Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Marmer umumnya tersusun oleh mineral kalsit dengan kandungan mineral minor lainya
adalah kuarsa, mika, klhorit, tremolit, dan silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit.
Nilai komersil marmer bergantung kepada warna dan tekstur. Marmer yang berkualitas
sangat tinggi adalah berwarna putih sangat jernih, sebab kandungan kalsitnya lebih besar dari
90 %. Marmer yang berwarna abu-abu dihasilkan dari kandungan grapit pada batuan tersebut,
pink dan merah akibat adanya kandungan hematit, kuning dan krem sebagai pengaruh dari
kandungan limonit. Marmerpun dicirikan pula oleh gores arah jarus dan lapisan grapit atau
silikat gelapnya. Berdasarkan besar butirnya, tekstur berkisar dari halus hingga kasar. Sifat
sifat lainnya yang berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah porositas, kekuatan regangan
dan kekuatan terhadap cuaca.
Marmer merupakan bahan galian yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas, bahkan
cukup gencar pula muncul ke permukaan yang menimbulkan sensasi pencarian marmer yang
dapat tembus cahaya dengan harga penawaran sangat menggiurkan, walaupun hanya sebatas
orang-per orang dan diliputi misteri, hobi dan aspek mistik lainnya.
Sebagai bahan galian yang mempunyai nilai jual tinggi karena rona yang sangat indah,
artistik, dan aspek kuat tekan dan geser yang tinggi menjadikan bahan galian ini mempunyai
pangsa pasar yang relatif tinggi hingga pada pasar menengah.
Penggunaan marmer biasanya untuk meja, tegel, hiasan dinding, pelengkapan rumah tangga
sepeti guci, lampu hias dan lain sebagainya. Untuk tegel, dinding dan meja memerlukan
diameter yang besar dan kualitas yang sangat baik dalam artian sedikit sekali adanya retakan
dan kandungan minerl bijihnya, sehingga akan menimbulkan kesan dingin walaupun kenas
sinar matahari sekalipun.
Sejak zaman dahulu kala marmer sudah memiliki pasar yang baik, sehingga perburuan ke
lokasi-lokasi penghasil marmerpun cukup tinggi. Italia merupakan negara pengahsil marmer
yang sangat terkenal di dunia, walaupun pada kenyataannya bahanbaku marmer itu sendiri
bukan asli dari Italia tetapi dari negara-negara lainnya yang dimasukan terlebih dahulu ke
Italia. Marmer dari luar tersebut diproses terlebih dahulu di Intalia yang kemudian dikemas
sedmikian rupa dan dipasarkan dengan merek Italia.
Pasar marmer atau batu pualam yang sempat kandas saat krisis melanda kini mulai membaik.
Meski dari kualitas pengolahan marmer lokal masih kalah dengan polesan produk impor,
namun dari sisi penjualan marmer lokal lebih baik.
Produk lokal dengan impor memang tidak beda jauh seperti dari segi ornamen. Namun, harga
marmer lokal lebih murah dibanding dengan yang impor. Oleh karena itu rata-rata konsumen
menyukai produk lokal karena selain lebih murah ornamen yang disuguhkan juga hampir
sama. Jika belum cukup jeli, sulit untuk membedakan antara marmer lokal dan impor. Pada
umumnya marmer lokal berwarna terang, sedangkan yang impor warnanya agak gelap,
seperti warna coklat. Tetapi, tidak berarti seluruh marmer impor berwarna gelap. Karena

marmer yang asal Cina juga memiliki warna yang hampir sama dengan marmer lokal, seperti
warna krem.
Secara fisik akan nampak jelas dari aspek pori-porinya, dimana marmer impor memiliki poripori yang rapat sedangkan marmer lokal kurang rapat. untuk mengetahui pori-pori marmer
tersebut rapat atau tidakcukup dengan menyiramkan air pada bagian atas marmer, dan jika
meninggalkan bekas basah walau telah dilap dengan kain kering, berarti pori-pori marmer
tersebut besar (Mega Sari, Kompas, 2002).
2.

GEOLOGI

2.1 Mula Jadi


Marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam merupakan batuan hasil proses
metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batukapur. Pengaruh temperatur dan
tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen kan menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali
pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi tersebut akan menghilangkan struktur asal batuan tersebut tetapi akan
membentuk tekstur baru, keteraturan butir. Pembentuk mineral ini di Indonesia yang sudah
ditemukan adalah sekitar 30 60 juta tahun yang lalu atau berumur Kwarter hingga Tersier.
2.2. Potensi:
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer
akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer.
Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang
mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Di
Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1.
3. PERTAMBANGAN
Untuk mengetahui besarnya cadangan suatu tubuh marmer maka biasanya dilakukan
eksplorasi geofisika agar diketahui baik penyebaran horizontal maupun vertikal, kemudian
dbuat sumur uji dan pemboran untuk mengetahui ketebalan lapisan. Untuk mengetahui
kualitas marmer di suatu lokasi maka diambil sampel yang diuji di laboratorium baik fisika
maupun kimia, secara mikroskopis.
Sebelum keluar teknologi baru, penambangan marmer dilakukan dengan 2 tahapan yaitu:
Land clearing (pengupasan), yaitu kegiatan pengupasan lapisan tanah dengan menggunakan
buldozer dan ekskavator menggali tanah yang menutupi tubuh batuan guna menyiapkan
kegiatan penambangan
Kegiatan produksi, yaitu proses pemolaan, pemboran, pemahatan, dan seleksi tiap blok dan
mengangkutnya ke lokasi pengolahan selanjutnya.

Biasanya pemboran dilakukan dengan mengebor vertikal sampai kedalaman 110 cm pada sisi
pan jang dengan ukuran 260 cm dan sisi lebar (mendatar) sebesar 135 cm (Asril Riyanto,
1994). Sedangkan pemahatan mendatar dimaksudkan untuk melepas blok dengan ukuran
standar 260 x 110 x 135 cm. Kegiatan tersebut dibantu dengan alat angkat/tarik, alat dorong
serta alat angkut. Setelah muncul teknologi baru yaitu dengan menggunakan alat pengerat
bermata diamond, maka segala kegiatan eksploitasi dilakukan di lokasi marmer tersebut
berada. Untuk tahap awal dilakukan pemolaan diameter batu yang akan dibelah dan dipotong,
selanjutnya dibor sampai kedalam tertentu lalu dilakukan pengeratan tersebut.
Pengolahan merupakan proses kegiatan memperhalus produk hingga menjadi produk yang
siap dipasrkan. Adapaun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk yang masih menggunakan teknologi lama maka blok batu pualam berukuran ( 260 x
100 x 135 ) cm digergaji menjadi lempengan-lempengan denganketebalan rata-rata 2 cm.
Lempengan batu pualam tersebut kemudian dipotong menjadi barang setengah jadi, sesuai
ukuran-ukuran standar pesanan
Barang setengah jadi tersebut kemudian digerinda dua tahap dan kemudian disempurnakan
atau ditambal da dipoles pada lapisan-lapisan yang berlubang hingga akan dihasilkan marmer
yang mengkilap.
4. KEGUNAAN
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan
yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan
tempat mandi, meja-meja toilt, lanati, dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering
dipakai untuk seni pahat dan patung (Asril, 1994).

5. PERKEMBANGAN DAN ROSPEK


Marmer pada saat ini masih merupakan barang mewah, kecuali untuk ukuran yang kecilkecil sebagai souvenir. Marmer atau batu pualam yang mengkilap biasanya dijadikan salah
satu ciri fisik kemewahan sebuah bangunan dan rumah. Kemewahan marmer belum ada yang
menandingi karena kualitasnya yang baik dibandingkan produk lantai atau dinding dari bahan
lain.
Dilihat dari sisi pembiayaan, membuat lantai dari marmer harus menyiapkan dana yang tidak
sedikit. Hanya orang yang memiliki dana berlebih saja yang mampu membelinya, guna
menghiasi gedung atau rumah mewah mereka.
Perkembangan yang sangat mencolok adalah dari segi penambangannya, karena saat ini telah
lebih simple yaitu dengan menggunakan teknologi mutakhir. Sedangkan prospek ke depan
untuk marmer masih dalam pangsa pasar yang masih terbatas di kalangan menengah samapai
kalangan atas, kecuali hanya untuk souvenir yang kecil kecil saja masih dapat dijangkau
oleh kalangan menengah ke bawah.

Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi marmer adalah PT. Dwi Tunggal
Marmer Indah, PT. Gramer, PT. Multi Marmer Alam, PT. Pusaka Marmer Indahraya, PT.
Citatah Marble, PT. Gramaron
Beberapa lokasi tambang marmer sudah dieksploitasi, misalnya daerah Citatah di Jawa Barat
oleh PT. Kurnia, PT. Bakri Prima Moramo telah meeksploitasi tahap uji coba di Kecamatan
Moramo Kendari, Kec, Wolo, Kecamatan Kasusua, dam Pulau Kbaena Buton dengan
kapasitas produksi tambang 90 m3/bulan dan kapasitas pabrik = 1.500 m2/bulan.
PT Citatah Tbk (dikenal dengan PT Citatah Industri Marmer Tbk) bergerak dalam bidang
penambangan dan prosesing marmer, yang beroperasi di Citatah dan Sukabumi (Jawa Barat)
dan Maros dan Pangkep (Sulawesi Selatan).
Anak perusahaan PT Quarindah Ekamaju Marmer (QEM), yang diakuisisi pada bulan Januari
1996, yang mengelola pabrik Pangkep, sedangkan dua anak perusahaan penjual lainnya
Quarindah Citatah (Malaysia) Sdn. Bhd di Kuala Lumpur dan UGM Citatah Inc., Amerika
Serikat yang mengelola penjualan di pasar utama regional dan Amerika Serikat.
PT. Citatah telah melakukan eksploitasi di Pangkep Sulawesi Selatan dengan kapasitas
terpasang pada tahun 2000 adalah 480.000 meter persegi, ubin 960.000 m2. Sedangkan di
Bandung Jawa Barat produk lempengan sebesar 60.000 m2, dan ubin 300.000 m2, di
Karawang, Jawa Barat sebanyak 396.000 m2 lempengan tiap tahun.
Pada tahun 1998 kapasitas pabrik di perusahaan mencapai 425,000 m2 termasuk 223,000
m2 lempengan dan 202,000 m2 ubin. Pabrik kedua dibangun di Pangkep untuk melengkapi
enam pemotongan ubin pararel dan line penggosok, sedangkan pabrik yang asli disusun
kembali kedalam dua line prosesing lempengan. Dengan kapasitas output 130,000 per bulan.
Pangkep saat ini merupakan pusat produksi utama bagi perusahaan.
Perkembangan harga marmer di Indonesia, baik yang berasal dari lokasl maupun impor adal
marmer lokal yang berasal dari Bandung, Tulung Agung, Bandar Lampung, dan Ujung
Pandang, untuk tiap meter perseginya dijual dengan kisaran harga Rp 150.000 Rp 250.000.
Sementara produk impor, yang berasal dari Italia, Cina, India, dan Benua Afrika dijual
dengan harga termurah Rp 400.000 per m2 dan tertinggi adalah di atas Rp 1 juta, tergantung
pada motifnya serta kehalusan proses pemolesan akhir.
Untuk perbandingan harga marmer tersebut dapat dilhat seperti pada Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Harga Daftar Marmer Per Meter Persegi

Nama
Lokal
Milano
Mosaic
Torano
Mosaic
Bologna

Harga

Rp
Rp
Rp

475.000
375.000
350.000

Catona
Fucco
Diamond
Misty
Moca
Empired
Brecia Damascati

Rp
Rp
Black
Grey
Cream
Red
Rp 725.000

Impor
Verde
Patricia
(Italia)
Fantasi
Pink
(Cina)
Parket Antiquewood
Rp 2.000.000

150.000
150.000
425.000
300.000
450.000
600.000

Rp
Rp
Rp
Rp

Rp
Rp

450.000
350.000

(Italia)
Sumber: Pinangsia, Kompas Cyber Media, 2002
Produksi marmer tidak secara jelas muncul, tetapi hanya beberap perusahaan saja yang sudah
melakukan kegiatan eksploitasinya seperti telah dibahas di atas yaitu adalah PT. Dwi Tunggal
Marmer Indah, PT. Gramer, PT. Multi Marmer Alam, PT. Pusaka Marmer Indahraya, PT.
Citatah Marble, PT. Gramaron.
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Impor marmer pada atahun 1997 berkisar 40 ribu ton yang
menurun drastis sekitar 24 % menjadi hanya 9,6 ribu ton , begitupula pada tahun 199 hanya
menjadi 3,2 ribu ton. Hal ini akibat kondisi perekonomian Indonesia sehingga sangat
mempengaruhi tingkat konsumsi material impor karena dari segi harga tentunya sangat tinggi
dengan perubahan nilai tukar rupiah terhdap dolar. Tetapi pada tahun 2000 hingga 2002
impor akan marmer kembali meningkat walaupun masih sekitar 50 % dari angka impor tahun
1997.
Kondisi demikian juga mempengaruhi pada tingkat konsumsi marmer tersebut, dan ada
peningkatan pada tahun 1998, para konsumen beralaih sementara pada produk domestik
tetapi pada tahun 1999 kembali turun hingga tahun 2002 hanya menjadi 14,3 ribu ton.
Ekspor bahan marmer tercatat di BPS sebagai ekspor barang tambang dan industri yakni pada
tahun 200 ekspornya berupa kermamik dan marmer sekitar 596 ton , tetapi turun menjadi 561
ton dan 579 pad atahun 2001 dan 2002. Sedangkan ekspor berupa granit dan marmer adalah
sebanyak 28,7 ton pada tahun 2000 tetapi turun pada tahun 2001 walaupun pad atahun 2002
kembali naik menjadi 28,4 ton.

Marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam merupakan batuan hasil proses
metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batukapur. Pengaruh temperatur dan
tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen kan menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali
pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.

Perusahaan yang sudah bergerak dibidang marmer adalah PT. Dwi Tunggal Marmer Indah,
PT. Gramer, PT. Multi Marmer Alam, PT. Pusaka Marmer Indahraya, PT. Citatah Marble, PT.
Gramaron dan masih ada yang belum tercatat.
Impor marmer mengalami penu-runan drastis ejak tahun 1998 akibat dari krisis moneter di
Indonesia, dan konsumen beralih ke produk domestik.

DAFTAR PUSTAKA
Asril Riyanto, 1994, Batu Pualam (Marmer), Bahan Galian Industri) Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, B.30.94.
Alamanda Gemilang, Alamanda Granit & Marble, 1998, PT. Alamanda Gemilang,
Jakarta,http://www.kompas.com/gayahidup/news/0204/29/22537.htm.
Tushadi, 1990. Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral, Direktorat
Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung.
Pinangsia, Gaya Hidup dan Hiburan, 2002, Kompas Cyber Media.
Puslitbang Teknologi Mineral, Buletin Statistik Komoditi Mineral Indonesia Nomor 28 tahun
2001, Bandung: Proyek Pengembangan Manajemen Sumber Daya.
Badan
Pusat
Statistik, Ekspor dan
Impor
Non
Sektor, http://www. dperin.go.id/ind/ statistic/e_isic.asp

Migas

Utama

Menurut

Anda mungkin juga menyukai