gigi
geraham, maka kujingilah dokter gigi langganan anda untuk mendapatkan perawatan yang tepat
begitu juga dengan pemicu yang lain.
Setelah anda menyelesaikan masalah dengan pemicunya, anda dapat berkonsultasi dengan
dokter spesialis THT untuk memulai pengobatan sinusitis. Ada beberapa bentuk pengobatan
yang bisa anda lakukan pengobatan dengan obat-obatan antik biotik akan membantu mengatasi
sinusitis yang diakibatkan oleh infeksi kuman. Penggunaan obat anti biotik akan disesuaikan
dengan bakteri penyebab infeksi. Dari sekian banyak bakteri, ada lima jenis yang diketahui
paling sering menginfeksi rongga sinus. Kelima jenis tersebut diantaranya haemophilus
influenzae, staphylococcus aureus, stephylococcus pneumoniae, steplococcus pyogenes, dan
moraxella catarrhalis.
Untuk melonggarkan hidung yang tersumbat, anda bisa menggunakan dekongestan. Obat ini
tersedia dalam dua bentuk, yaitu obat tetes atau semprot, dan obat topikal. Sedangkan jika anda
kesulitan mengeluarkan lendir di hidung maka anda memerlukan bantuan obat-obatan mukolitik
seperti bromhexine. Tapi, pastikan anda berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter sebelum
menggunakannya.
Saat sinusitis tak memberi respon positif terhadap obat-obatan yang anda gunakan, maka anda
memerlukan proses drainase. Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan lendir yang menumpuk di
dalam rongga sinus. Sementara itu, untuk para penderita alergi, anda juga akan memerlukan
antihistamin.

Pencegahan Sekunder
Istirahat yang cukup untuk membantu tubuh melawan infeksi.
Minum banyak cairan seperti air atau jus. Akan membantu mencairkan sekresi mukosa dan
meningkatkan graenase.
Uapi sinus dengan menggantungkan handuk di kepala saat anda menghirup uap dari semangkuk
air panas.
Beri kompres hangat ke wajah dan tempelkan handuk hangat di sekitar pipi, hidung, dan mata
untuk meringankan rasa sakit pada wajah.
Hindari asap rokok dan polusi udara karena dapat mengiritasi saluran hidung.
Tidur dengan kepala di tinggikan untuk menguras sinus dan mengurangi sumbatan.
Pencegahan Tersier
Istirahat yang cukup minum banyak cairan serta menghindari asap rokok dan polusi udara
Untuk penderita alergi akan memerlukan antihistamin dan penangan lebih jauh dari dokter.
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan terapi sinusitis ialah:
1. Mempercepat penyembuhan.
2. Mencegah komplikasi.
3. Mencegah perubahan menjadi kronik.
Prinsip pengobatan ialah membuka di KOM sehingga drenase dan ventilasi sinus-sinus
pulih secara alami.antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut
bacterial,untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan
ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika

diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan
amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic yang sesuai
untuk kuman negative gram dan anaerob.
Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti
analgetik,mukolitik,teroidoral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCi atau pemanasan
(diatemi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan
secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2
irigasi sinus maksila atau proetz displa cement therapy juga merupakan terapi tambahan yang
bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang
berat.
Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)merupakan operasi
terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukanoperasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir
semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan
ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa:sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi
adekuat;sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible;polip ekstensif, adanya
komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
2.9 Prognosis
Prognosis dari sinusitis biasanya sembuh tanpa pengobatan khusus. Kekembuhan adalah
umum, kesembuhan klinis sangat sulit meskipun kursus berulang dan operasi sinus. Pasien
biasanya datang dengan penyakit lanjut. Proknosis buruk, terutama dalam kasus otak atau kronis.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sinusitis adalah penyakit yang di daerah sinus. Sinus itu sendiri rogga udara yang
terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah
untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran udara di daerah hidung.Sinusitis
merupakan salah satu penyakit atau kelainan pada sinus paranasal yang akhir-akhir ini semakin
meningkat. Dampak yang di timbulkan oleh penyakit ini bervariasi, mulai dari yang ringan
sampai dengan yang berat. Betapapun ringannya dampak yang ditimbulkan, penyakit ini selalu
menyebabkan penurunan kualitas kualitas hidup penderitanya. Sehingga akan terjadi pula
kerugian, baik yang dapat ternilai maupun yang tidak dapat ternilai harganya.
Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :

Sinus Etmoidalis yang terletak di belakang jembatan hidung, di antara kedua mata.

Sinus Maksilaris adalah sinus pipi, sinus ini terletak di belakang tilang pipi, meluas dari
tempat di bawah mata hingga ke tepat di atas gigi atas. Akar gigi di rahang atas sering
menonjol ke dalam dasar sinus maksilaris, yang menjadi penyebab mengapa banyak
orang yang menderita infeksi sinus mengalami sakit gigi. Sinus maksilaris biasanya
adalah sinus yang pertama kali terbentuk di dalam rahim. Sinus maksilaris biasanya
berbentuk segitiga dan berukuran seperti kenari besar.

Sinus frontalis adalah sinus dahi. Sinus ini terletak di dalam tulang frontal dahi. Dinding
belakang sinus frontalis sebenarnya membentuk tulang yang menutupi otak.

Sinus sfenoidalis dapat di anggap sebagai sinus dalam. Sinus ini terletak di bagian
hidung, jauh dari dalam tengkorak, terletak di bagian belakang hidung, dan di lokasi
dimana mata dan otak bertemu.
Untuk mencegah penyakit sinusitis secara dini kita hanya perlu berolah raga secara
teratur khususnya setelah waktu subuh dimana udara pagi saat itu masih jernih dan bersih.
Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan mengeluarkannya secara
perlahan-lahan. Sehingga daerah sinus menjadi lebih bersih.

ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit
kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan,
batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum dan keletihan.
Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat
menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut
adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit
yang timbul bersamaan.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
2. Nyeri b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi.
3. Gangguan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas akibat infeksi atau
pembengkakan.
4. Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang berkaitan
dengan demam.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan
pengobatannya.

III. Intervensi

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
Tujuan:
Potensi
jalan
napas
dengan
cairan
sekret
mudah
dikeluarkan.
Intervensi:
1) Tingkatkan masukan cairan. Tawarkan air hangat daripada dingin.
R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
2) Ciptakan lingkungan yang lembab dengan vaporizer ruangan atau menghirup uap.
R/ Mengencerkan sekresi dan mengurangi inflamasi membran mukosa.
3) Instruksikan posisi yang terbaik, mis: posisi tegak.
R/ Meningkatkan drainase dari sinus.
2. Nyeri b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi.
Tujuan:
Nyeri
teratasi
atau
berkurang.
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.
R/ Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri dan alat untuk evaluasi keefektifan
analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
2) Catat lokasi dan faktor-faktor pencetus nyeri.
R/ Membantu dalam menentukan penanganan/manajemen nyeri dan keefektifan asuhan.
3) Sarankan pasien untuk istirahat.
R/ Membantu menghilangkan rasa tidak nyaman umum atau demam.
4) Dorong pasien untuk menggunakan analgesik, seperti asetaminofen (Tylenol) dengan kodein,
sesuai yang diresepkan.
R/ Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari puncak periode nyeri dan
kenyamanan/koping emosi.
3. Gangguan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas akibat infeksi atau pembengkakan.
Tujuan:
Menyatakan
kebutuhan
dalam
cara
yang
efektif.
Intervensi:
1) Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain, contoh pendengaran,
penglihatan, literasi.
R/ Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
2) Berikan cara-cara yang cepat dan kontinu untuk memanggil perawat, contoh lampu/bel
pemanggil.
R/ Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespon terhadap
panggilan.
3) Berikan pilihan cara berkomunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien, mis:papan dan pensil,
magic slate, papan alfabet/gambar, bahasa isyarat.
R/ Memungkinkan pasien untuk menyatakan kebutuhan/masalah.
4) Instruksikan pasien untuk tidak berbicara / menghindari pembicaraan sedapat mungkin.
R/ Regangan pita suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna.
4. Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang berkaitan
dengan demam.
Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, mis:
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
Intervensi:
1) Kaji perubahan tanda vital, contoh: peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia,
hipotensi ortostatik.

R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan


melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan
cairan sistemik.
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin
kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
3) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Waspadai kehilangan yang tak tampak.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.
4) Anjurkan pasien untuk minum 2 sampai 3 liter cairan sehari (kecuali ada kontraindikasi).
R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan
pengobatannya.
Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi:
1) Berikan penjelasan pada pasien tentang proses penyakitnya.
R/ Menambah pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya.
2) Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.
R/ Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat menimbulkan infeksi saluran
napas atas.
3) Instruksikan pasien tentang pentingnya tindakan kesehatan yang baik, diet yang bergizi,
olahraga yang sesuai, istirahat serta tidur yang cukup.
R/ Mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi kerentanan terhadap infeksi pernapasan.
4) Instruksikan pasien tentang cara mencegah infeksi silang pada anggota keluarga ataupun
orang lain.
R/ Mencegah penyebaran infeksi.
IV. Evaluasi
1. Potensi jalan napas dengan cairan sekret mudah dikeluarkan.
2. Nyeri teratasi atau berkurang.
3. Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif.
4. Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, mis:
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
5. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Sumber Dari: http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatansinusitis.html#ixzz4Qwxe0w6w
. KONSEP DASAR

1. Definisi
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal.
Sinus merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari
membran mukosa.
2. Etiologi

Sinusitis
akut
Penyebabnya dapat virus, bakteri, atau jamur. Menurut Gluckman, kuman penyebab
sinusitis akut tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae
yang ditemukan pada 70% kasus.

Dapat disebabkan rinitis akut; infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut; infeksi
gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1, P2; berenang dan menyelam; trauma; dan
barotrauma.
Faktor predisposisi obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung, tumor, atau
polip. Juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan, udara dingin dan kering.

Sinusitis
kronik
Polusi bahan kimia, alergi, dan defisiensi imunologik menyebabkan silia rusak, sehingga
terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah terjadinya infeksi.
Terdapat edema konka yang mengganggu drainase sekret, sehingga silia rusak, dan
seterusnya. Jika pengobatan pada sinusitis akut tidak adekuat, maka akan terjadi infeksi
kronik.

3. Manifestasi Klinik
Keluhan utama dari pasien bervariasi, akan tetapi semuanya berkaitan dengan nyeri dan tekanan
pada sinus yang disertai dengan sakit kepala.

Pada sinusitis akut, pasien akan mengalami nyeri yang amat sangat dan sifatnya menetap.

Pada sinusitis kronis, sering tidak nyeri dan sifatnya bisa menetap atau bisa juga hilang
timbul (intermiten). Tekanan dan nyeri yang dirasa akan semakin memberat dalam 3-4
jam setelah bangun tidur, karena akumulasi eksudasi pada sinus. Gejala lainnya
menunjukkan adanya demam, sakit tenggorokan, postnasal drips, dan aliran sekret dari
nasal.

4. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa meliputi pemeriksaan dengan menggunakan transiluminasi yaitu dengan cara lampu
senter yang menyala ditempelkan diatas sinus maksila dengan mulut dalam keadaan tertutup

untuk mengamati cahaya terang pada ruangan sinus yang normal karena sinus normal hanya
terisi udara. Apabila ditemukan daerah yang gelap menandakan adanya sekresi purulen dan
penyumbatan sinus. Pemeriksaan dengan sinar-X pada sinus dan endoskopi nasal juga bisa
dilakukan, akan tetapi ini lebih jarang dilakukan, kecuali pasien memiliki penyakit kronis dan
berulang.
Tomografi komputer diindikasikan untuk evaluasi sinusitis kronik yang tidak membaik dengan
terapi, sinusitis dengan komplikasi, evaluasi preoperatif, dan jika ada dugaan keganasan.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih baik daripada tomografi komputer dalam resolusi
jaringan lunak dan sangat baik untuk membedakan sinusitis karena jamur, neoplasma, dan
perluasan intrakranialnya, namun resolusi tulang tidak tergambar baik dan harganya mahal.
5. Penatalaksanaan

Sinusitis
akut
Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi
mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah
amoksisilin dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah
trimetoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda) (Bactrim DS, Spetra DS). Dekongestan
oral atau topikal dapat saja diberikan. Kabut dihangatkan atau diirigasi salin juga dapat
efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainase rabas
purulen. Dekongestan oral yang umum adalah Drixoral dan Dimetapp. Dekongestan
topikal yang umum diberikan adalah Afrin dan Otrivin. Dekongestan topikal harus
diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang untuk meningkatkan drainase
maksimal. Jika pasien terus menunjukkan gejala setelah 7-10 hari, maka sinus perlu
diirigasi.

Sinusitis kronisPenatalaksanaan medis sinusitis kronik sama seperti penatalaksanaan


sinusitis akut. Pembedahan diindikasikan pada sinusitis kronis untuk memperbaiki
deformitas struktural yang menyumbat ostia (ostium) sinus. Pembedahan dapat mencakup
eksisi atau kauterisasi polip, perbaikan penyimpangan septum, dan menginsisi serta
mendrainase
sinus.
Sebagian pasien dengan sinusitis kronis parah mendapat kesembuhan dengan cara pindah
ke daerah dengan iklim yang kering.

Sumber Dari: http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatansinusitis.html#ixzz4Qwz7zORF

Anda mungkin juga menyukai