Anda di halaman 1dari 43

BAB XII: PENDESAKAN LINIER TAK TERCAMPUR

(Versi 2 November 2004)


Bab ini menjelaskan tentang fenomena pendesakan fluida ke dalam reservoir untuk
meningkatkan perolehan minyak. Pendesakan yang dimaksud adalah injeksi air untuk
mendorong minyak menuju sumur produksi. Pembahasan dalam bab ini terbatas pada asumsiasumsi yang diterapkan pada proses pendesakan tersebut. Asumsi-asumsi utama yang
digunakan diantaranya:
1. Pendesakan melibatkan dua fluida yang tidak tercampur satu sama lain (immiscible), yaitu
air dan minyak. Implikasi dari asumsi ini adalah terdapatnya bidang kontak yang jelas di
antara kedua fluida.
2. Proses pendesakan adalah imbibisi, yaitu air mendesak minyak dalam reservoir yang
bersifat water-wet. Implikasi dari asumsi ini adalah permeabilitas relatif dan tekanan
kapiler harus diukur dalam keadaan imbibisi.
3. Pendesakan umumnya terjadi di bawah kondisi kesetimbangan secara vertikal terhadap
ketebalan formasi yang didesak. Dalam hal ini, terjadi kesetimbangan hidrostatik
sehingga distribusi saturasi dapat ditentukan sebagai fungsi dari tekanan kapiler (atau
ketinggian) atau, dengan kata lain, fluida terdistribusi secara vertikal menurut
kesetimbangan kapiler-gravity, yaitu:

p c (S w )

gy cos
1.0133x 10 6

(12-1)

Untuk menjelaskan hal ini lebih lanjut, tinjau situasi statik pada injeksi air ke dalam suatu
formasi yang mempunyai sudut kemiringan sebagai berikut:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 1

Minyak

pc

gz

y
Sw = 1 - Sor
Air

Swa

Swc

1 - Sor

Gambar 12 1 Proses Injeksi ke dalam Formasi dengan sudut kemiringan


Statik yang dimaksud di sini adalah bahwa gambar tersebut memperlihatkan situasi
dimana injeksi air dihentikan pada saat bidang saturasi air S w = 1 Sor dengan pc = 0
mencapai Titik X. Jika kurva tekanan kapiler memperlihatkan zona transisi yang jelas
seperti ditunjukkan pada gambar 12-1 (kanan), maka di atas Titik X saturasi akan
terdistribusi menurut kurva pc. Sebagai contoh, pada Titik A, yang berjarak y (normal
terhadap dip atau arah aliran) dari bottom formasi mempunyai tekanan kapiler:

p c (S w ) p c p c gy cos gz

(12-2)

sehingga saturasi air pada Titik A dapat dibaca dari kurva tekanan kapiler sebesar Swa. Jika
injeksi kemudian dilanjutkan dan kemudian dihentikan kembali, maka akan diperoleh
gambar seperti di atas dengan distribusi saturasi air yang berbeda pada Titik X.
4.

Pendesakan bersifat incompressible karena hanya melibatkan air sebagai fluida


pendesak dan minyak sebagai fluida yang didesak. Implikasi dari asumsi ini adalah:

q t q w qo
5.

Pendesakan terbatas pada geometri linier dengan sumur injeksi dan produksi
diperforasi sepanjang ketebalan formasi yang didesak, tanpa memperhitungkan efek dari
keberadaan streamline (potensial konstan) di sekitar sumur, dan saturasi dianggap
seragam di setiap titik di reservoir.

6.

Metode perhitungan kinerja pendesakan dikembangkan menurut salah satu dari


keadaan berikut:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 2

Diffuse flow (menggunakan kurva fractional flow dan melibatkan metode BuckleyLeverett dan/atau metode Welge)

Segregated flow (metode perhitungan dikembangan menurut kriteria stabilitas


pendesakan dari Dietz).

Yang dimaksud dengan diffuse flow adalah bahwa saturasi terdistribusi secara seragam
terhadap ketebalan. Asumsi diffuse flow akan memudahkan pemodelan pendesakan
dengan model satu dimensi. Dengan demikian, dapat digunakan permeabilitas relatif yang
dirata-ratakan terhadap ketebalan. Diffuse flow dapat terjadi pada dua kondisi ekstrim
yaitu:
- jika laju injeksi sangat tinggi sehingga kondisi kesetimbangan vertikal tidak terpenuhi
dan pengaruh tekanan kapiler dan gravitasi diabaikan, dan
- jika laju injeksi cukup rendah sehingga ketebalan zona transisi kapiler jauh melebihi
ketebalan reservoir dan akibatnya saturasi terdistribusi secara merata terhadap
ketebalan dan kondisi kesetimbangan vertikal dapat terpenuhi.
Dengan demikian, jika tidak terjadi salah satu dari kedua kondisi ekstrim tersebut maka
pendesakan yang terjadi berada dalam keadaan segregated flow. Kondisi segregated flow
memerlukan pemodelan dua dimensi untuk menghitung distribusi saturasi fluida secara
vertikal. Namun, dengan menggunakan cara perata-rataan saturasi pada arah normal
(tegak lurus) terhadap arah aliran, umumnya model dua dimensi tersebut dapat
disederhanakan menjadi model satu dimensi. Sebagai contoh, untuk pendesakan pada
reservoir berlapis (stratified system) seringkali model yang digunakan adalah model satu
dimensi dengan melakukan perata-rataan harga saturasi, permeabilitas relatif, dan tekanan
kapiler terhadap ketebalan (normal terhadap arah aliran).
H = zona transisi

Front

1 Sor
Sw

pc
Air

Minyak

Swc

Sw
Gambar 12 2 Distribusi saturasi air-minyak dalam batuan
Konsep Pendesakan Torak
Pada pendesakan torak (piston-like displacement) berlaku bahwa di daerah belakang front
mengalir hanya fluida pendesak dan di muka front hanya mengalir fluida yang didesak.

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 3

Dalam sistem pendesakan air terhadap minyak, maka saturasi di belakang dan di muka front
adalah sebagai berikut:
Di belakang front:

So Sor

ko = 0

Sw = 1 Sor

krw = krw*

Di muka front:
Sw = Swc

krw = 0

So = 1 Swc

ko = kro*

Seperti terlihat pada gambar di bawah, harga-harga saturasi dan permeabilitas relatif tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
k rw 1 Sor k *rw

k ro Swc k *ro

kro*
kro

krw*
krw

Swc

1- Sor

Gambar 12 3 Kurva kr terhadap Sw


Seperti disebutkan di atas, pada pendesakan torak, di belakang front tidak terdapat gradien
saturasi, sehingga keadaan saturasi minyak residual (Sor) sudah terjadi pada titik masuk. Ini
berarti tidak ada zona transisi, dimana pengaruh tekanan kapiler dapat diabaikan (lihat
gambar zona transisi kapiler di atas).
Pendesakan Torak Pada Formasi Linier Satu Dimensi
Dalam sistem aliran pendesakan dua fasa dimana air mendesak minyak, maka di belakang
front mengalir fluida pendesak (yaitu air) dan di muka front hanya minyak yang mengalir.
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 4

Aliran ini bersifat mantap (steady state). Secara skematik, sistem ini digambarkan sebagai
berikut:
p
Arah
aliran

x
0
L
Gambar 12 4 Sistem pendesakan air-minyak steady state
Pada batas minyak-air terjadi:

vw

vo

dimana:

dp
uw
w
D
dx w

(12-3)

dp
uo
o
D
dx o

(12-4)

D (1 S wc Sor )

Pada batas tersebut berlaku vw = vo, sehingga


dp
dp
o

dx w
dx o

(12-5)

dp w dp
M
dx o o dx w

(12-6)

Perbedaan tekanan total dinyatakan sebagai :


p p o p w
p

(L x )

(12-7)

dp
dp
x
dx o
dx w

(12-8)

dengan menggabungkan persamaan (12-6) dengan (12-8) diperoleh:


dp
dp
x

dx
dx

w
w

p ( L x )M

(12-9)

Sehingga didapatkan:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 5

p
p
dp

(12-10)
dx w ( L x )M x ML (1 M ) x

Conductance ratio () adalah perbandingan velocity pada suatu waktu, vx, terhadap velocity
pada x = 0 (yaitu vo).
v
x
vo

(12-11)

dengan menggabungkan persamaan (12-11) dengan (12-10) diperoleh :


p
( L x )M x
=
p
ML
=

(12-12)

ML
ML (1 M ) x

(12-13)

sehingga diperoleh nilai :


1
1
= 1 1 1 x = 1 1 1 x

D
M
L
M

(12-14)

dengan xD adalah
M>1

M=1

1.0

M<1
0

1.0

xD

Gambar 12 5 Kurva conductance ratio terhadap jarak untuk berbagai mobilitas


Tinjau kembali persamaan (12-3), kecepatan fluida dalam media berpori (velocity bukan flux)
adalah:

u
v w
D

[untuk

air,

di

mana

D (1 S wc Sor ) ]

(12-3)
dengan mensubstitusikan persamaan tersebut dengan (12-10) diperoleh:
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 6

dp
w p
w
D dx w
D (ML (1 M)x )

(12-15)

dimana : p p out p in
dan v dapat digunakan untuk menentukan waktu batas minyak-air mencapai jarak x, yaitu:

dx
w p

dt
D (ML x (1 M))

t0

D x
( ML (1 M ) s ds
w p 0

D
x2
MLx

(
1

M
)
0 0 ,

2
w p

(12-16)

0 x L (12-17)

Sehingga didapatkan waktu untuk mencapai jarak x sebagai :

D
x2
MLx

(
1

M
)

2
w p

(12-18)

Satuan untuk persamaan waktu di atas adalah waktu t dalam detik, permeabilitas k dalam
Darcy, tekanan p dalam atm, jarak x dalam cm, dan viskositas dalam cp.
Contoh 1: Pendesakan Linier Satu Dimensi
Sistem linier ini merupakan pendesakan air terhadap minyak dengan batas minyak-air
terletak pada x dimana panjang sistem linear adalah L. Tentukan waktu yang diperlukan oleh
batas minyak-air untuk mencapai jarak x = 50 m
1
w

p = p2 p1
o

Gambar 12 6 Ilustrasi contoh 1


Diketahui :
krw* = 0.3, w = 0.5 cp, = 0.2, kro* = 0.8, o = 5 cp, p = -50 atm, L = 100 m, k = 0.2 D, Sor
= 0.2, Swc = 0.2,

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 7

k k *rw (0.2)(0.3)

0.12
w
0.5
w

0.3 / 0.5
M
3.75
0.8 / 5

Pada harga x = 50 m tentukan waktu pendesakan (t).

D (1 S wc Sor )
0.2(1 0.2 0.2) 0.12

gunakan persamaan (12-18)


t

x2
(1 M ))
2
w p

D ( MLx

(5000) 2
0.12 3.75x10.000 x 5000
(1 3.75)

2
t

(0.12)(50)

t 3062500 det 35.45 hari


Dari persamaan t tersebut dapat dijabarkan persamaan x untuk harga t tertentu yaitu dengan
cara mencari akan kuadratis dari x menggunakan persamaan mencari akar sebagai berikut:
x

b 2 4ac
2a

dimana persamaan kuadratis dalam x:

tp w
x2
(1 M ) MLx
0
2
D

(12-19)

sehingga akar dari persamaan di atas dalam x adalah

2 p
ML (ML) w (1 M) t
D

x
(1 M)
2

0. 5

(12-20)

Kinerja Pendesakan Torak Pada Formasi Linier Berlapis


Formasi yang berlapis-lapis memiliki permeabilitas yang berbeda-beda. Akan tetapi tiap
lapisan memiliki D yang sama.

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 8

Lapisan i
Lapisan j

Gambar 12 7 Pendesakan Torak Pada Formasi Linier Berlapis


Pendesakan pada tiap lapisan terjadi pada aliran dengan M yang sama. Dengan menggunakan
persamaan letak batas pada tiap lapisan (x) untuk waktu tertentu (t). Untuk menghitung
recovery dan water-oil ratio, lapisan disusun dari permeabilitas terbesar sampai terkecil
seperti ditunjukkan pada gambar skematik di atas. Anggaplah lapisan i terjadi tembus fluida
(breakthrough), maka yang perlu diketahui (ditentukan) adalah kedudukan front pada lapisan
yang permeabilitasnya lebih kecil (lapisan j) yang belum breakthrough.

D
x2
MLx

(
1

M
)

2
w p

(12-18)

L2
ML (1 M)
t i p
2

D
wi

(12-19)

t
Breaktrough pada lapisan i

2 (1 M)
L

2 wi
(12-20)
Kedudukan front pada lapisan j adalah:
MLx j

x j2
2

wj

(1 M )

L2
(1 M )
2 wi

(12-21)

dengan penjabaran mobilitas:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 9

x2
MLx j (1 M )
L2
2

(1 M)
k *rw
k *rw
2 ki
kj
w
w

(12-22)

x2
L2 k j
(1 M) MLx
(1 M) 0
2
2 ki

(12-23)

Substitusikan:

ML

xj

2 4(1 M ) L k j
(ML)
(1 M)
2
2 ki

0.5
(12-24)

1 M

kj
ML (ML) 2 L2 (1 M 2 )
ki

xj
1 M

0.5
(12-25)

Sehingga didapatkan :

x

L j

kj

0.5

M M (1 M
ki

(1 M)

(12-26)

Laju Produksi fluida pendesak (air) berasal dari lapisan 1 sampai i:


i

qw q j A ju j
(12-27)

p k *rw w i
qw
k jh j
Lw 1

(12-28)

Laju fluida yang didesak (minyak) berasal dari lapisan (i+1) sampai n:
n

i 1

i 1

qo q j A j u j

(12-29)

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 10

p
dp
wj wh j

(12-30)
ML x j (1 M )
dx w

q j wj A j

qj

p
k *rw
k j
wh j
w
L

xj

1
M

(12-31)

(1 M )

dengan mensubstitusikan persamaan (12-29) dengan (12-31)

p n
k*
q o rw w

w
L i 1

k jh j
x
(1 M )
L j

(12-32)

Jadi, dengan mengombinasikan persamaan (12-28) dengan (12-32)


i

k jh j

j1

q
n
WOR w
qo

k jh j

(12-33)

ji 1 M x (1 M )

L j

Sedangkan besarnya recovery (NpD) didefinisikan sebagai:


x
hj
i 1 L j

N pd

hj
j 1

(12-34)

h
j 1

Prosedur perhitungan recovery didasarkan pada lapisan yang terakhir tembus air (misalnya
lapisan i). Faktor waktu yang berkaitan dengan breakthrough:
t p L(1 M )
i

D
2 wi

(12-35)

Kedudukan front pada lapisan lain di luar lapisan i (pada lapisan yang lebih kecil
permeabilitasnya):

kj
M M 2 (1 M) 2
ki
x


1 M
L j

0.5
(12-36)

x
dihitung untuk j = i +1 sampai n. Berdasarkan harga tersebut dapat ditentukan
Harga
L
j
WOR dan NPD. Jadi dibuat tabulasi (berdasarkan persamaan 12-35):
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 11

L(1 M)
t p
i
2 wi
D

terhadap NPD dan WOR

NpD

Gambar 12 8 Kurva NpD vs


q
WOR w
qo

qw
B
( WOR ) s w
qo
Bo

(12-37)

B
( WOR ) s ( WOR ) o
Bw
(12-38)

WOR s

WOR sj WOR sj1


2

(12-39)

Sehingga jumlah air yang diproduksikan adalah :

W p j1 W p j N p (WOR )s
(12-40),

dimana Wp diukur dalam STB.


Persamaan Fractional Flow
Pendesakan desaturasi di belakang front pertama kali dikembangkan oleh Buckley-Leverett.
Pendesakan ini mengikuti geometri linier dan aliran mantap (steady state) serta
incompressible disamping tentu saja anggapan pendesakan tak bercampur (immiscible).
Anggapan lain yang juga penting diperhatikan adalah bahwa S or terjadi sejak di titik masuk
dan bidang saturasi konstan tegak lurus arah aliran. Penentuan recovery pada kasus
pendesakan seperti ini didasarkan pada persamaan fractional flow dan frontal advance.
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 12

Untuk mendapatkan persamaan fractional flow, tinjau pendesakan minyak dalam reservoir
yang mempunyai kemiringan seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:
qt

qi
h

Gambar 12 9 Pendesakan minyak dalam reservoir miring


Persamaan fractional flow ini diperoleh dari persamaan Darcy yang linier, yaitu:

qo

k k ro Ap o o
g sin
k k p

ro A o o
o
x
o x 1.0133x10 6

qw

k k rw Ap w w
p
g sin
kk
(12-42)
rw A w w
w
x
w x 1.0133x10 6

(12-41)

Dengan memperhatikan

qo q t q w
pc po p w
maka dapat dijabarkan persamaan fractional flow sebagai berikut:

w
q
p
g sin

o t o A c
6
k
k
k

x
k ro
1.0133x10
k rw k ro

q w

(12-43)

dimana gradient tekanan kapiler dalam arah aliran adalah


p c p o p w

x
x
x

(12-44)

dan

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 13

w o

(12-45)

Fractional flow pada tiap titik di reservoir didefinisikan sebagai:

fw

qw

q
w
q w qo qt

(12-46)

Sehingga dengan substitusi persamaan 12-46 ke dalam persamaan 12-43 diperoleh:

k k ro p c g sin

1
A

6
q t o x 1.0133x10
fw
k
1 w ro
o k rw
(12-47)
Atau dalam satuan lapangan yaitu permeabilitas dalam md, laju alir dalam bbl/hari, viskositas
dalam cp, luas penampang dalam ft2, tekanan dalam psi, = gravity, persamaan fractional
flow di atas dapat dituliskan sebagai berikut:.

1 1.127 10 3
fw

k k ro p c
A
0.4335 sin
q t o x

k
1 w ro
o k rw

(12-48)
Pengaruh masing-masing parameter tekanan kapiler dan gravitasi pada persamaan fractional
flow adalah sebagai berikut. Berdasarkan konvensi, sudut diukur dari garis atau bidang
horizontal ke garis yang menunjukkan arah aliran. Oleh karena itu, ruas yang menyatakan
efek gravitasi pada persamaan tersebut akan positif untuk pendesakan dengan arah up dip (ke
atas dengan 0 < < ) dan negative untuk pendesakan dengan arah down dip (ke bawah
dengan < < 2)) seperti ditunjukkan oleh gambar berikut. Dengan demikian, jika
parameter lainnya dibuat sama, maka fractional flow untuk up dip lebih kecil dibandingkan
dengan fractional flow untuk down dip).

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 14

0<<

positif

< < 2

negatif

Gambar 12 10 Pendesakan arah up-dip dan down-dip


Sekarang tinjau harga gradient tekanan kapiler pada persamaan fractional flow di atas.
Pengaruh dari gradient tekanan pada fractional flow sebenarnya tidak terlalu jelas terlihat.
Namun, secara kualitatif dapat dijelaskan sebagai berikut. Dengan menggunakan chain rule,
maka gradient tekanan kapiler tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
p c
p c S w

x
S w x

(12-49)

Seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut, maka harga-harga kedua suku pada ruas
kanan persamaan gradient tekanan kapiler di atas adalah bernilai negatif. Dengan demikian
gradient tekanan kapiler selalu berharga positif. Akibatnya, tidak tergantung pada arah aliran
apakah mengalir ke atas (up dip) atau mengalir ke bawah (down dip), keberadaan gradient
tekanan kapiler selalu memperbesar fractional flow.
p c
0
S w

p c
positif
x

S w
0
x

1-Sor
pc

-dpc
dSw

Sw

Shock
front

-dSw
dx

Swf

Swc
Sw

x
Gambar 12 11 Kurva pc vs Sw dan kurva Sw vs jarak

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 15

Distribusi saturasi terhadap lokasi linier x, seperti ditunjukkan oleh gambar di atas (kanan),
adalah pada suatu waktu setelah dilakukan injeksi sejumlah air. Terlihat bahwa terdapat
(shock) front yang jelas, yaitu terdapat diskontinuitas saturasi air. Artinya, ada lonjakan harga
saturasi air dari harga Swc ke Swf pada lokasi yang sama. Pada lokasi shock front inilah hargaharga pc/Sw dan Sw/x mempunyai harga yang maksimum (lihat kedua gambar di atas).
Dengan demikian harga pc/x juga maksimum. Di belakang front, harga pc/x relatif kecil
sehingga dapat diabaikan dalam persamaan fractional flow.
Oleh karena itu, jika gradient tekanan kapiler diabaikan, maka jika pendesakan dilakukan
pada reservoir horizontal (dimana sin = 0), maka persamaan fractional flow menjadi jauh
lebih sederhana, yaitu:

fw

1
k
1 w ro
o k rw

(12-50)

Gambar berikut menunjukkan kurva fractional flow, yaitu plot antara fw vs. Sw. Beberapa
parameter yang tertera pada gambar tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut ini.

Sw

1.0

S wf , f w

1.0

Swf

fw

fw

Swc

Sw

1-Sor

1.0

Sw

1.0

Gambar 12 12 Kurva fractional flow, fw vs Sw


Persamaan Frontal Advance Dari Buckley-Leverett
Pada tahun 1942, Buckley dan Leverett menyampaikan apa yang dikenal sekarang sebagai
persamaan dasar untuk menjelaskan pendesakan tak tercampur (immiscible) satu dimensi.
Untuk kasus dimana air mendesak minyak, persamaan tersebut dapat digunakan untuk
menentukan kecepatan bidang saturasi konstan yang bergerak sejalan dengan proses

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 16

pendesakan. Dengan anggapan kondisi aliran diffuse, konservasi massa melalui elemen
volume Adx seperti ditunjukkan secara skematik pada gambar berikut ini menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
dx

q ww

q w w

Adx

x dx

x
x + dx
Gambar 12 13 Gambar skematik diffusion flow sempurna
Mass flow rate
in out

Rate of increase of mass


in the volume element

q w w x q w w x dx Adx w S w
t

(12-51)

q w w dx Adx w S w
q ww x q ww x
x
t

(12-52)
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:

(q w w ) A ( w S w )
x
t

(12-53)

Dengan anggapan incompressible maka w = konstan sehingga dapat dihilangkan dari kedua
sisi:
q w
S
A w
x
t

(12-54)

Pada kondisi x dan t tertentu :

q w
S
A w
x t
t x
Untuk aliran incompressible, qt = konstan, dan dengan menggunakan:

qw qt f w

(12-55)

f w
S
A w 0
x
t

(12-56)

maka
qt

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 17

Dengan membagi kedua sisi dengan A dan gunakan q = uA, maka:


u

f w
S
w 0
x
t

(12-57)

Deferensiasi penuh dari saturasi air, Sw(x,t) adalah:

dS w

S w
S
dx w dt
x t
t x

(12-58)
Yang menjadi perhatian kita adalah gerakan dari bidang dengan saturasi konstan, sehingga
dSw = 0. Maka:

S w
S
x
w
t x
x t t S
w
(12-59)
Selanjutnya, dengan chain rule:

q w q w S w


x t S w x t

(12-60)

Sekarang, substitusi persamaan (12-60) ke dalam persamaan (12-54), yaitu:

q w
S
A w
x t
t x
(12-54)
diperoleh:

q w S w
S

A w
t x
S w x t

(12-61)

Selanjutnya, substitusi Persamaan (12-59):

q w S w
S dx

A w
x t dt S
S w x t
w
(12-62)
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 18

Atau

q w
x
A
Sw t
t S

(12-63)
Lagi, untuk aliran incompressible, qt = konstan, dan dengan menggunakan:

qw qt f w

(12-55)

f w
dx
A
S w
dt S
w

(12-56)

diperoleh:
qt

q df w
dx
t
dt S
A dS w S
w
w

(12-57)

Persamaan (12-57) di atas disebut dengan persamaan frontal advance atau persamaan
Buckley-Leverett, yang juga dapat ditulis sebagai:

vS w

q t f w
A S w
Sw

(12-58)
Persamaan frontal advance menyatakan bahwa untuk suatu injeksi air dengan laju injeksi
konstan maka kecepatan bidang saturasi konstan berbanding lurus dengan turunan
(derivative) persamaan fractional flow yang dihitung pada saturasi tersebut. Integrasi
Persamaan (12-57) untuk waktu sejak injeksi dimulai, maka

1 df w t
x

q t dt
A

dS
w0
Sw
x

W df
i w
S w A dS w S w

(12-59)

(12-60)

dimana Wi adalah kumulatif air yang injeksikan sejak injeksi dimulai dengan asumsi bahwa
Wi = 0 pada t = 0. Dengan demikian Persamaan (12-60) dapat digunakan untuk memplot
posisi bidang saturasi konstan untuk waktu tertentu sejak injeksi dimulai dengan hanya
menghitung slope kurva fractional flow pada saturasi tersebut.
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 19

Namun, terdapat sedikit kesulitan untuk menentukan lokasi bidang saturasi konstan dengan
metode di atas karena bentuk kurva fractional flow yang menunjukkan bentuk S. Dengan
bentuknya yang demikian, maka plot dari slope kurva fractional flow terhadap saturasi akan
menunjukkan titik maksimum seperti ditunjukkan pada gambar 12-14 (kiri). Oleh karena itu,
penggunaan Persamaan (12-60) untuk memplot distribusi saturasi terhadap lokasi akan
berbentuk kurva seperti ditunjukkan pada gambar 12-14 (kanan). Sudah tentu profile saturasi
seperti ini tidak mungkin terjadi karena ternyata ada lebih dari satu harga saturasi pada satu
lokasi yang sama. Yang terjadi sebenarnya di reservoir adalah bahwa pada harga dfw/dSw
maksimum, yang berarti pada kecepatan maksimum, harga saturasi pada titik itu akan mulai
menutup harga saturasi yang lebih rendah sehingga terjadi saturation discontinuity atau
shock front. Dengan kata lain, persamaan (12-57) dan persamaan (12-60) hanya bisa
digunakan pada lokasi di belakang shock front, yaitu pada lokasi dimana harga saturasi
berada pada selang:

S wf S w 1 Sor
dimana Swf adalah saturasi shock front. Pada interval saturasi ini, umumnya gradient tekanan
kapiler dapat diabaikan sehingga persamaan fw vs Sw yang digunakan pada Persamaan (12-57)
dan (12-60) menjadi lebih sederhana.

v Sw

1-Sor

df w
dS w

Swf

Sw
Swc
Swc

Sw

Swf 1-Sor

A
B

Gambar 12 14 Kurva fractional flow vs saturasi (kiri) dan Sw vs jarak (kanan)


Perlu dicatat di sini bahwa untuk menggambarkan profil saturasi dengan benar menggunakan
persamaan Buckley-Leverett maka harus dapat ditentukan shock front (yaitu bidang
saturation

discontinuity).

Bidang dimana

terdapat

diskontinuitas

saturasi tersebut

digambarkan sebagai garis putus-putus pada gambar di atas (kanan). Secara grafis, bidang
tersebut dapat ditentukan jika luas daerah A sama dengan luas daerah B.
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 20

Penentuan Saturasi Rata-rata Dengan Metode Welge


Pada tahun 1952, sepuluh tahun setelah publikasi Buckley dan Leverett, Welge menyajikan
suatu metode yang lebih baik untuk menentukan hal yang sama seperti dilakukan oleh
Buckley dan Leverett. Metode Welge ini berkaitan dengan penentuan harga saturasi rata-rata
di belakang front seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:
1-Sor

Sw

Sw

Swf
Swc
x1

x2
x
Gambar 12 15 Skema penentuan saturasi metode Welge
Situasi yang digambarkan di atas adalah pada suatu waktu tertentu, sebelum terjadi water
breakthrough di sumur produksi dengan kumulatif injeksi Wi. Pada gambar 12-15, saturasi air
maksimum, Sw = 1 Sor, telah bergerak sejauh x1 dengan kecepatan yang sebanding dengan
slope kurva fractional flow seperti dijelaskan oleh Buckley-Leverett. Saturasi front dari
pendesakan, Swf, berada pada lokasi x2. Maka dengan menggunakan konsep material balance:

W i x 2 A(S w S wc)
(12-61)
Atau dalam bentuk lain :

S w S wc

Wi
x 2 A

(12-62)

Dengan menggunakan persamaan Buckley-Leverett, Persamaan (12-60), yang hanya berlaku


untuk lokasi di belakang front, x2:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 21

S w S wc

df w
dS w S

wf

(12-63)
Berdasarkan gambar 12-15, saturasi air rata-rata di belakang front,

Sw ,

dengan cara

integrasi kurva profil saturasi, diperoleh:


x2

1 Sor x1
Sw

S w dx

(12-64)

x1

x2

Sedangkan menurut Buckley-Leverett, untuk sejumlah air yang diinjeksikan dengan Sw


Swf, berlaku:

df
w
S w dS w S w

Sehingga persamaan 12-64 dapat dinyatakan sebagai :

1 Sor
Sw

S wf
df w
df w
S w d
dS w 1 S
dS w
1 S or
or
df w
dS w S

(12-65)

wf

Dengan menggunakan kaidah integrasi (integration by parts):

udv uv vdu
S

S wf

wf
df w
df w wf

S
d

(
S
)

f
w
w
w

dS w 1 S
dS w
1 S or
1 S or
or

Sehingga persamaan

Sw

di atas menjadi:

1 Sor df w
Sw

(12-66)

dS w 1 S
or

Sw

wf
df w wf
fw
dS w 1 S
1 S or
or

df w
dS w S
wf

(12-67)

Atau dalam bentuk lain :


Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 22

Sw

Dengan demikian,

Sw

dfw
Swf fw 1
dS w S S
wf
wf
df w
dSw S

(12-68)

wf

yang dihitung dari kurva profil saturasi adalah:

1 f
w

Sw wf

Swf

df w
dSw S

(12-69)

wf

Sehingga jika persamaan 12-69 digabungkan dengan persamaan

Sw

yang dihitung dengan

material balance (persamaan 12-62), didapatkan:

S w S wc

1
df w
dS w S

Wi
x 2 A

wf

(12-70)
dalam bentuk lain dapat ditulis sebagai:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 23


f1
w

dfw Swf 1

dSw S SwSwf SwSwc

(12-71)

wf

Secara grafis, persamaan di atas ditunjukkan oleh gambar skematik berikut. Garis singgung
dari titik Sw = Swc, fw = 0 ke kurva fractional flow mempunyai kordinat Sw = Swf, fw =

fwS
=

wf

dan titik potong garis singgung tersebut yang diekstrapolasi sampai f w = 1 adalah Sw

S w , fw = 1. Oleh karena itu, dengan sendirinya, saturasi rata-rata di belakang front dapat

ditentukan jika plot fw vs. Sw tersedia untuk seluruh interval berikut:

S wc S w 1 Sor .
Sw

1.0

fwS

wf

fw

Swc

Sw

Swf

1-Sor

1.0

Gambar 12 16 Penentuan saturasi di daerah belakang front


Penentuan Kinerja Reservoir (Perolehan Minyak)
Sebelum breakthrough di sumur produksi, maka Persamaan (12-60) dapat digunakan untuk
menentukan posisi dari bidang saturasi air konstan untuk Swf < Sw < 1 Sor. Pada waktu
tembus air (breakthrough) dan sesudahnya, persamaan ini digunakan dengan cara yang

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 24

berbeda, yaitu untuk mengkaji pengaruh kenaikan saturasi air di sumur produksi. Dalam hal
ini, x2 = L dan Persamaan (12-60) dapat dinyatakan sebagai:
Wi
1
Wid
LA
df w
dS w S

(12-72)
we

1-Sor

-dSw

Swe
Swbt = Swf

dx

Swf

Swc

dimana Swe

Sw

S wbt

Sw

Sw

Gambar 12 17 Perubahan saturasi air akibat injeksi air


adalah harga saturasi air saat itu di sumur produksi. Dengan kata lain, pada saat

breakthrough Swe = Swbt = Swf dan Wid adalah pore volume dimensionless dari air yang
diinjeksikan. Sebelum breakthrough, dengan mengingat aliran incompressible, recovery
minyak adalah sama dengan jumlah air yang diinjeksikan; tidak ada air yang terproduksikan.
Pada saat breakthrough saturasi front Swf = Swbt mencapai sumur produksi dan water cut
meningkat tiba-tiba dari nol menjadi fwbt = fw(Swf). Pada waktu tersebut Persamaan 12-71
dievaluasi terhadap x = L (Persamaan 12-72), sehingga

Wid

N pd
bt

bt

q id t bt S Swc
w bt

1
df w
dSw S

(12-73)

w bt

Dengan mendefinisikan laju injeksi dimensionless sebagai


q id

qi
AL

(12-74)

maka waktu terjadi breakthrough dapat diperoleh dengan


t BT

Wid, bt
q id

(12-75)

Setelah breakthrough, x tetap konstan sama dengan L dan Swe dan fwe meningkat sejalan
dengan injeksi seperti terlihat pada gambar di atas. Setelah breakthrough tersebut, penentuan

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 25

recovery relative lebih rumit dan memerlukan penerapan persamaan Welge untuk
memperoleh saturasi rata-rata

Sw

sesuai dengan harga saturasi pendesak pada titik keluar

(Swe), yaitu:
S w S we 1 f we

1
df w
dS w S
we

(12-76)

Yang dengan mensubstitusikan ersamaan (12-72) dapat pula ditulis sebagai:

S w S we 1 f we Wid

(12-77)

Dengan mengurangkan Swc pada Persamaan (13) maka diperoleh Npd sebagai berikut:

N pd S w Swc S we Swc 1 f we Wid

(PV)

(12-78)

Untuk menggunakan Persamaan (12-73) dan (12-77) dilakukan prosedur sebagai berikut:

1. Gambar kurva fractional flow dengan persamaan 12-50 berikut:

fw

1
k
1 w ro
o k rw

Atau persamaan 12-47

1
fw

k k ro p c g sin

6
q t o x 1.0133x10
k
1 w ro
o k rw

Jika perlu, masukan efek gravitasi dengan mengabaikan efek gradient tekanan kapiler.
2. Tarik garis singgung dari titik (Sw = Swc, fw = 0) sehingga diperoleh kordinat Sw = Swf =
Swbt, fw = fw(Swf) = fw(Swbt) dan ekstrapolasi ke fw = 1 menghasilkan

S w S wbt .

Gunakan persamaan 12-73 dan 12-75 untuk mendapatkan recovery dan waktu pada saat
breakthrough.
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 26

Wid

N pd
bt

bt

q id t bt S Swc
w bt

1
df w
dSw S

w bt

serta
t BT

Wid, bt
q id

3. Ambil Swe sebagai variabel independent. Kemudian anggap harga Swe naik, misalnya 5%
di atas Swbt. Untuk Swe > Swbt, maka kordinat titik-titik pada kurva fractional flow akan
mempunyai harga Sw = Swe, fw(Swe). Hitung saturasi rata-rata dengan menggunakan
persamaan 12-76:
S w S we 1 f we

Untuk setiap harga Swe dan

Sw

1
df w
dS w S
we

(yang dihitung secara grafis), maka hitung recovery

dengan

N p S w S wc
(12-79)
Untuk setiap harga Swe, dengan menggunakan persamaan 12-72 hitung

W id

1
df w
dSw

Swe

sehingga waktu untukmencapai recovery tersebut dapat dihitung dengan:

W id
.
q id

Penentuan titik singgung pada grafik fw vs Sw:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 27

x1
C

1.0

x3

x2

fw3
fw

fw2
fw1

Sw1 Sw3
Sw2
Sw

A
Swc

1.0

Gambar 12 18 Penentuan titik singgung pada grafik fw vs sw


Perhatikan segitiga ABC pada gambar di atas, maka relasi berikut berlaku
S w 4 S wc x1

f w1
1

demikian pula segitiga yang salah satu sisinya melalui Titik 2.


S w 2 S wc x 2

f w2
1

S w SwF

S w S wc

fw

min

S w S wC

.
fw

min

Jadi penentuan titik singgung pada grafik berdasarkan harga

Contoh 2: Penentuan Kinerja Waterflood


Tinjau proyek waterflood dengan pola direct line drive seperti ditunjukkan oleh gambar
skematik berikut:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 28

625 ft

2000 ft

Injektor

Produser

Gambar 12 17 Ilustrasi Contoh 2

Sw

krw

kro

fw

0.2
0.25
0.3
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80

0
0.002
0.009
0.020
0.033
0.051
0.075
0.100
0.132
0.170
0.208
0.251
0.300

0.80
0.61
0.47
0.37
0.285
0.220
0.163
0.120
0.081
0.050
0.027
0.010
0

0.0
0.32
0.161
0.351
0.537
0.699
0.821
0.893
0.942
0.971
0.987
0.996
1.000

Sw Swc
fw
1.5625
0.621
0.427
0.372
0.357
0.365
0.391
0.424

Tabel 12-1 Data Contoh 2

Data yang diketahui:


= 0, h = 40 ft, = 0.18, Swc = 0.20, Sor = 0.20, o = 5 cp, c = 0.5 cp, qr = 1000 bbl/hari, Bo
= 1.3 bbl/STB, Bw = 1.0 bbl/STB

fw

1
k
1 w ro
o k rw

(12-50)

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 29

WOR s

f w Bw
,
1 f w B o

dimana WOR 1 f w f w

Atau dalam bentuk lain :


WOR = fw (WOR + 1)
fw

WOR
WOR 1

Untuk WOR di permukaan :

1 f w

WOR s

Bo

f
w
Bw

WOR s WOR s f w f w

Bo
Bw

Bo
(WORs) f w WOR s
Bw

Atau dapat dinyatakan dalam bentuk:


fw

WOR s

B
WOR s o
Bw

Setelah BT, menggunakan persamaan (12-75) :


t
t

Wid
Wid PV
cuft

qt
q t 5.615 x 365 cuft tahun

Wid 625x 40 x 2000 x 0.18


4.39 Wid tahun
1000 5.165 x365

lalu gunakan persamaan,


N pd S we S wc 1 f we Wid

(12-78)

dan
Wid

1
df w
dS w S

(12-72)
we

Pendesakan Dengan Kondisi Segregated Flow

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 30

Segregated flow umumnya terjadi pada reservoir miring dengan bottom water. Lagi, pada
daerah yang didesak air berlaku air yang mengalir dengan krw= krw* dan pada daerah minyak
(uninvaded zone) hanya minyak yang mengalir dengan kro= kro* dengan masing-masing harga
permeabilitas relative tersebut seperti dijelaskan di atas. Gambaran dari batas minyak-air
pada sistem 2 dimensi reservoir miring tersebut dapat berbentuk:

stabil

tidak stabil.

Pada kondisi stabil front bergerak pada sudut yang konstan sedangkan pada kondisi tidak
stabil front bergerak seperti lidah (tongue) dengan sudut front dengan arah aliran adalah 0
derajat. Ketiga bentuk front ini diberikan seperti gambar berikut ini dan aliran ini dikenal
pula sebagai segregated flow. Tentang segregated flow ini dan segregation drive akan
dijelaskan lebih lanjut pada Bab V: Segregation Drive.
Stabil
<

dy

dx

Minyak

Air

dx

Arah
aliran
y
x

Stabil
>

dy

=0

=0

Gambar 12 18 Pendesakan pada reservoir miring (a) dan (b) stabil, (c) tidak stabil
Aliran terpisah (segregated flow) ini berdasarkan aliran incompressible yang mengikuti
persamaan Darcy dimana flux minyak dan air pada batas minyak-air adalah sama, yaitu:

uo ut

g sin
k k *ro p o

o
o x 1.0133x10 6

(untuk minyak)

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 31

uw ut

k k *rw p w w g sin

w x 1.0133x10 6

(untuk air)

MINYAK
Sw = Swc
So = 1 Swc
AIR
Sw = 1 - Sor
So = Sor
Gambar 12 18 Pendesakan minyak oleh air di bawah kondisi segregated flow
Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut dan menggunakan
dp c d o w

g sin

dy

(12-80)

dy 1

dx tan

(12-81)

1.0133x10 6

maka didapat persamaan


k *rw

k k *rw A sin

6
k ro
1.0133x10 w q t

atau, dapat pula dituliskan sebagai

M 1 G

dy 1

1
dx tan

(12-82)

jika

k *rw k *ro
M
/
w o
G 4.9 x10 4

kk rw * sin
yang disebut dengan gravity number (dimensionless).
q t w

dimana:
k = Permeabilitas, md
A = Luas permukaan bidang alir, ft2

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 32

= Perbedaan specific gravity fluida pendesak danyang didesak


qt = Laju alir, bbl/hari
Persamaan di atas selanjutnya dapat pula ditulis dalam bentuk:
dy
M 1 G
tan
tan
dx
G

(12-83)

Jika = 0 maka aliran tidak stabil dan ini terjadi pada G = M 1. Berdasarkan kondisi ini
dapat dicari laju aliran kritis, yaitu:
q crit 4.9 x10 4

k k *rw A sin
w (M 1)

(12-84)

Sedangkan, aliran akan stabil bila G > M 1 sehingga hubungan aliran stabil dan critical rate
diperoleh sebagai:
q
G crit ( M 1)
qt

(12-85)

Seperti pernah disinggung pada Bab XI: Water Coning, bila ditinjau dari mobility ratio (M)
maka dapat dikatakan bahwa:
Jika M > 1, maka stabil bila G > M - 1 < dan tidak stabil bila G < M - 1
Jika M = 1, maka selalu stabil, =
Jika M < 1, maka selalu dan pasti stabil, >
Penentuan Kinerja Reservoir Dengan Segregated Flow

Kondisi stabil

h/tan

Gambar 12 18 Ilustrasi Pendesakan Segregated Flow Kondisi Stabil


dicari secara geometri, dimulai pada saat BT (sebelum breaktrough NpD = WID).

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 33

N pD

Np

(12-86)

Vb 1 S wc S or

dan pada saat breakthrough :


N pDBT 1

h
WIDBT
2 L tan

(12-87)

Setelah BT

h ye
tan

h - ye

ye

Gambar 12 18 Pendesakan Segregated Stabil Setelah Breakthrough Terjadi


Didapatkan :
N pD 1

h ye 2

(12-88)

2hL tan
2

WiD N pD

ye
2hL tan

(12-89)

Prosedur penentuan kinerja


1. Hitung G dan M
G 4,9 x10 4

k k *rw A sin
qt w
k *rw w
k *ro o

2. Hitung sudut
M 1 G
tan
G

tan

3. Hitung N pD BT WIDBT

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 34

N pD BT 1

h
2L tan

y
y
4. Tentukan NPD setelah berdasarkan 1 e 0 , dengan pertambahan e 0.1 sampai
h
h
y e h 1.0
N PD 1

h 1 y e h 2
2L tan

WID N PD

h 1 y e h 2
2L tan

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 35

Contoh 1: Penentuan Kinerja Reservoir Dengan Segregated Flow


= 25o, h = 40 ft, L = 2000 ft, W = 625 ft, w = 1.04, k = 2000 mD, o = 0.81, qt = 467
bbl/hari, = 0.18, Swc = 0.20, Sor = 0.20, w = 0.5 cp, o = 2.5 cp, krw* = 0.3, kro* = 0.8

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 36

!!! WARNING !!!


THIS PAGE AND THOSE THAT FOLLOW ARE OLD VERSION
Buckley Leverett equation:
Dari conservation of mass didapat:

(q w w ) A (S w w )
x
t
dan dijabarkan menjadi:

q t df w
dx
v Sw
dt S
A d S w t
w
Persamaan Buckley-Leverett

Suatu model untuk pendesakan tak tercampur (immiscible displacement)

1 dimensi

Kondisi aliran : diffuse

Diturunkan untuk aliran linier tapi bisa dikembangkan untuk aliran radial (buku Collins)

Diturunkan untuk pendesakan minyak aoleh air ttapi bisa dikembangkan untuk
pendesakan minyak oleh gas

Tinjau suatu sistem reservoir linier, minyak didesak oleh air

Total aliran
q ' t qwBw qoBo

Sw berubah dari Sw/t menjadi (Sw + dSw)/t+dt sehingga laju peerubahan volume air dalam
volume element :
dW
Ac dx

dt
5.615

Sw

....................................................... (1)
x

Jika water cut pada x adalah fw, maka water cut pada x + dx adalah (fw dfw)

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 37

Maka laju alir air yang masuk volume element pada x adalah fwqt dan pada x + dx adalah
(fw dfw) qt sehingga :
dW
( fw dfw)q ' t fwq ' t
dt
q' t dfw

(2)

Dari (1) & (2)


Sw

dt

5.615q ' t dfw

Ac dx

(3)
t

Jika viskositas minyak dan air konstan, makafw = f (Sw) yang berarti fungsi dari x dan t
Sw
Sw
dt
dx
t x
x t

dSw

............................................. (4)
x

Dari sini, kita dapat menentukan kecepatan bidang saturasi (konstan),

, yaitu untuk
Sw

dSw = 0
Sehingga (4) menjadi :
Sw
Sw
dt
dx
t x
x t

atau :
x

Sw

Sw / t x
(Sw / x)t

Dari persamaan (3) :


x

dt

5.615 q ' t (fw / x) t


Ac (Sw / x)t

5.615 q ' t fw

Ac Sw

Sw

atau :
x

dt

Sw

. (5)
t

Persamaan ini menggambarkan kecepatan front saturasi.


Jika total aliran konstan, maka

fw
konstan
Sw

pada suatu harga Sw, sehingga dengan

integrasi persamaan (5)


x

5.615 q ' t fw
0 dx Ac Sw

dt

Sw 0

atau :
x

5.615 q ' t fw

Ac Sw

Sw

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 38

Welge method:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 39

INDEX
Proses pendesakan
Tekanan kapiler
Pendesakan torak
Buckley-Leverett
Fractional flow
Water injection
Produced Water
Persamaan Welge
Saturasi rata-rata
Breakthrough
Mobilitas
Mobility Ratio
Aliran Kritis

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 40

DAFTAR ISTILAH
Simbol

o
w
A
Bo
Bw
fw
g
G
ko
kro
kro*
krw
krw*
M
Np
NpdBT
pc
D
qcrit
qi
qid
qo
qt
qw
So
Sor
Sw
Sw
Swbt
Swc
Swe
Swe
Swf
tBT
Uo
uw
vo
vw
Wi
WOR
WORs
Wp

o
w

Definisi

Satuan

Viskositas
Viskositas minyak
Viskositas air
Luas permukaan bidang alir
Faktor volume formasi minyak
Faktor volume formasi air
Fraksi alir air
Percepatan gravitasi
Gravity Number
Permeabilitas minyak
Permeabilitas relatif minyak
Permeabilitas relatif minyak maksimum (pada Swc)
Permeabilitas relatif air
Permeabilitas relatif air maksimum (pada Sor)
Mobility Ratio
Produksi minyak kumulatif
Kumulatif produksi minyak saat breakthrough
Tekanan kapiler
Displaceable porosity
Laju aliran kritis
Laju injeksi air
Laju injeksi air dimensionless
Debit aliran minyak
Debit aliran fluida total
Debit aliran air
Saturasi minyak
Saturasi minyak residual
Saturasi air
Saturasi air rata-rata
Saturasi air di front saat breakthrough
Saturasi air awal di reservoir
Saturasi air di sumur produksi
Saturasi air front pada sumur produksi
Saturasi air di shock front
Waktu yang diperlukan hingga terjadinya
breakthrough
Kecepatan alir minyak di reservoir
Kecepatan alir air di reservoir
Flux aliran minyak di reservoir
Flux aliran air di reservoir
Kumulatif air injeksi
Water Oil Ratio
Water Oil Ratio pada keadaan permukaan
Produksi air kumulatif
Conductance Ratio
Mobilitas fasa minyak
Mobilitas fasa air
Densitas

cp
cp
cp
ft2
res bbl / STB
res bbl / STB
fraksi, unitless
ft2 / s
dimensionless
md
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
rasio, unitless
STB
STB
Psi
fraksi, unitless
STB / hari
STB / hari
dimensionless
bbl/day
bbl/day
bbl/day
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
fraksi, unitless
hari
bbl/day-ft2
bbl/day-ft2
bbl/day-ft2
bbl/day-ft2
STB
rasio, unitless
rasio, unitless
STB
fraksi, unitless
md/cp
md/cp
lb/ft3

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 41

o
w

Densitas minyak
Densitas air

lb/ft3
lb/ft3

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 42

REFERENSI
1. Craft, B.C., Hawkins, M.: Applied Petroleum Reservoir Engineering, Revised by Terry,
R.E., Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ (1991).
2. Dake, L.P.: Fundamentals of Reservoir Engineering, Elsevier Scientific Publishing Co.,
New York, NY (1978).
3. Mamora, D.D. and Wu, C.H.: PETE 420 Reservoir Engineering I, Class Notes for 1993
Fall Semester, Texas A&M University, 1993.

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 43

Anda mungkin juga menyukai