Anda di halaman 1dari 138

RS.

BHAYANGKARA
LUMAJANG

KEBERSIHAN TANGAN
NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

1/8
Ditetapkan

TANGGAL
TERBIT

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

HALAMAN

KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

Kebersihan Tangan adalah proses pembersihan kotoran dan mikroorganisme


pada tangan yang di dapat melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan
lain dan permukaan lingkungan (flora transien) dengan menggunakan
sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan hand rub berbasis
alkohol.
1.

Pembersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik (Handrub) adalah


Mencuci tangan dengan

menggunakan cairan antiseptik yg berbahan

dasar alkohol gel di seluruh permukaan tangan untuk meminimalkan


pertumbuhan mikroorganisme tanpa menggunakan air dan handuk (pada
tangan yang bersih).

PENGERTIAN
2.

Pembersihan Tangan dengan Sabun Antiseptik/Cairan/Larutan dan Air


Mengalir (Handwash) adalah Mencuci tangan dengan air mengalir dengan
menggunakan sabun/cairan antiseptik yg bertujuan membersihkan tangan
dari transien mikroorganisme di tangan (pada tangan yang kotor).

3.

Pembersihan Tangan Bedah (Surgical Handwash) pada tindakan


operasi adalah :
a. Proses mengurangi atau menghancurkan mikroorganisme transien
dan mikroorganisme yang tinggal di lapisan kulit yang lebih dalam
serta di dalam folikel rambut yang tidak dapat di hilangkan seluruhnya
(flora residen).
b. Membersihkan tangan dengan menggunakan sabun di bawah air
mengalir dengan prosedur tertentu agar tangan dan lengan bagian
bawah bebas dari mikroorganisme

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

KEBERSIHAN TANGAN
NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
2/8

1. Meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme.


2. Mencegah tansmisi mikroorganisme dari petugas ke pasien dari
TUJUAN

pasien ke petugas, dari pasien ke pasien serta lingkungan sekitar


pasien.
3. Tindakan utama untuk pencegahan dan pengendalian infeksi.
1. Prosedur pembersihan tangan dengan antiseptik harus di lakukan
oleh

semua

petugas

kesehatan,

keluarga,

pengunjung

yang

berhubungan langsung dengan pasien atau lingkungan pasien


2. Prosedur pembersihan tangan dengan antiseptik dilakukan sebelum
kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, sesudah
terpajan dengan cairan tubuh pasien yang berisiko, sesudah kontak
dengan pasien dan sesudah kontak dengan area sekitar pasien.
3. Setiap ruangan harus tersedia fasilitas :
KEBIJAKAN

a.

Wastafel

dengan

air

yang

mengalir

dengan

kran

bergagang panjang
b.

Sabun atau cairan antiseptik mengandung chlorhexidine


2% dan 4 % untuk pembersihan tangan operasi

c.

Cairan Handrub.

d.

Pengering tangan (tissue/paper, towel/handuk satu kali


pakai)

e.

Gambar prosedur pembersihan tangan terlihat di semua

fasilitas
A. Pembersihan Tangan dengan sabun dan air ( Handwash )
Langkah langkah :
1. Buka perhiasan yang digunakan, basahi
mengalir
2. Tuangkan sabun ke telapak tangan 3 5 cc
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan

tangan dengan air

KEBERSIHAN TANGAN
NO. DOKUMEN

NO. REVISI

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

HALAMAN
3/8

4. Gosok punggung dan sela-sela jari jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling
digosokkan
7. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
8. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan
dan sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan kedua tangan dengan tissue sekali pakai
11. Gunakan bekas tissue tersebut untuk menutup kran air
12. Sekarang tangan sudah aman (Prosedur dilakukan 4060 detik )
B. Pembersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik ( Handrub )
Langkah langkah :
PROSEDUR

1. Tuangkan larutan antiseptik bebasis alkohol ke telapak tangan


sebanyak 3 - 5 cc
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling
digosokkan
6. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman
tangan
kanan dan lakukan sebaliknya

7. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan


dan sebaliknya
8. Sekarang tangan sudah aman (Prosedur dilakukan 2030 detik )
C. Cara Pembersihan Tangan Bedah ( Surgical Handwash )
Langkah langkah :

1. Buka semua perhiasan yang digunakan, termasuk cincin, gelang


dan jam tangan

KEBERSIHAN TANGAN

NO. DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
4/8

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
1. Basahi tangan dengan air mengalir.
2. Gunakan cairan antiseptik

3. Cuci tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dan bilas


dengan air mengalir.

4. Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan ke seluruh


permukaan tangan dan lengan bawah
5. Mulai

dengan

tangan,

gunakan

pembersih

kuku

untuk

membersihkan daerah bawah kuku kedua tangan


6.

Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari- jari, selasela jari, telapak tangan dan punggung tangan

7. Cuci tiap jari seakan akan mempunyai empat sisi


8.
9.

Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan

Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian

lengan bawah juga di scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan


menuju siku
10. Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku
PROSEDUR

11. Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan


tangan di tahan lebih tinggi dari siku
12. Biarkan sisa air menetes melalui siku
13. Keringkan dengan handuk steril

14. Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 2 5 menit )

KEBERSIHAN TANGAN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
5/8

PROSEDUR

KEBERSIHAN TANGAN

NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
6/8

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
SAAT MELAKUKAN PRAKTEK KEBERSIHAN TANGAN
1.
2.
3.
4.
5.

Sebelum kontak dengan pasien


Sebelum tindakan aseptik
Setelah terkena cairan tubuh pasien beresiko
Setelah kontak dengan pasien
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Mencuci Tangan dengan Handwash

KEBERSIHAN TANGAN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
7/8

Melakukan Kebersihan Tangan Dengan Menggunakan Handrub

KEBERSIHAN TANGAN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

UNIT TERKAIT

NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
8/8

1. Seluruh unit kerja


2.
Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Gawat Darurat
5. Instalasi Kamar Operasi
6. Instalasi Farmasi
7. Unit Laboratorium
8. Unit Gizi
9. Unit IPS
10. Unit Laundry

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG

1/ 4

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah Alat yang digunakan sebagai teknik
pencegahan mikroorganisme patogen dari seseorang ke orang lain yang
disebut carrier. Barrier yang umum digunakan masker, kacamata
pelindung, gaun, apron, sarung tangan, penutup kepala, pelindung kaki

TUJUAN

Melindungi tenaga kesehatan, pasien, keluarga pengunjung dan


lingkungan dari kemungkinan transmisi material infeksius

KEBIJAKAN

1. Setiap petugas RS Bhayangkara TK. III Lumajang yang


melaksanakan tugas di tempat yang beresiko dan membahayakan
dirinya selama bekerja harus menggunakan alat pelindung diri
secara benar,tepat dan di saat melepaskan alat pelindung diri juga
harus benar karena
sudah terkontaminasi sehingga tidak
menyebarkan mikroorganisme ke tempat lain
2. Setiap ruangan harus menyediakan : Masker, Kacamata pelindung,
Gaun/apron, Sarung tangan, Penutup kepala, dan Pelindung kaki
A. Masker N95
Langkah langkah :

PROSEDUR

1. Genggam respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan


bagian hidung pada ujung jari jari, biarkan tali pengikat
menjuntai bebas di bawah tangan anda
2. Posisikan respirator di bawah dagu dan sisi untuk hidung berada
di atas

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO. DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
2/4

3. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali


agak tinggi di belakang kepala di atas telinga.Tarik tali
pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali di bawah
telinga.
4. Letakkan jari jari kedua tangan anda di atas bagian hidung
yang terbuat dari logam.Tekan sisi logam tersebut ( gunakan
dua jari dari masing masing tangan ) mengikuti bentuk
hidung. Jangan menekan respirator dengan satu tangan
karena dapat mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif
5. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan dan hat
hati agar posisi respirator tidak berubah
B. Masker Biasa
Langkah langkah pemasangan :

1. Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan
leher
2. Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung
3. Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga
melekat dengan baik
4. Periksa ulang pengepasan masker
Langkah langkah melepaskan

1. Jangan di sentuh bagian depan masker karena telah


terkontaminasi
2. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian
atas Buang ke tempat limbah infeksius
C. Pemakaian Kaca Mata Pelindung.

Prosedur Pemakaian :
1.Cuci tangan.

2.Gunakan pelindung mata (pasang googles pada mata dengan baik).


3.Setelah prosedur tindakan selesei letakkan googles pelindung pada
tempat semula.
4.Cuci tangan.
Langkah langkah melepaskan :

1. Bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi


2. Saat melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata
3. Letakkan di wadah yang telah di sediakan untuk dip roses ulang
atau dalam tempat limbah infeksius
D. Pemakaian Gaun / Apron
Langkah langkah Pemasangan:

1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga


bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang
punggung

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


NO. DOKUMEN

NO. REVISI

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

HALAMAN
3/4

2. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang


Langkah langkah melepaskan :

1. Bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah


terkontaminasi
2. Lepas tali
3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun
pelindung saja
4. Balik gaun pelindung
5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang
telah di sediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat
limbah infeksius
E. Pemakaian Sarung Tangan
Langkah langkah Pemasangan :

PROSEDUR

1. Buka pembungkus sarung tangan dengan hati hati, pilih yang


sesuai ukuran
Jika harus mempertahankan prinsip prinsip steril hindarkan sarung
tangan terkontaminasi obyek tidak steril
2. Jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan sarung
tangan bagian atas dan masukkan tangan non dominan dengan
posisi telentang, masukkan jari secara pelan pelan.
Untuk memakai sarung tangan sebelah kiri gunakan empat jari
tangan dominan, masukkan dalam lipatan sarung tangan ( bagian
luar ), segera masukkan tangan non dominan secara perlahan lahan
Langkah langkah Melepaskan:

1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi


2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan
lainnya, lepaskan
3. Pegang sarung tangan yang telah di lepas dengan
menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan
4. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan
di bawah sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan
tangan
5. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
6. Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius
7. Cuci tangan sesuai prosedur

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


NO. DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
4/4

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
F. Pemakaian penutup kepala
Langkah langkah :

1. Pakailah pelindung kepala sesuai ukuran sehingga menutup


semua rambut
2. Lepaskan pelindung kepala dan langsung di buang ke tempat
sampah
G. Pemakaian pelindung kaki
Langkah langkah :

1. Gunakan sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung


dan telapak kaki bisa di gunakan sepatu boot dari bahan kulit
2. Sepatu harus selalu bersih
3. Harus selalu di gunakan di dalam kamar operasi dan tidak boleh
di pakai keluar, tidak di anjurkan memakai sandal, sepatu
terbuka dan telanjang kaki

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Instalasi rawat jalan


Instalasi rawat inap
Instalasi gawat darurat
Instalasi kamar operasi
Instalasi farmasi
Unit gizi
Unit laundry

DEKONTAMINASI
No.
Dokumen :

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 4

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Tgl. Terbit :

(SPO)
dr. SRI HANDAYANI, MMRS
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

Dekontaminasi adalah proses fisika/kimia yang digunakan untuk


menurunkan/menghilangkan mokroorganisme pada peralatan medis
sehingga aman untuk penanganan selanjutnya.

1.
TUJUAN

Memutus mata rantai penularan infeksi dari peralatan medis


kepada pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan lingkungan
rumah sakit.
2.
Untuk mencegah/ menghindari faktor-faktor yang mungkin dapat
berpengaruh terhadap mutu sterilisasi.

KEBIJAKAN

1. Setiap petugas harus melakukan dekontaminasi terhadap alat medis


habis
pakai,
permukaan
meja/permukaan
lain
yang
tercemar/tumpahan darah atau cairan tubuh pasien, linen bekas
pakai yang tercemar darah atau cairan tubuh pasien
2. Setiap petugas yang melaksanakan dekontaminasi harus memakai
APD sesuai penggunaannya.
3. Petugas melaksanakan pembesihan peralatan medis di ruang
pencucian dan pembersihan di unit perawatan dengan
menggunakan air mengalir, sikat, deterjen, kemudian dilakukan
desinfeksi dengan menggunakan cairan desinfektan (chlorine 0,5%),
dan proses sterilisasi dilakukan di TSSU.

DEKONTAMINASI

No.
Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 4

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
A. Dekontaminasi Alat Medis Habis Pakai
1. Persiapan alat :
a. Larutan chlorine 0,5%
b. Air mengalir
c. Gelas ukur
d. Wadah plastik untuk menampung larutan chlorine
e. Alat pelindung diri (sarung tangan rumah tangga, apron, masker
dan kaca mata pelindung wajah.

PROSEDUR
2. Langkah-langkah :
a. Cuci tangan dengan air mengalir sesuai prosedur
b. Pakai APD (sarung tangan, apron, masker dan kacamata
pelindung wajah)
c. Segera rendam peralatan medis setelah dipakai dalam larutan
chlorine 0,5% selama 10-15 menit (disinfektan)
d. Seluruh alat medis harus terendam dalam larutan chlorine
e. Lanjutkan pembersihan dengan cara keluarkan alat-alat medis
yang telah didekontaminasi, bilas dengan air mengalir, sikat
perlahan-lahan alat medis dari setiap permukaan termasuk gerigi
dan lekukan, keringkan alat medis dengan kain atau di udara
f.

Buka sarung tangan dan alat pelindung lainnya

g. Cuci tangan dengan air mengalir sesuai prosedur.

DEKONTAMINASI

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No.
Dokumen

No. Revisi

Halaman

3 dari 4

B. Dekontaminasi Permukaan Meja / Permukaan lain yang


tercemar / tumpahan darah atau cairan tubuh pasien
1. Persiapan alat :
a) Larutan
b) Air mengalir
c) Gelas ukur
d) Wadah plastik untuk menampung larutan chlorine
e) Alat pelindung diri (sarung tangan rumah tangga, apron,
masker dan kaca mata pelindung wajah.
2. Langkah-langkah :
a) Cuci tangan dengan air mengalir sesuai prosedur
b) APD (sarung tangan, apron, masker dan kacamata pelindung
wajah)
c) Serap darah/cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan
kertas, Koran bekas/tissue
d) Buang kertas, Koran bekas/tissue penyerap ke dalam
kantong sampah medis
e) Bersihkan daerah bekas tumpahan darah/cairan tubuh
pasien dengan larutan chlorine 0.5% (disinfektan)
f) Buka sarung tangan dan alat pelindung lainnya
g) Cuci tangan dengan air mengalir sesuai prosedur.
PROSEDUR

C. Dekontainasi alat medis bekas kontak Darah/Cairan tubuh


pasien

1. Petugas mengenakan alat pelindung diri yaitu masker, topi,


apron dan sarung tangan.
2. Siapkan larutan desinfektan dalam bak perendam dengan
konsentrasi sesuai petunjuk pemakaian ( 0,5% ).
3. Perhatikan desinfektan yang digunakan, karena setiap
desinfektan berbeda cara pemakaiannya.
4. Alat-alat kesehatan / kedokteran seperti set ganti balutan, set
alat-alat operasi (instrument) dll setelah dipakai,direndam dalam
larutan chlorine 0,5% selama 10-20 menit dan alat-alat bekas
pasien HIV AIDS/infeksius dipisahkan sendiri.
5. Bila ada sarung tangan yang rusak atau robek,langsung dibuang
ketempat sampah yang tertutup.

DEKONTAMINASI
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

No.
Dokumen

UNIT TERKAIT

Halaman
4 dari 4

6. Setelah direndam, alat-alat (sarung tangan atau instrument ganti


balutan) dicuci dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih.
Bila masih ada noda yang tertinggal,bersihkan dengan bensin.
7. Alat-alat kemudian dikeringkan/di lap dan selanjutnya
dibungkus / dikemas untuk disterilkan.
8. Kantong tempat sampah infeksius segera diikat kuat, beri
tanda/label infeksius dan dibuang ketempat pembuangan
sampah setelah selesai melakukan dekontaminasi.
9.

PROSEDUR

LAMPIRAN

No. Revisi

1. Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
2. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas lainnya

1.
2.
3.
4.

Instalasi Rawat Jalan


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Kamar Operasi dan TSSU
Instalasi Anestesi dan Reanimasi

PENGELOLAAN LIMBAH
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

PENGERTIAN

TUJUAN

1/1

Tgl. Terbit :

Ditetapkan Oleh :
KARUMKIT BHAYANGKARA
LUMAJANG
dr.SRI HANDAYANI,MMRS
AKBP NRP. 67100385

Pengelolaan limbah adalah upaya kegiatan pengelolaan sumber


infeksi berupa limbah padat, cair, dan gas yang telah terkontaminasi
(secara potensial sangat berbahaya) atau tidak terkontaminasi yang
harus dikelola dengan baik dan benar, mulai dari pemisahan sampah,
pengemasan,sampai ke pembuangan akhir.
a. Limbah Infeksius adalah limbah yang terkontaminasi dengan
darah, cairan tubuh pasien, ekskresi, sekresi yang dapat
menularkan orang lain
b. Limbah non infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,
taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali (apabila ada
teknologinya)
c. Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut
tajam atau runcing yang dapat memotong atau menusuk kulit

1. Mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh limbah baik


bagi pasien, pengunjung, tenaga kesehatan serta melindungi
masyarakat sekitarnya dari bahaya pencemaran limbah yang
berasal dari rumah sakit
2. Semua limbah yang terdapat di lingkungan rumah sakit (baik di
dalam maupun diluar) dapat ditangani dengan baik
3. Menjaga citra rumah sakit dan keindahan

PENGELOLAAN LIMBAH

No. Revisi
0

No. Dokumen

Halaman
2 dari4

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

KEBIJAKAN

1. Disetiap ruangan dilakukan pengelolaan limbah dengan baik dan


benar sesuai jenis wadah dan label limbah medis sesuai
katagorinya
2. Setiap ruangan harus menyediakan tempat pembuangan sampah
sementara, Alat Pelindung Diri (APD), petugas kebersihan yang
terlatih dan troli khusus sampah yang tertutup
3. Tim PPIRS bertanggung jawab mengawasi penyelenggaraan
pengelolaan limbah rumah sakit.

PROSEDUR

A. Limbah Infeksius
Limbah padat
1. Gunakan tempat sampah tertutup yang dilapisi plastik warna
kuning
2. Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua benda
benda tajam
3. Letakkan tempat sampah di lokasi yang mudah terjangkau
4. Peralatan yang di pakai untuk mengumpulkan dan mengangkat
limbah tidak boleh di pakai untuk keperluan lain
5. Apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus
diangkut
6. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih desinfektan
(larutan klorin 0,5% + sabun antiseptik) dan bilas teratur dengan
air, dan keringkan
7. Gunakan APD ketika menangani limbah (sarung tangan rumah
tangga sampai menutup siku dan sepatu pelindung tertutup)
8. Limbah diangkut menggunakan troly khusus langsung
dimasukkan dalam insenerator sebagai pembuangan akhir
9. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik

PENGELOLAAN LIMBAH

No. Dokumen
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi
0

Halaman
3 dari 4

Limbah cair :
Membuang sampah medis infeksius yang bersifat cair (darah dan
produknya, cairan tubuh ) kedalam lubang pembuangan di area
spoel hook.
B. Limbah Non Infeksius

PROSEDUR

1. Gunakan tempat sampah tertutup yang dilapisi plastik warna


hitam.
2. Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua
bendabenda tajam
3. Letakkan tempat sampah di lokasi yang mudah terjangkau
4. Peralatan yang di pakai untuk mengumpulkan dan mengangkat
limbah tidak boleh di pakai untuk keperluan lain (sebaiknya
menandai tempat sampah yang infeksius)
5. Apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus
diangkut
6. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih
desinfektan (larutan klorin 0,5 % + sabun antiseptik) dan bilas
teratur dengan air
7. Gunakan APD ketika menangani limbah (sarung tangan rumah
tangga sampai menutup siku dan sepatu pelindung tertutup)
8. Limbah diangkut menggunakan troly khusus langsung buang di
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)
9. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik

C. Limbah benda tajam :


1. Jangan mematahkan atau menekuk benda tajam
2. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (Recaping)
3. Segera buang limbah benda tajam pada tempat khusus (safety box)
yang tertutup, tahan tusuk dan aman
4. Wadah benda tajam di letakkan dekat lokasi tindakan
5. Apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus
diangkut
6. Gunakan APD ketika menangani limbah (sarung tangan rumah tangga
sampai menutup siku dan sepatu pelindung tertutup)
7. Limbah diangkut menggunakan troly khusus langsung dimasukkan
dalam insenerator sebagai pembuangan akhir

PENGELOLAAN LIMBAH

No. Dokumen
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.
5.
6.

No. Revisi
0

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Kamar Operasi
Intensive Care Unit
Cleaning Service

PEMISAHAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH

Halaman
4 dari 4

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

1. Sampah rumah sakit adalah Bahan yang tidak berguna atau


tidak di gunakan ataupun yang terbuang, yang di pisahkan
menjadi sampah medis dan non medis, serta di kategorikan :
sampah medis/infeksius, sampah farmasi dan sampah umum
( domestik )
2. Prosedur pembuangan sampah memuat tata cara pembuangan
sampah dari sumber sampai ke tempat pembuangan sementara
dan di teruskan ke incinerator

1.
2.
3.
4.

Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan


Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
Membuang bahan bahan berbahaya ( bahan toksik dan
radioaktif ) dengan aman

Setiap petugas kesehatan melaksanakan pembuangan sampah


dengan baik dan benar untuk menghindari penyebaran infeksi infeksi
terhadap orang lain
1. Pengelolaan sampah
a. Pada tempat pengumpulan sampah, harus di sediakan tempat
pembungkus sampah (plastik), bak sampah serta lokasi tempat
pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat
b. Sampah harus di pisahkan sesuai dengan kategori jenis
sampah dan di masukkan ke dalam kantong plastik sesuai
dengan warna dan kategori :

PEMISAHAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH

No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman
2 dari 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

c. Tempat/bak sampah harus di lapisi kantong plastik dengan


warna sesuai kategori sampah
d. Kantong plastik tersebut di angkat apabila 2/3 bagian telah terisi
sampah

e.

Tempat sampah harus di sediakan minimal 1 buah untuk setiap


ruangan / kamar atau minimal 1 buah untuk radius 10 meter dan
setiap jarak 20 meter pada ruang tunggu dan ruang terbuka
f.
Khusus tempat sampah yang di lapisi kantong plastik kuning
dan ungu, tempat penampungan sampah sementara harus di
desinfeksi segera setelah di kosongkan
g. Pengangkutan sampah segera dan tempat sampah harus di
kosongkan 2 x 24 jam, pagi pukul 06.00 dan sore pukul 14.00
WIB
h. Sampah infeksius harus di musnahkan dengan incinerator
dalam suhu di atas 1000C
i. Sampah radioaktif di musnahkan dengan incinerator

PEMISAHAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH


No. Dokumen

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi
0

Halaman
3 dari 3

2. Pembuangan sampah
a. Setelah masuk dalam gerobak sampah maka sampah siap di
buang atau di musnahkan
b. Pembuangan sampah dari ruangan / unit kerja dan halaman
( sampah
medis dan non medis ) melalui samping gedung
menuju tempat pembuangan sementara ( TPS ) container dinas
kebersihan atau incinerator RS Bhayangkara TK. III Lumajang
c. Waktu pelaksanaan pembuangan sampah adalah :
1) Jika pembuangan sampah di lakukan di luar jam tersebut
maka petugas dari unit kerja yang bersangkutan akan
menhubungi bagian sanitasi / stooring
2) Sampah umum ( non medis ) di buang ke container dinas
kebersihan, sedangkan sampah medis di angkut ke
incinerator untuk di musnahkan
d. Setelah selesai pembuangan, gerobak sampah dan tempat
sampah di bersihkan dan atau di desinfeksi
e. Akses dari pembuangan sampah akan terus di jaga agar tidak
terhalangsekurang kurangnya 1 x 24 jam, paling lambat pukul
10.00 WIB
f. Sampah infeksius harus di musnahkan dengan incinerator
dalam suhu di atas 1000C
g. Sampah radioaktif di musnahkan dengan incinerator

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Instalasi Rawat Inap


Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Kamar Operasi
Intensif Care Unit ( ICU )
Petugas Cleaning Service

1. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi di Rumah


Sakit
2. Buku Petunjuk Tehnis PPI RS Bhayangkara TK. III Lumajang
3. Center of Desease Controle
4. WHO

LAMPIRAN

DEKONTAMINASI TUMPAHAN DARAH ( CAIRAN TUBUH ) PADA


LANTAI/LINGKUNGAN
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 2

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

1. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah


mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman
untuk penanganan lebih lanjut.
2. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem
termal ( Panas ) atau kimia.
3. Lantai/lingkungan yang terkena darah atau cairan tubuah pasien

1.
2.
3.

Mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan.


Mematikan mikroorganisme dan kotoran lain yang tidak tampak.
Mempersiapkan permukaan alat untuk kontak langsung dengan
disinfektan.
4.
Melindungi petugas dan pasien
Setiap petugas harus melakukan dekontaminasi tumpahan darah
( cairan tubuh ) sesuai prosedur pada saat tertumpahnya darah pada
lantai atau lingkungan
1.
a.
b.
c.

Persiapan Alat :
Alat pelindung.
Kertas penyerap / kertas tissue / Koran bekas.
Larutan hipoklorit 0,5% ( dalam alat penyemprot asam basah )

d.
e.
2.
a.
b.
c.
d.
e.

untuk dekontaminasi permukaan meja periksa / permukaan meja


bedah / bahan lain yang tidak berpori.
Lap bersih.
Sarana cuci tangan pada air mengalir.
Cara Kerja :
Cuci tangan pada air mengalir.
Pakai sarung tangan rumah tangga, masker, kacamata /
pelindung wajah.
Serap darah / cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan kertas /
Koran bekas / tissue.
Buang kertas penyerap bersama sampah medis dalam
kantongan yang kedap air berwarna kuning.
Tuangi atau tempat area bekas tumpahan darah dengan natrium
hipoklorit 0,5%, biarkan 10 15 menit kemudian bersihkan.

DEKONTAMINASI TUMPAHAN DARAH ( CAIRAN TUBUH ) PADA


LANTAI/LINGKUNGAN
No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

LAMPIRAN

Halaman :
2 dari 2

f.
g.

PENGERTIAN

UNIT TERKAIT

No. Revisi :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bilas dengan lap basah yang bersih hingga klorin terangkat.


Buka sarung tangan, masukkan dalam wadah, sementara
menunggu dekontaminasi sarung tangan yang dan proses
selanjutnya.
h. Cuci tangan pada air yang mengalir.
PT. Pengelola Cleaning Service
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Intensive
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Kamar Operasi

1. Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
2. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas lainnya

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PEMBERSIHAN LINGKUNGAN
No. Dokumen :

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 1
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG

Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Pembersihan Lingkungan adalahberbagai upaya yang dilakukan untuk


dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan (fisik, biologi) di rumah
sakit dengan cara meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung, di
sekitar sarana kesehatan.

Untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga


dapat meminimalkan atau mencegah terjadinya trasmisi mikroorganisme
dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di
sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi rumah sakit
dan kecelakaan kerja dapat dicegah.

1. Semua area di lingkungan rumah sakit harus dilakukan pembersihan


untuk menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, dan mengurangi
transmisi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit.
2. Petugas yang melakukan pembersihan harus mematuhi SPO yang
telah ditetapkan.

1. Semua permukaan horizontal di tempat dimana pelayanan yang


disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat
kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah
keluar dan sebelum pasien baru masuk perawatan
2. Permukaan semua peralatan di kamar perawatan yang kontak
langsung dengan pasien harus dibersihkan dan didisinfeksi, sebelum
digunakan oleh pasien lainnya.
3. Kain lap yang digunakan untuk pembersihan permukaan lingkungan

PROSEDUR

harus dibasahi sebelum digunakan (Membersihkan debu dengan kain


kering atau dengan sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus
dihindari)
4. Larutan desinfektan, kain lap, dan kain pel harus diganti secara berkala
atau bila tampak kotor.
5. Semua peralatan pembersihan harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan.

PEMBERSIHAN LINGKUNGAN

No. Dokumen
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

No. Revisi
0

Halaman
2 dari 2

6. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan dikeringkan
setelah digunakan dan sebelum disimpan.
7. Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan
menyeluruh setiap hari
8. Meja pemeriksaan dan peralatan di sekitarnya yang telah digunakan
pasien yang diketahui atau suspek teinfeksi Infeksi Saluran Pernafasan
Atas (ISPA) yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan
dengan disinfektan segera setelah digunakan
9. Tidak direkomendasikan fooging dengan alasan sebagai berikut :
a. Hasilnya tidak optimal karena tidak terjangkau bagian terdalam dari
permukaan peralatan yang ada di ruangan
b. Memakan waktu yang lama
c. Chemical fooging mengandung carsinogenic

7.
8.
9.
10.
11.

Instalasi Rawat Inap


Instalasi Rawat Jalan
Sub Instalasi Reanimasi
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi kamar Operasi

TRANSPORTASI LINEN
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1/1

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Transportasi linen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas


kesehatan yang mengelola linen untuk mengangkut linen dari ruangan
ke laundry dan dari laundry kembali ke ruangan dengan menggunakan
trolly.
1. Untuk memutus mata rantai transmisi mikroorganisme dengan
mengelola dan mengendalikan bahan-bahan linen.
2. Untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit dengan
meningkatkan kewaspadaan standar.
Transportasi linen harus menggunakan trolly yang terpisah antara
infeksius dan non infeksius, harus selalu tertutup, jadual pengantaran
dan pengambilan linen disesuaikan dengan jadual tidak dalam waktu
yang bersamaan.
Prosedur :
1. Bedakan trolley linen bersih dan kotor.
2. Gunakan APD sesuai indikasi.
3. Pisahkan wadah linen infeksius dan non infeksius
4. Bersihkan trolley sebelum digunakan kembali.
5. Inventarisasi jumlah linen kotor di area perawatan
6. Pisahkan dari kotoran yang tercemar (contohnya feces, dll)
7. Tidak melakukan dekontaminasi di ruangan
8. Semua linen infeksius dimasukkan kedalam kantong plastik kuning
dan non infeksius dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam,
diikat/tertutup
9. Bila trolly pakai pengalas/sarung, segera dicuci setelah linen kotor
diturunkan.
10. Hindarkan linen bersih terkontaminasi dengan debu.
11. Masukkan linen kedalam trolley dan tutup.
12. Lakukan kebersihan tangan

13. Saat trasnsportasi linen ke Laundry petugas tidak menggunakan


APD
14. Petugas Laundry menerima linen kotor dari seluruh ruangan atau
departemen sesuai jadual pengiriman sebagai berikut :
a. Senin s. d Sabtu pukul 08.00 dan 13.00 WIB
b. Sabtu s. d Minggu / hari libur pukul 08.00 s/d 10.00

TRANSPORTASI LINEN

No. Dokumen
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

UNIT TERKAIT

UNIT TERKAIT

LAMPIRAN

No. Revisi
0

Halaman
2 dari 2

15. Pengambilan linen bersih sesuai jadual sebagai berikut :


a. Senin s.d Jumat pukul 13.00 s/d 14.30 WIB
b. Minggu ibur
16. Sebelum serah terima linen ke loundry, petugas wajib melaksanankan
kebersihan tangan dan APD sesuai indikasi.
17. Dilaksanakan serah terima linen kotor/bersih dan didokumentasikan
sesuai jumlah pengiriman.
18. Petugas loundry melaksanakan proses penatalaksanakan linen dengan
menggunakan APD sesuai indikasi.

12.
13.
14.
15.
16.

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Kamar Operasi
Intensive Care Unit

1. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.


2. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang
Pengelolaan Linen.
3. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tahun 2008.
4. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

TATA CARA PENYIMPANAN LINEN


No. Dokumen :

No. Revisi :

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

Halaman :
1/1

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

Linen adalah Bahan/alat yang terbuat dari kain/tenun.


Penyimpanan linen adalah suatu kegiatan yang di lakukan untuk
menyimpan linen yang bersih dengan rapih, sehingga dapat memberikan
kemudahan bagi petugas dalam pendistribusian linen, pelayanan
penerimaan dan pendistribusian linen siap pakai di seluruh ruangan atau
departemen

TUJUAN

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penerimaan dan pendistribusian


linen siap pakai

KEBIJAKAN

Semua petugas linen harus melakukan penyimpanan linen sesuai standar


agar linen tetap bersih dan rapih

PROSEDUR

1. Linen di simpan, di kemas di lemari atau rak sebelum di ambil oleh


ruangan atau departemen
2. Suhu penyimpanan 22C - 27C, Kelembaban 45C - 75C RH
3. Pendistribusian linen menerapkan cara FIFO ( First in first out ) linen
yang duluan atau lama di distribusikan lebih dulu

UNIT TERKAIT

LAMPIRAN

1. Unit Jangsus
2. Semua Unit (Petugas Linen/PP)

1. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi di Rumah


Sakit
2. Buku Pedoman Manajemen Linen di Rumah sakit Depkes RI
3. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang
Pengelolaan Linen.

SIRKULASI LINEN
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 1

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

LAMPIRAN

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan terhadap
penyediaan linen siap pakai keseluruh ruangan / Departemen
2. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Setiap petugas linen harus melakukan pencatatan yang benar agar
memudahkan, memonitor perputaran linen
1. Menerima linen kotor yang sudah dipisahkan dari ruangan /
Departemen dengan menggunakan kantong plastik sesuai standar,
lalu dilakukan pencatatan.
2. Kemudian linen kotor diserahkan ke bagian laundry untuk dilakukan
penimbangan, perendaman sampai dengan pencucian dan
pengeringan serta penyetrikaan.
3. Linen bersih disimpan sesuai jenisnya dengan suhu 22 - 27 FR.
4. Linen siap untuk didistribusikan, pada saat pendistribusian linen dari
ruangan ke laundry tidak sama jumlahnya dengan linen yang masuk
ke ruangan, disesuaikan dengan jumlah linen yang ada di laundry
saat itu, dengan catatan persediaan linen ruangan minimal ada 30%.
5. Satu hari sebelum jadwal penggantian linen secara keseluruhan di
ruangan linen sudah didistribusikan ke ruangan sesuai jumlah pasien
pada saat itu.
1. Semua Petugas Departemen
2. Petugas Laundry
3. Tim PPIRS
1. Buku Pedoman Manajemen Linen di Rumah sakit Depkes RI
2. SOP Laundry

PENGELOLAAN LINEN

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 5

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Linen adalah bahan dari kain yang digunakan difasilitas pelayanan


kesehatan, seperti; selimut, penutup tempat tidur, penutup bantal, gaun
bedah, kain pembersih dan sebagainya.
Pengelolaan linen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari
pengumpulan linen kotor dari masing-masing ruangan, pengangkutan,
pencucian, penyetrikaan penyimpanan, dan penggunaan kembali linen
yang sudah bersih.

1. Untuk memutus mata rantai transmisi mikroorganisme dengn


mengelola dan mengendalikan bahan linen.
2. Untuk meminimalkan infeksi di rumah sakit dengan meningkatkan
kewaspadaan standar.
3. Menjaga citra rumah sakit dengan menciptakan ketersediaan
bahan linen sesuai dengan visi, misi dan filosofi rumah sakit.

Setiap petugas pengelola linen yang menangani linen harus hati-hati


dengan menggunakan APD yang sesuai dan melakukan kebersihan
tangan secara teratur untuk mengurangi resiko terpajan atau mengalami
ISPA akibat membawa linen.
Tangani linen yang sudah digunakan hati-hati dengan menggunakan
APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur. Risiko
terpajan atau mengalami ISPA akibat membawa linen yang sudah
digunakan relatif kecil.
Prinsip Umum :
1. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam
kantong atau wadah yang tidak rusak saat diangkut.
2. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah
digunakan.

PENGELOLAAN LINEN

No. Dokumen
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

LAMPIRAN

No. Revisi
0

Halaman
2 dari 5

Prosedur Pengelolaan Linen :


1. Semua bahan padat pada linen yng kotor harus dihilangkan dan
dibilas dengan air. Linen kotor tersebut kemudian langsung
dimasukkan kedalam kantong linen dikamar pasien.
2. Hilangkan bahan padat (misalnya : feses) dari linen yang sangat
kotor (menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat
tersebut kedalam toilet sebelum linen dimasukkan ke kantong
cucian.
3. Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati
untuk mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau
orang-orang sekitarnya.
4. Jangan memilih linen ditempat perawatan pasien. Masukkan
linen yang terkontaminasi langsung ke kantong cucian di ruang
isolasi dengan memanipulasi minimal atau mengibas-ibaskan
untuk menghindari kon taminasi udara dan orang.
5. Linen yang sudah digunakan lkemudian harus dicuci sesuai
prosedur pencucian biasa.
6. Cuci dan keringkan linen sesuai dengan standar dan prosedur
tetap fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk pencucian dengan
air panas, cuci linen menggunakan detergen/disinfektan
dengan air 70C (160F) selama minimal 25 menit. Pilih bahan
kimia yang cocok untuk pencucian temperatur rendah dengan
konsentrasi yang sesuai bila melakukan pencucian dengan
temperatur rendah <70C (<160F).
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Kamar Operasi
5. Intensive Care Unit
1. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992
tentang Pengelolaan Linen.
3. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tahun 2008.
4. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit.

ALUR SIRKULASI LINEN


Kewaspadaan
Standart

Gunakan APD

R. Rawat Inap
R. Rawat Jalan

TERCEMAR
DIKIRIM KE

Linen Kotor

LAUNDRY

TIDAK
IGD
TERCEMAR

DIPISAH,

DIKERINGKAN

DITIMBANG

DISETERIKA

Linen non

Gudang

DICUCI (PROSES

Gunakan APD

LINEN
STERIL

CSSD

dis
tri
bu

DEPKES RI, 2004

PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN /


PERSONEL SEBELUM BEKERJA
No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 3

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

Pemeriksaan kesehatan karyawan/ personel sebelum bekerja adalah


pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh calon tenaga kerja yang
dilakukan oleh dokter sebelum tenaga kerja tersebut diterima untuk
melakukan pekerjaan.

TUJUAN

Agar karyawan/ personel yang diterima berada dalam kondisi kesehatan


yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang dapat
menularkan kepada tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan
yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
yang bersangkutan dan tenaga kerja lain-lain yang dapat dijamin sehat
jasmani, rohani dan produktif.

KEBIJAKAN

1. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit

PROSEDUR

1. Pemeriksaan kesehatan pra pekerjaan meliputi pemeriksaan fisik


lengkap, rontgen paru-paru (bila mungkin) dan laboratorium rutin
serta rikkes lainnya yang dianggap perlu.
2. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan
yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang
diperkirakan timbul.

PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN /


PERSONEL SEBELUM BEKERJA

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman
2 dari 3

3. Pedoman pemeriksaan kesehatan pra pekerjaan dibina dan


dikembangkan mengikuti perkembangan dan kemajuan kedokteran
dalam keselamatan kerja.
4. Kabag Personalia membuat program secara terencana
pemeriksaan awal bagi karyawan/ personel baru.
5. Kabag Personalia berkoordinasi dengan Ka Unit Rikkes dalam
pelaksanaan kegiatan.
6. Ka Unit Rikkes merencanakan pelaksanaan rikkes karyawan/
personel sebelum bekerja.
7. Unit Rikkes melaporkan hasil dan diagnosa yang ditemukan
Kabag Personalia.
8. Kabag Personalia menindaklanjuti hasil rikkes tersebut, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
9. Pendokumentasian.
1. Anamnesa :
a.
Riwayat-riwayat penyakit umum.
b.
Riwayat perawatan di rumah sakit.
c.
Riwayat kecelakaan.
d.
Riwayat operasi.
e.
Riwayat pekerjaan.
f.
Riwayat haid.
g.
Riwayat alergi.
h.
Riwayat penggunaan obat-obatan.
2. Pemeriksaan mental :
Fungsi umum
1) Keadaan
2) Sikap dan tingkah laku
3) Kontak mental dan perhatian
4) Inisiatif
3. Pemeriksaan fisik.
a. Berat badan.
b. Tinggi badan.
c. Pengukuran lingkaran dada.
d. Nadi dan Frekuensi pernafasan.
e. Tekanan darah.

RS.BHAYANGKARA
PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN /
PERSONEL SEBELUM BEKERJA

LUMAJANG

No. Dokumen

f.
dan

PROSEDUR

4.
5.
6.

No. Revisi
Halaman
0
3 dari 3
Indera penglihatan (fisik mata, visus, luas lapangan penglihatan

warna.
g. Indera pendengaran.
h. Indera penciuman.
i. Indera perabaan.
Pemeriksaan sinar rontgen.
Pemeriksaan laboratorium.
Kesimpulan pengujian

Internal :
Poliklinik Penyakit Dalam, Laboratorium, Radiologi, Jantung, Paru, Kanit
Rikkes, Kabag umum/ kepegawaian, Ka Polkar.
UNIT TERKAIT
Eksternal :
1. Depnaker.
2. Depkes.

PEMERIKSAAN KESEHATAN KHUSUS KARYAWAN / PERSONEL

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

TUJUAN

Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan/ personel adalah


pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap karyawan/ personel tertentu karena ada indikasi khusus/ bekerja
ditempat berisiko.
Untuk mengetahui/ menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu
terhadap karyawan/ personel atau golongan karyawan/ personel tetentu
yang berisiko.

KEBIJAKAN

1. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087 / Menkes / SK / VIII /
2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit.

PROSEDUR

1. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan terhadap :


a. Karyawan / personel yang telah mengalami kecelakaan atau
penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua)
minggu.
b. Karyawan/ personel yang diduga mendapat gangguan kesehatan
maupun bekerja dilingkup pekerjaan yang berisiko.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan di Unit Rikkes RS
Bhayangkara TK. III LUMAJANG atas permintaan Dep/Bag/Unit yang
membutuhkan sesuai dengan rekomendasi hasil pemeriksaan
berkala/rutin.
3. Pemeriksaan penunjang rikkes khusus meliputi photo thorax, HbsAg,
faeces dan LFT (Liver Fungsi Test).

PEMERIKSAAN KESEHATAN KHUSUS KARYAWAN / PERSONEL

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1. Departemen/instalasi/bag/unit/kasi/kaur membuat program secara


terencana pemeriksaan khusus bagi karyawan/ personel setiap tahun.
2. Pelaksaanaan rikkes khusus dikoordinasikan dengan Kabid yanmed
bersama-sama dengan Kabid/Kasie/Ka Instal/Kabag/Ka Unit/Kasi/Kaur
terkait.

Internal :
Kabag umum/ kepegawaian, Kabid yanmed, Kabid jangmed, Ka Smf
Penyakit Dalam,Ka Smf Bedah, Ka Smf Obsgyn, Ka Smf Anak, Ka
Laboratorium, Ka Radiologi, Kanit Rikkes, Ka Polkar,Katim K3 RS
Bhayangkara TK. III LUMAJANG.
Eksternal :
1. Depnaker.
2. Depkes.

PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN/ PERSONEL


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

Pemeriksaan kesehatan karyawan/ personel secara berkala adalah


pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu secara periodik,
terhadap karyawan/ personel yang dilakukan oleh dokter yang berwenang.

TUJUAN

Untuk mempertahankan derajat kesehatan karyawan/ personel sesudah


berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha pencegahan, memonitor dan menjaga kualitas
jasmani dan rohani tenaga kerja sehingga dapat bekerja dengan nyaman
dan oprtimal.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

1. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
1. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan/ personel RS
Bhayangkara TK. III Lumajangdilakukan sekurang-kurangnya satu
tahun sekali.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap
dan laboratorium (darah lengkap, urine lengkap).
3. Pejabat terkait dan dokter yang ditunjuk wajib menyusun pedoman
pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut
jenis-jenis pekerjaan yang ada.
4. Pedoman pemeriksaan kesehatan berkala dikembangkan mengikuti
kemampuan RS Bhayangkara TK. III Lumajang dan kemajuan
kedokteran dalam Keselamatan Kerja.

PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN/ PERSONEL


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

5. Dalam hal ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan karyawan/


personel pada pemeriksaan berkala, petugas wajib mengadakan
follow up (tindak lanjut) untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut
dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan
dan kesehatan kerja.
6. Apabila diperlukan Ka RS Bhayangkara TK. III Lumajang dapat
menunjuk panitia khusus penyelenggara di luar Unit Rikkes untuk
membantu pemeriksaan.
7. Apabila dalam pemeriksaan kesehatan diketemukan penyakitpenyakit akibat kerja, maka penanggung jawab rikkes berkala
melaporkan kepada Ka RS Bhayangkara TK. III Lumajang dengan
tembusan Ka Tim K3RS dan Departemen terkait untuk segera
ditindaklanjuti.
8. Bagian Personalia, Unit Rikkes membuat program secara terencana
pemeriksaan berkala bagi karyawan/ personel di RS Bhayngkara TK.
III Lumajang

1. Kasubag renmin, Kabid yanmed, Kabid jangmed, , Ka Smf


Penyakit Dalam, Ka Smf Bedah, Ka Smf Obsgyn, Ka Smf Anak,
Ka Laboratorium, Ka Radiologi, Unit Dokpol, Ketua Tim K3 RS
Bhayngkara TK. III Lumajang
2. Seluruh karyawan/ personel.

PRAKTEK MENYUNTIK AMAN


No.
Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1/1

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

Praktek Menyuntik Aman adalah suatu tindakan insersi yang


dilakukan oleh dokter atau perawat kepada pasien dengan menjaga
keamanan pasien dan dokter atau perawat yang melakukan insersi

TUJUAN

1. Untuk mencegah kontamkinasi pada peralatan injeksi dan terapi


2. Untuk melindungi dokter atau perawat dalam melakukan insersi
agar tidak terjadi kecelakaan kerja
3. Untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit
dengan meningkatkan kewaspadaan standar.

KEBIJAKAN

Praktek menyuntik aman harus dilakukan oleh dokter dan perawat


yang mempunyai kompetensi

PROSEDUR

1. Lakukan kebersihan tangan


2. Gunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan sekali pakai yang
tidak steril)
3. Lakukan desinfeksi pada area insersi.
4. Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan dan terapi
5. Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose.
6. Tidak diperbolehkan menggunakan jarum atau spuit yang
dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose
karena dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat
menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.
7. Lakukan prinsip pemberian obat dengan 7 benar.
8. Lakukan insersi sesuai petunjuk pemberian (IM, IV, SC, IC)
9. Lakukan desinfeksi pada area setelah insersi
10. Tidak melakukan recaping dengan kedua tangan.
11. Lakukan recaping dengan tehnik one hand (satu tangan).
12. Buang spuit injeksi kedalam safety box oleh dokter atau perawat
yang melakukan insersi.
13. Lepas APD
14. Lakukan Kebersihan tangan
15. Lakukan pencatatan dokumentasi pada lembar daftar pemberian
terapi

PRAKTEK MENYUNTIK AMAN


No. Dokumen :

No. Revisi :

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.
5.

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Kamar Operasi
Intensive Care Unit

ETIKA BATUK

Halaman :
2 dari 2

No.
Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

Batuk adalah Mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan


dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap
iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan,debu, asap
dan sebagainya
Etika adalah Suatu norma atau aturan yang berlaku pada
masyarakat
Etika batuk adalah Cara penting untuk mengendalikan penyebaran
infeksi di sumbernya

TUJUAN

Agar tidak menularkan kepada orang sekitar


Mencegah terjadinya penyebaran virus di udara dan lingkungan
sekitarnya

KEBIJAKAN

Seluruh petugas di RS Bhayangkara TK. III Lumajang yaitu dokter,


perawat, petugas kebersihan (House Keeping), mahasiswa, petugas
gizi dan pengunjung/masyarakat sekitar harus mendapatkan
sosialisasi dan melaksanakan prosedur cara batuk yang aman
( Etika batuk ) sesuai SOP

PROSEDUR

Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus di


anjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan
pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan, yaitu dengan cara
:
1. Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue /
sapu tangan
2. atau lengan dalam baju
3. Segera buang tissue yang sudah di pakai ke dalam tempat
sampah
4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau
pencucitangan berbasis alkohol sesuai prosedur

ETIKA BATUK
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

5. Gunakan selalu masker bedah bila anda sedang batuk.


6. Tindakan penting ini harus selalu di lakukan untuk mengendalikan
sumber infeksi potensial

1.
2.
3.
4.
5.

Instalasi Rawat Inap


Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Kamar Operasi
Unit gizi

PROSEDUR TINDAKAN LUMBAL PUNKSI

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Lumbal Punksi adalah suatu pemeriksaan Liquo Cerebro Spinal (LCS)
untuk memperoleh informasi spesifik yang dapat mempercepat
diagnose, pengobatan atau menentukan pengobatan / kemajuan
penyakit.
Membantu penegakan diagnose dan mengetahui perkembangan
penyakit.
Prosedur pemeriksaan lumbal punksi dilakukan diruangan tindakan,
sesuai indikasi dan petugas menggunakan APD (masker, sarung tangan
steril) / sesuai prosedur.
Indikasi pemeriksaan lumbal punksi :
1. Diagnosa
a. Infeksi : Myelitis Encephalitis.
b. Tumor : Medula Spinalis.
2. Terapi : Intra Thekal.
3. Evaluasi : Penyakit Meningitis.

PROSEDUR

Langkah langkah :
1. Dokter dan perawat melakukan kebersihan tangan
2. Dokter dan perawat memakai APD (Masker dan Sarung tangan)
3. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
4. Pasien miring ke kiri, tarik garis lurus yang menghubungkan
Krista illiaca kiri dan kanan
5. Jarum Lumbal Punksi ditusukkan dititik ini / satu celah diatas,
satu celah dibawah
6. Lakukan tindakan aseptik atau desinfeksi lokasi tusukan dan area
sekitar tusukan.

PROSEDUR TINDAKAN LUMBAL PUNKSI

No. Dokumen
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi
0

Halaman
2 dari 2

PROSEDUR

7. Berikan injeksi obat anastesi secara intra kutan, subkutan


kedalam ligamentum intenspinalis kiri dan kanan tunggu
sekitar 2 menit
8. Lakukan penusukan jarum Lumbal Punksi pada media tegak
lurus
9. Setelah melewati ligamentum inten spinalis stilitel dicabut dan
diperhatikan kondisi cairan (jernih, keruh atau berdarah)
10. Apabila tidak ada cairan yang menetes, jarum ditusukkan
beberapa meli meter, lebih dalam dan di putar sedikit sampai
cairan menetes
11. Untuk mengukur Tekanan Intra Kranial (TIK) dipasang
manometer, ukur tinggi permukaan cairan (TIK adalah ukuran
tinggi tersebut dalam satuan centimeter air
12. Teteskan 3 (tiga) tetes cairan liquor kedalam tabung reagen
Nonne, dan dapat diliat adanya reaksi reagen tersebut
13. Selanjutnya teteskan 3 cc sampai 5 cc cairan liquor pada
botol steril untuk pemeriksaan sellen, protein, glucose dan
elektrolit untuk biakan kuan, kemudian kirim ke laboratorium
14. Tutup lukan dengan balutan dan plester
15. Setelah selesai tindakan, dokter dan perawat melepas APD
16. Dokter dan perawat melakukan kebersihan tangan.

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT

2. Instalasi Rawat Inap


3. Intensive Care Unit

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT


No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 5

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Ditetapkan Oleh :
KARUMKIT BHAYANGKARA
LUMAJANG

Tgl. Terbit :

dr.SRI HANDAYANI,MMRS
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP. 67100385
1. Surveilans Infeksi Rumah Sakit adalah suatu kegiatan pengamatan
yang sistematis, aktif, berkelanjutan, dan terus menerus terhadap
suatu kejadian penyebaran penyakit pada suatu populasi tertentu,
serta hal hal yang mempengaruhi terjadinya infeksi tersebut.
2. Surveilans Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah pengumpulan
data kejadian infeksi aliran darah akibat penggunaan alat intravaskuler
secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk
digunakan dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan
yang berhubungan dengan kesehatan yang didesiminasikan secara
berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.

PENGERTIAN

3. Surveilans Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah pengumpulan data


kejadian infeksi saluran kemih akibat penggunaan alat dower kateter
atau tindakan aseptik lain melalui saluran kemih secara sistematik,
analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam
perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan yang di desiminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukan.
4. Surveilans Ventilator Aquired Pneumonia (VAP) adalah
pengumpulan data kejadian infeksi pneumonia yang didapat lebih dari
48 jam setelah menggunakan ventilasi mekanik secara sistematik,
analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam
perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan yang didesiminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukan.

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

No. Dokumen
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
PENGERTIAN
5.

No. Revisi

Halaman
2 dari 5

Surveilans Hospital Aquired Pneumonia (HAP) adalah


pengumpulan data kejadian infeksi saluran napas bawah, mengenai
parenkim paru tidak diintubasi yang terjadi lebih dari 48 jam hari rawat

dan tidak dalam masa inkubasi secara sistematik, analisis dan


interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan
penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak
yang memerlukan.
6. Surveilans Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah pengumpulan data
kejadian infeksi akibat tindakan pembedahan yang dapat mengenai :
a. Superfisial (Superficial Incicional Site) : ILO yang terjadi 30 hari
setelah pembedahan, dan hanya mengenai kulit dan jaringan sub
kutan.
b. Profunda ( Deep Incicional) : ILO yang terjadi 30 hari setelah
tindakan pembedahan bila tidak ada implan atau infeksi terjadi
dalam satu tahun bila ada pemasangan implan, mengenai jaringan
lunak dalam dari tempat insisi (faskia dan otot).
c. Organ/rongga : ILO yang terjadi 30 hari pasca bedah tanpa implan
atau 1 tahun pasca bedah apabila terdapat implan, mengenai
semua organ yang dimanipulasi selama operasi kecuali jaringan
lunak superficial dan dalam.

KEBIJAKAN

1. Surveilans infeksi rumah sakit dilaksanakan oleh IPCN purna waktu


dan
IPCLN di setiap ruang perawatan atau ruangan lain yang
berisiko terhadap terjadinya infeksi dirumah sakit.
2. Surveilans dilakukan pada pasien yang dirawat atau mendapat
tindakan yang berisiko terjadinya infeksi rumah sakit.
3. Perlu dibentuk koordinator surveilans sesuai jenis dan parameter
infeksi (IADP, ISK, VAP dan HAP, serta ILO).
4. Dalam pelaksanaan surveilans ditentukan : what (jenis infeksi rumah
sakit), when (kapan terjadinya infeksi), where (tempat unit perawatan),
dan who (umur, jenis kelamin dan faktor resiko lain).

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman
3 dari 5

PROSEDUR

A. Surveilans IADP
Langkah langkah :
1.
Siapkan formulir surveilans dan alat tulis yang akan di
gunakan untuk mendata pasien yang akan di survei
2.
Tentukan ruangan yang akan disurvei
3.
Catat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain
dari pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans
4.
Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5.
Observasi tempat dan lokasi insersi Intra Vaskular
6.
Observasi adanya tanda tanda infeksi yang meliputi adanya
pembengkakan, kemerahan, panas area insersi, dan adanya rasa
nyeri.
7. Apabila ditemukan adanya tanda tanda infeksi tersebut segera
lakukan pemeriksaan kultur (darah atau ujung kateter infus)
8. Apabila hasil kultur positif dilaporkan ulang ke IPCO untuk
menentukan adanya IADP.
9. Dokumentasikan kejadian IADP yang ditemukan ke formulir
surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian,
dan Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.

B. Surveilans ISK
Langkah langkah :
1. Siapkan formulir surveilans, alat tulis yang akan di
gunakan
untuk mendata pasien yang akan di survei
2. Tentukan ruangan yang akan disurvei
3. Catat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain
dari pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans
4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5. Observasi tempat dan lokasi pemasangan dower kateter atau
tindakan aseptik lain
6. Observasi adanya tanda tanda infeksi yang meliputi
peningkatan suhu badan > 38C, anyang anyangan,
polakisuri, disuri, atau nyeri suprapubik, catat dan laporkan
pada IPCO untuk menetapkan apakah benar terjadi infeksi
saluran kemih.

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman
4 dari 5

7. Apabila ditemukan tanda tanda infeksi tersebut segera lakukan


pemeriksaan kultur urine dari selang kateter.
8. Apabila hasil kultur positif dilaporkan ulang ke IPCO untuk
menentukan adanya ISK.
9. Dokumentasikan kejadian IADP yang ditemukan ke formulir
surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian,
dan Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.
C.Surveilans VAP dan HAP

PROSEDUR

Langkah langkah :
1. Siapkan formulir surveilans, buku surveilans, alat tulis yang akan di
gunakan untuk mendata pasien yang akan di survei
2. Tentukan ruangan yang akan disurvei
3. Catat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain dari
pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans / buku
surveilans
4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5. Observasi adanya tanda tanda infeksi yang meliputi peningkatan
badan > 38C, produksi sputum banyak dan purulen, bunyi
pernapasan
menurun/ pekak, ronchi basah daerah paru,
adanya batuk, peningkatan leukosit (pemeriksaan hapus sputum
>25/LPK), atau hasil X-ray adanya infiltrat paru
6. Apabila ditemukan tanda tanda infeksi tersebut segera lakukan
pemeriksaan kultur sputum disekitar ETT (VAP), atau kultur sputum
melalui batuk efektif (HAP)
7. Apabila hasil kultur positif
dilaporkan ulang ke IPCO untuk
menentukan adanya VAP/HAP
8. Dokumentasikan kejadian VAP/HAP yang ditemukan ke formulir
surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian,
dan Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.
D.Surveilans ILO
Langkah langkah :
1. Siapkan formulir surveilans, alat tulis yang akan digunakan untuk
mendata pasien yang akan di survei
2. Tentukan ruangan yang akan disurvei
3. Catat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain dari
pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans
4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman
5 dari 5

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
5. Observasi adanya tanda tanda infeksi yang meliputi :
a. Superfisial : adanya nyeri / tenderness, bengkak lokal,
kemerahan atau panas, keluarnya cairan purulen dari area
insisi
b. Deep Insisional (insisional dalam) : keluarnya cairan purulen
dari jaringan lunak dalam dan bukan dari organ, ditemukan
abses, adanya peningkatan suhu tubuh >38 C, atau nyeri/
tenderness
c. Organ/rongga : adanya cairan purulen melalui stab wound
pada organ/ rongga dan abses
6. Apabila ditemukan tanda tanda infeksi tersebut segera lakukan
pemeriksaan kultur luka operasi dengan teknik aseptik
7. Apabila hasil kultur positif dilaporkan ulang ke IPCO untuk
menentukan adanya ILO
8. Dokumentasikan kejadian ILO yang ditemukan ke formulir

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

LAMPIRAN

17.
18.
19.
20.

Instalasi Rawat Inap


Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi kamar Operasi

1. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi di Rumah


Sakit
2. Formulir surveilans ( harian bulanan)
3. Lembar laporan infeksi nosokomial

PENCATATAN DAN PELAPORAN


SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

1. Pencatatan dan pelaporan adalah suatu kegiatan mencatat semua


data yang berkaitan dengan infeksi rumah sakit pada saat surveilans
pasien di ruangan, untuk selanjutnya di buat laporan, evaluasi dan
tindak lanjut
2. Pencatatan dan pelaporan hasil surveilans adalah catatan hasil
surveilans harian pada pasien yang di rawat di suatu ruangan dan
mendapat tindakan medis

1.
2.
3.

Sebagai dasar analisa, alat informasi dan komunikasi


Sebagai dokumentasi dan evaluasi
Sebagai sumber data untuk penelitian lebih lanjut

1. Di setiap unit perawatan wajib mengisi formulir surveilans infeksi rumah


sakit yang dimasukkan dalam Buku Status pasien.
2. IPCLN bertanggungjawab terhadap kelengkapan dan pengisian
formulir surveilans infeksi rumah sakit.
3. IPCLN berkoordinasi dengan IPCN dan IPCO dalam menentukan jenis
infeksi rumah sakit dan dilaporkan ke Tim PPIRS sebelum tanggal 5.
4. Dalam pelaksanaan tugasnya IPCLN dibawah pengawasan Kepala
Ruangan.
5. Tim PPIRS mengolah data laporan surveilan infeksi rumah sakit,
melaporkan ke Komite PPIRS untuk membuat rekomendasi kepada
pimpinan dan didistribusikan ke seluruh ruangan.
6. Untuk kelancaran operasional dan validitas hasil pelaporan surveilans
infeksi rumah sakit seorang IPCLN diwajibkan dinas efektif dalam shift
pagi.

PENCATATAN DAN PELAPORAN


SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

No. Dokumen

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

No. Revisi
0

Halaman
2 dari 2

1. Pencatatan data infeksi rumah sakit dilakukan oleh IPCLN di ruang


perawatan, meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, nomor
dokumen medik, nama ruangan, lokasi infeksi, tanggal infeksi, hasil
biakan, dan pola kerentanan antimikrobial. Data tambahan yang
diperlukan adalah nama dokter dan perawat yang menangani, jenis
tindakan infasif yang dilakukan sebelum terjadi infeksi dan antibiotik
yang diberikan.
2. Data hasil surveilans dikumpulkan ke Tim PPIRS setiap bulan paling
lambat pada tanggal 5, dan IPCN mengevaluasi kelengkapan
pengisian data yang dituangkan dalam formulir surveilans.
3. Tim PPIRS merekapitulasi kasus infeksi rumah sakit yang terjadi di
semua ruangan kemudian mengolah data yang dikumpulkan untuk
menjadi bahan laporan. Selanjutnya didiskusikan laporan kasus
infeksi yang telah ditemukan secara internal untuk dianalisa dan
evaluasi
4. Ketua Tim PPIRS mengirimkan hasil laporan kasus infeksi tersebut ke
Komite PPIRS, kemudian Komite PPIRS membuat saran, dan
rekomendasi ke pimpinan dan Komite Medik dalam bentuk laporan,
tabel, dan narasi setiap bulan.
5. Tim PPIRS mensosialisasikan dan mendistribusikan laporan bulanan
ke seluruh unit perawatan.
6. Setiap tiga bulan sekali laporan infeksi rumah sakit dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Provinsi Surabaya

UNIT TERKAIT
1.
2.
3.
4.

Instalasi Rawat Inap


Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi kamar Operasi

1.
LAMPIRAN

Buku pedoman manajerial pencegahan dan pengendalian infeksi


di rumah sakit dan fasilitas lainnya
2. Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
dan fasilitas lainnya
3. Formulir surveilans infeksi di Rumah sakit
4. Catatan Medik pasien.

TRANSPORT PASIEN INFEKSIUS

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 1

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

Transport pasien infeksius adalah proses pemindahan pasien yang


berisiko menularkan mikroorganisme infeksius melalui kontak langsung,
udara (droplet dan airborne), dan vehicle.

TUJUAN

Menghindari penularan langsung dan tidak langsung terhadap petugas,


pasien, pengunjung dan lingkungan sekitar.

KEBIJAKAN

Setiap melaksanakan pemindahan pasien infeksius harus memperhatikan


prinsip kewaspadaan standar berdasarkan transmisi.

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1. Batasi pemindahan pasien dilakukan bila perlu saja


2. Bila mikroba pasien virulen, tiga hal yang perlu diperhatikan :
a. Pasien diberikan APD (masker, gaun)
b. Petugas di informasikan sebelum pasien datang agar menerapkan
kewaspadaan standar.
c. Pasien diberi penjelasan pentingnya penggunaan APD agar tidak
terjadi transmisi kepada orang lain
3. Pasien yang didiagnosis menderita SARS atau Flu Burung
a. Pasien tidak dianjurkan meninggalkan tempat isolasi (kecuali
untuk pemeriksaan kesehatan penting)
b. Pindahkan pasien melalui alur yang dapat mengurangi
kemungkinan terpajannya staf, pasien lain atau pengunjung
c. Bila pasien dapat menggunakan masker bedah, petugas
kesehatan harus menggunakan gaun pelindung dan sarung
tangan. Bila pasien tidak dapat menggunakan masker, petugas
kesehatan harus menggunakan masker, gaun pelindung, dan
sarung tangan

1.
2.
3.
4.
5.

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Kamar Operasi
Ruang Isolasi

ISOLASI PASIEN

No. Dokumen :

No. Revisi :

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

Halaman :
1 dari 3

Ditetapkan Oleh :
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP.
67100385
Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan/penyebaran kuman
patogen dari sumber infeksi (petugas, pasien, karier, pengunjung) ke
orang lain.

1. Mencegah agar kasus nosokomial tidak menyebar.


2. Mengamankan dan melindungi karyawan rumah sakit dan masyarakat
dari bahaya nosokomial.
3. Menjamin mutu pelayanan rumah sakit.

1. Setiap pasien yang terindikasi isolasi harus masuk ruang isolasi.


2. Bagi petugas yang merawat pasien penyakit menular atau bertugas di
ruang isolasi sebaiknya kebal atau sudah mendapatkan vaksinasi
beberapa penyakit menular tertentu, misalnya Hepatitis, Flu burung,
dan penyakit menular infeksi lainnya

A. Pengunjung
Setiap pengunjung harus melapor kepada perawat jaga untuk
mendapatkan penjelasan mengenai isolasi yang berlaku untuk pasien.

PROSEDUR

B. Perawat Ruangan dan Pengunjung.


1. Cuci tangan harus dikerjakan sebelum dan sesudah masuk ruang
isolasi, menyentuh bagian tubuh pasien yang menular atau
menyentuh pakaian/ alat yang ada diruang isolasi.
2. Cuci tangan harus menggunakan antiseptik dengan air bersih yang
mengalir, jika secara kasat mata tangan kita kotor apabila tangan
tampak bersih cukup menggunakan handrubs..

ISOLASI PASIEN

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

3. Sarung tangan harus digunakan ketika : kontak langsung dengan


pasien atau bahan yang menular (bahan pemeriksaan
laboratorium, pakaian atau sprei bekas pakai), melakukan
prosedur medis yang bersifat invasif, dan saat manangani bahanbahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh
permukaan yang tercemar.
4. Masker di gunakan ketika kontak dengan pasien pada kondisi
(penyakit
menular lewat udara, luka terinfeksi misalnya :
MRSA).
5. Untuk pasien dengan penyakit menular melalui udara gunakan
masker khusus seperti : N 95, EU FFP 2 atau sejenis yanng
tersertifikasi U. S NIOSH.
6. Jika tidak memungkinkan penggunaan masker N.95 perlu
menggunakan Powered Air Purifying Respirator (PARP).
7. Gaun/apron hanya dipakai bagi mereka yang kontak langsung
dengan pasien atau bahan menular
8. Petugas kesehatan harus melepas gaun tersebut sebelum
meninggalkan ruangan/lingkungan pasien dan sebelum cuci
tangan.
9. Gunakan pelindung mata (goggles) apabila ada resiko kena
percikan darah dan cairan tubuh pasien.
10. Jika diperlukan gunakan pelindung kaki untuk melindungi kaki dari
cedera akibat benda tajan atau benda berat yang mungkin jatuh
secara tidak sengaja diatas kaki, atau resiko terkena cairan tubuh
dan darah.
C. Petugas Ruangan.
1. Untuk mempermudah pengunjung/petugas, maka dipintu ruang
isolasi dipasang label berwarna yang sesuai derajat penularan
penyakit yaitu :
a. Merah untuk isolasi ketat :yaitu pasien dengan penyakit sangat
menular (difteri, variola, kolorisasi MRSA).
b. Putih untuk isolasi proteksi : yaitu pasien dengan daya tahan
tubuh sangat menurun (agranulositosis).
c. Kuning untuk isolasi pasien hepatitis virus.
2. Selain itu ada label biru yang dipasang di tempat penampungan
bahan pemeriksaan laboratorium pasien penyakit menular, disertai
perkataan : AWAS BAHAN MENULAR.

ISOLASI PASIEN

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
3 dari 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

UNIT TERKAIT

LAMPIRAN

1.
2.
3.

Instalasi Rawat Inap


Instalasi Patologi Klinik/Mikrobiologi
Tim PPIRS

1. Pedoman Pencegahan & Pengendalian Infeksi Rumah Sakit


2. Buku Panduan Flu Burung

PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM


ATAU BENDA TAJAM

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 4

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Penatalaksanaan tertusuk jarum dan benda tajam adalah salah satu


upaya pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap petugas yang
tertusuk benda yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk,
memotong, melukai kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau,
skalpel, gunting, atau benang kawat.

Melindungi petugas kesehatan,mahasiswa, petugas


pengunjung dari perlukaan dan tertular penyakit seperti
hepatitis C dan HIV

kebersihan,
hepatitis B,

Setiap petugas kesehatan yaitu dokter, perawat, petugas


kebersihan(House Keeping),mahasiswa,dan pengunjung bila terjadi
kecelakaan tertusuk jarum bekas pakai dan benda tajam wajib
dilaporkan dan penanganannya harus sesuai prosedur yang sudah di
tetapkan

Prosedur penatalaksanaan tertusuk jarum bekas pakai dan benda


tajam:
1. Pertolongan Pertama
PROSEDUR

a.
b.

Jangan panik.
Penatalaksanaan lokasi terpapar :
1) Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air
mengalir
2) Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa
3) Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata.

PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM


ATAU BENDA TAJAM
No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 4

2. Penanganan Lanjutan :
a. Bila terjadi di luar jam kerja segera ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD) untuk penatalaksanaan selanjutnya
b. Bila terjadi di dalam jam kerja segera ke Poliklinik Penyakit Dalam
dengan membawa surat konsul dari dokter rungan unit kerja

PROSEDUR

3. Laporan dan Pendokumentasian:


a. Laporan meliputi: Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana
kejadian, bagian mana yang terkena, penyebab, jenis sumber
(darah, urine, faeces) dan jumlah sumber yang mencemari
(banyak/sedikit)
b. Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam
( pasien dengan riwayat sakit apa )
c. Tentukan status petugas yang terpapar : Apakah menderita
hepatitis B, apakah pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B,
apakah sedang hamil/menyusui
d. Jika tidak diketahui sumber paparannya. Petugas yang terpapar
diperiksa status HIV, HBV, HCV
e. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa
inkubasi tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila
diragukan dapat dilakukan konseling
f. Pemberian Propilaksis Pasca Pajanan :
1) Pasca Pajanan HIV :
a)
Apabila Status pasien HIV harus diberikan Prolaksis Pasca
Pajanan berupa obat ARV 4 jam setelah paparan , maksimal 48 -72 jam
diberikan selama 28 hari
b)
Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan.
2) Pasca Pajanan Hepatitis B
a)
Jika pernah vaksinasi periksa anti HBs
(1) Anti HBs (+), titer 10, lakukan Booster
(2) Anti HBs (+), Titer 10, lakukan observasi
b)
Jika belum pernah vaksinasi maka :
(1) Segera vaksinasi sesuai standar
(2) Cek HBsAg bulan ke 1, bulan ke 3, bulan ke 6
(3) Jika HbsAg (+), rujuk ke Gastrohepatologi Penyakit Dalam
untuk penanganan lebih lanjut.

PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM


ATAU BENDA TAJAM
No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
3 dari 4

3) Evaluasi pencemaran berdasarkan mode, rute, beratnya yang


terpapar :
a. Cairan resiko tinggi yang perlu diwaspadai dan dapat
menimbulkan pencemaran adalah darah, cairan sperma,
sekret vagina, cairan cerebro spinal
b. Cairan tubuh yang tidak menimbulkan pencemaran : urine,
sputum non purulen, ingus, air mata keringat, faeses
c. Evaluasi yang terpapar pasien terinfeksi hepatitis B dan
HIV, yang perlu di follow up, dengan indikasi :
(1) Tertusuk jarum
(2) Terpapar cairan tubuh pada mukosa
(3) Terpapar pada kulit yang tidak utuh/bekas luka
(4) Tepapar serangga yang bekas menggigit pasien dengan
kasus HIV,hepatitis B

PROSEDUR

4).Laporan

kejadian di lakukan oleh unit kerja tempat


terjadinya kecelakaan kepada K3RS dan Komite PPIRS

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Kamar Operasi
Intensive Care Unit
Cleaning Service

PENGENDALIAN KLB INFEKSI RUMAH SAKIT


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 3

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

1. Kejadian luar biasa (KLB) adalah terjadinya peningkatan jumlah


penderita penyakit tertentu atau kematian yang disebabkan oleh
penyakit tertentu di suatu tempat tertentu sebesar dua kali atau lebih
dibandingkan dengan kurun waktu sebelumnya atau sebelumnya tidak
ada kasus-kasus tersebut berhubungan secara epidemologis.
2. Surveilans infeksi rumah sakit adalah suatu kegiatan pengamatan yang
sistematis,
aktif dan terus menerus terhadap kejadian dan
penyebaran penyakit pada suatu
populasi serta kejadian/peristiwa
yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit tersebut.
3. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (Tim PPIRS),
terdiri dari
anggota multi disiplin di rumah sakit yang bertanggung
jawab penuh terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit.

TUJUAN

1. Mengurangi resiko terjadinya KLB infeksi rumah sakit pada pasien yang
dirawat petugas dan pengunjung RS Bhayangkara TK. III Lumajang.
2. Mengidentifikasi secara dini terjadinya KLB infeksi rumah sakit.
3. Tatalaksana apabila terjadi KLB infeksi rumah sakit.
4. Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut pola kuman yang ada di RS
Bhayangkara TK. III Lumajang
5. Menjamin mutu pelayanan rumah sakit.

KEBIJAKAN

1. Setiap petugas harus memakai alat pelindung diri sesuai dengan


kewaspadaan
isolasi.
2. Ruangan yang terjadi KLB harus didesinfeksi dan pasiennya harus
diisolasi.
3. Selama terjadi KLB Petugas Ruangan/Instalasi terkait, Kepala
Ruangan/Tim
pelaksana Ruangan tetap berkoordinasi secara intensif kepada Tim
Pencegahan
dan Pengendali Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).

PENGENDALIAN KLB INFEKSI RUMAH SAKIT


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 3

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
A Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
1. Menerima laporan dari IPCN/Ruangan/bahwa telah terjadi dugaan
KLB di ruangan.
2. Menginvestigasi lapangan untuk memastikan KLB.
3. Melaporkan kejadian tersebut kepada Ka Tim PPIRS, tembusan
Dirbinyanmed dan ruangan yang bersangkutan.
4. Mengadakan rapat khusus untuk mengevaluasi KLB dan
berkoordinasi dengan instalasi / unit / bagian yang terkait.
5. Apabila diperlukan mengusulkan kepada Ka Tim PPIRS untuk
mengisolasi ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang
dianggap tercemar infeksi.
B Infection Prevention Control Nurse (IPCN)
1. Mengidentifikasi secara dini adanya KLB di ruangan
2. Melaporkan ke PPIRS.
3. Berkoordinasi dengan Panitia Infeksi Rumah Sakit dan
Instalasi/ruangan yang bersangkutan dalam hal tatalaksana KLB.
4. Melakukan pemantauan secara khusus dan berkala agar tidak
terjadi KLB berulang.

PROSEDUR

C Perawat ruangan
Melaksanakan tindakan untuk mencegah infeksi rumah sakit dengan
cara :
1. Melakukan isolasi terhadap pasien.
- bila pasien dirawat bersama penderita lain, maka dipindahkan
ke kamar
isolasi.
- bila pasien dalam kamar 2 orang, maka yang sehat
dipindahkan dan kamar
tersebut menjadi kamar isolasi.
- bila pasien sendiri, kamar berubah menjadi isolasi.
2. Mengambil bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi
untuk dibiakkan dan antibiogram sampai ditemukan sumber
infeksi dan mengirim ke Instalasi Patologi klinik.
3. Memasang label biru di tempat penampungan bahan
pemeriksaan laboratorium pasien penyakit menular disertai tulisan
: AWAS BAHAN MENULAR.
4. Memisahkan linen yang dipakai pasien dalam kantong plastik
dengan
tanda/label tertentu (merah), dan mengirim ke Laundry
RS Bhayangkara TK. III Lumajang dengan menggunakan troly
linen kotor.
5. Mengumpulkan semua kotoran dari pasien, tinja/urine dan
membuang sesuai Prosedur biasa.

PENGENDALIAN KLB INFEKSI RUMAH SAKIT


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
3 dari 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

DOKUMEN TERKAIT

UNIT TERKAIT

6. Memisahkan semua alat bekas pakai yang habis pakai seperti


kassa dll kedalam wadah sampah medis yang berlapiskan kantong
kuning dan mengirim ke
Incenerator RS Bhayangkara TK.
III Lumajang untuk segera dimusnahkan.
7. Semua alat bekas pakai yang tidak habis pakai dimasukkan ke
dalam kantong
terpisah untuk dibawa dengan trolly tersendiri
untuk dicuci, di desinfeksi dan disterilkan di TSSU (Sterilisasi).
8. Selama pelaksanaan prosedur tetap berprinsip pada kaidah-kaidah
kewaspadaan standar.
D Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN) / Tim pelaksana
Ruangan.
1. Mencatat setiap kejadian infeksi nosokomial di ruangan sesuai
prosedur
Pelaksanaan Surveillans Infeksi nosokomial .
2. Mencatat data tambahan yang dibutuhkan untuk investigasi KLB
antara lain :
- Sumber penularan
- Cara penularan
- Aspek lain yang diperlukan untuk penanggulangan atau
memutuskan rantai
penularan
3. Melaksanakan ronde bersama IPCN untuk mencari adanya indikasi
sumber infeksi.
4. Berkoordinasi dengan seluruh personil di Unit kerjanya untuk
memberikan
klarifikasi-klarifikasi perihal yang terkait dengan
KLB pelaksanaan SOP secara benar.

1. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi di


Sakit
2. Formulir surveilans ( harian bulanan)
3. Lembar laporan infeksi nosokomial

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kepala RS Bhayangkara TK. III Lumajang beserta staff


Komite Medik
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Kamar Operasi
Instalasi Farmasi
Unit Gizi

Rumah

PENGAMBILAN SPESIMEN PADA DUGAAN INFEKSI AKIBAT


PEMASANGAN INFUS PADA CVL
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 3

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

Infeksi luka infus pada pasien terpasang CVL adalah Infeksi yang
terjadi pada tempat pemasangan infus dan timbul tanda- tanda radang
seperti : bengkak (tumor), kemerahan (rubor), panas setempat (calor), dan
rasa nyeri (dolor)
Pengambilan Specimen Pada dugaan pasien infeksi akibat
pemasangan infus Pada CVL adalah pengambilan specimen yang
dilakukan pada pasien yang terpasang infus via CVL dengan mengambil
sampel darah dan ujung kateter infus CVL untuk diperiksakan di
laboratorium.

TUJUAN

Untuk mendapatkan bahan spesimen darah dan potongan ujung kateter


pada pasien dengan infeksi aliran darah yang di duga berasal dari infeksi
luka infus pasien terpasang CVL

KEBIJAKAN

Setiap pasien yang di duga infeksi akibat pemasangan CVL harus


dilakukan pemeriksaan specimen pada kateter infus
Persiapan Alat :
Sampel darah : Sampel ujung kateter infus :

PROSEDUR

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alkohol 70%
Kapas
Sarung tangan steril
Spuit 5 cc
Media biakan darah
Untuk sample ujung kateter infus di gunakan media
Transport ( stuart )
Plester
Bengkok
A. Prosedur Pengambilan spesimen darah
1.
2.
3.
4.

Isi formulir permintaan pemeriksaan


Cuci tangan sesuai prosedur
Beri tahu pasien
Pilih dan kaji kondisi vena, pastikan vena yang di pilih tidak rusak.

PENGAMBILAN SPESIMEN PADA DUGAAN INFEKSI AKIBAT


PEMASANGAN INFUS PADA CVL
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 3

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
5. Pasang pengalas di bawah area vena yang di pilih
6. Pakai sarung tangan
7. Bersihkan area penusukan dengan alkohol 70% dengan area
melingkar dari dalam keluar
8. Desinfeksi dengan menggunakan larutan povidone iodine 10 % atau
chlorhexidine
9. Diamkan selama 2 menit
10. Bersihkan daerah tersebut dengan alkohol 70%, biarkan sampai
kering ( tidak boleh di tiup )
11. Lakukan pengambilan darah dengan mempertahankan kesterilan area
penusukan
12. Buka penutup botol media dan lakukan desinfeksi pada bagian karet
yang akan ditusuk
13. Masukkan darah ke botol media biakan dengan mempertahankan
tehnik aseptik
14. Segera campur darah yang ada di dalam botol media tersebut dengan
cara membolak balikkan
15. Tulis nama, ruangan, tanggal dan jam pengambilan pada botol media
16. Lepaskan sarung tangan
17. Lakukan cuci tangan sesuai dengan SOP
18. Segera kirim ke laboratorium
PROSEDUR

B. Prosedur Pengambilan Spesimen ujung kateter infus:


( di lakukan oleh 2 orang )
1. Isi formulir permintaan pemeriksaan
2. Cuci tangan sesuai prosedur
3. Beritahukan pasien
4. Pakai sarung tangan
5. Hentikan aliran infus
6. Bersihkan area penusukan infus dengan alkohol 70% dengan arah
melingkar dari dalam keluar
7. Diamkan sampai kering
8. Lakukan penarikan kateter infus, petugas kedua melakukan
penekanan daerah penusukan infus dengan menggunakan kapas
alkohol, kemudian di tekan dengan plester
9. Dengan menggunakan gunting steril, petugas pertama melakukan
pengguntingan
ujung kateter infus. Sedangkan petugas kedua
membuka media transport, menerima potongan ujung kateter tersebut
dan menutup kembali
10. Tuliskan nama, ruangan, tanggal dan jam pengambilan pada botol
media
11. Lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan sesuai SOP
13. Segera kirim ke laboratorium

PENGAMBILAN SPESIMEN PADA DUGAAN INFEKSI AKIBAT


PEMASANGAN INFUS PADA CVL
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
3 dari 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.

Sub Instalasi Reanimasi


Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan

KEWASPADAAN TERHADAP PASIEN DENGAN MRSA

No.
Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 4

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

1. MRSA (Methicillin Resisstant Staphylococcus Aureus) adalah


Staphylococcus aureus (S. aureus) yang resisten terhadap
penicillin sinetik (metisilin, sefalosporin, fafsilin dan oksasilin)
2. Organisme ini juga resisten terhadap antibiotik lain (eritromisin,
Klindamisin, aminoglikosida, kuinolon)
3. S. Aureus adalah bakteri gram positif yang tumbuh dalam
kelompok serupa anggur, sebagian besar S. Aureus sensitif
terhadap meticilin, sefalosporin, nafsilin dan oksasilin
4. Kolonisasi MRSA adalah adanya MRSA pada jaringan tanpa
timbulnya gejala manifestasi klinis penyakit atau infeksi, carrier
memiliki kolonisasi MRSA
5. Kewaspadaan standar adalah suatu sistem yang menggabungkan
baik teknik maupun langkah pencegahan yang digunakan oleh
para petugas kesehatan untuk menghindari infeksi akibat kontak
dengan semua cairan tubuh dan darah
1. Menjadi acuan perawatan dasar untuk pasien dengan MRSA
2. Mengendalikan penyebaran MRSA
Pasien terdeteksi dengan MRSA harus di laporkan dan di tangani
sesuai SOP yang berlaku

A. Prosedur :
3. Pasien di isolasi dengan menggunakan alat-alat medis tersendiri
4. Setiap petugas harus menggunakan alat pelindung diri seperti :
sarung tangan, gaun/baju pelindung dan masker bila menangani
pasien
5. Setiap petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan
antiseptik atau handrub setiap kali sebelum dan sesudah merawat
pasien

KEWASPADAAN TERHADAP PASIEN DENGAN MRSA


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 4

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
6.
7.

PROSEDUR

Pasien dengan kolonisasi MRSA tidak memerlukan antibiotik


Apabila terjadi infeksi sistemik, maka antibiotik pilihan adalah
vankomisin, yang diberikan secara intravena. Antibiotik pilihan lain
diantaranya teicoplanin dan linezolid
8.
Mencuci luka dengan chlorhexidine dan pergunakan dressing
yang berfungsi mengurangi kolonisasi (misalnya : cutisorb
sorbact)
9.
Selama 5 hari dan dilakukan kultur ulang setelah satu minggu
kemudian
10.
Sampah infeksius dibungkus dalam keadaan tertutup dan
dibuang ke dalam kantong plastik kuning
11.
Semua alat reuseable yang digunakan pasien harus dicuci dan
di desinfeksi atau disterilkan dengan sebaik-baiknya sebelum
digunakan bagi pasien lain
12.
Pembersihan lantai, meja, tempat tidur pasien dengan
desinfektan (klorin) dilakukan 2 x sehari untuk mengurangi
kepadatan bakteri
13.
Perawatan dirumah harus berdasarkan pertimbangan, klinik
dari dokter yang merawat
14.
Persiapan alat sesuai dengan SOP perawatan luka
Dilakukan skrining untuk pasien, petugas kesehatan yang kontak
langsung pada pasien MRSA
B. Untuk pasien dengan kolonisai MRSA pada saluran pernafasan
1

Cuci tangan pada air yang mengalir dengan menggunakan


cairan antiseptik jika secara kasat mata tangan kita kotor,
apabila tangan tampak bersih cukup menggunakan handrub
2 Menggunakan masker ketika akan melakukan suction
3 Menggunakan jubah pelindung hanya bila pencemaran pakaian
mungkin terjadi
4 Melakukan pencucian tangan yang benar dan menggunakan
sarung tangan saat menangani secret saluran nafas
beritahukan pasien
5 Pasang pengalas
6 Lakukan oral hygiene dengan NaCl 0.9%
7 Pakai sarung tangan
8 Desinfeksi daerah sekitar ETT dengan alkohol
9 Lakukan pengisapan sputum dengan mukosa ekstraktor
10 Lepaskan sarung tangan
11 Lakukan cuci tangan sesuai dengan SOP

KEWASPADAAN TERHADAP PASIEN DENGAN MRSA


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
3 dari 4

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

C. Untuk pasien dengan kolonisai MRSA pada saluran pernafasan


1 Cuci tangan pada air yang mengalir dengan menggunakan
cairan antiseptik jika secara kasat mata tangan kita kotor,
apabila tangan tampak bersih cukup menggunakan handrub
2
Menggunakan masker ketika akan melakukan suction
3
Menggunakan jubah pelindung hanya bila pencemaran
pakaian mungkin terjadi
4
Melakukan pencucian tangan yang benar dan menggunakan
sarung tangan saat menangani secret saluran nafas
beritahukan pasien
5
Pasang pengalas
6
Lakukan oral hygiene dengan NaCl 0.9%
7
Pakai sarung tangan
8
Desinfeksi daerah sekitar ETT dengan alkohol
9
Lakukan pengisapan sputum dengan mukosa ekstraktor
10 Lepaskan sarung tangan
11 Lakukan cuci tangan sesuai dengan SOP
D. Dokter
Memeriksa pasien
2. Memberi rekomendasi apakah perlu, pasien dirawat atau tidak
E. Petugas Instalasi Prosedur Makanan
1. Memberi makan pasien
2. Mencuci perlengkapan makan yang kotor
F. Petugas Laundry
Membungkus semua seprei yang kotor ditempat di ruang rawat
2. Membawa ke tempat laundry
3. Memakai alat proteksi
4. Melakukan sortir seorang yang tercemar parah oleh cairan
tubuh yang mungkin dapat menembus kantong pembungkus
sebaiknya diletakkan dalam kantong yang terbukti tidak bocor
5. Melakukan pencucian (seprei yang kotor tidak perlu dicuci
terpisah)
G. Petugas Sanitasi dan Lingkungan
Memakai alat proteksi
2. Meletakkan bahan-bahan yang terkontaminasi dalam kantong
yang tahan bocor dan diikat sebelum diletakkan di pembuangan
sampah
H. Semua Petugas melaporkan bila terjadi insiden kecelakaan pada
saat melakukan tugas

KEWASPADAAN TERHADAP PASIEN DENGAN MRSA

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
4 dari 4

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
UNIT TERKAIT

LAMPIRAN

Ruang Rawat dan tindakan, Unit Gizi, Laundry dan Kesling

3. Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
4. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas lainnya

PENEMPATAN PASIEN DENGAN


PENYAKITMENULAR ATAU SUSPEK

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Penempatan pasien dengan penyakit menular atau suspek adalah
menempatkan pasien dalam satu ruangan tersendiri (jika tidak tersedia)
kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah di dalam
ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasus yang
belum dikonfirmasi atau sedang didiagnosis (kohorting). Bila ditempatkan
dalam satu ruangan, jarak antara tempat tidur harus lebih dari dua meter
dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti
tirai atau sekat.
Menghindari penularan penyakit melalui kontak langsung, droplet,
airborne, dan vehicle.
Setiap pasien dengan penyakit menular atau suspek harus dilakukan
penempatan secara terpisah atau kohorting
1. Tempatkan pasien di ruangan terpisah bila terdapat kontaminasi luas
terhadap lingkungan (misalnya luka lebar dengan cairan keluar, diare,
perdarahan masif)

PROSEDUR

2. Kamar terpisah dengan pintu tertutup, diwaspadai transmisi melalui


udara ke kontak / sumber luka
(misalnya luka dengan infeksi kuman gram positif)
3. Kamar terpisah atau kohorting, ventilasi dibuang keluar dengan
exhoust ke area yang tidak dilalui orang
(misalnya kasus TBC)
4. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi
airborne luas(misalnya kasus varicella)
5.

Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan


(anak, gangguan mental)

6. Bila kamar terpisah tidak memungkinkan untuk difasilitasi, gunakan


sistem kohorting.
Kasus dilaporkan keruangan dengan telpon sebelumnya
PENEMPATAN PASIEN DENGAN
PENYAKITMENULAR ATAU SUSPEK

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dan 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
UNIT TERKAIT

1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat

PENGGUNAAN ALAT SINGLE USE REUSE

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Alat Single Use adalah alat medis dysposible yang dinyatakan oleh
pabrik untuk penggunaan sekali pakai.
Alat Re Usable adalah alat medis yang oleh rekomendasi pabrik dapat
digunakan kembali.
Alat single use - re use adalah alat medis single use yang akan
digunakan kembali oleh karena pertimbangan pengadaan sulit di dapat
dan harga yang mahal yang
diatur dalam kebijakan
Mengatur penggunaan alat single use yang akan digunakan kembali
dengan tetap memperhatikan keamanan pasien
Alat single use re use harus memperhatikan syarat syarat yang
direkomendasikan yaitu kondisi alat masih baik, tidak rusak, tidak cacat,
mudah di gunakan kembali.
1. Daftar Alat Medis Single Use - Re Use :
No
Nama Alat
Ruang
Penggunaan
1
1
2

PROSEDUR

3
4
5
6
7
8
9
10
11

2
Acromionizer Pul Radius
Incisor (Shaver)
Super Turbovac 90
(Arthrocare)
Aortic Root
Venous Canule
Aortic Canule
Aortic Punch
Biopsi Forcep EGI
Spuit BMP
Spuit Biopsy Sumsum
Tulang
Biopsi Forcep/Alligator
Bronchoscopy
Aspiration Biopsi Sheet
Bronchoscopy

4
IKO

5
1 (satu) kali re use

IKO

1 (satu) kali re use

IKO
IKO
IKO
IKO
PoliPeny.
Dalam
Hematologi
Hematologi

3 (tiga) kali re use


3 (tiga) kali re use
3 (tiga) kali re use
3 (tiga) kali re use
7 (tujuh) kali re use

Poliklinik Paru

7 (tujuh) kali re use

Poliklinik Paru

7 (tujuh) kali re use

7 (tujuh) kali re use


7 (tujuh) kali re use

PENGGUNAAN ALAT SINGLE USE REUSE

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 2

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

2. Prosedur sterilisasi Alat Single Use Re use :


a. Alat single use yang akan digunakan kembali harus di nilai oleh
user (operator), apakah masih memenuhi syarat, tidak berubah
bentuk, tidak berubah warna, tidak cacat dan mudah di gunakan
kembali.
b. Proses dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, pelabelan
sesuai SPO yang berlaku.
c. Dalam kemasan harus dicantumkan catatan penggunaan alat
yang berisi : kode, nama alat, nama penilai, tanggal sterilisasi,
penggunaan, nama dan tanda tangan petugas yang melakukan
sterilisasi.
d. Alat single use reuseable harus disimpan dalam tempat
tersendiri
e. Dilakukan pencatatan untuk evaluasi.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Instalasi Rawat Inap dan Rawat Jalan


Sub Instalasi Reanimasi
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi kamar Operasi
Intensive Care Unit
Komite PPIRS

PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN


INFEKSI SALURAN KEMIH
No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 3

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih dari
kandung kemih hingga ginjal dengan gejala : demam, anyang-anyangan,
disuri, nyeri supra publik.
Pengambilan specimen pada dugaan infeksi saluran kemih adalah
pengambilan sampel pada pasien yang terpasang kateter urin yang di
duga infeksi saluran kemih dengan tanda klinis yang muncul.

TUJUAN

Untuk mendapatkan bahan specimen urine pada pasien dengan infeksi


saluran kemih

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Setiap pasien yang terpasang kateter urin dan diduga infeksi saluran
kemih dengan tanda klinis yang jelas harus dilakukan pengambilan
specimen urine untuk diperiksakan dilaboratorium.
Persiapan Alat :
1. Lidocain 1% (untuk aspirasi supra publik).
2. Sarung tangan steril dan bersih.
3. Spuit 5 cc/10cc.
4. Media transport.
5. Plester.
6. Bengkok.
7. Set perawatan kateter steril.
8. Pengalas.
9. Alkohol 70%
10. Urin kolektor.
11. Cairan pembersih
12. Sampiran.
Prosedur :
1. Isi formulir permintaan pemeriksaan.
2. Cuci tangan pada air yang mengalir dengan menggunakan cairan
antiseptik jika secara kasat mata tangan kita kotor, apabila tangan tampak
bersih cukup menggunakan handsrub.
3. Beritahukan pasien.

PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN


INFEKSI SALURAN KEMIH
No. Dokumen :

No. Revisi :

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

Halaman :
2 dari 3

4. Atur posisi pasien dengan posisi litotomi dengan menjaga privacy


pasien.
5. Pasang pengalas.
6. Pakai sarung tangan bersih.
7. Lakukan perawatan perineum dengan prinsip bersih di mulai dari labia
mayora ke labio minora.
Untuk urine bersih posi tengah
Cara pengambilan : Pada Wanita.
1. Lepaskan celana dalam.
2. Duduk diatas kloset dengan kedua kaki terbuka lebar.
3. Labia mayora diregangkan dengan kedua jari dan di cuci dengan
sabun dan air
4. mengalir.
5. Sambil tetap meregangkan labia mayora pasien berkemih dan kurang
lebih 20 ml urine berikutnya dalam wadah yang steril, bersih, kering
dan bertutup ulir.
6. Segera kirim ke laboratorium.
Cara pengambilan : Pada pria
PROSEDUR

1.
2.
3.
4.

Cucilah glans penis dengan sabun dan bilas dengan air mengalir
Kurang lebih 20 ml urine pertama tidak ditampung
Selanjutnya tampung kurang lebih 20 ml urine berikutnya dalam wadah
yang steril, bersih, kering dan bertutup ulir

Cara pengambilan specimen aspirasi supra pubik


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dilakukan pada saat kandung kemih dalam keadaan penuh


Pasang sarung tangan steril
Kulit diatas kandung kemih didesinfektan
Lakukan penyuntikan anestesi sebanyak 1 ml larutan lidocain 1%.
Gunakan jarum No. 18G untuk mengambil 10 ml urine
Segera kirim ke laboratorium

Pada pasien yang terpasang urine kateter.


1. Pakai sarung tangan steril
2. Lakukan desinfeksi pada bagian karet sambungan antara kateter
dengan saluran penampung dengan alkohol 70%.
3. Lakukan pengambilan urine dipungsi jika sambungan/diaspirasi sedikit
mungkin ke uretra.

PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN


INFEKSI SALURAN KEMIH
No. Dokumen :

No. Revisi :

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

Halaman :
3 dari 3

4. Gunakan jarum No. 28 G untuk menusuk pada bagian karet


sambungan tersebut dan lakukan aspirasi.
Kantong Urine :

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1. Hanya digunakan untuk bayi.


2. Dengan memakai sarung tangan bersih cuci dengan sabun dan bilas
dengan air mengalir sekeliling alat kelamin bayi
3. Keringkan
4. Pakai sarung tangan steril
5. Tempelkan kantong urine/urine kolektor menutupi bagian luar alat
kelamin bayi, pertahankan tidak ada kebocoran.
6. Ketika bayi berkemih maka kantong urine akan terisi urine bayi.
7. Tuliskan nama, tanggal dan nama ruangan pasien dimedia transport.
8. Lepaskan sarung tangan.
9. Lakukan cuci tangan sesuai dengan SPO.
10. Isi formulir permintaan pemeriksaan.

1.
2.
3.
4.
5.

Sub Instalasi Anestesi &Reanimasi


Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Patologi klinik

PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN


INFEKSI LUKA OPERASI

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 3

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN
Infeksi Luka Operasi adalah infeksi yang terjadi pada daerah sayatan
operasi.
Pengambilan Specimen Pada dugaan Infeksi Luka Operasi adalah
Pengambilan specimen (bahan/sampel) dengan cara swab atau aspirasi
yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Dokter, Perawat, Analis
Kesehatan) pada dugaan infeksi luka operasi.

TUJUAN

Untuk mendapatkan specimen dalam menegakkan diagnosa infeksi pada


pasien setelah dilakukan operasi.

KEBIJAKAN
Setiap pasien yang diduga infeksi luka operasi harus dilakukan
pengambilan specimen untuk menegakkan diagnosa apakah pasien
termasuk katagori infeksi luka operasi atau tidak
PROSEDUR
A. Persiapan alat :
1. Alkohol 70%
2. Lidi kapas steril
3. Sarung tangn steril
4. Spuit.
5. Spons kapas.
6. Forsep
7. Media transport
8. Plester.
9. Nacl 0,9%
10. Bengkok
11. Kom steril
12. Set perawatan luka steril.

PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN


INFEKSI LUKA OPERASI
No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
PROSEDUR

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 3

B. Prosedur Apusan
Cuci tangan pada air yang mengalir dengan menggunakan cairan
antiseptik, jika secara kasat mata tangan kita kotor, apabila tangan
tampak bersih cukup menggunakan handsrub.
1. Beritahukan pasien.
2. Pakai masker dan sarung tangan steril
3. Dengan forsep ambil spons kapas, celupkan dalam larutan NaCl
0,9% dan cuci permlukaan luka sampai bebas dari eksudat.
4. Ambil lidi kapas steril dari bungkusnya dan tekan ujung lidi kapas
terlalu panjang, patahkan sebagian agar media transport dapat
ditutup.
5. Berikan balutan yang baru sesuai dengan kondisi luka.
6. Tuliskan nama. Tanggal dan nama ruangan pasien di media
transport.
7. Lepaskan sarung tangan dan masker.
8. Lakukan cuci tangan sesuai dengan SOP
9. Isi formulir permintaan pemeriksaan.
C. Prosedur Aspirasi.
1. Cuci tangan pada air yang mengalir dengan menggunakan cairan
antiseptik.
2. Memberitahukan pasien.
3. Pakai masker dan sarung tangan steril.
4. Ambil spons kapas dengan forseps, basahkan dengan alkohol 70%
dan dekontaminasi tepi luka, biarkan alkohol kering dan ulangi
tindakan dekontaminasi sekali lagi.
5. Tusukkan jarum ke daerah tepi luka yang sudah didekontaminasi
tersebut dan aspirasi bahan dari dalam luka.
6. Oleskan sebagian bahan pada lidi kapas steril dan masukkan lisi
kapas steril tersebut kedalam media transport, sisa bahan di
oleskan pada kaca obyek dan dibuat apusan dengan ujung jarum.
7. Beri balutan baru, sesuai dengan kondisi luka.
8. Lepaskan sarung tangan dan masker.
9. Cuci tangan sesuai dengan SOP
10. Isi formulir permintaan pemeriksaan

PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN


INFEKSI LUKA OPERASI

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
3 dari 3

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Catatan :

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1. Semua petugas kesehatan terutama perawat, petugas


laboratorium dapat mengimplementasikan cara pengambilan
sampel.
2. Specimen segera di kirim ke laboratorium, maksimal 1 jam tiba di
laboratorium.
3. Bila waktu pengiriman lebih dari l jam, maka specimen harus
dibawa dalam keadaan temperatur 2 8 C.
4. Bila terpaksa disimpan, maka specimen dapat disimpan pada
suhu 4 C.
5. Semua petugas kesehatan yang mengambil bahan specimen
harus melakukan cuci tangan sesuai SOP.
6. Bekerja dengan prinsip steril dan teknik tanpa sentuhan (No
Touch Teknik) pada waktu melakukan prosedur
7. Dilakukan oleh profesi (dokter, perawat yang terlatih)

1.
2.
3.
4.
5.

Sub Instalasi Reanimasi


Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Patologi klinik

PENGAMBILAN SPESIMEN PADA DUGAAN INFEKSI SALURAN


NAFAS BAWAH/TERPASANG VENTILATOR

No. Dokumen :

No. Revisi :

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

Halaman :
1 dari 2

Ditetapkan Oleh :
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI,M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP. 67100385

PENGERTIAN

Infeksi saluran nafas bawah adalah infeksi yang terjadi pada bronkus
hingga paru.
Pengambilan Spesimen Pada Dugaan Infeksi Saluran Nafas
bawah/Terpasang VAP adalah Pengambilan spesimen/sampel yang
dilakukan pada pasien yang terpasang ventilator/diduga infeksi saluran
nafas bawah yang diambil pada daerah bronkus hingga paru.

TUJUAN

Untuk mendapatkan bahan specimen sputum pada pasien dengan infeksi


saluran nafas bawah yang terpasang VAP

KEBIJAKAN

Setiap pasien yang terpasang ventilator/diduga infeksi saluran nafas


bawah harus dilakukan pengambilan sampel untuk penegakkan diagnosa
infeksi akibat pemakaian alat ventilator.

Persiapan alat :

PROSEDUR

1. Nacl 0,9%
2. Sarumg tangan steril
3. Spuit 5 cc/10 cc.
4. Media transport.
5. Plester.
6. Bengkok
7. Set ganti balutan steril
8. Pengalas
9. Alkohol 70%
10. Mukosa ekstaktor.
11. Kateter suction steril.

PENGAMBILAN SPESIMEN PADA DUGAAN INFEKSI SALURAN


NAFAS BAWAH/TERPASANG VENTILATOR
No. Dokumen :
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
2 dari 2

Langkah langkah :

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1. Cuci tangan pada air yang mengalir dengan menggunakan cairan


antiseptik.
2. Beritahukan pasien
3. Pasang pengalas
4. Lakukan oral higyene dengan Nacl 0,9%
5 Pakai sarung tangan steril
6. Desinfeksi daerah sekitar ETT dengan alkohol
7. Lakukan pengisapan sputum dengan mukosa ekstraktor
8. Tuliskan nama, tanggal dan nama ruangan pasien di media transport.
9. Lepaskan sarung tangan.
10. Lakukan cuci tangan sesuai dengan SOP
11. Isi formulir permintaan pemeriksaan

1. Intensive Care Unit


2. Patologi Klinik

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL


No.
Dokumen :
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
1/1

Ditetapkan Oleh :
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI,M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP. 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan


masyarakat yang penting. Antibiotik merupakan obat yang digunakan
pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Intensitas penggunaan
antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan
merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri
terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas,
juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat
tinggi.
Untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik secara bijak (prudent use
of antibiotics), perlu disusun Standar Prosedur Operasional (SPO)
Penggunaan Antibiotik. SPO Penggunaan Antibiotik ini diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan dalam menyusun kebijakan antibiotik bagi
rumah sakit.

1. Penggunaan antibiotik yang bijak untuk mengendalikan mikroba


resisten di rumah sakit.
2. Panduan dalam pengambilankeputusan penggunaan antibiotik.

Kebijakan Umum

KEBIJAKAN

1. Penggunaan antibiotik harus diatur kewenangannya untuk


meningkatkan penggunaan antibiotik yang rasional.
2. Pemberian antibiotik diawasi oleh Tim PPRA Rumah Sakit dan
selalu disesuaikan dengan pola kuman di Departemen atau
Instalasi terkait.
3. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Tim PPRA secara periodik
setiap 6 bulan dan dilaporkan kepada Kepala RS Bhayangkara
TK. III Lumajang.

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL

No. Dokumen
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi
0

Halaman
2 dari 4

Kebijakan Khusus
No

Lini

1.

Lini 1

2.

Lini 2

KEBIJAKAN

3.

PROSEDUR

Lini 3

Jenis AB
Amoksisilin
Eritromisin
Trimetropim
Sulfametoxazol
Ampicilin
Amoxiclav
Cefadroxil
Cefixime
Cefpodoxime Ceftriaxone
Cefotaxim
Ciprofloxacin
Gentamisin
Azitromisin
Ceftazidim
Ceftizoxime
Cefoperazon-Sulbactam
Amikasin
Levofloxacin
Meropenem

Lini 4

PJ
Dokter Umum

Dokter Umum
Dokter Spesialis

Dokter Spesialis
Dokter Spesialis IPCD

Dokter
Spesialis
IPCO / KIC
Berdasarkan klinis dan
kultur
Persetujuan Tim PPRA

1. Penggunaan antibiotik secara bijak adalah penggunaan antibiotik


dengan spektrum sempit , pada indikasi yang ketat dengan dosis yang
adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.
2. Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan
antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri
penyebabnya.
Indikasi antibiotik empiris :
Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik empiris berdasarkan :
a. Data epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang tersedia di
komunitas atau di rumah sakit setempat.
b. Kondisi klinis pasien.
c. Ketersediaan antibiotik.
PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL

No. Dokumen
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi

Halaman
3 dari 4

PROSEDUR

d. Kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam jaringan/organ


yang terinfeksi.
e. Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat
digunakan antibiotik kombinasi.
Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama
untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat
dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.
Lama pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 4872 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data
mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
Evaluasi dilakukan setelah pemberian antibiotik empiris.
3. Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah penggunaan
antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri
penyebab dan pola resistensinya.
Indikasi antibiotik definitif : sesuai dengan hasil mikrobiologi yang
menjadi penyebab infeksi.
Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama
untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat
dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral. Jika kondisi
pasien memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera
diganti dengan antibiotik per oral.
Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis
untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah
dikonfirmasi. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data
mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
4. Penggunaan antibiotik profilaksis bedah meliputi antibiotik profilaksis
atas indikasi operasi bersih dan bersih terkontaminasi. Antibiotik
profikasis diberikan sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi
dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Prinsip
penggunaan antibiotik profilaksis selain tepat dalam pemilihan jenis
juga mempertimbangkan konsentrasi antibiotik dalam jaringan saat
mulai dan selama operasi berlangsung.
Rute pemberian antibiotika profilaksis diberikan secara intravena dan
diberikan 30 menit sebelum dilakukan insisi kulit. Dosis
pemberian adalah dosis tunggal.

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL

No. Dokumen
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi
0

Halaman
4 dari 4

PROSEDUR

SUMBER PUSTAKA

UNIT TERKAIT

5. Pemberian antibiotik pada prosedur operasi terkontaminasi dan kotor


tergolong dalam pemberian antibiotik terapi sehingga tidak perlu
ditambahkan antibiotik profilaksis.
6. Penggunaan antibiotik kombinasi adalah pemberian antibiotik lebih dari
satu jenis untuk mengatasi infeksi. Menghindari penggunaan kombinasi
antibiotik untuk terapi empiris jangka lama.
7. Mempertimbangkan Farmakokinetik dan Farmakodinamik Antibiotik.
1. Permenkes RI No. 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman
Umum Penggunaan Antibiotik.
2. Permenkes RI No.8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.
1.
2.
3.
4.
5.

Instalasi Rawat Jalan


Instalasi Rawat Inap
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Kamar Operasi
Instalasi Farmasi

PENYIMPANAN PERALATAN MASAK DAN ALAT


MAKAN PASIEN
RS. BHAYANGKARA
TK.IIILUMAJANG

NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP
67100385
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan


peralatan masak dan alat makan pasien baik secara kualitas
maupun kuantitas di gudang alat serta pencatatan dan
pelaporannya.
Tersedianya peralatan siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat sesuai perencanaan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
7. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007
tentang pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
8. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993
tentang standar pelayanan rumah sakit dan standar
pelayanan medis.
9. Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Gizi.
10. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
PENYIMPANAN PERALATAN MASAK DAN ALAT MAKAN
PASIEN
NO.
NO. REVISI
HALAMAN
DOKUMEN
2/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

Rak bersusun, peralatan alat makan pasien dan peralatan


masak
Pemasak dan Petugas distribusi
1. Disimpan dalam ruang penyimpanan pada suhu ruangan.
2. Petugas gudang melakukan pengecekan suhu dan
pencatatan suhu secara berkala pada ruang penyimpanan
kering dengan menggunakan termometer.
3. Semua barang mempunyai label / kartu gudang
4. Peralatan disusun secara sistematis dan rapi
5. Gudang peralatan harus selalu bersih dan terhindar dari tikus,
cecak, dan binatang mengerat.

PERSONAL HYGINE JURU MASAK


NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PERALATAN
BIDANG

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

TANGGAL
TERBIT

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Prosesbelajaruntukmengembangkanpengertiandansikapyangposit
ifterhadappersonal
Hygiene
agaryang
bersangkutanmembentukdanmemilikikebiasaanhygieneyangbaik
dalamkehidupansehari-hari.
Menjadikancara-carahidupsehatsebagaikebiasaansehariharihygiene juru masak
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
13. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
14. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
15. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
16. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
17. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
18. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
19. Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.
20. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
Sabun cuci tangan, tisue.
Tenaga Pemasak

PERSONAL HYGINE JURU MASAK


NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
PROSEDUR

NO. REVISI

1. Personal hygiene meliputi:

HALAMAN
2/ 2

Mulut
: Harus dibersihkan setiap hari, setelah makan
terutama pada
pagi hari dan setelah makan malam.
Lidah
: Dibersihkan bila telah tampak kotor
Rambut : Dicuci setiap seminggu minimal 3 kali
Kuku
: Selalu dirapikan dan dipotong sekali seminggu
Tangan : Harus dicuci dengan sabun setelah memegang
makanan
Kaki
: Selalu bersih dan dicuci bila kotor
Pakaian : Tidak terlalu sempit/longgar dan jika basah
harus segera
diganti, pakaian kerja harus diganti secara rutin.
2. Pastikan personal hygiene dalam keadaan rapi setiap hari.
3. Cuci tangan sebelum bekerja atau menjamah makanan dan
setelah selesai memasak.

PENARIKAN ALAT MAKAN PASIEN


NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

TANGGAL
TERBIT

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PERALATAN
BIDANG

Suatu kegiatan pengambilan alat makan pasien oleh Petugas


Distribusi setelah 1 jam makanan diberikan kepada pasien.
1. Pasien langsung dapat mengkonsumsi makanan dalam
keadaan hangat.
2. Menghindari kehilangan alat makan.
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
23. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
24. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
25. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
26. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
27. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
28. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
29. Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.
30. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
Trolly, buku pencatatan
Petugas Distribusi

PENARIKAN ALAT MAKAN PASIEN


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
2/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
PROSEDUR
1. Setelah Petugas Distribusi mendistribusikan makanan ke
pasien, Petugas Distribusi menunggu sekitar1 jam dari

pendisribusian makanan
2. Petugas Distribusi kembali kekamar pasien sambil melihat
apakan makanan yang diberikan telah dikonsumsi apa
belum.
3. Apabila makanan telah habis dikonsumsi, alat makan pasien
di ambil dan dibawa ke dapur.
4. Apabila makanan pasien belum habis, Petugas Distribusi
meminta ijin kepada pasien untuk memindahkan sisa
makanan yang masih ingin dikonsumsi ke wadah makan
yang lain milik pribadi pasien.

PENYIMPANAN BARANG SELAIN MAKANAN


NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
TK.IIILUMAJANG

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

PERALATAN
PROSEDUR

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan
barang baik secara kualitas maupun kuantitas di gudang bahan
makanan kering serta pencatatan dan pelaporannya.
Tersedianya barang siap pakai dengan kualitas dan kuantitas
yang tepat sesuai perencanaan
31. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
32. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
33. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
34. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
35. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
36. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
37. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
38. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
39. Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.
40. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
Lemari atau Rak bersusun
Instalasi Gizi :
1. Disimpan dalam ruang penyimpanan yang sesuai dengan

PENYIMPANAN BARANG SELAIN MAKANAN


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
sifat dan suhu barang yaitu pada suhu ruangan.

HALAMAN
2 / 2

PROSEDUR

2. Petugas gudang melakukan pengecekan suhu dan pencatatan


suhu secara berkala pada ruang penyimpanan kering dengan
menggunakan termometer.
3. Semua barang mempunyai label / kartu gudang
4. Barang disusun sistematis menurut tanggal penerimaan dan
waktu pemakaian bahan makanan.
5. Semua barang disimpan dalam keadaan terbungkus, bertutup
dalam kemasan, kontainer, dan dalam rak-rak tertentu.
6. Dipisahkan letak barang yang berbau tajam dari bahan
makanan kering atau barang yang mudah menyerap bau.
7. Barang yang rusak atau tumpah segera dibuang dan
dibersihkan.
8. Gudang harus selalu bersih dan terhindar dari tikus, cecak,
dan binatang mengerat.
9. Gudang hanya dibuka pada waktu penyaluran saja.
10. Penyaluran barang menggunakan sistem FIFO (first in and
first out) yaitu bahan yang diterima dahulu dikeluarkan dahulu.

PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN


NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 3

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

TANGGAL
TERBIT

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah bahan
makanan yang memenuhi syarat diterima dari pihak rekananan,
kemudian dibawa ke ruang penyimpanan, gudang/ ruang
pendingin
2. Mempertahankan kondisi bahan makanan yang disimpan
3. Mencegah kerusakan/gangguan di lingkungannya
4. Melayani kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan
dengan kualitas dan waktu yang sesuai untuk unit yang
memerlukan
5. Persediaan bahan makanan dalam jumlah dan kualitas yang
cukup
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
7. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
8. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.

PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
2 / 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
9. Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.

KEBIJAKAN

PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

10. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang


Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
1. Ruang penyimpanan bahan kering
2. Ruang penyimpanan bahan basah
3. Kartu Stock
4. ATK
1. Petugas Gudang
1. Penyimpanan bahan makanan dipisahkan antara bahan
makanan basah dan bahan makanan kering
2. Prosedur penyimpanan bahan makanan basah adalah :
a. Merupakan bahan makanan yang masih segar seperti
daging, unggas, sayuran dan buah
b. Untuk daging, ikan atau unggas disimpan dengan suhu
antara(-5) -0C, Suhu ini dibutuhkan untuk menyimpan
daging ikan atau unggas tidak lebih dari tiga hari,
(penyimpanan dingin /Chilly).
c. Untuk penyimpanan daging dalam waktu yang lama
disimpan dalam suhu sekitar (-10)C, (penyimpanan suhu
beku /Freezer)
d. Pengecekan terhadap suhu harus dilakukan 2 kali sehari
dan pembersihan dilakukan setiap hari
e. Pencairan es pada lemari pendingin harus segera dilakukan
setelah terjadi pengerasan
f. Semua bahan makanan yang akan dimasukkan dalam
lemari pendingin harus dibungkus plastik atau kertas timah
g. Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras
bersama bahan makanan yang tidak berbau.
h. Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul
diperhatikan, khusus buah harus diperhatikan sifat/karakter
buah tersebut sebelum dimasukkan ke lemari pendinding
sebab ada jenis makanan tertentu yang tidak memerlukan
pendinginan
3. Prosedur penyimpanan bahan makanan kering adalah :
a. Merupakan bahan makanan yang sifatnya kering dan
memiliki daya simpan cukup lama seperti beras, gula,
tepung-tepungan, kacang hijau, minyak, kecap, makanan
dalam kaleng dan lain-lain
b. Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut
macam.golongan ataupun urutan pemakaian bahan
makanan

PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
3 / 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
c. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta
berbagai pembukuan dibagian penyimpanan bahan
makanan kering.

PROSEDUR

d. Semua bahan makanan terletak pada rak bertingkat,


makanan yang berbobot besar diatas rak yang cukup kuat,
15 cm dari lantai, 10 cm dari dinding,serta 50 cm dari langitlangit. Bahan makanan yang berat ini hendaknya disusun
berseling agar ada sirkulasi udara yang baik
e. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat yang
tertutup dan terbungkus rapat serta tidak berlubang.
f. Bahan makanan yang jatuh atau tumpah harus segera
dibersihkan.
g. Sampah dari kertas harus segera dibuang
h. Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar pada 1921 C.
i. Pembersihan ruangan 2 kali seminggu
j. Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya
dilakukan secara periodik dengan mempertimbangkan
keadaan ruangan
k. Semua lubang yang ada digudang harus berkasa.
4. Bahan makanan yang rusak atau tumpah segera dibuang dan
dibersihkan.
5. Gudang basah dan kering harus selalu bersih dan terhindar
dari tikus, cecak, dan binatang mengerat.
6. Gudang hanya dibuka pada waktu penyaluran saja.
Penyaluran bahan makanan basah dan kering menggunakan
sistem FIFO (first in and first out) yaitubahan yang diterima dahulu
dikeluarkan dahulu.

DISTRIBUSI MAKANAN
NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
porsi dan jenis makanan penderita yang dilayani (makanan biasa
maupun makanan khusus)
Tersedianya makanan untuk pasien rawat inap sesuai ketentuan
diet dan jumlah kebutuhan pasien
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
2. KeputusanMenkes
RI
Nomor
270/Menkes/SK/III/2007
tentangpedomanmanajerialrumahsakitdanfasilitaspelayananke
sehatanlainnya.
3. KeputusanMenkes
RI
Nomor
436/Menkes/SK/VI/1993
tentangstandarpelayananrumahsakitdanstandarpelayananmedi
s.
4. KeputusanMenkes
RI
Nomor
374/Menkes/SK/III/2007
tentangStandarProfesiGizi.
5. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene SanitasiJasaBoga.
Trolly, buku atau form pemesanan diet dan ATK

PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

Unit Instalasi gizi, Unit IRNA i, II, III, IV, ICU, RR


1. Caradistribusimakanandirumahsakitadalahdenganprosessentra
lisasi,dimanaproses
sentralisasimakanantiappasienlangsungdibagikanpadatiapalat
makanpasiendipusatpenyelenggaramakanan(instalasigizi).
2. Petugaspemorsianmenatamakanansesuaiidentitaspasien dan
jenisdiet.
3. Alat saji yang digunakan adalah:
- Kelas Utama, Kelas I & II : Menggunakan Piring, Mangkok,
Piring dari keramik, sendok dari stenlis steel dan ditutup
plastik wrap

DISTRIBUSI MAKANAN
NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO. REVISI

HALAMAN
2/ 2

Kelas III : Menggunakan Piring, Mangkok, Pising dari glass


danmelamin dan sendok stenlis steel.
Makanandidistribusikankeruangrawatinapolehpetugasdistribusi
sesuaijammakanpasien. Untukmakanpagipukul 07.00 WIB.
Untukmakansiangpukul 12.00 WIB. Untukmakan sore pukul
16.00 WIB. Dan Untuk snack pagi pasien Kelas Utama, I dan II
didistribusikan pukul 09.00 WIB.
Petugas distribusi bersama ahli gizi melakukan pengecekan
ulang kecocokan identitas dan diet pada label diet dan buku
makanan serta jumlah porsi sebelum makanan di tata dalam
trolly.
Petugas distribusi menata makanan kedalam trolly dan
memastikan makanan telah ditata dengan rapi dan aman.
Makanan pasien dibawa ke ruang perawatan dalam trolly
khusus makanan siap saji.
Petugas distribusi menanyakan identitas setiap pasien rawat
inap atau dengan melihat gelang pasien yang sesuai pada label
dan buku makanan dan apabila sesuai maka makanan tersebut
dapat diberikan kepada pasien yang bersangkutan.
Petugas distribusi memberi tanda contreng pada buku diet
pasien sebagai tanda pasien tersebut sudah diberi makanan
dari rumah sakit
Petugas distribusi mengecek kembali apakah seluruh pasien
seudah diberikan makanan sesuai dietnya dan memeriksa
setiap ruangan apakah ada ob (orang baru) atau tidak, jika ada
segera melapor pada ahli gizi/ perawat untuk menanyakan
dietnya dan segera memberikan makanan sesuai dietnya.
-

4.

5.

PROSEDUR

6.
7.

8.
9.

PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

Serangkaiankegiatandalamprosespengadaanmakanandirumah
sakityangberkaitandengan prosesmengubah atau memasak
bahan makanan mentah menjadi makanan
1. Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan
2. Meningkatkan nilai cerna
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, tekstur,
dan penampilan makanan (kualitas makanan)
4. Bebas dari bahan potensial dan zat yang berbahaya bagi
tubuh
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
6. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
7. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007
tentang pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
8. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993
tentang standar pelayanan rumah sakit dan standar
pelayanan medis.
Peralatan memasak
Tenaga Pemasak
1. Pemasakan makanan dilakukan dengan berbagai cara
seperti membakar, merebus, menggoreng, mengetim,
menyemur, mengukus atau mengkombinasi cara- cara
tersebut diatas.
2. Dalam proses pemasakan perlu memperhatikan standar
kualitas seperti penampilan (warna, tekstur, porsi, bentuk
bahan makanan, dan pengaturan) dan rasa (suhu, bumbu,
kerenyahan, keempukan, aroma, dan tingkat kematangan.
3. Petugas
pengolahan
menerima
rekapan
jumlah
permintaan diet dari ahli gizi.

PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN


NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
PROSEDUR

NO. REVISI

HALAMAN
2 / 3

4. Petugas pengolahan melaksanakan pengolahan sesuai


dengan petunjuk dalam standar resep, siklus menu, dan
jumlah permintaan diet.
5. Pengolahan makanan pokok:
- Pada pengolahan nasi, beras yang sudah dicuci kemudian
dimasukkan dalamrice cooker. ukuran airnya kita celupkan
jari telunjuk kita sampai satu ruas jari telunjuk tergantung
keadaan beras.
- Pada pengolahan bubur, beras dimasukkan dalam panci
besar. 1 gelas beras kita beri air 2000cc kita masak sampai
matang dan berbentuk bubur.
- Bubur halus dibuat dari tepung beras. Proses pengolahan
bubur halus yaitu terdiri dari tepung beras yang diencerkan
dan ditambahkan garam, kemudian diaduk- aduk hingga
matang.
6. Pengolahan lauk hewani:
- Pengolahan lauk hewani disesuaikan dengan menu pada
hari tersebut dan standart resep yang ada
- Pemasakan lauk hewani dipisahkan antara lauk untuk
pasien tanpa diet dengan pasien pasien dengan diet khusus
seperti RG (rendah garam)
- Pada proses pemasakan daging sapi perlu memperhatikan
sifat dan macam daging yang digunakan, pada umumnya
pemasakan membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam, tapi
khusus untuk daging bagian
- paha dan bokong diperlukan waktu 1-2 jam.
- Pemasakan daging unggas memerlukan waktu sekitar 1-2
jam dengan suhu 150 - 163 C.
- Proses pemasakan ikan relative singkat yaitu sekitar 10-25
menit, tetapi sebelum dilakukan proses pemasakan perlu
direndam dalam air cuka atau air jeruk nipis dan garam
untuk mengurangi bau amis.
- Pemasakan telur memerlukan waktu 2- 13 menit tergantung
tebalnya lapisan kulit telur
7. Pengolahan lauk nabati
- Pengolahan lauk nabati disesuaikan dengan menu pada
hari tersebut dan standart resep yang ada.
- Pemasakan lauk nabati dipisahkan antara lauk untuk
pasien tanpa diet dengan pasien pasien dengan diet khusus
seperti RG (rendah garam)
- Kacangkacangansebelumdiolahlebihlanjutperludilakukanperendam
anselama6-24jamagarproses
pemasakandapatdipercepat,sedangkanbahan
makananhasilolahankacang-kacanganmasihdiperlukan
waktupemasakan-1 jam.
8. Pengolahan sayur:
- Pengolahan sayuran disesuaikan dengan menu.
- Sayur di blanching (perebusan pada air mendidih selama
10-15 menit) agar sayuran cepat matang tetapi warna
sayuran masih tetap dan tidak berubah.
- Pengolahan sayuran dilakukan dengan cara menumis
dengan minyak atau merebus dengan banyak air dengan
memperhatikan lama waktu pemasakan.

PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
3 / 3

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
-

sayuran hijau sebaiknya dimasak dalam air mendidih, dalam


jumlah cairan yang cukup, tempat tertutup, sehingga
dihasilkan warna sayuran yang hijau.
- sayuran kuning yang mengandung banyak karotin perlu
sangat diperhatikan lama waktu pemasakannya, sayuran
merah yang banyak mengandung antocyanin harus
dimasak sendiri menggunakan sedikit cairan dengan waktu
dan suhu yang tepat, sedangkan untuk sayuran yang
berbau kuat dimasak dalam tempat terbuka agar bau yang
keras dapat berkurang dan menguap
9. Makanan yang telah matang ditempatkan pada
kontainer/panci tertutup yang telah disiapkan
10. Melaporkan hasil pemasakan kepada ahli gizi.
11. Menyajikan/menyalurkan makanan matang ke petugas
pemorsian
12. Makanan yang telah matang tidak boleh lebih dari 2 jam
pada suhu ruang. Makanan matang cepat busuk disimpan
pada suhu panas 65,50 C atau lebih atau disimpan pada
suhu dingin 40 C atau kurang.
13. Makanan yang telah matang apabila akan digunakan dalam
waktu lebih dari 2 jam (makanan siap makan / ready to eat)
harus segera disimpan pada lemari pendingin dengan
ketentuan untuk bahan makanan terolah yang tidak cepat
busuk pada suhu 100 C, untuk yang cepat busuk bila akan
digunakan >6 jam maka disimpan pada suhu -50 C s.d -10 C
dan dihangatkan kembali ketika akan disajikan

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 1

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Serangkaian perlengkapan yang wajib dikenakan oleh penjamah
makanan yang memasuki wilayah produksi makanan (dapur).
Menghindari terjadinya infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
7. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.

KEBIJAKAN

8. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang


standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
9. Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.

PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

10. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang


Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
Tutup kepala, Celemek, Sarung tangan, Masker, Alas kaki
Tenaga Pemasak dan petugas distribusi
1. Penjamah makanan atau masyarakat rumah sakit yang akan
memasuki dapur wajib berganti pakaian dan mengenakan APD
bersih di tempat yang telah disediakan
2. Pakaian seragam, sepatu, dan tas disimpan di loker yang telah
disediakan.
3. APD yang perlu digunakan adalah :
a. Tutup kepala
b. Celemek
c. Sarung tangan
d. Masker
e. Alas kaki
4. APD hanya boleh dikenakan di dalam wilayah dapur
5. APD yang telah dipakai (APD kotor) diletakkan ditempat linen
kotor untuk dibawa ke unit Laundry.

PEMBERSIHAN RUANG DAPUR


NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 1

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

TANGGAL
TERBIT

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Kegiatan membersihkan dapur yang bertujun agar dapur
selalu dalam keadaan rapi dan bersih
1. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

KEBIJAKAN

Dilakukan satu bulan sekali padaminggu pertama

PERALATAN

Alat Kebersihan (Sapu, Kain Pel, Kain Lap,Sabun dll)

BIDANG

PROSEDUR

Instalasi Gizi
1. Membersihkan semua alat alat masak yang lama tidak
terpakai maupun yang sering terpakai
2. Membersihkan kompor, tempat pencucian piring dan
tempat pencucian bahan makanan
3. Membersihkan bagian plafon (sawang)
4. Membersihkan kulkas dan tempat penyimpanan bahan
makanan kering, bahan makanan yang sudah tidak layak
digunakan dikeluarkan dari tempat penyimpanan.
5. Membersihkan meja persiapan, meja penyajian dan lantai.

PENERIMAAN BAHAN MAKANAN


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Suatu proses kegiatan memeriksa, meneliti, mencatat,
memutuskan dan melaporkan waktu penerimaan makanan,
macam, dan jumlah serta spesifikasi barang menurut

TUJUAN

KEBIJAKAN

PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

permintaan/pesanan pembeli.
Diterimanya pesanan barang dalam macam, jumlah, serta
spesifikasi yang disepakati sesuai dengan waktu permintaan
pesanan.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
7. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
8. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.
ATK, form pemesanan, kalkulator
Tenaga Pemasak
1. Supplier meletakkan semua bahan makanan yang
sudah dipesan pemasak di hari sebelumnya di tempat
penerimaan
2. Petugas pemasak/penerimaan mengecek bahan
makanan yang datang, dengan memeriksa hal-hal
sebagai berikut:

PENERIMAAN BAHAN MAKANAN


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
2/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
-

PROSEDUR

Kualitas barang sesuai spesifikasi


Kuantitas
barang
berdasarkan
jumlah
faktur
pembelian/catatan
pemesanan
dengan
cara
menimbang
3. Jika ada barang yang tidak sesuai spesifikasi maka
petugas berhak mengembalikan barang kepada
supplier.
Petugas/ahli gizi mecocokkan dan jika sesuai maka menghitung
total harga pembelian lalu membayar supplier dengan
memberikan catatan pemesanan untuk besok yang sudah ditulis
petugas sebelumnya

PEMBERSIHAN GUDANG KERING


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

Pembersihan gudang kering merupakan suatu kegiatan yang


meliputi pembersihan rak-rak penyimpanan bahan makanan
dan lantai gudang penyimpanan

TUJUAN

Gudang selalu layak, bersih, rapi, dan bebas tikus, cicak dan
hewan pengerat

KEBIJAKAN

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit.
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
3 Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
4 Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
5 Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
7 Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
8 Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang

standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.


9 Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.
10 Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasa Boga.

PEMBERSIHAN GUDANG KERING


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
2/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

Sapu, kemoceng, kain lap


Petugas Distribusi
1. Bahan makanan dikeluarkan dari gudang penyimpanan
2. Rak dibersihkan dari sisa bahan makanan dan lantai
disapu
3. Rak dibersihkan dan lantai disikat dengan menggunakan
kain lap dan lantai disapu lalu dipel sampai bersih dan
kering
4. Setelah bersih masukkan kembali bahan makanan yang
telah dikeluarkan

PEMBERSIHAN GUDANG BASAH


NO.
DOKUMEN
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

Pembersihan gudang basah merupakan suatu kegiatan yang


meliputi pembersihan rak-rak penyimpanan bahan makanan
dalam refrigerator dan freezer dan lantai gudang penyimpanan.

TUJUAN

Gudang selalu layak, bersih, rapi, bebas bau, dan bebas tikus,
cecak dan hewan pengerat serta mempunyai suhu dan
kelembaban yang sesuai standar

KEBIJAKAN

11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit.
12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
13 Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
14 Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
15 Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
16 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
17 Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
18 Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
19 Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.

PEMBERSIHAN GUDANG BASAH


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
2/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG
PERALATAN
BIDANG
PROSEDUR

Kain lap
PetugasDistribusi
1. Bahan makanan dikeluarkan dari gudang
penyimpanan. Khusus bahan makanan yang
terdapat di freezer maka dikeluarkan dan
dipindahkan sementara ke dalam refrigerator
2. Cairkan bunga-bunga es yang terdapat pada
freezer
3. freezer dibersihkan dari sisa bahan makanan dan
lantai disapu
4. Siapkan larutan sabun yang dicampur dengan air

5. Freezer dibersihkan dan digosok dengan lap basah


yang dicelup air sabun lalu digosok mengunakan air
biasa
6. Bersihkan freezer menggunakan lap kering hingga
kering
7. Setelah bersih masukkan kembali bahan makanan
yang telah dikeluarkan
8. Selanjutnya keluarkan bahan makanan yang
berada di refrigerator
9. Rak refrig dibersihkan dari sisa bahan makanan
dan lantai disapu
10. Siapkan larutan sabun yang dicampur dengan air
11. Refrigerator dibersihkan dan digosok dengan lap
basah yang dicelup air sabun lalu digosok
mengunakan air biasa
12. Bersihkan Refrigerator menggunakan lap kering
hingga kering
13. Setelah bersih masukkan kembali bahan makanan
yang telah dikeluarkan

PEMBERSIHAN ALAT MAKAN PASIEN MENULAR


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

TANGGAL
TERBIT

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Suatu kegiatan pembersihan yang meliputi pembersihan
peralatan dari sisa makanan, perendaman, pencucian dan
pengeringan peralatan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
Pencucian seluruh peralatan makan pasien menular dengan
cara manual mendapatkan hasil yang bersih, kering, dan bebas
dari mikroba patogen
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

Sabun cuci piring, dan alat alat makan pasien


Petugas Distribusi
1. Alat-alat seperti piring, gelas dan sebagainya dibersihkan
dari sisa makanan maupun minuman dengan cara
menyikat atau menuang ke tempat sampah. Setiap
prosedur pembersihan sisa makanan, petugas diwajibkan
menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sarung
tangan karet (latex gloves)
2. Pencucian peralatan makan pasien di tempat khusus
pencucian alat makan pasien
3. Siapkan bak pencucian khusus peralatan makan pasien
menular yang diisi dengan larutan disinfektan (klorin) 50
ppm 1 tutup botol bayklin (klorin 5%)

PEMBERSIHAN ALAT MAKAN PASIEN MENULAR


NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
2/ 2

RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

PENGERTIAN

4. Kelompokkan alat-alat yang akan dicuci sesuai dengan


jenisnya
5. Rendam alat-alat tersebut pada bak disinfektan yang telah
disediakan selama 2 menit
6. Satu-persatu alat tersebut digosok/disikat dengan sabun
cuci dan bilas hingga bersih
7. Rendam alat makan yang sudah dicuci bersih dengan air
panas 800 s.d 1000 C selama 3 menit angkat dan tiriskan
sampai kering
8. Periksa kembali apakah masih ada alat yang kurang
bersih, retak atau pecah. Jika ada alat makan yang kurang
bersih maka lakukan ulang prosedur pencucian. Jika ada
alat yang retak atau pecah maka segera
disisihkan/dibuang.
9. Simpan dengan teratur pada tempatnya masing-masing

KEBIJAKAN

PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

Kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Sabun cuci piring, dan alat-alat masak
Tenaga Pemasak
1. Pencucian peralatan masak di tempat khusus pencucian
peralatan masak
2. Bersihkan sisa masakan dan buang di tempat sampah
3. Alat yang sudah bersih dari sisa makanan digosok/disikat
dengan sabun cuci dan bilas hingga bersih
4. Angkat dan keringkan (tiriskan)
5. Periksa kembali apakah masih ada alat yang kurang
bersih, retak atau pecah. Jika ada alat masak yang kurang
bersih maka lakukan ulang prosedur pencucian. Jika ada
alat
yang
retak
atau
pecah
maka
segera
disisihkan/dibuang.
6. Simpan dengan teratur pada tempatnya masing-masing

PEMBERSIHAN PERALATAN MAKAN PASIEN UMUM


DENGAN METODE PENCUCIAN MANUAL
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

NO.
DOKUMEN

TANGGAL
TERBIT

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 1

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA TK.III LUMAJANG

dr. SRI HANDAYANI, MMRS


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

Suatu kegiatan pembersihan yang meliputi pembersihan


peralatan dari sisa makanan, perendaman, pencucian dan
pengeringan peralatan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan

TUJUAN

Pencucian seluruh peralatan makan pasien dengan cara manual


mendapatkan hasil yang bersih, kering, dan bebas dari mikroba
patogen
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.

KEBIJAKAN

3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga


Kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

PERALATAN
BIDANG

PROSEDUR

Sabun cuci piring, dan alat alat makan pasien


Petugas Distribusi
1. Alat-alat seperti piring, gelas dan sebagainya dibersihkan
dari sisa makanan maupun minuman dengan cara
menyikat atau menuang ke tempat sampah. Setiap

PEMBERSIHAN PERALATAN MAKAN PASIEN UMUM


DENGAN METODE PENCUCIAN MANUAL
RS. BHAYANGKARA
LUMAJANG

NO.
DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN
1/ 1

PROSEDUR
prosedur pembersihan sisa makanan, petugas diwajibkan
menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sarung
tangan karet (latex gloves)

2. Pencucian peralatan makan pasien di tempat khusus


pencucian alat makan pasien
3. Satu-persatu alat tersebut digosok/disikat dengan sabun
cuci dan bilas hingga bersih
4. Periksa kembali apakah masih ada alat yang kurang
bersih, retak atau pecah. Jika ada alat makan yang kurang
bersih maka lakukan ulang prosedur pencucian. Jika ada
alat
yang
retak
atau
pecah
maka
segera
disisihkan/dibuang.
5. Simpan dengan teratur pada tempatnya masing-masing

CSSD
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 1

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan sterilisasi di


rumah sakit
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi di rumah sakit
3. Untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial yang
diakibatkan alat medik dan linen yang tidak steril.
. Pelayanan Kamar steril selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien
1. Pelayanan Sterilisasi
Unit sterilisasi melayani proses sterilisasi semua unit yang
membutuhkan. Pelayanan sterilisasi meliputi pengambilan
bahan non steril di ruangan-ruangan, proses sterilisasi dan
distribusi barang steril ke ruangan.
a. Perencanaan
Pelayanan dilakukan dalam satu shif sehingga setiap
ruangan harus membuat perencanaan jumlah instrumen
sebelumnya untuk mencukupi kebutuhan pelayanan di
ruangan masing-masing.
b. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan proses untuk mengurangi
jumlah pencemar mikroorganisme atau substansi lain
yang berbahaya sehingga aman untuk proses
selanjutnya. Dekontaminasi ini bertujuan untuk
melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan

c.

d.

e.

benda-benda
yang
sudah
terkontaminasi
mikroorganisme penyebab penyakit.
Peralatan pakai ulang ( re-useabe ) yang sudah
terkontaminasi harus ditangani, dikumpulkan dan
dibawa ke ruang dekontaminasi sedemikian rupa
sehingga menghindari kontaminasi terhadap pasien,
pekerja dan fasilitas lainnya.
Untuk proses dekontaminasi perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Peralatan pakai ulang dipisahkan dari alat-alat yang
bersih dan dari limbah/ buangan di tempat
pemakaian oleh pekerja.
2) Pemisahan terhadap benda-benda tajam dalam
wadah yang tidak tembus.
3) Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam
kantong tertutup dan segera dibawa ke ruang
dekontaminasi untuk menghindari kontaminasi
selama proses transportasi dan menghindari
kotoran
yang
mengering
sehingga
sukar
dibersihkan.
4) Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak terbuka dapat
langsung disteril ulang untuk selanjutnya didistribusi
ke ruangan.
5) Petugas
harus
menggunakan
APD
untuk
menghindari cipratan, atau tumpahan selama
proses dekontaminasi
Dekontaminasi dilakukan dengan perendaman bahan
atau instrumen dalam cairan dekontaminan. Lama
perendaman disesuaikan dengan jenis alat dan bahan
yang didekontaminasi.
Dekontaminasi di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
dilakukan di CSSD.
Pencucian
Semua alat-alat yang dipakai ulang harus dicuci hingga
benar-benar bersih sebelum didesinfeksi atau
disterilkan. Hal ini karena uap sterilisasi atau gas tidak
dapat menembus alat bila masih dilapisi kotoran, protein
atau lemak.
Untuk memulai pembersihan, alat-alat harus :
1) Diperhatikan pelepasan sambungan bila merupakan
alat rakitan
2) Disortir berdasarkan metode pembersihan
3) Bahan-bahan pencuci harus memperhatikan
kesesuaian dengan bahan, alat dan metode
pencucian. Sebaiknya mengikuti rekomendasi
produsen pembuat alat sehingga pencuci dapat
menghilangkan residu kotoran organik tanpa
merusak alat.
Pencucian merupakan satu rangkaian dengan
dekontaminasi sehingga masih dilakukan di masingmasing ruang perawatan. Pencucian dilakukan dengan
teknik manual dengan pembilasan dengan air mengalir.
Pengeringan
Pengeringan merupakan penghilangan sisa-sisa air dari
alat yang telah melalui proses pencucian. Pengeringan
untuk instrumen tidak berlumen dilakukan dengan lap
bersih tidak berserat pada seluruh bagian sehingga
tidak menggores alat. Sedangkan untuk alat berlumen
pengeringan dibantu dengan menggantung alat pada
posisi tegak tanpa lekukan.
Pengemasan
Pengemasan adalah proses untuk membungkus,
mengemas, menampung alat-alat yang dipakai ulang

f.

g.

h.

dalam sterilisasi sampai pada saat penyimpanan dan


pemakaian. Pengemasan bertujuan untuk keamanan
dan efektifitas perawatan alat dan bahan yang
disterilisasi.
Hal - hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan
antara lain :
1) Sterilan harus dapat menembus bahan yang
disterilisasi
2) Pengemas harus dapat menjaga sterilitas isinya
hingga kemasan dibuka
3) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil
tanpa menyebabkan kontaminasi
Pelabelan
Pelabelan merupakan pemberian identitas pada alat
atau bahan yang disterilkan. Pelabelan berisi identitas
kepemilikan dan no batch serta masa kadaluwarsa.
Pelabelan
ini
dimaksudkan
untuk
identifikasi
kepemilikan alat dan bahan dari masing-masing
ruangan sehingga menghindari tertukar. No. Batch
sterilisasi dan masa kadaluwarsa dimaksudkan untuk
memudahkan penelusuran apabila terjadi penarikan alat
dan bahan yang diketahui tidak steril di kemudian hari.
Serah terima
Serah terima barang non steril dan steril dilakukan
dalam dua gelombang yaitu:
1) Gelombang I : penyetoran alat-alat jam 08.00 10.00 dan distribusi barang steril jam 12.00-13.00
2) Gelombang II : penyetoran alat-alat jam 12.00
-13.00 dan distribusi barang steril jam 15.00
Sterilisasi
Metoda sterilisasi yang digunakan di Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri adalah sterilisasi panas kering dan
sterilisasi panas basah.
1) Sterilisasi panas kering
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui
mekanisme konduksi panas, dimana panas akan
diabsorbsi oleh permukaan luar dari alat yang
disterilkan lalu merambat ke bagian dalam
permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi
tercapai. Sterilisasi panas kering digunakan untuk
alat-alat atau bahan dimana steam tidak dapat
berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan
terbuat dari kaca.
Sterilisasi panas kering membutuhkan suhu yang
sangat tinggi sehingga tidak cocok untuk bahan dari
karet dan beberapa jenis kain. Oleh karena itu
sterilisasi panas kering hanya digunakan untuk
kondisi yang mendesak.
Petunjuk Teknis pemakaian alat harus tersedia di
alat tersebut.
2) Sterilisasi panas basah
Proses sterilisasi panas basah merupakan sterilisasi
dengan menggunakan uap panas. Uap dapat
membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan
koagulasi sel protein secara irreversible. Proses
sebelum sterilisasi ( pre sterilisasi ) juga
menentukan keberhasilan sterilisasi.
Mesin sterilisasi uap ada 2 macam :
a) Mesin Sterilisasi uap tipe gravitasi, dimana
udara dikeluarkan dari chamber berdasarkan
gravitasi
b) Mesin sterilisasi tipe prevakum, dimana udara
dikeluarkan dari chamber oleh suatu pompa
vakum. Pada proses sterilisasi prevakum

biasanya waktu sterilisasi lebih cepat karena


efikasi dan kecepatan pengeluaran udara
berlangsung dengan baik.
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
saat ini
menggunakan mesin sterilisasi uap tipe gravitasi.
Pada sterilisasi uap, teknik penataan barang dalam
mesin ikut menentukan keberhasilan proses
sterilisasi. Penataan barang yang benar akan
memudahkan proses pengosongan udara dari
chamber, memudahkan uap untuk berpenetrasi ke
dalam kemasan dan akan mencegah terbentuknya
kondensat berlebihan yang dapat menyebabkan
terjadinya kemasan basah. Pengisian chamber
mesin dengan barang sebaiknya 75% dari kapasitas
chamber.
Pengeluaran barang-barang dari chamber mesin
harus menunggu sampai semua uap keluar dari
chamber dan barang-barang steril sudah mengalami
proses pendinginan. Untuk mencegah masuknya
lembab (dapat membawa mikroorganime) ke dalam
kemasan, barang-barang steril hanya boleh
ditangani setelah mengalami pendinginan secara
sempurna. Pada saat proses pendinginan barang
steril tidak boleh diletakkan pada permukaan logam
karena akan terjadi kondensasi
pada barang
sehingga terjadi rekontaminasi. Barang steril harus
disimpan dalam rak kawat sampai dingin.
i. Penyimpanan
Penyimpanan pada unit sterilisai dilakukan sebelum
barang steril didistribusikan ke ruangan. Barang steril
disimpan dalam rak kawat ( tray ) sampai barang
didistribusikan. Penyimpanan di ruangan dilakukan pada
tempat yang jauh dari lalu lintas karyawan dan pasien
dengan suhu yang terkontrol.
j. Distribusi.
Pendistribusian alat dan bahan steril dilakukan diambil
oleh ruangan masingmasing sesuai dengan jumlah
yang disetorkan pada waktu yang telah ditentukan
k. Pemakaian
Sebelum pemakaian harus dipastikan barang-barang
steril tidak mengalami kerusakan kemasan dan tidak
melewati masa kadaluwarsa. Untuk identifikasi
penggunaan instrument dan untuk memudahkan
penelusuran harus dilakukan pengarsipan No batch
instrumen yang digunakan pada status pasien.
l. Administrasi dan Pelaporan
Merupakan proses pendataan dan pelaporan kegiatan
pelayanan sterilisasi.
m. Adapun data yang dokumentasikan antara lain :
1) Jenis instrumen dan bahan yang disterilkan
2) Penggunaan dan kapasitas sterilisasi setiap mesin
3) Proses serah terima instrumen / bahan non steril
dan steril dengan ruangan
4) Catatan monitoring mutu
Data dan laporan tersebut untuk evaluasi kinerja serta
sebagai gambaran aktivitas dan beban kerja di sterilisasi.
Sementara masih memakai sarung tangan setelah melakukan
pembedahan atau tindakan medis invasif, seorang dokter
dan/atau asistennya harus membuang benda-benda yang
terkontaminasi (kasa atau katun dan barang terbuang lainnya)
dalam kantong plastik atau wadah tertutup yang tahan bocor.
Selanjutnya, benda- benda tajam yang akan dibuang
(umpamanya skalpel dan jarum jahit) harus ditempatkan di
wadah barang tajam. Jika ada peralatan atau barang yang

akan dipakai kembali seperti sarung tangan bedah, semprit,


dan kanula hisap, baik yang telah dipakai maupun belum
sewaktu pembedahan, haruslah di (precleaning/prabilas)
dengan detergen, enzymatic terlebih dahulu. Langkah mi
sangat penting, terutama jika peralatan atau barang tersebut
akan dibersihkan dengan tangan (Nystrom 1981). Setelah
di(precleaning/prabilas), peralatan dan barang yang akan
dipakai kembali haruslah dibersihkan dengan air mengalir,
kemudian dibilas lalu dikeringkan. Peralatan bedah dan
barang-barang yang akan bersentuhan dengan darah atau
jaringan steril dibawah kulit lainnya (critical items), harus
disterilisasi untuk menghancurkan semua mikroorganisme,
termasuk endospora bakterial. (Apabila sterilisasi tidak
mungkin dilakukan atau alatnya tidak ada, maka dapat
dilakukan DTT dengan dididihkan, diuapkan atau direndam
dalam larutan disinfektan kimiawi yang merupakan satusatunya alternatif yang dianjurkan). Peralatan atau barangbarang lain yang hanya menyentuh selaput lendir atau kulit
luaryang terluka (semicritical items), cukup dilakukan disinfeksi
tingkat tinggi (DTT).

Pre-Cleaning (Pembersihan Awal)


Menggunakan deterjen atau enzymatic, sikat
( Petugas dengan APD sesuai )

Sterilisasi (Peralatan kritis) Pembersihan


Masuk dalam pembuluh darah/jaringan tubuh

(Cuci bersih dan triskan)


DISINFEKSI

Disinfeksi Tingkat Tinggi


Disinfeksi Tingkat Rendah
(Peralatan semi kritikal)
( Peralatan non kritikal )
Masuk dalam mucosa tubuh
Hanya pada permukaan tubuh yang
darah/jaringan tubuh
Endotracheal tube, NGT

Direbus

Tensi meter, Termometer

Kimiawi
Bersihkan dengan air steril dan keringkan

Gambar 4-7. Alur Pemrosesan Peralatan Pasien


Perhatian:
1. Formaldehide alcohol tidak direkomendasikan sebagai sterilan
kimia atau DTT karena bersifat iritasi dan toksik.
2. Fenol 3% dan lodophor tidak boleh untuk DTT karena tidak
dapat mematikan spora bakteria, MTB dan jamur.
3. Isopropil alkohol tidak boleh untuk D karena tidak bisa
mematikan spora bakteria dan virus hidrophilik.
4. Waktu ekspos untuk DTT berubah dan 10 30 menit menjadi >

12 menit.
5. Jangan melakukan disinfeksi fogging di area keperawatan.
Tiga Tingkat Proses Disinfeksi
1. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : mematikan kuman dalam waktu
20 menit - 12 jam akan mematikan semua mikroba kecuali
spora bakteri.
2. Disinfeksi Tingkat Sedang (DTS) : dapat mematikan mikro
bakteria vegetatif hampir semua virus, hampir semua jamur,
tetapi tidak bisa mematikan spora bakteria.
3. Disinfeksi Tingkat Rendah (DTR) : dapat mematikan hampir
semua bakteria vegetatif, beberapa jamur, beberapa virus
dalam waktu < 10 menit.

UNIT TERKAIT

4. Semua Petugas Departemen


5. Unit CSSD
6. Tim PPIRS

PENGAWASAN PERALATAN KADALUARSA


No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman :
1 dari 1
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Proses pengawasan dan pengendalian terhadap kualitas alat kesehatan


agar tidak sampai kadaluarsa.
Sebagai acuan agar alat kesehatan yang ada di RS Bhayangkara
Lumajang terjamin mutunya, tidak mengalami kerusakan dan lewat
tanggal kadaluarsanya.

Instalasi Farmasi menjamin kualitas alat kesehatan yang ada di RS


Bhayangkara Lumajang
1.Petugas dari masing-masing bagian RS Bhayangkara Lumajang yang
memakai alat kesehatan melakukan pemeriksaan fisik jumlah dan
tanggal kadaluarsa alat kesehatan setiap minggu.
2. Jika di ditemukan ada alat kesehatan yang rusak, akan kadaluarsa atau
tidak pernah dipakai lagi, maka alat kesehatan tersebut dikumpulkan ke
Gudang Instalasi Farmasi RS Bhayangkara Lumajang.
3. Petugas Gudang Instalasi Farmasi RS Bhayangkara Lumajang akan
mengembalikan obat/alat kesehatan yang rusak, kadaluarsa atau tidak
pernah dipakai lagi, ke Gudang
Instalasi Farmasi RS Bhayangkara Lumajang.
4. Petugas Bagian Gudang Instalasi Farmasi RS Bhayangkara Lumajang

PROSEDUR

menerima & memeriksa alat kesehatan.


5. Jika pemeriksaan terhadap alat kesehatan rusak, akan kadaluarsa atau
tidak pernah dipakai lagi benar, Petugas Gudang Instalasi Farmasi RS
Bhayangkara Lumajang akan memilih dan memisahkan alat kesehatan
tersebut, apakah akan dimusnahkan atau dikembalikan ke Supplier.
6. Jika alat kesehatan di Gudang Instalasi Farmasi RS Bhayangkara
Lumajang, bisa dikembalikan ke supplier, maka Petugas Bagian
Gudang Instalasi Farmasi RS Bhayangkara Lumajang mengembalikan
alat kesehatan sesuai dengan ketentuan yang ada.
7. Jika alat kesehatan di Gudang Instalasi Farmasi RS Bhayangkara
Lumajang yang rusak, kadaluarsa atau tidak pernah dipakai, tidak bisa
dikembalikan ke supplier, maka alat kesehatan tersebut dimasukkan ke
lokasi rusak atau expired oleh Petugas Gudang Instalasi Farmasi RS
Bhayangkara Lumajang.

1. Intalasi Farmasi
2. Bagian Gudang Farmasi
UNIT TERKAIT

3. Penunjang Medis
4. Bagian Keperawatan

PAMULARASAN JENAZAH PASIEN MENULAR


No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman :
1 dari 1
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

1. Jenazah adalah manusia juga yang berhak mendapatkan


penghormatan terakhir setelah saat kematiannya
2. Setiap kasus dengan kematian dengan resiko bahaya penularan yang
tinggi mendapat perlakuan khusus dalam penangannya
Setiap petugas yang bersinggungan dengan pasien atau dengan jenazah
kasus penyakit menular, wajib menggunakan Alat Pelindung Diri
( Universal Precaution)

Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah dalam menangani


jenazah dengan penyakit menular
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Setiap petugas yang menangani jenazah wajib mengikuti standar yang


berlaku
UNIVERSAL PRECAUTION ( ALAT PELINDUNG DIRI )
1. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu Cuci tangan
sebelum memakai sarung tangan
2. Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD)
a. Baju bedah sekali pakai
b. Sarung tangan karet yang panjang (sampai siku)
c. Memakai sepatu boot sampai lutut
d. Pelindung wajah (masker dan kacamata)
e. Apron atau celemek yang kedap air
ALAT YANG DIBUTUHKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kain bersih penutup jenazah


Klem dan gunting
Plester kedap air
Kapas, Kasa absorben dan pembalut
Kantong jenazah kedap air
Wadah bahan infeksius
Wadah barang berharga milik jenazah

Brankar jenazah

PROSEDUR DI RUANG RAWAT


1. Mencuci tangan
2. Pemakaian APD petugas dan semua orang yang terlibat
pemulasaraan ( Keluarga )
a. Melepas selang infuse dan lain loain kemudian buang pada
wadah tempat sampah infeksius
b. Bekas luka di plester kedap air
c. Lepaskan pakaian, tampung pada wadah khusus
3. Untuk me3nutup anus letakan kasa pembalut pada perineum
dilekatkan dengan plester kedap air, Letakan jenazah pada posisi
terlentang
4. Letakan handuk kecil di belakang kepala, handuk untuk menampung
bila ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya
Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup telinga dan mulut
dengan kapas/kasa
5. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain bersih untuk
disaksikan oleh keluarga
Pasang label identitas pada kaki
6. Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah penderita
penyakit menular
Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
ALUR JENAZAH KE KAMAR JENAZAH
1. Petugas kamar jenazah menyiapkan kereta jenazah khusus dan
perlengkapan yang diperlukan dan membawa keruang jenazah
2. Petugas instalasi Sterilisasi dan Sanitasi datang ke ruangan tersebut
untuk membawa bahan habis pakai yang dipergunakan untuk
membersihkan jenazah serta melakukan desinfeksi ruangan dan
membantu petugas kamar jenazah memindahkan jenazah pada
kereta jenazah.
Petugas kereta jenajah dengan kereta jenazah khusus, membawa jenazah
ke instalasi pemulasaraan jenazah dilengkapi surat kematian ditanda
tangani dokter/dokter jaga ruangan
PERALATAN PEMULASARAAN

1. Universal Precaution ( pakaian bedah sekali pakai, Aprron plastic,


sarung tangan dua lapis, sepatu boot serta masker ) disediakan
berdasarkan petugas kamar jenazah yang terlibat
2. Campuran larutan khlorin, 1 botol kloprin dengan ukuran 1 liter
dicampur dengan 9 liter air untuk menjadikan larutan klorin 1 : 10
3. Ember dilapisi plastic bertuliskan sampah infeksius ( 3 buah )
a. Ember berisi larutan klorin untuk merendam pakaian jenazah
yang telah dipakai
b. Ember berisi larutan klhlorin untuk memandikan jenazah
c. Ember berisi larutan khlorin untuk merendam alat dan bahan
habis pakai ( kapas dan kasa )
4. Toples ( 1 buah )
Berisi larutan khlorin untuk merendam kapas yang akan digunakan
PELAKSANAAN PEMULASARAAN
1. Petugas kamar jenazah mencuci tangan terlebih dahulu kemudian
memakai peralatan Universal Precaution
a. Baju bedah sekali pakai
b. 2 lapis sarung tangan
c. Masker
d. Sepatu boot
e. Kaca mata pelindung
f. Larutan khlorin disediakan dalam # ember dan ! toples yang berisi
kapas
g. Pakaian jenazah dilepas kemudian direndam dalam ember berisi
larutan khlorin selama 30 menit
h. Jenazah diletakan dimeja jenazah
i. Rongga mulut, telinga, hidung, serta dubur dibersihkan dan disumbat
dengan kapas yang telah direndam dalam larutan khlorin
j. Menggunakan pinset yang telah disediakan
Jika terdapat darah atau cairan

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.
5.

Rawat inap
IGD
Kamar Jenazah
Kesling
Loundry

PAMULASARAAN JENAZAH

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 1

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

1. Jenazah adalah manusia juga yang berhak mendapatkan


penghormatan terakhir setelah saat kematiannya
2. Setiap kasus dengan kematian dengan resiko bahaya penularan yang
tinggi mendapat perlakuan khusus dalam penangannya
Setiap petugas yang bersinggungan dengan pasien atau dengan jenazah
kasus penyakit menular, wajib menggunakan Alat Pelindung Diri
( Universal Precaution)
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah dalam menangani
jenazah dengan penyakit menular

KEBIJAKAN

Setiap petugas yang menangani jenazah wajib mengikuti standar yang


berlaku

PROSEDUR

UNIVERSAL PRECAUTION ( ALAT PELINDUNG DIRI )


3. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu Cuci tangan
sebelum memakai sarung tangan
4. Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD)
a. Baju bedah sekali pakai
b. Sarung tangan karet yang panjang (sampai siku)
c. Memakai sepatu boot sampai lutut
d. Pelindung wajah (masker dan kacamata)
e. Apron atau celemek yang kedap air
ALAT YANG DIBUTUHKAN
8. Kain bersih penutup jenazah
9. Klem dan gunting
10. Plester kedap air
11. Kapas, Kasa absorben dan pembalut
12. Kantong jenazah kedap air
13. Wadah bahan infeksius
14. Wadah barang berharga milik jenazah
Brankar jenazah
PROSEDUR DI RUANG RAWAT
7. Mencuci tangan
8. Pemakaian APD petugas dan semua orang yang terlibat
pemulasaraan ( Keluarga )
a. Melepas selang infuse dan lain loain kemudian buang pada
wadah tempat sampah infeksius
b. Bekas luka di plester kedap air
c. Lepaskan pakaian, tampung pada wadah khusus
9. Untuk me3nutup anus letakan kasa pembalut pada perineum
dilekatkan dengan plester kedap air, Letakan jenazah pada posisi
terlentang
10. Letakan handuk kecil di belakang kepala, handuk untuk menampung
bila ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya
Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup telinga dan mulut

dengan kapas/kasa
11. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain bersih untuk
disaksikan oleh keluarga
Pasang label identitas pada kaki
12. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
ALUR JENAZAH KE KAMAR JENAZAH
3. Petugas kamar jenazah menyiapkan kereta jenazah khusus dan
perlengkapan yang diperlukan dan membawa keruang jenazah
4. Petugas instalasi Sterilisasi dan Sanitasi datang ke ruangan tersebut
untuk membawa bahan habis pakai yang dipergunakan untuk
membersihkan jenazah serta melakukan desinfeksi ruangan dan
membantu petugas kamar jenazah memindahkan jenazah pada
kereta jenazah.
5. Petugas kereta jenajah dengan kereta jenazah khusus, membawa
jenazah ke instalasi pemulasaraan jenazah dilengkapi surat kematian
ditanda tangani dokter/dokter jaga ruangan
Universal Precaution ( pakaian bedah sekali pakai, Aprron plastic, sarung
tangan dua lapis, sepatu boot serta masker ) disediakan berdasarkan
petugas kamar jenazah yang terlibat
PERALATAN PEMULASARAAN

PERSIAPAN PETUGAS:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sarung tangan karet sampai ke siku


Sepatu bot sampai lutut
Masker
Kaca mata
Gaun / apron kedap air
Tempat mandi jenazah

PERSIAPAN PERALATAN
1. Washlap
2. Handuk
3. Waskom berisi air, sabun
4. Plester kedap air
5. Kapas
6. Pembalut
7. Sisir atau sikat
8. Pewangi
9. Wadah barang berharga
10. Brankar jenazah
PELAKSANAAN PEMULASARAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Cusi tangan
APD
Mandikan jenazah keringkan dengan handuk
Ganti pembalut absorben di perineum
Ganti tutup mata, telinga dan mulut
Letakan jenazah dalam posisi terlentang, tangan disisi atau terlipat di
dada
7. Taruh handuk kecil di bawah kepala
8. Sampah dan bahan kontaminasi dimasukan ke kantung plastic
infeksius
9. Setiap percikan atau tumpahan darah / cairan tubuh dipermukaan
segera bersihkan dengan larutan klorin 0,05 %
Peralatan

yang

akan

dipergunakan

kembali

harus

diproses

dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi


10. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau linennya sesuai dengan

kepercayaan agamanya
11. Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
12. Jenazah tidak boleh di balsam, disuntik untuk pengawetan dan di
otopsi kecuali oleh petugas khusus
13. Otopsi dapat dilakukan setelah disetujui oleh pimpinan rumah sakit
14. Melepaskan APD
Cuci tangan

UNIT TERKAIT

2.
3.
4.
5.

1. Rawat inap
IGD
Kamar Jenazah
Kesling
Loundry

EDUKASI TERHADAP PASIEN DAN KELUARGA PASIEN


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1 dari 1

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
Tgl. Terbit :
dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

TUJUAN

Sebagai
acuan
dalam
penerapan
langkah
langkah
dalam
menyampaikan pendidikan kesehatan terhadap pasien dan keluarga

KEBIJAKAN

Setiap petugas kesehatan memberikan edukasi kesehatan kepada pasien


untuk melindungi pasien dan keluarga dari penyebaran infeksi

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1. Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan


dan menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah
penyebaran infeksi kepada mereka sendiri ataupun kepada
pasien lain.
2. Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang dijalankan oleh
petugas kecuali pemakaian sarung tangan
3. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus
dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan
pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan
4. Sebaiknya gunakan masker bedah bila Anda sedang batuk.
Etika batuk dan kebersihan pernapasan harus diterapkan di
semua bagian rumah sakit, dilingkungan masyarakat, dan
bahkan di rumah

1. Rawat jalan
2. Rawat inap

PENCEGAHAN PENYAKIT YANG DITULARKAN MELALUI DARAH

No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
1/1

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Penyakit infeksi yang penularannya melalui darah atau lebih dikenal


dengan Bloodborne Infection yang penyakit infeksi yang terjadi akibat
masuknya darah yang mengandung
agen pathogen kedalam tubuh
seperti: HIV (Human Immunodeficiency Virus Infection), Hepatitis B dan C.
1. Prosedur pencegahan penularan penyakit lewat darah dapat
diterapkan secara efektif dan efisien.
2. Mencegah penyebaran dari satu orang ke orang lain

Pegawai Rumah Sakit wajib memakai APD bila melalukan kegiatan yang
berisiko terjadi paparan.

1. Laksanakan prinsip kewaspadaan standart pada semua pasien yang


diduga atau sudah diketahui menular
2. Hindarkan kulit dan mucus membrane kontak dengan darah atau
cairan tubuh laian dengan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri
secara benar yaitu :
a. Sarung tangan.
b. Goggle (pelindung mata).
c. Masker.
d. Gaun atau Apron plastik.
3. Hindarkan terjadinya kecelakaan tertusuk jarum atau benda tajam
lainnya seperti instrumen bedah, pisau operasi.
4. Hindarkan pemberian bantuan pernapasan mulut ke mulut dengan
memakai alat bantu yang dapat dibersihkan (disinfeksi /sterilisasi).
5. Tutup semua luka terbuka/lecet pada kulit dengan pembalut kedap air
(transparant dressing) bila akan menangani pasien.
6. Rawat pasien diruang sendiri (isolasi) terutama pada pasien
mengalami infeksi diarrhea atau tuberkulosis.
Laksanakan kewaspadaan saat prosedur invasive yaitu prosedur yang
menimbulkan terjadinya perdarahan
7. seperti operasi, cabut gigi, partus atau tindakan lain yang berpotensi
terjadinya perdarahan.
8. Ganti segera sarung tangan yang robek disaat prosedur berlangsung
dan alat atau jarum yang menimbulkan penetrasi tidak boleh digunakan
lagi.

Kewaspadaan di Bagian Dental (Gigi & mulut) :


Pakai sarung tangan saat kontak dengan mucus membrane dimulut.
Pakai masker, pelindung mata/wajah.
Atur posisi pasien agar tidak terjadi percikan langsung
Lakukan sterilisasi atau disinfeksi setiap handpieces dan semua alat.
alat gigi lainnya yang digunakan setiap pasien.
5. Lakukan dekontaminasi semua benda/barang yang terkontaminasi
dengan darah, saliva (air liur).
1.
2.
3.
4.

Kewaspadaan dibagian kamar Jenazah :


1. Pakai APD (sarung tangan, masker dan apron plastik).
2. Bersihkan semua peralatan yang digunakan dan lingkungan dengan
cairan pembunuh kuman yang benar (disinfektan).
Kewaspadaan Di Laboratorium :
1. Tempatkan semua spesimen dalam wadah yang tidak Bocor
(kantong plastik) dan jangan mencemari bagian luar wadah saat
pengambilan spesimen.
2. Pakai Alat Pelindung Diri dan mengganti segera bila tercemar oleh
darah atau cairan tubuh.
3. Gunakan pipet mekanik dan hindarkan pipet mulut.
4. Hindarkan tertusuk jarum.
5. Bersihkan semua permukaan meja kerja dengan larutan kimia
germisid (pembersih kuman) saat aktifitas selesai.
6. Lakukan prosedur dekontaminasi terhadap semua bahan
terkontaminasi (bahan pemeriksaan) yang telah digunakan sebelum
dibakar (insinerasi) sebagai sampah infeksi
7. Bersihkan semua peralatan Laboratorium sebelum dikirim keluar
untuk tes atau perbaikan.
8. Lepaskan APD.
9. Lakukan segera cuci tangan setelah tugas selesai dan sebelum
meninggalkan tempat.
Sterilisasi dan Disinfeksi :
1. Lakukan proses sesuai dengan rekomendasi yang sudah ditetapkan.
jaringan,
2. Lakukan sterilisasi semua alat yang masuk dalam
pembuluh darah dan semua yang telah kontak dengan darah.
3. Pastikan semua alat bersih sebelum dilakukan disinfeksi/sterilisasi.
4. Ikuti instruksi manufaktur pembuat alat saat melakukan
disinfeksi/sterilisasi agar tidak merusak struktur atau fungsi alat.
5. Siapkan semua bahan pembersih (larutan kimia) setiap saat akan
digunakan dan ikuti petunjuk
Cleaning Service :
1. Lakukan pembersihan lingkungan secara rutin, terjad wal dan sesuai
metode yang ditetapkan.
2. Tentukan bahan formulasi pembersih yang tepat untuk efektifitas
&efisiensi dan harus terdaftar.
3. Bersihkan semua barang/perabot yang ada disekitar pasien. (tempat
tidur, meja makan)
4. Pembersihan tumpahan darah dalam jumlah banyak (Spill)
menggunakan desinfektan yang ditetapkan Rumah Sakit.
5. Pakai sarung tangan saat menjalankan prosedur pembersihan dan
dekontaminasi
Laundry :
1. Tangani semua linen yang telah digunakan pasien secara hati-hati
dengan memasukkan kedalam kantong dan ikat sebelum dibawa
keluar kamar pasien.

2. Masukkan kedalam kantong plastik kuning semua


yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh.
3. Lakukan pencucian sesuai yang dianjurkan.

linen

Sampah Infeksius :
1. Lakukan identifikasi sampah yang berpotensi akan terjadinya
transmisi infeksi dengan kantong warna berbeda.
2. Lakukan pembakaran semua sampah infeksius dengan incenerator.
3. Buang sampah infeksius yang bersifat cairan kedalam saluran
pembuangan yang sudah ditetapkan.

Implementasi Kewaspadaan yang direkomendasikan :


a. Mentaati kebijakan dan prosedur.
b. Orientasi dan Edukasi yang berkesinambungan Menyediakan fasilitas
peralatan untuk mencegah transmisi infeksi HIV atau pathogen dalam
darah.
c. Melakukan serologi testing pada pasien dan staff yang terpapar dan
melakukan tindak lanjut sesuai hasil tes serologi

UNIT TERKAIT

1. Instalasi Rawat Inap,


2. Poliklinik gigi,
3. Kamar steril,
4. Pemulasaraan jenazah,
5. Instalasi Laboratorium,
6. Laundry.
7.Cleaning Service

PENGELOLAAN LIMBAH BENDA TAJAM


No. Dokumen :
RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Revisi :

Halaman :
1/1

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

PENGERTIAN

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
Benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam atau
runcing yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti ;
Jarum
suntik, Pisau bedah , Blood Lancet, Pecahan kaca, ampul obat

TUJUAN

Mencegah terjadinya resiko pajanan benda tajam terhadap petugas


kesehatan maupun petugas pengelola sampah

KEBIJAKAN

Setiap pegawai Rumah Sakit mengikuti standar yang berlaku ketika


membuang atau mengelola limbah benda tajam

I.

Petugas Kesehatan :
1. Gunakan wadah saat memberikan jarum suntik yang
sudah terbuka dan instrumen tajam ke petugas kesehatan
lain. (Mis : asisten operasi memberikan instrumen operasi ke
dokter operator)
2. Gunakan wadah saat membawa benda tajam bekas pakai
3. Buang segera benda tajam yang sudah digunakan ke
dalam wadah pembuangan benda tajam yang sudah disiapkan
4. Ganti wadah pembuangan bila sudah terisi 2/3 bagian

II.

Cleaning service :
1. Pakai APD mulai dari apron, sepatu, dan sarung tangan
2. Tutup lubang di wadah pembuangan jarum menggunakan
isolasi/lakban sebelum dibawa ke tempat pembuangan sampah
3. Masukkan wadah pembuangan jarum yang sudah di tutup ke
dalam trolley pembuangan sampah
4. Dorong trolley sampah ke tempat pembuangan sampah,
pastikan benda tajam tidak tercecer di jalan.
5. Letakkan wadak pembuangan ke tempat pembuangan
sampah sementara.
6. Lepas APD mulai dari sarung tangan, sepatu, apron dan
masker
7. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1. Komite medis
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Kamar Operasi
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Instalasi Rawat Intensif
6. Instalasi Rawat Inap
7. Instalasi Laboratorium
8. Bagian Pemeliharaan Sarana
Cleaning Service

PENANGANAN PASIEN AIRBONE INFECTION


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1/1

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
1. Penyakit

infeksius

adalah

penyakit menular disebabkan oleh

infeksi agen penyakit (mikroorganisme) yang dapat menyebar dari satu


individu ke individu lain dengan mudah. Penularan dapat melalui
PENGERTIAN

udara, droplet, darah dan substansi tubuh lainnya serta kontak .


2. Airborne Preca ution Kewaspadaan yang diterapkan pada pasien
yang diketahui atau diduga terinfeksi kuman pathogen yang
penularannya melalui udara (Mis : TBC, Campak, Mumps, Chicken
Pox/cacar air).

TUJUAN

Semua staf rumah sakit dapat melakukan pencegahan penularan dan


penanganan pasien dengan penyakit infeksius sesuai dengan standar
yang ditentukan.

KEBIJAKAN

Pegawai Rumah Sakit wajib melakukan penanganan pasien dengan


penyakit infeksius sesuai dengan standar

1. Pendaftaran
PROSEDUR

a. Tuliskan pada lembar ringkasan keluar masuk RM. RI. 01 pasien


MRS di ruang isolasi
b. Telpon ke ruang rawat inap ke ruang tempat pasien MRS
2. Informasikan

ke

petugas

ruangan

yang

menerima

telfon

diagnosa dan kebutuhan kamar isolasiIGD/IRJ


a. Pakai APD terutama masker, gunakan APD yang lain sesuai
indikasi
b. Kenakan masker pada pasien,ganti masker setelah 4 jam atau
bila basah
c. Periksa pasien di ruang tersendiri, pintu harus selalu tertutup
d. Edukasi pasien untuk tetap menggunakan masker
e. Telfon ke ruang rawat yang dituju untuk konfirmasi sebelum
pasien dikirim ke ruangan
f.

Kirim pasien ke ruangan dengan tetap menggunakan masker

3. Perawat di ruang isolasi


a. Pasang tanda penularan melalui udara di depan pintu ruang
isolasi yang akan digunakan
b. Terima pasien dari IGD/IRJ sesuai prosedur serah terima
c. Pakai masker N95 selama merawat pasien di dalam ruang isolasi
d. Lepas masker dan cuci tangan segera setelah keluar dari ruang
perawatan
e. Edukasi pasien sesuai materi edukasi penularan melalui airborne
f.

Cuci tangan sesuai five moment

4. Cleaning Service
Lakukan pemberihan sesuai SPO pembersihan ruang isolasi
1. Keperawatan
UNIT TERKAIT

2. Laundry
3. Instalasi Laboratorium
4. Cleaning service
5. Instalasi gizi
6. Bagian Rekam Medis Pendaftaran

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

PEMBERSIHAN RUANG ISOLASI


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1/1

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385
PENGERTIAN
Menghilangkan dan mengangkat kotoran dari permukan dengan
menggunakan tekhnik mengurangi/meminimalkan terjadinya penyebaran
infeksi.

1. Mencegah

dan

mengurangi

penyebaran

mikroorganisme

yang

terdapat di lingkungan ruang Isolasi.


TUJUAN

2. Mencegah terjadinya penularan infeksi ke


maupun petugas yang berasal dari ruang isolasi

pasien

lain

1. Ruang isolasi rumah sakit harus dilakukan pembersihan untuk


mengurangi transmisi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit.
KEBIJAKAN

2. Petugas yang melakukan pembersihan harus mematuhi SPO yang telah


ditetapkan.

Fasilitas & Peralatan:


1. Sarung tangan

PROSEDUR

2. Masker.
3. Apron.
4. Sepatu boot.
5. Cairan desinfektan.
6.

Peralatan kebersihan.

Rincian Kegiatan:
I.

Pembersihan Rutin:
1. Bersihkan ruang isolasi setelah membersihkan ruang perawatan
pasien
2. Siapkan cairan pembersih : Untuk lap permukaan dan pel lantai
sesuai petunjuk tabel presept
3. Buka jendela kamar pasien
4. Cuci tangan
5. Gunakan APD dimulai dari apron, masker, sepatu dan sarung
tangan. Gunakan sarung tanga dissposible
6. Lap permukaan dinding yang terjangkau, meja pasien terakhis
wastafel menggunakan cairan detergen
7. Keringkan dengan lap kering
8. Lap ulang area no 6 dengan cairan dsinfektan
9. Pel lantai menggunakan larutan presept sesuai aturan
10. Buang sampah medis dan ikat ujungnya, ganti kantong plastic
sampah dengan yang baru
11. Lepas APD mulai dari sarungtangan, sepatu, apron dan masker, dan
buang APD yang tidak digunakan kembali ke tempat sampah
12. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir Dekontaminasi lap dan
kain pel menggunkan cairan presept sesuai tabel pengenceran
sebelum digunakan untuk ruangan lain

II. Pembersihan Setelah Pasien Pulang:


1. Bersihkan segera setelah pasien pulang

2. Letakan tanda Jangan digunakan pada luar kamar pasien, saat


pasien pulang.
3. Siapkan cairan pembersih : Untuk lap permukaan dan pel lantai
sesuai petunjuk tabel presept
4. Buka jendela kamar pasien
5. Cuci tangan
6. Gunakan APD dimulai dari apron, masker, sepatu dan sarung
tangan. Gunakan sarung tangan dissposible
7. Buang alat/perlengkapan milik pasien yang sudah digunakan dan
tidak dibawa pulang seperti : sikat gigi,waslap dll ke sampah medis.
8. Bersihkan sampah dan tempatkan sesuai kategori sampah.
9. Ganti

dengan

kantong

plastik

baru

sesuai

dengan katagori

sampah.
10. Bersihkan ruangan mulai dari dinding atas ke arah bawah, meja
pasien, tempat tidur terakhir adalah wastafel dengan sabun (bila ada
kotoran) kemudian di bilas dan di bersihkan dengan cairan disinfektan
(presept/sodium hypochlorite) dari area bersih ke kotor.
11. Bersihkan

jendela

dan

pintu

dengan

cairan

disinfektan

dan

biarkan kering.
12. Pel

lantai

dengan

cairan

disinfektan

presept/sodium

hypochlorite) dari dalam ke arah luar.


13. Gunakan 2 ember untuk membersihkan lantai, yaitu untuk cairan
disinfektan dan untuk cairan pembilas.
14. Buang air kotor bekas membersihkan ke saluran pembuangan
15. Masukan kain pel yang telah digunakan untuk mengepel kedalam
kantong plastik kuning untuk dilakukan dekontaminasi di tempat
pencucian kain pel (tempat cuci mobil)
16. Lepas APD mulai dari sarung tangan, sepatu, apron dan masker, dan
buang APD yang tidak digunakan kembali ke tempat sampah
17. Cuci tangan
18. Gunakan

ruang

isolasi

untuk

pasien

berikutnya

dibersihkan secara tepat (1 jam setelah dibersihkan)


Lepas tanda Jangan digunakan di depan pintu.
UNIT TERKAIT

1. Instalasi Rawat Inap


2. Cleaning service

jika

sudah

No. Dokumen :

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

LAMPIRAN

4. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi di Rumah


Sakit
5. Buku Pedoman Manajemen Linen di Rumah sakit Depkes RI
6. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang
Pengelolaan Linen.

PETA KUMAN

RS.BHAYANGKARA
LUMAJANG

No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :
1/1

Ditetapkan
KARUMKIT BHAYANGKARA LUMAJANG
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Tgl. Terbit :

dr. SRI HANDAYANI, M.M.R.S


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67100385

PENGERTIAN

Peta Kuman adalah gambaran kuman kuman yang ada di ruang ruang
perawatan (ruang rawat inap, ruang rawat jalan) yang menginfeksi pada
pasien di RS Bayangkara serta gambaran sifat sifat kuman tersebut
terhadap jenis antibiotika yang digunakan di RS Bayangkara

TUJUAN

Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah untuk membuat peta


kuman untuk petunjuk pemberian jenis antibiotika terhadap jenis penyakit
infeksi di RS Bayangkara Lumajang

KEBIJAKAN

Setiap pasien Rawat inap dan Jalan dengan infeksi sebaiknya dilakukan
pemeriksaan kultur sampel

PROSEDUR

1. Dokter mengirimkan permintaan kultur sampel (darah, urine,


cairan tubuh dan sputum) dari pasien rawat inap / rawat jalan ke
Laborat Patologi Klinik.
2. Dilakukan pengambilan spesimen oleh petugas Laborat bila
belum ada sampel dikirimkan.
3. Bila spesimen sudah di ambil oleh dokter ruangan, maka petugas
lab akan melakukan Identitas Spesimen tersebut.
4. Petugas
Laborat
melakukan
kultur
specimen
dan
pemeriksaannya sampai ada hasil (sesuai kultur specimen)
5. Petugas Laborat merekap jumlah sampel, jenis kuman, hasil
sensitifitas antibiotika tiap bulan dan melaporkan ke Tim PPI.
Tim PPI mengolah data laporan tersebut tiap tiga bulan dalam laporan
Triwulan, sehingga tampak gambar peta kuman di RS Bayangkara
Lumajang

UNIT TERKAIT

1. Laboratorium
2. Rawat Inap
3. Rawat Jalan

Anda mungkin juga menyukai