Anda di halaman 1dari 8

INFOKES, VOL. 3 NO.

1, Februari 2013

ISSN : 2086 - 2628

ANALISIS ERGONOMI RUANG KERJA TERHADAP KELELAHAN


DAN MOTIVASI KERJA PETUGAS REKAM MEDIS
(STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT UMI BAROKAH BOYOLALI)
Oleh:
Triyanta
APIKES Citra Medika Surakarta
E-mail: tri_anta@ymail.com

ABSTRAK
Lingkungan kerja merupakan tempat bekerja seseorang dalam
melaksanakan segala aktivitasnya. Sebagai perekam medis, maka diperlukan
ruang kerja rekam medis yang mencakup aspek ergonomi agar menimbulkan
kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja sehingga proses bekerja menjadi
efesien dan efektif. . Ergonomi sangat penting diterapkan di tempat kerja untuk
menghindari kelelahan atau kecelakaan kerja. Tempat kerja yang kurang nyaman
bisa berakibat pada kelelahan kerja, seperti mudah mengantuk, lesu atau
mengalami penurunan koordinasi gerakan otot dengan otak pada saat bekerja.
Selain itu tata ruang yang tidak ergonomis juga mempengaruhi pada motivasi
kerja, contohnya petugas cenderung mudah lupa, sensitif, konsentrasi berkurang,
dan lain sebagainya. Hal ini bisa berpengaruh pada kinerja petugas rekam medis
dalam menjalankan tugas pokok fungsi (tupoksi) pada setiap bagian. Oleh karena
itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan tata ruang kerja rekam
medis yang ergonomis di rumah sakit Umi Barokah Boyolali. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian analitik melalui pendekatan cross sectional.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon dengan bantuan
komputer program SPSS for Windows versi 20.0. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara tata ruang kerja
rekam medis dengan kelelahan kerja petugas rekam medis (p<0,05). Selanjutnya
tidak ada hubungan yang signifikan antara tata ruang kerja rekam medis dengan
motivasi kerja petugas rekam medis (p<0,05). Hal ini disebabkan adanya faktor
lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
Kata kunci: tata ruang, kelelahan kerja, motivasi kerja
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang wajib
menyelenggarakan rekam medis. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Sjamsuhidajat, 2006).
Berdasarkan tugas dan fungsi rekam medis, maka kelengkapan data rekam medis
sangat bergantung pada kinerja petugas rekam medis. Oleh karena itu diperlukan
tenaga rekam medis profesional yang mampu menangkap, merekam, dan
mengolah data pasien serta memiliki kinerja yang tinggi. Sedangkan kinerja itu
sendiri dipengaruhi lingkungan kerja, kondisi fisik pekerja, dan motivasi kerja.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

56

INFOKES, VOL. 3 NO. 1, Februari 2013

ISSN : 2086 - 2628

Lingkungan kerja merupakan tempat bekerja seseorang dalam


melaksanakan segala aktivitasnya. Sebagai perekam medis, maka diperlukan
ruang kerja rekam medis yang mencakup aspek ergonomi agar menimbulkan
kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja sehingga proses bekerja menjadi
efesien dan efektif. Peran ergonomi sangat besar dalam menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat. Ergonomi sangat penting diterapkan di tempat kerja
untuk menghindari kelelahan atau kecelakaan kerja. Hasil penelitian Sundari
(2010) menunjukan bahwa kondisi meja dan kursi kerja komputer yang tidak
mempertimbangkan dimensi antropometri penggunanya maka berdampak pada
sikap tubuh yang tidak fisiologis sehingga akan mempercepat munculnya
gangguan kesehatan, seperti kelelahan mata, kelelahan mental (pada ketelitian
kerja), dan kelelahan fisik (punggung). Jika terjadi kelelahan maka bisa
menurunkan kinerja seseorang yang ditandai dengan motivasi menurun, berfikir
lambat dan aktivitas kerja menurun.
Di Indonesia, belum seluruh rumah sakit telah menerapkan aspek ergonomi
pada bagian rekam medis. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, perancangan
manajemen ruang rekam medis di Rumah Sakit Umi Barokah Boyolali tidak
ergonomis, seperti desain kursi yang tidak disesuaikan dengan keterbatasan yang
ada pada pertugas. Akibatnya petugas rekam medis mudah mengalami gejala
kelelahann seperti perasaan ngantuk dan kurang mampu berkonsentrasi.
Sedangkan kondisi di ruang filing juga tidak ergonomis karena luas ruangan tidak
sesuai dengan kapasitas rak file pasien. Selain itu atap di ruang filling ada yang
bocor, dan tidak terdapat Air Conditioner (AC), akibatnya ruang menjadi lembab
dan berdebu. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja.
Tempat kerja yang kurang nyaman bisa berakibat pada kelelahan kerja,
seperti mudah mengantuk, lesu atau mengalami penurunan koordinasi gerakan
otot dengan otak pada saat bekerja. Selain itu tata ruang yang tidak ergonomis
juga mempengaruhi pada motivasi kerja, contohnya petugas cenderung mudah
lupa, sensitif, konsentrasi berkurang, dan lain sebagainya. Hal ini bisa
berpengaruh pada kinerja petugas rekam medis dalam menjalankan tugas pokok
fungsi (tupoksi) pada setiap bagian.
Bertitik tolak pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana tata ruang kerja rekam medis yang ergonomis agar bisa
menekan kasus kelelahan kerja dan motivasi kerja yang menurun pada petugas
rekam medis di rumah sakit Umi Barokah Boyolali? Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan tata ruang kerja rekam medis yang
ergonomis di rumah sakit Umi Barokah Boyolali.
TINJAUAN PUSTAKA
Tata Ruang Unit Rekam Medis
Dalam unit rekam medis perlu memperhatikan prinsip ergonomi karena
untuk mempermudah tata kerja dalam mencapai efisiensi dan efektifitas kerja.
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum
alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam
lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, enginering,
manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008).

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

57

INFOKES, VOL. 3 NO. 1, Februari 2013

ISSN : 2086 - 2628

Di dalam Instansi rekam medis terdapat beberapa bagian dalam


pengolahan, yaitu bagian assembling, coding, indexing, analyzing dan reporting.
Semua bagian tersebut membutuhkan ketelitian dalam bekerja. Sehingga semua
bagian membutuhkan sikap duduk dan sikap berdiri yang ergonomis. Tempat
duduk harus dibuat dengan sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada
otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan
penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha.
Berdasarkan hasil penelitian Anggriani dan Agustin (2005), menerangkan
bahwa duduk adalah sikap wajar bagi tubuh manusia, duduk dapat mengurangi
kelelahan otot, kaki, pinggul dan punggung. Sebagian besar para profesional lebih
menyukai tempat duduk kerja yang dapat distel, sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dengan ketinggian yang dibutuhkan.
Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja adalah keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan
kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan. . Fitrihana (2008) menyatakan bahwa
akibat kelelahan kerja, yaitu : (1) prestasi kerja yang menurun, (2) fungsi
fisiologis motorik dan neural yang menurun, (3) badan terasa tidak enak, dan (4)
semangat kerja yang menurun.
Motivasi Kerja
Motivasi adalah sebuah dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang
yang akan mengarahkan tindakan seseorang dengan tujuan mencapai suatu hasil
yang diinginkannya (Prabu, 2005). Motivasi kerja terbentuk dari sikap seorang
pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi kerja merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai mengarah pada usaha mencapai tujuan perusahaan.
Motivasi dapat berpengaruh pada kinerja pegawai secara berkelanjutan.
Hasil penelitian Anggraini (2007), bahwa dalam menentukan motivasi
kerja dapat diukur berdasarkan dua faktor, yaitu motivasi intrinsik : (a) prestasi
yang diraih, (b) pengakuan orang lain, (c) tanggung jawab, (d) peluang untuk
maju, (e) kepuasan kerja dan motivasi ekstrinsik : (a) kompensasi, (b) keamanan
dan keselamatan kerja, (c) kondisi kerja, (d) prosedur kerja, (e) mutu supervisi
teknis, serta (f) hubungan interpersonal.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik melalui
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksananakan di Rumah Sakit Umi
Barokah Boyolali. Populasi ialah petugas rekam medis yang bekerja di RS Umi
Barokah sejumlah 9 orang, sedangkan sampel yang digunakan ialah 6 orang.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para
petugas rekam medis di RS Umi Barokah Boyolali serta lembar checklist. Analisis
data pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon dengan bantuan komputer
program SPSS for Windows versi 20.0.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

58

INFOKES, VOL. 3 NO. 1, Februari 2013

ISSN : 2086 - 2628

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tata Ruang Kerja Unit Rekam Medis
Berdasarkan hasil observasi tata ruang dengan menggunakan skala likert
pada ruang unit rekam medis di RS Umi Barokah Boyolali, khususnya pada
ruang pendaftaran, coding dan filing mendapat total skor sebesar 140. Ssehingga
dapat dikatakan bahwa tata ruang di unit rekam medis RS Umi Barokah Boyolali
termasuk dalam kategori cukup memadai.
Ruang Pendaftaran
Kondisi ruang pendaftaran di RS Umi Barokah terletah dekat dengan pintu
utama sehingga memudahkan pasien untuk melakukan pendaftran. Adanya
penyekat kaca pada loket pendaftaran menjadikan dokumen rekam medis lebih
terjaga kerahasiaannya . Selain itu lokasi pendaftaran tidak jauh dari poliklinik
sehingga petugas rekam medis lebih cepat dalam mendistribusikan dokumen
rekam medis ke setiap poliklinik tanpa harus adanya dokumen yang menumpuk
lama di pendaftaran. Kondisi ini sudah sesuai dengan Haryanti (2006).
Namun hal yang masih belum sesuai dari ruang pendaftaran ialah adanya
hambatan pada jalan keluar masuk pintu pendaftaran. Pada pintu terdapat tembok
setinggi 40 cm sehingga setiap petugas yang masuk harus melangkah lebih tinggi
untuk melaluinya. Terbatasnya tempat tunggu pasien serta jumlah loket yang
hanya ada satu untuk melayani seluruh pasien baik umum, khusus, dengan
jaminan kesehatan maupun tidak. Hal ini menjadikan pasien antri mendaftar
dengan cara berdiri dalam kondisi sakit. Selain itu jumlah kursi di ruang
pendaftaran hanya ada 2 buah, satu diantaranya masih belum ergonomis karena
tidak bisa distel tinggi rendahnya sesuai tinggi petugas.
Oleh karena itu pihak rumah sakit khususnya bagian K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) supaya merancang ruang pendaftaran yang ergonomis.
Menurut Haryanti (2006) menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mendesain liket pendaftaran anatara lain: (1) kerahasiaan, (2)
kelancaran komunikasi, (3) keselamatan dan keamanan kerja, dan (4) mengurangi
beban dalam kerja/ stres kerja.
Ruang Assembling dan Coding
Kondisi ruang assembling dan coding sudah cukup memadai karena
adanya penempatan ATK (Alat Tulis Kantor) yang dekat menjadikan kativitas
pengontrolan dokumen dan catat mencatat lebih mudah. Penempatan ruang coding
yang tersendiri dapat membuat petugas lebih tenang dan konsentrasi dalam
melakukan coding. Permukaan meja kerja juga rata sehingga dalam melakukan
pencatatan lebih rapi. Hal ini sudah sesuai dengan prinsip ergonomi.
Ruang Filing
Kondisi ruang filing terdapat ventilasi yang cukup sehingga pertukaran
udara bisa lancer dan ruang filing menjadi tidak lembab. Selain itu juga
disediakan kursi kecil sebagai pancikan sehingga memudahkan dalam
pengambilan dokumen rekam medis yang disimpan pada bagian rak file yang
tinggi.
Namun penempatan rak yang berada di ruang pendaftaran menjadikan
dokumen rekam medis kurang terjaga kerahasiaannya. Menurut Haryanti (2006),
ruang penyimpanan arsip sebaiknya terpisah dari ruangan kantor lain dengan

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

59

INFOKES, VOL. 3 NO. 1, Februari 2013

ISSN : 2086 - 2628

pertimbangan sebagai berikut: (1) arsip sifatnya rahasia, (2) mengurangi lalu lintas
(keluar masuk para pegawai lainnya), (3) menghindari pegawai lain memasuki
ruang arsip sehingga pencurian arsip khususnya yang bernilai dapat dihindari.
Oleh karena itu sebaiknya pemnempatan ruang filing supaya disendirikan
dan terpisah dari ruang pendaftaran demi menjaga kerahasiaan dokumen rekam
medis. Selain itu sebaiknya ruang filing harus tertutup rapatdengan satu pintu
sebagai akses keluar masuk petugas dan diberi Air Cinditioner (AC) untuk
mengurangi resiko debu yang menempel pada dokumen.
Analisis Univariat
Karakteristik Responden
Karakteristik petugas rekam medis di rumah sakit Umi Barokah
seluruhnya adalah perempuan. Sedangkan berdasarkan kelompok umur, tinggi
badan, berat badan dan masa kerja maka secara rinci dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Berdasarkan Kelompok Umur
No
Kelompok Umur
Jumlah (Orang)
Prosentase (%)
1
21-30 tahun
3
50,0
2
31-40 tahun
2
33,3
3
> 40 tahun
1
16,7
Jumlah
6
100

No
1
2
3
4
5

No
1
2
3
4

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden


Berdasarkan Tinggi Badan
Tinggi Badan
Jumlah (Orang)
Prosentase (%)
150-154 Cm
1
16,7
155-159 Cm
3
50,0
160-164 Cm
1
16,7
165-169 Cm
1
16,7
>169 Cm
0
0
Jumlah
6
100

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden


Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan
Jumlah (Orang)
Prosentase (%)
31-40 Kg
1
16,7
41-50 Kg
2
33,3
51-60 Kg
2
33,3
> 60 Kg
1
16,7
Jumlah
6
100

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

60

INFOKES, VOL. 3 NO. 1, Februari 2013

No
1
2
3
4
5
6

ISSN : 2086 - 2628

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden


Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja
Jumlah (Orang)
Prosentase (%)
< 1 tahun
2
33,3
1,1 5 tahun
0
0
5,1-10 tahun
2
33,3
10,1 15 tahun
0
0
15,1 20 tahun
2
33,3
>20 tahun
0
0
Jumlah
6
100

Kelelahan Fisik
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Fisik
Kelelahan Fisik
Sering
Kadang-kadang
Jumlah

Jumlah (Orang)
1
5
6

Prosentase (%)
16,7
83,3
100

Motivasi Kerja
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja
Kelelahan Fisik
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah

Jumlah (Orang)
5
1
0
6

Prosentase (%)
83,3
16,7
0
100

Analisis Bivariat
Hubungan antara Tata Ruang Kerja Dengan Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil analisis uji wilcoxon diperoleh nilai signifikan sebesar
0,026 yang berarti bahwa pada penelitian ini di RS Umi Barokah Boyolali tidak
ada hubungan yang berarti antara tata ruang kerja rekam medis dengan kelelahan
fisik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Sundari (2010), yang
menerangkan bahwa ruang kerja yang tidak memenuhi prinsip-prinsip ergonomi
maka akan menimbulkan kelelahan pada fisik pekerja.
Terjadinya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Sundari
(2010) disebabkan karena adanya kemungkinan faktor lain yang tidak diteliti oleh
peneliti. Seperti yang telah disampaiakn oleh Fitrihana (2008) bahwa penyebab
kelelahan kerja dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu: (a) Penyebab medis : flu, anemia,
gangguan tidur, hypothyroidism, hepatitis, TBC, dan penyakit kronis lainnya, (2)
penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup : kurang tidur, terlalu banyak tidur,
alkohol dan miras, diet yang buruk, kurangnya olahraga, gizi, daya tahan tubuh,
circadian rhythm, (3) penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : kerja shift,
pelatihan tempat kerja yang buruk, stress di tempat kerja, pengangguran,

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

61

INFOKES, VOL. 3 NO. 1, Februari 2013

ISSN : 2086 - 2628

workaholics, suhu ruang kerja, penyinaran, kebisingan, monotoni pekerjaan dan


kebosanan, beban kerja, dan (4) faktor psikologis : depresi, kecemasan dan stress,
kesedihan.
Hubungan antara Tata Ruang Kerja Dengan Motivasi Kerja
Berdasarkan hasil analisis uji wilcoxon diperoleh nilai signifikan sebesar
0,027 yang berarti bahwa pada penelitian ini di RS Umi Barokah Boyolali tidak
ada hubungan yang berarti antara tata ruang kerja rekam medis dengan motivasi
kerja. Karena selain tata ruang kerja, masih ada faktor lainnya
yang
mempengaruhi motivasi kerja namun tidak diteliti. Seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anggraini (2007), yang menerangkan bahwa motivasi dalam
bekerja bisa berpengaruh pada kinerja seseorang. Sedangkan motivasi itu sendiri
terdiri atas dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Tata ruang kerja merupakan bagian dari lingkungan kerja. Kenyamanan
lingkungan kerja hanya sebatas pada motivasi ekstrinsik. Sedangkan yang
termasuk pada motivasi intrinsik antara lain: (1) prestasi, (2) pengakuan dari
orang lain, (3) tanggung jawab, (4) peluang untuk maju, dan (5) kepuasan kerja.
Sedangkan faktor ekstrinsik selain lingkungan kerja terdiri atas: (1) kompensasi,
(2) kondisi kerja, (3) prosedur kerja, (4) mutu supervisi teknis, dan (5) hubungan
interpersonal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian beserta pembahasannya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan karakteristik petugas rekam medis di RS Umi Barokah Boyolali,
50% berusia diantara 21-30 tahun; 50% memiliki tinggi badan 155-159 cm;
33%,3% memiliki berat badan 41-60 kg,; dan 33,3% telah memiliki masa
kerja 5-20 tahun.
2. Secara statistik tidak ada hubungan yang berarti antara tata ruang kerja rekam
medis dengan kelelahan kerja petugas rekam medis. Hal ini karena adanya
faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
3. Secara statistik tidak ada hubungan yang berarti antara tata ruang kerja rekam
medis dengan motivasi kerja petugas rekam medis. Hal ini karena adanya
faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, SS. 2007. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Petugas Rekam Medis
di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar. Medan: USU Press.
Anggriani dan Agustin. Desain Kursi Kerja Berkaitan Dengan Unsur Kesehatan
Tubuh & Peningkatan Kwalitas Kerja. Jurnal Rekayasa Perencanaan,
Volume 1, No. 2, Februari 2005
Fitrihana, N. 2008. Ergonomi Kerja. Alamat Web:
http://batikyogya.wordpress.com/category/ergonomi-kerja/page/2/. Diunduh
tanggal 5 Februari 2014.
Haryanti, Titik 2006. Modul Ergonomi. Surakarta.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

62

INFOKES, VOL. 3 NO. 1, Februari 2013

ISSN : 2086 - 2628

Mashud. 2008. Komputer, Ergonomi, dan Kesehatan Kerja. Official Web Site
MGMP TIK SMA DKI Jakarta. Diunduh 5 Oktober 2012. http://tik-smadki.org/webtik/cetak.php?id=6
Nurmianto, E. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Penerbit
Guna Widya. Peraturan Menteri Kesehatan. 1989. Tentang Rekam Medis.
No749a. Jakarta
Prabu, Anwar. 2005. Pengaruh Motivasi terhadap kepusaan kerja pegawai
BKKBN MUARA ENIN. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol. 3
No. 6. Desember 2005.
Sayuti, J. Penataan Ruang Kantor Untuk Memperlancar Aktifitas Kerja
Karyawan. Jurnal ILMIAH Volume IV No.1, 2011.
Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran
Indonesia.
Sundari, KN. Tinjauan Ergonomi terhadap Meja dan Kursi Kerja pada Operator
Komputer di UPT PSTKP Bali. Metris. Vol. 11 No. 1, Maret 2010.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

63

Anda mungkin juga menyukai