Jurtekmirajan2009 PDF
Jurtekmirajan2009 PDF
1979-6560
Jurnal
tek MIRA
Jurnal
Daftar Isi
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan dan Pengolahan
Pasir Besi di Pantai Selatan Kulon Progo, Yogyakarta .................................................................... 1 - 16
Bambang Yunianto
Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Nonkarbonisasi Skala Kecil dari Batubara
Kadar Abu Tinggi .......................................................................................................................... 17 - 30
Suganal
Blending Batubara untuk Pembangkit Listrik: Studi Kasus PLTU Suralaya Unit 1-4 .................... 31 - 39
Slamet Suprapto
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara terbit pada bulan Januari, Mei, September dan memuat karya ilmiah yang
berkaitan dengan litbang mineral dan batubara mulai dari eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, lingkungan, kebijakan
dan keekonomiannya.
Redaksi menerima sumbangan naskah yang relevan dengan substansi terbitan ini.
Biaya langganan : Rp 105.000,-/tahun di luar ongkos kirim, harga eceran Rp 35.000,-/eksemplar.
EDITOR IN CHIEF
PEMIMPIN REDAKSI
: Hadi Nursarya
REDAKTUR PELAKSANA
: Umar Antana
EDITOR
: Binarko Santoso (Ketua), Tatang Wahyudi, Sri Handayani, Datin Fatia Umar, Jafril, Miftahul
Huda, Husaini, I. G. Ngurah Ardha, Siti Rafiah Untung dan Fauzan
STAF REDAKSI
: Umar Antana, Nining Trisnamurni, Mining Emiliastuti, Rusmanto, Bachtiar Effendi dan
Arie Aryansyah
PENERBIT
ALAMAT REDAKSI
Keterangan gambar sampul depan : Pengembangan buah naga oleh petani di pantai selatan Kabupaten Kulon Progo (atas); Contoh limbah
batubara SL dengan pembakar siklon (bawah)
i
Sekapur Sirih
Pada awal 2009 ini, Undang-Undang Nomor 4/2009 tentang pertambangan mineral dan batubara telah
diterbitkan untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 11/1967 yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Hal-hal penting yang tertera pada klausul-klausul undang-undang baru
tersebut, terkait erat dengan masalah peningkatan nilai tambah mineral, pendayagunaan dan peningkatan
pemanfaatan potensi sumber daya mineral dan batubara, penciptaan daya tarik investasi dan perlindungan
lingkungan serta konservasi sumber daya mineral dan batubara. Semua hal ini juga sejalan dengan paradigma
baru dalam pengelolaan sumber daya mineral dan batubara yang dikenal dengan istilah praktek-praktek
pertambangan dengan baik dan benar (good mining practices). Apabila hal-hal ini benar-benar dilaksanakan
oleh para pemangku kepentingan pertambangan sesuai dengan semangat baru tersebut, beragam permasalahan
pertambangan yang rentan terhadap konflik kepentingan antarsektor pembangunan dan masyarakat sekitar
operasi penambangan, dapat diantisipasi dan diminimalisasikan sedini mungkin.
Pada nomor terbitan jurnal kali ini, beragam makalah ilmiah yang mendukung paradigma baru bidang
pertambangan tersebut mencakup permasalahan lingkungan sosial-ekonomi dan peningkatan kelitbangan
dalam bidang teknologi mineral dan batubara. Kajian permasalahan lingkungan dan sosial-ekonomi rencana
tambang pasir besi menggambarkan dengan jelas konflik kepentingan dalam penggunaan lahan antarsektor
pertambangan dan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar lokasi tambang. Permasalahan ini
bersumber dari kurangnya sosialisasi dan koordinasi antarsektor tersebut. Konflik ini dapat memicu pengurangan
minat berinvestasi dalam sektor pertambangan, karena adanya ketidakpastian hukum dan tumpang-tindih
penggunaan lahan. Proses pembuatan briket batubara nonkarbonisasi dari batubara kadar abu tinggi merupakan
usaha pemanfaatan batubara secara nasional sesuai dengan rancangan pengelolaan energi nasional untuk
memenuhi pencapaian energi bauran pada 2025. Batubara berkadar abu tinggi di Indonesia dapat digunakan
untuk pembuatan briket batubara yang memenuhi persyaratan teknis dan lingkungan. Blending batubara
untuk pembangkit listrik dilakukan untuk mengatasi masalah pemasokan batubara untuk PLTU Suralaya.
Sistem blending ini dapat dilakukan dengan mencampurkan antara batubara peringkat rendah dengan peringkat
tinggi sesuai dengan spesifikasi parameter kualitas batubara Indonesia yang terkait dengan nilai kalornya.
Hubungan antara parameter karakteristik limbah batubara dan karakteristik pembakarannya menunjukkan
potensi pemanfaatan limbah batubara yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif untuk bahan bakar
langsung dengan menggunakan pembakar siklon. Perubahan morfologi dan kimia batuan pembawa fosfat
dengan pelindian mikroorganisme menyisakan ampas pelindian. Pengujian kimia dan mikroskopis yang telah
dilakukan terhadap ampas tersebut menunjukkan kinerja yang baik dengan melakukan pengaturan pH untuk
mengurangi keikutsertaan unsur-unsur pengotornya dalam proses pelindiannya.
Peningkatan kelitbangan dalam bidang teknologi mineral dan batubara yang tertuang dalam makalah-makalah
tersebut perlu terus ditingkatkan, karena kualitas mineral dan batubara Indonesia harus memenuhi spesifikasi
keteknikannya untuk menghasilkan komoditas yang dapat dimanfaatkan, baik secara langsung oleh para
penggunanya di tanah air maupun sebagai komoditas ekspor. Dengan demikian, optimalisasi pemanfaatan
sumber daya mineral dan batubara tersebut dapat terlaksana, sesuai dengan arahan yang telah tertuang dalam
undang-undang dan paradigma baru dalam mengelola sumber daya mineral dan batubara.
Editor
ii
BAMBANG YUNIANTO
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara,
Jl. Jenderal Sudirman No. 623, Bandung 40211
Telp. 022 6030483 Ext. 227 e-mail : yunianto@tekmira.esdm.go.id
Naskah masuk : 11 Nopember 2008, revisi pertama : 06 Desember 2008, revisi kedua : 12 Desember 2008,
revisi terakhir : Januari 2009
SARI
Rencana penambangan dan pengolahan pasir besi oleh PT. Jogja Magasa Mining (PT. JMM) untuk menghasilkan
pig iron di Kabupaten Kulon Progo, DIY, ditolak sebagian masyarakat petani yang mengusahakan lahan tersebut,
dengan alasan masalah lingkungan dan sosial ekonomi. Wilayah Kontrak Karya (KK) PT. JMM, termasuk PT.
Krakatau Steel (PT. KS) dan Indo Mines Ltd. berada dalam lahan Pakualaman pada kawasan sepanjang 22
kilometer pesisir Kulon Progo, di wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan Galur.
Deposit pasir besi sekitar 33,6 juta ton. Produksi direncanakan 500.000 ton per tahun dan umur tambang
diperkirakan sampai 25 tahun. Penambangan menerapkan tambang kering dan proses ekstraksi dilakukan dengan
teknologi Autokumpu seperti yang diterapkan di New Zealand Steel. Reklamasi akan dilakukan sejauh 200
meter ke darat dengan dibuat gumuk artifisial dan ditanami cemara udang. Saat ini kegiatan PT. JMM dan Indo
Mines Ltd. sedang memasuki tahap studi kelayakan dan AMDAL yang dibantu oleh UGM.
Berdasarkan analisis, permasalahan bersumber dari kurangnya sosialisasi dan koordinasi antara sektor pertanian
dengan pertambangan. Secara prosedural perizinan, seluruh tahapan telah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia dan praktek-praktek pertambangan internasional. Menurut Bappeda Kabupaten
Kulon Progo, kegiatan PT. JMM dan Indo Mines Ltd. tidak menyalahi tata ruang kawasan pantai pesisir selatan
dan sudah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Sedangkan secara ekonomi, beberapa keuntungan
yang akan diperoleh pemerintah dan masyarakat, antara lain terbukanya lapangan pekerjaan yang sangat luas
baik pada kegiatan penambangan, pengolahan, maupun industri pendukungnya; peningkatan PAD, meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar lingkar proyek melalui program pengembangan masyarakat, membantu industri
baja nasional (PT. Krakatau Steel), dan merupakan satu-satunya industri pig iron di Asia Tenggara.
Kata kunci:pasir besi, rencana penambangan dan pengolahan, konflik sektoral, isu lingkungan dan sosial ekonomi
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan ... Bambang Yunianto
ABSTRACT
The plan of mining and processing of iron sand carried out by PT. Jogja Magasa Mining (PT. JMM) to produce
pig iron in the Kulon Progo Regency-DIY, is rejected by some farmer communities that have used the land due
to the environmental and socio-economic issues. The area of the work-contract of the company, including PT.
Krakatau Steel (PT. KS) and Indo Mines Ltd. is located in the Pakualaman land along 22 km of the Kulon Progo
coast of the Districts of Temon, Wates, Panjatan and Galur.
The iron sand deposit is 33.6 million tons. The production is planned to be 500,000 tons/year, whilst the age
of the mining is assumed 25 years. The mining will apply dry mining method; and the process of extraction
will use autokumpu technology as applied in the New Zealand Steel. Reclamation will be conducted in a 200
m long toward inland by making an artificial dune with plants of cemara udang. Nowadays, the company
activity is reaching the stages of feasibility study and environmental impact study assisted by Gajah Mada
University.
According to the analyses, the issues are caused by the lack of socialisation and coordination between the
sectors of agriculture and mining. Procedurally, all the stages are in accordance with the national prevailing
regulations and the international mining practices. According to the Agency for Regional Development Planning of the regency, the mining activity is in a line with the spatial use of the south coastline. Economically,
some benefits that will be obtained by the regional government and the community consist of wide job
opportunities from the mining operation, processing, supporting industries; increase of the regional revenue,
improvement of the community prosperity around the project through the community empowerment program,
increase the national steel industry (PT. KS), and it will be the sole pig iron industry in the Asean region.
Keywords: iron sand, mining and processing plans, sectoral conflict, environmental and socio-economic issues
1.
PENDAHULUAN
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 1 16
METODOLOGI
3.1.
Kegiatan Eksplorasi
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan ... Bambang Yunianto
Gambar 1.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 1 16
Gambar 2.
Gambar 3.
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan ... Bambang Yunianto
b)
c)
d)
3.3.
PENANAMAN
CEMARA UDANG
(PENCEGAH ABRASI
PEREDAM TSUNAMI)
PRE-CONCENTRATION PLANT
PENAMBANGAN
Tree
Tree
LAUT
PANTAI
200M
Gambar 4.
(AREA PENAMBANGAN)
Skema rencana penambangan pasir besi PT. JMM di Kabupaten Kulon Progo
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 1 16
Gambar 5.
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan ... Bambang Yunianto
PENAMBANGAN
PASIR BESI
KONSENTRAT
PASIR BESI
VANADIUM SLAG
(BAHAN BAKU BAJA
TAHAN KARAT)
BATUBARA
PASIR BESI
PABRIK BESI
WANTAH
(PIG IRON)
CONCENTRATOR
(DENGAN MAGNIT)
PENCUCIAN DAN
PENYARINGAN
KONSENTRAT
PASIR BESI
PIG IRON
(BAHAN BAKU BAJA)
PASIR HALUS
BATUKAPUR
PASIR
SLAG (DAPAT DIPAKAI
BAHAN PERKERASAN
KONSTRUKSI JALAN)
REKLAMASI
Gambar 6.
Gambar 7.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 1 16
a)
b)
c)
d)
Gambar 8.
d)
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan ... Bambang Yunianto
4.
4.1.
Permasalahan
Gambar 9 dan 10. Pengembangan buah naga oleh petani dan infrastruktur di pantai selatan
Kabupaten Kulon Progo
10
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 1 16
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan ... Bambang Yunianto
11
a)
d)
3)
g)
h)
12
b)
c)
e)
f)
4)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 1 16
Gambar 11. Rencana tata ruang kawasan pantai selatan tahun 2005-2015
U
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan ... Bambang Yunianto
13
14
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 1 16
Gambar 12. Peta rencana pemanfaatan lahan kawasan pantai selatan Kabupaten Kulon Progo
PENUTUP
Kajian Permasalahan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan ... Bambang Yunianto
15
16
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 1 16
SUGANAL
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA)
Jl. Jenderal Sudirman No. 623, Bandung
email : suganal@tekmira.esdm.go.id
Naskah masuk : 11 November 2008, revisi pertama : 06 Desember 2008, revisi kedua : 12 Desember 2008,
revisi terakhir : Januari 2008
ABSTRAK
Blue print Pengelolaan Energi Nasional 2006 mengarahkan bahwa penggunaan batubara perlu ditingkatan dari
15,34% menjadi 33% dalam energi bauran pada tahun 2025. Salah satu sasaran pemanfaatan batubara adalah
industri kecil dan rumah tangga. Akan tetapi, sistem pembakaran batubara pada rumah tangga dan industri
kecil umumnya menggunakan sistem grate atau kisi, sehingga memerlukan butiran batubara berbutir besar (
4 cm). Oleh karena itu perlu dilakukan pembriketan batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan
penelitian pembuatan briket batubara dari batubara kadar abu tinggi termasuk pembuatan rancangan proses
serta biaya investasi agar dapat diterapkan pada masyarakat.
Hasil menunjukkan bahwa bahan pengikat proses pembriketan adalah molases, ukuran serbuk batubara 3
mm dan tekanan pembriketan 200 kg/cm2. Untuk pembuatan briket batubara skala kecil dengan kapasitas 2,5
ton/jam diperlukan peralatan utama yang terdiri atas jaw crusher, hammer mill, double roll mixer, dan mesin
briket sistem double roll. Kebutuhan dana investasi sebesar Rp 1,58 miliar dengan jumlah karyawan 13 orang.
Kata kunci : briket batubara, kadar abu tinggi, rancangan proses,investasi
ABSTRACT
Blue Print of the 2006 National Energy Management appointed that the use of coal needs to be increased from
15.34% to 33% in the 2025 energy mix. Among the target, the use of coal is for small scale industries and
households. However, coal burning system in households and small scale industries are generally applied
grate system, which needs large coal particles (4 cm). For this reason, coal briquetting is considered necessary. Based on this purpose, research on briquetting by using coal with high ash content was carried out
including the design of process, therefore it can be applied widely.
Result shows that the briquette binder was molasses, size of coal particles was - 3 mm, and pressure of 2.0 kg/
cm2. A small scale coal briquetting with the capacity of 2.5 ton/hour requires main equipments such as jaw
crusher, hammer mill, double roll mixer, and double roll briquetting machine. Investment cost was Rp 1.58
million, with 13 employees.
Keywords : coal briquette, high ash content, design process, investment
Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi Skala Kecil ... Suganal
17
1.
PENDAHULUAN
18
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan Briket Batubara Nonkarbonisasi
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 17 30
Biomassa
Gambar 1. Bagan alir pembuatan briket batubara nonkarbonisasi (Maruyama, 2002; Suganal, 2004).
2.2.
Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi Skala Kecil ... Suganal
19
3.
METODOLOGI
3.1.
serbukgergaji
20 %air
Dryer120oC
Batubara
10 %
air
5%air
Cutter
Crusher
< 3mm,
Kadarair5%
Molases
Bahanimbuh
(kapurpadam)
< 3mm,
Kadarair5 %
Mixer
Adonan
briket
< 3mm,
kadarair10%
MesinBriket
Briketbasah
KeranjangBerkisi
Briketbiobatubara
20
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 17 30
Kadarair5%
>5cm
Crusher
Batubara
Kadarair5%
~12cm
Mill
Batubara
Kadarair5%
~3mm(8mesh)
Geltapioka
Mixer
Adonanbriket
MesinBriket
Briketbasah
KeranjangBerkisi
BriketBatubara
Gambar 3. Bagan alir pembuatan briket batubara
Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi Skala Kecil ... Suganal
21
batubara, digerus dengan jaw crusher dan hammer mill sampai berukuran - 3 mm,
Tabel 1.
3.3.
22
No
1
2
3
4
5
6
7
Parameter
Total kelembaban %
Air lembab, %, adb
Kadar abu, % adb
Kadar zat terbang, % adb
Kadar karbon padat, % adb
Kadar sulfur total, % adb
Nilai kalor, kkal/kg adb
Nilai
5,34
2,55
38,39
28,72
30,34
0,57
4.555
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 17 30
No.
1
2
3
4
5
6
7
Bukaan
ayakan,
mm
-50 + 37,5
-37,5 + 25
-25 + 19,0
-19,0 + 12,5
-12,5 + 6,3
-6,3 + 3,35
- 3,35
No
1
2
3
4
5
6
Parameter
Air lembab, %, adb
Kadar abu, % adb
Kadar zat terbang, % adb
Kadar karbon padat, % adb
Kadar sulfur total, % adb
Nilai kalor, kkal/kg, adb
Nilai
3,71
36,71
31,65
27,93
0,66
4.289
Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi Skala Kecil ... Suganal
23
Tabel 4.
Tabel 5.
No
1
2
3
4
5
6
Parameter
Air lembab, %, adb
Kadar abu, % adb
Kadar zat terbang, % adb
Kadar karbon padat, % adb
Kadar sulfur total, % adb
Nilai kalor, kkal/kg, adb
Nilai
4,29
35,27
30,81
29,63
0,68
4.412
24
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 17 30
140 kg
Q = 0 kkal
o
Temp : 25 C
JawCrusher
Batubara
> 50 mm
2.397 kg
Q = 0 kkal
o
Temp : 25 C
HammerMill
MesinBriket
DoubleRoll
Mixer
Adonan briket
Batubara
Batubara
: 3-25 mm
2.397 kg
Q = 0 kkal
o
Temp : 25 C
Molases : 140 kg
< 3 mm 2.397 kg
Q = 0 kkal
o
Temp : 25 C
Batubara : 2.397 kg
3.537 kg
Q = 0 kkal
o
Temp : 25 C
Uap air 37 kg
Briket Batubara
2.500 kg
Q = 0 kkal
Temp : 25oC
KeranjangBerkisi
Spesifikasi
Tipe: double roll
Sistem feeding : gravitasi/vertical feeding
Kapasitas : 2,5 ton/jam
Roll, shaft & bearing :
- Diameter roll : 620 mm
- Cetakan : sistem segmen, 12 segmen
- Bahan cetakan : Baja cor FC 30 tahan tumbukan
- Bentuk briket : telur/jengkol
- Ukuran briket : 52x52x35 mm
- Berat briket : 60 gram per butir
- Main shaft : Baja poros high tensile strength
- Main Bearing : self Aligning spherical
roller bearings
Bahan Konstruksi:
- Rangka, besi profil, 15 cm x 10 cm x 12 cm
- Hooper, transmision cover dan lain-lain:
plat mild steel 5 mm
Daya : motor listrik 10 HP, 220/380 V
Sistem Transmisi:
Elektro Motor - V Belt & Pulley - Gear Box Chain & Sprocket - Gear
- V Belt : 2 baris type B
- Chain & Sprocket : RS 100
- Gearbox: Worm Gear
- Gear: Spur Gear, module 11,5 mm
Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi Skala Kecil ... Suganal
Fungsi
Mencetak adonan
briket batubara
menjadi briket
batubara
Jumlah
1 unit
25
Spesifikasi
Tipe/Jenis : Pan Mixer
dengan Blade pengaduk
Diameter shell = 120 cm, tinggi 120 cm
- Daya : motor listrik 7,5 HP, 220/380 Volt
- Kapasitas : 200 Kg/batch, waktu 1 batch =
15 s/d 20 menit
- Sistem Transmisi : Vertical Gear Box, chain &
sprocket, V belt
- Putaran : 20 s/d 30 RPM
Bahan Konstruksi:
- Shell, plat mild steel 5 mm
- Alas shell, plat mild steel 12 mm
Blade pengaduk, plat mild steel 6 mm
- Kaki penyangga, pipa 4"
- Rangka alas kaki penyangga, besi profil 10 mm
Main Shaft & Bearing :
- Main shaft : Baja poros high tensile strength
2 inc
Main Bearing : Tapered roller Bearings 2 inc
Hammer
Mill
26
Jaw Crusher
Fungsi
Mencampur bahan
baku berupa
batubara halus
(- 3 mm) dan
molases.
Jumlah
3 unit
(3mm 25 mm)
menjadi
batubara berukuran
3 mm
1 unit
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 17 30
Spesifikasi
- Rangka, kaki penyangga, besi profil 15 cm
- Cover system transmisi, plat mild steel 2 mm 4 mm
- Hooper, plat mild steel 5 mm
Main Shaft & Bearing :
- Main shaft: Baja poros high tensile strength
Bearing : Self Aligning Spherical Roller Bearings
2 3
Fungsi
Jumlah
Conveyor
Memindahan
4 unit
material (batubara
atau adonan briket)
dari satu lokasi ke
lokasi lainnya sesuai
posisi yang
diinginkan
Silo
Menyimpan
batubara halus
sebelum dicampur
dalam double roll
mixer
2 unit
Hammer Mill
Jaw Crusher
Conveyor
Fungsi
Mencetak adonan briket batubara
menjadi briket batubara
Mencampur bahan baku berupa
batubara halus (- 3mm) dengan
molases
Menggiling batubara ukuran sedang
(3mm 25 mm) menjadi batubara
berukuran 8 mesh
Memecah batubara ukuran > 50 mm
menjadi ukuran sedang 3 mm 25 mm
Memindahan material (batubara atau
adonan briket) dari satu lokasi ke lokasi
lainnya sesuai posisi yang diinginkan
Jumlah
1 unit
Harga total
Rp 134.000,-
3 unit
Rp 33.600,-
Rp 100.800,-
1 unit
Rp 86.000,-
Rp 86.000,-
1 unit
Rp 36.000,-
Rp 36.000,-
4 unit
Rp 22.000,-
Rp 88.000,-
Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi Skala Kecil ... Suganal
27
Fungsi
Menyimpan batubara halus sebelum
dicampur dalam mixer
Jumlah
2 unit
Harga total
Rp 60.000,-
Rp 504.800.000,-
luas
450 m2
Harga total
Rp. 737.436.000,-
81 m2
Rp.80.000.000,-
150 m2
90 m2
5.000 m2
Rp.18.937.000,Rp.163.747.000,Rp. 70.000.000,-
3
4
5
Fungsi
Tempat melaksanakan operasi
produksi briket batubara
Gedung pengepakan Tempat pelaksanaan pengepakan
produk briket batubara siap dikirim ke
konsumen.
Stockpile
Tempat penimbunan bahan baku batubara
Mes Karyawan
Tem tinggal karyawan pabrik briket abtubara
Penyiapan lahan
Menyediakan lahan siap bangun
Gambar 5.
28
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 17 30
Kualifikasi
Tamatan STM Mesin
Fungsi/jabatan
Mengoperasikan mesin briket/operator
Jumlah
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
No. Unit
1
Mesin pabrik
2
Pengeringan
Spesifikasi
Tamatan STM Mesin
Tamatan SLTP
Pengepakan
Tamatan SLTP
4
5
Administrasi/kantor
Manager
Tamatan SLTA
D3 Teknik Industri
Fungsi/jabatan
Mengoperasikan mesin pabrik /operator
Mengatur proses pengeringan briket secara
manual
Mengepak produk briket batubara siap
dikirim ke konsumen
Mengatur administrasi kegiatan pabrik
Menjalankan operasional pabrik
Jumlah
7 orang
2 orang
2 orang
1 orang
1 orang
6.
KESIMPULAN
Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi Skala Kecil ... Suganal
29
pengeringan.
DAFTAR PUSTAKA
Clark, K., 2005, Evaluation of coal from PT Beraus
coal lati and Bunyu mine for binderless coal
briquetting, Binderless Coal Briquetting company Pty Limited
Maruyama, T., 2002. Bio Coal Plant Project, http:/
www.unire-jp.com/engbicoal.
Perry, R.H., 2008. Chemical Engineers Handbook,
Seventh edition, Mc Graw Hill Book, India.
Pusat Informasi Energi, 2006. Blue print Pengelolaan
Energi Nasional, Departemen Energi Dan
Sumber Daya Mineral.
Suganal, 2004. Penggunaan Serbuk Gergaji Pada Pilot Plant Briket Biobatubara Palimanan,
Prosiding Seminar Kimia Nasional XIV, Jurusan
FMIA UGM, Yogyakarta 6-7 September 2004.
Suganal, dkk., 2006. Modifikasi Kompor Briket
Batubara sebagai Upaya Peningkatan
Penggunaan Briket Batubara dan Batubara Skala
Nasional Pada Industri Kecil Padat Energi dan
Rumah Tangga, Prosiding Seminar Kimia
Nasional XV, Jaringan Kerjasama Kimia Analitik
Indonesia, Yogyakarta, 7 Desember 2006.
Suganal, dkk., 2008. Perangkat Pembakaran Batubara
Pada Industri Kecil dan Rumah Tangga dalam
Rangka Optimalisasi Energi Nasional, Prosiding
Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses
2008, Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Diponegoro Semarang.
Yusgiantoro, P, 2006. Peran Strategis Gasifikasi
Batubara Untuk Memperkuat Ketahanan Energi
Nasional, Paparan Seminar Gasifikasi Batubara
Peringkat Rendah, Jakarta, Mei 2006.
.,2005, Binderless Coal Briquetting company, http:/www.coalbriquettes.com/bb activities
., 2007. The Komar Briquetting System,
http:/www.komarindustries.com
30
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 17 30
SLAMET SUPRAPTO
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA)
Jl. Jenderal Sudirman No. 623, Bandung
Naskah masuk : 26 Mei 2008, revisi pertama : 12 Desember 2008, revisi kedua : 19 Januari 2009,
revisi terakhir : Januari 2009
SARI
PLTU Suralaya unit 1-4 yang mulai beroperasi pada akhir tahun 80-an didesain sesuai dengan kualitas batubara
Air Laya, Sumatera Selatan yang termasuk batubara subbituminus dengan parameter kualitas tertentu. Penggunaan
batubara lain yang spesifikasinya tidak sesuai dengan kualitas batubara Air Laya tersebut dapat mengganggu
kelancaran pengoperasian ketel uap pembangkit. Dalam rangka melihat kemungkinan penerapan sistem blending batubara untuk pembangkit tersebut, telah diadakan kajian kemungkinan blending batubara Indonesia.
Kajian dilakukan berdasarkan pengumpulan data spesifikasi batubara untuk PLTU Suralaya unit 1-4 dan data
kualitas batubara Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa untuk mengatasi masalah pasokan batubara
untuk PLTU Suralaya unit 1-4, sistem blending dapat dilakukan antara batubara peringkat rendah (lignit) dan
batubara peringkat tinggi (bituminus) sesuai dengan spesifikasi parameter kualitas batubara, terutama nilai
kalor. Namun demikian, batubara peringkat tinggi umumnya mempunyai sifat ketergerusan rendah, sehingga
parameter ini perlu diperhatikan mengingat parameter ini cenderung bersifat nonaditif. Pengujian penggerusan
dan pembakaran dalam skala yang mendekati kondisi nyata di lapangan perlu dilakukan untuk mengevaluasi
batubara hasil blending.
Kata Kunci: batubara, pembangkit listrik, blending, peringkat
ABSTRACT
The design of Suralaya Power Plant unit 1-4 that started to operate at the end of nineteen eighties was based on
Air Laya coal, South Sumatera with certain quality parameters. The use of other coal that has different quality
with the Air Laya coal can disturb the operation power plant boiler. In relation to the possibility of development of coal blending for the Suralaya Power Plant, study on the possibility of blending system for Indonesian
coal has been carried out. The study was based on the literature study of coal design parameter of the Suralaya
Power Plant and Indonesia coal data. Results of the study showed that to overcome the problem of coal supply
the Suralaya Power Plant unit 1-4, coal blending system can be carried out between low rank coal (lignite) and
high rank coal (bituminous) based on the coal quality parameter specification, especially calorific value.
However, the high rank coal generally has low grindability index, and therefore this parameter needs to be
considered since it tends to be nonadditive. Tests on coal mill and coal combustion at higher scale that close
to the real practical condition need to be carried out for evaluating the coal blend results.
Keywords: coal, power plant, blending, rank
Blending Batubara untuk Pembangkit Listrik : Studi Kasus PLTU Suralaya Unit 1-4, Slamet Suprapto
31
1.
PENDAHULUAN
Mengingat potensinya yang paling besar di Indonesia, batubara telah ditetapkan sebagai bahan bakar
alternatif utama pengganti bahan bakar minyak. Pada
tahun 2025, sumbangan batubara dalam bauran
energi (energy mix) nasional diproyeksikan menjadi
yang terbesar, yakni 33% dibanding sumber energi
lainnya (Suprapto, 2007). Dalam rangka mencapai
sasaran tersebut, upaya peningkatan dan diversifikasi
penggunaan batubara terus dilakukan, baik sebagai
bahan bakar langsung maupun melalui konversi
menjadi bahan bakar gas atau bahan bakar cair. Untuk
pemanfaatan batubara sebagai bakar pembangkit
listrik, saat ini sedang dibangun rencana 10.000 MW
PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) berbahan bakar
batubara (MinergyNews.Com, 2007).
Walaupun pembangkit-pembangkit baru mulai
dibangun, bukan berarti pembangkit-pembangkit
listrik yang sudah lama akan ditinggalkan, karena
perannya dalam menunjang kelistrikan nasional tetap
dibutuhkan. Untuk pembangkit listrik yang akan
dibangun tersebut direncanakan digunakan batubara
lignit dengan nilai kalori 4.000 kal/g (as received).
Sedangkan PLTU-PLTU yang sudah ada yang
dibangun pada antara 1980-an sampai 1990-an
didesain berdasarkan batubara yang mempunyai nilai
kalor lebih dari 5.000 kal/g dan bahkan ada yang
lebih dari 6000 kal/g. PLTU Suralaya, Banten
contohnya yang dibangun pada tahun akhir 1980-an
didesain untuk batubara subbituminus dengan nilai
kalornya rata-rata 5.200 kal/g atau PLTU Ombilin
kapasitas didesain menggunakan batubara peringkat
bituminus dengan nilai kalori lebih dari 6000 kal/g
(KONEBA, 2002).
PLTU Suralaya yang mulai beroperasi pada akhir
tahun 1980-an saat ini masih merupakan salah satu
andalan bagi sistem kelistrikan Jawa dan Bali. PLTU
Suralaya Unit 1-4 (4x400 MW) dirancang berdasarkan
kualitas batubara Air Laya, Sumatera Selatan yang
termasuk dalam peringkat subbituminus dengan nilai
kalor lebih dari 5000 kal/g. Batubara dengan nilai
kalor 5.000-an tersebut sudah mulai sulit diperoleh
di pasaran. Batubara Indonesia yang masih belum
banyak dimanfaatkan adalah batubara lignit dengan
nilai kalor 4.000 kal/g.
Endapan batubara Indonesia sebagian besar terdiri
atas batubara peringkat rendah, yakni lignit 58,7%,
subbituminus 26,7%, sementara peringkat tinggi
yakni bituminus 14,3% dan antrasit hanya 0,3%
(Suprapto, 2007). Batubara yang diekspoitasi saat
32
TINJAUAN PUSTAKA
Batubara Untuk Pembangkit Listrik
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor13, Januari 2009 : 31 39
2.2.
Blending Batubara
Blending Batubara untuk Pembangkit Listrik : Studi Kasus PLTU Suralaya Unit 1-4, Slamet Suprapto
33
3.
METODOLOGI
3.1.
34
Pengolahan Data
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor13, Januari 2009 : 31 39
Minimum
4,225
48
1.010
Maksimum
28,30
12,80
0,90
-
Rata-rata
23,60
7,80
5.242
0,40
61,8
1.279
medium
tinggi
4.2.
Parameter
(as received)
Peranap
(Sumsel)
Kadar Air, %
Kadar Abu, %
Nilai Kalor, kal/g
Sulfur, %
HGI
Deformasi awal abu, C
Indeks Penerakan
Indeks Fouling
49,00
1,19
3.234
0,11
54
1.200
tinggi*
rendah*
30,00
4,30
4.400
0,30
60
1.350
rendah*
Rendah
Catatan: * dihitung dari kadar abu dan titik leleh abu ( Lampiran 1)
Blending Batubara untuk Pembangkit Listrik : Studi Kasus PLTU Suralaya Unit 1-4, Slamet Suprapto
35
Blending Batubara
36
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor13, Januari 2009 : 31 39
Blending Batubara untuk Pembangkit Listrik : Studi Kasus PLTU Suralaya Unit 1-4, Slamet Suprapto
37
14
13 - 19 (adb)
5.900 - 6.500 (adb)
1,0 (adb)
40 - 60
1.280
-
Danau
Mas Hitam
11
9
7.000
1
45 - 50
-
42 - 46
8 (adb)
7 (adb)
6.700 (adb)
Fajar
Bumi Sakti
9,5
3,8
6.240-6.294
0,54
48
-
3 - 6 (adb)
6 - 15 (adb)
6.000 - 7.500
0,8-2,56 (adb)
45 50
1.250
-
Gunung Bayan
Pratama
Bayan
18 (adb)
2,0
5.600 - 6.250
0,15
48 50
1.150-1.200
-
Kaltim Prima
Kideco
Coal
Prima
Mandau, Payau,
Melawan
Kadar Air, %
Kadar Abu, %
Nilai Kalor, kal/g
Sulfur, %
HGI
Deformasi awal abu, C
Indeks Penerakan
Indeks Fouling
Nilai Muai Bebas
Parameter
(as received)
Kadar Air, %
Kadar Abu, %
Nilai Kalor, kal/g
Sulfur, %
HGI
Deformasi awal abu, C
Indeks Slagging
Indeks Fouling
Allied Indo
Coal
Parambahan
Parameter
(as received)
Tabel 3.
15,5 - 17,00
4,5-5,5 (adb)
6.100 - 6.500 (adb)
0,5-0-0,80 (adb)
45 46
-
Indominco
Mandiri
Bontang
16
4,72
6.040
0,94
45
-
Multi Harapan
Utama
Busang
19,5
4,65 (adb)
6.210
0,70 (adb)
47
1.490
-
Mandiri Inti
Perkasa
Blok A
12
3,70 - 9,26
6.021 - 6.947
0,22 - 1,44
45 - 55
-
Lumut
PTBA
8
3,78
7.889
0,85
80
1.220
rendah*
rendah*
9
Kartika Selabumi
Mining
14-18
2,81 - 4,69
6.200 - 6.400
0,28 - 0,66
46 - 49
1.200
-
Anugerah
Bara Kaltim
Anugerah
7,0 (adb)
6.977
1,16 (adb)
43
>1.200
rendah*
medium*
-
Lana Harita
Indonesia
Block III
10,11 (adb)
19,48 (adb)
5.949
0,83 (adb)
48
1.300
-
Sari Andara
Persada
Muara
Bungo
5.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, 2008.
Kualitas Batubara.http/www.apbi-icma.
Carpenter, A.M., 1995. Coal Blending for Power
Station. IEA Coal Research, London.
Elliot, M.A. (ed.), 1981. Chemistry of coal utilization. Second Suppl. Vol., John Wiley & Sons,
New York.
38
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor13, Januari 2009 : 31 39
Lampiran 1.
Komponen, %
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
K2O
Na2O
TiO2
MnO2
SO3
P2O5
Peranap
Kartika
Sela
Bumi
Lana
Harita
Indonesia
55,73
15,51
8,19
9,66
2,12
0,73
0,81
0,77
0,50
3,68
0,07
33,61
24,13
5,82
4,01
1,22
1,01
0,65
0,50
0,14
2,45
0,02
40,31
29,56
23,65
4,84
1,94
2,15
0,54
1,29
0,21
2,36
0,86
1.220
1.420
>1.200
>1.200
>1.200
>1.200
1.200
1.249
1.261
1.385
Reduksi
Oksidasi
1.290
1.300
1.310
1.500
1.350
1.360
1.370
1.600
Blending Batubara untuk Pembangkit Listrik : Studi Kasus PLTU Suralaya Unit 1-4, Slamet Suprapto
39
ABSTRAK
Limbah batubara (sludge) didefinisikan sebagai bahan karbonan, berasal dari endapan batuan sedimen yang
mengandung bahan organik sehingga dapat terbakar. Karakteristik limbah batubara tergantung pada karakteristik
batubara sumbernya dan pada umumnya berperingkat rendah (low rank coal). Tipe limbah batubara yang
dikaji dalam tulisan ini adalah slurry (=SL) sebagai limbah sisa proses pencucian batubara. Contoh diambil
dari 3 (tiga) perusahaan tambang batubara yang terletak di sepanjang Sungai Mahakam di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim), yaitu PT. Multi Harapan Utama (MHU), PT. Tanito Harum
(TH), dan PT. Bukit Baiduri Energi (BBE) yang masing-masing mempunyai unit pencucian batubara dengan
skala produksi di atas 1 juta ton batubara per tahun.
Karakteristik limbah batubara ditentukan berdasarkan parameter analisis proksimat seperti air-lembab (Moisture =M), abu (Ash =A), zat-terbang (Volatile Matter =VM) dan karbon tertambat (Fixed Carbon =FC), dan
analisis ultimat seperti karbon (Carbon =C), hidrogen (Hydrogen =H), dan oksigen (Oxygen =O). Sedangkan
karakteristik pembakaran yang memengaruhi kinerja tungku siklon ditentukan oleh nilai kalori, suhu nyala,
titik pijar dan suhu pembakaran maksimum yang ditentukan oleh parameter analisis proksimat dan ultimat.
Selain itu dilakukan analisis ayak untuk mengetahui distribusi ukuran partikel dari contoh batubara SL yang
diteliti. Pembakar siklon dipilih, karena dapat menangani limbah batubara yang berkualitas rendah (low grade
coal) dengan kisaran nilai kalori 3000 5000 kal/gr, M dan A tinggi di atas 25% dan fuel ratio (FC/VM) sekitar
satu. Besar butir limbah batubara tipe SL Kaltim sesuai dengan ukuran untuk umpan pembakar siklon, sehingga
limbah batubara dapat langsung dibakar dengan sistem tersebut. Hasil menunjukkan bahwa limbah batubara
tipe SL dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif sebagai bahan bakar langsung pada industri.
Kata kunci : batubara, slurry (SL), karakteristik limbah, karakteristik pembakaran
40
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor13, Januari 2009 : 40 46
ABSTRACT
Sludge is defined as a carbonaceous material, derived from sedimentary rock deposit containing organic matters so as to become combustible. The characteristic of sludge depends on the type of its source coal, most of
which are low rank coal. The type of the researched sludge was slurry (SL) in form of the coal washing plant
residue of which its samples were taken from the three coal mine located and selected alongside of Mahakam
river in Kutai Kartanegara regency, East Kalimantan province, that are PT. Multi Harapan Utama (MHU), PT.
Tanito Harum (TH), and PT Bukit Baiduri Energi (BBE) with respective coal production capacities of above one
million tons of coal per annum.
The characteristic of sludge was determined by the proximate analyses such as moisture (M), ash (A), volatile
matter (VM) and fixed carbon (FC) and ultimate analyses such as carbon (C), hydrogen (H) and oxygen (O).
Whereas in terms of the characteristic of its combustion that affects the performance of cyclone furnace was
determined by calorific value, ignition temperature, glow point and maximum combustion temperature that
were determined by parameters of the proximate and the ultimate analyses. On the other hand the distribution
of particle sizes was determined by sizing analysis. The cyclone furnace was selected, because it might handle
the sludge as low grade coal within a low calorific value in the range of 3.000-5.000 cal/gr, high moisture and
ash contents of above 25% and fuel ratio about one. Particle size of SL from Kaltim was similar to the particle
size for feeding of cyclone combustion, therefore it can be utilized directly. Result indicates that the sludge of
SL type can be utilized as alternative fuel for direct combustion in industry.
Keywords : coal, slurry(SL), sludge characteristic, combustion characteristic
1.
PENDAHULUAN
Hubungan antara Parameter Karakteristik Limbah Batubara Kalimantan ... Stefano Munir dan Ikin Sodikin
41
42
2.
2.1.
METODOLOGI
Bahan Uji
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor13, Januari 2009 : 40 46
2.4.
a.
SL MHU
Udara sekunder
Udara primer
Batubara
Udara
tersier
Lubang pengeluaran
terak utama
Gambar 1.
b.
SL- TH
Prosedur
SL BBE
Gambar 2.
Hubungan antara Parameter Karakteristik Limbah Batubara Kalimantan ... Stefano Munir dan Ikin Sodikin
43
3.
3.1.
Tabel 1.
SL
Parameter
Tabel 2.
TH
BBE
44
MHU
TH
BBE
Analisis proksimat :
Air lembab (IM), %, adb
Abu (A), %, adb
Zat terbang (VM), %, adb
Karbon tertambat (FC), %, adb
Nilai kalori, kal/gr, adb
Fuel Ratio (FC/VM)
Berat jenis (TSG)
3,46
56,70
26,44
13,40
2.413
0,51
2,33
7,93
31,13
30,14
30,80
4.436
1,02
1,59
11,96
17,30
34,56
36,18
4.758
1,05
1,53
Analisis ultimat :
Karbon (C), %, adb
Hidrogen (H), %, adb
Oksigen (O), %, adb
Nitrogen (N), %, adb
Sulfur (S), %, adb
22,02
1,68
11,37
0,27
7,96
47,44
3,84
16,05
0,92
0,62
51,20
4,25
23,55
0,88
2,82
Hasil analisis ayak, analisis proksimat , fuel ratio, dan nilai kalori limbah batubara tipe SL dari
MHU, TH dan BBE
Ukuran fraksi
MHU
+ 2 mm
- 2 mm
+ 1 mm
- 1 mm + 0,5 mm
- 0,5 mm + 75 m
- 75 m
+ 2 mm
- 2 mm
+ 1 mm
- 1 mm + 0,5 mm
- 0,5 mm + 75 m
- 75 m
+ 2 mm
- 2 mm
+ 1 mm
- 1 mm + 0,5 mm
- 0,5 mm + 75 m
- 75 m
% massa % kumulatif
massa
tertahan
tertahan
19,19
9,14
24,36
45,51
1,8
47,93
7,15
4,68
30,57
9,67
1,90
5,2
16,18
66,51
10,21
19,19
28,33
52,69
98,2
100
47,93
55,08
59,76
90,33
100
1,9
7,1
23,28
89,79
100
3,78
4,78
3,76
2,43
4,33
7,24
6,7
7,3
9,33
6,77
13,52
12,95
12,78
11,34
6,58
54,47
44,49
52,4
60,59
60,53
38,7
36,66
30,32
8,72
42,32
6,93
5,54
6,17
14,61
49,59
VM
FC
26,6 15,15
30,48 20,25
28,72 15,12
24,22 12,76
24,15 10,99
28,01 26,05
30,5 26,14
33,82 28,56
37,56 44,39
27,4 23,51
40,66 38,89
39,81
41,7
39,6 41,45
35,55
38,5
24,95 18,88
Fuel
Nilai
ratio
kalori,
(FC/VM) kal/gr,adb
0,57
0,66
0,53
0,53
0,45
0,93
0,86
0,84
1,18
0,86
0,96
1,05
1,05
1,08
0,76
2.594
3.277
2.631
1.892
1.895
3.851
4.224
4.686
6.128
3.636
5.690
5.778
5.798
5.032
3.683
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor13, Januari 2009 : 40 46
70
A BU , %
60
50
40
30
20
10
0
+2mm
- 2mm
+1mm
-1mm
+0.5mm
- 0.5mm
+75m
- 75m
UKURAN FRAKSI
MHU
Gambar 3.
TH
BBE
3.2.
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
+2mm
- 2mm
+1mm
-1mm
+0.5mm
- 0.5mm
+75m
- 75m
UKURAN FRAKSI
MHU
Gambar 4.
TH
BBE
Tabel 3.
Parameter
SL
MHU
Karakteristik pembakaran :
Nilai kalori, kal/gr,adb
Titik Nyala TGA, oC
Titik Pijar Silica Tube Furnace, oC
Suhu maks. pembakaran siklon, oC
2.413
tdd
470
431
TH
4.436
261
360
566
BBE
4.758
340
418
529
Hubungan antara Parameter Karakteristik Limbah Batubara Kalimantan ... Stefano Munir dan Ikin Sodikin
45
Kesimpulan
Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
Current Technology, Methods of Burning Coal, 27
Desember 2007. http://me-roboto.me.uiuc.edu/
kawka/Public/coal/tech.html
JICA team, 2007, Summary of Draft Final Report :
The Master Plan Study on Pollution Risk Mitigation Program for Sustainable Coal Development in East Kalimantan Province in the Republic of Indonesia, Lokakarya Program Peduli
Mahakam, ESDM dan JICA Jakarta.
Ministry of Energy and Mineral Resources, 2008.
Indonesia Energy Statistics.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor13, Januari 2009 : 40 46
TATANG WAHYUDI
Pusat Peneltian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara,
Jl. Jend. Sudirman 623 Bndung, Tlp. 022-6030483
Naskah masuk : 06 Januari 2008, revisi pertama : 13 Juni 2008, revisi kedua : 20 September 2008,
revisi terakhir : Januari 2009
ABSTRACT
Bioleaching, utilizing oxalic acid medium generated by the phosphorous oxidizing capabilities of Aspergillus
niger in 10 days, has proved to be useful in releasing phosphorous from its rocks. In terms of evaluating process
performance, microscopic and chemical studies were conducted to bioleaching. The results show several
features occur during the process. Porosity and permeability developments on the surface of dahlite and calcite
during bioleaching process imply that the process is effective to leach such minerals. Both are competent
agents for leaching solution to contact with the required elements available within the minerals. The detected
pits on the mineral surface reflect solution activity when leached the materials.
Keywords: phosphate-bearing rocks, dahlite, calcite, microscopic feature, bioleaching, oxalic acid
SARI
Pelindian dengan mikroorganisme (bioleaching) menggunakan kapang Aspergillus niger selama 10 hari terhadap
batuan pembawa fosfat Cijulang menyisakan ampas pelindian yang menarik untuk dikaji. Analisis kimia dan
mikroskopik terhadap percontoh ampas pelindian tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi percobaan tertentu,
metode tersebut efektif untuk mengolah fosfat. Fitur mikroskopi yang terdeteksi pada mineral dahlit dan kalsit
adalah berkembangnya porositas dan permeabilitas yang terbentuk selama proses pelindian. Kedua hal ini
merupakan sarana efektif bagi larutan pelindi untuk kontak dengan permukaan batuan fosfat, meningkatkan
kelarutan matriks material dan memperbesar jalan bagi larutan meresap ke bagian tubuh mineral. Fitur terdeteksi
lainnya berupa alur-alur pada permukaan mineral yang merupakan refleksi aktivitas larutan pelindi ketika
memakan komponen yang terkandung dalam material terlindi.
Kata kunci: batuan pembawa fosfat, dahlit, kalsit, fitur mikroskopi, bioleaching, asam oksalat
1.
PENDAHULUAN
Perubahan Morfologi dan Kimia Batuan Pembawa Fosfat Akibat Pelindian dengan ... Tatang Wahyudi
47
48
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 47 56
a
Gambar 1.
Tiga mineral utama yang terdapat dalam percontoh batuan fosfat Cijulang; ; a - dahlit
(D), b - kolofane (Cl) dan c - kalsit (C)
Unsur teridentifikasi
Fosfor (15P32)
Kalsium (20Ca40)
Karbon (6C12)
Aluminum (13Al27)
Besi (26Fe56)
Silikon (14Si28)
Belerang (16S32)
Oksigen (8O16)
Intensitas (counts)
30,720
64,000
48,960
17,280
02,560
25,280
06,080
27,200
Energyi (keV)
2.013
3.690
0.277
1.486
6.398
1.739
2.307
0.521
Perubahan Morfologi dan Kimia Batuan Pembawa Fosfat Akibat Pelindian dengan ... Tatang Wahyudi
49
Gambar 2.
Komposisi unsur yang terdapat pada batuan fosfat Cijulang yang dianalisis dengan
metode energy-dispersive x-ray (EDX)
50
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 47 56
Gambar 3.
Tabel 2.
Mineral teridentifikasi
Dahlit
Monmorilonit
Kuarsa
Formula mineral
Ca5(PO4,CO3)3F
Na(Al, Mg)2 Si4O10 (OH)2. 4H2O
SiO2
Perubahan Morfologi dan Kimia Batuan Pembawa Fosfat Akibat Pelindian dengan ... Tatang Wahyudi
51
Tabel 3.
Kode
SiO2
Al2O3
Fe2O3
K2O
-100+140
-140+200
-200
17,82
16,39
16,71
0,15
9,52
7,71
6,00
5,83
5,70
0,209
0,208
0,212
CaO
MgO
TiO2
P2O5
22,19
23,61
23,37
0,550
0,534
0,535
0,467
0,457
0,437
18,26
19,54
19,56
Hasil pengujian SEM-EDS metode x-ray mapping untuk head sample fosfat Cijulang
Element
(keV)
mass %
Error %
At %
Compound
CK
O
Al K
Si K
PK
SK
Ca K
Fe K
Total
0,277
36,58
24.41
2,82
3,27
5,25
0,82
21,84
5,02
100,00
0,47
78,91
0,62
0,56
0,63
0,62
0,55
1,05
1,32
2,95
2,14
0,65
13,76
2,27
100,00
1,486
1,739
2,013
2,307
3,690
6,398
52
Na2O
%
0,091
0,068
0,069
Al2O3
SiO2
P2O5
SO3
CaO
FeO
mass %
Cation
38,58
0,00
11,6433
5,33
7,01
12,04
2,05
30,55
6,46
100,00
1,65
1,83
2,67
0,40
8,57
1,41
2,5885
3,6325
8,7698
1,2755
37,3861
6,7918
16,53
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 47 56
Ampas Pelindian
Gambar 4.
Perubahan Morfologi dan Kimia Batuan Pembawa Fosfat Akibat Pelindian dengan ... Tatang Wahyudi
53
Gambar 5.
54
percontoh A2 dan B1. Hal ini berarti bahwa material fosfat pada percontoh A2 dan B1 terlindi relatif
habis sedangkan pada keempat percontoh lainnya,
asam oksalat hasil ekskresi Aspergillus niger belum
mampu melindi total material fosfat dalam umpan
pelindian. Bila mengacu kepada Gambar 3, 4 dan 5
ada kesesuaian antara hasil pengujian mikroskop
optik dengan analisis kimia fosfat terlindi habis
pada percontoh A2 dan B1. Kenampakan
mikroskopik pada kedua percontoh tersebut hanya
sisa-sisa (remnants) material karbonat.
Gambar 6.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 47 56
4.
Perubahan Morfologi dan Kimia Batuan Pembawa Fosfat Akibat Pelindian dengan ... Tatang Wahyudi
55
56
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 05, Nomor 13, Januari 2009 : 47 56
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
57