PANDUAN
PRAKTIK Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :
KLINIS 445/ /SPO- 00
PMKP/RSUD-2022
Tanggal Terbit : Ditetapkan Direktur
RSUD SUNGAI RUMBAI
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
Suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis
perasaan tidak enak di dada atau gejala –gejala lain sebagai akibat
iskemia miokard :
PENGERTIAN Sindrom koroner akut mencakup:
1. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST
2. Infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST
3. Angina pectoris tak stabil ( unstable angina pectoris
Nyeri dada tipikal (angina) berupa nyeri dada substernal, retrosternal,
dan prekordial. Nyeri seperti ditekan, ditindih benda berat, rasa
terbakar, seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir. Nyeri menjalar ke
leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/interskapula, dan dapat
ANAMNESIS
juga ke lengan kanan. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau
obat nitrat, atau tidak nyeri dicetuskan oleh latihan fisik, stress emosi,
udara dingin dan sesudah makan. Dapat disertai gejala mual, muntah,
sulit bernafas, keringat dingin, dan lemas.
Elektrokardigram :
Angina pectoris tidak stabil : depresi segmen ST dengan atau tanpa
inverse gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu ada
nyeri, tidak dijumpai gelombang Q.
Infark miokard ST elevasi : hiperakut T, elevasi segmen ST, gelombang
KRITERIA Q inverse gelombang T
DIAGNOSIS Infark miokard non ST elevasi : depresi segmen ST, inverse gelombang
T dalam.
Petanda Biokimia :
CK, CKMB, Troponin-T, dll
Enzim meningkat minimal 2 x nilai batas atas normal.
Angina pectoris tak stabil : infark miokard akut
Infark miokard akut : diseksi aorta, perikarditis akut, emboli paru
DIAGNOSIS akut, penyakit dinding dada, Sindrom Tietze, gangguan
BANDING gastrointestinal seperti : hiatus hernia dan refluks esofagitis, spasme
atau rupture esophagus, kolesistitis akut, tukak lambung, dan
pankreatitis akut
EKG
Foto rontgen dada
Petanda biokimia : darah rutin, CK, CKMB, Troponin T, dll, profil lipid,
PEMERIKSAA
gula darah, ureum kreatinin.
N PENUNJANG
Echocardiografi
Tes Treadmill (untuk stratifikasi setelah infark miokard)
Angiografi koroner
TATA
1. Tirah baring di ruang rawat intensif jantung ( ICCU)
LAKSANA
2. Pasang infuse intravena dengan NaCl 0,9 % atau dekstrosa 5 %
3. Oksigenisasi dimulai dengan 2 liter/menit 2-3 jam, dilanjutkan bila
saturasi oksigen arteri rendah (< 90 %).
4. Diet : puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair. Selanjutnya
diet jantung.
5. Pasang monitor EKG secara kontinue.
KORONER AKUT
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenakan
suhu tubuh (diatas 38 C Rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat, gangguan elektrolit atau metabolik lainnya. Kejang yang terjadi
pada bayi dibawah umur 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
1. Meningitis
2. Ensefalitis
DIAGNOSIS 3. Gangguan keseimbangan elektrolit
BANDING 4. Generalized Epilepsy with Febrile Seizure+
5. Severe Myoclonic Epilepsy in Infancy
6. Febrile status epilepticus
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
Penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang progresif dan berhubungan dengan
peningkatan respon inflamasi kronik pada saluran napas dan paru
PENGERTIAN
terhadap gas atau partikel berbahaya lainnya.
Eksaserbasi dan komorbid berkontribusi pada keparahan penyakit
pada pasien
Umumnya terjadi pada usia diatas 40 tahun
Gejala pernapasan berupa sesak umumnya terus menerus, progresif
seiring waktu, memburuk terutama selama latihan atau aktivitas.
Gejala batuk kronik dengan produksi sputum, dan disertai dengan
ANAMNESIS suara mengi, namun mungkin batuk hilang timbul dan tidak produktif.
Riwayat terpapar partikel dan gas beracun (terutama asap rokok dan
biomass fuel)
Riwayat keluarga dengan PPOK, atau kondisi saat masih anak-anak,
seperti berat badan lahir rendah, infeksi saluran napas berulang
Adanya tanda-tanda hiperinflasi
PEMERIKSAAN
Adanya tanda-tanda insufisiensi pernapasan
FISIK
Abnormalitas pada auskultasi (wheezing dan/atau crackle)
1. Adanya gejala dan tanda sesuai dengan PPOK
2. Konfirmasi dengan spirometri bila perlu, dimana keterbatasan aliran
udara menetap dengan rasio VEP1/KVP < 0,70 setelah terapi
bronkodilator.
3. Pemeriksaan spirometri untuk menentukan beratnya hambatan
aliran udara pernapasan dengan membandingkan nilai VEP1 pasien
dengan nilai prediksi.
KRITERIA GOLD 1 >= 80%
DIAGNOSIS GOLD 2 = 50-79%
GOLD 3 = 30-49%
GOLD 4 < 30%
4. Penilaian risiko dan berat eksaserbasi
a. mMRC untuk menentukan skala sesak napas dengan nilai 0-4
b. CAT (COPD Assesment Test) untuk menilai gejala harian meliputi
keluhan batuk, jumlah dahak, gejala sesak, kemampuan aktivitas,
gangguan tidur dan kelemahan fisik)
DIAGNOSIS 1. Berdasarkan Populasi
KERJA a. PPOK Populasi A
Tidak pernah ekaserbasi atau hanya 1 kali kunjungan ke rumah
sakit karena eksaserbasi berat selama 1 tahun dengan nilai mMRC
0-1 dan CAT < 10 (dapat dilakukan rujuk balik untuk pasien jkn/
bpjs)
b. PPOK Populasi B
Tidak pernah atau hanya 1 kali kunjungan ke rumah sakit karena
eksaserbasi berat selama 1 tahun tetapi nilai mMRC >= 2 dan CAT >=
10
c. PPOK Populasi C
>= 2 kali eksaserbasi atau >= 1 kali kunjungan ke rumah sakit
karena eksaserbasi berat selama 1 tahun dengan nilai mMRC 0-1
dan CAT < 10
1. Berhenti merokok
2. Aktivitas fisik
3. Tidur yang cukup
4. Diet sehat
EDUKASI
5. Strategi managemen stres
6. Mengenali gejala eksaserbasi
7. Penggunaan obat yang tepat
8. Kontrol teratur
Quo ad vitam: Bonam Quo ad functionam: Dubia
PROGNOSIS
Quo ad sanasionam: Dubia
KOMPETENSI Spesialis Paru : 4
EVALUASI PPOK
No. Konten Ya Tidak Keterangan
INDIKATOR 1. Penegakan Diagnosis
MEDIS 2. Terapi bronkodilator
3. Rujuk balik PPOK
populasi A
1. Sesak berkurang atau hilang
KRITERIA 2. Dapat mobilisasi
PASIEN
3. Perbaikan kondisi klinis dan pemeriksaan lain
PULANG
RAWAT INAP 4. Penyakit penyerta tertangani
5. Mengerti pemakaian obat
Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Pedoman Diagnosis dan
KEPUSTAKAA
Penatalaksanaan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2016.
N
1. Global Initiative for Chronic obstructive Lung Disease (GOLD). 2018.
HEMATEMESIS MELENA
PANDUAN
PRAKTIK Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :
KLINIS 445/ /SPO- 00
PMKP/RSUD-2022
Tanggal Terbit : Ditetapkan Direktur
RSUD SUNGAI RUMBAI
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
Hematemesis adalah muntah darah berwarna hitam ter yang berasal
dari saluran cerna bagian atas. Melena yaitu buang air besar berwarna
hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas yang dimaksud
PENGERTIAN
dengan saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna diatas
(proksimal) ligamentum trettz mulai dari jejunum proksimal, duodenum,
gaster dan oesophagus.
Muntah dan BAB darah warna hitam ter, syndrome dyspepsia, bila ada
riwayat makan obat NSAID, jamu pegal linu, alkohol yang menimbulkan
KRITERIA erosi/ulkus peptikum riwayat sakit kuning/hepatitis.
DIAGNOSIS Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, dapat disertai
gangguan kesadaran (prekoma/koma hepatikum) dapat terjadi syok
hipovolemik.
DIAGNOSIS a. Hemoptoe
BANDING b. Hematoshezia
Darah perifer lengkap hemostosis lengkap atau masa perdarahan , masa
pembekuan, masa protrombin, elektrolit (Natrium, Kalium, Clorida).
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fungsi hati (Cholinesterase, Albumin, Globulin,
PENUNJANG
SGOT/SGPT) petanda hepatitis B dan C, endoskopi, SCBH diagnostik
atau foto rontgen, OMD, USG hati.
TATA Non farmakologis : tirah baring, puasa diet hati /lambung, pasang NGT
LAKSANA untuk dikompresi, pantau perdarahan.
Farmalogis :
- Transfusi darah PRC/ sesuai perdarahan yang terjadi dan Hemoglobin
pada kasus varises transfuse sampai dengan Hb 10 gr % . Pada kasus
non varises transfusi sampai dengan Hb 12 gr %.
- Sementara menunggu darah dapat diberikan penganti plasma
( misalnya dekstran (huma cel) atau NaCl 0,9 % atau Rh
Untuk penyebab non varises :
1. Infeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa protein
( losec)
2. Sitoprotektor : sukralfat 3-4 x 1 gram atau Trepenon 3 x 1 tab
3. Antasida
4. Injeksi vit K untuk pasien dengan penyakit hati kronis atau sirosis
hati
Untuk penyebab varises :
1. Somastostatin bolus 250 mg + drip 250 mikro gram/jam IV atau
ocreotik ( Sandostatin) 0,1 mg/2 jam. Pemberian diberikan sampai
perdarahan berhenti atau bila mampu diteruskan 3 hari setelah sklero
tata laksana / ligasi varises.
2. Propanolol dimulai dosis 2 x 10 mg dosis dapat ditingkatkan
sampai tekanan diastolik turun 20 mmHg atau denyut nadi turun 20
% ( setelah keadaan stabil hematemesis melena (-)
3. Isosorbid dinitrat/mononitrat 2 x 1 tab/hari Keadaan umum
stabil
4. Metoklorpramid 3 x 10 mg/hari
Bila ada gangguan hemostasis obat sesuai kelainan
Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis Hepatis
diberikan :
1. Laktulosa 4 x 1 sdm
2. Neomisin 4 x 500 mg
Obat ini diberikan sampai tinja normal
HEMATEMESIS MELENA
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
Kondisi dekompensasi metabolik akibat defisiensi insulin absolute atau
relative dan merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang serius.
Gambaran klinis utama KAD adalah Hiperglikemia, ketosis dan asidosis
metabolik
Faktor pencetus :
- Infeksi , infark miokard akut, pankreatitis akut
- Penggunaan obat golongan steroid
- Penghentian atau pengurangan dosis insulin
Pemeriksaan lain :
- Kultur darah
- Kultur urin
- Kultur pus
a.
Akses IV 2 jalur, salah satunya dicabang 2 way
1. Cairan
o NaCl 0,9 % diberikan + 1-2 liter pada 1 jam pertama
lalu + 1 liter pada jam kedua lalu + 0,5 liter pada jam
ketiga dan keempat dan 0,25 liter pada jam kelima dan
keenam, selanjutnya sesuai kebutuhan.
o Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5
L , jika Na > 155 mEq/l ganti cairan dengan NaCl
0,45 % , Jika GD < 200 mg/dl ganti cairan dengan
dextrose 5 %
2. Insulin (regular insulin : RI)
o Diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan
o RI bolus 180 mu/kgBB IV dilanjutkan.
o RI drip 90 mg/kgBB/jam dalam NaCl 0,9 %
o Jika GD < 200 mg/dl kecepatan dikurangi RI drip 45
mg/kg/BB/jam dalam NaCl 0,9 %
o Jika GD stabil 200-300 mg/dl selama 12 jam RI drip
1-2 u/jam IV, disertai sliding scale setiap 6 jam
GD (mg/dl RI (Unit Subkutan)
< 200 0
200-250 5
TATA 250-300 10
LAKSANA 300-350 15
> 350 20
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
suatu gangguan organik otak yang disebabkan adanya darah di
PENGERTIAN
parenkim otak atau ventrikel
Kelainan Neurologik fokal yang timbul mendadak akibat gangguan aliran
darah lokal di otak (klinis dapat berupa : Hemiparesis/plegi. Hemi
hipestesi, Asfasia, Amurosis fugax, kelumpuhan saraf-saraf otak, vertigo,
disertai gangguan kesadaran/tidak, dll).
Hemorhagik :
-
Peredaran intraserebral
-
Peredaran sub trakhnoid
1.
Trauma ( Kontusio serebri)
DIAGNOSIS
2.
Infeksi otak/selaput otak
BANDING
3.
Tumor otak
a.
Pungsi Lumbal, CT Scan Otak, Arteriografi, MRI Dopler, dll ( bila ada).
b.
Laboratorium : darah tepi rutin, trombosit, Hematokrit, agregasi
PEMERIKSAAN
platelet (bila mungkin ), Ureum, Kreatinin, Asam Urat, Kholesterol
PENUNJANG
(Total, HDE, dan LDL) , Gula darah urine rutin
c. Foto Toraks, EKG
- Penyakit Dalam bagian ginjal dan hipertensi, jantung, endokrin)
KONSULTASI - Bedah saraf (bagi yang hemoragik)
- Bedah Vaskuler (trombektomi, dll) tapi jarang dilakukan
1. Untuk penderita baru (kurang dari 10 hari) dan penderita dengan
PERAWATAN progresifitas penyakitnya, segera dirawat.
RS
2. Untuk penderita yang sudah lama atau yang ringan , dapat berobat
jalan, atau tergantung keadaan
1. Memperbaiki oksigenasi jaringan otak dengan mengoreksi gangguan
pernafasan (sesuai dengan hasil pemeriksaan astrup), dan lain-lain.
2. Memperbaiki aliran darah ke otak (tekanan darah yang optimal,
kekentalan darah, memperbaiki gangguan fungsi otak), dan lain-lain
3. Anti Edema : Pada yang baru (kurang dari 10 hari) diberi Glycerol,
manitol, steroid dan lain-lain, bila tak ada kontra indikasi.
4. Memperbaiki keadaan umum
5. Memperbaiki gangguan metabolik (sesuai dengan pemeriksaan gula,
TATA ureum dan lain-lain).
LAKSANA
6. Fisioterapi dan latihan bicara pada afasis.
7. Untuk memperbaiki metabolisme otak dapat ditambah dengan obat-
obatan Piracetam, Citicholin, Pentaksifilin, Kodergokrin dan lain-lain.
8. Pada Perdarahan subarakhnoid ditambah dengan obat-obatan
golongan anti fibrinolitik misal : Transamin.
9. Pada perdarahan dipertimbangkan tindakan operasi
10.Pada yang non hemoragik dengan hiperagregasi trombosit, diberi anti
platelet agregasi misalnya asam salisilat, dan lain-lain.
GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK (STROKE)
a. Karena Penyakit:
- Peredaran atau infark makin luas
PENYULIT - Infark yang diikuti perdarahan (infark Hemoragik).
- Ada komplikasi penyakit lain (jantung, ginjal, diabetus
mellitus, dan lain-lain)
b. Karena Tindakan : Jarang
INFORMED Perlu
CONSENT
(TERTULIS)
STANDARD Dokter umum bila tak ada dokter spesialis
TENAGA
LAMA - Non Hemoragik : 2 minggu
PERAWATAN - Hemoragik : 3-4 minggu, tergantung keadaan
- TIA dan RIND dapat sembuh total secara klinis
- Yang lainnya umumnya sembuh parsial (ada sequale)
OUTPUT - Karena biasanya disertai penyakit lainnya (jantung, ginjal dan
hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain) komplikasi jadi tumpang
tindih
PA Bila dilakukan tindakan bedah (tidak begitu penting)
Bila perlu (permintaan polisi, badan hukum, asuransi, atau yang
AUTOPSI
berwenang lainnya, seizin keluarga).
TRAUMA SUSUNAN SYARAF
PANDUAN
PRAKTIK Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :
KLINIS 445/ /SPO- 00
PMKP/RSUD-2022
Tanggal Terbit : Ditetapkan Direktur
RSUD SUNGAI RUMBAI
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
A. Saraf Pusat
a. Trauma kapitis ( Kepala ) : ICD 850-854 Intracranial Injury
1. Komosio Serebri (ICD 850 – 854) : concussion
2. Kontusio Srebri (ICD 851) : Cerebral Laceration and Contusion
3. Edema Serebri Taumatika (ICD 854): Intracanial injury
4. Perdarahan Epidura (ICD 852): Subarachnoid, subdural and
extradural haemorrhage, following injury
5. Perdarahan Subdura (ICD 852) : Subarachnoid, subdural and
extradural, Haemorrhage, following injury
6. Disertai fraktur tengkorak terbuka atau tertutup : Fraktur linier,
fraktur impresi atau fraktur dasar tengkorak
ICD 800.1 : Fracture of skull closed with intracranial injury
800.3 : Fracture of skull open with intracranial injury
B. Saraf Perifer :
1. Avulsi Radiks ICD 907.3 : Late effect of injury to nerve root (s) spinal
plexus (es) and other nerves of trunk
2. Lesi Pleksus ICD 907.4 : Late effect of injury to peripheral nerve of
shoulder girdle and upper limb
3. Lesi Saraf Perifer ICD 907.5 : Late effect of injury to peripheral nerve
of pelvic girdle and lower limb
A. Anamnesis/dilihat sendiri
Trauma kapitis (kepala) :
- Pingsan, muntah, amnesia, retrograde, pusing, dll.
- Gangguan fungsi saraf (kesadaran menurun, kelumpuhan, kejang,
dll).
KRITERIA
Trauma tulang belakang :
DIAGNOSIS
Gangguan medula spinalis (kelumpuhan anggota gerak dengan
gangguan nivo sensibilitas serta gangguan antonom miksi dan
defekasi
B. Anamnesis trauma dan ditemukan kelumpuhan neuron motorik
perifer. Biasanya sebagian saraf perifer saja
1. Gangguan peredaran darah otak, tumor otak atau epilepsi yang
DIAGNOSIS
dicetuskan waktu trauma.
BANDING
2. Mono Neuropati Akut
a. Foto rontgen tengkorak/vertebra. CT Scan Otak/Medula spinalis.
PEMERIKSAAN
b. EEG, Arteriografi
PENUNJANG
c. Pungsi Lumbal (bila tak ada kontra indikasi)
KONSULTASI Bedah saraf/bedah (tergantung indikasi)
Karena Penyakit:
a. Perdarahan yang makin banyak misalnya perdarahan
epidura
b. Edema serebri yang makin luas
c. Gangguan jiwa organik
PENYULIT Karena Tindakan :
- Fungsi lumbal pada tekanan intra kranial yang tinggi, dapat
menyebabkan herbiasi otak melalui foramen magnum yang dapat
menyebabkan kematian mendadak
- Kematian mendadak dapat pula terjadi akibat manipulasi yang
berlebihan pada penderita cedera medula spinalis terutama cedera di
daerah servikal atas
INFORMED Terutama untuk yang dicurigai berat
CONSENT
(TERTULIS)
STANDARD Dokter spesialis, dokter umum ditempat yang tidak ada dokter spesialis
TENAGA
LAMA Untuk yang ringan 3 hari
PERAWATAN Untuk yang berat : tergantung keadaan
Komosio ringan : sembuh total
OUTPUT
Yang lainnya sering ada keluhan /gejala sisa
PA Bila ada tindakan operatif
Sering diperlukan, karena kausanya suatu kekerasan, sering diperlukan
AUTOPSI
untuk kepentingan hukum.
PANDUAN PERDARAHAN ANTE PARTUM
PRAKTIK Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :
KLINIS 445/ /SPO- 00
PMKP/RSUD-2022
Tanggal Terbit : Ditetapkan Direktur
RSUD SUNGAI RUMBAI
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
PENGERTIAN Perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih
1. Anamnesis
a. Perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih,
perdarahan spontan tanpa aktifitas atau akibat, trauma pada
abdomen.
b. Nyeri atau tanpa nyeri kontraksi uterus
c. Beberapa faktor predisposisi :
- Riwayat Solusio Plasenta
- Perokok
- Hipertensi
KRITERIA - Multi paritas
DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik Umum : Keadaan tensi, nadi, pernafasan.
2. Obstetrik
a. Periksa luar :
- Bagian terbawah janin belum/sudah masuk PAP
- Apakah a’a kelainan letak /tidak
b. Inspekulo : Apakah perdarahan berasala dari ostioum uteri atau dari
kelainan serviks dan vagina
c. Perabaan Fornises : hanya dikerjakan pada presentasi kepala
d. PDMO : BIla akan mengakhiri kehamilan/persalinan
e. USG
1. Solusio Plasenta
Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/corpus
uterin sebelum janin lahir.
a. Ringan : Perdarahan kurang dari 100-200 cc. Uterus tidak tegang,
belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang
dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250
mg %
b. Sedang : Perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang terdapat tanda
renjatan gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta ¼
sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg
%
DIAGNOSIS c. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda
BANDING renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta bisa terjadi
pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau kesleuruhan bagian
permukaan.
2. Plasenta Previa
Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi sebagian atau
keseluruhan pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).
Pembukaan jalan lahir.
3. Vasa Previa
Tali pusat berinsersi pada selaput ketuban dimana pembuluh
darahnya berjalan diantara lapisan amnion dan korion melalui
pembukaan serviks
PEMERIKSAAN
A. Kardiotokografi : Laenek, Dopler, untuk menilai status janin
PENUNJANG
B. USG : Menilai letak plasenta, usia gestasi, keadaan janin
PERDARAHAN ANTE PARTUM
C. Laboratorium :
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Trombosit
- Waktu pembekuan darah
- Waktu Protrombin
- Waktu Tromboplastin parsial
- Elektrolit plasma
KONSULTASI Spesialis anak, anestesi, penyakit dalam
PERAWATAN Rawat inap, segera
RS
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
Riwayat nyeri mendadak daerah abdomen kanan atas/epigastrium.
Nyeri dapat menjalar ke daerah pinggang dan kearah bahu atau
dirasakan menembus ke belakang. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus
KRITERIA menerus.
DIAGNOSIS - Demam
- Mual dan muntah
Pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda peritonitis lokal daerah abdomen kanan atas
Kolisistitis akut
DIAGNOSIS
Pankreatitis akut
BANDING
Perforasi tukak peptic
1. Laboratorium :
- rutin
PEMERIKSAAN - khusus : faal hati
PENUNJANG amilase darah & urin
2. USG
3. Foto polos abdomen 3 posisi
KONSULTASI Spesialis bedah
PERAWATAN Rawat inap segera
RS
- Puasa
- Pemasangan pipa lambung
TATA
- IVFD
LAKSANA
Pembedahan akan dilakukan bila peritonitis meluas melebihi satu
kuadran atau ada udara bebas pada foto abdomen.
PENYULIT Peritonitis umum dan sepsis
STANDARD RS RS Tipe C
INFORMED Perlu
CONSENT
(TERTULIS)
LAMA 3-5 hari
PERAWATAN
STANDARD Spesialis Bedah
TENAGA
MASA 7-10 hari
PEMULIHAN
Bila diagnosis kolesistitis akut, perlu tindakan kolesistektomi setelah 2
OUTPUT
bulan
PA -
AUTOPSI -
DIARE AKUT
PANDUAN
PRAKTIK Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman :
KLINIS 445/ /SPO- 00
PMKP/RSUD-2022
Tanggal Terbit : Ditetapkan Direktur
RSUD SUNGAI RUMBAI
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Menurut Riset
kesehatan Dasar 2007, diare merupakan penyebab kematian pada 42%
bayi dan 25,2% anak usia 1 – 4 tahun
1. Lama berlangsungnya diare, frekuensi diare sehari, warna feses,
adakah lendir atau lendir darah dalam feses
2. Adakah muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran
menurun, kapan buang air kecil terakhir, demam, sesak nafas,
ANAMNESIS kejang, perut kembung
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare
4. Jenis makanan dan minuman yang dimakan/minum selama diare
5. Apakah mengkonsumsi makanan minuman yang tidak biasa
6. Apakah terdapat penderita diare disekitarnya
7. Bagaimana dengan sumber air minum
1. Keadaan umum, tanda vital dan kesadaran :
Tanda Utama :
gelisah, rewel, lemah/ letargi/ coma, tampak haus, turgor
kurang atau buruk
PEMERIKSAAN Tanda tambahan :
Fisik Mulut bibir lidah kering, mata dan UUB cekung, keluar
air mata
2. Nafas cepat dan dalam (nafas Kuszmaull) tanda asidosis
metabolik
3. Kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit (hipo atau
hipernatremia), kembung (hipokalemia)
4. Berat Badan
5. Penilaian derajat dehidrasi
1. Diare akut tanpa dehidrasi : Tidak ditemukan tanda utama
maupun tambahan, kehilangan cairan tubuh < 5%BB. KU baik
sadar, UUB tak cekung, mukosa mulut dan bibir basah, turgor
baik atau cukup, bising usus normal, akral hangat
2. Diare akut dengan dehidrasi ringan /sedang : Kehilangan cairan
5-10% BB, terdapat 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
KRITERIA
tambahan. KU gelisah atau cengeng. Turgor kurang, akral masih
DIAGNOSIS
hangat
3. Diare akut dengan dehidrasi berat : kehilangan cairan >10%
BB, terdapat 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan. KU letargi atau koma, UUB sangat cekung, mata
sangat cekung, mukosa mulut dan bibir kering. Turgor sangat
kurang akral dingin.
DIAGNOSIS Diare akut dengan atau tanpa dehidrasi
KERJA
1. Keracunan makanan
DIAGNOSIS
2. Disentri baksiler
BANDING
3. Disentri amuba
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan feses lengkap
PENUNJANG 2. Analisis elektrolit
DIARE AKUT
dr. Sujito
NIP. 19790821 200804 1 001
PENGERTIAN Akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat peninggian
tekanan intravascular.
Anamnesis
- Riwayat trauma/terpapar pada sumber panas (api,air panas, minyak
panas, zat kimia, listrik, radiasi).
- Riwayat terkurung dalam ruang tertutup
- Riwayat terpapar pada suatu ledakan
- Riwayat terjatuh dari ketinggian tertentu setelah terpapar pada sumber
panas
Pemeriksaan Fisik
1. Survai Primer
- Deteksi adanya tanda – tanda cedera inhalasi
- Deteksi adanya eskar melingkar pada rongga torak dengan tanda –
tanda distress pernafasan
- Deteksi adanya tanda – tanda syok