Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jika melihat konteks historis Mathlaul Anwar (MA) didirikan,
MA merupakan organisasi sosial keagamaan dan pendidikan
yang mersepon kondisi sosial masyarakat pada waktu itu.
Pertama, kondisi masyarakat Menes, Pandeglang, Banten secara
khusus dan Indoesia secara umum masih di bayang-bayang oleh
tekanan penjajah. Kedua, mayoritas masyarakat Menes,
padeglang, Banten tidak terdidik meyebabkan kebodohan.
Ketiga, akibat dibayang-bayang penjajah dan kebodohan
membuat masyarakat terjebak pada perbuatan syirik, bidah dan
khurafat. Salah satu contohnya adalah Pada upacara walimah
(pernikahan/khitanan), sang pengantin pria/wanita sebelum
melaksaakan akad nikah atau pada saat si anak dikhitan, mereka
harus terlebih dahulu mengunjungi leluhurnya untuk memohon
doa restunya, agar tidak terjadi sesuatu bencana aral melintang
yang mungkin mengganggu jalannya upacara tersebut. Contoh
lain misalnya, Setiap orang yang melewati tempat yang dianggap
angker harus mengucapkan mantera minta izin kanu
ngageugeuh (yang membahurekso), yaitu roh halus yang
menmpati tempat itu. Misalnya saja dengan kalimat ampun
paralun kanu luhung, sang karuhun anu ngageugeuh,
danginang anu nga-wisesa, ulah ganggu gunasita, kami incu
buyut ki.. (biasanya dengan menyebutkan nama
leluhurnya). Misalnya ki buyut Ance, ki buyut Sawi, ki Jaminun
dan sebagainya.
Melihat fenomena tersebut, Mathlaul Anwar mencoba
memperbaiki keadaan masyarakat sekitar dengan mendirikan

madrsah. Setelah mendapatkan sebidang tanah yang diwakafkan


Ki Demang Entol Djasudin, yang terletak di tepi jalan raya,
dibangunlah sebuah gedung madrasah dengan cara gotongroyong oleh seluruh masyarakat Islam Menes.
Bahkan ketika, pendidikan khusus perempuan masih jarang
ada yang menyentuh, Pada tahun 1929 didirikan madrasah putri
Mathlaul Anwar dengan tiga tokoh yang menjadi pimpinannya
yaitu : Nyi. H. Jenab binti Yasin, Nyi Kulsum, dan Nyi Aisyah.
Disamping kegiatan belajar mengajar di madrasah dan pesantren
bagi murid-murid, juga setiap hari Kamis setiap pekan seluruh
guru diwajibkan mengikuti pengajian yang diselenggarakan di
masjid Soreang, Menes. Di situ KH. Mas Abdurrahman menetap
dan sekaligus sebagai pengajian pusat. Tujuannya adalah dalam
rangka memperluas dan memperdalam ilmu Islam. Dengan cara
itu, akhirnya kyai-kyai pimpinan Mathlaul Anwar dapat berfikir
dan berwawasan luas, tidak mengurung diri dalam satu pendapat
seorang ulama saja.
Tetapi jika membicarakan seputar organiasasi sosial
keagamaan dan pendidikan, nama Mathlaul Anwar, kalah popular
dibandingkan dua organiasi besar di Indoensia yatu Nahdatul
Ulama dan Muhammadiyah. Padahal, jika kita melihat Konteks
Historis, Mathlaul Anwar, sepuluh tahun lebih awal dibandingan
dengan Nahdatul Ulama. Mathlaul Anwar berdiri tahun 1916
setelah sebelumnya Muhammadiyah berdiri tahun 1912, baru
kemudian Nahdatul Ulama tahun 1926.
Sekarang usia MA yang hampir satu abad (( 97 Tahun),
sudah tentu banyak dinamika yang terjadi pada organiasi ini.
Makalah ini akan mengangkat dinamika-dinamika itu termasuk
didalamnya, sejarah, perkembangan, friksi, sampai tantangan MA
kedepan. Ini sangat berguna bagi sejarah perkembangan

organiasi sosial keagamaan khususnya di Banten dan di


Indoensia pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang kelahiran Organiasi Sosial
Keagamaan dan Pendidikan Mathlaul Anwar ?
2. Bagiaman Peranan Mathlaul Anwar dalam bidang pendidikan
dan sosial kegamaan?
3. Apa tantangan kedepan Mathlaul Anwar dalam mewujudkan
Visi Sosial Keagamaan dan Pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kondisi Sosial Banten
Kesultanan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh
pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhammad
bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa
turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini
merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat
Kesultanan Banten.1
Pasca akhir Kesultanan Banten inilah penjajah Belanda
mulai leluasa menancapakan jajahanya di Banten. Peridoe inilah
periode yang sangat menghawatirkan. Banyak masyarakat yang
tertindas. Cermin ini bisa kita lihat, ketika Belanda membuat
jalan yang membantang Anyar-Panarukan, banyak korban jiwa
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten diakses, 15 mei 2013.
3

yang melayang. Meminjam istilah Pramoedya Ananta Toer,


seorang sastrawan besar indoensia mengatakan Aspal yang di
buat jalan yang membentang dari Ayar-Panarukan adalah darah
dan air Mata. Begitulah gambaran Pramoedya Ananta Toer,
melukiskan tentang banyaknya korban jiwa yang meninggal.
Lebih dari itu kehadiran kolonialisme Belanda bukan hanya
menghancurkan tata-niaga masyarakat pribumi, system ekonomi
dan politik tradisional, tetapi juga menghancurkan sistem idiologi
negara sebagai pemersatu bangsa, sehingga kesatuan rakyat di
negara jajahan bercerai berai, yang juga mengakibatkan
terjadinya koflik dan peperangan antar golongan dalam
kebangkrutan politik tersebut. Demikianlah politik adu domba
yang dilancarkan Belanda menyebabkan terjadinya perselisihan
dan sengketa politik antar elite dan pewaris kesultanan yang tak
jarang melahirkan peperangan lokal.2
Pada zaman ini muncul kembali kepercayaan-kepercayaan
tradisional sebagai bentuk simbolisme harmoni hubungan
manusia dengan lingkungan alamnya. Masyarakat petani yang
walaupun sudah memluk agama Islam, jika memulai menuai
padi, terlebih dahulu akan mengadakan upacara mipit.
Upacara ini adalah membuat sesajian untuk menyuguh Dewi Sri
atau Sri Pohaci yang dipercaya sebagai dewi padi yang
berwenang untuk memberkahi padi. Suatu jangjawokan (mantera
dalam bahasa Sunda) yang sudah menjadi aksioma adalah
mipit amit ngala menta. Artinya, mengambil apa pun dari
suatu tempat, berupa apa saja, harus izin terlebih dahulu kepada
roh halus yang menguasai tempat tersebut. Kalau setelah
melakukan sesuatu kemudian mendapat musibah, seperti sakit
2 http://yudihendriawan.blogspot.com/2009/11/sejarah-berdirinya-mathlaulAnwar. diakses 4 april 2013

kepala atau demam, atau tersandung apa saja, kemudian akan


dihubung-hubungkan dengan perbuatan yang dianggap
sembrono (sembarangan). Yaitu tidak minta izin kepada yang
membahurekso (bahasa Jawa) atau nu ngageugeuh (bahasa
Sunda). Untuk itu kemu-dian masyarakat akan menanya kepada
orang yang dianggap tua dan mengerti tentang yang gaib, yang
biasanya berupa seorang dukun. Sang dukun kemudian akan
memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan sebagai
langkah penebusanatas kesalahannya.3
Dibidang pendidikan Di bawah kekuasaan Belanda rakyat
Banten bukan bertambah baik, malah semakin melarat dan
terbelakang. Kondisi ini hampir dialmai oleh seluruh rakyat di
seluruh nusantara. Guna mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah Belanda memberlakukan politik etis. Program politik
etis yang dijalankan oleh pemerintah Belanda, di antaranya
membuat irigasi buat mendudung pertanian rakyat dan
menyelenggarakan sekolah bagi bumiputra. Ternyata program
tersebut gagal memberikan manfaat bagi penduduk desa. Hal ini
terjadi, karena yang bisa menikmati sekolah itu hanya sebagian
kecil rakyat saja terutama orang-orang yang berada di kota dan
siap jadi calon ambtenar (pegawai Belanda).4
Pendidikan Islam yang masih ada ialah pondok pesantren
yang diselenggarakan oleh para Kyai secara individual dan
tradisional. Pendidikan ini penuh dengan segala
keterbatasannya, baik dalam hal sarana, dana, maupun
manajemennya.5 Sehingga secara singkat kondisi Banten pada
waktu itu berikut ini: Pertama, secara politik Banten sedang
mengalami penjajahan. Kedua, secara ekonomi masyarakat
3 Ibid.
4 Ibid.
5.
5

hidup dalam kesusahan. Ketiga, secara sosial keagamaan,


masyarakat Banten hidup dalam syirik dan kurafat. Keempat,
kondisi pendidikan yang tidak layak.
A. Sejarah Matlaul Anwar
Mersepon kondisi tersebut, para kyai mengadakan
musyawarah di bawah pimpinan KH. Entol Mohamad Yasin dan
KH. Tb. Mohamad Sholeh serta para ulama yang ada di sekitar
Menes, bertempat di kampung Kananga. Akhirnya, setelah
mendapatkan masukan dari para peserta, musyawarah
mengambil keputusan untuk memanggil pulang seorang pemuda
yang sedang belajar di Makkah al Mukarramah. Ia tengah
menimba ilmu Islam di tempat asal kelahiran agama Islam
kepada seorang guru besar yang juga berasal dari Banten, yaitu
Syekh Mohammad Nawawi al Bantani.
Ulama besar ini diakui oleh seluruh dunia Islam tentang
kebesarannya sebagai seorang fakih, dengan karya-karya
tulisnya dalam berbagai cabang ilmu Islam. Dialah KH. Mas
Abdurrahman bin Mas Jamal, yang lahir pada tahun 1868, di
kampung Janaka, Kecamatan Jiput, Kawedanaan Caringin,
Kabupaten Pandeglang, Karesidenan Banten.
KH. Mas Abdurrahman bin KH. Mas Jamal kembali dari tanah
suci sekitar tahun 1910 M. Dengan kehadiran seorang muda
yang penuh semangat untuk berjuang mengadakan
pembaharuan semangat Islam, bersama kyai-kyai sepuh,
dapatlah diharapkan untuk membawa umat Islam keluar dari
alam gelap gulita ke jalan hidup yang terang benderang, sesuai
ayat al-Quran Yukhriju hum min al dzulumati ila al nur.
Pada tanggal 10 bulan ramadhan 1334 H, bersamaan
dengan tanggal 10 Juli 1916 M, para Kyai mengadakan suatu
musyawarah untuk membuka sebuah perguruan Islam dalam

bentuk madrasah yang akan dimulai kegiatan belajar


mengajarnya pada tanggal 10 Syawwal 1334 H/9 Agustus 1916
M. Sebagai Mudir atau direktur adalah KH. Mas Abdurrahman bin
KH. Mas Jamal dan Presiden Bistirnya KH.E. Moh Yasin dari
kampung Kaduhawuk, Menes, serta dibantu oleh sejumlah kyai
dan tokoh masyarakat di sekitar Menes.
Selengkapnya para pendiri Mathlaul Anwar :

Kyai Moh. Tb. Soleh


Kyai E.H. Moh Yasin
Kyai Tegal
Kyai H. Mas Abdurrahman
K.H. Abdul Muti
K.H. Soleman Cibinglu
K.H. Daud
K.H. Rusydi
E. Danawi
K.H. Mustagfiri
Adapun tujuan didirikannya Mathlaul Anwar ini adalah agar

ajaran Islam menjadi dasar kehidupan bagi individu dan


masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disepakati
untuk menghumpun tenaga-tenaga pengajar agama Islam,
mendirikan madrasah, memelihara pondok pesantren dan
menyelenggarakan tablig ke berbagai penjuru tanah air yang
pada saat itu masih dikuasai oleh pemerintah jajahan Belanda.
Pemerintah kolonial telah membiarkan rakyat bumi putra hidup
dalam kebodohan dan kemiskinan.

Mengenai program pendidikan diselenggarakan program


pendidikan 9 (sembilan) tahun. Yaitu mulai dari kelas A, B, I, II, III,
IV, V, VI dan kelas VII. Belum ada pemisahan tingkat Ibti-daiyah
dan tingkat Tsanawiyah. Disamping pendidikan dengan sistem
klasikal dalam bentuk madrasah, sebagai langkah modernisasi;
6Pengurus Besar (PB) Mathla'ul Anwar, Sejarah Dan Khittah Mathla'ul
Anwar, (Jakarta: PB Mathla'ul Anwar, 1996), h. 10.
7

juga dibuka lembaga pendidikan dengan sistem pesantren. Model


ini tetap dihidup-suburkan, bahkan dikore-lasikan dengan sistem
sekolah. Guru-guru yang mengajar di madrasah pada pagi hari,
pada sore dan malam harinya, di rumah masing-masing, tetap
menyelenggarakan pengajian dengan sistem pesantren dan
menampung santri yang datang dari berbagai daerah untuk
belajar di madrasah Mathlaul Anwar.7
Santriwan dan santriwati yang telah menyelesaikan masa
pendidikan selama 9 (sembilan) tahun, yaitu tamat kelas VII,
dikirim ke berbagai tempat/daerah untuk mendawahkan ajaran
Islam dalam bentuk baru, yaitu mendirikan madrasah Mathlaul
Anwar cabang Menes, dengan diantar oleh Pengurus Mathlaul
Anwar Menes. Mereka diberi bisluit atau Surat Tugas mengajar
dari Presiden of Bestur Mathlaul Anwar dengan semangat iman
dan keyakinan terhadap janji Allah yang berbunyi : In tanshuru
Allah yanshuru kum. Artinya, jika engkau menolong agama Allah,
pasti Allah akan menolongmu. Maka tidaklah menghe-rankan jika
pada tahun 1920-an sampai dengan tahun 1930-an, di Lampung,
Lebak, serang (Kepuh), Bogor, Tangerang, Karawang dan tempattemapat lain, sudah berdiri madrasah Mathlaul Anwar cabang
Menes, hanya diizinkan menye-lenggarakan madrasah sampai
kelas IV (empat), sedangkan untuk kelas V, VI dan VII harus
belajar di Menes.
Pada tahun 1929 didirikan madrasah putri Mathlaul Anwar
dengan tiga tokoh yang menjadi pimpinannya yaitu : Nyi. H.
Jenab binti Yasin, Nyi Kulsum, dan Nyi Aisyah. Disamping
kegiatan belajar mengajar di madrasah dan pesantren bagi
murid-murid, juga setiap hari Kamis setiap pekan seluruh guru
diwajibkan mengikuti pengajian yang diselenggarakan di masjid
Soreang, Menes. Di situ KH. Mas Abdurrahman menetap dan
7
8

sekaligus sebagai pengajian pusat. Tujuannya adalah dalam


rangka memperluas dan memperdalam ilmu Islam. Dengan cara
itu, akhirnya kyai-kyai pimpinan Mathlaul Anwar dapat berfikir
dan berwawasan luas, tidak mengurung diri dalam satu pendapat
seorang ulama saja.
Untuk membangun dan memelihara madrasah Mathlaul
Anwar, diusahakan dengan cara gotong-royong, baik tenaga
manusianya maupun dananya. Untuk itu dihimpun shadaqoh
jariyah, wakaf dan jimpitan (beras remeh), yang diselenggarakan oleh jamaah Majlis Talim ibu-ibu. Caranya, setiap kali
hendak masak nasi diambil satu sendok makan dari beras yang
akan dimasak dan ditampung dalam tempat tersendiri.
Selanjutnya, beras dihimpun oleh petugas yang biasanya
terdiri dari seorang janda iskin dengan mendapat imbalan
sepuluh persen dari hasil pungutannya. Para janda miskin ini
kemudian menyetor kepada para kader yang mengikuti
pengajian pada setiap hari Kamis yang menyerahkan lagi kepada
kordinator pusat Mathlaul Anwar. Usaha yang tidak terasa
namun nyata ini, akhirnya mampu menghimpun suatu kekuatan
yang tidak kecil. Diantara sekian tanda bukti yang tidak bisa
dilipakan ialah adanya beberapa bidang tanah yang dibeli dari
hasil pungutan beras jimpitan (beras remeh) dan hingga kini
tempat itu dinamakan Kebon remeh, milik Mathlaul Anwar.
Bukti ini, tidak boleh dilupakan oleh generasi selanjutnya.
Mathla'ul Anwar dioperasikan sistem semacam ini
pendidikan sampai tahun 1950 ketika digantikan sistem sembilan
bergradasi dengan sistem reformasi baru sekolah diperkenalkan
oleh pemerintah yang baru merdeka dari Republik Indonesia.
Sebagai kelompok agama, Mathla'ul Anwar mendirikan sendiri
sistem pemikiran keagamaan yang berada di dekade awal sangat

mirip dengan NU. Dalam hal teologi, itu terkait dirinya dengan
Ahlussunnah Wal Jamaah (pengikut ajaran nabi dan sebagian dari
mayoritas Muslim, atau dikenal sebagai faksi Sunni) dari aliran
Ash'ariyah (salah satu teologis Sunni sekolah dalam Islam selain
Mu'tazilah, Qodariyah, Murjiah, dan Jabariyah). Namun, tidak
seperti kebanyakan kiai Jawa yang dalam berbagai nilai dan caracara menunjukkan toleransi terhadap sikap sinkretis religiusitas
masyarakat, kiai Mathla'ul Anwar sangat menolak segala macam
tradisi sesat dan menganggap mereka sebagai produk warisan
Hindu dan Budha. Dalam urusan hukum Islam, itu semata-mata
mengacu pada sekolah Syafi'ite pemikiran (salah satu dari empat
sekolah Islam utama hukum selain Hanafi, Maliki, dan Hanbali)
dan tidak mentolerir terhadap gagasan talfiq, berolahraga ide
yang berbeda sekolah hukum Islam dalam praktik keagamaan
tertentu, dan sering mengecam ide-ide keagamaan yang
dianjurkan oleh kelompok reformis, terutama Muhammadiyah,
sebagai doktrin palsu, khususnya dalam hal yang berkaitan
dengan latihan agama independen, ijtihad.
Dalam politik, Mathla'ul Anwar tidak jelas merumuskan
poin politik tertentu karena mengambil kebijakan untuk
mengasosiasikan dengan organisasi lain dalam mendorong
aspirasi politiknya. Misalnya, membentuk 1915 hingga 1928, ia
bergabung dengan Syarekat Islam (Liga Islam atau SI), kelompok
politik Islam hanya pernah terbesar dalam sejarah politik
Indonesia dan didirikan pada tahun 1912. Dan dari tahun 1928
sampai untuk tahun 1952, bergabung dengan NU. Penarikan
Mathla'ul Anwar dari SI bukan karena ketidakpuasan politik murni
dengan yang terakhir lebih karena ketidaksetujuan dengan
dominasi tumbuh dari "modernis" pemikiran keagamaan

10

dipromosikan oleh para pemimpin Muhammadiyah dalam


lingkaran kepemimpinan SI.
B. Peranan Mathlaul Anwar dalam Bidang Pendidikan dan
Sosial Keagamaan
Peristiwa pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan
Belanda pada tahun 1926 di Menes dan Labuan, tanpa disadari
oleh para tokoh dan pimpinannya, telah membuat Mathlaul
Anwar bertambah besar dan meluas.. Pada tahun 1936 jumlah
madrasah Mathlaul Anwar sudah mencapai 40 buah yang
tersebar di tujuh daerah tersebut di atas. Pada waktu itu
perhatian terhadap Mathlaul Anwar tidak lagi terbatas dari
kalangan kaum pelajar (intelektual) pun mulai ikut berpartisipasi
aktif. Karena itu, dan sesuai pula perkembangan Mathlaul Anwar,
maka timbulah gagasan-gagasan untuk meningkatkan kualitas
perkembangan organisasinya, baik yang bersifat teknis
pedagogis, maupun adsministratif organisasi dan
keanggotaannya.8 Perkembangan pendidkan menunjukan grafik
yang signifikian. Ini artinya, banyak masyarakat yang
memperoleh manfaat dari organiasas ini. Bahkan secara
langsung tidak langsung, dalam sekala yang lebih luas, bangsa
Indoensia juga turut merasakan manfaat adanya MA.
Tahun 1952 didiriknalah Majlis Fatwa Wat Tabligh. Hal ini
merespon Pemahaman tentang Ahli Sunnah wal Jamaah menjadi
kabur dan dikembangkan menurut versi masing-masing
organisasi bersangkutan. Akibatnya, taqlid buta merambah
individu-individu yang enggan berfikir dan sungkan mengkaji.
Pada bulan Mei 1953 berdasarkan keputusan sidang pleno
Pengurus Besar Mathlaul Anwar, Pandu Tjahya Islam disahkan
8 Ibid. http://yudihendriawan.blogspot.com/2009/11/sejarah-berdirinyamathlaul-Anwar. diakses 4 april 2013

11

berdirinya. Organiasi ini semacam organiasi kepramukaan Dalam


waktu relatif singkat terbentuklah pasukanpasukan, kelompokkelompok dan cabang-cabang Pandu Cahaya Islam, tetapi di
tempat-tempat lain pun seperti kota Pandeglang, Jakarta, Cisauk
berdiri pura pandu cahaya islam. Pada bulan November 1953 itu
pula Pandu Cahaya Islam mengirim M. Nahid Abdurrahman untuk
mengikuti Kursus Kepanduan tingkat yang lebih tinggi di luar
negeri, yakni Kualalumpur, Malaysia.
Selanjuntya Pada tahun1953 itu pula, Mathlaul Anwar untuk
pertama kalinya, mendirikan sekolah umum SMI (Sekolah
Menengah Islam) atau SMP, di Menes. Ternyata SMI mendapat
sambutan baik di kalangan masyarakat, sehingga pada tahun
ajaran pertama kelas I nya sudah dua kelas paralel. Selanjutnya,
SMPI ini dikembangkan menjadi PGA (Pendidikan Guru Agama).
Pada Kongres Mathlaul Anwar IX yang dilangsungkan pada
bulan Desember 1953 di Pamoyanan, Bandung, Jawa Barat,
dibentuklah muslimat Mathlaul Anwar Diputuskan pula oleh
kongres untuk menerbitkan sebuah majalah yang diberi nama
Majalah Madrasah Kita.
Pencapaian yang luar biasa Mathlaul Anwar sebelum
kemerdekaan menghadapai tantangan ketika pergolakan politik
internal partai Masyumi pada awal tahun 1950-an yang
berpuncak pada pendirian partai NU yang terpisah dari Masyumi
pada tahun 1952 berdampak pada keutuhan internal Mathlaul
Anwar. Pendirian partai NU memunculkan ketegangan antara
para pemimpin Mathlaul Anwar dalam menyikapi perkembangan
politik tersebut. Sebagian kelompok yang dipelopori oleh kaum
muda menginginkan Mathlaul Anwar untuk tetap menjadi
organisasi non-politik dan karenanya harus keluar dari hubungan
afiliatif dengan NU yang telah berlangsung sejak tahun 1928.

12

Sementara itu, kelompok tua berupaya untuk mempertahankan


hubungan dengan NU, termasuk dengan mendukung partai NU
yang baru dibentuk. Ketika Mathlaul Anwar lewat Muktamarnya
tahun 1952 memutuskan untuk memilih opsi yang pertama,
perpecahan internal pun tidak bisa terelakkan. Kelompok kedua
kemudian memilih untuk memisahkan diri dan mendirikan
madrasah baru yang diberi nama Al-Maarif dan Anwarul
Hidayah. Bahkan pada tahun 1960-an dan 1970-an, muncul dua
madrasah baru lainnya yaitu Mathlaul Anwar Li Nahdhatil Ulama
atau Malnu dan Nurul Amal.
C. Daftar Pengurus Pimpinan Pusat Matlaul Anwar
Periode Tahun sekarang
1. STRUKTUR KEPENGURUSAN PENGURUS BESAR
MATHLAUL-ANWAR DEWAN PENASEHAT MAJLIS
AMANAH MAJLIS FATWA PENGURUS BESAR."
TRANSCRIPT PRESENTASI:
2. STRUKTUR KEPENGURUSAN PENGURUS BESAR
MATHLAUL-ANWAR DEWAN PENASEHAT MAJLIS
AMANAH MAJLIS FATWA PENGURUS BESAR
3. DEWAN PENASEHAT KETUA : H. WIRANTO, S.IP ANGGOTAANGGOTA : 1. DRS. KH. ISMAEL HASAN, SH 2. KH. HILMI
AMINUDIN 3. KH. WAHID SAHARI, MA 4. DR. ABDUL
GHAFUR
4. ORGANISASI MATHLAUL-ANWAR MEMIKI SUSUNAN
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN YANG TERDIRI DARI : 1.
TINGKAT NASIONAL KEPENGURUSANNYA DISEBUT
PENGURUS BESAR YANG MELI[PUTI SELURUH WILAYAH
REPUBLIK INDONESIA. 2. TINGKAT WILAYAH
KEPENGURUSANNYA DISEBUT PENGURUS WILAYAH YANG
MELI[PUTI SELURUH TINGKAT PROPINSI. 3. TINGKAT
DAERAH KEPENGURUSANNYA DISEBUT PENGURUS DAERAH

13

YANG MELI[PUTI SELURUH TINGKAT KABUPATEN/KOTA..


BADAN ORGANISASI MATHLAUL-ANWAR DAN STRUKTUR
KEPENGURUSAN PENGURUS BESAR MATHLAUL-ANWAR
5. 4. TINGKAT CABANG KEPENGURUSANNYA DISEBUT
PENGURUS CABANG YANG MELIPUTI SELURUH TINGKAT
KECAMATAN. 5. TINGKAT RANTING KEPENGURUSANNYA
DISEBUT PENGURUS RANTING YANG MELI[PUTI SELURUH
TINGKAT DESA/KELURAHAN. 6. PERWAKILAN
KEPENGURUSANNYA DISEBUT PENGURUS PERWAKILAN
YAITU KEPENGURUSAN MA DI LUAR NEGERI.
6. B. DEWAN PENASEHAT, MAJLIS AMANAH DAN MAJLIS
FATWA DEWAN PENASEHAT YAITU : BADAN TERDIRI DARI
TOKOH-TOKOH YANG MEMILIKI KOMITMEN UNTUK
BERKONTRIBUSI BAGI KEMAJUAN MA YANG DIANGKAT
OLEH PENGURUS BESAR. MAJLIS AMANAH YAITU : BADAN
YANG TERDIR DARI ATAS TOKOH-TOKOH MA YANG
BERSIFAT KOLEKTIF PADA SETIAP TINGKAT
KEPENGURUSAN MATHLAUL- ANWAR,DAN BERWENANG
MEMBERIKAN DORONGAN, DUKUNGAN,SARAN DAN
NASEHAT SERTA PERINGATAN KEPADA PENGURUS
APABILA MELAKUKAN PENYIMPANGAN TERHADAP AD/RT
DAN KETETAPAN ORGANISASI. MAJLIS FATWA YAITU :
LEMBAGA PERMUSYAWARATAN UNTUYK MEMBAHAS DAN
MEMBERKAN FATWA TENTANG KEAGAMAAN, PENDIDIKAN,
SOSIAL, EKONOMI,HUKUM, POLITIK DAN KEBUDAYAAN.
7. C.PERGURUAN MATHLAUL-ANWAR PERGURUAN
MATHLAUL-ANWAR ADALAH LEMBAGA PELAKSANA USAHA
DAN PROGRAM UMUM ORGANISASI MATHLAUL-ANWAR DI
BIDANG PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG
MENYELENGGARAKAN PALING SEDIKIT TIGA JENIS DAN
JENJANG PENDIDIKAN. DAN BERTUGAS

14

MENGATUR,MENGELOLA, MENGAWASI, MENENTUKAN


CORAK DAN JENIS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SESUAI
DENGAN TINGKAT DAN HAJAT PEMBANGUNAN UMAT DAN
BANGSA,DENGAN BERPEDOMAN KEPADA AD/ART
MATHLAUL-ANWAR DAN PROGRAM UMUM MATHLAULANWAR.
8. 3.ORGANISASI BADAN OTONOM MATHLAUL-ANWAR.
ORGANISASI BADAN OTONOM MATHLAUL-ANWAR YAITU
ORGANISASI DIDALAM LINGKUNGAN MATHLAULANWAR.YANG DIBATASI OLEH KESEJENISAN DAN MEMILIKI
AD/ART SENDIRI SERTA IKATAN KHITTAH PERJUANGAN
YANG SAMA. ADAPUN ORGANISASI BADAN OTONOM
MATHLAUL-ANWAR YAITU TERDIRI DARI : 1. MUSLIMAT
MATHLAUL-ANWAR ( MUSMA ) 2. GENERASI MUDA
MATHLAUL-ANWAR. ( GEMA-MA ) 3. HIMPUNAN
MAHASISWA MATHLAUL-ANWAR.(HIMMA) 4. IKATAN
PELAJAR MATHLAUL-ANWAR.( IPMA )
9. STRUKTUR KEPENGURUSAN PENGURUS BESAR MATHLAULANWAR DEWAN PENASEHAT MAJLIS AMANAH MAJLIS FATWA
PENGURUS BESAR SEKJEN KETUA VII KETUA IV KETUA III
KETUA II KETUA VI KETUA V KETUA I BENDAHARA
DEPARTEMEN-DEPERTEMEN
10.
KOMPOSISI DAN PERSONALIA PENGURUS BESAR
MATHLAUL ANWAR PERIODE 2010 2015 DEWAN
PENASEHAT KETUA : H. WIRANTO, S.IP ANGGOTA-ANGGOTA
: 1. DRS. KH. ISMAEL HASAN, SH 2. KH. HILMI AMINUDIN 3.
KH. WAHID SAHARI, MA 4. DR. ABDUL GHAFUR
11.
MAJELIS AMANAH KETUA : DRS. H.M. IRSYAD
DJUWAELI, MM WAKIL KETUA I : PROF. DR. IR. H. HERMAN
HAERUMAN, JS.MF, FWAAS WAKIL KETUA II : H. USEP
FATHUDIN, M.PS WAKIL KETUA III : DRS. H. DAUD AFIFI, SH,

15

MH SEKRETARIS : DRS. H.A. SIHABUDIN, MM WAKIL


SEKRETARIS : DRS. H. ALI NURDIN, M.SI
12.
ANGGOTA-ANGGOTA : 1. KH.HAFIDZ USMAN 2. H.
MOHAMAD IDJEN 3. KH. ISMAIL JAELANI 4. DRS. H.
ABDULLAH SUKARTA 5. HJ.ENENG JUBAEDAH, SH., MH 6. H.
OMAN BOMAN RUKMANTARA 7. HJ. MIMI SUHADA
13.
MAJELIS FATWA KETUA : DR. KH.E SYIBLI SYARJAYA,
LML.,MM WAKIL KETUA I :KH. BAI MAMUN WAKIL KETUA II :
KH. TENGKU ZULKARNAEN SEKRETARIS : H. ENDANG
SAEFUL ANWAR,LC., MA WAKIL SEKRETARIS : H. M. LILI
NAHRIRI,LC, MA
14.
ANGGOTA-ANGGOTA : 1. PROF. DR. KH. AMIN
SUMA, MA 2. KH. A. SYATIBI 3. KH. ABDUL HADI MUCHTAR
4. KH. SARININ 5. KH.SALEH ASAD 6. KH. MUHAMMAD ISA
7. KH. ADING SUBARNA, LC 8. KH. RUYADI ZAINI 9. KH.
FUAD ABDURAHMAN, LC 10. KH. MISKADIYANTO, S.AG
15.
ANGGOTA-ANGGOTA : 11. KH. DRS. MAHNUN 12.
KH. M.SAHAR, LC 13. DR. H. ONI SAHRONI, MA 14. KH.
ABDUL ALIM,LC 15. KH. MASA THOYYIB, LC 16. H. AHMAD
FATONI, S.AG 17. DRS. MASUM AS, MA 18. DRS.H. ZAENAL
SOLIHIN, LC 19. H. UBAIDILLAH SAEFUL AKHYAR, LC 20. H.
NURCHOLIS, MA
16.
ANGGOTA-ANGGOTA : 21. H. INAS NASRULLAH, LC
22. H.IIN FAUZI, LC 23. ACENG ABDUL QODIR, S.AG 24. A.
ZAKI ZARKASYI, LC 25. MASDUKI, MA 26. ENDAD
MUSADAD, MA 27. H. UDIN ZAENUDIN, LC 28. H. WAWAN
ARWANI, LC 29. H. DAHLAN HARNAWISESA, LC 30. KH.
UYUNG AMBARI 31. M. SYAFII UMAR 32. KH. SUBRANI
17.
PENGURUS BESAR KETUA UMUM KH. AHMAD SYADELI
KARIM,LC
18.
KETUA I : ORGANISASI DAN PENGEMBENGAN SDM :
KH. JAZULI JUWAENI, MA KETUA II : PENDIDIKAN DAN

16

KEBUDAYAAN: DRS. JIHADUDDIN, M.PD KETUA III : DAKWAH


DAN SOSIAL : DRS. H. YAYAN HASUNA HUDAYA, M.MPD
19.
KETUA IV : PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT H.
EMBAY MULYASYARIF KETUA V : HUBUNGAN ANTAR
LEMBAGA DAN LUAR NEGERI DR. IR. H. AHMAD MUKHLIS
YUSUF, MM KETUA VI : HULKUM DAN HAM H. INDRA
CAHAYA, SE., MH KETUA VII : PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN DR. DIDIN NURUL ROSYIDIN, MA
20.
SEKRETARIS JENDERAL : H. OKE SETIADI, M.SC
21.
WAKIL SEKRETARIS JENDERAL I : NURUL FAJRI, M.SI
WAKIL SEKRETARIS JENDERAL II : DRS. MOHAMMAD ZEN,
MM WAKIL SEKRETARIS JENDERAL III : DRS. H. SALIM TOHIR
22.
WAKIL SEKRETARIS JENDERAL IV : H. DIDIN
HADIYUDIN, SE WAKIL SEKRETARIS JENDERAL V : DR. H. M.
TAUHID, LC, MA WAKIL SEKRETARIS JENDERAL VI : DRS. H.
AGUS YASMIN, SIP, M.SI WAKIL SEKRETARIS JENDERAL VII :
DRA. HJ. FITRI HILMIYATI, M.ED
23.
BENDAHARA UMUM : HJ. AYU UKE OCTORINA WAKIL
BENDAHARA : TARYANTO, SE, MM WAKIL BENDAHARA :
DRS. NADARSYAH MAHDUR, MM
24.
B. DEPARTEMEN-DEPARTEMEN 1. DEPARTEMEN
ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA KETUA : H. LILI SUHAELI SEKRETARIS : H. ASNIN
SAFIUDIN, MA ANGGOTA-ANGGOTA : 1. IR. M. HUDORI, M.SI
2. DRS. ALI ABU BAKAR, M.PD 3. A. NASRUDDIN SIP, M.SI
25.
2. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KETUA : DRS AKHSAN SUKRONI, M.SI SEKRETARIS : DR.
UKUN KURNIA, M.PD ANGGOTA-ANGGOTA : 1. DRS. H.
AGUS SHOLEH, M.ED 2. DRS. H. SAEROJI 3. DR. BADRI
KHAERUMAN
26.
3. DEPARTEMEN DAKWAH DAN SOSIAL KETUA : DRS.
H. FUAD SYAUQI SEKRETARIS : ANDI GUNAWAN, MSC

17

ANGGOTA-ANGGOTA : 1. DR. MAHMUD MATDOAN, SH 2.


SUGENG RIYANTO, SE, M.AP 3. USNIDAWATI
27.
4. DEPARTEMEN PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT
KETUA : DRS. H. UDIN SAPARUDIN SEKRETARIS : ASEP,
S.SOS ANGGOTA-ANGGOTA : 1. ABDY IRAWAN, SE 2. RA
RIDWAN 3. ARIF RAHMAN, SE, M.SI
28.
5. DEPARTEMEN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA DAN
LUAR NEGERI KETUA : DRS. H. ADE BADRI MUKRI, M.SI
SEKRETARIS : YOYOH HULAIYAH HAFIDZ ANGGOTAANGGOTA : 1. DRS. ISA SIGIT 2. USMAN RAUF, LC, SE 3.
DRS. ANANG AENAL YAQIN
29.
6. DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM KETUA : H.HUSNI
TAMRIN, SH., MH SEKRETARIS : YHANNU SETIAWAN, SH.,
MH ANGGOTA-ANGGOTA : 1. NUR ALI, MH 2. NUR AZIZ
HAKIM, MH 3. H. EDI SUHAEDI, SH, MH
30.
7. DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KETUA : DRS. H. AAT SYAFAAT, M.SC SEKRETARIS : DRS. A.
HURIYUDIN HUMAEDI, M.PD ANGGOTA : 1. PROF. DR. IR. H.
DADAN DAIHANI, DEA 2. DR. JAENAL ARIPIN 3. DR.
SAEFUDIN JAHAR, MA
31.
KETUA UMUM MA DARI MASA KE MASA K.H. MOH.
YASSIN BISTIR MATHLA'UL ANWAR (DIREKTUR). K.H.
MOH. YASSIN MUKTAMAR I K.H ABDUL MUKTI MUKTAMAR
II KH. E. UWES ABU BAKAR MUKTAMAR III KH. E. UWES
ABU BAKAR MUKTAMAR IV KH. E. UWES ABU BAKAR
MUKTAMAR V
32.
KETUA UMUM MA DARI MASA KE MASA KH. E.
UWES ABU BAKAR MUKTAMAR VI KH. E. UWES ABU
BAKAR MUKTAMAR VII KH. E. UWES ABU BAKAR
MUKTAMAR VIII KH. E. UWES ABU BAKAR MUKTAMAR IX
KH. E. UWES ABU BAKAR MUKTAMAR X
33.
KETUA UMUM MA DARI MASA KE MASA KH.M
MUSLIM MUKTAMAR XI NAFSIRIN HADI. S.H. MUKTAMAR

18

XII K.H. E.A. BURHANI MUKTAMAR XIII DRS.H.M.IRSYAD


DJUWAELI MUKTAMAR XIV DRS.H.M.IRSYAD DJUWAELI
MUKTAMAR XV DRS.H.M.IRSYAD DJUWAELI MUKTAMAR
XVI DRS.H.M.IRSYAD DJUWAELI MUKTAMAR XVII K.H.
SYADELI Karim,LC Muktamar XVIII
D. Ijtihad Matlaul Anwar
1. Bidang Pendidikan
Mencetak generasi muslim yang sadar akan tanggung
jawabnya sebagai kholifah Allah di muka bumi untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya dalam
rangka ibadah kepada Allah SWT. Karenanya Mathlaul
Anwar mendidik putra putrinya dengan :
a. Menanamkan dan memantapkan aqidah Islamiyah yang
benar
b. Membiasakan ibadah-ibadah yang disyariatkan
c. Membekali pengetahuan keislaman serta berbagai
disiplin ilmuu dan skill yang berguna sesuai dengan
tuntunan zaman
d. Menanamkan kesadaran agar dapat hidup mandiri
membangun lingkungan dan masyarakat serta
membentengi diri dan lingkungannya darii pengaruhpengaruh budaya negatif (yang bertentangan denggan
ajaran Islam)
2. Bidang Dakwah
Mathlaul Anwar sebagai Ormas Islam menjalankan
tugasnya dalam bidang dakwah yaitu melaksanakan amar
maruf nahi munkar dengan memperhatikan kondisi dan
sasaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan dakwah
itu sendiri.
3. Bidang Sosial
Mathlaul Anwar sebagai Ormas Islam bergerak dalam
bidang sosial dengan berbagai usaha dan cara yang islami

19

agar masyarakat terhindar dari kebodohan, kemiskinan dan


keterbelakangan.

Landasan Operasional Organisasi Mathlaul Anwar


1.

Dalam Bidang Pendidikan

Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan (QS : Almujadalah : 11)












Artinya :
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya (QS : Attaubat : 122)
2.

Dalam Bidang Dakwah






Artinya :

20

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan
mencegah yang mungkar, mereka adalah orang-orang yang
beruntung. (QS : Ali Imran : 104)

3.

Dalam Bidang Sosial

a.

Taat kepada para pemimpin yang beriman setelah taat

kepada Allah dan Rasul-Nya.






Artinya :
Hai orang orang yang beriman taatilah Allah dan Rasul-Nya dan
ulul amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu maka kembalikan kepada Allah (Al-Quran) dan
Rasulnya (Assunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama bagimu
dan lebih baik akibatnya. (QS : An-Nisa : 59)
b.

Bersatu dan berpegang teguh kepada wahyu Allah.









Artinya :

21

Dan perpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,


dan janganlah kamu bercerai berai (QS : Ali Imran : 103).
c.

Tidak hidup bergolong-golong dan memulah-milah dinul

Islam.








-














Artinya :
Janganlah kamu menjadi orang-orang musyrikin, yaitu orangorang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada golongan mereka. (QS : Ar-Rum : 31-32)

d.

Tolong menolong dalam kebajikan dan takwa.



Artinya :
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran (QS : Al-Maidah : 2)
e.

Usaha bertahkim dengan syariat Islam








Artinya :
Maka demi tuhanmu mereka (pada hakekat) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
mereka perselisihan kemudian mereka tidak merasa keberatan

22

dalam hari mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan


mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS : An-Nisa : 65).
f.

Mengikuti ahli sunnah wal jamaah dalam aqidah (usuluddin),

syariah, siasah (pemerintahan) dan ibadah (fiqh).


g.

Memperhatikan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

organisasi Mathlaul Anwar.

E. Pesan 4 Mahzab
[1] IMAM ABU HANIFAH rahimahullaah
Imam madzhab yang pertama adalah Abu Hanifah an-Nu'man bin
Tsabit rahimahullaah. Telah diriwayatkan dari beliau oleh para
sahabat beliau perkataan-perkataan yang berbeda-beda dan
ungkapan-ungkapan yang bermacam-macam, akan tetapi
semuanya mengarah pada satu hal, yaitu wajibnya berpegang
teguh dengan Al-Hadits dan meninggalkan taqlid pada pendapatpendapat para Imam yang menyelisihi Al-Hadits.

Inilah beberapa perkataan Imam Abu Hanifah rahimahullaah:


1. Apabila suatu Hadits itu shahih, maka itulah madzhabku.[2]
2. Tidah halal bagi seorangpun mengambil pendapat kami,
selama ia tidak mengetahui dari mana (dengan dasar apa) kami
mengambil pendapat tersebut.[3]
Dalam riwayat lain disebutkan:
3. Haram bagi seseorang yang tidak mengetahui dalilku, untuk
berfatwa dengan pendapatku.
Dalam riwayat lain ditambahkan:

23

4. Kami ini hanya manusia belaka, kami mengemukakan suatu


pendapat pada hari ini, dan kami rujuk (tinjau) kembali esok
hari.
Dalam riwayat lain disebutkan:
5. Celaka engkau wahai Yaqub (maksudnya Abu Yusuf)! Jangan
engkau tulis setiap apa yang engkau dengar dariku. Sungguh aku
ini terkadang berpendapat dengan suatu pendapat pada hari ini
dan esok aku tinggalkan, dan terkadang esok aku berpendapat
dengan suatu pendapat dan aku tinggalkan esok lusa.[4]
6. Apabila saya mengutarakan suatu pendapat yang
bertentangan dengan Al-Quran dan hadits Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah
perkataanku![5]

[2] IMAM MALIK BIN ANAS rahimahullah


Di antara perkataan Imam Malik bin Anas rahimahullah dengan
riwayat yang shahih antara lain:
1. Saya ini hanya seorang manusia, bisa salah dan bisa benar,
maka telitilah pendapatku. Setiap pendapatku yang sesuai
dengan Al-Quran dan As-Sunnah, maka ambillah pendapat
tersebut, dan setiap pendapatku yang bertentangan dengan AlQuran dan As-Sunnah, maka tinggalkanlah pendapat itu![6]

2. Tidak ada seorangpun sepeninggal Nabi Shallallaahu alaihi


wa sallam kecuali pendapatnya bisa diambil atau bisa juga
ditolak, kecuali Nabi Shallallaahu alaihi wa sallam.[7]
3. Berkata Ibnu Wahab: "Saya pernah mendengar Imam Malik
ditanya tentang menyela-nyela jari kedua kaki ketika wudhu.
24

Beliaupun menjawab: 'Manusia tidak wajib melakukannya.


Berkata Ibnu Wahhab: 'Lalu saya tinggalkan beliau sampai orangorang yang mengelilinginya tinggal sedikit, kemudian saya
berkata kepadanya : 'Menurut kami hal itu adalah sunnah. Beliau
(Imam Malik) bertanya: apa dalilnya? Saya jawab: Telah
mengabarkan kepada kami al-'Laits bin Sa'ad dan Ibnu Luhai'ah
dan Amr bin Al-Harits, dari Yazid bin 'Amr Al-Mu'afiri, dari Abi
'Abdurrahman Al-Habali, dari Mustaurid bij Syaddad AlQurasyiyyi, ia berkata : 'Saya melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
sallam menggosok sela-sela jari kedua kakinya dengan jari
kelingking'. Lalu beliau (Malik) berkata: 'Itu adalah Hadits yang
hasan, dan saya tidak pernah mendengar sebelumnya, kecuali
saat ini.
Kemudian di lain waktu saya mendengar dia ditanya orang
tentang hal yang sama, lalu beliau menyuruh orang itu untuk
menyela-nyela jari-jari kakinya".[8]
[3] IMAM AS-SYAFII rahimahullah
Adapun nukilan dari Imam As-Syafii rahimahullah adalah lebih
banyak dan lebih baik,[9] dan pengikut beliau lebih banyak
mengamalkan pesan beliau tersebut dan mereka lebih
beruntung. Di antara perkataan Imam As-Syafii adalah:
1. Tidak ada seorangpun kecuali ia memiliki kemungkinan
untuk lupa terhadap Sunnah Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam dan tersembunyi darinya. Setiap perkataanku atau setiap
ushul (asas) yang saya letakkan, kemudian ternyata riwayat dari
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam menyelisihi perkataanku,
maka pendapat yang harus diikuti adalah apa yang disabdakan
oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, dan akupun
berpendapat dengannya.[10]

25

2. Kaum muslimin telah ijma (sepakat) bahwa barangsiapa


yang mengetahui secara jelas suatu Sunnah dari Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk
meninggalkan Sunnah tersebut karena perkataan (pendapat)
seseorang.[11]
3. Jika kalian dapati dalam kitabku hal yang bertentangan
dengan Sunnah Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, maka
berpendapatlah sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam, dan tinggalkan apa yang aku katakan. (Dalam
riwayat yang lain: Maka ikutilah Sunnah tersebut, dan janganlah
kalian hiraukan pendapat seorangpun.)[12]
4. Jika suatu hadits telah jelas shahih, maka itulah
madzhabku.[13]
5. Engkau[14] (maksudnya Imam Ahmad bin Hanbal) lebih
mengetahui tentang hadits dan para perawi dibandingkan aku.
Jika didapati suatu hadits yang shahih maka beritahulah aku,
darimana pun hadits tersebut berasal, baik dari orang Kufah,
Bashrah, ataupun Syam; hingga aku dapat berpendapat
dengannya, apabila hadits itu shahih.
6. Setiap permasalahan yang berkenaan dengannya ada hadits
shahih dari Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam menurut para
ahli periwayatan (hadits), dan bertentangan dengan apa yang
aku katakan, maka aku menarik kembali pendapatku, baik ketika
aku hidup maupun setelah aku mati.[15]
7. Apabila kalian melihat aku mengucapkan suatu pendapat,
padahal telah shahih (hadits) Rasulullah shallallaahu alaihi
wasallam suatu yang menyelisihi pendapatku, maka ketahuilah
bahwasanya akalku telah hilang![16]
26

8. Setiap apa yang aku katakan, sedangkan riwayat yang


shahih dari Nabi Shallallaahu alaihi wa sallam menyelisihi
pendapatku, maka hadits Nabi adalah lebih utama, janganlah
kalian bertaqlid kepadaku.[17]
9. Setiap hadits dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
maka itu adalah pendapatku juga, walaupun kalian tidak pernah
mendengarnya dariku.[18]

[4] IMAM AHMAD BIN HANBAL rahimahullah


Adapun Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah imam
yang paling banyak menghimpun Hadits dan paling berpegang
teguh kepada hadits, sampai-sampai dikatakan: Beliau
membenci menulis buku yang berisi masalah furu' dan
ra'yu.[19]
Di antara perkataan beliau tentang wajibnya mendahulukan
sunnah adalah:
1. "Jangan kalian bertaqlid kepadaku dan jangan pula kalian
bertaqlid kepada Malik, as-Sayfi'i, al-Auza'i, dan as-Tsauri, tetapi
ambillah dari mana mereka mengambil.[20]
2. Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Janganlah kalian taqlid
dalam agama kalian kepada salah seorang di antara mereka
(para imam). Apapun yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan para sahabatnya, maka ambillah, kemudian pendapat
para Tabiin. Dan setelah mereka barulah boleh dipilih. Suatu
saat beliau juga berkata: "Yang dinamakan ittiba' adalah
seseorang yang mengikuti apa yang datang dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam dan para sahabat. Kemudian setelah pendapat
para Tabiin ia boleh memilih".[21]

27

3. "Pendapat Al-Auza'i, pendapat Malik, pendapat Abu Hanifah,


semuanya hanya pendapat atau ra'yu (pikiran). Dan bagi saya
semua ra'yu sama, yang menjadi hujjah hanyalah atsar
(Hadits)."[22]
4. "Barangsiapa yang menolak Hadits Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, maka ia berada pada jurang kehancuran."[23]
Demikianlah perkataan empat imam mazhab semoga Allah
meridhoi mereka -- dalam masalah berpegang teguh kepada
Hadits (As-Sunnah) dan larangan taqlid kepada mereka tanpa
ilmu. Pernyataan mereka itu sudah jelas tidak bisa dibantah dan
diputarbalikkan lagi. Mereka mewajibkan berpegang pada semua
hadits yang shahih sekalipun bertentangan dengan sebagian
pendapat mereka tersebut dan sikap semacam itu tidak
dikatakan menyalahi madzhab mereka dan keluar dari metode
mereka, bahkan sikap itulah yang disebut mengikuti mereka dan
berpegang pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Akan
tetapi, tidaklah demikian halnya bila seseorang meninggalkan
Hadits-hadits yang shahih karena dipandang menyalahi pendapat
mereka. Bahkan orang yang berbuat demikian telah durhaka
kepada mereka dan menyalahi pendapat-pendapat mereka yang
telah dikemukakan di atas. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:



























"Maka Demi Robb-mu, mereka itu tidak dikatakan beriman
sehingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam
menyelesaikan sengketa diantara mereka, kemudian mereka
tidak berkeberatan terhadap keputusanmu dan menerimanya
dengan sepenuh ketulusan hati." [QS.An-Nisa': 65]
Allah juga berfirman.

28











"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul
takut akan ditimpa cobaan (dalam hatinya) atau ditimpa adzab
yang pedih." [QS.An-Nur : 63]
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata : "Kewajiban orang
yang telah menerima dan mengetahui perintah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menyampaikan kepada
ummat, menasihati mereka, dan menyuruh mereka untuk
mengikutinya sekalipun bertentangan dengan pendapat
mayoritas ummat. Perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam lebih berhak untuk dimuliakan dan diikuti dibandingkan
dengan pendapat tokoh mana pun yang menyalahi perintahnya,
yang terkadang pendapat mereka itu salah. Oleh karena itulah,
para sahabat dan para tabi'in selalu menolak pendapat yang
menyalahi Hadits yang shahih dengan penolakan yang keras,[24]
yang mereka lakukan bukan karena benci, tetapi karena rasa
hormat. Akan tetapi, rasa hormat mereka kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh lebih tinggi daripada yang lain
dan kedudukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh diatas
mahluk lainnya. Apabila perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam ternyata berlawanan dengan perintah yang lain, perintah
beliau lebih utama didahulukan dan diikuti, tanpa sikap
merendahkan orang yang berbeda dengan perintah beliau,
sekalipun orang itu mendapatkan ampunan dari Allah.[25]
Bahkan orang yang mendapat ampunan dari Allah, yang
pendapatnya menyalahi perintah Rasuluallah Shallallahu 'alaihi
wa sallam tidak merasa benci bila seseorang meninggalkan
pendapatnya, ketika ia mendapati bahwa ketentuan Rasulullah
berlawanan dengan pendapatnya.[26]

29

Komentar Saya (Syaikh Al-Albani): Bagaimana mungkin mereka


(para imam) membenci sikap semacam itu, padahal mereka
sendiri menyuruh para pengikutnya untuk berbuat begitu, seperti
yang telah disebut keterangannya di atas. Mereka mewajibkan
para pengikutnya untuk meninggalkan pendapat-pendapat
mereka, bila bertentangan dengan Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam. Bahkan Imam Syafi'i menyuruh para muridnya untuk
mengatasnamakan dirinya terhadap setiap Hadits yang shahih,
sekalipun beliau tidak meriwayatkannya, atau bahkan
pendapatnya bertentangan dengan Hadits itu. Oleh karena itu,
Ibnu Daqiq Al-'Id mengumpulkan berbagai Hadits yang
dikategorikan bertentangan dengan pendapat dari salah satu
atau seluruh imam yang empat, dalam sebuah buku besar. Beliau
mengatakan di awal kitab tersebut:
"Mengatasnamakan para imam mujtahid tentang berbagai
masalah yang bertentangan dengan Hadits shahih adalah
haram". Para ahli fiqih yang taqlid kepada mereka wajib
mengetahui bahwa tidak boleh mengatasnamakan masalah itu
kepada mereka, sehingga berdusta atas nama para Imam.[27]
[1] Sikap taqlid inilah yang disindir oleh Imam Thahawi ketika
beliau menyatakan : "Tidak akan taqlid kecuali orang yang lemah
pikirannya atau bodoh". Ucapan ini dinukil oleh Ibnu Abidin
dalam kitab Rasmu Al-Mufti (I/32), dari kitab Majmu'atul Rasailnya.
[2] Ibnu Abidin dalam kitab Al-Hasyiyah (I/63) dan Kitab Rasmul
Mufti (I/4) dari kumpulan-kumpulan tulisan Ibnu Abidin. Juga oleh
Syaikh Shalih Al-Filani dalam Kitab Iqazhu Al-Humam hal. 62 dan
lain-lain, Ibnu Abidin menukil dari Syarah Al-Hidayah, karya Ibnu
Syhahnah Al-Kabir, seorang guru Ibnul Humam, yang berbunyi.

30

"Bila suatu Hadits shahih sedangkan isinya bertentangan dengan


madzhab kita, yang diamalkan adalah Hadits". Hal ini merupakan
madzhab beliau dan tidak boleh seorang muqallid menyalahi
Hadits shahih dengan alasan dia sebagai pengikut Hanafi, sebab
secara sah disebutkan dari Imam Abu Hanifah bahwa beliau
berpesan : "Jika suatu Hadits itu shahih, itulah madzhabku".
Begitu juga Imam Ibnu Abdul Barr meriwayatkan dari Abu
Hanifah dan para imam lain pesan semacam itu.
Saya katakan : Hal ini menunjukkan kesempurnaan ilmu dan
ketaqwaan mereka. Mereka mengisyaratkan bahwa mereka
tidaklah menguasai semua Hadits. Hal ini dengan tegas
dinyatakan oleh Imam Syafi'i seperti akan tersebut di belakang
nanti. terkadang di antara para imam itu pendapatnya
menyalahi Hadits karena hal itu belum sampai kepada mereka.
Oleh karena itu, mereka menyuruh kita untuk berpegang pada
Hadits dan menjadikannya sebagai madzhab mereka.
[3] Ibnu 'Abdul Barr dalam kitab Al-Intiqa fi Fadhail Ats-Tsalasah
Al-Aimmah Al-Fuqaha hal. 145, Ibnul Qayyim, I'lamul Muwaqqi'in
(II/309), Ibnu 'Abidin dalam Hasyiyah Al-Bahri Ar-Raiq (VI/293),
dan Rasmu Al-Mufti hal. 29 dan 32, Sya'rani dalam Al-Mizan (I/55)
dengan riwayat kedua, sedang riwayat ketiga diriwayatkan Abbas
Ad-Darawi dalam At-Tarikh, karya Ibnu Ma'in (VI/77/1) dengan
sanad shahih dari Zufar. Semakna dengan itu diriwayatkan dari
beberapa orang sahabatnya, yaitu Zufar, Abu Yusuf, dan Afiyah
bin Yazid, seperti termaktub dalam Al-Iqazh hl. 52. Ibnu Qayyim
menegaskan shahihnya riwayat ini dari Abu Yusuf (II/344) dan
memberi keterangan tambahan dalam Ta'liqnya terhadap kitab
Al-Iqazh hal. 65, dikutip dari Ibnu 'Abdul Barr, Ibnul Qayyim dan
lain-lain.

31

Saya katakan : Jika ucapan semacam ini yang mereka katakan


terhadap orang-orang yang tidak mengetahui dalil mereka,
bagaimana lagi ucapan mereka terhadap orang-orang yang tahu
bahwa dalil (Hadits) berlawanan dengan pendapat mereka, lalu
mereka mengeluarkan fatwa yang berlawanan dengan Hadits?
Harap Anda perhatikan pernyataan ini, sebab pernyataan
tersebut sudahlah cukup untuk menghentikan sikap taqlid buta.
Oleh karena itulah, sebagian ulama yang bertaqlid menolak
untuk menisbatkan pesan tersebut kepada Abu Hanifah, sebab
Abu Hanifah melarang seseorang mengikuti omongannya bila dia
tahu dalilnya.

[4] Hal itu terjadi karena Imam Abu Hanifah banyak mendasarkan
pedapatnya dengan qiyas, lalu tampak baginya qiyas yang lebih
kuat ; atau telah sampai kepadanya Hadits Nabi Shallallaahu
alaihi wa sallam, lalu ia ambil Hadits ini, lalu dia meninggalkan
pendapatnya yang terdahulu. Sya'rani, dalam kitab Al-Mizan
(I/62), berkata yang ringkasnya.
"Keyakinan kami dan keyakinan semua orang yang arif tentang
Imam Abu Hanifah ialah jika beliau masih hidup sampai masa
pembukuan Hadits dan sesudah ahli Hadits menjelajah semua
negeri dan pokok wilayah Islam untuk mencarinya, niscaya beliau
akan berpegang pada Hadits-Hadits dan meninggalkan setiap
qiyas yang dahulu digunakannya, sehingga qiyas hanya sedikit
dipakai pada madzhab beliau sebagaimana pada madzhabmadzhab lainnya. Akan tetapi, karena pada masanya dalil-dalil
Hadits ada pada para pengikutnya yang terpencar-pencar di
berbagai kota, kampung, dan pojok-pojok negeri Islam,
penggunaan qiyas pada madzhab Hanafi lebih banyak dibanding
dengan madzhab lainnya, karena keadaan terpaksa, sebab tidak
32

ada nash tentang masalah-masalah yang beliau tetapkan


berdasarkan qiyas. Hal ini berlainan dengan madzhab-madzhab
lain. Para ahli hadits pada saat itu telah menjelajah berbagai
penjuru wilayah Islam untuk mencari Hadits dan
mengumpulkannya dari berbagai kota dan kampung sehingga
Hadits-hadits tentang hukum bisa terkumpul semuanya. Inilah
yang menjadi sebab banyaknya pemakaian qiyas dalam
madzhab beliau, sedangkan pada madzhab-madzhab yang lain
sedikit.
Sebagian besar dari pendpat-pendapat Hanafi ini dinukil oleh Abu
Al-Hasanat dalam kitab An-Nafi' Al-Kabir hal. 135 dan beliau
memberi komentar dengan keterangan yang dapat mejelaskan
dan menguatkan pendapatnya. Silakan baca kitab tersebut.
Saya katakan : Menjadi suatu udzur dari Abu Hanifah bila
pendapatnya ternyata bertentangan dengan Hadits-hadits shahih
dan udzur dia ini pasti termaafkan. Allah tidak memaksa
seseorang di luar kemampuannya. Jadi, beliau tidak boleh dicerca
dalam hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang
yang bodoh. Orang justru wajib hormat kepada beliau, sebab dia
adalah salah seorang di antara imam kaum muslimin yang telah
memelihara agama ini dan menyampaikan kepada kita berbagai
bagian dari agama. Beliau mendapat pahala atas segala
usahanya, yang benar atau yang keliru. Di samping itu, tidak
seseorang yang menghormati beliau boleh terus meneru
berpegang pada pendapat-pendapat beliau yang bertentangan
dengan Hadits-hadits shahih, sebab cara semacam itu bukanlah
madzhabnya, sebagaimana telah Anda lihat sendiri pernyataanpernyataanya dalam hal ini. Mereka para imam yang saling
berbeda pendapat itu, ibarat lembah-lembah dan kebenaran bisa
ada pada lembah yang satu atau mungkin pada lembah lainnya.

33

Oleh karena itu, wahai Tuhan kami ampunilah kami dan saudarasaudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan ;
janganlah Engkau jadikan hati kami dengki kepada orang-orang
yang beriman. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.
[5] Al-Filani dalam kitab Al-Iqazh hal. 50, menisbatkannya
kepada Imam Muhammad juga, kemudian ujarnya.
"Hal semacam ini dan lain-lainnya yang serupa bukanlah menjadi
sifat mujtahid, sebab dia tidak mendasarkan hal itu pada
pendapat mereka, bahkan hal semacam ini merupakan sifat
muqallid".
Saya katakan : Berdasarkan hal diatas, Sya'rani dalam Kitab AlMizan (I/26) berkata : "Jika saya berkata, apa yang harus saya
lakukan terhadap Hadits-hadits shahih setelah kematian imamku,
dimana beliau dahulu tidak mengambil Hadits tersebut." Maka
jawabannya, yang wajib engkau lakukan adalah engkau
mengamalkan Hadits tersebut, sebab sekiranya imam Anda
mengetahui Hadits-hadits itu dan menurutnya shahih, tentu
beliau akan menyuruh Anda juga berbuat begitu sebab para
imam itu semuanya terikat pada Syari'at. Barangsiapa yang
mengikuti hal itu, kedua tangannya akan meraih kebajikan. Akan
tetapi, barangsiapa yang mengatakan :"Saya tidak mau
mengamalkan suatu Hadits kecuali kalau hal itu diamalkan oleh
imam saya", akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
kebaikan, seperti yang banyak dilakukan oleh orang-orang yang
taqlid kepada imam madzhab. Yang lebih utama untuk mereka
adalah mengamalkan setiap Hadits yang shahih yang ada
sepeninggal imam mereka, demi melaksanakan pesan para
imam tersebut. Menurut keyakinan kami, sekiranya mereka itu
masih hidup dan mendapatkan Hadits-hadits yang shahih
34

sepeninggal mereka ini, niscaya mereka akan mengambilnya dan


melaksanakan isinya serta meninggalkan semua qiyas yang
dahulu pernah mereka lakukan atau setiap pendapat yang
dahulu pernah mereka kemukakan.
[6] Ibnu 'Abdul Barr dan dari dia juga Ibnu Hazm dalam kitabnya
Ushul Al-Ahkam (VI/149), begitu pula Al-Filani hal. 72.
[7] Dikalangan ulama mutaakhir hal ini populer dinisbatkan
kepada Imam Malik dan dinyatakan shahihnya oleh Ibnu Abdul
Hadi dalam kitabnya Irsyad As-Salik (1/227). Diriwayatkan juga
oleh Ibnu Abdul Barr dalam kitab Al-Jami' (II/291), Ibnu Hazm
dalam kitab Ushul Al-Ahkam (VI/145, 179), dari ucapan Hakam
bin Utaibah dam Mujahid. Taqiyuddin Subuki menyebutkannya
dalam kitab Al-Fatawa (I/148) dari ucapan Ibnu Abbas. Karena ia
merasa takjub atas kebaikan pernyataan itu, ia berkata : "Ucapan
ini diambil oleh Mujahid dari Ibnu Abbas, kemudian Malik
mengambil ucapan kedua orang itu, lalu orang-orang
mengenalnya sebagai ucapan beliau sendiri".
Saya katakan : Kemudian Imam Ahmad pun mengambil ucapan
tersebut. Abu Dawud dalam kitab Masaail Imam Ahmad hal. 276
mengatakan : "Saya mendengar Ahmad berkata : Setiap orang
pendapatnya ada yang diterima dan ditolak, kecuali Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
[8] Muqaddimah kitab Al-Jarh Wa At-Ta'dil, karya Ibnu Abi Hatim,
hal. 31-32 dan diriwayatkan secara lengkap oleh Baihaqi dalam
Sunnan-nya (I/81).
[9] Ibnu Hazm berkata dalam kita VI/118
"Para ahli fiqh yang ditaqlidi telah menganggap batal taqlid
itu sendiri. Mereka melarang para pengikutnya untuk taqlid
kepada mereka. Orang yang paling keras dalam melarang taqlid
35

ini adalah Imam Syafi'i. Beliau dengan keras menegaskan agar


mengikuti Hadits-hadits yang shahih dan berpegang pada
ketetapan-ketetapan yang digariskan dalam hujjah selama tidak
ada orang lain yang menyampaikan hujjah yang lebih kuat serta
beliau sepenuhnya berlepas diri dari orang-orang yang taqlid
kepadanya dan dengan terang-terangan mengumumkan hal ini.
Semoga Allah memberi manfaat kepada beliau dan
memperbanyak pahalanya. Sungguh pernyataan beliau menjadi
sebab mendapatlan kebaikan yang banyak".
[10] Hadits Riwayat Hakim dengan sanad bersambung kepada
Imam Syafi'i seperti tersebut dalam kitab Tarikh Damsyiq, karya
Ibnu 'Asakir XV/1/3, I'lam Al-Muwaqqi'in (II/363-364), Al-Iqazh
hal.100
[11] Ibnul Qayyim (II/361), dan Al-Filani hal. 68
[12] Al-Harawi dalam kitab Dzamm Al-Kalam (III/47/1), Al-Khathib
dalam Ihtijaj Bi Asy-Syafi'i (VIII/2), Ibnu Asakir (XV/9/1), Nawawi
dalam Al-Majmu' (I/63), Ibnul Qayyim (II/361), Al-Filani hal. 100
dan riwayat lain oleh Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah (IX/107) dan
Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (III/284, Al-Ihsan) dengan sanad
yang shahih dari beliau, riwayat semakna.
[13] Imam An-Nawawi, dalam Al-Majmu', Sya'rani (I/57) dan ia
nisbatkan kepada Hakim dan Baihaqi, Filani hal. 107. Sya'rani
berkata : " Ibnu Hazm menyatakan Hadist ini shahih menurut
penilaiannya dan penilaian imam-imam yang lain".
Saya katakan : Pernyataan beliau yang akan diuraikan setelah
komentar dibawah ini menunjukkan pengertian yang dimaksud
secara jelas. An-Nawawi berkata ringkasnya :
"Para sahabat kami mengamalkan Hadits ini dalam masalah
tatswib (mengulang kalimat adzan), syarat orang ihram
36

melakukan tahallul karena sakit, dan lain-lain hal yang sudah


populer dalam kitab-kitab madzhab kami. Ada di antara sahabatsahabat kami yang memberikan fatwa berdasarkan Hadits antara
lain : "Abu Ya'qub Buwaiti, Abu Al-Qasim Ad-Dariqi, dan sahabatsahabat kami dari kalangan ahli Hadits yang juga berbuat
demikian, yaitu Imam Abu bakar, Baihaqi, dan lain-lain. Mereka
adalah sejumlah sahabat kami dari kalangan terdahulu. Bila
mereka melihat pada suatu masalah ada Haditsnya, sedangkan
Hadits tersebut berlainan dengan madzhab Syafi'i, mereka
mengamalkan Hadits tersebut dan berfatwa : "Madzhab Syafi'i
sejalan dengan Hadits ini".

Syaikh Abu Amer berkata : "Bila seorang dari golongan Syafi'i


menemukan Hadits bertentangan dengan madzhabnya,
hendaklah ia mempertimbangkan Hadits tersebut. Jika memenuhi
syarat untuk berijtihad, secara umum atau hanya mengenai hal
tersebut, dia mempunyai kebebasan untuk berijtihad, secara
umum atau hanya mengenai hal tersebut, dia mempunyai
kebebasan untuk berijtihad, Akan tetapi, jika tidak memenuhi
syarat, tetap berat untuk menyalahi Hadits sesudah melakukan
kajian dan tidak menemukan jawaban yang memuaskan atas
perbedaan tersebut, hendaklah ia mengamalkan Hadits jika ada
Imam selain Syafi'i yang mengamalkan Hadits tersebut. Hal ini
menjadi hal yang dimaafkan bagi yang bersangkutan untuk
meninggalkan imam madzhabnya dalam masalah tersebut dan
apa yang menjadi pendapatnya adalah pilihan yang baik. wallahu
A'lam.
Saya katakan : Ada suatu keadaan lain yang tidak dikemukakan
oleh Ibnu Shalah, yaitu bagaimana kalau ternyata orang itu tidak
mendapatkan imam lain sebelumnya yang mengamalkan Hadits
37

tersebut? Apa yang harus ia lakukan? Hal ini dijawab oleh


Taqiyuddin Subuki dalam Risalah-nya tentang maksud ucapan
Imam Syafi'i "Apabila ada Hadits yang shahih ..." Juz 3 hal, 102 :
"Menurut pendapatku, yang lebih utama adalah mengikuti
Hadits. Hendaklah yang bersangkutan menganggap seolah-olah
dia berada di hadapan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan ia
mendengar beliau bersabda seperti itu. Apakah ia layak untuk
mengesampingkan pengamalan Hadits semacam itu? Demi Allah,
tidak. Setiap orang mukallaf bertanggung jawab sesuai dengan
tingkat pemahamannya (dalam mengamalkan Hadits)".
Pembahasan tentang hal ini dapat Anda baca pada kitab I'lam AlMuwaqqi'in (II/302 dan 370), Al-Filani dalam kitab Iqazhu Humami
Ulil Abrar..., sebuah kitab yang tidak ada duanya dalam masalah
ini. Para pencari kebenaran wajib mempelajarinya dengan serius
dan penuh perhatian terhadap kitab ini.

[14] Ucapan ini ditujukan kepada Imam Ahmad bin Hanbal,


diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitab Adabu Asy-Syafi'i
hal. 94-95, Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah (IX/106), Al-Kahtib dalam
Al-Ihtijaj (VIII/1), diriwayatkan pula oleh Ibnu 'Asakir dari beliau
(XV/9/1), Ibnu 'Abdil Barr dalam Intiqa hal. 75, Ibnu Jauzi dalam
Manaqib Imam Ahmad hal. 499, Al-Harawi (II/47/2) dengan tiga
sanad, dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dari bapaknya,
bahwa Imam Syafi'i pernah berkata kepadanya : "..... Hal ini
shahih dari beliau. Oleh karena itu, Ibnu Qayyim menegaskan
penisbatannya kepada Imam Ahmad dalam Al-I'lam (II/325) dan
Filani dalam Al-Iqazh hal. 152". Selanjutnya, beliau berkata :
"Baihaqi berkata : 'Oleh karena itu, Imam Syafi'i banyak
mengikuti Hadits. Beliau mengambil ilmu dari ulama Hizaz,

38

Syam, Yaman, dan Iraq'. Beliau mengambil semua Hadits kepada


madzhab yang tengah digandrungi oleh penduduk negerinya,
sekalipun kebenaran yang dipegangnya menyalahi orang lain.
Padahal ada ulama-ulama sebelumnya yang hanya membatasi
diri pada madzhab yang dikenal di negerinya tanpa mau
berijtihad untuk mengetahui kebenaran pendapat yang
bertentangan dengan dirinya". Semoga Allah mengampuni kami
dan mereka".
[15] Au Nu'aim dalam Al-Hilyah (IX/107), Al-Harawi (47/1), Ibnu
Qayyim dalam Al-I'lam (II/363) dan Al-Filani hal. 104
[16] Ibnu Abi Hatim dalam Adabu Asy-Syafi'i hal. 93, Abul Qasim
Samarqandi dalam Al-Amali seperti pada Al-Muntaqa, karya Abu
Hafs Al-Muaddib (I/234), Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah (IX/106),
dan Ibnu Asakir (15/101) dengan sanad shahih.
[17] Ibnu Abi Hatim hal 93, Abu Nu'aim dan Ibnu 'Asakir (15/9/2)
dengan sanad shahih.
[18] Ibnu Abi Hatim, hal. 93-94
[19 Ibnu Jauzi dalam Al-Manaqib hal. 192
[20] Al-Filani hal. 113 dan Ibnul Qayyim dalam Al-I'lam (II/302)
[21] Abu Dawud dalam Masa'il Imam Ahmad hal. 276-277

[22] Ibnu Badul Barr dalam Al-Jami' (II/149)


[23] Ibnul Jauzi hal. 142
[24] Saya katakan : "Meskipun mereka harus membantah bapakbapak dan ulama-ulama mereka! Sebagaimana diriwayatkan oleh
Thahawi dala Syarah Ma'anil Atsar (I/372). Abu Ya'la dalam
Musnad-nya (III/1317) dengan sanad jayyid dan rawi-rawinya

39

orang kepercayaan, dari Salim bin Abdullah bin Umar, ujarnya :


"Saya pernah duduk bersama Ibnu 'Umar di dalam masjid. Tibatiba salah seorang laki-laki dari penduduk Syam datang
kepadanya, lalu menanyakan masalah umrah dalam haji
tamattu". Ibnu Umar menjawab :"Baik". Orang itu bertanya lagi :
"Benarkan bapakmu dahulu melarang melakukan hal ini?"
Jawabnya "Celakalah engkau. Sekiranya bapakku dulu pernah
melarang, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
melakukannya dan menyuruh berbuat seperti itu. Apakah engkau
akan mengambil ucapan bapakku ataukah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam ?" Orang itu berkata : "Mengambil perintah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam". Ibnu Umar berkata :
"Pergilah dari aku" (Hadits Riwayat Ahmad, Hadits No. 5700).
Semakna dengan riwayat ini disebutkan oleh Tirmidzi pada
Syarah Tahfah (II/82) dan disahkan olehnya. Diriwayatkan pula
oleh Ibnu 'Asakir (VII/51/1) dari Ibnu Abu Dzi'ib. Ia berkata :
"Sa'ad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin 'Auf pernah
menjatuhkan hukuman kepada seseorang berdasarkan pendapat
Rabi'ah bin Abi Abdurrahman, lalu saya sampaikan kepadanya
riwayat dari Rasulullah yang berlainan dengan hukum yang telah
ditetapkannya. Sa'ad berkata kepada Rabi'ah : 'Orang ini adalah
Ibnu Abi Dzi'ib, seorang yang saya pandang dapat dipercaya. Dia
meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam riwayat
yang berlainan dengan ketetapan yang aku putuskan. 'Rabi'ah
berkata kepadanya : 'Anda telah berijtihad dan keputusan Anda
ada lebih dulu'. Sa'ad berkata :'Duhai, apakah ketetapan Saad
terus berlaku dan ketetapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak diberlakukan ? Mestinya aku menolak ketetapan
Sa'ad bin Ummi Sa'ad dan aku jalankan ketetapan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam'. Lalu Sa'ad meminta surat

40

keputusannya, kemudian merobeknya dan membuat ketetapan


baru ini kepada orang yang dikenai putusan".
[25] Bahkan orang seperti itu mendapat pahala sebagaimana
sabda Rasulullah Shallalalhu 'alaihi wa sallam : "Apabila seorang
hakim berijtihad dalam menetapkan suatu hukum dan ijtihadnya
benar, ia mendapat dua pahala ; jika ia berijtihad dalam
menetapkan hukum dan ijtihadnya salah, ia mendapat satu
pahala". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dan selainnya).

41

BAB III
KESIMPULAN
1. Latar belakang kelahiran organiasi sosial keagamaan dan
pendidikan Mathlaul Anwar adalah merespon kondisi
Banten pada waktu itu berikut ini: Pertama, secara politik
Banten sedang mengalami penjajahan. Kedua, secara
ekonomi masyarakat hidup dalam kesusahan. Ketiga,
secara sosial keagamaan, masyarakat Banten hidup dalam
syirik dan kurafat. Keempat, kondisi pendidikan yang tidak
layak.
2. Peranan Mathlaul Anwar dalam bidang pendidikan dan
sosial keagamaan diantaranya banyak para anggota atau
alumni lembanga Pendidikan Mathlaul Anwar menjadi
pejuang saat masa kemerdekaan, mendirikan lembaga
Madrasah, melakukan pemberdayaan masyarakat dan
lainnya.
3. Tantangan kedepan Mathlaul Anwar dalam mewujudkan visi
sosial keagamaan dan pendidikan adalah godaan Mathlaul
Anwar dari politik praktis dan penggalian sumber keuangan
untuk organiasasi.

42

DAFTAR PUSTAKA

Didin Nurul Rosidin,Introducing New Religious Ideas to Mathlaul


Anwar: K.H. Uwes Abu Bakar (1939-1973,(Australia: ANU, tt)
__________________, Madrasah and Politics in 1950s: A Study of the
Rise of New Madrasah in Menes of Bante, (Australia: ANU, tt)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten diakses, 15 Mei
2013. http://yudihendriawan.blogspot.com/2009/11/sejarahberdirinya-mathlaul-Anwar. diakses 4 April 2013
Pengurus Besar (PB) Mathla'ul Anwar, Sejarah Dan Khittah
Mathla'ul Anwar, (Jakarta: PB Mathla'ul Anwar, 1996)

43

44

Anda mungkin juga menyukai