Anda di halaman 1dari 8

Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan beesentuhan dengan konsep
mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan
kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas
dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan control. Pengertian ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau
tidak dapat diubah.
Menurut Suharto (2005:58) Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka
memiliki kekuatan dan kemampuan dalam (a) Memenuhi kebutuhan
dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), terutama
kebebasan dalam mengemukakan pendapat, (b) Menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya
dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan , dan
(c) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka,
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan
mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
mepengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperolreh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya (Parsons, et al, 1994:106).
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumbersumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan, dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengaruhi mereka.
Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan
bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai
mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tuhas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan
1

sebagai tujuan seringt kali digunakan sebagai indikator pemberdayaan


sebagai sebuah proses.
Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat
adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab
kebutuhan dasar masyarakat, keterlibatan kaum miskin dan kelompk yang
terpinggirkan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitive terhadap
nilai-nilai budaya lokal, memperhatikan dampak lingkungan, tdiak
menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat (instansi
pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, LSM, swasta, dan pihak
lainnya), serta dilaksanakan secara berkelanjutan.
2. Indikator Keberdayaan
Sebuah proses seharusnya dilakukan untuk meningkatkan derajat
keberdayaan masyarakat sampai kepada tingkat keberdayaan masyarakat
yang optimal. Secara bertingkat, keberdayaan masyarakat menurut
Susiladiharti dalam Abu Huraerah (2007) dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Tingkat keberdayaan pertama adalah terpenuhinya kebutuhan dasar
(basic needs)
b. Tingkat keberdayaan kedua adalah penguasaan dan akses terhadap
berbagai sistem dan sumber yang diperlukan
c. Tingkat keberdayaan ketiga adalah dimilikinya kesadaran penuh akan
berbagai potensi, kekuatan dan kelemahan diri dan lingkungannya.
d. Tingkat keberdayaan keempat adalah kemampuan berpartisipasi secara
aktif dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan yang
lebih luas.
e. Tingkat keberdayaan kelima adalah kemampuan untuk mengendalikan
diri dan lingkungannya. Tingkat kelima ini dapat dilihat dari keikutsertaan
dan dinamika masyarakat dalam mengevaluasi dan mengendalikan
berbagai program dan kebijakan institusi dan pemerintahan.
Untuk mewujudkan derajat keberdayaan masyarakat tersebut, perlu
dilakukan langkah-langkah secara runtun dan simultan, antara lain: (1)
meningkatkan suplai kebutuhan-kebutuhan bagi kelompok masyarakat yang
paling tidak berdaya (miskin), (2) upaya penyadaran untuk memahami diri:
potensi, kekuatan, dan kelemahan, serta memahami lingkungannya, (3)
pembentukan dan penguatan institusi, terutama institusi di tingkat lokal, (4)
upaya penguatan kebijakan, dan (5) pembentukan dan pengembangan
jaringan usaha/kerja.
3. Prinsip Pemberdayaan
Guiterrez (1998:127) menyampaikan 8 prinsip yang perlu diperhatikan
pada saat melakukan praktik pemberdayaan:
a. Meeting the clients immediate needs
2

Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh pekerja sosial harus diarahkan


untuk memenuhi kebutuhan klien yang sifatnya mendesak yaitu
kebutuhan untuk dapat bertahan hidup dan rasa aman.
b. Accepting the clients definition of the problem
Kesediaan pekerja sosial untuk menerima masalah yang didefinisikan oleh
klien akan berdampak pada terjalinnya kepercayaan antara klien dan
pekerja sosial. Relasi yang dilandasi oleh kepercayaan ini akan membantu
pekerja sosial dalam mencapai tujuan pemberdayaan.
c. Shared power/sense of control
Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan harus dapat meningkatkan
kekuatan klien untuk mampu mengontrol kegiatan-kegiatan atau kejadian
yang berpengaruh terhadap kualitas hidupnya.
d. Education regarding resources and skills
Prinsip ini menegaskan bahwa pemberdayaan dapat dilakukan dengan
cara mengajarkan klien tentang sumber dan keterampilan mengakses
sumber. Keterampilan ini perlu agar klien mampu mengakses sumbersumber yang mereka butuhkan.
e. Creating a collaborative working relationship
Sumber yang ada sifatnya terbatas dan seringkali tidak dapat digunakan
pada semua situasi. Memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada
klien dalam memperoleh sumber-sumber yang baru untuk setiap situasi
yang berbeda dan berbagi tanggung jawab dalam memanfaatkan sumber
tersebut, dapat membantu klien untuk menciptakan relasi kerjasama
secara lebih baik.
f. Using mutual support groups
Orang yang tidak berdaya seringkali merasa terasing dari lingkungan
sosial, sehingga mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam memperoleh sumber dan keterampilan pemecahan masalah.
Dukungan dari kelompok dalam kegiatan bersama dapat membantu klien
untuk mengurangi perasaan terasingnya.
g. Consciousness raising
Mengembangkan kesadaran diri dilakukan melalui pendidikan atau diskusi
mengenai kekuatan-kekuatan sosial, politik atau ekonomi yang
berpengaruh terhadap masalah klien. Hal ini akan mendorong
pemahaman klien tentang perbedaan tanggung jawab diantara individu
dan masyarakat, sehingga dapat mengurangi perasaan menyalahkan diri
sendiri pada klien.
h. Participation in organization development
3

Pekerja sosial dank lien bersama-sama terlibat dalam suatu kegiatan


untuk melakukan perubahan pada tujuan program dan budaya organisasi.
Perubahan ini diarahkan untuk menciptakan kemandirian organisasi.
Menurut beberapa penulis, seperti Solomon (1976), Rappaport (1981, 1984),
Pindergughes (1983), Swift (1984), Swift & Levin (1987), Weick, Rapp,
Sulivan dan Kisthardt (1989) terdapat beberapa prinsip dan asumsi
pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial (Suharto, 1997:216-217),
diantaranya:
a. Pemberdayaan adalah proses kolaborasi. Karena itu pekerjaan sosial dan
masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.
b. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai actor atau
subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan
kesempatan-kesempatan.
c. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agent penting yang
dapat mempengaruhi perubahan.
d. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup,
khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada
masyarakat.
e. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka itu sendiri;
tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.
f. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena
pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.
g. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan
kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif.
4. Strategi Pemberdayaan
Suharto (2005:66) dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan: mikro, mezzo, dan makro.
a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).
b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompk klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
4

intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya


digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permsalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar
(large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada
sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan
sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Pendekatan ini memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk mamahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
Gunawan Sumodiningrat (1977) mengemukakan bahwa strategi untk
memberdayakan masyarakat terdapat tiga hal yang harus dilakukan, yaitu:
(1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang; (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat empowering; (3) pemberian perlindungan dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi lebih lemah.
Strategi pembangunan dengan konsep pengembangan masyarakat
merupakan pendekatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan
potensi dam sumber-sumber yang terdapat didalam diri masyarakat itu
sendiri dengan melibatkan partisipasi seluruh masyarakat untuk berperan
aktif sehingga tumbuh kemandirian dalam mengatasi dan memecahkan
permasalahan yang mereka miliki. Strategi pengembangan masyarakat
merupakan pergeseran pola pembangunan yang tadinya bersifat atas atau
top-down menjadi bottom-up atau hasil dari inisiatif masyarakat akar rumput
atau grassroot.

Pengembangan Masyarakat
A. Latar Belakang dan Pengertian
Model intervensi pengembangan masyarakat (community development),
Brokensha dan Hodge (1969: h.25-45) menyatakan bahwa akar munculnya
model intervensi pengembangan masyarakat mempunyai sejarah yang
panjang dan terkait dengan disiplin Ilmu Pendidikan (education) dan Bidang
Pekerjaan Sosial (social work). Istilah pengembangan masyarakat diadopsi
pada tahun 1948 untuk menggantikan istilah pendidikan massa (mass
education).
Pada tahun 1925, kantor pemerintah colonial (the colonial office)
mengeluarkan suatu memoranda dimana salah satu tujuan yang
dicanangkan adalah untuk meningkatkan masyarakat secara utuh (to
promote the advancement of community as a whole). Mereka mendefinisikan
pengembangan masyarakat sebagai:
Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan
komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan
insiatif masyarakat.. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di
tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga
non-pemerintah [pengembangan masyarakat] harus dilakukan melalui
gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan bentuk
pemerintahan lokal terdekat (Colonial Office 1954: appendix D, h.49 dalam
Brokensha dan Hdge, 1969: h.34)
A movement designed to promote better living for the whole community
with the active participation, and, if possible, on the initiative of the
community. It includes the whole range of development activities in the
district whether these are undertaken by government or unofficial bodies.
[community development) must make use of the cooperative movement and
6

must be put into effect in the closest association with local government
bodies. (Colonial Office 1954; appendix D, p.49 in Brokensha and Hodge
1969: p.34)
Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang guna
meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif
dan inisiatif dari masyarakat.
Community development is a movement designed to promote better living
for the whole community with the active participation and on the initiative of
the community (Brokensha dan Hodge 1969, h.35).
Di Amerika Serikat, akar dari pengembangan masyarakat, menurut
Brokensha dan Hodhe (1969:h.36) bersumber dari disiplin pendidikan,
terutama perluasan pendidikan di tingkat pedesaan.
Dunham meyakini bahwa pengembangan masyarakat dan pengorganisasian
masyarakat adalah dua konsep yang berbeda. Ia berpikir bahwa
pengembangan masyarakat lebih memfokuskan diri pada pengembangan
kehidupan ekonomi, prasarana jalan, bangunan dam pendidikan, disamping
bidang kesehatan dan kesejahteraan dalam arti sempit. Pengorganisasian
(kesejahteraan) masyarakat lebih memfokuskan diri pada penyesuaian
antara kebutuhan dan sumber daya yang terkait dengan kesejahteraan
sosial di perkotaan, propinsi dan Negara, seperti pula pada wilayah
pedesaan.
Dunham (1958) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai
berbagai upaya yang terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan
kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperaitf dan
mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut
dilakukan dengan bantuanj teknis dari pemerintah ataupun lembagalembaga sukarela (organized efforts to improve the conditions of
community life, primarily through the enlistment of self-help and cooperative
effort from the villagers, but with technical assistance from government or
voluntary organizations)
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Kesatuan kehidupan masyarakat


Pendekatan antar tim
Community worker
Pola budaya
Kemandirian

Pengorganisasian masyarakat di Amerika Serikat tahun 1960-an seringkali


digunakan untuk menggambarkan suatu proses yang menekankan pada
pendekatan-pendekatan yang non-direktif, dimana adanya keinginan
7

masyarakat untuk mengatasi masalah yang ada, mengorganisir sumber daya


yang ada dan memilih solusi mana yang akan digunakan, dan juga
menekankan adanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut
(community organization in the USA is frequently used to describe a
process where the emphasis is upon non-directive approaches, the
insistence that members of a community shall work through their own
problems, decide on solutions and organize their resources, the notion of
participation to the fore.)
Pada negara maju (developed countries), pengembangan masyarakat tidak
terlalu difokuskan pada penyediaan kebutuhan dasar masyarakat, tetapi
lebih diarahkan pada mengembangkan proses demokrasi yang ada, dan
mengembangkan konklusi logis dari masalah-masalah yang ada. Tujuan
utama pergerakan adalah pengembangan harga diri (dignity) dan kepuasan
berpartisipasi. Pada sisi lain, pada berbagai Negara berkembang, focus
perhatian dari pengembangan masyarakat lebih diarahkan pada peningkatan
kesehatan masyarakat, peningkatan kondisi ekonomi komunitas, pembuatan
fasilitas infrastruktur, membangun fasilitas rumah untuk kelompok miskin,
mengembangkan pendidikan dasar, menengah dan kejuruan, serta
menyiapkan lapangan kerja.
Di Indonesia, istilah pembangunan masyarakat (pembangunan =
development, masyarakat = community) digunakan untuk menggambarkan
pembangunan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan dalam arti yang
sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan
dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa
dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara, sehingga pengembangan
masyarakat (desa) kemudian menjadi setara dengan konsep pengembangan
masyarakat lokal (locality development) yang dikemukakan oleh Rothman
dan Tropman.

Anda mungkin juga menyukai