Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BAKU MUTU PERTAMBANGAN EMAS DAN TEMBAGA SERTA

PENERAPANNYA DAN PENGOLAHAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS DAN


TEMBAGA DITINJAU DARI PT. ANTAM UBP EMAS PONGKOR

SEBAGAI TUGAS TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


INDUSTRI PERTAMBANGAN

DISUSUN OLEH:
ADITYA ILHAM PRADANA (114130048)
RUTH OCTAVIANI (114130121)
DELLA MEGA E. (114130100)
M. AMRIN HAKIM (114130120)
FEBRIANTA ADHI (114130085)
ARIEF SETIAWAN (114110005)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang cukup luas dan memiliki sumber daya alam
yang berlimpah. Hal itu didasarkan pada letak Indonesia yang berada tepat digaris yang
dilalui khatulistiwa sehingga menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dan hal itu
juga berpengaruh terhadap suburnya alam di negeri ini. Begitu pula secara geologis
Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng yang memungkinkan munculnya deretan
gunung api yang secara otomatis akan mendukung pertumbuhan tanaman dan kaya akan
barang tambang galian.
Kaitannya dengan barang tambang galian (emas, perak dan tembaga) atau yang
sumber daya mineral lainnya tentunya hal itu bukan hal yang tabu. Sebab, sebagaimana
yang kita ketahui bersama bahwa sumber daya mineral ini memiliki peran yang cukup
penting bagi kehidupan manusia sebab dalam hidupnya manusia tidak pernah lepas dari
sumber daya tersebut. Oleh karena itu, dengan semua kecakapan yang dimiliki serta
dengan semakin majunya IPTEK maka manusia sudah sepatutnya untuk melakukan
berbagai inovasi untuk meningkatkan nilai guna sehingga bisa lebih bermanfaat.
Dampak dari pembuangan dari hasil limbah pertambangan yang tidak diolah
sebelumnya atau hanya dibuang begitu saja membuat masyarakat yang tinggal disekitar
pembuangan limbah menjadi khawatir. Eksplorasi pertambangan emas dan tembaga tidak
hanya memperburuk kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup yang merugikan
generasi masa kini tetapi juga kerugian bagi generasi yang akan datang. Oleh karena itu,
harus ditanggapi dengan serius masalah pembuangan limbah pertambangan ini.
Limbah-limbah pertambangan jika dikelola dan diolah dengan baik akan
mengurangi masalah pencemaran lingkungan. Dengan menggunakan metode pengolahan
limbah yang tepat, selain terjadinya pencemaran lingkungan dapat dicegah, juga dapat
diperoleh nilai tambah yang tinggi, karena limbah-limbah tersebut di dalamnya masih
terkandung komponen-komponen berharga seperti Al, Cu, dan Fe yang masih memiliki
nilai ekonomi.

ANTAM merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan


terintegrasi secara vertikal yang berorientasi ekspor. Melalui wilayah operasi yang
tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan bahan mineral, kegiatan ANTAM mencakup
eksplorasi, penambangan, pengolahan serta pemasaran dari komoditas bijih nikel,
feronike, emas, perak, bauksit dan batubara.
Sebagai perusahaan pertambangan, ANTAM menyadari bahwa kegiatan operasi
perusahaan memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan dan masyarakat
sekitar. Perusahaan menyadari bahwa aspek lingkungan hidup dan khususnya
pengembangan masyarakat tidak sekedar tanggung jawab sosial tetapi merupakan bagian
dari risiko perusahaan yang harus dikelola dengan baik.
1.2.

RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Baku mutu yang diterapkan sebagai acuan pertambangan emas dan tembaga?
1.2.2. Bagaimana pengolahan limbah pertambangan emas dan tembaga?
1.2.3. Bagaimana contoh penerapan baku mutu terhadap pertambangan emas dan
tembaga?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Baku mutu pertambangan emas dan tembaga


Adapun baku mutu yang berlaku sebagai acuan pertambangan emas dan tembaga
terdapat dalam KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :
202 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN
ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA. sebagai
mana dalam baku mutu tersebut terdapat 12 pasal, beserta lampiran.
Lampiran baku mutu tersebut yang berisi antara lain:

2.2.

Pengolahan limbah pertambangan emas dan tembaga


Limbah yang dihasilkan dari pertambangan emas dan tembaga termasuk ke dalam
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Melihat pada setiap proses untuk
menghasilkan emas ataupun tembaga, digunakan zat-zat kimia yang beracun dan
berbahaya. Untuk proses pengolahan limbah B3 sendiri meliputi beberapa tahap:
1.

Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah B3
sampai jumlahnya mencukupi untuk diangkut atau diolah, hal ini dilakukan
dengan pertimbangan efisiensi dan ekonomis.

2.

Pengangkutan

Pengangkutannya biasanya dengan mengemas limbah B3 dalam jumlah


besar digunakan tanker seperti tanker minyak. Sedangkan untuk limbah B3 padat
digunakan kotak metal lugger box.

3.

Pengolahan fisik - kimia


Beberapa jenis limbah B3 memerlukan pengolahan awal (pre-treatment)
sebelum dapat dibuang atau didaur ulangkan. Pengoolahan awal ini dimaksudkan
antara lain untuk mengurangi atau menghilangkan racun (detoxify) dan
mempersiapkan untuk pengolahan berikutnya. Adapun limbah B3 yang
memerlukan pengolahan awal fisik-kimia antara lain Sianida, yang memerlukan
pengolahan awal penghancuran sianida.

4.

Daur ulang (recycling)


Beberap jenis limbah B3 dapat digunakan kembali sehingga tidak perlu
dibuang. Pendaurulangan saat ini menjadi bagian penting bagi pengolahan limbah
di Indonesia.

5.

Pembakaran (incineration)
Pembakaran limbah secara terkendali dimaksudkan untuk mengurangi
volume dan untuk menghasilkan residu yang berkurang sifat racunnya. Incinerator
untuk limbah B3 dioperasikan dengan suhu 1800C. Dalam hal ini diperlukan
sistem pengendalian pencemaran udara untuk mengatur emisi yang keluar ke
atmosfer agar tetap dalam batas yang diperkenankan. Sisa pembakaran perlu
ditanam (landfill) di lokasi pengolahan limbah B3.

6.

Solidifikasi / stabilisasi
Solidifikasi/stabilisasi merupakan salah satu cara pengolahan limbah cair
dan limbah lumpur, untuk menjadikan kontaminan yang terkandung dalam limbah

tersebut tidak aktif dan untuk mengurangi kandungan air bebas sebagai pesiapan
penanaman (landfilling) limbah yang aman.
7.

Penanaman secara aman (secure landfilling)


Penanaman secara aman merupakan penempatan limbah B3 padat yang
telah mengalami pengolahan awal secara terkendali ke suatu lokasi penanaman
(landfill) yang telah dirancang secara khusus untuk menahan pencemar agar tidak
terkontaminasi keluar ke lingkungan.

2.3.

Contoh penerapan baku mutu pertambangan emas dan tembaga


ANTAM mengelola limbah yang berasal dari kegiatan penambangan, pengolahan
dan pemurnian, maupun kegiatan pendukung lainnya termasuk area perumahan karyawan
dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), serta melakukan pembuangan
yang aman. Dalam pengelolaan limbah tersebut, ANTAM membedakan jenis limbah
dalam dua kelompok besar, yakni limbah mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dan limbah non - B3. Pengelolaan kedua jenis limbah tersebut ditangani dengan cara
yang berbeda.
ANTAM telah memiliki prosedur pengelolaan limbah yang disusun berpedoman
pada Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Sampah dan Peraturan Pemerintah No.
101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Prosedur
tersebut mencakup perencanaan, pengelolaan dan pamantauan seluruh limbah yang
dihasilkan dari kegiatan operasi Perseroan. Gambar 3.1 merupakan diagram alir proses
pengolahan emas.

2.3.1. Pengelolaan Limbah B3


Untuk mengelola limbah B3, ANTAM menerapkan standar prosedur
operasi (SOP) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, yakni:

Melengkapi izin persyaratan tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah


B3 dan melengkapi persyaratan kemasan limbah B3 dengan simbol dan

label sesuai peraturan yang berlaku.


Melaporkan pengelolaan limbah B3 secara berkala setiap 3 bulan sekali ke
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan memberikan
salinannya kepada Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) di wilayah
operasi.
Kegiatan operasional di unit bisnis ANTAM menghasilkan limbah

berkategori B3 dalam jumlah terbatas. Sesuai SOP dimaksud, pengelolaan limbah


B3 tersebut dilakukan dengan cara:
Disimpan di lokasi tersendiri dalam tempat penyimpanan sementara LB3
dalam kemasan khusus dengan penerapan standar keamanan dan
keselamatan tertentu, serta dilengkapi pencatatan sesuai peraturan

pemerintah.
Diolah menggunakan alat insenerator.
Diangkut dan dikumpulkan untuk diserahkan kepada pihak ketiga berizin
untuk diproses lebih lanjut.
ANTAM menerapkan standar prosedur operasi maupun pengawasan ketat,
dalam setiap tahapan pengelolaan limbah B3, termasuk dalam pengelolaan cairan
berbahaya lain, mengingat limbah B3 dalam bentuk cair dapat mencemari sumber
air dan berbahaya bagi kesehatan maupun bagi makhluk hidup lainnya. Limbah
B3 yang telah mencemari sumber air akan lebih sulit ditangani. Melalui
pengawasan yang ketat sejak proses penyimpanan maupun dalam proses
pengumpulan dan pengankutan untuk diolah atau dikirimkan kepada pihak ke-3.
ANTAM mencatat seluruh pergerakan limbah B3 yang dihasilkan dari proses
produksi tersebut, untuk kemudian disampaikan sebagai lampiran laporan
pengelolaan limbah B3 kepada instansi yang berwenang.

2.3.2. Pengelolaan limbah non - B3


ANTAM menghasilkan limbah non-B3 yang berasal dari kegiatan penambangan,
pengolahan dan pemurnian bijih mineral, serta fasilitas penunjang lainnya. Pengelolaan

limbah non-B3 ini dilakukan dengan menerapkan prinsip 3R, sesuai dengan karakteristik
tiap limbah. Beberapa pemanfaatan limbah non-B3 antara lain:
Pemanfaatan jumbo bag bekas semen untuk flexible ducting di jaringan ventilasi

tambang bawah tanah.


Mengurangi penggunaan kertas baru dengan memanfaatkan kertas bekas dan
memaksimalkan sistem aplikasi online document.
Pemanfaatan drum bekas untuk tempat sampah.
Pemanfaatan sampah organik sebagai bahan pupuk organik cair dan padat.

2.3.3. Pengelolaaan air limbah


Kegiatan operasional ANTAM menghasilkan air limbah yang berasal dari proses
penambangan, pengolahan dan pemurnian bijih mineral. Untuk mengolah air limbah ini,
setiap unit bisnis ANTAM yang beroperasi dilengkapi dengan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL). Melalui IPAL, air limbah diproses sehingga memenuhi baku mutu yang
ditetapkan pemerintah sebelum dilepaskan kembali ke badan air. Sesuai dengan
kebutuhannya, jumlag IPAL pada masing-masing unit kerja berbeda. Pengelolaan air
limbah bervariasi bergantung karakteristik air limbah pada setiap unit bisnis dan mengacu
pada standar baku mutu lingkungan sesuai regulasi yang berlaku.

BAB III
KESIMPULAN
1.

Baku mutu yang berlaku sebagai acuan pertambangan emas dan tembaga adalah
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 202 TAHUN
2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN

2.

PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA.


Limbah pertambangan emas dan tembaga termasuk golongan limbah B3, sehingga
memerlukan pengolah khusus meliputi; penyimpanan, pengangkutan, pengolahan fisikkimia, pendaur ulangan, pembakaran (incineration), pemadatan (solidifikasi) dan

3.

pemantapan ikatan (stabilisasi) serta penanaman (landfill).


PT. ANTAM sudah menerapkan pengolaha limbahnya sesuai dengan standar baku mutu.

DAFTAR PUSTAKA
http://blognyapipithgiat.blogspot.co.id/2014/10/makalah-pengelolaanpertambangan-emas.html di akses pukul 16.43 Sabtu, 26 Maret 2016
http://irfanzidny3id04.blogspot.co.id/2013/04/pertambangan-emas-dalampengetahuan.html di akses pukul 15.55 Sabtu, 26 Maret 2016
https://www.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=720648327954395&id=116313631721204&substory_index=0 di akses
pukul 16.32 Sabtu, 26 Maret 2016
IND-PUU-7-2004-Kepmen 202 Tahun 2004 di unduh pukul 15.32 Sabtu, 26 Maret
2016
http://www.antam.com/index.php?lang=id di akses pukul 15.12 Sabtu, 26 Maret
2016

Anda mungkin juga menyukai