Anda di halaman 1dari 14

[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1

RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN Gmelina arborea Roxb


DAN Paraserianthes falcataria L. Nielsen DENGAN PENGGUNAAN
Thiobacillus thioparus dan KOMPOS DALAM UPAYA BIODEGRADASI SIANIDA YANG
TERKANDUNG DALAM TAILING EMAS

Ina Rosdiana Lesmanawati

ABSTRAK

Tailing merupakan bahan sisa (residu) tambang berupa batuan yang telah
digerus dan telah diambil mineral emas, perak dan logam lainnya. Limbah tailing
mengandung unsur logam mikro dan logam berat (sianida) yang dapat meracuni baik
terhadap tanaman, hewan, maupun manusia. Karenanya perlu upaya pengelolaan
limbah B3 ini sehingga sesuai fungsinya kembali.Salah satu upaya pengelolaan limbah
B3 pada unit pertambangan emas ini adalah dengan pemanfaatan bahan organik
(kompos) dan mikroorganisme yang memiliki kemampuan dalam mendegradasi
kandungan senyawa B3 (sianida) yang terdapat dalam limbah tailing. Pada percobaan
ini dilakukan penanaman jenis tanaman Gmellina arborea Roxb dan Paraserianthes
falcataria L. Nielsen (Sengon) yang merupakan tanaman cepat tumbuh (fast growing
species). Tanaman-tanaman ini diharapkan dapat mengurangi kandungan senyawa B3
yang terdapat dalam tailing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara
inokulan bakteri (Thiobacillus thioparus) dengan kompos berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, diameter batang, dan bobot kering tanaman Gmelina dan Sengon.Pada
akhir pengamatan (8 MST) tanaman Gmelina tertinggi dihasilkan pada perlakuan
kompos 20% dengan pemberian inokulan bakteri 10 ml. Sedangkan tanaman sengon
tertinggi pada perlakuan kompos 20% dengan pemberian inokulan bakteri 5 ml.
Diameter batang tanaman Gmelina dan Sengon terbesar juga dihasilkan pada kompos
20% dengan penambahan inokulan bakteri 10 ml. Bobot kering terbesar dihasilkan
pada perlakuan kompos 20% dengan penambahan inokulan bakteri 10 ml untuk
tanaman Gmelina dan bobot kering sengon terbesar dihasilkan pada perlakuan kompos
20% dengan penambahan inokulan bakteri 5 ml.Hasil pengukuran konsentrasi sianida
selama 8 MST menunjukkan adanya penurunan konsentrasi sianida dalam media tanam,
baik tanpa penanaman tanaman contoh ataupun dengan penanaman tanaman contoh
(Gmelina dan Sengon), walaupun dari hasil sidik ragam tidak menunjukkan perbedaan
nyata. Pada awal pengamatan konsentrasi sianida mencapai 7.92 ppm dan pada 8 MST
konsentrasi sianida sudah tidak terdeteksi (ttd).

A. PENDAHULUAN lain, oleh karena itu diperlukan


Emas merupakan logam mulia beberapa tahapan untuk mendapatkan
yang telah dikenal manusia sejak dahulu emas murni. Salah satunya adalah
yang dipergunakan sebagai mata uang proses pengolahan dan pemurnian
dan perhiasan. Berdasarkan sifat emas.
kimianya, emas bersifat inert dan sukar Proses pengolahan emas ini
bereaksi dengan logam lain. Di alam selain menghasilkan emas juga
emas dapat berasosiasi dengan logam menghasilkan limbah. Limbah
April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA]

merupakan komponen penting yang memiliki izin selama 30 tahun untuk


harus diperhatikan kalangan industri. melakukan kegiatan penambangan,
Limbah yang dihasilkan oleh industri peleburan, pemurnian, dan pemasaran.
pertambangan emas dapat berupa Kegiatan pertambangan dan pengolahan
limbah padat,cair, dan gas, yang dapat bijih (ore) ini memiliki potensi
merupakan kategori limbah bahan menghasilkan limbah B3. Limbah B3
berbahaya dan beracun (B3). yang dihasilkan dari proses pengolahan
Menurut Peraturan Pemerintah bijih (ore) ini berupa limbah
No. 18/1999, limbah B3 adalah setiap tailing(Siregar, 1999).
limbah yang mengandung bahan Tailing merupakan bahan sisa
berbahaya dan/atau beracun yang (residu) tambang berupa batuan yang
karena sifatnya dan/atau telah digerus dan telah diambil mineral
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, emas, perak dan logam lainnya. Limbah
baik secara langsung maupun tidak tailing mengandung unsur logam mikro
langsung dapat merusak dan/atau dan logam berat serta senyawa beracun
mencemarkan lingkungan hidup sianida yang dapat meracuni baik
dan/atau membahayakan kesehatan terhadap tanaman, hewan, maupun
manusia. Apabila limbah B3 ini dibuang manusia. Karenanya perlu upaya
langsung ke lingkungan dapat pengelolaan limbah B3 ini serta
menimbulkan bahaya/kerusakan melakukan pemulihan kualitas
terhadap lingkungan dan kesehatan lingkungan yang sudah tercemar
lingkungan serta makhluk hidup lainnya. sehingga sesuai fungsinya kembali
Kerusakan lingkungan menjadi (Kusnoto dan Kusumodidjo, 1995).
perhatian di seluruh dunia. Hal ini Pengelolaan limbah B3 PT.
menjadi isu lingkungan serius yang ANTAM ini dilakukan untuk mencegah
berakibat terancamnya kelangsungan kerusakan lingkungan akibat kegiatan
makhluk hidup. pertambangan dan dalam rangka
PT. Aneka Tambang (ANTAM) melaksanakan pembangunan
Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas berwawasan lingkungan.
(UBPE) Pongkor merupakan industri Salah satu upaya pengelolaan
pertambangan emas di Indonesia limbah B3 pada unit pertambangan
pertama yang menerapkan metode emas ini adalah dengan pemanfaatan
tambang bawah tanah. Perusahaan bahan organik (kompos) dan
27
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1

mikroorganisme yang memiliki dalam limbah tailing sehingga dapat


kemampuan dalam mendegradasi memperbaiki ekosistem yang rusak
kandungan senyawa B3 (khususnya terdegradasi oleh aktivitas
sianida) yang terdapat dalam limbah penambangan (untuk kegiatan pasca
tailing. Pencampuran tailing dengan penambangan).
bahan organik ini dapat memperbaiki Tujuan : 1). mengukur respon
sifat tailing sebagai media pertumbuhan pertumbuhan tanaman dengan
tanaman (Suryanto,Susetyo 1997). perlakuan campuran tailing dengan
Pada percobaan ini dilakukan kompos dan bakteri. 2). Mengukur
penanaman jenis tanaman yang penurunan/degradasi sianida karena
merupakan spesies alami lokasi pengaruh bakteri, kompos dan tanaman.
pertambangan emas ini. Jenis tanaman Hipotesis:1). Pertumbuhan
yang digunakan adalah Gmellina arborea Tanaman dipengaruhi oleh komposisi
Roxb (Gmelina) dan Paraserianthes media (tailing, bakteri, dan kompos). 2).
falcataria L. Nielsen (Sengon) yang Terjadi penurunan/degradasi sianida
merupakan tanaman cepat tumbuh (fast oleh aktivitas bakteri, peningkatan
growing species). Tanaman-tanaman ini penambahan kompos, dan pertumbuhan
diharapkan dapat mengurangi tanaman.
kandungan senyawa B3 yang terdapat

isolasi dari areal tailing PT Antam(


B. METODE PENELITIAN Handayani, 2004).
Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 7 Metode
bulan di rumah kaca Program Studi 1. Persiapan Media Tanam
Analisis Lingkungan, Departemen Pada awal percobaan dilakukan
Biologi. FMIPA - IPB. penyemaian bibit tanaman contoh,
yaitu Gmelina dan Sengon selama
Bahan kurang lebih tiga bulan. Media tanan
Limbah tailing berasal dari PT. dalam penelitian ini merupakan
Aneka Tambang (ANTAM) Tbk. Unit perlakuan-perlakuan dimana
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor. komposisi media terdiri dari
Bakteri Thiobacillus thioparus hasil
1. T100% 5. T90%K10% 9. T85%K15% 13. T80%K20
2. T100%B1 6. T90%K10%B1 10. T85%K15%B1 14. T80%K20%B1
3. T100%B5 7. T90%K10%B5 11. T85%K15%B5 15. T80%K20%B5
4. T100%B10 8.T90%K10%B10 12. T85%K15%B10 16. T80%K20%B10

Keterangan :
T: Tailing K: Kompos (10%,15%,20%) B: Bakteri (1ml, 5 ml, 10ml)

inokulan bakteri (Thiobacillus


Setiap polibag ditanami dengan bibit thioparus) selama 8 minggu setelah
tanaman contoh yang berumur tiga tanam (8 MST)
bulan selama kurang lebih dua bulan. Peubah yang diamati adalah
tinggi tanaman (TT), diameter
2. Analisis limbah tailing batang (DB), dan bobot kering (BK)
Analisis limbah tailing ini dilakukan tanaman serta konsentrasi sianida.
pada awal dan akhir penelitian Pengukuran tinggi tanaman dan
meliputi pH, KTK, KB, kandungan diameter batang tanaman dilakukan
C,N,P,K, Ca, Mg, Al, Fe, Zn di pada 2MST, 4MST, 6 MST,dan 8 MST.
Laboratorium tanah, Faperta IPB. Sedangkan pengukuran bobot
Sianida dan logam berat Pb, dan As kering tanaman dilakukan pada
di Balai Besar Penelitian dan akhir penelitian (8MST) Pengukuran
Pengembangan Pasca Panen konsentrasi sianida yang terdapat
Pertanian, Bogor. dalam tailing dilakukan pada 2MST,
4MST, 6 MST, dan 8 MST untuk
3. Penanaman Berbagai Jenis melihat tingkat degradasi sianida
Tanaman dan pengamatan tanaman oleh mikroorganisme. Rancangan
Tanaman contoh hasil percobaan yang digunakan adalah
persemaian tersebut dipindahkan ke Rancangan Percobaan Faktorial
dalam polibag yang sudah diisi dengan Pengamatan Berulang
media tanam (tailing) dengan (Factorial in Time) menggunakan
kombinasi perlakuan kompos dan paket program SAS.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN mengalami kerontokkan pada daunnya,
Pengamatan pertumbuhan mulai menunjukkan gejala pertumbuhan
tanaman Gmelina arborea Roxb kembali, dimana mulai terlihat daun-
(Gmelina) dan Paraserianthes falcataria daun baru kembali tumbuh
L. Nielsen (Sengon) dilakukan selama menggantikan daun-daun tua pada
delapan minggu setelah tanam (8 MST). batangnya walaupun tidak banyak
Pada minggu ke-2 setelah tanam (2 (muncul tunas baru), kecuali pada
MST), keadaan kedua jenis tanaman perlakuan tailing 100% kedua jenis
menunjukkan penampakkan yang tanaman semakin mengering sehingga
seragam dengan warna daun hijau hampir semua tanaman dalam polibag
normal. Namun pada tailing 100% ini tampak seperti tanaman yang akan
(T100%) tampak pertumbuhan kedua mati. Pada 8 MST, tanaman pada
jenis tanaman lambat dan daun mulai perlakuan tailing 100% baik Gmelina
berwarna hijau pucat dibandingkan arborea Roxb maupun Paraserianthes
dengan pada media yang mengandung falcataria L. Nielsen mati, sedangkan
kompos. pada beberapa perlakuan yang lain
Sedangkan pada 4 MST terlihat tanaman secara umum memperlihatkan
ada perubahan warna daun pada kedua pertumbuhan yang lebih baik setelah
jenis tanaman, dimana warna daun yang mengalami kerontokkan daun pada 4
semula hijau normal menjadi hijau MST.
kekuning-kuningan. Pada beberapa
perlakuan terutama pada tailing 100% 1). Tinggi Tanaman
terlihat daun pada kedua jenis tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam,
menunjukkan gejala daun berubah menunjukkan bahwa interaksi antara
warna menjadi kuning (klorosis), inokulan bakteri (Thiobacillus thioparus)
mengering dan berguguran/rontok dengan kompos berpengaruh nyata
(absisi daun). terhadap tinggi tanaman Gmelina dan
Namun pada 6 MST, pada Sengon pada umur 2 – 8 MST .
beberapa perlakuan tanaman yang
April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA]

Gambar 1. Respon Pertumbuhan Tinggi Tanaman Gmelina arborea Roxb dan


Paraserianthes falcataria L. Nielsen dg kombinasi perlakuan pd 2&4 MST

Respon Pertumbuhan pada 2 MST Respon Pertumbuhan pada 4 MST


60 60

50 50
TT (cm)
TT (cm) 40
40
gmelina Gmelina 30
30
sengon Sengon
20
20
10
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kombinasi Perlakuan
Kombinasi Perlakuan

Keterangan :
1. T100% 5. T90%K10% 9. T85%K15% 13. T80%K20
2. T100%B1 6. T90%K10%B1 10. T85%K15%B1 14. T80%K20%B1
3. T100%B5 7. T90%K10%B5 11. T85%K15%B5 15. T80%K20%B5
4. T100%B10 8. T90%K10%B10 12. T85%K15%B10 16. T80%K20%B10

Berdasarkan rataan tinggi tanpa pemberian bakteri inokulan


tanaman pada 2 MST tanaman Gmelina (T85%K15%). Tanaman Sengon
tertinggi dihasilkan pada perlakuan tertinggi dihasilkan pada perlakuan
kompos 15% tanpa pemberian bakteri kompos 20% dengan inokulan bakteri 5
inokulan (T85%K15%). Sedangkan ml (T80%K20 %B5) (Gambar 1).
tanaman Sengon tertinggi dihasilkan Pada 6 MST Gmelina dan Sengon
pada kombinasi perlakuan kompos 20% tertinggi dihasilkan pada perlakuan
dengan inokulan bakteri 5 ml kompos 20% dengan pemberian
(T80%K20%B5)(Gambar 1). inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5)
Pada 4 MST Gmelina tertinggi (Gambar 2).
dihasilkan pada perlakuan kompos 15%

31
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1

Gambar 2. Respon Pertumbuhan Tinggi Tanaman Gmelina arborea Roxb dan


Paraserianthes falcataria L. Nielsen dg kombinasi perlakuan pd 6&8 MST

Respon Pertumbuhan pada 6 MST Respon Pertumbuhan 8 MST


60
60

50
50
TT(cm) 40
TT (cm) 40
Gmelina
sengon
30
30
Gmelina
Sengon 20
20

10
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kombinasi Perlakuan
Kombinasi Perlakuan

Pada akhir pengamatan (8 MST) batang Gmelina arborea Roxb dan


tanaman Gmelina tertinggi dihasilkan Paraserianthes falcataria L. Nielsen pada
pada perlakuan kompos 20% dengan 2 – 8 MST .
pemberian inokulan bakteri 10 Berdasarkan rataan diameter
ml(T80%K20 %B 10). Sedangkan batang, pada tanaman umur 2 MST
tanaman Sengon tertinggi dihasilkan diameter batang tanaman Gmelina
pada kombinasi perlakuan kompos 20% terbesar dihasilkan pada perlakuan
dengan pemberian inokulan bakteri 5 ml kompos 15% tanpa pemberian inokulan
(T80%K20%B5) (Gambar 2). bakteri (T85%K15%). Sedangkan
diameter batang tanaman Sengon
2. Diameter Batang terbesar dihasilkan pada kombinasi
Seperti halnya pada tinggi kompos 20% dengan penambahan
tanaman, menunjukkan bahwa interaksi inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5)
antara inokulan bakteri dengan kompos (Gambar 3).
berpengaruh nyata terhadap diameter
April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA]

Gambar3. Respon pertumbuhan diameter batang Gmelina arborea dan


Paraserianthes falcataria dengan berbagai kombinasi perlakuan pd 2 & 4 MST.

Respon Pertumbuhan pada 2 MST Respon Pertumbuhan pada 4 MST


4,5 4,5
4 4
3,5 3,5
DB (mm)
3 (DB) (mm) 3
2,5 2,5
Gmelina
2 gmelina 2
Sengon
1,5 sengon 1,5
1 1
0,5 0,5
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kombinasi Perlakuan
Kombinasi Perlakuan

Pada tanaman umur 4 MST batang Sengon terbesar dihasilkan pada


diameter batang Gmelina terbesar kombinasi kompos 20% dengan
dihasilkan pada perlakuan kompos 15% inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5)
tanpa pemberian inokulan bakteri (Gambar 3).
(T85%K15%). Sedangkan diameter

Gambar 4. Respon Pertumbuhan Diameter Batang Gmelina arborea dan


Paraserianthes falcataria dg kombinasi perlakuan pd 6 & 8 MST.

Respon Pertumbuhan pada 6 MST Respon Pertumbuhan pada 8 MST


4,5 4,5
4 4
3,5 3,5
DB (mm) DB (mm) 3
3
Gmelina 2,5 2,5
Gmelina
Sengon
2 2
Sengon
1,5 1,5
1 1
0,5 0,5
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kombinasi Perlakuan Kombinasi Perlakuan

Pada 6 MST diameter batang (Gambar 4). Pada akhir pengamatan (8


Gmelina dan Sengon terbesar dihasilkan MST) diameter batang Gmelina dan
pada kompos 20% dengan penambahan Sengon terbesar juga dihasilkan pada
bakteri 10 ml (T80%K20%B10) kompos 20% dengan penambahan

33
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1

inokulan bakteri 10 ml (T80%K20% setelah pertumbuhan 8 MST. Bobot


B10) (Gambar 4). kering tanaman Gmelina terbesar
dihasilkan pada perlakuan kompos 20%
3. Bobot Kering dengan penambahan inokulan bakteri
Hasil analisis sidik ragam 10 ml (T80%K20%B10). Pada Sengon
menunjukkan bahwa interaksi antara bobot kering terbesar dihasilkan pada
inokulan bakteri dengan kompos perlakuan kompos 20% dengan
berpengaruh nyata terhadap bobot penambahan bakteri 5 ml
kering tanaman Gmelina dan Sengon (T80%K20%B5) (Gambar 5.)

Gambar 5 Bobot Kering Tanaman Gmelina arborea dan Paraserianthes falcataria


dengan berbagai kombinasi perlakuan pada 8 MST.

Bobot Kering pada 8 MST


10
9
8
7
BK (g) 6
5
Gmelina 4
Sengon 3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kombinasi Perlakuan

5. Degradasi sianida Hasil pengukuran konsentrasi


Laju degradasi sianida dapat sianida selama 8 MST menunjukkan
diketahui dengan mengukur konsentrasi adanya penurunan konsentrasi sianida
sianida dari media tanam tanpa dalam media tanam, baik tanpa
penanaman tanaman contoh (sebagai penanaman tanaman contoh ataupun
kontrol) dan dengan penanaman dengan penanaman tanaman contoh
tanaman contoh (Gmelina dan Sengon). (Gmelina dan Sengon).
April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA]

Gambar 6. Degradasi Sianida pada perlakuan tanpa tanaman, Gmelina dan


Sengon dengan berbagai perlakuan pada 2 dan 4 MST

Degradasi CN Pada 2 MST Degradasi CN pada 4 MST

3 3

2,5 2,5

2 2
[CN] (ppm) [CN] (ppm)
1,5 1,5
Tanpa Tanaman
Gmelina Tanpa Tanaman
1 1
Sengon Gmelina
Sengon
0,5 0,5

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kombinasi Perlakuan Kombinasi Perlakuan

Pada gambar 6, dapat dilihat konsentrasi sianida tertinggi menjadi


dimana pada 2 MST pada media tanam 1.188 ppm.
tanpa tanaman contoh, pada media yang Konsentrasi sianida pada 6 MST
ditanami Gmelina dan Sengon pada media tanam tanpa tanaman
konsentrasi sianida masih tinggi dengan contoh dan dengan ditanami Sengon
konsentrasi tertinggi 2.772 ppm, konsentrasi sianida tertinggi menjadi
sedangkan pada 4 MST pada media 0.396 ppm, sedangkan pada media yang
tanam tanpa tanaman contoh ditanami Gmelina konsentrasi sianida
konsentrasi sianida tertinggi menjadi tertinggi menjadi 0.792 ppm. (Gambar
1.584 ppm, sedangkan pada media yang 7).
ditanami Gmelina dan Sengon

Gambar 7. Degradasi Sianida pada perlakuan tanpa tanaman, Gmelina dan


Sengon dengan berbagai perlakuan pada 6 MST

Degradasi Cn pada 6 MST


3

2,5

2
[CN] (ppm)
1,5
Tanpa Tanaman 1
Gmelina
Sengon 0,5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kombinasi Perlakuan

35
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1

Hasil analisis awal kandungan terdeteksi (ttd). Penurunan kandungan


sianida dalam tailing sebesar 7.92 mg/l, sianida kemungkinan terserap oleh
termasuk dalam kategori tinggi tanaman serta terdegradasi oleh
berdasarkan PP RI No 18 tahun 1999 inokulan bakteri dan bakteri indigenous
tentang Pengelolaan Limbah B3 dan PP yang terdapat dalam media tanam.
RI No 82 tahun 2001 tentang Pada percobaan ini juga dapat
Pengelolaan Kualitas Air dan dilihat bahwa penggunaan tanaman
Pengendalian Pencemaran Air. Pada contoh mampu menurunkan
media tailing juga terdapat logam berat konsentrasi sianida lebih cepat
walaupun konsentrasinya rendah jauh dibandingkan dengan media tanpa
dibawah ambang batas, misalnya adalah penanaman. Dapat dilihat pada 4 MST
Pb dan As. Logam Pb dan As merupakan (Gambar 6), konsentrasi sianida pada
logam yang biasa terdapat dalam tailing. beberapa perlakuan sudah tidak
Hasil analisis awal konsentrasi Pb dalam terdeteksi (ttd) pada media dengan
tailing adalah 8.5 ppb dan As sebesar penanaman tanaman contoh, sedangkan
10.5 ppb. Pada akhir penelitian (8 MST) pada media tanpa penanaman
konsentrasi logam Pb menjadi 1.50 ppb konsentrasi sianida masih ada pada
dan logam As tidak terdeteksi (ttd). semua perlakuan walaupun menurun
Adanya sianida dapat menghambat kerja konsentrasinya. Sesuai dengan pendapat
enzim sitokrom oksidase dalam proses Chaney et al, 1997 bahwa tumbuhan
pengambilan oksigen untuk pernapasan memiliki kemampuan dalam
(Jordan TS et al, 2001). menstimulasi aktivitas biodegradasi
Grafik penurunan sianida senyawa beracun oleh mikroba dan
(Gambar 6 dan 7) menunjukkan bahwa menyerapnya dari dalam tanah.
isolat bakteri (Thiobacillus thioparus) Hasil analisis awal sifat fisik
dan bakteri indigenous (yang terdapat kimia tailing dari pertambangan emas
dalam media tanam) mampu Pongkor menunjukkan bahwa tailing
menurunkan konsentrasi sianida memiliki pH tanah tinggi (8.18) dengan
dimana pada akhir minggu ke-8 didapat tekstur 81.85% pasir, 13.08% debu dan
konsentrasi sianida sudah tidak 5.07% liat. Sampel memiliki kandungan
April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA]

C,N.P-Bray yang sangat rendah. Selain Sengon serta membantu dalam proses
itu kandungan basa yang dapat ditukar degradasi sianida yang terkandung
seperti Mg, K, dan Na tergolong pada dalam media tailing. Tingkat
kisaran rendah juga. Kandungan Ca pertumbuhan tanaman Sengon lebih
(38.50 me/g) sangat tinggi. Tingginya baik bila dibandingkan pada tanaman
kandungan Ca mungkin disebabkan Gmelina. Hal ini kemungkinan karena
penambahan CaO (kapur) pada unit adanya bakteri Rhizobium indigenous
milling dalam proses pengolahan emas. dalam media tanam. Keberadaan bakteri
Dari hasil penelitian dapat ini menghasilkan simbiosis yang efektif
dikemukakan bahwa media dengan inangnya (Sengon), sehingga
pertumbuhan sangat mempengaruhi membantu dalam memfiksasi N bebas
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang diperlukan bagi tanaman untuk
tanaman pada media tailing tanpa pertumbuhannya (Ermawati,1994).
penambahan bahan organik (kompos) Sebagai indikator adanya simbiosis
(T100%) umumnya rendah antara Rhizobium dengan tanaman
dibandingkan pada media dengan Sengon adalah terbentuknya bintil akar.
penambahan bahan organik (kompos). Tanaman yang mati pada media
Penambahan bahan organik dalam tailing 100% baik pada tanaman
media tanam dapat memenuhi Gmelina maupun tanaman Sengon
kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan disebabkan karena pengaruh media
untuk pertumbuhan tanaman, tanam sendiri. Media tailing menjadi
memperbaiki struktur media tanam mengeras apabila ditambah air (pada
sehingga dapat terbentuk pori-pori yang saat penyiraman). Hal ini menyebabkan
mudah untuk pertumbuhan akar. ketersediaan air dalam media tidak
(Leiwakabessy, 1998). dapat mencukupi kebutuhan tanaman.
Dalam percobaan ini, dapat Menurut Fitter dan Hay (1991) keadaan
dikatakan dengan pemberian kombinasi demikian menyebabkan penurunan
inokulasi bakteri dan bakteri indigenous turgor pada sel tanaman dan berakibat
yang terdapat dalam media tanam menurunnya proses fisiologis tanaman.
sangat membantu dalam proses
pertumbuhan tanaman Gmelina dan

D. SIMPULAN DAN SARAN

37
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1

Hasil penelitian menunjukkan menurun dan tidak terdeteksi pada


bahwa interaksi antara konsentrasi minggu ke-8 (8 MST), baik pada
inokulan bakteri (Thiobacillus thioparus) perlakuan tanpa tanaman contoh
dengan kompos pada media tanam maupun dengan ditanami Gmelina dan
berpengaruh nyata terhadap tinggi Sengon. Dengan penanaman tanaman
tanaman, diameter batang dan bobot contoh dapat menurunkan [sianida]
kering tanaman Gmelina dan Sengon. lebih cepat bila dibandingkan dengan
Kombinasi perlakuan kompos membiarkan media tanam tanpa
dan inokulan bakteri menghasilkan penanaman (kontrol). Adanya
tinggi tanaman Gmelina tertinggi pada penambahan bakteri dan kompos dapat
perlakuan kompos 20% dengan menurunkan [sianida] lebih cepat
penambahan inokulan bakteri 10 ml dibandingkan dengan kontrol (tailing
(T80%K20%B10) dan tinggi tanaman 100% tanpa penambahan bakteri dan
Sengon tertinggi pada perlakukan kompos).
kompos 20% dengan penambahan Berdasarkan hasil penelitian ini
inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5). dapat disarankan pada petugas yang
Diameter batang terbesar pada tanaman bekerja di sekitar areal tailing untuk
Gmelina dan Sengon dihasilkan pada menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
kombinasi perlakuan kompos 20% karena sianida diduga dapat menguap
dengan penambahan inokulan bakteri ke udara pada dua minggu pertama.
10 ml (T80%K20%B10). Kemudian Cukup dengan 10% bahan organik
bobot kering tanaman Gmelina terbesar (kompos) tanaman dapat tumbuh pada
dihasilkan pada perlakuan kompos 20% media tailing yang memiliki sifat
dengan penambahan inokulan bakteri mengeras seperti semen apabila terkena
10 ml (T80%K20%10), sedangkan air. Disarankan juga perlu penelitian
bobot kering tanaman Sengon terbesar lebih lanjut mengenai kandungan
dihasilkan pada perlakuan kompos 20% sianida dan unsur berbahaya lainnya
dengan penambahan inokulan bakteri 5 yang kemungkinan terdapat dalam
ml (T80%K20%5). tailing dengan menggunakan tanaman
Dari hasil penelitian ini juga pangan.
dapat dilihat konsentrasi sianida
April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA]

DAFTAR PUSTAKA pengembangan Tenaga


Pertambangan Bandung.
Chaney RL Brown, SL, Angle JS .1997.
Phytoremediation of soils metals. Leiwakabessy, 1998. Kesuburan
Opini Biotechnol 8 : 279-284 Tanah. Jurusan Tanah.Faperta. IPB.
Bogor
Ermawati, 1994. Pengaruh pemberian
mulsa dan inokulasi Rhizobium Handayani,DM. 2004.Isolasi bakteri
terhadap nodulasi pada tanaman pendegradasi sianida tailing
kedelai di lahan kering, Jurnal. Pongkor. Jurusan Teknologi
Penelitian Pengembangan Wilayah. Industri . Fakultas Teknologi
Lahan Kering 109-115 Pertanian. IPB. Bogor.

Fitter, AH dan RKM Hay. 1991. Siregar, A.D. 1999. Tambang Emas
Fisiologi Lingkungan Tanaman Pongkor sebagai pertambangan
Terjemahan Andani, S & ED Emas berwawasan Lingkungan .
Purbayanti. Gajah Mada University, Seminar Teknologi pengolahan
Yogyakarta Limbah II. Badan Tenaga Atom
Nasional. Jakarta.
Jordan TS, Young CA. 2001. Cyanide
Remediation: Current and Past Suryanto, Susetyo W. 1997. Perlakuan
Technologies. Proceeding of the 10 bahan organic dan tanah mineral
th Annual Conference on pada bahan tailing terhadap
Hazardous Waste Research. ketersediaan unsure hara makro
dan unsure logam mikro.Jurnal
Kusnoto dan Kusumodidjo.1995. Ilmu Tanah Ling.
Dampak Penambangan dan
Reklamasi. Ditjen Tambun. Pusat

39

Anda mungkin juga menyukai