Anda di halaman 1dari 12

BAB 4.

LINGKUNGAN HIDUP
FORAMINIFERA BENTHOS RESEN
Disamping temperature, salah satu faktor pengontrol distribusi organisme laut
termasuk Foraminifera adalah salinitas. Foraminifera benthos pada umumnya hidup
didasar laut, baik yang bersifat sesil ataupun vagil. Jenis Foraminifera ini banyak
dijumpai di laut, baik pada lingkungan brackish (setengah asin), hypersaline,
ultrasaline dan fresh water. Uraian berikut merupakan hasil penelitian pada
Foraminifera resen yang ditemukan dibeberapa daerah.
5.1. Lingkungan brackish
Berdasarkan atas kejadiannya, brackish water di kelompokkan menjadi 3 yaitu: (a).
Estuarine water of river (muara sungai), dimana air tawar dari daratan masuk
kelingkungan estuarine melalui muara sungai, (b). brackish water of relict enclosed
basin and semi enclose inlets (brackish yang terbentuk sebagai akibat cekungan
sisa dan terhalangnya pengaliran air sungai , (c.). brackish ground water relict from
ancient seas (connate water) disebut juga dengan istilah
air tanah yang bersifat
brackish.
(a).Lingkungan estuarine
Mengacu pada Boltovskoy & Wright (1976), berkaitan dengan hal ini, beberapa
penelitian telah dilakukan. Brady (1870) mendapatkan Elphidium striatopunctatum
dan Nonion depressulum merupakan spesies yang dapat hidup di air tawar (fresh
water).
Ditemukan juga
genus yang bersifat euryhaline, antara lain:
Quinqueloculina, Trochammina, Lituola, Cibicides, Rotalia, Elphidium dan Nonion
yang kurang toleran pada lingkungan dengan keadaan salinitas rendah. Diketahui
pula bahwa genus-genus tersebut didapatkan bersama dengan Thecamoebian
jenis DIffungia, bila tingkat salinitas menurun menunjukkan jumlah spesimen
Diffungia akan meningkat. Hal yang serupa terjadi pula pada Foraminifera. Brady
juga mendapatkan Globigerina dan Orbulina yang testnya tampak berwarna coklat
(brown stained) yang diduga kuat merupakan genus yang mati sehingga tidak
akan mmberikan informasi yang berkaitan dengan salinitas. Walther (1893) juga
menyebutkan bahwa Quinqueloculina, Cibicides, Elphidium, Nonion dan Rotalia
merupakan genus yang sangat toleran pada lingkungan brackish.
Hedberg (1934) menyebutkan dari hasil penelitiannya pada Danau Maracaibo yang
terhubungkan dengan laut oleh selat yang sempit, dengan beberapa sungai yang
sedang kering. Dia mendapatkan bahwa ada perbedaan genus seiring dengan
perbedaan area dengan salinitas yang rendah. Miliammina fusca sangat toleran
pada lingkungan salinitas rendah, dengan Elphidium, Rotalia beccarii juga
menunjukkan sifat yang sama. Marie (1938) menemukan Foraminifera di sungai
Rance dan menyebutkan bahwa Elphidium cf.excavatum, Nonion cf.stelligerus,
Lagena hexagona dan Rotalia sp dijumpai pada lingkungan air dengan salinitas
sangat rendah yaitu 0,07-0,12 ppm. Pada tingkat salinitas yang lebih tinggi (0,250,9 ppm) ditemukan Trochammina cf nitida, Spiroloculina aff.grata, Bolivina

punctata, Spirillina vivipara, Patellina corrrugata, Globigerina bulloides dan


Adelosina laevigata.
Bartenstein (1938) dan Bartenstein & Brand (1938) menemukan Foraminifera yang
hidup di lingkungan brackish di Jerman utara, antara lain: Proteonina
difflungiformis, Haplophragmoides canariensis, Ammobaculites agglutinans,
Trochammina nitida, Nonion depressulus, Elphidium excavatum, Rotalia beccarii,
Miliammina fusca. Jadammina polystoma yang ditemukan pertama kali
di
lingkungan brackish, juga dibuktikan dijumpai juga ditempat ini.
Richter (1961)
melakukan penelitian pada tempat yang sama khusus pada
Foraminifera resen, dan mendapatkan dominan Nonion depressulus, Elphidium
excavatum, Elphidium selseyense, Trochammina enflata, dan Rotalia beccarii.
Phleger & Walton (1950) melakukan penelitian di Barnstable Bay, Massachusetts,
mendapatkan Foraminifera yang hidup di lingkungan brackish adalah: sejumlah
besar Trochammina dan paling banyak Miliammina fusca.
Post (1951) studi tentang Foraminifera sepanjang selatan Texas tempat yang paling
banyak terjadi perubahan salinitas. Didapatkan genus Nonion, Elphidium dan
Rotalia menunjukkan toleransi yang cukup besar pada lingkungan salinitas rendah
( turun hingga 9ppm). Disusul dalam jumlah yang
sedikit Miliammina dan
Ammobaculites juga ditemukan pada lingkungan ini.
Rottgardt (1952) meneliti di daerah Kiel Bay, Jerman, ditemukan pada (a).Lacustrine
brackish (1,8-6 ppm), Miliammina fusca, Proteonina difflugiformis, (b). Brackish (69ppm), Miliammina fusca, Elphidium granulosum, E.askundi, Nonion depressuls,
Trochammina nitida, (c). Marine brackish (9-20ppm), Reophax subfusiformis,
R.dentaliniformis, Elphidium sp, (d). Marine (20-30 ppm) Eggerella scabra.
Ladd,Hedgpeth & Post (1957) melakukan studi di pantai Texas pada daerah dengan
salinitas rendah dan ditemukan: pada salinitas (0-9ppm) didapatkan, Rotalia,
Elphidium, dan Nonion serta spesies Rotalia beccarii (var), Elphidium
galvestonense.
Ishiwada (1958) melakukan penelitian pada
test Foraminifera yang sudah mati
pada danau Khamana-Ko yang terhubungkan dengan laut. Tiga asosiasi dijumpai
yaitu: (a).laut terbuka, dengan Foraminifera Pseudononion japonicum, Elphidium
subgranulosum, Rotalia beccarii (var), (b). laut transisi dengan Foraminifera
Reophax sp., Goesella iizukae, Ammobaculites exiguous, Rotalia beccarii, Elphidium
sp., (c). lacustrine dengan Foraminifera Haplophragmoides canariensis,
Trochammina globigeriniformis, Rotalia beccarii (var).
Ellison, Nichols&Hughes (1965), Nichols & Ellison (1967) dan Ellison & Nichols
(1970) mempelajari Foraminifera hidup yang berada di estuary Sungai
Rappahannock Virginia dan mendapatkan bagian atas estuari sungai (0,5-16 ppm)
didominasi oleh Ammobaculites crasus sedang di bagian akhir dari estuary
(>15ppm) dicirikan oleh Elphidium clavatum.
McCrone & Schafer (1966) mendapatkan Miliammina dan Ammomarginulina didapat
genus paling toleran pada lingkungan salinitas rendah (5 ppm), dekat dengan
estuary sungai Hudson, New York. Dibagian atas dari estuary ini ditemukan
Ammonia dan Trochammina pada lingkungan salinitas rendah dicirikan utamanya

chitineus test dibandingkan dengan calcareous test Foraminifera. Brackish water


pada estuary Gironde, Perancis didominasi oleh Foraminifera agglutinated spesies,
antara lain: Jadammina polystoma, Labospira jeffreysii, Trochammina pacifica,
T.ochracea dan Haplophragmoides wilberti, meski beberapa calcareous spesies
terdapat juga antara lain: Nonion depresulus, N.orbiculare, Ammonia beccarii tepida
dan Elphidium lidoense (Pujos, 1973).
Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat diringkas Foraminifera yang khas
berkembaang pada brackish water adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1. Foraminifera indikator estuarine dan daerah pantai
Peneliti
Jenis Foraminifera
Brady (1870)
Elphidium
striatopunctatum,
Nonion
depressulum,
Quinqueloculina, Trochammina, Lituola, Cibicides, Rotalia,
Elphidium dan Nonion.
Walther (1893)
Quinqueloculina, Cibicides, Elphidium, Nonion dan Raotalia
Hedberg (1934) Miliammina fusca, Elphidium, Rotalia beccarii
Marie (1938)
Elphidium cf.excavatum, Nonion cf.stelligerus, Lagena hexagona
dan Rotalia sp dijumpai pada lingkungan air dengan salinitas
sangat rendah yaitu 0,07-0,12 ppm. Pada tingkat salinitas yang
lebih tinggi (0,25-0,9 ppm) ditemukan Trocammina cf nitida,
Spiroloculina aff.grata, Bolivina punctata, Spirillina vivipara,
Patellina corrrugata, Globigerina bulloides dan Adelosina
laevigata.
Bartenstein
Proteonina
difflungiformis,
Haplophragmoides
canariensis,
(1938),
Ammobaculites agglutinans, Trochammina nitida, Nonion
Bartenstein
depressulus, Elphidium excavatum, Rotalia beccarii, Miliammina
&Brand (1938)
fusca. Jadammina polystoma
Richter (1961)
Nonion depressulus, Elphidium excavatum, Elphidium selseyense,
Trochammina enflata, dan Rotalia beccarii.
Phleger
& Trochammina dan paling banyak Miliammina fusca.
Walton (1950)
Post (1951)
Nonion, Elphidium, Rotalia, Miliammina dan Ammobaculites
Rottgardt
(a).Lacustrine brackish (1,8-6 ppm), Miliammina fusca, Proteonina
(1952)
difflugiformis, (b). Brackish (6-9ppm), Miliammina fusca,
Elphidium
granulosum,
E.askundi,
Nonion
depressulus,
Trochammina nitida, (c). Marine brackish (9-20ppm), Reophax
subfusiformis, R.dentaliniformis, Elphidium sp,
Ladd,Hedgpeth Rotalia, Elphidium, Nonion dan spesies Rotalia beccarii (var),
& Post (1957)
Elphidium galvestonense,
Ellison,
Ammobaculites crasus , Elphidium clavatum.
Nichols&Hughe
s (1965),
Nichols &
Ellison (1967)
dan Ellison &
Nichols (1970)

McCrone
&
Schafer (1966
Ishiwada (1958)

McCrone
&
Schafer (1966)
(Pujos, 1973).

Miliammina dan Ammomarginulina, Ammonia dan Trochammina


pada lingkungan salinitas rendah dicirikan utamanya chitineus
test dibandingkan dengan calcareous test Foraminifera
(a).laut terbuka, dengan Foraminifera Pseudononion japonicum,
Elphidium subgranulosum, Rotalia beccarii (var), (b). laut transisi
dengan
Foraminifera
Reophax
sp.,
Goesella
iizukae,
Ammobaculites exiguous, Rotalia beccarii, Elphidium sp., (c).
lacustrine dengan Foraminifera Haplophragmoides canariensis,
Trochammina globigeriniformis, Rotalia beccarii (var).
Miliammina dan Ammomarginulina, Ammonia dan Trochammina
pada lingkungan salinitas rendah dicirikan utamanya chitineus
test dibandingkan dengan calcareous test Foraminifera.
Foraminifera agglutinated spesies, antara lain: Jadammina
polystoma, Labospira jeffreysii, Trochammina pacifica, T.ochracea
dan Haplophragmoides wilberti, meski beberapa calcareous
spesies terdapat juga antara lain: Nonion depresulus,
N.orbiculare, Ammonia beccarii tepida dan Elphidium lidoense .

(b).Lingkungan brackish yang terbentuk sebagai cekungan sisa dan


terhalangnya pengaliran air sungai (brackish water of relict enclosed
basin and semi enclosed inlets)
Hanya beberapa tempat saja yang telah dilakukan penelitian, antara lain: Laut
hitam (Black Sea), Laut Caspia (Caspian Sea) dan Laut Aral ( Aral sea)
Black Sea merupakan salah satu model untuk lingkungan yang semi tertutup.
Salinitas yang dimiliki sekitar 19 ppm. Sejumlah genus ditemukan antara lain:
Nonion, Elphidium, Quinqueloculina, Trochammina, Ammobaculites, Eggerella,
Rotalia, Hipocrepinella, Massilina, Discorbis. Laut Caspia (12-13 ppm) Foraminifera
yang ditemukan, antara lain: Rotalia beccarii, Elphidium granulosum, Nonion
depressulus, Ammobaculites pseudospirale. Laut Thetyan sebagai contoh lain yang
merupakan danau relict, yang selama Tersier menjadi laut yang sebenarnya.
Daday (1884) melakukan studi di danau relict Thetyan di Romania. Beberapa
Foraminifera ditemukan antara lain: Entzia tetrastomelia, yang hampir serupa
dengan Trochammina. Krapin (1929) melakukan penelitian di danau Elthon.
Gauthier-Lievre (1935) melakukan penelitian di muara sungai di lOed Rhir, Sahara,
selatan Bikstra dan mendapatkan: Miliolidae, Trochammina, Anomalina, Pada air
brackish di daerah yang sama ditemukan Ammodiscus, Nonion, Cibicides dan
Opthalmidium.
Bartenstein
(1939)
mendapatkan
Foraminifera
jenis
Haplophragmoides canariensis pada rawa-rawa di Erfurt, Jerman. Le Cavez & Le
Calvez (1951) memeriksa fauna yang diambil dari kubangan sepanjang pantai
Mediteranian dengan salinitas sangat tinggi (hingga 70 ppm), dengan rata-rata
kurang lebih (20-25ppm), didapatkan Foraminifera jenis Rotalia beccarii,R.beccarii
tepida, Nonion depressulus, N.pompilioides, Elphidium excavatum, E.littorale dan
Quinqueloculina costata. Agglutinaed spesimen dari Haplophragmoides ditemukan
pada danau Bolshhoe. Kulikovskoe, Soviet (Rezvoj, 1951) dan pada danau kecil dan
lingkungan marshes di Jerman (Rieth, 1958). Penelitian serupa dilakukan juga di
danau Sarmatian dan ditemukan Foraminifera jenis Elphidium, Nonion, dan
Miliolidae.

(c). Lingkungan brackish air tanah (brackish ground water)


Penelitian pada lingkungan seperti ini masih sedikit dilakukan. Penemuan pertama
pada lingkungan seperti ini diketahui ketika dibuat sumur-sumur yang berlokasi
kurang lebih 250 km sebelah timur Laut Capia, di padang pasir Kara-Kum. Nilai
salinitas bervariasi 5-11 ppm dan temperatur air berada pada 17 o-20oC. Spesimen
yang ditemukan antara lain: Lagena, Nodosaria, Discorbis dan Globigerina. Hampir
semua test berukuran sangat kecil (<160 mikron) dan seluruhnya merupakan test
chitine. Meskipun ada sedikit keraguan dalam pemberian nama tingkatan genus
namun peneliti yakin bahwa spesimen tersebut adalah Foraminifera. Dua puluh
tujuh sumur telah dibuat pada area yang sama yaitu digurun Kara-Kum. Spesimen
Foraminifera tersebut dideskripsi sebagai Miliolina oblonga arenacea, Spiroloculina
turcomanica dan Fischerina sp. Semua itu tampaknya megalospheric, sangat kecil
dan testnya sangat rapuh. Schmalhausen (1950) melakukan penelitian di danau
Balpash-Sor, sentral kawasan Asian, dan mendapatkan 80 spesimen Foraminifera
hidup dan diidentifikasi sebagai Borovina zernovi, yang sangat mirip dengan
Jadammina polystoma dan Entzia tetrastomella, keduanya sangat umum ditemukan
pada lingkungan brackish water. Spesimen tersebut diinterpretasi sebagai bagian
dari interstitial fauna yang diangkut oleh air tanah ke danau yang kemudian mati
sebagai akibat meningkatnya salinitas. Tidak ditemukan Foraminifera plangton,
hanya terdapat dalam jumlah sedikit Globigerina yang diduga tidak hidup pada
lingkungan itu. Secara umum jumlah spesimen sangat sedikit. Komposisi test
chitine dan agglutinated mendominasi. Foraminifera dengan test
calcareous
dijumpai sebagai Rotalia beccarii, Elphidium excavatum, Elphidium selseyense,
Nonion depressulus dan Nonion tisburyense. Juga ditemukan yang masuk pada
golomgan Miliolidae antara lain: Quinqueloculina, Cornuspira, Spiroloculina, juga
mampu beradaptasi pada brackish water. Disamping itu Haplophragmoides,
Ammoscalaria dan Ammotium sering juga dijumpai pada lingkungan brackish
water. Adanya perbedaan kandungan fauna dalam lingkungan brackish diantara
beberapa lokasi diduga kuat karena jumlahnya yang terbatas
dan ada
kemungkinan dipengaruhi macam garam yang terlarut sepanjang waktu geologi.
5.2. LINGKUNGAN HYPERSALINE DAN ULTRASALINE WATER
Lingkungan hypersaline water dengan salinitas 40-75 ppm, pada umumnya
dijumpai pada lingkungan laut yang terisolasi atau terhalang dari lingkungan
normal marine. Seperti Anda ketahui nilai batas salinitas fauna masih mampu
bertahan hidup berada pada salinitas 200-220 ppm, dan akan lebih tinggi lagi untuk
tanaman. Beberapa spesies Foraminifera benthos versus toleransi pada perubahan
salinitas berdasarkan hasil pembiakan (culturisasi) disuguhkan pada tabel berikut:
Tabe 5.2 .Nilai toleransi beberapa spesies terhadap perubahan salinitas (dalam
ppm)
(Boltovskoy &Wright, 1976)
Spesies
Survival
Growth
Reproduct Growt Surviv
ive
h
al
Allogromia laticolaris
5
50
Allogromia sp
20-45*
Discobotellina biperforata
25,5
37,5
Quinqueloculina lata
5-95
Massilina sp
7-10**
Peneroplis planatus
53
Bolivina vaughani
7**
53
Discorinopsis aguayoi
20

Spirillina vivipara
7**
57
Rotaliella heterocaryotica
16,8
26-33
37
Ammonia beccarii tepida
2**
8
15-40
67
Elphidium crispum
19,5
48
Elphidium spp
53
Heterostegina depressa
36-40
90
Keterangan: *-sesudah 5 minggu, tinggal 5-15%; ** batas 12 jam; survival=masih
mampu hidup; growth-mampu tumbuh; reproductive-berkembangbiak.
Dari contoh tersebut diatas dapat disimpulkan, secara umum untuk tiap spesies
Foraminifera mempunyai toleransi terhadap perubahan salinitas (dalam ppm) air
laut yang berbeda. Hal itu menjelaskan pada kita semua mengapa beberapa
spesies Foraminifera tidak muncul pada contoh batuan yang Anda periksa .
Furssenko (1959) menyebutkan spesimen Rotalia becccarii dan Elphidium
poeyanum ditemukan di laut Caspia dengan salinitas mencapai 50 ppm. Meskipun
spesimen tersebut tidak diperoleh dalam keadaan hidup, dengan mendasarkan
pada data yang lain diyakini bahwa spesies itu hidup pada kondisi tersebut. Tinoco
(1958) mendapatkan Streblus beccarii catebyana di laut Caspia dengan salinitas 5571 ppm. Ayala-Castanares &Segura (1968) meneliti lingkungan hypersaline
Laguna Mader, Mexico dan ditemukan Foraminifera antara lain: Miliamina fusca,
Ammobaculites dilatatus, Quinqueloculina rhodiensis, O.seminulum, Triloculona sp.,
Eponidella gardenislandensis, Palmerinella palmerae, Ammonia beccarii (var),
Elphidium cf.fimbriatum,Elphidium gavestonense, Elphidium gunteri,Elphidium
incertum mexicanum,Elphidium.cf.koeboeense,Elphidium matagordanum,Elphidium
poeyanum,Elphidium sp. Peneliti tidak menyebutkan nilai yang pasti berkaitan
dengan salinitas. Murray (1970)
meneliti di Lagoon Abu Dhabi, Teluk Persia
mendapatkan Peneroplis planatus dominan dengan tingkat salinitas 41-53 ppm
disamping ditemukan pula Elphidium cf.advenum.
Selier de Civrieux (1968)
mempelajari Foraminifera dari Unare dan Piritu lagoon, sentral Venezuela. Salinitas
lingkungan ditempat ini secara periodik berubah bahkan hingga tingkat 90 ppm
(sudah digolongkan dalam ultrahaline water). Dia hanya menemukan 3 spesies
dalam keadaan hidup yang mempunyai toleransi salinitas cukup tinggi yaitu:
Ammonia tepida, Quiqueloculina sp., Cribroelphidium poeyanum. Dari penelitianpenelitian tersebut, dapat disuguhkan sebagai berikut:
Tabel 5.3. Hypersaline dan ultrahaline Foraminifera benthos
Peneliti
Furssenko
(1959)
Tinoco
(1958)
AyalaCastanares

Lokasi
Laut Caspia
Brazilian
lagoon
Lagoon
Mader,

Foraminifera bethos
Rotalia becccarii dan Elphidium poeyanum dengan
salinitas mencapai 50 ppm
Streblus beccarii catesbyana dari yang mempunyai
salinitas 55-71 ppm.
Miliamina fusca, Ammobaculites dilatatus,
Quinqueloculina rhodiensis, O.seminulum, Triloculona

&Segura
(1968)

Mexico

Murray
(1970)

Lagoon Abu
Dhabi, Teluk
Persia
Unare dan
Piritu lagoon,
central
Venezuela

Selier de
Civrieux
(1968)

sp., Eponidella gardenislandensis, Palmerinella


palmerae, Ammonia beccarii (var), Elphidium
cf.fimbriatum,E.gavestonense, E,gunteri,E.incertum
mexicanum,
E.cf.koeboeense,E.matagordanum,E.poeyanum,E.sp.
Peneroplis planatus dominan dengan tingkat salinitas
41-53 ppm disamping ditemukan pula Elphidium
cf.advenum
Tiga spesies dalam keadaan hidup yang mempunyai
toleransi salinitas cukup tinggi yaitu: Ammonia tepida,
Quiqueloculina sp., Cribroelphidium
poeyanum.Salinitas lingkungan ditempat ini secara
periodik berubah bahkan hingga tingkat 90 ppm
(sudah digolongkan dalam ultrahaline water)

5.3. LINGKUNGAN FRESH WATER


Hampir semua textbook hingga saat ini menulis bahwa hanya family Allogromiidae
(oleh beberapa peneliti disebut sebagai Lagynidae) yang hidup di lingkngan fresh
water. Penelitian Foraminifera resen mendapatkan beberapa informasi sebagai
berikut: Boltovskoy (195810 mendapatkan Foraminifera resen
dalam kondisi
lingkungan alami di Buenos, Rio de la Plata, pada kedalaman 2 meter pada dasar
lempungan dan pasiran pada lingkungan salinitas 0,1-0,15 ppm, antara lain: Nonion
tisburyense dan Trochammina masih bersama dengan protoplasmanya. Boltovskoy
& Boltovskoy (1968) mendapatkan Foraminifera resen hidup jenis Miliammina fusca
pada lingkungan fresh water di Quequen Grande River, Argentina, bersama-sama
dengan Elphidium excavatum, Haplophragmoides willberti dan Rotalia beccarii yang
berukuran kecil. Ditempat tersebut fresh water dipengaruhi sedikit lingkungan
brackish water pada saat terjadi pasang,.
Closs & Medeiros (1965) meneliti Foraminifera resen dari Dos Patos Lagoon, Brazil
pada lingkungan fresh water dan mendapatkan: Miliammina fusca, Reophax
arcticus dan Nonion tisburyense. Telah disebutkan terdahulu, spesies tersebut juga
terdapat pada lingkungan brackish water.
Hal yang sama dilakukan oleh Boltovskoy & Lena (1971) pada 1000 sampel yang
dikumpulkan mulai 1963-1967 yang merupakan bagian dari endapan fluvial Rio de
la Plata dan beberapa sampel dari fresh water lake di daerah selatan sungai.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Boltovskoy & Lena mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
Terdapat non-allogrominid Foraminifera yang semula berada pada lingkungan
fresh water atau di daerah dimana fresh water ada sepanjang tahun.
Nonion tisburyense hidup dilingkungan fresh water dan juga pada lingkungan
brackish water salinitas rendah tingkat rendah.
Miliammina fusca, Psammosphaera sp., dan Trochammina sp., dijumpai
dalam keadaan hidup pada lingkungan fresh water.
Foraminifera berikut juga dapat hidup dilingkungan fresh water yang
terpengaruh oleh limpasan braksih water pada periode yang sangat pendek:

Miliammina fusca, Rotalia beccarii parkinsoniana, Nonion tisburyense,


Elphidium excavatum, Haplophragmoides wilberti dan Ovammina sp.
Lingkungan fresh water yang terpengaruh brackish water mempunyai
kandungan Foraminifera meski dengan variasi dan jumlah yang berbeda
sejauh memiliki kemiripan pada parameter ekologi, misalnya pada endapan
fluvial di Rio de la Plata, yang kaya akan Nonion tisburyense namun tidak
muncul Miliamminna fusca. Meskipun demikian, tidak ditemukan Nonion
tisburyense di daerah yang berdekatan dengan lingkungan fresh water lake
meski Miliammina fusca dijumpai pada lingkungan fresh water.
Dari uraian tersebut diatas, membuktikan bahwa konsep paleontologi yang
semula menyebutkan hanya family Allogromiidae yang mampu hidup pada
lingkungan fresh water lalu dapat disempurnakan. Bagaimana pendapat Anda?.
5.4. LINGKUNGAN MARSH
Lingkungan marsh adalah daerah yang sebagian atau seluruhnya digenangi oleh
strata air yang cukup tipis, tidak lebih dari 20-30 sentimeter. Seringkali daerah itu
ditinggalkan oleh air untuk seluruhnya. Sumber asal air utama adalah sewaktu
terjadi pasang atau kadang-kadang terjadinya badai yang menerjang di pinggir
laut. Dengan demikian keberadaan air tidak semata-mata berasal dari darat, baik
yang dilapisan bawah ataupun pada lapisan atas. Ciri khas lingkungan marsh adalah
terjadinya perkembangan flora, nilai salinitas lebih rendah dari normal marine, pada
umumnya berfluktuasi sekitar 20 ppm, meskipun kadang-kadang dapat mencapai
35 ppm, pada kondisi evaporasi yang kuat dan pengembunan yang rendah.
Temperatur di lingkungan marsh bervariasi, namun pada prinsipnya mengikuti suhu
udara yang ada dipermukaan. Nilai pH umumnya kurang dari 7. Beberapa penelitian
yang dilakukan oleh Emery&Stevenson (1957) di Newport Bay, California mencatat
pH 5,9-7,5, Phleger (1960) mencatat di Sungai Mississippi, delta marsh pH 6,8-7,5,
dan di San Antonio, Texas didapatkan pH 6.6-7,4. Terdapat perbedaan pH pada
siang dan malam hari. Pada malam hari pH dapat berkurang bila terdapat
peningkatan CO2, yang kemudian bersama-sama dengan air membentuk larutan
asam karbonat yang berakibat terjadinya penurunan nilai pH. Perubahan ini salah
satu penyebabnya adalah terjadinya proses pembusukan pada seresah tanaman.
Daerah tropis merupakan daerah yang terkenal dengan keberadaan rawa dengan
hutan mangrove yang membentang disepanjang tepi pantai. Lingkungan air yang
dangkal mengakibatkan terjadinya salinitas
dan keadaan dasar lingkungan
sedimentasi dengan ukuran butir halus dalam bentuk lumpur merupakan ciri khas
dari lingkungan marsh. Secara umum lingkungan marsh merupakan wilayah
dengan variabilitas Foraminifera. Tingkat variabilitas umumnya menurun mulai dari
lingkungan pantai hingga lingkungan yang lebih dalam. Pada umumnya keberadaan
Foraminifera di lingkungan marsh tidak banyak variasinya. Jumlah spesimen pada
umumnya sangat bervariasi, sejalan dengan variabel keadaan biotope alami.
Tampaknya, tidak ada Foraminifera yang berkembang di lingkungan marsh.
Foraminifera benthos didominasi yang berkomposisi test agglutinated, yang
mungkin dikarenakan rendahnya kandungan karbonat di air dan rendahnya nilai pH.
Hampir semua sampel yang diambil dari lingkungan marsh hanya didapatkan 4-5
spesies. Namun dapat hingga 16 spesies. Lebih banyak variasi sampel pada

umumnya, sebagai contoh mulai dari lingkungan pesisir dan hingga laut terbuka
makin banyak berbagai spesies yang ditemukan. Pembuatan zonasi dengan
kandungan berbagai spesies akan memperlihatkan batas yang tegas.
Terdapat
jumlah spesies yang sedikit yang hidup dikedua lingkungan yaitu laut terbuka dan
marsh. Perlu disadari, lingkungan marsh merupakan lingkungan hidup yang cukup
unik. Bila penyebaran Foraminifera hanya dikontrol oleh temperatur dan salinitas,
mayoritas marsh spesies dapat hidup di laut terbuka atau paling tidak pada daerah
dangkal dekat dengan pesisir dengan catatan asal memiliki temperatur dan
salinitas serupa. Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan lingkungan marsh
mulai dari Walton (1955) hingga Gregory (1973) Parker, Phleger &Peirson (1953)
menyatakan marsh fauna hampir serupa dimanapun juga dan hanya berbeda
sedikit secara setempat-setempat. Peneliti yang sama (1970)
menyebutkan
beberapa jenis Foraminifera yang hidup dalam lingkungan marsh yang merupakan
spesies endemik
antara lain: Ammoastuta inepta, Arenoparella mexicana,
Discorinopsis aguayoi, Haplophragmoides spp., Jadammina polystoma, Miliammina
fusca, Protoschista findens, Pseudoeponides andersoni, Tiphotrocha cmprimata,
Trochammina inflate,T. macrescens. Terdapat juga spesies lain yang sangat umum
dan banyak terdapat di lingkungan marsh, estuari, dekat dengan pesisir, dan
daerah inlets, diantaranya: Ammonium salsum, sebagai bentuk utama dari
lingkungan marsh. Selain itu juga dijumpai Rotalia beccarii, Elphidium spp serta
mililoid, mungkin juga spesies yang terdapat pada lagoon atau dekat pesisir.
Proses sedimentasi pada lingkungan marsh demikian cepat dibandingkan dengan
daerah lain. Oleh sebab itu perbandingan antara yang hidup terhadap yang mati
cukup tinggi. Beberapa spesies yang sangat umum dijumpai didaerah marsh antara
lain: Trochammina inflate dan variasinya, Miliammina fusca, Jadammina polystoma.
Disamping itu terdapat pula spesies tertentu yang penyebarannya terbatas.
Sebagai contoh di North American Pacific Coast marshes terdapat Protoschita
findens dan Textularia earlandi, merupakan spesies yang tidak dikenal di Gulf of
Mexico
marshes.
Ammoastuta
insepta,
Trochammina
comprimata
dan
Pseudoeponides andersoni ditemukan di Gulf Coast of Mexico marshes namun tidak
ditemukan di Pacific Coast marshes. Spesies Haplophragmoides dijumpai pada
lokasi geografi yang lain.
Murray (1973) membagi Foraminifera marsh menjadi 3 bagian yaitu: (a).
Cosmopolitan spesies yang dijumpai pada lingkungan marsh disemua lintang
(dalam artian geografi) antara lain: Ammotium salsum. Arenoparella mexicana,
Miliammina fusca, Trochammina inflate, Jadammina macrescens, dan J.polystoma,
(b). Spesies yang terbatas pada hyposaline marshes, yaitu: Protelphidium
tisburyense,
P.anglicum.
Tiphotrocha
comprimata,
Ammobaculites
spp.,
Pseudoclavulina sp., Haplophragmoides sp., Proteonina sp., dan Elphidium
articulatum, (c). Spesies yang terbatas pada hypersaline marshes, yaitu:
Pseudoeponides andersoni, Discorinopsis aquayoi, Glabratella sp., Glomospira sp.,
dan Textularia earlandi Juga disebutkan representasi hypo-hypersaline marshes
adalah Miliammina fusca juga mengangsek kelingkungan non-marine. Lingkungan
marsh dicirikan rendahnya Foraminifera dengan komposisi test calcareous. Faktor

ekologi yang berpengaruh adalah pH yang rendah, dan substrate yang berakibat
larutnya calcareous test yang kosong protplasma. Tingginya tingkat keasaman dari
substrate tampaknya tidak berpengaruh besar pada calcareous Foraminifera yang
masih hidup. Lingkungan rawa mangrove (mangrove swamp) merupakan variasi
dari lingkungan marsh. Beberapa penelitiian menunjukkan, Foraminifera yang khas
pada lingkungan rawa mangrove antara lain: Rotalia beccarii, Ammotium salsum.
Trochammina inflate, Miliammina petila, Elphidium spp., dan Haplopragmoides sp.
5.5. LINGKUNGAN LAGOON
Biotop lain yang menunjukkan variasi cukup besar untuk ekologi adalah lagoon
yang sering disebut pula dengan istilah laguna. Istilah yang terakhir ini jarang
dipergunakan dalam mencermati kondisi lingkungan berair. Secara alam lagoon
merupakan cekungan air dangkal yang terpisahkan dengan laut terbuka oleh
pematang endapan aluvial. Lagoon merupakan daerah cekungan dangkal dengan
percampuran fresh water dari daratan dan salty water dari laut. Kondisi ekologi
lagoon sangat ditentukan oleh iklim, lingkungan alam yang menghubungkannya
dengan laut bebas, dan pengaruh aliran air bawah permukaan. Tingkat salinitas
berada pada 20-30 ppm, kadangkala hingga 0 ppm dan paling tinggi hingga 100
ppm. Temperatur juga sangat bervariasi. Cukup banyak penelitian telah dilakukan
pada lingkungan lagoon. Lowman (1949), menunjukkan Ammobaculites memiliki
toleransi salinitas yang cukup tinggi. Sedikit peningkatan salinitas saja, Miliammina
muncul mengikuti Haplophragmoides dan Trochammina. Pada tingkatan salinitas
yang relatif tinggi Rotalia dan Elphidium mampu bertahan hidup. Takayanadi
(1955) mempelajari kondisi di Matsukaya-Ura lagoon mendapatkan nilai rendah
baik untuk jumlah spesies maupun jumlah spesimen (individu). Hampir pada
salinitas 80 ppm macam spesies di lagoon didominasi oleh bentuk agglutinated.
Spesies utama antara lain: Haplophragmoides canariensis, Ammobaculites
agglutinans, Goesella iizkae, Miliammina fusca, Trochammina globigeriniformias,
T.inflata, Rotalia cf.nana, Elphidium matsukawauraense, dan Rotalia beccarii. Hada
(1936-1967) melakukan beberapa lokasi penelitian di Jepang dan hanya
menndapatkan 14 spesies (9 agglutinated dan 5 calcareous) Spesies tersebut
antara lain: Haplophragmoides canariensis, Ammobaculites aglutinans, A.amarus,
A.cassis, Miliammina oblique, M.arenacea.
Rotalia beccarii, Quinqueloculina
boueana, Buccella frigid, Buliminella elegantissima, Trochammina globiriformis, T.
nitida, Elphidium fabum. Mayoritas spesies merupakan cosmopolitan dan tipikal
hidup di air dingin. Phleger (1960) menyebut spesies yang khas di Gulf Coast
Mexico yaitu: Elphidium delicatulum, E.aff.tumidum. Phleger & Ewing (1962)
melakukan penelitian di pantai Gulf of California dan pantai California selatan
mendapatkan: Elphidium gunteri, E.tumidum. Streblus beccarii (var) dan beberapa
variasi miliolids. Bandy (1963) meneliti daerah yang sama dicirikan antara lain:
Ammonia beccarii tepida, Elphidium articulatum dan Quiqueloculina akneriana.
Benda & Puri (1962) melakukan penelitian di lagoon sepanjang Gulf Coast Florida,
yang dicirikan oleh agglutinated dan hyaline perforate, dominan spesies Streblus
beccarii dan Elphidium spp. Di Laut Baltik yang merupakan lagoon yang
sesungguhnya merupakan mixohaline lagoon. Fauna brackish laut dangkal
didominasi oleh Miliammina fusca. Cribrononion cf.gethi dan C.asklundi. Pada
cekungan yang lebih dalam merupakan colder brackish water dicirikan oleh:
Cribrononion excavatum clavatum, E.incertum, Astrammina sphaerica, Reophax
dentaliniformis regularis dan Hippocrepina flexibilis. Mixohaline lagoon (27,8-28,4
ppm) di Tracadie Bay, Bartlett (1966) mendapatkan: Miliammina fusca, Eggerella

advena, Ammotium cassis, Elphidium incertum dan E.orbiculare. Fauna ini mirip
dengan fauna lagoon yang mirip dengan yang menyebar di garis lintang selatan.
Ayala-Castanares & Segura (1968) mendapatkan fauna di Laguna Madre. Mexico.
Tingkat salinitas berada pada 38-47 ppm. Dominan Foraminifera hidup adalah
Ammonia beccarii. Di Lagoon Bottsand di Jerman utara dengan salinitas 12-18 ppm,
didominasi oleh agglutinated dan calcareous perforate, antara lain: Cribrononion
articulatum dan Miliammina fusca. Wantland (1969) melakukan penelitian pada
lagoon sepanjang pantai British Honduras dan dtemukan: Ammonia, Elphidium dan
bentuk agglutinated test. Pantai lagoon terluas di di Lagoa dos Patos, Brasil telah
diteiiti oleh Closs (1962) dengan salinitas (-28 ppm) dicirikan oleh: Elphidium
gunteri, E.excavatum, Miliammina fusca, Trilocularena patensis, Textularia earlandi.
Ammotium
salsum,
Arenoparrella
mexicana,
Haplophragmoides
wilberti,
Spiroplectammina biformis dan banyak thecamoebians.
Serova (1961) mendeskripsi fosil lagoon dari endapan Tersier di Kamchatka, dan
menemukan lapisan tipis dari argillaceous lignit yang mengandung Trochammina
vitrea, alternasi dengan sedimen normal marine (yang mengandung fosil Mollusca
dan Foraminifera). Serova menduga adanya lapisan lignit menunjukkan telah terjadi
berulangkali regresi air laut yang membentuk lingkungan lagoon dan lingkungan
rawa dengan tumbuhan dimana hanya Trochammina vitrea yang dapat bertahan
hidup.
Kondisi lingkungan lagoon dapat diketahui dengan sangat kecil diversitas dari
Foraminifera (meskipun dilingkungan ini 2 kali lebih kaya dibandingkan dengan di
lingkungan marsh). Secara umum terdapat lebih kurang 12-15 genus dan kurang
lebih 30-40
spesies. Proporsi calcareous taxa lebih tinggi dibandingkan di
lingkungan biotop marsh. Jumlah specimen pada umumnya tidak begitu banyak.
Foraminifera plangton tidak berkembang. Foraminifera yang umum ditemukan
adalah Elphidium spp, Rotalia beccarii, berbagai macam Miliolidae, Ammobaculites
dilatatus, Ammontium salsum, Nonion tisburyense, Reophax spp, Textularia spp,
Haplophragmoides spp. Pada bagian lagoon yang bersinggungan dengan laut
terbuka atau bagian lingkungan lagoon yang dimana tingkat salinitas cukup tinggi,
dapat muncul: Buliminella elegantissima, Buccella, Bolivina, Cornuspira, dan
Discorbis serta mungkin genus yang lain. Selain itu secara umum terdapat
Foraminifera agglutinated dalam jumlah banyak bila salinitas rendah dan vice
versa. Tabel berikut dapat dipergunakan sebagai pegangan untuk interpretasi
lingkungan lagoon.
Tbael 5,4, Spesies lingkungan lagoon dan estuari.
Foraminifera

Ammotium selsum
Bolivina
Buccella peruviana
s.l.
Buliminella

Hyposaline
(<30ppm)

Normal
marine (3040 ppm)

************
************
*******

*************
*************

********

*************

Hypersaline
(>40ppm

Catatan

Cosmopolitan
Cosmopolitan
Temperate dan
dingin
Temperate dan

selegantissima
Dahigrenia

*************

Discorbis

*******

*************

Eggerella advena

*******

*************

*************

*************
*************

Elphidium
Glatratella
Haplophragmoides
wilberti
Miliammina fusca
Miliaminella
subrotunda
Nonion tisburyense
Peneroplis
Quinqueloculina
milletti
Rotalia beccarii s.l.
Textularia
Trochammina

********
*************
*******

************

************
***********

******

************

***********

*************
*************
******

***********

*************
*************
*******
*************

*************
*************
*************

************
************

dingin
Tempertae dan
dingin
Temperate dan
hangat
Temperate dan
dingin
Cosmopolitan
Temperate dan
hangat
Cosmopolitan
Comopolitan
Cosmopolitan
Temperate dan
hangat
Hangat
Temperate
Cosmopolitan
Cosmopolitan
Cosmopolitan

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan terdapat banyak variasi baik dalam
jumlah spesimen maupun variasi spesies Foraminifera baik pada lingkungan
brackish water, lingkungan hypersaline dan ultrasaline water, lingkungan fresh
water, lingkungan marsh dan lingkungan lagoon. Kesemuanya itu ditentukan antara
lain oleh tingkat salinitas dan dalam beberapa hal besaran pH air juga ikut
menentukan
Catatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai