Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

SINDROM KORONER AKUT

Oleh:
Made Ayu Purnama Sari 1918012006
Muhammad Dimas Pangestu 1718012216
Novita Arlisa Lumban Raja 1918012013
Rifda Khairunnisa 1718012195
 
  BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Pengertian
Suatu keadaan gawat darurat jantung
dengan manifestasi klinis perasaan tidak
enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai
akibat iskemia miokard. Sindrom koroner
akut mencakup :

1. Infark miokard akut dengan elevasi segmen


ST
2. Infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST
3. Angina pektoris tak stabil (unstable angina
pectoris)
Diagnosis
• Anamnesis
Nyeri dada tipikal (angina) berupa nyeri dada substernal,
retrosternal, dan prekordial.
Nyeri seperti ditekan, ditindih benda berat, rasa
terbakar, seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir.
Nyeri menjalar ke leher, lengan kiri, mandibula, gigi,
punggung/interskapula, dan dapat juga ke lengan kanan.
Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat
nitrat atau tidak.
Nyeri dicetuskan oleh latihan fisik, stres emosi, udara
dingin dan sesudah makan.
Dapat disertai gejala mual, muntah, sulit bernapas,
keringat dingin, dan lemas.
Elektrokardiogram
• Angina pectoris tidak stabil : depresi segmen
ST dengan atau tanpa inversi gelombang T,
kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu
ada nyeri, tidak dijumpai gelombang Q

• Infark miokard ST elevasi :hiperakut T, elevasi


segmen ST, gelombang Q inversi gelombang T

• Infark
miokard non ST elevasi : depresi
segmen ST, inversi gelombang T dalam
Petanda Biokimia
CK, CKMB, Troponin-T,dll
Enzim meningkat minimal 2 kali nilai batas
atas normal
Diagnosis banding
Angina pektoris tak stabil : infark miokard
akut

Infark miokard akut : diseksi aorta,


perikarditis akut, penyakit dinding dada,
Sindrom Tietze, gangguan gastrointestinal
seperti : hiatus hernia dan refluks
esofagitis, spasme atau ruptur esofagus,
kolesistitis akut, tukak lambung dan
pankreatitis akut.
Pemeriksaan penunjang
• EKG
• Foto Rontgen dada
• Pertanda biokimia : darah rutin, CK, CKMB,
Troponin T, dll
• Profil lipid, gula darah, ureum kreatinin
• Ekokardiografi
• Tes treadmill (untuk stratifikasi setelah
infark miokard)
• Angiografi koroner
Terapi
• Tirah baring di ruang rawat intensif jantung
(ICCU)

• Pasang infus intravena dengan Nacl 0,9 % atau


dekstrosa 5 %

• Oksigenasi dimulai dengan 2 liter/menit 2-3 jam,


dilanjutkanbila saturasi oksigen arteri rendah
(<90%)

• Diet : puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet


cair. Selanjutnya diet jantung.

• Pasang monitor EKG secara kontinu


Atasi nyeri dengan
• Nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin
intravena titrasi (kontraindikasi bila TD sistolik <90
mmHg), bradikardia (<50 kali/menit), takikardia
atau

• Morfin 2, 5 mg (2-4 mg) intravena dapat diulang


tiap 5 menit sampai dosis total 20 mg atau petidin
25-50 mg intravena atau tramadol 25-50 mg
intravena.

• Antitrombolitik : Aspirin (160-345mg), bila alergi


atau intoleransi/tidak responsif diganti dengan
tiklopidin atau klopidogrel.
• Trombolitik dengan streptokinase 1, 5 juta U dalam
1 jam atau aktivator plasminogen jaringan (t-PA)
bolus 15 mg, dilanjutkan dengan 0, 75 mg/kg BB
(maksimal 50 mg)

• Dalam jam pertama dan 0,5 mg/kgBB (maksimal


35 mg) dalam 60 menit jika elevasi segmen ST >
0,1 mv pada dua atau lebih sadapan ekstremitas
berdampingan atau 0,2 mv pada dua atau lebih
sadapan prekordial berdampingan, waktu mulai
nyeri dada sampai terapi <12 jam, usia 75 tahun

• Blok cabang (BBB) dan anamnesis dicurigai


• Antikoagulan heparin direkomendasikan untuk
pasien yang menjalani revaskularisasi perkutan
atau bedah, pasien dengan risiko tinggi terjadi
emboli sistemik seperti infark miokard anterior
atau luas, fibrilasi atrial, riwayat emboli, atau
diketahui ada trombus ventrikel kiriyang tidak
ada kontraindikasi heparin.

• Heparin diberikan dengan target aPTT 1,5 -2 kali


kontrol. Pada angina pektoris tak stabil heparin
5000 unti bolus intravena< dilanutkan dengan
drip 1000 unit/jam sampai angina terkontrol
dengan menyesuaikan aPTT 1,5 -2 kali nilai
kontrol.
• Pada infark miokard anterior transmural luas
antikoagulan diberikan sampai saat pulang
rawat.

• Pada penderita dengan trombus ventrikular


dengan diskinesi yang luas di daerah apeks
ventrikel kiri antikoagulan oral diberikan secara
tumpang tindih dengan heparin sejak beberapa
hari sebelum heparin dihentikan

• Antikoagulan oral diberikan sekurang-kurangnya


3 bulan dengan menyesuaikam nilai INR (2-3)
• Atasi rasa takut atau cemas
Diazepam 3x 2-5 mg oral atau IV
Pelunak Tinja
Laktulosa (laksadin) 2 X 15 ml

• Penyekat Beta diberikan bila tidak ada kontraindikasi

• Penghambat ACE diberikan bila keadaan menizinkan


terutama pada infark miokrad akut yang luas atau
anterior, gagal jantung tanpa hipotensi, riwayat
infark miokrad

• Antagonis kalsium : verapamil untuk infark miokard


non ST elevasi atau angina pektoris tak stabil bila
nyeri tidak teratasi.
• Atasi komplikasi :
1.Fibrilasi atrium
– Kardioversi elektrik untuk pasien dengan gangguan
hemodinamik berat atau iskemia intraktabel
– Digitalisasi cepat
– Penyekat Beta
– Diltiazem atau verapamil bila penyekat beta
dikontaindikasikan
– Heparinisasi

2.Fibrilasi Ventrikel
DC shock unsynchronized dengan energi awal 200
J, jika tak berhasil harus diberikan shock kedua
200-300 J dan jika perlu shock ketiga 360 J
3. Takikardia ventrikel
– VT polimorfik menetap (>30 detik) atau
menyebabkan gangguan hemodinamik : DC
shock unsynchronized dengan energi awal
200 J, jika gagal harus diberikan shock kedua
200-300 J dan jika perlu shock ketiga 360 J

– VT monomorfik yang menetap diikuti angina,


edema paru atau hipertensi harus diterapi
dengan DC shock synchronized energi awal
100 J. Energi dapat ditingkatkan jika dosis
awal gagal.
– VT monomorfik yang tidak disertai angina, edema paru
atau hipotensi dapat diberikan: Lidokain bolus 1-15
mg/kg BB. Bolus tambahan 0,5-0, 75 mg/Kg Bb tiap 5-
10 menit sampai dosis loading total maksimal 3
mg/kgBB.

– Kemudian loading dilanjutkan dengan infus 2-4


mg/menit (30-50 ug/kgBB/menit); atau Disopiramid :
Bolus 1-2 mg/kgBB dalam 5-10 menit dilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 mg/kgBB/jam; atau Amiodaron 150 mg
infus selama 10-20 menit atau 5 ml /kgBB 20-60 menit
dilanjutkan infus tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan
kemudian infus pemeliharaan 0, 5 mg/menit; atau
kardioversi elektrik dimulai dosis 50 J (anestesi
sebelumnya)
4. Bradiaritmia dan blok
– Bradikardia sinus simtomatik (frekuensi jantung
<50 kali/menit disertai hipotens, iskemia aritmia
ventrikel escape)

– Asistol Ventrikel

– Blok AV simtomatik terjadi pada tingkat nodus AV


( derajat dua tipe I atau derajat III dengan ritme
escape kompleks sempit)

– Terapi dengan sulfat atropin 0,5-2mg, isoprotenol


0,5-4 ug/menit bila atropin gagal, sementara
menunggu pacu jantung sementara
5. Gagal jantung, akut, edema paru, syok
kardiogenik diterapi sesuai standar pelayanan
medis mengenai kasus ini
6. Perikarditis
– Aspirin (160-325 mg/hari)
– Indometasin
– Ibuprofen
– Kortikosteroid

7. Komplikasi mekanik
– Ruptur muskulus papilaris, ruptur
septum ventrikel, ruptur dinding
ventrikel ditatalaksana operasi
Komplikasi
1. Angina pectoris tak stabil : payah jantung,
syok kardiogenik, aritmia, infark miokard
akut

2. Infark miokard akut (dengan atau tanpa


ST elevasi) : gagal jantung, syok
kardiogenik, ruptur korda< ruptur septum,
rptur dinding bebas, aritmia gangguan
hantaran, aritmia gangguan pembentukan
rangsang, perikarditis, sindrom dresler,
emboli paru.
Prognosis
Tergantung daerah jantung yang terkena,
beratnya gejala, ada tidaknya komplikasi

Anda mungkin juga menyukai