Peng Kebijakan PDF
Peng Kebijakan PDF
Civil
Society
Public
Policy
Empowering
People
Chaos
Oleh :
P ENGERTIAN K EBIJAKAN
PBB (1975) : pedoman untuk bertindak. Pedoman itu dapat
sederhana atau kompleks, umum atau khusus, luas
atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau
terperinci, publik atau privat, kualitatif atau
kuantitatif.
JAMES E. ANDERSON (1978) : perilaku dari aktor (pejabat,
kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian
aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
POLICY
A STANDING DECISION
CHARACTERIZED BY BEHAVIORAL
CONSISTENCY AND
REPETITIVENESS ON THE PART OF
BOTH THOSE WHO MAKE IT AND
THOSE WHO ABIDE IT
(KEPUTUSAN TETAP YANG
DICIRIKAN OLEH KONSISTENSI DAN
PENGULANGAN TINGKAH LAKU
DARI MEREKA YANG MEMBUAT
DAN DARI MEREKA YANG
MEMATUHI KEPUTUSAN TERSEBUT
Tri Widodo W. Utomo
POLITICS
(PUBLIC POLICY)
THOMAS R. DYE
!
JAMES E. ANDERSON
&
"
"#
#" '
'"
$
#"
"
%
!
DAVID EASTON
% &
%%&
'
!
10 Pengertian Kebijakan
HOGWOOD & GUNN
!!
"#$$%&#'()*
government)
authorization)
formal
$
"
+
!
$
%& !
'
! ! "#
,$
$
(
JAMES ANDERSON
THOMAS R. DYE
DAVID EASTON
&
* (+
TUJUAN
- . "#$0*
Procedural Policy
Redistributive Policy
Regulatory Policy
MATERIAL POLICY
1.
Kebijakan Nasional
Kebijakan negara yang bersifat fundamental dan strategis
2.
Kebijakan Umum
Kebijakan Presiden sebagai pelaksana UUD, TAP MPR, UU,
3.
Kebijakan Pelaksanaan
Penjabaran dari kebijakan umum sebagai strategi pelaksanaan
1.
Kebijakan Umum
Kebijakan Pemerintah Daerah sebagai pelaksanaan asas
Kebijakan Pelaksanaan
Wewenang : Kepala Daerah atau Kepala Wilayah
Bentuk : Keputusan Kepala Daerah dan Instruksi Kepala
10
11
12
terbaik, serta mengandung cost yang jauh lebih rendah dibanding benefit yang
akan dihasilkan.
Adapun fase atau tahap terakhir dari proses pengambilan keputusan adalah
implementasi keputusan, yaitu pelaksanaan dari alternatif yang dipilih, serta
pemantauan pelaksanaan sebagai dasar tindak lanjut bagi organisasi yang
bersangkutan. Dalam bentuk bagan, proses pengambilan keputusan dapat
digambarkan sebagai berikut (Dimodifikasi dari model yang ciptaan James
Stoner & Charles Wankel dalam bukunya Management, 1982 : 223). Namun
sebelumnya akan dikemukakan terlebih dahulu mengenai Corak dan Jenis
Masalah.
Sebagaimana diketahui, corak atau jenis masalah yang dihadapi oleh suatu
organisasi biasanya dapat dikelompokkan kedalam dua golongan, yaitu
masalah yang sederhana (simple problem) dan masalah yang rumit (complex
problem). Corak atau jenis masalah yang berbeda akan menyebabkan cara
pengambilan keputusan yang berbeda pula. Adapun pengertian masalah
sederhana adalah masalah yang mempunyai ciri-ciri antara lain berskala kecil,
berdiri sendiri dalam arti kurang memiliki sangkut paut dengan masalah yang
lain, tidak mengandung konsekuensi yang besar, serta pemecahannya tidak
memerlukan pemikiran yang luas dan mendalam.
Terhadap masalah yang sederhana seperti ini, maka pengambilan keputusan
dalam rangka pemecahan masalah dilakukan secara individual oleh setiap
pimpinan. Teknik yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah sederhana
ini pada umumnya dilakukan atas dasar intuisi, pengalaman, kebiasaan dan
wewenang yang melekat pada jabatannya.
Sementara itu, masalah rumit adalah masalah yang mempunyai ciri-ciri antara
lain berskala besar, tidak berdiri sendiri melainkan memiliki kaitan erat dengan
masalah-masalah lain, mengandung konsekuensi yang besar, serta
pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis. Oleh
karenanya, pengambilan keputusan atas masalah kompleks ini dilakukan secara
kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya. Masalah
13
rumit ini sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu masalah yang
terstruktur (structured problems), dan masalah yang tidak terstruktur
(unstructured problems).
Structured problems adalah masalah yang jelas faktor-faktor penyebabnya,
bersifat rutin dan dan biasanya timbul berulang kali sehingga pemecahannya
dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin,
repetitif dan dibakukan. Sebagai contoh masalah terstruktur ini misalnya adalah
masalah penggajian, kepangkatan dan pembinaan pegawai, masalah perijinan,
dan sebagainya. Oleh karena sifatnya yang rutin dan baku, maka pengambilan
keputusan menjadi relatif lebih mudah atau cepat, dimana salah satu caranya
adalah dengan penyusunan metode / prosedur / program tetap atau
pembakuan-pembakuan lainnya.
Berbeda dengan masalah yang terstruktur, maka pada masalah yang tidak
terstruktur, proses pengambilan keputusan menjadi lebih sulit dan lebih lama.
Sebab, masalah yang tidak terstruktur ini merupakan penyimpangan dari
masalah organisasi yang bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab
dan konsekuensinya, serta tidak repetitif kasusnya. Oleh karenanya, diperlukan
teknik
pengambilan
keputusan
yang
bersifat
non-programmed
decision-making.
Hal ini mensyaratkan bahwa sebelum di tetapkannya suatu keputusan, perlu
disediakan berbagai bahan tambahan atau informasi, baik yang tertuang dalam
peraturan perundangan maupun dalam berbagai sumber yang tersebar.
Selanjutnya terhadap bahan-bahan dilakukan analisis, penguraian dan
pertimbangan-pertimbangan khusus. Dalam kaitan ini, peranan diskusi
sangatlah besar, sebab keputusan yang diambil tidak bisa semata-mata
didasarkan kepada pengalaman, terlebih lagi adalah faktor-faktor spesifik yang
membentuk masalah tersebut.
14
Tentukan
Masalah
Identifikasi
Sasaran
Diagnosis
Penyebab
Analisis
Faktor
Keterkaitan
Cari
alternatif
yang kreatif
Jangan
terburu-buru
mengevaluas
i
./
# !
Selidiki Situasi
Kembangkan
Alternatif
"
Evaluasi
Alternatif Dan
Pilih Yang
Terbaik
Laksanakan
Keputusan &
Adakan Tindak
Lanjut
Rencanakan
pelaksanaan
Evaluasi
alternatif
Laksanakan
rencana
Pilih
alternatif
terbaik
Pantau
pelaksanaan
1 (
2 ) 2+*
16
DECISION MAKING
A Single Choice
MELIPUTI BANYAK
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
17
3. TERLALU
MENYEDERHANAKAN
SIMPLIFICATION)
MASALAH
(OVER
MEMBUAT
KEPUTUSAN
PERCOBAAN
(RELUCTANCE
TO
18
RASIONAL KOMPREHENSIF
KRITIK
INKREMENTAL
1. PEMILIHAN TUJUAN / SASARAN MERUPAKAN SESUATU YANG
SALING TERKAIT DENGAN TINDAKAN EMPIRIS YANG HARUS
DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN / SASARAN.
2. PEMBUAT KEPUTUSAN HANYA MEMPERTIMBANGKAN BEBERAPA
ALTERNATIF YANG LANGSUNG BERHUBUNGAN DENGAN POKOK
MASALAH ; DAN ALTERNATIF INI HANYA BERBEDA SECARA
INKREMENTAL DENGAN KEBIJAKAN YANG TELAH ADA.
3. BAGI TIAP ALTERNATIF, HANYA SEJUMLAH KECIL AKIABT
MENDASAR SAJA YANG AKAN DIEVALUASI.
4. MASALAH YANG DIHADAPI AKAN DIREDEFINISIKAN SECARA
TERATUR, DENGAN MENYESUAIKAN TUJUAN / SASARAN
DENGAN SUMBER DAYA YANG ADA.
5. TIDAK ADA KEPUTUSAN / CARA PEMECAHAN YANG PALING
TEPAT UNTUK SETIAP MASALAH. YANG PENTING, TERDAPAT
KESEPAKATAN TERHADAP KEPUTUSAN TERTENTU.
6. PEMBUATAN KEPUTUSAN BERSIFAT PERBAIKAN KECIL
TERHADAP KEBIJAKAN YANG TELAH ADA, DAN BUKAN SESUATU
YANG SAMA SEKALI BARU.
KRITIK
20
21
MODEL INSTITUSIONAL
22
23
MODEL KELOMPOK
24
25
1. Pengertian Pemerintah
Pemerintah (government) menurut Mackenzie (1986 : 5) adalah institusi
formal
dan
proses
kewenangan
untuk
merumuskan
keputusan-keputusan publik (the formal institutions and authorirative
processes in which public decisions are made). Dari pengertian tersebut
dapat ditemukan tiga unsur utama yang membentuk suatu pemerintah, yaitu
: a) Organisasi atau kelembagaan (institusi) formal ; b) Proses administratif
untuk menjalankan kewenangan ; dan c) Putusan-putusan atau kebijakan
yang dirumuskan dari proses kewenangan.
a. Pemerintah Sebagai Organisasi
Mengenai unsur pertama, organisasi secara umum dapat dikatakan
sebagai kumpulan manusia yang diintegrasikan dalam suatu wadah
kerjasama untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan yang ditentukan.
Dalam kerangka teori Mc. Kinsey, terdapat tujuh aspek yang
membedakan organisasi yang satu dengan organisasi lainnya. Tujuh
aspek tersebut adalah : 1) structure, 2) strategy, 3) style (leadership), 4)
skill, 5) staff, 6) share value, dan 7) system. Dalam hal struktur, beberapa
organisasi lebih senang memilih tipe garis atau lini, sementara organisasi
lain memilih tipe garis dan staf, tipe kepanitian, atau tipe fungsional.
Dalam aspek strategi, dapat ditemukan perbedaan mengenai pencapaian
tujuan organisasi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Kemudian
dalam aspek gaya kepemimpinan atau style, ada pemimpin organisasi
yang menonjolkan sifat-sifat karismatik, otoriter, partisipatif demokratik,
dan sebagainya.
Selanjutnya dalam aspek keahlian, jelas bahwa setiap organisasi akan
membutuhkan keahlian yang spesifik sesuai dengan misi dan tujuan yang
akan diraihnya. Begitu juga dalam aspek staff, organisasi yang bergerak
Tri Widodo W. Utomo
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
INPUT :
Timbul karena faktor lingkungan kebijakan yakni keadaan yang
kebijakan tertentu.
37
PROSES :
Bersifat politis, dimana terlibat berbagai kelompok kepentingan yang
berbeda-beda, bahkan ada yang saling bertentangan. Dalam proses ini
terlibat berbagai macam policy stakeholders, yaitu mereka-mereka
yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu kebijakan. Policy
stakeholders bisa pejabat pemerintah, pejabat negara, lembaga
pemerintah, maupun dari lingkungan publik (bukan pemerintah)
misalnya partai politik, kelompok kepentingan, pengusaha dan
sebagainya.
OUTPUT :
Berupa serangkaian tindakan yang dimaksudkan untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan tertentu.
IMPACT :
Kondisi yang diharapkan terhadap target groups (kelompok sasaran)
yakni orang-orang, kelompok atau organisasi yang perilaku atau
keadaannya ingin dipengaruhi atau diubah oleh kebijakan publik
tersebut.
38
2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Setelah kebijakan publik disahkan oleh pejabat yang berwenang
maka kemudian kebijakan tersebut diimplementasikan.
Dalam hal ini, Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja
mengemukakan ada 3 bentuk impelementasi kebijakan, yaitu :
Kebijakan langsung, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya
39
3. MONITORING KABIJAKSANAAN
Monitoring adalah prosedur analitik dari kebijakan yang
menghasilkan informasi tentang konsekuensi dari kebijakan
publik, yaitu keterkaitan antara implemntasi dan hasil-hasilnya
(outcomes).
Dilihat dari segi monitoring, hasil kebijakan dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1) Policy Output : misalnya barang, jasa dan sumber-sumber
diterima oleh kelompok sasaran, misalnya : bantuan dana IDT
sebesar Rp 20.000.000 per desa.
2) Policy Impact : yaitu perubahan yang terjadi dari kelompok
sasaran, misalnya apakah adanya IDT itu jumlah masyarakat
miskin berkurang.
4. EVALUASI KEBIJAKAN
Bertujuan untuk menilai apakah ada perbedaan sebelum dan
setelah kebijakan itu diberlakukan.
40
Perumusan
Kebijakan
Implementasi
Kebijakan
Evaluasi
Kebijakan
Monitoring
Kebijakan
41
Technical/Economic Analysis
42
Institutional Arrangements
Organizational Level
Institutional Arrangements
Operational Level
Patterns of Interaction
Outcomes
Assessment
43
44
45
William N. Dunn
Suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai
macam metodologi penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan
mentransformasikan informasi yang relevan untuk memecahkan
masalah-masalah kebijakan.
E.S. Quade
Suatu bentuk penelitian terapan yang dilakukan untuk memahami
secara mendalam berbagai permasalahan sosial guna mendapatkan
pemecahan yang lebih baik.
Stuart S. Nagel
Penentuan dalam rangka hubungan antara berbagai alternatif
kebijakan dan tujuan kebijakan ; manakah diantara berbagai alternatif
kebijakan, keputusan atau cara-cara lainnya, yang terbaik untuk
mencapai sejumlah tujuan-tujuan tertentu.
46
47
48
(Mustopadidjaja,1988)
2. PENENTUAN TUJUAN
Tujuan adalah sesuatu akibat yang secara sadar ingin dicapai atau
dihindari (mencapai kebaikan sekaligus mencegah timbulnya hal-hal
yang tidak diinginkan).
3. PERUMUSAN ALTERNATIF
Alternatif adalah pilihan tentang alat atau cara-cara yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. PENENTUAN KRITERIA
Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas untuk menilai,
misalnya : politik, ekonomi / finansial, administratif / organisatoris,
teknologi, sosial / budaya / agama, hankam.
5. PENILAIAN ALTERNATIF
49
6. PERUMUSAN REKOMENDASI
Penilaian atas alternatif akan memberikan gambaran mengenai
sejumlah pilihan yang tepat untuk mencapai tujuan. Langkah terakhir
dalam analisis kebijakan adalah merumuskan saran (rekomendasi)
mengenai alternatif yang diperhitungkan akan dapat mencapai tujuan
secara optimal. Dalam rekomendasi ini sering dikemukakan juga
strategi pelaksanaannya.
pemerintah.
50
!#
$
"8 # 0$0!
0
3
0# $
3
0#
!
#
4 5567 #
#
$
##
9
: '
51
52
53
1, ' $
# !#
4
:
;
3; # !#
07
54
!" # !
! $
" &&
Komunikasi antar
Organisasi dan
Kegiatan Pelaksanaan
Ukuran dan
Tujuan
Kebijakan
Ciri Badan Pelaksana
% & &!
%'
Sumber
Kebijakan
Lingkungan :
Ekonomi, Sosial dan
Politik
55
% !
! $
# & !&
Kesukaran teknis
Keragaman perilaku kelompok sasaran
Prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah
penduduk
Ruang lingkup perubahan perilaku yang
diinginkan
kelompok
Dukungan dari pejabat atasan
Komitmen dan kemampuan
kepemimpinan pejabat pelaksana
Kesediaan
Kelompok
Sasaran
MematuhiOut
put Kebijakan
Dampak
Nyata
Output
Kebijakan
Dampak
Output
Kebijakan
Sebagai
Dipersepsi
Perbaikan
Mendasar
Dalam UU
56
TUGAS IMPLEMENTASI
Mengembangkan struktur hubungan antara tujuan kebijakan yang
telah ditetapkan dengan tindakan pemerintah untuk merealisasikan
tujuan tersebut yang berupa hasil kebijakan (policy outcomes).
57
58
59