Atas Asung Kertha Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun
2015 dapat diselesaikan sesuai rencana dan tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun berdasarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran serta tingkat
pencapaian kegiatan dan Kinerja Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, sebagai tindak lanjut dari
Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11
Tahun 2011 tanggal 23 Nopember 2011 tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas
Kinerja Tahun 2012 didukung kembali oleh Peraturan Gubernur Bali tanggal 7 Oktober
Nomor 56 Tahun 2011.
Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali ini dapat berguna sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR SI ii
BAB. I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. LANDASAN HUKUM 2
C. GAMBARAN UMUM 4
D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI 7
E. STRUKTUR ORGANISASI 16
BAB. IV PENUTUP 30
A. KESIMPULAN 30
B. SARAN 30
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali sebagai rumah sakit rujukan dibidang kesehatan
jiwa dituntut untuk memberikan pelayanan semaksimal mungkin kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa belum proaktif secara optimal di karenakan
keterbatasan sumber dana dan sumber daya yang ada, keorganisasian pelayanan kesehatan
jiwa mutlak perlu dimungkinkan sehingga keterlibatan masyarakat dan pemerataan
pelayanan kesehatan jiwa dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, terutama
masyarakat yang kurang mampu dan terpencil, sehingga perlu dievaluasi pelaksanaan
program setiap tahunnya. Perlu pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban
yang tepat, jelas, terukur dan legitimatis, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna, bersih dan bertanggung
jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan
untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai
tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara seperti tujuan diatas.
Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses penyelenggaraan
kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good and services disebut
governance (pemerintahan atau kepemerintahan), sedangkan praktek terbaiknya disebut
good governance (kepemerintahan yang baik). Agar good governance dapat menjadi
kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komitmen dan keterlibatan semua
pihak yaitu pemerintah, private sector dan masyarakat. Good governance yang efektif
menuntut adanya alignment (koordinasi) yang baik dan integritas, profesional serta etos
kerja dan moral yang tinggi, dengan demikian penerapan konsep good governance
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah negara merupakan tantangan tersendiri.
Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial
pada tiap lingkungan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada tiap
bagian. Masing-masing individu pada setiap jajaran aparatur bertanggung jawab atas
kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya. Konsep inilah yang membedakan adanya
kegiatan yang terkendali (controllable activities) dengan kegiatan yang tidak terkendali
(uncontrollable activities). Kegiatan yang terkendali merupakan kegiatan yang secara nyata
dapat dikendalikan oleh seseorang atau suatu pihak. Ini berarti, kegiatan tersebut benar-
benar direncanakan, dilaksanakan dan dinilai hasilnya oleh pihak yang berwenang.
Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai
LAKIP RSJ Provinsi Bali 2015/Comp./I.2016/pun-2016
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas instansi pemerintah
merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Sejalan dengan
hal tersebut, telah ditetapkan TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelengaraan
negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 tentang penyelengaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme. Selanjutnya, sebagai kelanjutan dari produk hukum tersebut diterbitkan Inpres
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Sesuai
dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah setiap Pemerintah Daerah (Pejabat Eselon II) diminta untuk
menyampaikan kepada Presiden, sebagai perwujudan kewajiban suatu Instansi Pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban
secara periodik setiap akhir anggaran. Laporan kinerja, sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dibangun dan dikembangkan dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya pelakasanaan kebijakan
dan program yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah, berdasarkan suatu sistem
akuntabilitas yang memadai.
Laporan tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2015,
merupakan dokumen pertanggung jawaban Satuan Kerja Perangkat Daerah terhadap
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun dan merupakan
implementasi dari Instruksi Presiden No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, untuk menyusun pertanggung jawaban seluruh kegiatan yang dikelola dalam
bentuk LAKIP.
B. LANDASAN HUKUM
Sebagai landasan dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah LAKIP Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, tentunya mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur sistem, mekanisme, proses dan prosedur dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Jiwa Provisi Bali sebagai berikut :
1. Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas dari KKN.
3. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
4. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Daerah.
5. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemeritahan Daerah.
C. GAMBARAN UMUM
1. Sejarah RSJ
a. Pendirian Rumah Sakit Jiwa Bangli
Pada akhir tahun 1933, di Bangli didirikan Verpleegtehuis voor krankzinnegen
of Bangli (Rumah Perawatan Sakit Jiwa/RPSJ. Bangli).
b. Penyerahan Pengelolaan RSJ dari Daerah kepada Pusat.
Sejalan dengan ketidaksanggupan daerah untuk mengelola dan mendanai RPSJ
Bangli, maka sejak tanggal 1 Juli 1952 secara resmi RPSJ Bangli
pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat yaitu Kementerian
Kesehatan.
c. Penetapan sebagai Rumah Sakit Jiwa Kelas A
Sejak keluarnya Keputusan Menteri Kesehatan RI, Tanggal 28 April 1978 No.
135/Men.Kes./Sk/IV/78 Tahun 1978 tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Jiwa, maka Rumah Sakit Jiwa Bangli secara resmi menjadi Rumah
Sakit Jiwa Kelas A.
d. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Vertikal Depkes RI.
Mulai Tahun Anggaran 1992/1993 Rumah Sakit Jiwa Bangli merupakan Unit
Pelaksana Teknis Vertikal Depkes RI, menjadi unit organik dilingkungan
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, dan sejak itu berubah nama dari Rumah
Sakit Jiwa Bangli menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Bangli.
e. Proses Penyerahan Rumah Sakit Jiwa Bangli kepada Daerah.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang
Pemerintah Daerah, dan turunnya surat Keputusan Menkes Kesos Nomor
1732/MENKES-KESSOS/XII/2000, Tanggal 12 Desember 2000, tentang
pengalihan UPT, maka Rumah Sakit Jiwa Pusat Bangli diserahkan/berada
dibawah Pemerintah Provinsi Bali. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 3 Tahun 2002, tanggal 28 Pebruari 2002, RSJ Pusat Bangli ditetapkan
2. Luas Areal Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali menempati tanah seluas 77.850 M2
dengan peruntukan sebagai berikut :
a. Luas Bangunan 15.862,7 m2 terdiri dari :
1) Gedung Picu : 486,80 M2
2) Gedung Kamar Jenazah : 204,00 M2
3) Pos Satpam : 37,80 M2
4) Gedung Loundry : 558,00 M2
5) Gedung Gudang Alat : 425,00 M2
6) Gedung IPSRS : 432,00 M2
7) Gedung Dapur Gizi : 603,10 M2
8) Gedung Koperasi/Kantin : 432.00 M2
9) Gedung Asrama : 3.614,60 M2
10) Gedung Rawat Inap : 2.914,60 M2
11) Gedung Utama/Pelayanan Medik : 4.011,00 m2
12) Gedung Work Shop : 969,30 m2
13) Gedung Wantilan : 420,00 m2
14) Gedung Wantilan Poliklinik : 398,30 m2
15) Garasi Staf dan Ambulance : 168,00 m2
16) IPAL : 152,20 m2
17) Incinerator : 36,00 m2
b. Luas Infrastruktur dan Landscup Rumah sakit Jiwa Provinsi Bali terdiri dari:
1) Jalan Aspal : 9.000,00 M2
2) Jalan Paving : 3.551,10 M2
3) Halaman : 41.586,30 M2
4) R Pompa dan Gardu : 72,00 M2
5) Groundtank : 120,00 M2
6) Tempat Ibadah/Pura : 3.673,00 M2
1. Direktur
a. Direktur mempunyai tugas :
1) Menyusun rencana dan program kerja Rumah Sakit.
2) Mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Rumah Sakit.
3) Merumuskan kebijakan umum Rumah Sakit serta Menyelenggarakan
administrasi berdasarkan kewenangan.
4) Mendistribusikan tugas kepada bawahan.
5) Menilai prestasi kerja bawahan.
6) Menjalin kerja sama lintas sektor pemerintah maupun dengan pihak swasta.
7) Merencanakan, merumuskan sasaran yang hendak dicapai baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
8) Menyusun misi, visi dan kebijakan umum Rumah Sakit.
9) Melaksanakan sistem pengendalian intern.
10) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan dan
11) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah dibawah koordinasi Asisten Perekonomian, Pembangunan, dan
Kesejahteraan Rakyat.
4. Bidang Perawatan
a. Kepala Bidang Perawatan mempunyai tugas :
1) Menyusun rencana dan program kerja Bidang.
2) Menkoordinasikan program kerja masing-masing seksi.
3) Mengkoordinasikan para Kepala Seksi.
4) Menilai prestasi kerja bawahan.
5) Merencanakan dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan bawahan.
6) Merencanakan jumlah dan jenis terapi perawatan.
7) Merencanakan pembinaan dan pengembangan karier tenaga perawatan.
8) Mengkoordinasikan kegiatan perawatan di poliklinik, Instalasi Rawat
Darurat, Rehabilitasi Mental, dan Rawat Inap.
8. Bagian Keuangan
a. Kepala Bagian Keuangan mempunyai tugas :
1) Menyusun rencana dan program kerja Bagian.
2) Mengkoordinasikan program kerja masing-masing seksi.
3) Mengkoordinasikan para Sub Bagian.
4) Menilai prestasi kerja bawahan.
5) Membimbing dan memberi petunjuk kepada kepala Seksi dan bawahan.
6) Menyelenggarakan administrasi keuangan.
7) Mengelola administrasi pendapatan daerah melalui Rumah Sakit.
8) Menyelenggarakan administrasi barang.
9) Menyelenggarakan akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan.
10) Melaksanakan sistem pengendalian intern.
11) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan dan
12) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Wakil Diektur.
Rencana Stratejik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali merupakan dokumen perencanaan
Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun, yang didalamnya menjabarkan
tentang visi, misi dan tujuan, strategi, kebijakan program dan kegiatan pembangunan pada
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali yang disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi Rumah
Sakit Jiwa serta berpedoman kepada rencana pembangunan jangka menengah daerah dan
bersifat induktif. Dalam penyusunan perencanaan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
disesuikan berdasarkan situasi dan perkembangan di masyarakat. Dengan adanya
perkembangan IPTEK yang semakin maju maka masyarakat dituntun untuk bisa
menyesuaikan sesuai dengan perkembangan, tetapi dalam kenyataannya, masyarakat tidak
semua bisa mengikuti perkembangan sesuai yang diharapkan sehingga akan menimbulkan
permasalahan perubahan psikososial yang mengakibatkan gangguan kejiwaan. Untuk
mencegah tantangan tersebut Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali yang dilatar belakangi oleh
beberapa permasalahan yang dilandasi dalam berbagai kondisi tentang pelayanan kesehatan
jiwa seperti :
1. Masih adanya stigma buruk dari masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa sehingga
sebagian dari masyarakat masih belum memahami masalah kesehatan jiwa berakibat
penanganan tindak lanjut orang dengan gangguan jiwa tidak optimal.
2. Sumber Daya Manusia kesehatan jiwa baik psikiater maupun tenaga kesehatan jiwa
masih belum optimal kuantitas maupun kualitas sehingga perlu adanya penambahan
dokter psikiater dan diikuti oleh penyelenggaraan diklat-diklat untuk meningkatkan
pengetahuan dalam menangani masyarakat dengan gangguan kejiwaan.
3. Sinergitas pelayanan kesehatan jiwa antara steak holder terkait belum optimal perlu
koordinasi dalam pelaksanaannya.
4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan jiwa perlu dioptimalkan untuk memenuhi
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa yang paripurna.
5. Penanganan dan tindaklanjut orang dengan penyandang masalah sosial dan orang
dengan gangguan jiwa yang terlantar menjadi beban Rumah Sakit Jiwa, perlu diatur
melalui regulasi yang jelas dalam tindaklanjut penanganannya, sesuai dengan UU
Nomor 18 tahun 2014, bahwa orang dengan gangguan jiwa yang terlantar dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial yang tidak ada yang mempertanggung
jawabkan menjadi tanggungan Pemerintah maupun pemerintah Daerah.
Tabel 1.
Pencapaian kinerja berdasarkan indikator pelayanan Tahun 2013, 2014, 2015.
MEAN
NO INDIKATOR SATUAN KET
2013 2014 2015
1 BOR 87.08 84,62 88,14 %
2 BTO 0.40 0,32 4.48 Kali
3 TOI 10.00 14,28 10 Hari
4 Av. LOS 61.00 63,29 67.83 Hari
5 GDR 3.00 5,08 2.79 Orang
6 NDR 0 0 2.23 Orang
7 KUNJUNGAN RAWAT JALAN 29.352 26.782 20.076 Orang/tahun
8 KUNJUNGAN RAWAT INAP 5.172 5.664 5.981 orang
Dari Laporan Pemakaian Tempat Tidur (BOR) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
tahun 2015 dengan rata-rata pemakaian sebesar 88.14% sedangkan BOR tahun 2014
sebesar 84.62%. Dengan data tersebut, berarti kapasitas tempat tidur yang disediakan dari
satu tahun terakhir mengalami peningkatan, ini disebabkan karena gedung pelayanan
untuk pasien rawat inap telah berfungsi sesuai kapasitas yang telah ditetapkan sejumlah
400 tempat tidur dari kapasitas tahun 2013 sebesar 340 tempat tidur. Dengan adanya
gedung pelayanan yang sudah bisa di fungsikan sesuai dengan jadwal dengan kapasitas
sesuai target maka keinginan masyarakat dalam merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan jiwa dapat terpenuhi. Disamping itu pula dengan adanya program
Pemerintah Provinsi Bali yang mengalokasikan dana untuk masyarakat miskin, khusus
yang mengalami gangguan kesehatan maka penggunaan jasa rumah sakit pemerintah
akan menjadi garda terdepan dalam menanggulangi masyarakat yang tidak mampu.
Program Pemerintah Provinsi Bali salah satunya adalah Jaminan Kesehatan Bali
Mandara (JKBM) akan mengakses masyarakat tidak mampu agar mendapat layanan
kesehatan yang optimal sehingga perlu adanya kesiapan sarana dan prasana untuk
menunjang program tersebut. Program JKBM tersebut juga akan memancing masyarakat
untuk mempergunakan jasa Rumah Sakit Jiwa, bila ada masyarakat yang mempunyai
masalah gangguan jiwa, agar tidak dikurung, diisolasi, dipasung, sehingga tidak menjadi
beban ekonomi keluarga. Data Rekam Medik menunjukkan bahwa kunjungan rawat jalan
tahun 2015 mengalami penurunan karena pelayanan spesialistik ke Puskesmas tidak
dilaksanakan karena tidak ada regulasi yang menaungi kegiatan tersebut. Sedangkan
kunjungan rawat inap mengalami peningkatan tahun 2014 sebanyak 5.664 orang menjadi
5.981 di tahun 2015, ini disebabkan masyarakat sudah mengerti tentang penanganan
kesehatan jiwa secara benar. Program yang dicanangkan pemerintah Provinsi Bali
melalui program berhasil disosialisasikan melalui kegiatan promosi kepada masyarakat
untuk memberikan pengetahuan, pemahaman atau pengertian tentang pentingnya
kesehatan jiwa bagi masyarakat dan mensosialisasikan pelayanan yang diberikan Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Bali. Program Bali Mandara khususnya untuk memberikan layanan
kepada masyarakat miskin khususnya masyarakat yang mengalami masalah gangguan
jiwa telah memberi manfaat kepada masyarakat Bali.
TARGET REALISASI
NO. SASARAN STRATEGIS URAIAN FISIK KEUANGAN FISIK KEUANGAN
Volume % (Rp.) % Volume % (Rp.) %
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan pada 100,00 28.863.501.320 100,00 98,22 24.108.285.900 83,53
BLUD
a. Kegiatan Pelayanan Kesehatan pada BLUD : 100,00 28.863.501.320 100,00 98,22 24.108.285.900 83,53
1 Meningkatnya mutu 1 Prosentase Peningkatan pasien yang dilayani 55,00 5.981 62,62
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
jiwa bagi masyarakat. 2 Prosentase peningkatan Rujukan pasien 85,50 15.897 79,18
gangguan jiwa
3 Persentase Pencapaian Standar Pelayanan 88,75 90,75
Minimal (SPM) Rumah Sakit Jiwa Prov. Bali
Tabel 3
Pencapaian sasaran strategis dari program/kegiatan
REALISASI/CAPAIAN
NO. URAIAN SATUAN
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel : 5
Rekapitulasi Penderita yang Mendapat Pelayanan Rehabilitasi Mental
Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun 2015
2 Prosentase peningkatan
Rujukan pasien gangguan jiwa
3 Persentase Pencapaian
Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Rumah Sakit Jiwa Prov.
Bali
Pencapaian kinerja sasaran, program dan kegiatan tersebut di atas ditunjang dengan
jumlah dana yang dianggarkan oleh RS Jiwa Provinsi Bali dalam APBD Provinsi Bali
Tahun 2015 dan dari Pendapatan Rumah Sakit yang merupakan Instansi yang
melaksanakan PPK- BLUD (termasuk Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung)
sebesar Rp. 66.777.998.508,36 dan realisasi pengeluarannya sebesar Rp.
59.701.712.516.57,00. Untuk Pencapaian Kinerja Belanja Langsung Rp.
24.108.285.899,89 dari total anggaran program kegiatan tahun 2015 sebesar Rp.
28.863.501.320.00 yaitu terserap 83.53%.
B. REALISASI ANGGARAN
Pelaksanaan anggaran di tahun 2015 secara umum berjalan baik dengan realisasi
pendapatan sebesar 97.16% dari rancangan pendapatan sebesar Rp 25.500.000.000,-
realisasi Rp. 24.775.837.591.67. Realisasi belanja tidak langsung sebesar 93.88% dari
anggaran Rp 37.914.497.188.36 terealisasi sebesar Rp. 35.593.226.617.00, Belanja
Langsung dari anggaran Rp. 28.863.501.320.00 realisasi sebesar Rp. 24.108.285.899.57 atau
sebesar 83.53% jadi pelaksanaan anggaran tahun 2015 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
sebesar 89.40%.
Perbandingan realisasi anggaran sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah ( DPA SKPD ) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali dalam tiga tahun
terakhir adalah sebagai berikut :
Tabel : 8
Pencapaian Kinerja Keuangan tahun 2014
Tabel : 9
Pencapaian Kinerja Keuangan tahun 2015
Tabel : 11
Penerimaan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali selama lima tahun terakhir
Penerimaan tahun 2015 dalam Perioda Perencanaan lima tahun kedepan RPJMD yaitu 2013-
2018 adalah 97.16% berarti mengalami penurunan dari target penerimaan yang telah
ditetapkan, hal ini disebabkan karena ada piutang yang belum terealisasi pada tahun 2015
sebesar Rp. 1.101.690.953,64 dari Pasien JKBM, Rp. 1.153.727.902,00 dari Pasien JKN dan
Rp. 2.228.926.533,40 dari Pasien Gelandangan/Terlantar. Walaupun pemanfaatan oleh
masyarakat pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali bertambah Anggaran tahun 2013, tahun
2014 dan tahun 2015 memperbandingkan anggaran tahun lalu belum bisa mencapai optimal
karena ada kegiatan/program pelayanan pada BLUD yang belum bisa terpenuhi secara
maksimal. Sedangkan dari kegiatan yang telah dilaksanakan sampai bulan Desember 2015
masih adanya sisa anggaran, hal ini disebabkan karena :
a. Hasil negosiasi harga barang pada saat survey harga pasar.
b. Hasil negosiasi dalam proses pelelangan di ULP.
LAKIP RSJ Provinsi Bali 2015/Comp./I.2016/pun-2016
c. Adanya kegiatan yang tidak terlaksana karena bersyukur tidak ada pasien yang
meninggal, bimbingan tidak dilaksanakan pada tahun 2015 karena jadwal bimbingan
berbenturan sehingga pelaksanaannya dialokasikan pada tahun 2016
d. Pelaksanaan pelayanan rujukan spesialistik ke Puskesmas mulai bulan November 2014
dihentikan karena perubahan regulasi mulai tanggal 1 Januari 2014 ( PP No. 12/2013 )
berlaku JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), dimana seluruh jaminan kesehatan,
asuransi kesehatan bergabung dalam JKN dan dilaksanakan oleh BPJS (Badan Layanan
Jaminan Sosial).
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan uraian tersebut secara umum dapat tergambar mengenai kegiatan
pelayanan kesehatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali sesuai dengan program yang telah
digariskan. Sesuai dengah fungsi Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan yang
terbaik kepada setiap lapisan masyarakat yang membutuhkan, Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali memberikan kebijakan khusus berdasarkan peraturan yang ada untuk
melaksanakan program JKN dan JKBM, bagi pasien yang kurang mampu.
2. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Provinsi
Bali dalam bidang pelayanan kesehatan jiwa telah memberikan pelayanan kesehatan
jiwa dan pelayanan penunjang kepada semua masyarakat yang membutuhkan sehingga
pelayanan medis dan program kegiatan Rumah Sakit dapat dikatakan berjalan dengan
baik dan hambatan-hambatan yang timbul dapat diatasi oleh Rumah Sakit.
3. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali sebagai pusat pelayanan Spesialis Jiwa, telah memiliki
peralatan penujang khusus untuk pemeriksaan Gangguan Jiwa dan pemeriksaan
Psikologi. Peralatan pemeriksaan ini sangat diperlukan bagi institusi-institusi ataupun
lembaga yang membutuhkan dan dapat dipakai berbagai keperluan antara lain : untuk
mendapatkan tenaga kerja yang lebih baik dan sehat secara fisik dan mental, maupun
mendapat pemimpin yang sesuai dengan potensi dan kopetensinya.
B. SARAN
1. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali masih kekurangan Tenaga Spesialis khususnya dokter
Spesialis Jiwa dan Tenaga Perawat karena penambahan kapasitas tempat tidur Rumah
Sakit, serta jumlah pasien terus meningkat dan pasien jiwa dirawat banyak dengan
kelainan fisik disamping banyak Tenaga Perawat yang pensiun.
2. Dari kegiatan pagu dana yang disediakan agar ditingkatkan karena banyak kebutuhan
yang tidak terpenuhi seperti : Untuk meningkatkan Evaluasi dan Pengembangan Standar
Pelayanan Kesehatan terutama survey Badan Layanan Umum, Meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengembangan informasi keberadaan pasien dipasung, dirantai
dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pengetahuan kesehatan jiwa
secara luas, dan meningkatkan pelayanan dibidang pemulihan kesehatan jiwa dengan
memberikan terapi rehabilitasi bagi pasien yang masih dirawat. Untuk mendukung
3. Dalam rangka pelaksanaa PPK-BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali akan
memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat, melalui prinsip efektif dan
efesien sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta perlu didukung
dengan sarana-prasarana yang memadai agar mencapai tujuan sesuai visi misi yang
telah dicanangkan yaitu Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Menjadi Pusat Rujukan
Pelayanan Kesehatan Jiwa Paripurna menuju Bali Mandara
DIREKTUR
dr. GEDE BAGUS DARMAYASA, M.Repro.
NIP . 19610726 198803 1 004
SPI
Dikeluarkan di Bangli
Pada tanggal : 31 Desember 2015
Direktur Rumah Sakit Jiwa Prov. Bali
VISI : Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Jiwa Paripurna menuju Bali Mandara
MISI : a Menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa yang professional untuk mewujudkan pelayanan prima.
b Mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa yang komperhensip, terjangkau melalui peningkatan profesionalisme sumber daya manusia.
c Mengupayakan pelayanan berorientasi pada kepuasan pelanggan dan mengembangkan pendidikan, pelatihan dan penelitian dibidang kesehatan jiwa
Meningkatnya Mutu Meningkatkan pelayanan Meningkatnya 1 Prosentase 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 Peningkatan Pelayanan 1 Prosentase
Pelayanan kesehatan di bidang promotif, Mutu Pelayanan Peningkatan pasien Pelayanan Kesehatan pada Peningkatan pasien
Jiwa bagi masyarakat preventif, kuratif dan kesehatan Jiwa yang dilayani (5%) (5%) (5%) (5%) (5%) Kesehatan pada BLUD Rumah yang dilayani
rehabilitatif bagi masyarakat Rumah Sakit Jiwa BLUD Sakit Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali Provinsi Bali Provinsi Bali
Meningkatnya tingkat Meningkatkan Meningkatnya Cost recovery rate 40,25 40,50 40,75 41,00 41,25 Cost recovery rate
Kemandirian pemanfaatan fasilitas tingkat
Operasional Rumah Sakit pelayanan kesehatan Kemandirian
jiwa oleh masyarakat Operasional
Rumah Sakit
Meningkatnya Kepuasan Meningkatkan dan Meningkatnya Indeks Kepuasan 82,20 82,40 82,60 82,80 83,00 Indeks Kepuasan
Masyarakat mengembangkan upaya Kepuasan Masyarakat Masyarakat
kesehatan jiwa untuk Masyarakat
memenuhi tuntutan
pelayanan yang
paripurna
Tugas Pokok : Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat (
Fungsi : 1. Merumuskan kebijakan teknis tentang kesehatan jiwa,
2. Memberikan dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kesehatan jiwa,
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan jiwa ; dan
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsinya
1 2 3 4 5 6
Meningkatnya Mutu 1 Prosentase Peningkatan pasien yang dilayani Rumah Prosentase Pasien yang dirawat inap dalam Direktur RS. Jiwa Provinsi Bali Bagian Data dan Program : Peningkatan Pelayanan
Pelayanan kesehatan Jiwa Sakit Jiwa Provinsi Bali setahun di bagi angka Gangguan Jiwa Bali dikali Sunprog RS Jiwa Kesehatan pada BLUD
bagi masyarakat Jumlah Penduduk Provinsi Bali
Rumus : Jumlah Pasien di Rawat Inap (n) dibagi Kegiatan : Pelayanan Kesehatan pada
angka gangguan jiwa penduduk Bali ( 2.3 permil BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
dari populasi penduduk menurut data Riskesdas
(n)) kali 100%
2 Prosentase peningkatan Rujukan pasien gangguan jiwa Prosentase jumlah rujukan ke Rumah sakit yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa
Rumus : Jumlah Rujukan tahun (n) di bagi jumlah
kunjungan (n-1) kali 100%
3 Persentase Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Persentase Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Rumah Sakit Jiwa Prov. Bali (SPM) Rumah Sakit Jiwa Prov. Bali
Rumus : Jumlah capaian SPM (n) dibagi Jumlah
SPM dikali 100%
Meningkatnya tingkat Cost recovery rate Persentase kemampuan Rumah Sakit untuk
Kemandirian Operasional menutupi Biaya dengan Penghasilan yang didapat
Rumah Sakit /Cost Recovery rate
Cost Recovery Rate = Pendapatan/Pembiayaan RS
kali 100%
Meningkatnya Kepuasan Indeks Kepuasan Masyarakat Peningakatan Indeks Kepuasan masyarakat (IKM)
Masyarakat
Meningkatnya kepuasan masyarakat. Indeks Kepuasan Masyarakat Indeks Kepuasan Masyarakat 82,40 %
Catatan : - Pengisian nomor urut program agar mengacu kepada Renstra Provinsi Bali 2008-2013 (Lihat File
Renstra Bali 2008-2013) Bangli, 16 Januari 2016
- Nomor urut program sebanyak 5 (lima) digit Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
- Dalam pengisian form ini, mhn jangan melakukan pengubahan tabel
2 Meningkatnya tingkat Cost recovery rate 10,13 20,25 30,38 40,50 Meningkatnya Cost recovery rate
Kemandirian Operasional tingkat Kemandirian
Rumah Sakit Operasional
Rumah Sakit
3 Meningkatnya Kepuasan Indeks Kepuasan 20,60 41,20 61,80 82,40 Meningkatnya Indeks Kepuasan
Masyarakat Masyarakat Kepuasan Masyarakat
Masyarakat