Neglected FX Femur D
Neglected FX Femur D
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan
memiliki fungsi yang sangat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini
terdiri atas tiga bagian, yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal,
dan metafisis distal. Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight
anterior bow, yang terletak antara trochanter minor hingga condylus
femoralis. Ujung atas femur memiliki caput, collum, dan trochanter major
dan minor.
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
epifisis dan atau tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang
parsial. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang
berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau
tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering
terjadi akibat penanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan
penatalaksanaan neglected fractur femur?
1.3
TUJUAN
Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan
penatalaksanaan neglected fractur femur.
1.4
MANFAAT
1.4.1
bedah khususnya
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Sdr.S
Umur
: 27 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
Alamat
: Jawa
Tanggal MRS
: 23 Desember 2013
No. Reg
: 338334
B. ANAMNESA
1. Keluhan utama
sekitar 1 tahun yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor dengan posisi
jatuh paha kanan pasien terbentur tugu dan pasien jatuh kearah samping,
tidak ada benturan pada kepala pasien, mual (-), muntah (-). Pada saat
jatuh pasien mengaku masih dalam keadaan sadar, namun pasien kesulitan
menggerakkan paha kanannya karena paha terasa nyeri dan pasien merasa
paha kanannya agak menonjol. Pasien mengobati keluhannya tersebut di
pengobatan sangkal putung sebanyak 2 kali dan dilakukan tarikan pada
paha kanan, namun keluhan tersebut tidak berkurang atau sembuh.
: 110/60 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20 x /menit
Suhu
: 37 oC
Kepala
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
D. STATUS LOKALIS
Regio femoris dextra
Look
(-),
deformitas
(+),
tampak
pemendekan
femoris
dextra
E. RESUME
Pasien laki-laki umur 27 tahun datang ke Poli Orthopedi RSUD
kanjuruhan kepanjen dengan keluhan paha kanan terasa nyeri dan sakit bila
digerakkan. Keluhan tersebut dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien mengaku sekitar 1 tahun yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor
dengan posisi jatuh paha kanan pasien terbentur tugu dan pasien jatuh kearah
samping.
Dari status lokalis regio femoris dextra deformitas (+), tampak
pemendekan femoris dextra dibandingkan dengan femoris sinistral, Nyeri
tekan setempat (+), krepitasi sulit dievaluasi, sensibilitas (+),kapiler refil (+)
normal, arteri dorsalis pedis teraba, panjang kaki kanan 87 cm, panjang kaki
kiri 96 cm, LLD 9 cm, Gerakan aktif dan pasif regio femoralis abduksi
terhambat, adduksi terhambat, fleksi terhambat dan ekstensi terhambat karena
terasa nyeri saat digerakkan.
F. DIAGNOSIS KERJA
Neglectecd non union fraktur femur dextra
G. PLANNING
1. Planning diagnosa
Foto Rontgen Regio Femoris dextra AP-lateral
Lab
2. Planning Terapi
a. Non operatif
-
Medikamentosa
Analgesik
Non medikamentosa
Istirahat
b. Operatif: 1. Traksi
2. Reposisi terbuka dan fiksasi interna (ORIF)
BAB III
PEMBAHASAN PENYAKIT
A. ANATOMI FEMUR
Femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan
amat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri atas tiga bagian,
yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal, dan metafisis distal.
Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight anterior bow, yang terletak
antara trochanter minor hingga condylus femoralis. Ujung atas femur memiliki
caput, collum, dan trochanter major dan minor.
Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan
berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae.
Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu
tempat perlekatan ligamen dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput
femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan
kebawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat
(pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur.
Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher
dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea
tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan sumsum merah.
Sumsum merah adalah tempat hematopolesis yang memproduksi sel darah
putih dan merah (RBCs / red blood cells, WBCs / white blood cells) serta
platelet.
C. DEFINISI DAN INSIDENSI
Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Batang Femur dapat
mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian
depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas.
Dimana kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya trauma rata-rata setiap penduduk 60 juga penduduk Amerika
Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta
(12%) membutuhkan perawatan di rumah sakit didapatkan 300 juta orang
diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8,7 juta orang
menderita kecacatan sementara (30%). Sedang di Indonesia tercatat kurang
lebih lebih 12 ribu orang pertahunnya mengalami kecelakaan lalu lintas,
dilihat dari banyaknya kecelakaan sebagai akibatnya selain kematian adalah
kondisi patah tulang atau fraktur.
D. ETIOLOGI
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur
akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan
tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik
tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Menurut Sachdeva
(1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
10
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut :
i. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
ii. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
iii. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan
kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau
fosfat yang rendah.
c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
E. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR
11
F. MEKANISME FRAKTUR
Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa trauma
tunggal, 2) tekanan yang berulang ulang, 3) kelemahan abnormal pada tulang,
dalam kasus fraktur femur sepertiga dextra kemungkinan mekanisme
terjadinya fraktur ada dua cara, yaitu karena trauma maupun kecelakaan
langsung yang mengenai tungkai atas pada batang femur, sehingga
mengakibatkan perubahan posisi pada fragmen tulang.
Tulang merupakan jaringan dinamis, dimana secara kontinyu bereaksis
terhadap suatu tekanan. Berdasarkan data dari Maitra dan Johnson, fraktur
stress atau tekanan merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara resorbsi
tulang dan deposit tulang selama tulang menerima tekanan yang berulang.
Sebagian besar tekanan pada kortek termasuk tension atau torsi;
bagaimanapun, tulang lemah dalam tension dan cenderung patah sepanjang
garis semen. Maitra dan Johnson melaporkan bahwa paksaan tension memicu
resorbsi osteoklas, sementara paksaan kompresi memicu respon osteoblas.
Dengan tekanan yang berulang, pembentukan tulang baru tidak dapat
seimbang dengan resorbsi tulang. Ketidakmampuan ini menyebabkan
penipisan dan kelemahan kortek tulang, dengan propragasi retakan melalui
garis semen, dan bahkan berkembang menjadi mikrofraktur. Tanpa istirahat
untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini, mikrofraktur dapat berkembang
menjadi fraktur klinis.
12
13
14
15
I. INDIKASI OPERASI
Indikasi operasi antara lain:
1) Penanggulangan non-operatif gagal
2) Fraktur multipel
3) Robeknya arteri femoralis
4) Fraktur patologik
5) Fraktur pada orang yang tua
Indikasi terapi operatif ORIF :
Fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon,
patella
Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius
dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil
Bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen
Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur
Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik
sebaiknya dengan reduksi tertutup misalnya fraktur Monteggia dan
fraktur Bennett
Fraktur terbuka
Bila terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna sedangkan
diperlukan mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur pada orang tua
Eksisi fragmen yang kecil
Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami nekrosis
avaskuler misalnya fraktur leher femur pada orang tua
Fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri
Fraktur multiple
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi.
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Fraktur yang
berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya fraktur femur.
16
J. KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Komplikasi Dini
Syok: dapat terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur
bersifat tertutup.
Emboli lemak.
Trauma Pembuluh darah.
Trauma Saraf.
Infeksi.
2. Komplikasi Lanjut
2.1. Non-Union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terdapat penyambungan.
Tipe I ( hypertophic non union ) tidak terjadi proses penyembuhan
fraktur, tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk
union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.
Tipe II ( atrophic non union ) disebut juga sendi palsu
( pseudoarthritis ) terdapat jaringan synovial sebagai kapsul sendi beserta
rongga synovial yang berisi cairan, proses union tidak akan tercapai
meskipun dilakukan imobilisasi dalam waktu yang lama.
Beberapa factor yang menyebabkan non union seperti disrupsi
periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur,
waktu imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak
memadai, infeksi dan penyakit tulang..
2.2. Avascular Nekrosis
Nekrosis Avascular kepala femur adalah komplikasi yang tak
terduga
setelah
dilakukan
semua
jenis
fiksasi
internal.
Pasien
cara untuk mendiagnosis hal ini pada saat terjadi fraktur. Beberapa minggu
kemudian,
scan
nanokoloid
dapat
memperlihatkan
berkurangnya
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham and Solomon, Louis. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur
Sistem Apley. Jakarta : Widya Medika.
De Jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC
Netter, Frank. 2002. Netters Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. USA : ICON
learning system
Reksoprodjo, Soelarto, dkk. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-3. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007.
18