Panduan Tatalaksana DUB
Panduan Tatalaksana DUB
Panduan Tatalaksana DUB
Editor :
dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K)
dr. Budi Wiweko, SpOG
Kontributor:
Prof. dr. Djaswadi, MPH, PhD, SpOG(K)
dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K)
dr. Hendy Hendarto, SpOG(K)
dr. Tono Djuwantono, SpOG(K)
dr. Muharam, SpOG(K)
dr. Kanadi Sumapraja, SpOG, MSc
dr. Budi Wiweko, SpOG
Daftar Isi
Daftar Isi
1.
Kata pengantar.......................................................................................................... i
2.
3.
4.
Definisi...................................................................................................................... 1
5.
Patofisiologi............................................................................................................... 1
6.
7.
8.
Anamnesis................................................................................................................ 3
9.
Pemeriksaan ............................................................................................................ 3
10.
11.
Pemeriksaan penunjang........................................................................................... 5
12.
13.
14.
Manajemen............................................................................................................... 8
15.
16.
17.
Perdarahan ireguler.................................................................................................. 10
18.
19.
Menoragia................................................................................................................. 13
20.
Algoritma menoragia................................................................................................. 14
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Kata Pengantar
Kata Pengantar
Terima kasih.
Wassalam,
HIFERI POGI
Salah satu tujuan terbitnya buku ini yang disusun oleh para anggota HIFERIPOGI yang berdedikasi adalah sebagai suatu sumbangan ilmu, transfer
of knowledge bagi para dokter pada semua strata yang diharapkan dapat
memanfaatkannya.
ii
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
PUD:
PKK:
AKDR:
DMPA:
IMT:
SOPK:
USG:
TV:
TR:
BT-CT:
PT:
aPTT:
DHEAS:
SIS:
D&K:
IVA:
EEK:
LNG IUS:
GnRH:
AINS:
TSH:
PG:
iii
Daftar Singkatan
Daftar singkatan
Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun pada
siklus tidak berovulasi.
Siklus berovulasi
Perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus
lokal di endometrium.
Perdarahan tidak teratur dan siklus haid memanjang disebabkan oleh gangguan
tidak mendapat aliran darah yang cukup kemudian mengalami iskemia dan
ekslusionam.
darah haid > 1 tampon per jam dan atau disertai dengan gangguan hipovolemik.
perdarahan haid yang lama (> 12 hari), perdarahan antara 2 siklus haid dan pola
perdarahan lain yang ireguler. Pasien usia perimenars yang mengalami gangguan
haid tidak dimasukkan dalam kelompok ini karena kelainan ini terjadi akibat belum
atau lamanya > 7 hari pada siklus yang teratur. Bila perdarahannya terjadi > 12
C. Perdarahan akut
dan banyak
D. Perdarahan
ireguler
E. Menoragia
F. Perdarahan
karena efek samping
kontrasepsi
F. Pil kontrasepsi
kombinasi (PKK)
F. Suntikan DMPA
F. AKDR
2
E. Perdarahan karena efek samping kontrasepsi dapat terjadi pada pengguna PKK,
suntikan depo medroksi progesteron asetat (DMPA) atau AKDR. Perdarahan pada
pengguna PKK dan suntikan DMPA kebanyakan terjadi karena proses perdarahan
sela. Infeksi Chlamydia atau Neisseria juga dapat menyebabkan perdarahan pada
Anamnesis
Pada pasien yang mengalami PUD, anamnesis perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Keluhan dan gejala
Masalah
Nyeri pelvik
Abortus, kehamilan
ektopik
Hamil
Hipotiroid
terhadap dingin
Penurunan berat badan, banyak keringat, palpitasi
Hipertiroid
Koagulopati
Penyakit hati
(SOPK)
endoserviks
Tumor hipofisis
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk:
Menilai:
Tanda-tanda hiperandrogen
Menyingkirkan:
Servisitis, endometritis
Hiperplasia endometrium
Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan Pap
smear dan harus disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia
endometrium atau keganasan.
Pemeriksaan penunjang
Primer
Laboratorium
Pemeriksaan
Penunjang
Sekunder
Hb
Tes kehamilan
urin
USG
Penilaian
endometrium
Penilaian
serviks (bila ada
patologi)
Darah lengkap
Hemostasis (BTCT, lainnya sesuai
fasilitas)
Prolaktin
Tiroid (TSH, FT4)
DHEAS, Testosteron
Hemostasis (PT,
aPTT, fibrinogen,
D-dimer)
USG transabdominal
USG transvaginal
SIS
USG transabdominal
USG transvaginal
SIS
Doppler
Mikrokuret
D&K
Mikrokuret / D&K
Histeroskopi
Endometrial sampling
(hysteroscopy guided)
Pap smear
IVA
Tersier
Pap smear
Kolposkopi
Keterangan:
aPTT = activated partial tromboplastin time, BT-CT = bleeding time-clotting time,
DHEAS = dehidroepiandrosterone sulfat, D&K = dilatasi dan kuretase, FT4 = free T4,
Hb = hemoglobin, PT = protrombin time, TSH = thyroid stimulating hormone, USG =
ultrasonografi, SIS = saline infusion sonography, IVA = inspeksi visual asam asetat
uterus abnormal meliputi PUD dan perdarahan lain yang disebabkan oleh kelainan
organik.
C. Pada wanita usia reproduksi, kehamilan merupakan kelainan pertama yang harus
fungsi hemostasis perlu dilakukan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gejala dan tanda yang mendukung (rekomendasi C). Bila terdapat
F. Bila tidak terdapat kelainan sistemik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
ditanyakan adanya riwayat hasil pemeriksaan pap smear yang abnormal atau
G. Bila tidak terdapat kelainan sistemik dan saluran reproduksi maka gangguan haid
lebih lanjut dengan USG transvaginal atau saline infusion sonography (SIS).
pada kavum uteri (rekomendasi A). Sedangkan tindakan SIS diperlukan bila
L. Bila dijumpai massa di saluran reproduksi maka dilanjutkan dengan tata laksana
operatif.
M. Diagnosis infeksi ditegakkan bila pada pemeriksaan bimanual uterus teraba kaku
dan nyeri. Pada kondisi ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Chlamydia
selama 10 hari
6
A. Perdarahan uterus
abnormal
C. Kehamilan
Tidak
Ya
C. Tata laksana
kehamilan
D. Penyebab iatrogenik
Tidak
Ya
E. Kelainan sistemik
Tidak
F. Patologi saluran
reproduksi
E. Medikamentosa
Ya
I. Displasia
serviks
I.
Kolposkopi
J. Polip
endoserviks
K. Massa di uterus
atau adneksa
Tidak
G. PERDARAHAN UTERUS
DISFUNGSIONAL
M. Servisitis atau
endometritis
M. Antibiotika
J. Polipektomi
L. Operatif
Manajemen
Emergensi
(Hb < 10,
hemodinamik
tidak stabil)
Primer
Sekunder
Pasang iv line
resusitasi
cairan dengan
RL rujuk
Transfusi bila Hb
< 7.5
EEK 4x2.5 mg
(bila tidak berhenti
dalam waktu 24 jam,
lakukan D&K, harus
ada persetujuan
pada nona)
Stop perdarahan
PKK 4x1 4d
PKK 3x1 3d
PKK 2x1 2d
PKK 1x1 21d
Tersier
Medikamentosa
- GnRH agonis
- LNG IUS
- Danazol
Operatif
- D&K
- Ablasi
- Histerektomi
As. traneksamat
3x1 g
AINS 3x500mg
Manajemen
Follow up
- regulasi haid
- PKK
- Progestin siklik
- ingin hamil
tata laksana
infertilitas
tata laksana
infertilitas
- risiko
tinggi kanker
endometrium
D&K (bila
dijumpai
hiperplasia atipik
histerektomi)
hiperplasia non
atipik progestin
siklik
ablasi endometrium
- gagal
medikamentosa
histerektomi
ablasi endometrium
- ingin stop
haid
- LNG IUS
- GnRH agonis
- Danazol
ablasi endometrium
Keterangan:
AINS = anti inflamasi non steroid, D&K = dilatasi dan kuretase, EEK = estrogen ekuin
konyugasi, LNG-IUS = levonorgestrel intra uterine system, PKK = pil kontrasepsi
kombinasi
8
D. Stop perdarahan dengan EEK 2.5 mg per oral setiap 4-6 jam (rekomendasi B),
mengatasi mual. Asam traneksamat 3 x 1 gram dapat diberikan bersama EEK. Bila
E. Jika perdarahan tidak berhenti dalam 12-24 jam, lakukan dilatasi dan kuretase
F. Jika perdarahan berhenti dalam 24 jam, lanjutkan dengan PKK 4 kali 1 tablet
perhari (4 hari), 3 kali 1 tablet perhari (3 hari), 2 kali 1 tablet perhari (2 hari)
dan 1 kali 1 tablet sehari (3 minggu), kemudian stop 1 minggu, dilanjutkan PKK
G. Jika terdapat kontraindikasi PKK, berikan progestin selama 14 hari kemudian stop
agonis dapat diberikan bersamaan dengan pemberian PKK untuk stop perdarahan
(rekomendasi A). GnRH agonis diberikan 2-3 siklus dengan interval 4 minggu.
H. Ketika hemodinamik pasien stabil, perlu upaya diagnostik untuk mencari penyebab
B), periksa darah perifer lengkap (DPL) (rekomendasi C) dan fungsi hemostasis
(hitung trombosit, PT, aPTT dan TSH) (rekomendasi C). Tindakan SIS dapat
Hipotensi ortostatik atau hemoglobin < 10 g / dl atau perdarahan aktif & banyak
Tidak
Ya
A. Rawat inap
B. Rawat jalan
D. EEK 2.5 mg, oral setiap 6 jam,
ditambah prometasin 25 mg
oral. Asam traneksamat 3 x
1 gram diberikan bersamaan
dengan EEK.
E. D&K jika perdarahan masih
berlangsung dalam 12-24 jam.
F. Setelah perdarahan akut
berhenti, diberikan PKK 4x1
tab (4 hari), 3x1 tab (3
hari), 2x1 tab (2 hari)
dan 1x1 tab, 3 minggu
dan 1 minggu bebas
PKK. PKK siklik selama
3 bulan.
G. Jika terdapat kontra indikasi
PKK dapat diberikan progestin
selama 14 hari, kemudian stop
14 hari. Ulangi 3 bulan.
H. USG transvaginal / transrektal,
TSH, DPL, PT, aPTT.
I. Tablet hematinik 1x1 tab.
Perdarahan ireguler
A. Yang termasuk dalam perdarahan ireguler adalah metroragia, menometroragia,
oligomenore, perdarahan haid yang lama (> 12 hari), perdarahan antara 2 siklus
10
B. Pemeriksaan hormon tiroid dan prolaktin perlu dilakukan terutama pada keadaan
C. Pada wanita usia > 35 tahun atau dengan risiko tinggi keganasan endometrium
endometrium.
menoragia (rekomendasi A), jika pasien mengeluh nyeri dapat ditambahkan asam
infertilitas.
F. Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat diberikan terapi hormonal dengan
G. Bila tidak dijumpai kontra indikasi, dapat diberikan PKK selama 3 bulan
(rekomendasi A).
H. Bila dijumpai kontra indikasi dapat diberikan preparat progestin selama 14 hari,
kemudian stop 14 hari. Hal ini diulang sampai 3 bulan siklus (rekomendasi A).
keinginan pasien.
K. Bila keluhan tidak berkurang, lakukan pemberian PKK atau progestin dosis
tinggi (naikkan dosis setiap 2 hari sampai perdarahan berhenti atau dosis
sindrom pra haid. Lakukan pemeriksaan ulang dengan USG TV atau SIS
banyak dapat ditawarkan setelah memberikan informed consent yang jelas pada
pasien. Pada uterus dengan ukuran < 10 minggu tindakan ablasi endometrium
11
A. Perdarahan ireguler
Ya
C. Biopsi endometrium,
USG TV
Tidak
D. Asam traneksamat 3 x1 g, tambahkan asam
mefenamat 3 x 500 mg, bila ada nyeri
E. Ingin hamil ?
Ya
E. Tata laksana
infertilitas
Tidak
F. Kontra indikasi PKK
Ya
Tidak
I. Perdarahan berkurang
Ya
Tidak
12
Menoragia
A. Menoragia merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah darah haid > 80 cc
atau lamanya > 7 hari pada siklus yang teratur. Bila perdarahannya terjadi > 12 hari
B. Pemeriksaan fungsi tiroid dilakukan bila didapatkan gejala dan tanda hipotiroid
Pemeriksaan USG transvaginal atau SIS terutama dapat dilakukan untuk menilai
endometrium. Dapat dimulai pada hari apa saja, selanjutnya pada hari pertama
I. Jika pasien memiliki kontra indikasi terhadap PKK maka dapat diberikan preparat
progestin siklik selama 14 hari diikuti dengan 14 hari tanpa obat. (rekomendasi A)
J. Jika setelah 3 bulan, respons pengobatan tidak adekuat dapat dilakukan penilaian
K. Jika dengan USG TV atau SIS didapatkan polip atau mioma submukosum segera
L. Jika hasil USG TV atau SIS didapatkan ketebalan endometrium > 10 mm, lakukan
B)
N. Jika hasil pemeriksaan USG TV dan SIS menunjukkan hasil normal atau terdapat
kelainan tetapi tidak dapat dilakukan terapi konservatif maka dilakukan evaluasi
O. Jika pasien sudah tidak menginginkan fungsi reproduksi dapat dilakukan ablasi
reproduksi anjurkan pasien untuk mencatat siklus haidnya dengan baik dan
memantau kadar Hb
13
A. Menorragia
C. Memerlukan kontrasepsi
Ya
Tidak
D. Asam traneksamat 3 x1 g,
tambahkan asam mefenamat 3 x
500 mg, bila ada nyeri
Tidak
H. PKK 3 siklus
N. Normal atau
abnormal dan tidak
bisa dilakukan terapi
konservatif
Tidak
I. Progestin
selama 14 hari, kemudian stop
selama 14 hari. Ulang selama 3
siklus. Tawarkan LNG IUS
J. Respon tidak
adekuat
K. USG transvaginal
atau SIS
P. Catat siklus
menstruasi
Monitor Hb
Ya
O. Fungsi
reproduksi komplit
Ya
O. Pertimbangkan
ablasi endometrium
atau histerektomi
14
K. Polip
atau mioma
submukosum
L. Hiperplasia
endometrium (tebal
endometrium > 10)
mm)
M. Adenomiosis
K. Pertimbangkan
reseksi dengan
histeroskopi
L. Pengambilan
sampel
endometrium
M.
Pertimbangkan
MRI, progestin,
LNG IUS,
leuprolide atau
histerektomi
C. Jika perdarahan sela terjadi dalam 3 bulan pertama maka penggunaan PKK
D. Jika pasien tidak ingin melanjutkan PKK atau perdarahan menetap > 3 bulan
F. Jika perdarahan abnormal menetap lakukan TVS, SIS atau histeroskopi untuk
I. Singkirkan kehamilan.
J. Jika tidak hamil, naikkan dosis estrogen atau lanjutkan pil yang sama.
menoragia.
lanjutkan ke E.
lanjutkan ke E.
15
A. Menoragia
B. Perdarahan sela
(breakthrough bleeding)
Algoritma Menoragia
C. 3 bulan pertama
penggunaan PKK
H. Catat siklus
I. Singkirkan kehamilan
G. Setelah 3 bulan
pertama penggunaan PKK
J. Naikkan dosis estrogen
atau lanjutkan pil yang
sama
C. Penggunaan PKK
dilanjutkan, catat siklus
haid
D. Pasien tidak ingin
melanjutkan PKK atau
perdarahan menetap > 3 bulan
D. Jika usia pasien > 35 tahun dan memiliki risiko tinggi keganasan endometrium,
E. Biopsi endometrium.
F. Jika dalam 4-6 bulan pertama pemakaian kontrasepsi, lanjutkan ke G. Jika tidak
lanjutkan ke I.
16
I. Berikan estrogen jangka pendek (EEK 4 x 1.25 mg / hari selama 7 hari) yang
Tidak
E. Biopsi endometrium
Ya
G. - lanjutkan kontrasepsi
- ganti dengan PKK
- suntik DMPA setiap 2 bulan
(khusus akseptor DMPA)
Tidak
H. Perdarahan berlanjut setelah 6
bulan
17
pengguna AKDR dapat disebabkan oleh endometritis. Jika tidak ada perbaikan,
C. Jika tidak dijumpai rasa nyeri dan AKDR digunakan dalam 4-6 bulan pertama,
D. Lanjutkan penggunaan AKDR, jika perlu dapat ditambahkan AINS. Jika setelah
Tidak
Ya
Tidak
F. Jika perdarahan
abnormal menetap,
angkat AKDR. Pada
pasien berusia > 35
tahun lakukan biopsi
endometrium
18
19
HORMONAL
(A). Estrogen
Sediaan ini digunakan pada kejadian perdarahan akut yang banyak. Sediaan yang
digunakan adalah EEK, dengan dosis 2.5 mg per oral 4x1 dalam waktu 48 jam.
Pemberian EEK dosis tinggi tersebut dapat disertai dengan pemberian obat anti-emetik
seperti promethazine 25 mg per oral atau intra muskular setiap 4-6 jam sesuai dengan
kebutuhan. Mekanisme kerja obat ini belum jelas, kemungkinan aktivitasnya tidak
terkait langsung dengan endometrium. Obat ini bekerja untuk memicu vasospasme
pembuluh kapiler dengan cara mempengaruhi kadar fibrinogen, faktor IV, faktor X ,
proses agregasi trombosit dan permeabilitas pembuluh kapiler. Pembentukan reseptor
progesteron akan meningkat sehingga diharapkan pengobatan selanjutnya dengan
menggunakan progestin akan lebih baik. Efek samping berupa gejala akibat efek
estrogen yang berlebihan seperti perdarahan uterus, mastodinia dan retensi cairan.
(B). PKK
Perdarahan haid berkurang pada penggunaan pil kontrasepsi kombinasi akibat
endometrium yang atrofi. Dosis yang dianjurkan pada saat perdarahan akut adalah
4 x 1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3 x 1 tablet selama 3 hari, dilanjutkan
dengan 2 x 1 tablet selama 2 hari, dan selanjutnya 1 x 1 tablet selama 3 minggu.
Selanjutnya bebas pil selama 7 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian pil
kontrasepsi kombinasi paling tidak selama 3 bulan. Apabila pengobatannya ditujukan
untuk menghentikan haid, maka obat tersebut dapat diberikan secara kontinyu, namun
dianjurkan setiap 3-4 bulan dapat dibuat perdarahan lucut. Efek samping dapat berupa
perubahan mood, sakit kepala, mual, retensi cairan, payudara tegang, deep vein
thrombosis, stroke dan serangan jantung.
(C). Progestin
Obat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen serta akan
mengaktifkan enzim 17-hidroksi steroid dehidrogenase pada sel-sel endometrium,
sehingga estradiol akan dikonversi menjadi estron yang efek biologisnya lebih rendah
dibandingkan dengan estradiol. Meski demikian penggunaan progestin yang lama
dapat memicu efek anti mitotik yang mengakibatkan terjadinya atrofi endometrium.
Progestin dapat diberikan secara siklik maupun kontinyu. Pemberian siklik diberikan
selama 14 hari kemudian stop selama 14 hari, begitu berulang-ulang tanpa
memperhatikan pola perdarahannya.
20
Apabila perdarahan terjadi pada saat sedang mengkonsumsi progestin, maka dosis
progestin dapat dinaikkan. Selanjutnya hitung hari pertama perdarahan tadi sebagai
hari pertama, dan selanjutnya progestin diminum sampai hari ke 14. Pemberian
progestin secara siklik dapat menggantikan pemberian pil kontrasepsi kombinasi
apabila terdapat kontra-indikasi (misalkan : hipersensitivitas, kelainan pembekuan
darah, riwayat stroke, riwayat penyakit jantung koroner atau infark miokard, kecurigaan
keganasan payudara ataupun genital, riwayat penyakit kuning akibat kolestasis, kanker
hati). Sediaan progestin yang dapat diberikan antara lain MPA 1 x 10 mg, noretisteron
asetat dengan dosis 2-3 x 5 mg, didrogesteron 2 x 5 mg atau nomegestrol asetat 1 x 5
mg selama 10 hari per siklus.
Apabila pasien mengalami perdarahan pada saat kunjungan, dosis progestin dapat
dinaikkan setiap 2 hari hingga perdarahan berhenti. Pemberian dilanjutkan untuk
14 hari dan kemudian berhenti selama 14 hari, demikian selanjutnya berganti-ganti.
Pemberian progestin secara kontinyu dapat dilakukan apabila tujuannya untuk
membuat amenorea. Terdapat beberapa pilihan, yaitu :
Efek samping : peningkatan berat badan, perdarahan bercak, rasa begah, payudara
tegang, sakit kepala, jerawat dan timbul perasaan depresi.
(D). Androgen
Danazol adalah suatu sintetik isoxazol yang berasal dari turunan 17a-etinil testosteron.
Obat tersebut memiliki efek androgenik yang berfungsi untuk menekan produksi
estradiol dari ovarium, serta memiliki efek langsung terhadap reseptor estrogen di
endometrium dan di luar endometrium. Pemberian dosis tinggi 200 mg atau lebih per
hari dapat dipergunakan untuk mengobati PUD.
Efek samping : peningkatan berat badan, kulit berminyak, jerawat, perubahan suara.
(E). Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH) agonist
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi konsentrasi reseptor GnRH pada hipofisis
melalui mekanisme down regulation terhadap reseptor dan efek pasca reseptor,
yang akan mengakibatkan hambatan pada penglepasan hormon gonadotropin.
21
Pemberian obat ini biasanya ditujukan untuk membuat penderita menjadi amenorea.
Dapat diberikan leuprolide acetate 3.75 mg intra muskular setiap 4 minggu, namun
pemberiannya dianjurkan tidak lebih dari 6 bulan. Apabila pemberiannya melebihi 6
bulan, maka dapat diberikan tambahan terapi estrogen dan progestin dosis rendah
(add back therapy). Efek samping: keluhan-keluhan mirip wanita menopause (misalkan
hot flushes, keringat yang bertambah, kekeringan vagina), osteoporosis (terutama
tulang-tulang trabekular apabila penggunaan GnRH agonist lebih dari 6 bulan).
22
23
Daftar Bacaan
1. The Royal College of Obstetricians and Gynecologist. The management of heavy menstrual
bleeding ; 2007
2. The Royal College of Obstetricians and Gynecologist. The initial management of menorrhagia
; 1999
3. Behera M, Elia G, Price, T, Queenan J. Dysfunctional uterine bleeding. eMedicine, June
2006.
4. Vilos G, Lefebvre G, Allaire C, Fortier M, Gilliland B, Jeffrey J, Murdock W, Fredericton.
Guidelines for the management of abnormal uterine bleeding. J Soc Obstet Gynecol Can,
2001 ; 106 : 1 6
5. Munro M. Dysfunctional uterine bleeding. Curr Op in Obstet Gynecol 2001 ; 13 : 475 89
6. Ely J, Kennedy C, Clark E, Browdler C. Abnormal uterine bleeding: a management algorithm.
J Am Board Fam Med 2006 ; 19 : 590 602
7. Schrager S. Abnormal uterine bleeding associated with hormonal contraception. J Am Fam
Physician 2002 ; 65 : 2073 80
8. Albers J, Hull S, Wesley R. Abnormal uterine bleeding. J Am Fam Physician 2004 ; 69 : 1915
26
9. The Royal College of Obstetricians and Gynecologist. The management of menorrhagia in
secondary care ; 1999
10. Walden M. Primary care management of dysfunctional uterine bleeding. JAAPA 2006 ; 19 :
32 39
11. Slap G. Menstrual disorders in adolescence. Best Pract Res 2003 ; 17 : 75 92
12. Irvine G. Medical management of dysfunctional uterine bleeding. Best Pract Res 1999 ; 13 :
189 202
13. Strickland J, Wall J. Abnormal uterine bleeding in adolescents. Obstet Gynecol Clin N Am
2003 ; 30 : 321 35
24
Notes
25
Notes
ISBN 978-979-16516-0-8