Instalasi Gawat Darurat (Igd) : 1. 2. Nama Penyakit /diagnosis Batasan Dan Uraian:: Sindroma Koroner Akut
Instalasi Gawat Darurat (Igd) : 1. 2. Nama Penyakit /diagnosis Batasan Dan Uraian:: Sindroma Koroner Akut
2.
3.
Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Nyeri dada tipikal (angina) berupa nyeri dada substernal,
retrosternal, dan prekordial. Nyeri seperti ditekan, ditindih
benda berat, rasa terbakar, seperti ditusuk, rasa diperas dan
dipelintir. Nyeri menjalar ke leher, lengan kiri, mandibula,
gigi, punggung/interskapula, dan dapat juga ke lengan
kanan. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau
obat nitrat, atau tidak nyeri dicetuskan oleh latihan fisik,
stress emosi, udara dingin dan sesudah makan. Dapat
disertai gejala mual, muntah, sulit bernafas, keringat
dingin, dan lemas.
Elektrokardigram :
Angina pectoris tidak stabil : depresi segmen ST dengan
atau tanpa inverse gelombang T, kadang-kadang elevasi
segmen ST sewaktu ada nyeri, tidak dijumpai gelombang
Q.
Infark miokard ST elevasi : hiperakut T, elevasi segmen
ST, gelombang Q inverse gelombang T
Infark miokard non ST elevasi : depresi segmen ST,
inverse gelombang T dalam.
Petanda Biokimia :
CK, CKMB, Troponin-T, dll
Enzim meningkat minimal 2 x nilai batas atas normal.
4.
Diagnosis Diferensial
5.
Pemeriksaan Penunjang
EKG
Foto rontgen dada
Petanda biokimia : darah rutin, CK, CKMB, Troponin T,
dll, profil lipid, gula darah, ureum kreatinin.
Echocardiografi
Tes Treadmill (untuk stratifikasi setelah infark miokard)
Angiografi koroner.
Tata Laksana
1.
2.
3.
4.
HEMATEMESIS MELENA
2.
3.
Kriteria Diagnosis
4.
Diagnosis Deferensial
5.
Pemeriksaan Penunjang
6.
Tata Laksana
Hemoptoe
Hematoshezia
7.
Komplikasi
1.
Nama Penyakit/Diagnosis
2.
3.
Kriteria Diagnosis
Keluhan
- Sesak nafas
- Batuk-batuk kronis
- Sputum yang produktif
- Faktor resiko
- PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala
Anamnesis riwayat paparan dengan factor resiko, riwayat
penyakit sebelumnya, riwayat keluarga PPOK, riwayat
eksaserbasi dan perawatan di RS sebelumnya.
Komorbiditas dampak penyakit terhadap aktifitas dll,
kemungkinan mengurangi faktor resiko.
Pemeriksaan fisik :
- Pernafasan pursed lips
- Takipnea
- Dada empisemataous atau barrel chest
- Dengan tampilan fisik pink puffer atau blue bloater
- Bunyi nafas vesikuler melemah
- Ekspirasi memanjang
- Ronki kering atau wheezing
Bunyi jantung jauh
Diagnosis pasti dengan uji spirometri
- FEV1/FVC < 70 %
- Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : FEV 1
pasca bronkodilator < 80 % prediksi.
Uji coba kortikosteroid
Analisis gas darah pada :
- Semua pasien dengan VEP1 < 40 % prediksi
- Secara klinis diperkirakan gagal napas atau payah
jantung kanan
PPOK Eksaserbasi Akut
- Gejala eksaserbasi : bertambah, kadang-kadang disertai
mengi, bertambahnya batuk disertai meningkatnya
sputum dan sputum menjadi lebih purulen atau berubah
warna
- Gejala non spesifik: malaise, insomnia, fatique, depresi
- Spirometri : fungsi paru sangat menurun
Etiologi Eksaserbasi :
Infeksi mukosa trakeobronkial, terutama streptococcus,
Pneumonia, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis.
Pajanan polusi udara.
Klasifikasi PPOK menurut National Heart, Lung and Blood
Institute dan WHO (lihat tabel 1)
Diagnosis Diferesial
5.
Pemeriksaan Penunjang
6.
Tata Laksana
Asma bronchial
Bronkiektasis
Gagal jantung kongestif
Pneumonia
Sprirometri
Foto toraks
Bila eksaserbasi akut :
Analisa gas darh
DPL
Sputum gram, kultur MOR
Usaha mengurangi faktor risiko
Edukasi motivasi berhenti merokok
Farmako Tatalaksana stop merokok
Tata Laksana PPOK Stabil
Tata Laksana Farmakologis
a. Bronkodilator
Secara inhalasi ( MDI), kecuali preparat tak tersedia/tak
terjangkau
Rutin (bila gejala menetap)atau hanya bila diperlukan
( gejala intermitten).
3 golongan :
Agonis -2 fenopterol, salbutamol, albuterol,
terbutalin, formoterol, salmeterol.
Antikolinergik, ipratropium bromide, oksitroprium
bromide
Metilxantin ; teofilin lepas lambat, bila kombinasi
-2 dan steroid belum memuaskan
dianjurkan
bronkodilator
kombinasi
daripada
meningkatkan dosis bronkodilator mono Tata Laksana
b. Steroid Pada :
- PPOK yang menunjukkan respons pa uji steroid,
- PPOK dengan FEV1 < 50 % prediksi ( stadium II B
dan III)
- Eksaserbasi akut
c. Obat-obat tambahan lain
- Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) : ambroxol,
karbonsistein, gliserol iodida
- Antioksidan : N-asetil-sistein
- Immunoregulator(Imunostimulator, imunomodulator)
: tidak rutin
- Antitusif : tidak rutin
- Vaksinasi : influenza, pneumokok
Komplikasi
Gagal nafas
Kor pulmonal
Septikemia
Nama Penyakit/Diagnosis
KEJANG DEMAM
2.
3.
Kriteria Diagnosis
4.
Pemeriksaan Penunjang
10
Tata Laksana
11
Kejang
Perhatikan jalan nafas kebutuhan O2 atau bantuan
pernafasan
Bila kejang menetap dalam 3-5 menit :
Diazepam rectal 5 mg/kg
5 - 10 kg : 5 mg
> 10 kg : 10 mg
atau
Diazepam IV (0,2-0,5 mg/kg/dosis)
Dapat diberikan 2 kali dosis dengan interval
5-10 menit
Kejang (-)
Kejang (+)
Fenitoin IV (15-20 mg/kg)
diencerkan dengan NaCl 0,9 %
diberikan selama 20 menit atau
dengan kecepatan 50 mg/menit
Kejang (-)
Kejang (+)
Dosis pemeliharaan
Fenitoin IV 5-7 mg/kg
diberikan
12
jam
kemudian
Kejang (-)
Fenobarbital IV/IM
10-20 mg/kg
Kejang (+)
Dosis pemeliharaan
PERAWATAN RUANG INTENSIF
Fenobarbital IV/IM 5-7 mg/kg
Diberikan 12 jam kemudian
Gambar : Algoritma pengobatan medikamentosa saat terjadi kejang demam
Sumber : Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, 2005
12
13
1.
Nama Penyakit/Diagnosis
2.
3.
Kriteria Diagnosis
4.
Diagnosis Deferensial
- Ketosis diabetik
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik /hiperglikemik
hiperosmolar state
- Ensefalopati uremikum, asidosis uremikum
- Minum alkohol, ketosis alkoholik
- Ketosis hipoglikemia
- Ketosis starvasi
- Asidosis laktat
- Asidosis hiper kloremik
- Kelebihan salisilat
- Drug induced asidosis
- Encefalopati karena infeksi
- Trauma capitis
5.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cito
- Gula darah
- Elektrolit
- Ureum, kreatinin
- Aseton darah
- Urin rutin
- AGD
- EKG
14
Tata Laksana
2.
15
Komplikasi
Syok hipovolemik
Edema paru
Hipertrigliseridemia
Infark miokard akut
Hipoglikemia
Hipokalemia
Edema otak
Hipokalsemia
16
1.
GANGGUAN
(STROKE)
2.
Kriteria Diagnosis
Hemorhagik
Peredaran intraserebral
Peredaran sub trakhnoid
3.
Diagnosis Diferensial
4.
Pemeriksaan Penunjang
5.
Konsultasi
6.
Perawatan RS
7.
Terapi
PEREDARAN
DARAH
OTAK
17
Standard RS
9.
Penyulit
Jarang
Perlu
10.
11.
Standard Tenaga
12.
Lama Perawatan
13.
Masa Pemulihan
14.
Output
15.
PA
16.
Autopsi
18
1.
Concussion
Intracanial injury
5. Perdarahan Subdura
ICD 852
ICD800.1
800.3
B. Saraf Perifer :
1. Avulsi Radiks ICD 907.3
2. Lesi Pleksus
3. Lesi Saraf Perifer
ICD 907.4
907.5
19
2.
Kriteria Diagnosis
A. Anamnesis/dilihat sendiri
B. Anamnesis trauma dan ditemukan kelumpuhan neuron motorik perifer. Biasanya sebagian
saraf perifer saja
3.
Diagnosis Diferensial
4.
Pemeriksaan Penunjang
5.
Konsultasi
6.
Terapi
6.1 Untuk Komosio serebri ( a.1)
6.2 Untuk yang lainnya ( a.2
dan b.3)
Scan
7.
Perawatan RS
8.
Standard RS
20
9.
Penyulit
9.1 Karena penyakit
:
:
10.
11.
Standard Tenaga
12.
Lama Perawatan
13
Output
14.
PA
15.
Autopsi
21
1.
Nama Penyakit/Diagnosis
2.
Kriteria Diagnosis
2.1 Anamnesis
Obstetrik
1. Periksa luar :
- Bagian terbawah janin belum/sudah masuk PAP
- Apakah aa kelainan letak /tidak
2. Inspekulo : Apakah perdarahan berasala dari ostioum
uteri atau dari kelainan serviks dan vagina
3. Perabaan Fornises : hanya dikerjakan pada presentasi
kepala
4. PDMO : BIla akan mengakhiri kehamilan/persalinan
5. USG
3.
Diagnosis Diferensial
3.1. Solusio Plasenta
:
:
22
4.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Kardiotokografi
USG
5.
Konsultasi
6.
Perawatan RS
7.
Terapi
b. Sedang / Berat
:
:
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Waktu pembekuan darah
Waktu Protrombin
Waktu Tromboplastin parsial
Elektrolit plasma
Resusitasi cairan
Atasi anemi (Transfusi darah)
Partus pervaginam : ila diperkirakan partus dapat
berlangsung dalam 6 jam ( amniotomi dan infus
Oksitosin)
Partus Perabdominal : Bila partus pervaginam
diperkirakan tidak dapat berlangsung dalam 6 jam.
23
:
Usia gestasi 37 minggu atau lebih / Taksiran Berat Fetus
2500 gr atau lebih :
:
Ringan/sedang/berat : Partus perabdominal bila persalinan
pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
PDMO :
Plasenta Previa Partus
Perabdominal Seksio Sesarea
Bukan Plasenta Previa Partus Pervaginam
24
8.
Penyulit
8.1. Karena Penyakit
a. Pada Ibu
:
:
:
b. Pada Janin
b. Pada janin
9.
Renjatan
Gagal ginjal akut/akut tubular nekrosis
DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
Plasenta Acreta
Atonia Uteri /Uterus Couvelaire
Perdarahan pada implantasi uterus di segmen
bawah
Asfiksia
BBLR
RDS
Reaksi Transfusi
Kelebihan cairan
Renjatan
Infeksi
Asfiksia
Infeksi
:
7 hari (tanpa komplikasi)
11.
Masa pemulihan
:
12. Output
13. PA
25
1.
Nama Penyakit/Diagnosis
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosis Diferensial
Kolisistitis akut
Pankreatitis akut
Perforasi tukak peptic
4.
Pemeriksaan Penunjang
4.1. Laboratorium :
- rutin
- khusus : faal hati
amilase darah & urin
4.2. USG
4.3. Foto polos abdomen 3 posisi
5.
Konsultasi
Spesialis bedah
6.
Perawatan RS
7.
Terapi
8.
Standard RS
RS Tipe C
9.
Penyulit
Perlu
11.
Standard tenaga
Spesialis Bedah
3-5 hari
7-10 hari
14. Output
15. PA
Puasa
Pemasangan pipa lambung
IVFD
Pembedahan akan dilakukan bila peritonitis meluas
melebihi satu kuadran atau ada udara bebas pada foto
abdomen.
akut,
perlu
tindakan
26
1.
Nama Penyakit/Diagnosis
2.
3.
Diagnosis
4.
Diagnosis Diferensial
5.
Pemeriksaan Penunjang
27
Tata Laksana
7.
Komplikasi
T,
Echocardiografi
transtorakal,
1. Posisi duduk
2. Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu
dengan masker. Jika memburuk : pasien makin sesak,
takipnu, ronki bertambah, PaO2 tidak bisa
dipertahankan > 60 mmHg dengan O2 konsentrasi
dan aliran tinggi, retensi CO 2, hipoventilasi, atau
tidak mampu mengurangi cairan edema secara
adekuat : dilakukan intubasi endotrakeal, suction dan
ventilator/bipep.
3. Infus emergensi
4. Monitor tekanan darah , monitor EKG, oksimetri bila
ada
5. Nitrogliserin sublingual atau intravena
Nitrogliserin peroral 0,4-0,6 mg tiap 5-10 menit. Jika
tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan
nitrogliserin intravena mulai dosis 3-5 ug/kgBB. Jika
tidak memberi hasil memuaskan maka dapat
diberikan nitroprusid. Nitroprusid IV dimulai dari
dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon
dengan nitrat, dosis dinaikkan sampai didapatkan
perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik
85-90 mmHg pada pasien yang terjadinya
mempunyai tekanan darah normal atau selama dapat
dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ organ
vital.
6. Morfin sulfat : 3-5 mg iv, dapat diulangi tiap 25
menit sampai total dosis 15 mg
7. Diuretik: furosemid 40-80 mg IV bolus dapat
diulangi atau dosis ditingkatkan tiap 4 jam atau
dilanjutkan drip kontinu sampai dicapai produksi urin
1 ml/kg/BB/jam.
8. Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hipoperfusi) :
Dopamin 2-5 ug/kgBB/menit atau dobutamin 2-10
ug/kg/BB/menit untuk menstabilkan hemodinamik.
Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon klinis atau
keduanya.
9. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark
miokard
10. Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia
berat, asidosis atau tidak berhasil dengan Tata laksana
oksigen.
11. Atasi aritmia atau gangguan konduksi
12. Operasi pada komplikasi akut infark jantung akut,
seperti regurgitasi, VSD, dan ruptur dinding ventrikel
atau kordatendinae.
Gagal napas
28
1.
: DIARE AKUT
2.
Definisi
3.
Kriteria Diagnosis
4.
Pemeriksaan Penunjang
5.
Konsultasi
: Spesialis anak
6.
Terapi
1.
29
7.
Penyulit
30
1.
2.
Kriteria Diagnosis
3.
Diagnosa Diferensial
4.
5.
Pemeriksaan Penunjang
Konsultasi
31
7.
Terapi
:
Rawat inap
Terapi DBD tanpa syok (derajat I dan II)
a. Medikamentosa :
- Antipiretik, dianjurkan pemberian parasetamol
- Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang
tidak diperlukan untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati.
- Kortikosteroid dan antibiotik diberikan pada
DBD ensefalopati.
- Kortikosteroid tidak diberikan apabila terdapat
perdarahan saluran cerna.
b. Supportif
- Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permiabilitas kapiler dan
perdarahan
Cairan intra vena diperlukan apabila (1)
anak terus menerus muntah, tidak mau minum,
demam tinggi, dehidrasi dapat mempercepat
terjadinya syok. (2) nilai hematokrit cenderung
meningkat pada pemeriksaan berkala.
Terapi DBD disertai syok (Sindrom Syok
Dengue, derajat III dan IV ) :
32
9.
Penyulit
Lama Perawatan
:
- Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD
dengan syok atau tanpa syok.
- Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan
dapat terjadi gagal ginjal akut
: - Edema paru, sering kali terjadi akibat
overloading cairan
Dipulangkan bila :
- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
- Nafsu makan membaik
- Klinis tampak perbaikan
- Hematokrit setabil
- 3 hari setelah syok teratasi
- Jumlah trombosit lebih dari 50.000 / L
- Tidak dijumpai distress pernapasan
33
K E R AC U N AN
I.
II.
Penanggulangan Umum :
1.Gagal nafas diatasi dengan menjamin air-way, O2
bantuan ventilasi bila perlu.
2. Shock : Pasang akses vena ( coba perifer dulu, bila gagal boleh vena central ).
Ambil pemeriksaan lab : AGD, DR, Elektrolit, ureum, creatinin, gula darah
dan analisa racun.
Bolus RL : Dewasa 1 2 liter
Anak anak 20 cc / kg /BB, bila belum memadai ulang lagi
20 cc / kg /BB.( lihat BAB penganggulangan shock, waspadai
kemungkinan overload ).
3. Cegah absorpsi racun lebih lanjut, dengan :
a. Pasang NGT dan bilas lambung, bila racun tertelan kurang dari 4 jam. Bila perlu
cairan lambung dikirim ke Lab. Untuk analisa kimia. Kontra indikasi : bahan-bahan
korosif.
b. Pemberian Norit sesudah selesai bilas lambung.
c. Pemberian Luxan untuk mempercepat exkresi.
4. Perbaikan terhadap gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
5. Mempercepat / meningkatkan eliminasi racun dari tubuh :
a. Diuresis paksa : diexkresi melalui ginjal, tidak ada shock dan payah jantung, serta
fungsi ginjal masih lumayan bisa dilakukan loading test, pada anak : 20 cc / kg
BB dalam 1 jam.
b. Dialisis peritoneal dikonsulkan tim ginjal dan pasien dirawat di ruang dialisis.
c. Hemodialisis.
lihat tabel I
34
TABEL II
GEJALA KERACUNAN DENGAN TINDAKAN TERAPINYA
Nama Zat
Perkiraan
Dosis Letal
Alkohol
Anilin ( lain-lain :
assetanilid,
fenasetin,
asetaminofen ).
6 20 g
Terapi
Akut :
dengan
berwaran
tekanan
lemah,
dangkal.
Vitamin C 1g IV
Biru metelin 1 % 1 mg/kg
BB IV perlahan- lahan.
Simtomatik,
dengan
perhatian
perhatian
terhadap sirkulasi dan
pernafasan.
methemoglobinemis
sianosis.
Darah
coklat, kulit dingin,
darah tururn, nadi
pernafasan
cepat,
Simtomatik,
perhatikan
pernafasan : Bila kejang
diberi
antikonvulsan,
gunakan 3 4 ml tiopental
2 5 %, secara IV luminal
tidak boleh diberikan.
Berikan
BAL 2.5
mg/kg /BB IM, diulangi
sampai 4 kal;i. Bila gejala
timbul,
pengobatan
diulangi lagi.
Kronik
anemia
Antihistamin
Arsen trioksida
200 300 mg
35
Korosif
Simtomatik : Beri susu.
Bila tertelan dalam larutan
pekat, jangan melalukan
bilas lambung.
Asam borat
Nama Zat
Aspirin
Atropin (alkaloid
beladona dan anti
kolinergik lain ).
15 g
Perkiraan
Dosis Letal
Terapi
20 30 g
Simtomatik
(awasi
pernafasan )
Beri susu. Bilas lambung
dengan Na- bikarbonat 5
%, vitamin K bila ada
perdarahan. Antikonvulsi
tidak boleh diberikan.
500-1000 mg
jumlah lebih
kecil mungkin
sudah
Simtomatik,
paksa.
diuresis
36
5g
Fenobarbital dan
sekobarbital
3g
Bensin
sisitem kardiovaskular.
Refleks
berkurang,
depresi
nafas, koma, syok. Pupil kecil,
dilatasi pada akhirnya.
Diuresis paksa
hanya
pada
keracunan
fenobarbital. Hemodialisis
paling baik. Bila perlu
berikan 2 ml niketamid
untuk
memperbaiki
pernafasan.
Dipiron
Nama Zat
1g
Perkiraan
Dosis Letal
Akut :
Jarang karena
dimuntahkan.
Subkutan atau kronik
:
muntah, sakit perut, gelisah,
drlirium dan kelainan mental
serta neurologik lain ; dapat
menjurus ke bunuh diri, koma.
Udem Angionsurotik
dan
kelainan kulit , ekstasi, kadangkadang agranulositosis
Simtomatik :
Gejala
gejala
kulit dan udem
angioneurotik
dapat
diberikan antihistamin dan
0,3 ml epinefrin 1 per mil
subcutan
Terapi
Fenol
1g
Insektisida
Golongan
organofosfat
misalnya, DDVP,
diazinon, malation
dan paration
Setiap dosis
berbahaya
37
Seperti organofosfat
Kejang
,
tremor,
koma,
kemudian dapat timbul paralisis
Simtomatik.
Bilas
lambung dan tinggalkan
larutan MgSO4 30 g
Fenobarbital 100 200
mg IM atau 5 - 10
diazepam IV
Jamur
Atropin sulfat 2 mg SK
dan simtomatik
Jengkol
Kolik
ureter
dan
renal,
hematuria, oliguria, kadang
kadang anuria dengan bahaya
uremia
Natrium bikarbonat 4 x 2
g per oral sehari. Bila ada
anuria
pengobatan
tersebut
diatas
tidak
berguna. Obatilah sebagai
penderita uremia.
Kalium
permanganat
Kristal
:
bekerja korosif
(
larutan : tidak berbahaya ),
muntah, nadi lemah, kulit dingin,
kolopas, udem glottis.
Kejang
Golongan
organoklorin
misalnya : aldrin,
BHC,
DDT,
dieldrin,
endrin,
klordan,
tiodan,
dan toksafen.
Kamfer
Nama Zat
DDT 15-30 g
Endrin : 1.5 g
2 g oral
Perkiraan
Dosis Letal
KarbonMonoksida
KarbontetraKlorida
Codein ( opiat
2-10 ml
Terapi
Sakit kepala,
koma, depresi
nafas dan syok..
Pernafasan
buatan
dengan O2
murni
dibawah
tekanan
(oronasal mask )
Simtomatik,
pernafasan
buatan
dengan
O2,
infus
glukosa.
Epinefrin
dan
norepinefrin
tidak
boleh diberikan.
38
Marihuana
Metilalkohol
(dalam bahan bakar
: 5 - 10 % )
Minyak tanah
Morfin
Natrium fluorida
( racun kecoa )
dingin, pupil
nafas, koma.
Depresi
Tinggi sekali
Simtomatik. Tidak
berbahaya kesadaran
pulih setelah - 1 hari
tanpa amnesia.
30 ml
Diuresis paksa.
Simtomatik dengan
memperbaiki asidosis
pernafasan diawasi.
Berikan
etilalkohol
untuk menghambat
oksidasi
methanol.
Berikan asam nikotin
IV untuk dilatasi
arteri retina sesudah
koma diatasi.
120-150 mg
Dua sendok teh
bila teraspirasi
Seperti kodein
Seperti kodein
120-150 mg
60 mg
berbahaya
2-5 g
kecil.
Nama Zat
Perkiraan
Dosis Letal
Terapi
Natrium hipoklorit
( pemutih pakaian,
bukan detergan )
30 ml larutan
15 %
Hipotensi, sianosis
karena
methemoglobinemia, kejang dan
koma.
Bilas
lambung.
Berikan
500 mg
vitamin C IV. Biru
metilen 1 %, 1
mg/kgBB/IV.
Natrium nitrit
1 gram
39
Nikotin
Nitrogen dioksida
Reaksi obat
Bermacam macam
reaksi
kulit: obat, udem angineurotik,
reaksi serum; reaksi anafilaktik
dan lain-lain.
Sianida (singkong )
Beri segera 50 ml Na
tiosulfat 25 % I
Timbal
Akut : jarang
Kronik : sakit kepala, rsa
logam dalam mulut. Garis biru
pada gusi, sakit perut ( kolik ),
diare,
anemia,
basophilic
stipping dari eritrosit. Paralisis
dan kejang.
Koproporfirin uria, kelainan
radiologik pada tulang.
Berikan 1 g NaCa2
EDTA dalam infus 500
ml glucose 5 % dua
kali sehari salama 3
hari.
Ca glukonat 2 g IV.
Laksan
dengan
MgSO4, Luminal 100
- 200 mg IM bila ada
kejang.
Terapi
Nama Zat
60 mg = 3 btg
sigaret yang
dilarutkan dalam
air
Perkiraan
Dosis Letal
Tingtur yodium
Tingtur yodium
pekat
30 60 ml
Warfarin atau
derivat dikumarol
(racun tikus )
Dosis
Berbahaya 1 2
mg/kg BB untuk
6 hari
Vitamin K 50 mg IM
atau 3 kali 50
mg
oral sehari.
Fitomenadion,
jauh
lebih poten
dan
bermanfaat.
40
Keracunan ( tambahan )
1. Terapi Simptomatik :
a. Airway
: Membebaskan jalan nafas
b. Sirkulasi : IVFD atasi shock, kalau perlu digitalis dan diuertik jika ada payah
jantung. Hati-hati ada payah ginjal mendadak.
2. Terapi spesifik :
a. Menghilangkan racun : cuci dengan air dan sabun.
b. Mengeluarkan racun dari saluran pencernaan : bilasan lambung kecuali pada
keracunan bahan korosif, air keras asam/basa pekat.
( minyak tanah )
- Strihnin
- Bila ada kejang
3. Tindakan Detoksikasi :
a. Keracunan sianida
b. Keracunan meramik/organofosfat
c. Keracunan narkotik
d. Keracunan garan barin
e. Keracunan alkoloid belladonna
f. Keracunan logam berat
g. Keracunan methegobulinamine
h. Keracunan Wartorin
i. Keracunan methanol
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: LUKA BAKAR
2.
Kriteria Diagnosis
: Anamnesis
- Riwayat trauma/terpapar pada sumber panas
(api,air panas, minyak panas, zat kimia, listrik,
radiasi).
- Riwayat terkurung dalam ruang tertutup
- Riwayat terpapar pada suatu ledakan
- Riwayat terjatuh dari ketinggian tertentu setelah
terpapar pada sumber panas
Pemeriksaan Fisik
1. Survai Primer
- Deteksi adanya tanda tanda cedera inhalasi
- Deteksi adanya eskar melingkar pada rongga
41
Diagnosis
4.
Pemeriksaan Penunjang
: a.
Laboratorium
- Lab darah
* Pemeriksaan darah tepi
o Kadar hemoglobin (Hb)
o Kadar hematokrit ( Ht)
o Jumlah leukosit
o Jumlah trombosit
* Analisa Gas darah
* Fungsi sistem /organ
o Fungsi metabolisme : kadar
glukosa darah sewaktu, kortisol,
asam laktat
o Fungsi hati : serum transaminase,
SGOT/SGPT, GT, Bilirubin.
42
5.
Konsultasi
6.
Terapi
: Penatalaksanaan
1.Triage
2.Penatalaksanaan berdasarkan prioritas :
a. Gangguan A :
Deteksi adanya tanda tanda obstruksi
saluran pernafasan dengan gejala distress
pernafasan.
Kecurigaan adanya cedera inhalasi didasari
adanya :
Riwayat terpapar pada sumber panas di
ruangan tertutup.
Luka bakar di daearah muka dengan bulu
hidung terbakar dan adanya jelaga pada
hidung dan atau rongga mulut.
b. Gangguan B :
Deteksi adanya distress pernafasan akibat
adanya eskar melingkar pada dinding toraks.
c. Gangguan C :
Deteksi adanya tanda tanda syok (jenis
hipovolemik), dengan gejala :
Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
Pernafasan cepat, dangkal
Takhikardi
Suhu akral dan core dingin
3.
Penatalakasaan lanjutan
a. Penatalaksanaan Gangguan A
Pemantauan dan penatalaksanaan terhadap
adanya dan atau kemungkinan adanya
cedera inhalasi
Gejala :
- Manifestasi gangguan saluran nafas
43
44
4. Penatalaksanaan Lanjutan
1.
Penatalaksaaan perawatan di ruangan
(UPKLB), terdiri dari :
a. Perawatan Luka
Pencucian luka
Dikerjakan setelah masalah gangguan
pernafasan
dan
syok
teratasi;
menggunakan air mengalir dan sabun
45
mengandung antiseptikum.
Perawatan luka tertutup dengan kasa
absorben setelah aplikasi vaselin atau
krim silversulfadiazin
Pengantian balutan disesuaikan dengan
kondisi luka, bila kotor (jenuh/penuh
dengan
eksudat)
diperlukan
penggantian sesering mungkin (2-4
kali dalam 24 jam); bila bersih tidak
diganti selama 2-3 hari.
Perawatan luka dikerjakan sampai
dengan
saat
dilakukan
eksisi
(debridement) dan penutupan luka
(skin grafting).
b. Pemberian Nutrisi
Regimen Pemberian Nutrisi Enteral
Dini dalam 8 jam pertama pasca
trauma melalui pipa nasogastrik, dalam
bentuk makanan saring melalui
tekanan kontinu.
Dimulai dengan 200 kal yang
kemudian ditingkatkan secara bertahap
setiap harinya.
c. Tindakan Operatif
Eksisi
-Dikerjakan sebagai upaya
memutuskan rantai perkembangan
Sindrom
Res-pons
Inflamasi
Sistemik (SRIS) dan Sindrom
Disfungsi Organ Multipel (SDOM)
- Eksisi dini dikerjakan dalam waktu 37 hari pertama
- Tindakan eksisi dikerjakan dengan
prosedur eksisi tangensial, maksimal
15% dari luas luka, mengingat
komplikasi
perdarahan
yang
mungkin terjadi.
- Dikerjakan dalam narkose
Skin Grafting
- Dikerjakan sebagai upaya
* Mengatasi proses penguapan
disertai Kebocoran energi
melalui
luka
terbuka
(evaporative heta loss).
* Mengantisipasi infeksi
* Mempercepat fase inflamasi
- Dengan metode split thickness skin
grafting (stsg)
- Tindakan ini dikerjakan dalam
narkose
46
d. Tindakan rehabilitatif
Tindakan rehabilitatif untuk tujuan
optimalisasi fungsi pernafasan
Prosedur chest fisiotherapy, dikerjakan
dalam 2-3 hari pertama pasca cedera,
khususnya pada kasus dengan gejala
dan tanda distress pernafasan.
Tindakan rehabilitatif untuk tujuan
prevemtif terhadap kekakuan dan
kontraktur sendi-sendi.
- Latihan gerak sendi-sendi terkena
-Penggunaan
splint/brace
dengan
posisi fungsional
- Dikerjakan dalam waktu 2-3 hari
pertama pasca trauma, 2 minggu
setelah tindakan operatif (skin
grafting)
Tindakan rehabilitatif untuk kejiwaan
dan sosial
2.
7.
Penyulit
47
8.
9.
Informed Consent
Standar Tenaga
iii.
iv.
v.
vi.:
a. Parut hipertrofik
b. Kontraktur
- Desmogen
- Arthrogen
48
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
10
Lama Perawatan
: 13.
11
Masa Pemulihan
Tindakan
penyelamatan
(ABC
traumatologi)
Tindakan resusitasi cairan dan perawatan
lanjut, termasuk tindakan-tindakan:
o Pemasangan Central Venous Pressure set
o Pemasangan Pipa Endotrakheal
o Pembiusan untuk tindakan operatif
o Perawatan intensif
Tenaga spesialis atau asisten dalam bidang
ilmu penyakit dalam ginjal dan hipertensi
Penilaian dan pengendalian fungsi system
dan organ organ vital seperti paru, hepar,
ginjal.
Tenaga spesialis atau asisten dalam bidang
ilmu gizi
Penilaian dan pengendalian kebutuhan gizi
Melaksanakan tindakan untuk pemberian
nutrisi enteral.
Tenaga spesialis atau asisten dalam ilmu
rehabilitasi medik
Penilaian
dan
pengendalian
fungsi
pernafasan, fungsi gerak dan sendi
Melaksanakan tindakan pemeliharaan
fungsi pernafasan, fungsi gerak dan sendi
Tenaga spesialis atau asisten dalam bidang
ilmu jiwa.
Penilaian
dan
pengendalian
fungsi
kejiwaan
Tenaga perawat intensif
Sebagai pelaksana tugas perawatan intensif
Tenaga perawat bedah
Sebagai pelaksana tugas perawatan bedah
Tenaga peata gizi
Sebagai pelaksana tugas perawatan gizi
Tenaga peata anestesi
Sebagai pelaksana tugas perawatan intensif
dan anestesi
Petugas sosial
Sebagai pelaksana tugas rehabilitasi sosial
Luaran
13
Autopsi
49
50