l-BAB XII - PENDESAKAN LINIER
l-BAB XII - PENDESAKAN LINIER
p c (S w )
gy cos
1.0133x 10 6
(12-1)
Untuk menjelaskan hal ini lebih lanjut, tinjau situasi statik pada injeksi air ke dalam suatu
formasi yang mempunyai sudut kemiringan sebagai berikut:
Minyak
pc
gz
y
Sw = 1 - Sor
Air
Swa
Swc
1 - Sor
p c (S w ) p c p c gy cos gz
(12-2)
sehingga saturasi air pada Titik A dapat dibaca dari kurva tekanan kapiler sebesar Swa. Jika
injeksi kemudian dilanjutkan dan kemudian dihentikan kembali, maka akan diperoleh
gambar seperti di atas dengan distribusi saturasi air yang berbeda pada Titik X.
4.
q t q w qo
5.
Pendesakan terbatas pada geometri linier dengan sumur injeksi dan produksi
diperforasi sepanjang ketebalan formasi yang didesak, tanpa memperhitungkan efek dari
keberadaan streamline (potensial konstan) di sekitar sumur, dan saturasi dianggap
seragam di setiap titik di reservoir.
6.
Diffuse flow (menggunakan kurva fractional flow dan melibatkan metode BuckleyLeverett dan/atau metode Welge)
Yang dimaksud dengan diffuse flow adalah bahwa saturasi terdistribusi secara seragam
terhadap ketebalan. Asumsi diffuse flow akan memudahkan pemodelan pendesakan
dengan model satu dimensi. Dengan demikian, dapat digunakan permeabilitas relatif yang
dirata-ratakan terhadap ketebalan. Diffuse flow dapat terjadi pada dua kondisi ekstrim
yaitu:
- jika laju injeksi sangat tinggi sehingga kondisi kesetimbangan vertikal tidak terpenuhi
dan pengaruh tekanan kapiler dan gravitasi diabaikan, dan
- jika laju injeksi cukup rendah sehingga ketebalan zona transisi kapiler jauh melebihi
ketebalan reservoir dan akibatnya saturasi terdistribusi secara merata terhadap
ketebalan dan kondisi kesetimbangan vertikal dapat terpenuhi.
Dengan demikian, jika tidak terjadi salah satu dari kedua kondisi ekstrim tersebut maka
pendesakan yang terjadi berada dalam keadaan segregated flow. Kondisi segregated flow
memerlukan pemodelan dua dimensi untuk menghitung distribusi saturasi fluida secara
vertikal. Namun, dengan menggunakan cara perata-rataan saturasi pada arah normal
(tegak lurus) terhadap arah aliran, umumnya model dua dimensi tersebut dapat
disederhanakan menjadi model satu dimensi. Sebagai contoh, untuk pendesakan pada
reservoir berlapis (stratified system) seringkali model yang digunakan adalah model satu
dimensi dengan melakukan perata-rataan harga saturasi, permeabilitas relatif, dan tekanan
kapiler terhadap ketebalan (normal terhadap arah aliran).
H = zona transisi
Front
1 Sor
Sw
pc
Air
Minyak
Swc
Sw
Gambar 12 2 Distribusi saturasi air-minyak dalam batuan
Konsep Pendesakan Torak
Pada pendesakan torak (piston-like displacement) berlaku bahwa di daerah belakang front
mengalir hanya fluida pendesak dan di muka front hanya mengalir fluida yang didesak.
Dalam sistem pendesakan air terhadap minyak, maka saturasi di belakang dan di muka front
adalah sebagai berikut:
Di belakang front:
So Sor
ko = 0
Sw = 1 Sor
krw = krw*
Di muka front:
Sw = Swc
krw = 0
So = 1 Swc
ko = kro*
Seperti terlihat pada gambar di bawah, harga-harga saturasi dan permeabilitas relatif tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
k rw 1 Sor k *rw
k ro Swc k *ro
kro*
kro
krw*
krw
Swc
1- Sor
Aliran ini bersifat mantap (steady state). Secara skematik, sistem ini digambarkan sebagai
berikut:
p
Arah
aliran
x
0
L
Gambar 12 4 Sistem pendesakan air-minyak steady state
Pada batas minyak-air terjadi:
vw
vo
dimana:
dp
uw
w
D
dx w
(12-3)
dp
uo
o
D
dx o
(12-4)
D (1 S wc Sor )
dx w
dx o
(12-5)
dp w dp
M
dx o o dx w
(12-6)
(L x )
(12-7)
dp
dp
x
dx o
dx w
(12-8)
dx
dx
w
w
p ( L x )M
(12-9)
Sehingga didapatkan:
p
p
dp
(12-10)
dx w ( L x )M x ML (1 M ) x
Conductance ratio () adalah perbandingan velocity pada suatu waktu, vx, terhadap velocity
pada x = 0 (yaitu vo).
v
x
vo
(12-11)
(12-12)
ML
ML (1 M ) x
(12-13)
D
M
L
M
(12-14)
dengan xD adalah
M>1
M=1
1.0
M<1
0
1.0
xD
u
v w
D
[untuk
air,
di
mana
D (1 S wc Sor ) ]
(12-3)
dengan mensubstitusikan persamaan tersebut dengan (12-10) diperoleh:
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 6
dp
w p
w
D dx w
D (ML (1 M)x )
(12-15)
dimana : p p out p in
dan v dapat digunakan untuk menentukan waktu batas minyak-air mencapai jarak x, yaitu:
dx
w p
dt
D (ML x (1 M))
t0
D x
( ML (1 M ) s ds
w p 0
D
x2
MLx
(
1
M
)
0 0 ,
2
w p
(12-16)
0 x L (12-17)
D
x2
MLx
(
1
M
)
2
w p
(12-18)
Satuan untuk persamaan waktu di atas adalah waktu t dalam detik, permeabilitas k dalam
Darcy, tekanan p dalam atm, jarak x dalam cm, dan viskositas dalam cp.
Contoh 1: Pendesakan Linier Satu Dimensi
Sistem linier ini merupakan pendesakan air terhadap minyak dengan batas minyak-air
terletak pada x dimana panjang sistem linear adalah L. Tentukan waktu yang diperlukan oleh
batas minyak-air untuk mencapai jarak x = 50 m
1
w
p = p2 p1
o
k k *rw (0.2)(0.3)
0.12
w
0.5
w
0.3 / 0.5
M
3.75
0.8 / 5
D (1 S wc Sor )
0.2(1 0.2 0.2) 0.12
x2
(1 M ))
2
w p
D ( MLx
(5000) 2
0.12 3.75x10.000 x 5000
(1 3.75)
2
t
(0.12)(50)
b 2 4ac
2a
tp w
x2
(1 M ) MLx
0
2
D
(12-19)
2 p
ML (ML) w (1 M) t
D
x
(1 M)
2
0. 5
(12-20)
Lapisan i
Lapisan j
D
x2
MLx
(
1
M
)
2
w p
(12-18)
L2
ML (1 M)
t i p
2
D
wi
(12-19)
t
Breaktrough pada lapisan i
2 (1 M)
L
2 wi
(12-20)
Kedudukan front pada lapisan j adalah:
MLx j
x j2
2
wj
(1 M )
L2
(1 M )
2 wi
(12-21)
x2
MLx j (1 M )
L2
2
(1 M)
k *rw
k *rw
2 ki
kj
w
w
(12-22)
x2
L2 k j
(1 M) MLx
(1 M) 0
2
2 ki
(12-23)
Substitusikan:
ML
xj
2 4(1 M ) L k j
(ML)
(1 M)
2
2 ki
0.5
(12-24)
1 M
kj
ML (ML) 2 L2 (1 M 2 )
ki
xj
1 M
0.5
(12-25)
Sehingga didapatkan :
x
L j
kj
0.5
M M (1 M
ki
(1 M)
(12-26)
qw q j A ju j
(12-27)
p k *rw w i
qw
k jh j
Lw 1
(12-28)
Laju fluida yang didesak (minyak) berasal dari lapisan (i+1) sampai n:
n
i 1
i 1
qo q j A j u j
(12-29)
p
dp
wj wh j
(12-30)
ML x j (1 M )
dx w
q j wj A j
qj
p
k *rw
k j
wh j
w
L
xj
1
M
(12-31)
(1 M )
p n
k*
q o rw w
w
L i 1
k jh j
x
(1 M )
L j
(12-32)
k jh j
j1
q
n
WOR w
qo
k jh j
(12-33)
ji 1 M x (1 M )
L j
N pd
hj
j 1
(12-34)
h
j 1
Prosedur perhitungan recovery didasarkan pada lapisan yang terakhir tembus air (misalnya
lapisan i). Faktor waktu yang berkaitan dengan breakthrough:
t p L(1 M )
i
D
2 wi
(12-35)
Kedudukan front pada lapisan lain di luar lapisan i (pada lapisan yang lebih kecil
permeabilitasnya):
kj
M M 2 (1 M) 2
ki
x
1 M
L j
0.5
(12-36)
x
dihitung untuk j = i +1 sampai n. Berdasarkan harga tersebut dapat ditentukan
Harga
L
j
WOR dan NPD. Jadi dibuat tabulasi (berdasarkan persamaan 12-35):
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 11
L(1 M)
t p
i
2 wi
D
NpD
qw
B
( WOR ) s w
qo
Bo
(12-37)
B
( WOR ) s ( WOR ) o
Bw
(12-38)
WOR s
(12-39)
W p j1 W p j N p (WOR )s
(12-40),
Untuk mendapatkan persamaan fractional flow, tinjau pendesakan minyak dalam reservoir
yang mempunyai kemiringan seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:
qt
qi
h
qo
k k ro Ap o o
g sin
k k p
ro A o o
o
x
o x 1.0133x10 6
qw
k k rw Ap w w
p
g sin
kk
(12-42)
rw A w w
w
x
w x 1.0133x10 6
(12-41)
Dengan memperhatikan
qo q t q w
pc po p w
maka dapat dijabarkan persamaan fractional flow sebagai berikut:
w
q
p
g sin
o t o A c
6
k
k
k
x
k ro
1.0133x10
k rw k ro
q w
(12-43)
x
x
x
(12-44)
dan
w o
(12-45)
fw
qw
q
w
q w qo qt
(12-46)
k k ro p c g sin
1
A
6
q t o x 1.0133x10
fw
k
1 w ro
o k rw
(12-47)
Atau dalam satuan lapangan yaitu permeabilitas dalam md, laju alir dalam bbl/hari, viskositas
dalam cp, luas penampang dalam ft2, tekanan dalam psi, = gravity, persamaan fractional
flow di atas dapat dituliskan sebagai berikut:.
1 1.127 10 3
fw
k k ro p c
A
0.4335 sin
q t o x
k
1 w ro
o k rw
(12-48)
Pengaruh masing-masing parameter tekanan kapiler dan gravitasi pada persamaan fractional
flow adalah sebagai berikut. Berdasarkan konvensi, sudut diukur dari garis atau bidang
horizontal ke garis yang menunjukkan arah aliran. Oleh karena itu, ruas yang menyatakan
efek gravitasi pada persamaan tersebut akan positif untuk pendesakan dengan arah up dip (ke
atas dengan 0 < < ) dan negative untuk pendesakan dengan arah down dip (ke bawah
dengan < < 2)) seperti ditunjukkan oleh gambar berikut. Dengan demikian, jika
parameter lainnya dibuat sama, maka fractional flow untuk up dip lebih kecil dibandingkan
dengan fractional flow untuk down dip).
0<<
positif
< < 2
negatif
x
S w x
(12-49)
Seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut, maka harga-harga kedua suku pada ruas
kanan persamaan gradient tekanan kapiler di atas adalah bernilai negatif. Dengan demikian
gradient tekanan kapiler selalu berharga positif. Akibatnya, tidak tergantung pada arah aliran
apakah mengalir ke atas (up dip) atau mengalir ke bawah (down dip), keberadaan gradient
tekanan kapiler selalu memperbesar fractional flow.
p c
0
S w
p c
positif
x
S w
0
x
1-Sor
pc
-dpc
dSw
Sw
Shock
front
-dSw
dx
Swf
Swc
Sw
x
Gambar 12 11 Kurva pc vs Sw dan kurva Sw vs jarak
Distribusi saturasi terhadap lokasi linier x, seperti ditunjukkan oleh gambar di atas (kanan),
adalah pada suatu waktu setelah dilakukan injeksi sejumlah air. Terlihat bahwa terdapat
(shock) front yang jelas, yaitu terdapat diskontinuitas saturasi air. Artinya, ada lonjakan harga
saturasi air dari harga Swc ke Swf pada lokasi yang sama. Pada lokasi shock front inilah hargaharga pc/Sw dan Sw/x mempunyai harga yang maksimum (lihat kedua gambar di atas).
Dengan demikian harga pc/x juga maksimum. Di belakang front, harga pc/x relatif kecil
sehingga dapat diabaikan dalam persamaan fractional flow.
Oleh karena itu, jika gradient tekanan kapiler diabaikan, maka jika pendesakan dilakukan
pada reservoir horizontal (dimana sin = 0), maka persamaan fractional flow menjadi jauh
lebih sederhana, yaitu:
fw
1
k
1 w ro
o k rw
(12-50)
Gambar berikut menunjukkan kurva fractional flow, yaitu plot antara fw vs. Sw. Beberapa
parameter yang tertera pada gambar tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut ini.
Sw
1.0
S wf , f w
1.0
Swf
fw
fw
Swc
Sw
1-Sor
1.0
Sw
1.0
pendesakan. Dengan anggapan kondisi aliran diffuse, konservasi massa melalui elemen
volume Adx seperti ditunjukkan secara skematik pada gambar berikut ini menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
dx
q ww
q w w
Adx
x dx
x
x + dx
Gambar 12 13 Gambar skematik diffusion flow sempurna
Mass flow rate
in out
q w w x q w w x dx Adx w S w
t
(12-51)
q w w dx Adx w S w
q ww x q ww x
x
t
(12-52)
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
(q w w ) A ( w S w )
x
t
(12-53)
Dengan anggapan incompressible maka w = konstan sehingga dapat dihilangkan dari kedua
sisi:
q w
S
A w
x
t
(12-54)
q w
S
A w
x t
t x
Untuk aliran incompressible, qt = konstan, dan dengan menggunakan:
qw qt f w
(12-55)
f w
S
A w 0
x
t
(12-56)
maka
qt
f w
S
w 0
x
t
(12-57)
dS w
S w
S
dx w dt
x t
t x
(12-58)
Yang menjadi perhatian kita adalah gerakan dari bidang dengan saturasi konstan, sehingga
dSw = 0. Maka:
S w
S
x
w
t x
x t t S
w
(12-59)
Selanjutnya, dengan chain rule:
q w q w S w
x t S w x t
(12-60)
q w
S
A w
x t
t x
(12-54)
diperoleh:
q w S w
S
A w
t x
S w x t
(12-61)
q w S w
S dx
A w
x t dt S
S w x t
w
(12-62)
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 18
Atau
q w
x
A
Sw t
t S
(12-63)
Lagi, untuk aliran incompressible, qt = konstan, dan dengan menggunakan:
qw qt f w
(12-55)
f w
dx
A
S w
dt S
w
(12-56)
diperoleh:
qt
q df w
dx
t
dt S
A dS w S
w
w
(12-57)
Persamaan (12-57) di atas disebut dengan persamaan frontal advance atau persamaan
Buckley-Leverett, yang juga dapat ditulis sebagai:
vS w
q t f w
A S w
Sw
(12-58)
Persamaan frontal advance menyatakan bahwa untuk suatu injeksi air dengan laju injeksi
konstan maka kecepatan bidang saturasi konstan berbanding lurus dengan turunan
(derivative) persamaan fractional flow yang dihitung pada saturasi tersebut. Integrasi
Persamaan (12-57) untuk waktu sejak injeksi dimulai, maka
1 df w t
x
q t dt
A
dS
w0
Sw
x
W df
i w
S w A dS w S w
(12-59)
(12-60)
dimana Wi adalah kumulatif air yang injeksikan sejak injeksi dimulai dengan asumsi bahwa
Wi = 0 pada t = 0. Dengan demikian Persamaan (12-60) dapat digunakan untuk memplot
posisi bidang saturasi konstan untuk waktu tertentu sejak injeksi dimulai dengan hanya
menghitung slope kurva fractional flow pada saturasi tersebut.
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 19
Namun, terdapat sedikit kesulitan untuk menentukan lokasi bidang saturasi konstan dengan
metode di atas karena bentuk kurva fractional flow yang menunjukkan bentuk S. Dengan
bentuknya yang demikian, maka plot dari slope kurva fractional flow terhadap saturasi akan
menunjukkan titik maksimum seperti ditunjukkan pada gambar 12-14 (kiri). Oleh karena itu,
penggunaan Persamaan (12-60) untuk memplot distribusi saturasi terhadap lokasi akan
berbentuk kurva seperti ditunjukkan pada gambar 12-14 (kanan). Sudah tentu profile saturasi
seperti ini tidak mungkin terjadi karena ternyata ada lebih dari satu harga saturasi pada satu
lokasi yang sama. Yang terjadi sebenarnya di reservoir adalah bahwa pada harga dfw/dSw
maksimum, yang berarti pada kecepatan maksimum, harga saturasi pada titik itu akan mulai
menutup harga saturasi yang lebih rendah sehingga terjadi saturation discontinuity atau
shock front. Dengan kata lain, persamaan (12-57) dan persamaan (12-60) hanya bisa
digunakan pada lokasi di belakang shock front, yaitu pada lokasi dimana harga saturasi
berada pada selang:
S wf S w 1 Sor
dimana Swf adalah saturasi shock front. Pada interval saturasi ini, umumnya gradient tekanan
kapiler dapat diabaikan sehingga persamaan fw vs Sw yang digunakan pada Persamaan (12-57)
dan (12-60) menjadi lebih sederhana.
v Sw
1-Sor
df w
dS w
Swf
Sw
Swc
Swc
Sw
Swf 1-Sor
A
B
discontinuity).
Bidang dimana
terdapat
diskontinuitas
saturasi tersebut
digambarkan sebagai garis putus-putus pada gambar di atas (kanan). Secara grafis, bidang
tersebut dapat ditentukan jika luas daerah A sama dengan luas daerah B.
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 20
Sw
Sw
Swf
Swc
x1
x2
x
Gambar 12 15 Skema penentuan saturasi metode Welge
Situasi yang digambarkan di atas adalah pada suatu waktu tertentu, sebelum terjadi water
breakthrough di sumur produksi dengan kumulatif injeksi Wi. Pada gambar 12-15, saturasi air
maksimum, Sw = 1 Sor, telah bergerak sejauh x1 dengan kecepatan yang sebanding dengan
slope kurva fractional flow seperti dijelaskan oleh Buckley-Leverett. Saturasi front dari
pendesakan, Swf, berada pada lokasi x2. Maka dengan menggunakan konsep material balance:
W i x 2 A(S w S wc)
(12-61)
Atau dalam bentuk lain :
S w S wc
Wi
x 2 A
(12-62)
S w S wc
df w
dS w S
wf
(12-63)
Berdasarkan gambar 12-15, saturasi air rata-rata di belakang front,
Sw ,
dengan cara
1 Sor x1
Sw
S w dx
(12-64)
x1
x2
df
w
S w dS w S w
1 Sor
Sw
S wf
df w
df w
S w d
dS w 1 S
dS w
1 S or
or
df w
dS w S
(12-65)
wf
udv uv vdu
S
S wf
wf
df w
df w wf
S
d
(
S
)
f
w
w
w
dS w 1 S
dS w
1 S or
1 S or
or
Sehingga persamaan
Sw
di atas menjadi:
1 Sor df w
Sw
(12-66)
dS w 1 S
or
Sw
wf
df w wf
fw
dS w 1 S
1 S or
or
df w
dS w S
wf
(12-67)
Sw
Dengan demikian,
Sw
dfw
Swf fw 1
dS w S S
wf
wf
df w
dSw S
(12-68)
wf
1 f
w
Sw wf
Swf
df w
dSw S
(12-69)
wf
Sw
S w S wc
1
df w
dS w S
Wi
x 2 A
wf
(12-70)
dalam bentuk lain dapat ditulis sebagai:
f1
w
dfw Swf 1
dSw S SwSwf SwSwc
(12-71)
wf
Secara grafis, persamaan di atas ditunjukkan oleh gambar skematik berikut. Garis singgung
dari titik Sw = Swc, fw = 0 ke kurva fractional flow mempunyai kordinat Sw = Swf, fw =
fwS
=
wf
dan titik potong garis singgung tersebut yang diekstrapolasi sampai f w = 1 adalah Sw
S w , fw = 1. Oleh karena itu, dengan sendirinya, saturasi rata-rata di belakang front dapat
S wc S w 1 Sor .
Sw
1.0
fwS
wf
fw
Swc
Sw
Swf
1-Sor
1.0
berbeda, yaitu untuk mengkaji pengaruh kenaikan saturasi air di sumur produksi. Dalam hal
ini, x2 = L dan Persamaan (12-60) dapat dinyatakan sebagai:
Wi
1
Wid
LA
df w
dS w S
(12-72)
we
1-Sor
-dSw
Swe
Swbt = Swf
dx
Swf
Swc
dimana Swe
Sw
S wbt
Sw
Sw
breakthrough Swe = Swbt = Swf dan Wid adalah pore volume dimensionless dari air yang
diinjeksikan. Sebelum breakthrough, dengan mengingat aliran incompressible, recovery
minyak adalah sama dengan jumlah air yang diinjeksikan; tidak ada air yang terproduksikan.
Pada saat breakthrough saturasi front Swf = Swbt mencapai sumur produksi dan water cut
meningkat tiba-tiba dari nol menjadi fwbt = fw(Swf). Pada waktu tersebut Persamaan 12-71
dievaluasi terhadap x = L (Persamaan 12-72), sehingga
Wid
N pd
bt
bt
q id t bt S Swc
w bt
1
df w
dSw S
(12-73)
w bt
qi
AL
(12-74)
Wid, bt
q id
(12-75)
Setelah breakthrough, x tetap konstan sama dengan L dan Swe dan fwe meningkat sejalan
dengan injeksi seperti terlihat pada gambar di atas. Setelah breakthrough tersebut, penentuan
recovery relative lebih rumit dan memerlukan penerapan persamaan Welge untuk
memperoleh saturasi rata-rata
Sw
(Swe), yaitu:
S w S we 1 f we
1
df w
dS w S
we
(12-76)
S w S we 1 f we Wid
(12-77)
Dengan mengurangkan Swc pada Persamaan (13) maka diperoleh Npd sebagai berikut:
(PV)
(12-78)
Untuk menggunakan Persamaan (12-73) dan (12-77) dilakukan prosedur sebagai berikut:
fw
1
k
1 w ro
o k rw
1
fw
k k ro p c g sin
6
q t o x 1.0133x10
k
1 w ro
o k rw
Jika perlu, masukan efek gravitasi dengan mengabaikan efek gradient tekanan kapiler.
2. Tarik garis singgung dari titik (Sw = Swc, fw = 0) sehingga diperoleh kordinat Sw = Swf =
Swbt, fw = fw(Swf) = fw(Swbt) dan ekstrapolasi ke fw = 1 menghasilkan
S w S wbt .
Gunakan persamaan 12-73 dan 12-75 untuk mendapatkan recovery dan waktu pada saat
breakthrough.
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 26
Wid
N pd
bt
bt
q id t bt S Swc
w bt
1
df w
dSw S
w bt
serta
t BT
Wid, bt
q id
3. Ambil Swe sebagai variabel independent. Kemudian anggap harga Swe naik, misalnya 5%
di atas Swbt. Untuk Swe > Swbt, maka kordinat titik-titik pada kurva fractional flow akan
mempunyai harga Sw = Swe, fw(Swe). Hitung saturasi rata-rata dengan menggunakan
persamaan 12-76:
S w S we 1 f we
Sw
1
df w
dS w S
we
dengan
N p S w S wc
(12-79)
Untuk setiap harga Swe, dengan menggunakan persamaan 12-72 hitung
W id
1
df w
dSw
Swe
W id
.
q id
x1
C
1.0
x3
x2
fw3
fw
fw2
fw1
Sw1 Sw3
Sw2
Sw
A
Swc
1.0
f w1
1
f w2
1
S w SwF
S w S wc
fw
min
S w S wC
.
fw
min
625 ft
2000 ft
Injektor
Produser
Sw
krw
kro
fw
0.2
0.25
0.3
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0
0.002
0.009
0.020
0.033
0.051
0.075
0.100
0.132
0.170
0.208
0.251
0.300
0.80
0.61
0.47
0.37
0.285
0.220
0.163
0.120
0.081
0.050
0.027
0.010
0
0.0
0.32
0.161
0.351
0.537
0.699
0.821
0.893
0.942
0.971
0.987
0.996
1.000
Sw Swc
fw
1.5625
0.621
0.427
0.372
0.357
0.365
0.391
0.424
fw
1
k
1 w ro
o k rw
(12-50)
WOR s
f w Bw
,
1 f w B o
dimana WOR 1 f w f w
WOR
WOR 1
1 f w
WOR s
Bo
f
w
Bw
WOR s WOR s f w f w
Bo
Bw
Bo
(WORs) f w WOR s
Bw
WOR s
B
WOR s o
Bw
Wid
Wid PV
cuft
qt
q t 5.615 x 365 cuft tahun
(12-78)
dan
Wid
1
df w
dS w S
(12-72)
we
Segregated flow umumnya terjadi pada reservoir miring dengan bottom water. Lagi, pada
daerah yang didesak air berlaku air yang mengalir dengan krw= krw* dan pada daerah minyak
(uninvaded zone) hanya minyak yang mengalir dengan kro= kro* dengan masing-masing harga
permeabilitas relative tersebut seperti dijelaskan di atas. Gambaran dari batas minyak-air
pada sistem 2 dimensi reservoir miring tersebut dapat berbentuk:
stabil
tidak stabil.
Pada kondisi stabil front bergerak pada sudut yang konstan sedangkan pada kondisi tidak
stabil front bergerak seperti lidah (tongue) dengan sudut front dengan arah aliran adalah 0
derajat. Ketiga bentuk front ini diberikan seperti gambar berikut ini dan aliran ini dikenal
pula sebagai segregated flow. Tentang segregated flow ini dan segregation drive akan
dijelaskan lebih lanjut pada Bab V: Segregation Drive.
Stabil
<
dy
dx
Minyak
Air
dx
Arah
aliran
y
x
Stabil
>
dy
=0
=0
Gambar 12 18 Pendesakan pada reservoir miring (a) dan (b) stabil, (c) tidak stabil
Aliran terpisah (segregated flow) ini berdasarkan aliran incompressible yang mengikuti
persamaan Darcy dimana flux minyak dan air pada batas minyak-air adalah sama, yaitu:
uo ut
g sin
k k *ro p o
o
o x 1.0133x10 6
(untuk minyak)
uw ut
k k *rw p w w g sin
w x 1.0133x10 6
(untuk air)
MINYAK
Sw = Swc
So = 1 Swc
AIR
Sw = 1 - Sor
So = Sor
Gambar 12 18 Pendesakan minyak oleh air di bawah kondisi segregated flow
Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut dan menggunakan
dp c d o w
g sin
dy
(12-80)
dy 1
dx tan
(12-81)
1.0133x10 6
k k *rw A sin
6
k ro
1.0133x10 w q t
M 1 G
dy 1
1
dx tan
(12-82)
jika
k *rw k *ro
M
/
w o
G 4.9 x10 4
kk rw * sin
yang disebut dengan gravity number (dimensionless).
q t w
dimana:
k = Permeabilitas, md
A = Luas permukaan bidang alir, ft2
(12-83)
Jika = 0 maka aliran tidak stabil dan ini terjadi pada G = M 1. Berdasarkan kondisi ini
dapat dicari laju aliran kritis, yaitu:
q crit 4.9 x10 4
k k *rw A sin
w (M 1)
(12-84)
Sedangkan, aliran akan stabil bila G > M 1 sehingga hubungan aliran stabil dan critical rate
diperoleh sebagai:
q
G crit ( M 1)
qt
(12-85)
Seperti pernah disinggung pada Bab XI: Water Coning, bila ditinjau dari mobility ratio (M)
maka dapat dikatakan bahwa:
Jika M > 1, maka stabil bila G > M - 1 < dan tidak stabil bila G < M - 1
Jika M = 1, maka selalu stabil, =
Jika M < 1, maka selalu dan pasti stabil, >
Penentuan Kinerja Reservoir Dengan Segregated Flow
Kondisi stabil
h/tan
N pD
Np
(12-86)
Vb 1 S wc S or
h
WIDBT
2 L tan
(12-87)
Setelah BT
h ye
tan
h - ye
ye
h ye 2
(12-88)
2hL tan
2
WiD N pD
ye
2hL tan
(12-89)
k k *rw A sin
qt w
k *rw w
k *ro o
2. Hitung sudut
M 1 G
tan
G
tan
3. Hitung N pD BT WIDBT
N pD BT 1
h
2L tan
y
y
4. Tentukan NPD setelah berdasarkan 1 e 0 , dengan pertambahan e 0.1 sampai
h
h
y e h 1.0
N PD 1
h 1 y e h 2
2L tan
WID N PD
h 1 y e h 2
2L tan
(q w w ) A (S w w )
x
t
dan dijabarkan menjadi:
q t df w
dx
v Sw
dt S
A d S w t
w
Persamaan Buckley-Leverett
1 dimensi
Diturunkan untuk aliran linier tapi bisa dikembangkan untuk aliran radial (buku Collins)
Diturunkan untuk pendesakan minyak aoleh air ttapi bisa dikembangkan untuk
pendesakan minyak oleh gas
Total aliran
q ' t qwBw qoBo
Sw berubah dari Sw/t menjadi (Sw + dSw)/t+dt sehingga laju peerubahan volume air dalam
volume element :
dW
Ac dx
dt
5.615
Sw
....................................................... (1)
x
Jika water cut pada x adalah fw, maka water cut pada x + dx adalah (fw dfw)
Maka laju alir air yang masuk volume element pada x adalah fwqt dan pada x + dx adalah
(fw dfw) qt sehingga :
dW
( fw dfw)q ' t fwq ' t
dt
q' t dfw
(2)
dt
Ac dx
(3)
t
Jika viskositas minyak dan air konstan, makafw = f (Sw) yang berarti fungsi dari x dan t
Sw
Sw
dt
dx
t x
x t
dSw
............................................. (4)
x
, yaitu untuk
Sw
dSw = 0
Sehingga (4) menjadi :
Sw
Sw
dt
dx
t x
x t
atau :
x
Sw
Sw / t x
(Sw / x)t
dt
5.615 q ' t fw
Ac Sw
Sw
atau :
x
dt
Sw
. (5)
t
fw
konstan
Sw
5.615 q ' t fw
0 dx Ac Sw
dt
Sw 0
atau :
x
5.615 q ' t fw
Ac Sw
Sw
Welge method:
INDEX
Proses pendesakan
Tekanan kapiler
Pendesakan torak
Buckley-Leverett
Fractional flow
Water injection
Produced Water
Persamaan Welge
Saturasi rata-rata
Breakthrough
Mobilitas
Mobility Ratio
Aliran Kritis
DAFTAR ISTILAH
Simbol
o
w
A
Bo
Bw
fw
g
G
ko
kro
kro*
krw
krw*
M
Np
NpdBT
pc
D
qcrit
qi
qid
qo
qt
qw
So
Sor
Sw
Sw
Swbt
Swc
Swe
Swe
Swf
tBT
Uo
uw
vo
vw
Wi
WOR
WORs
Wp
o
w
Definisi
Satuan
Viskositas
Viskositas minyak
Viskositas air
Luas permukaan bidang alir
Faktor volume formasi minyak
Faktor volume formasi air
Fraksi alir air
Percepatan gravitasi
Gravity Number
Permeabilitas minyak
Permeabilitas relatif minyak
Permeabilitas relatif minyak maksimum (pada Swc)
Permeabilitas relatif air
Permeabilitas relatif air maksimum (pada Sor)
Mobility Ratio
Produksi minyak kumulatif
Kumulatif produksi minyak saat breakthrough
Tekanan kapiler
Displaceable porosity
Laju aliran kritis
Laju injeksi air
Laju injeksi air dimensionless
Debit aliran minyak
Debit aliran fluida total
Debit aliran air
Saturasi minyak
Saturasi minyak residual
Saturasi air
Saturasi air rata-rata
Saturasi air di front saat breakthrough
Saturasi air awal di reservoir
Saturasi air di sumur produksi
Saturasi air front pada sumur produksi
Saturasi air di shock front
Waktu yang diperlukan hingga terjadinya
breakthrough
Kecepatan alir minyak di reservoir
Kecepatan alir air di reservoir
Flux aliran minyak di reservoir
Flux aliran air di reservoir
Kumulatif air injeksi
Water Oil Ratio
Water Oil Ratio pada keadaan permukaan
Produksi air kumulatif
Conductance Ratio
Mobilitas fasa minyak
Mobilitas fasa air
Densitas
cp
cp
cp
ft2
res bbl / STB
res bbl / STB
fraksi, unitless
ft2 / s
dimensionless
md
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
rasio, unitless
STB
STB
Psi
fraksi, unitless
STB / hari
STB / hari
dimensionless
bbl/day
bbl/day
bbl/day
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
hari
bbl/day-ft2
bbl/day-ft2
bbl/day-ft2
bbl/day-ft2
STB
rasio, unitless
rasio, unitless
STB
fraksi, unitless
md/cp
md/cp
lb/ft3
o
w
Densitas minyak
Densitas air
lb/ft3
lb/ft3
REFERENSI
1. Craft, B.C., Hawkins, M.: Applied Petroleum Reservoir Engineering, Revised by Terry,
R.E., Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ (1991).
2. Dake, L.P.: Fundamentals of Reservoir Engineering, Elsevier Scientific Publishing Co.,
New York, NY (1978).
3. Mamora, D.D. and Wu, C.H.: PETE 420 Reservoir Engineering I, Class Notes for 1993
Fall Semester, Texas A&M University, 1993.