Anda di halaman 1dari 5

Etiologi Celah Bibir dan Langit - Langit

Secara umum, ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya celah bibir dan langit langit,
yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor Intrinsik
1. Gangguan pada pembentukan bibir dan langit langit pada masa embrio, seperti :
a. Maxillary process gagal menyatu
b. Pertumbuhan palatal shelf yangb tidak sempurna
c. Elevasi dari palatal shelf gagal atau tertunda
d. Palatal shelf gagal menyatu
e. Terjadi post fusion rupture
f. Kegagalan penggabungan dan proliferasi mesenchymal
2. Herediter
Beberapa kasus anggota keluarga yang mempunyai kelainan wajah dan palatal yang terdapat
pada beberapa generasi.Kelainan ini tidak selalu serupa, tetapi bervariasi antara celah bibir
Unilateral dan Bilateral.Pada beberapa contoh, tampaknya mengikuti Hukum Mendel dan
pada kasus lainnya distribusi kelainan itu tidak beraturan.Schroder mengatakan bahwa 75%
dari factor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25% bersifat
dominan.
Pola penurunan herediter adalah sebagai berikut :
a. Mutasi gen
Ditemukan sejumlah sindroma/gejala menurut hukum Mendel secara
otosomal,dominant,resesif dan X-Linked. Pada otosomal dominan, orang tua yang
mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan yang sama.Pada otosomal
resesif adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal. X-Linked
adalah wanita dengan gen abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada
pria dengan gen abnormal menunjukan kelainan ini.
b. Kelainan Kromosom
Celah bibir terjadi sebagai suatu expresi bermacam-macam sindroma akibat penyimpangan
dari kromosom, misalnya Trisomi 13(Patau), Trisomi 15, Trisomi 18(Edwars) dan Trisomi 21

Faktor Ekstrinsik
1. Trauma mekanik
Trauma mekanik pada janin selama kehidupan intrauterine dapat menyebabkan gangguan
atau kelainan bentuk organ tubuh. Trauma mekanik dapat mengubah bentuk, ukuran atau
posisi sebagian dari tubuh yang semula berkembang normal. Begitu juga dengan kejadian
cleft lip and palate yang dapat desebabkan oleh trauma mekanik. Trauma dapat didapatkan
karena adanya benturan, trauma yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dapat
meningkatkan resiko bayi lahir dengan celah bibir
2. Infeksi
Virus rubella dibedakan oleh kecenderungannya untuk menginfeksi janin. Selama trimester
pertama kehamilan, infeksi primer rubella pada ibu memiliki 80% kemungkinan penularan
pada janin, dan kebanyakan janin yang terinfeksi menderita fetopati rubella. Penularan dari
ibu ke janin juga terjadi pada awal trimester kedua yang memiliki 50% kemungkinan dan
tetap berlangsung selama kehamilan. Bahaya virus rubella yang menyerang ibu hamil adalah
meningkatnya resiko keguguran. Apabila tidak terjad keguguran maka bayi yang dilahirkan
bisa terkena kelainan kongenital terutama mikrosepalus, hidrosefalus, dan hypoplasia
(gangguan pertumbuhan organ tubuh). Selain itu, infeksi virus rubella pada masa intrauterine
terutama pada trimester pertama juga dapat menyebabkan cleft lip namun dalam
kemungkinan yang kecil. Manifestasi klinis pada janin sebenarnya mencakup semua sistem
organ namun yang paling umum adalah retardasi pertumbuhan intrauterine, katarak unilateral
maupun bilateral, miokarditis dan defek struktur jantung
3. Obat obatan dan alkohol
Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati penyakit ibu, tetapi
hampir selalu janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau
aspirin sebagai obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan
terjadinya celah bibir. Hal ini disebabkan karena penggunaan obat-obatan ini akan
tertransmisi ke janin melalui plasenta dan menghambat pertumbuhan janin. Beberapa obat
yang tidak boleh dikonsumsi yaitu thalidomide, phenytoin, rifampisin, fenasetin,
sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibu profen dan penisilamin,
diazepam, kortikosteroid. Beberapa obat antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik
selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit. Obat-obat antineoplastik
terbukti menyebabkan cacat ini pada binatang.

Mengkonsumsi alkohol juga memiliki resiko menyebabkan kelainan orofacial. Alkohol dapat
menyebabkan morfogenesis dan mempunyai efek antagonis metabolik sehingga bisa
menyebabkan terjadinya celah palatum.
4. Defisiensi asam folat
Asam folat memiliki efek protektif terhadap terjadinya celah bibir dan langit langit. Folat
merupakan bentuk poliglutamat alami dan asam folat ialah bentuk monoglutamat sintesis.
Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada setiap tahap kehamilan sejak
konsepsi sampai persalinan. Asam folat berfungsi mencegah anemia pada kehamilan lanjut
dalam proses maturasi janin dan mencegah efek kogenital selama tumbuh kembang
embrionik.

5. Hormonal
Stress yang timbul pada ibu menyebabkan fungsi korteks adrenal terangsang untuk
mensekresi hidrokortison sehingga nantinya dapat mempengaruhi keadaan ibu yang sedang
mengandung dan dapat menimbulkan celah, dengan terjadinya stress yang mengakibatkan
celah yaitu : terangsangnya hipothalamus adrenocorticotropic hormone (ACTH). Sehingga
merangsang kelenjar adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, sehingga
akan meningkat di dalam darah yang dapat menganggu pertumbuhan.
6. Usia ibu
Bahwa dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio pun akan
menurun. Bertambah pula risiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan
menyebabkan bayi dengan kelainan kromosom (faktor herediter).
7. Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah satu faktor ekstrinsik dimana
dapat menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen
adalah faktor herediter.
8. Gizi atau malnutrisi
Nutrisi yang kurang pada masa kehamilan merupakan satu hal penyabab terjadinya celah.
Melalui percobaan yang dilakukan pada binatang dengan memberikan vitamin A secara

berlebihan atau kurang. Yang hasilnya menimbulkan celah pada anak-anak tikus yang baru
lahir. Begitu juga dengan defisiensi vitamin riboflavin pada tikus yang sedang dan hasilnya
juga adanya celah dengan persentase yang tinggi, dan pemberiam kortison pada kelinci yang
sedang hamil akan menimbulkan efek yang sama.
9. Hipoksia
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh pada peningkatan insidensi celah bibir dan
langit langit meningkat pada ibu yang merokok selama masa kehamilan yang secara
embriologis hal ini disebabkan oleh kondisi hipoksia jaringan embrio. Efek teratogenik CO
dari rokok yang paling umum adalah melalui hipoksia jaringan embrio. Hal ini dapat
dijelaskan dengan efek. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gangguan oksidasi selama
morfogenesis palatum sekunder. Pada tahap ini semua ATP dipacu oleh metabolisme
oksidatif. Pemberian CO pada tingkat yang sama dengan merokok (180 ppm) pada mencit
yang hamil dan meningkatkan insidensi celah bibir dan palatum dua kali lipat.

Teratogen menghalangi produksi ATP dengan menggangu transport elektron. Analog asam
nikotinik (6-AN) dan 3-actyl-pyridine (3-AcPyr) memblokade transport elektron dengan
fungsi NADH. Asam Boric dan juga phenytoin melalui oksidasi arene, memblokade transport
elektron dengan mengikat diri dengan NADH dehydrogenase. Carbon Monoxide (CO)
memblokade transport elektrondengan menghambat oksidasi chytochrome dan juga
menurunkan supply oksigen jaringan dengan menjegah ikatan oksigen dengan hemoglobin
dan pelepasan oksigen dari oxyhemoglobin. Hipoksia memblokade transport elektron karena
menurunnya jumlah oksigen untuk bertindak sebagai penerima pada akhir rangkaian reaksi
ini.

Anda mungkin juga menyukai