Bab 4. Foram Bentos
Bab 4. Foram Bentos
LINGKUNGAN HIDUP
FORAMINIFERA BENTHOS RESEN
Disamping temperature, salah satu faktor pengontrol distribusi organisme laut
termasuk Foraminifera adalah salinitas. Foraminifera benthos pada umumnya hidup
didasar laut, baik yang bersifat sesil ataupun vagil. Jenis Foraminifera ini banyak
dijumpai di laut, baik pada lingkungan brackish (setengah asin), hypersaline,
ultrasaline dan fresh water. Uraian berikut merupakan hasil penelitian pada
Foraminifera resen yang ditemukan dibeberapa daerah.
5.1. Lingkungan brackish
Berdasarkan atas kejadiannya, brackish water di kelompokkan menjadi 3 yaitu: (a).
Estuarine water of river (muara sungai), dimana air tawar dari daratan masuk
kelingkungan estuarine melalui muara sungai, (b). brackish water of relict enclosed
basin and semi enclose inlets (brackish yang terbentuk sebagai akibat cekungan
sisa dan terhalangnya pengaliran air sungai , (c.). brackish ground water relict from
ancient seas (connate water) disebut juga dengan istilah
air tanah yang bersifat
brackish.
(a).Lingkungan estuarine
Mengacu pada Boltovskoy & Wright (1976), berkaitan dengan hal ini, beberapa
penelitian telah dilakukan. Brady (1870) mendapatkan Elphidium striatopunctatum
dan Nonion depressulum merupakan spesies yang dapat hidup di air tawar (fresh
water).
Ditemukan juga
genus yang bersifat euryhaline, antara lain:
Quinqueloculina, Trochammina, Lituola, Cibicides, Rotalia, Elphidium dan Nonion
yang kurang toleran pada lingkungan dengan keadaan salinitas rendah. Diketahui
pula bahwa genus-genus tersebut didapatkan bersama dengan Thecamoebian
jenis DIffungia, bila tingkat salinitas menurun menunjukkan jumlah spesimen
Diffungia akan meningkat. Hal yang serupa terjadi pula pada Foraminifera. Brady
juga mendapatkan Globigerina dan Orbulina yang testnya tampak berwarna coklat
(brown stained) yang diduga kuat merupakan genus yang mati sehingga tidak
akan mmberikan informasi yang berkaitan dengan salinitas. Walther (1893) juga
menyebutkan bahwa Quinqueloculina, Cibicides, Elphidium, Nonion dan Rotalia
merupakan genus yang sangat toleran pada lingkungan brackish.
Hedberg (1934) menyebutkan dari hasil penelitiannya pada Danau Maracaibo yang
terhubungkan dengan laut oleh selat yang sempit, dengan beberapa sungai yang
sedang kering. Dia mendapatkan bahwa ada perbedaan genus seiring dengan
perbedaan area dengan salinitas yang rendah. Miliammina fusca sangat toleran
pada lingkungan salinitas rendah, dengan Elphidium, Rotalia beccarii juga
menunjukkan sifat yang sama. Marie (1938) menemukan Foraminifera di sungai
Rance dan menyebutkan bahwa Elphidium cf.excavatum, Nonion cf.stelligerus,
Lagena hexagona dan Rotalia sp dijumpai pada lingkungan air dengan salinitas
sangat rendah yaitu 0,07-0,12 ppm. Pada tingkat salinitas yang lebih tinggi (0,250,9 ppm) ditemukan Trochammina cf nitida, Spiroloculina aff.grata, Bolivina
McCrone
&
Schafer (1966
Ishiwada (1958)
McCrone
&
Schafer (1966)
(Pujos, 1973).
Spirillina vivipara
7**
57
Rotaliella heterocaryotica
16,8
26-33
37
Ammonia beccarii tepida
2**
8
15-40
67
Elphidium crispum
19,5
48
Elphidium spp
53
Heterostegina depressa
36-40
90
Keterangan: *-sesudah 5 minggu, tinggal 5-15%; ** batas 12 jam; survival=masih
mampu hidup; growth-mampu tumbuh; reproductive-berkembangbiak.
Dari contoh tersebut diatas dapat disimpulkan, secara umum untuk tiap spesies
Foraminifera mempunyai toleransi terhadap perubahan salinitas (dalam ppm) air
laut yang berbeda. Hal itu menjelaskan pada kita semua mengapa beberapa
spesies Foraminifera tidak muncul pada contoh batuan yang Anda periksa .
Furssenko (1959) menyebutkan spesimen Rotalia becccarii dan Elphidium
poeyanum ditemukan di laut Caspia dengan salinitas mencapai 50 ppm. Meskipun
spesimen tersebut tidak diperoleh dalam keadaan hidup, dengan mendasarkan
pada data yang lain diyakini bahwa spesies itu hidup pada kondisi tersebut. Tinoco
(1958) mendapatkan Streblus beccarii catebyana di laut Caspia dengan salinitas 5571 ppm. Ayala-Castanares &Segura (1968) meneliti lingkungan hypersaline
Laguna Mader, Mexico dan ditemukan Foraminifera antara lain: Miliamina fusca,
Ammobaculites dilatatus, Quinqueloculina rhodiensis, O.seminulum, Triloculona sp.,
Eponidella gardenislandensis, Palmerinella palmerae, Ammonia beccarii (var),
Elphidium cf.fimbriatum,Elphidium gavestonense, Elphidium gunteri,Elphidium
incertum mexicanum,Elphidium.cf.koeboeense,Elphidium matagordanum,Elphidium
poeyanum,Elphidium sp. Peneliti tidak menyebutkan nilai yang pasti berkaitan
dengan salinitas. Murray (1970)
meneliti di Lagoon Abu Dhabi, Teluk Persia
mendapatkan Peneroplis planatus dominan dengan tingkat salinitas 41-53 ppm
disamping ditemukan pula Elphidium cf.advenum.
Selier de Civrieux (1968)
mempelajari Foraminifera dari Unare dan Piritu lagoon, sentral Venezuela. Salinitas
lingkungan ditempat ini secara periodik berubah bahkan hingga tingkat 90 ppm
(sudah digolongkan dalam ultrahaline water). Dia hanya menemukan 3 spesies
dalam keadaan hidup yang mempunyai toleransi salinitas cukup tinggi yaitu:
Ammonia tepida, Quiqueloculina sp., Cribroelphidium poeyanum. Dari penelitianpenelitian tersebut, dapat disuguhkan sebagai berikut:
Tabel 5.3. Hypersaline dan ultrahaline Foraminifera benthos
Peneliti
Furssenko
(1959)
Tinoco
(1958)
AyalaCastanares
Lokasi
Laut Caspia
Brazilian
lagoon
Lagoon
Mader,
Foraminifera bethos
Rotalia becccarii dan Elphidium poeyanum dengan
salinitas mencapai 50 ppm
Streblus beccarii catesbyana dari yang mempunyai
salinitas 55-71 ppm.
Miliamina fusca, Ammobaculites dilatatus,
Quinqueloculina rhodiensis, O.seminulum, Triloculona
&Segura
(1968)
Mexico
Murray
(1970)
Lagoon Abu
Dhabi, Teluk
Persia
Unare dan
Piritu lagoon,
central
Venezuela
Selier de
Civrieux
(1968)
umumnya, sebagai contoh mulai dari lingkungan pesisir dan hingga laut terbuka
makin banyak berbagai spesies yang ditemukan. Pembuatan zonasi dengan
kandungan berbagai spesies akan memperlihatkan batas yang tegas.
Terdapat
jumlah spesies yang sedikit yang hidup dikedua lingkungan yaitu laut terbuka dan
marsh. Perlu disadari, lingkungan marsh merupakan lingkungan hidup yang cukup
unik. Bila penyebaran Foraminifera hanya dikontrol oleh temperatur dan salinitas,
mayoritas marsh spesies dapat hidup di laut terbuka atau paling tidak pada daerah
dangkal dekat dengan pesisir dengan catatan asal memiliki temperatur dan
salinitas serupa. Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan lingkungan marsh
mulai dari Walton (1955) hingga Gregory (1973) Parker, Phleger &Peirson (1953)
menyatakan marsh fauna hampir serupa dimanapun juga dan hanya berbeda
sedikit secara setempat-setempat. Peneliti yang sama (1970)
menyebutkan
beberapa jenis Foraminifera yang hidup dalam lingkungan marsh yang merupakan
spesies endemik
antara lain: Ammoastuta inepta, Arenoparella mexicana,
Discorinopsis aguayoi, Haplophragmoides spp., Jadammina polystoma, Miliammina
fusca, Protoschista findens, Pseudoeponides andersoni, Tiphotrocha cmprimata,
Trochammina inflate,T. macrescens. Terdapat juga spesies lain yang sangat umum
dan banyak terdapat di lingkungan marsh, estuari, dekat dengan pesisir, dan
daerah inlets, diantaranya: Ammonium salsum, sebagai bentuk utama dari
lingkungan marsh. Selain itu juga dijumpai Rotalia beccarii, Elphidium spp serta
mililoid, mungkin juga spesies yang terdapat pada lagoon atau dekat pesisir.
Proses sedimentasi pada lingkungan marsh demikian cepat dibandingkan dengan
daerah lain. Oleh sebab itu perbandingan antara yang hidup terhadap yang mati
cukup tinggi. Beberapa spesies yang sangat umum dijumpai didaerah marsh antara
lain: Trochammina inflate dan variasinya, Miliammina fusca, Jadammina polystoma.
Disamping itu terdapat pula spesies tertentu yang penyebarannya terbatas.
Sebagai contoh di North American Pacific Coast marshes terdapat Protoschita
findens dan Textularia earlandi, merupakan spesies yang tidak dikenal di Gulf of
Mexico
marshes.
Ammoastuta
insepta,
Trochammina
comprimata
dan
Pseudoeponides andersoni ditemukan di Gulf Coast of Mexico marshes namun tidak
ditemukan di Pacific Coast marshes. Spesies Haplophragmoides dijumpai pada
lokasi geografi yang lain.
Murray (1973) membagi Foraminifera marsh menjadi 3 bagian yaitu: (a).
Cosmopolitan spesies yang dijumpai pada lingkungan marsh disemua lintang
(dalam artian geografi) antara lain: Ammotium salsum. Arenoparella mexicana,
Miliammina fusca, Trochammina inflate, Jadammina macrescens, dan J.polystoma,
(b). Spesies yang terbatas pada hyposaline marshes, yaitu: Protelphidium
tisburyense,
P.anglicum.
Tiphotrocha
comprimata,
Ammobaculites
spp.,
Pseudoclavulina sp., Haplophragmoides sp., Proteonina sp., dan Elphidium
articulatum, (c). Spesies yang terbatas pada hypersaline marshes, yaitu:
Pseudoeponides andersoni, Discorinopsis aquayoi, Glabratella sp., Glomospira sp.,
dan Textularia earlandi Juga disebutkan representasi hypo-hypersaline marshes
adalah Miliammina fusca juga mengangsek kelingkungan non-marine. Lingkungan
marsh dicirikan rendahnya Foraminifera dengan komposisi test calcareous. Faktor
ekologi yang berpengaruh adalah pH yang rendah, dan substrate yang berakibat
larutnya calcareous test yang kosong protplasma. Tingginya tingkat keasaman dari
substrate tampaknya tidak berpengaruh besar pada calcareous Foraminifera yang
masih hidup. Lingkungan rawa mangrove (mangrove swamp) merupakan variasi
dari lingkungan marsh. Beberapa penelitiian menunjukkan, Foraminifera yang khas
pada lingkungan rawa mangrove antara lain: Rotalia beccarii, Ammotium salsum.
Trochammina inflate, Miliammina petila, Elphidium spp., dan Haplopragmoides sp.
5.5. LINGKUNGAN LAGOON
Biotop lain yang menunjukkan variasi cukup besar untuk ekologi adalah lagoon
yang sering disebut pula dengan istilah laguna. Istilah yang terakhir ini jarang
dipergunakan dalam mencermati kondisi lingkungan berair. Secara alam lagoon
merupakan cekungan air dangkal yang terpisahkan dengan laut terbuka oleh
pematang endapan aluvial. Lagoon merupakan daerah cekungan dangkal dengan
percampuran fresh water dari daratan dan salty water dari laut. Kondisi ekologi
lagoon sangat ditentukan oleh iklim, lingkungan alam yang menghubungkannya
dengan laut bebas, dan pengaruh aliran air bawah permukaan. Tingkat salinitas
berada pada 20-30 ppm, kadangkala hingga 0 ppm dan paling tinggi hingga 100
ppm. Temperatur juga sangat bervariasi. Cukup banyak penelitian telah dilakukan
pada lingkungan lagoon. Lowman (1949), menunjukkan Ammobaculites memiliki
toleransi salinitas yang cukup tinggi. Sedikit peningkatan salinitas saja, Miliammina
muncul mengikuti Haplophragmoides dan Trochammina. Pada tingkatan salinitas
yang relatif tinggi Rotalia dan Elphidium mampu bertahan hidup. Takayanadi
(1955) mempelajari kondisi di Matsukaya-Ura lagoon mendapatkan nilai rendah
baik untuk jumlah spesies maupun jumlah spesimen (individu). Hampir pada
salinitas 80 ppm macam spesies di lagoon didominasi oleh bentuk agglutinated.
Spesies utama antara lain: Haplophragmoides canariensis, Ammobaculites
agglutinans, Goesella iizkae, Miliammina fusca, Trochammina globigeriniformias,
T.inflata, Rotalia cf.nana, Elphidium matsukawauraense, dan Rotalia beccarii. Hada
(1936-1967) melakukan beberapa lokasi penelitian di Jepang dan hanya
menndapatkan 14 spesies (9 agglutinated dan 5 calcareous) Spesies tersebut
antara lain: Haplophragmoides canariensis, Ammobaculites aglutinans, A.amarus,
A.cassis, Miliammina oblique, M.arenacea.
Rotalia beccarii, Quinqueloculina
boueana, Buccella frigid, Buliminella elegantissima, Trochammina globiriformis, T.
nitida, Elphidium fabum. Mayoritas spesies merupakan cosmopolitan dan tipikal
hidup di air dingin. Phleger (1960) menyebut spesies yang khas di Gulf Coast
Mexico yaitu: Elphidium delicatulum, E.aff.tumidum. Phleger & Ewing (1962)
melakukan penelitian di pantai Gulf of California dan pantai California selatan
mendapatkan: Elphidium gunteri, E.tumidum. Streblus beccarii (var) dan beberapa
variasi miliolids. Bandy (1963) meneliti daerah yang sama dicirikan antara lain:
Ammonia beccarii tepida, Elphidium articulatum dan Quiqueloculina akneriana.
Benda & Puri (1962) melakukan penelitian di lagoon sepanjang Gulf Coast Florida,
yang dicirikan oleh agglutinated dan hyaline perforate, dominan spesies Streblus
beccarii dan Elphidium spp. Di Laut Baltik yang merupakan lagoon yang
sesungguhnya merupakan mixohaline lagoon. Fauna brackish laut dangkal
didominasi oleh Miliammina fusca. Cribrononion cf.gethi dan C.asklundi. Pada
cekungan yang lebih dalam merupakan colder brackish water dicirikan oleh:
Cribrononion excavatum clavatum, E.incertum, Astrammina sphaerica, Reophax
dentaliniformis regularis dan Hippocrepina flexibilis. Mixohaline lagoon (27,8-28,4
ppm) di Tracadie Bay, Bartlett (1966) mendapatkan: Miliammina fusca, Eggerella
advena, Ammotium cassis, Elphidium incertum dan E.orbiculare. Fauna ini mirip
dengan fauna lagoon yang mirip dengan yang menyebar di garis lintang selatan.
Ayala-Castanares & Segura (1968) mendapatkan fauna di Laguna Madre. Mexico.
Tingkat salinitas berada pada 38-47 ppm. Dominan Foraminifera hidup adalah
Ammonia beccarii. Di Lagoon Bottsand di Jerman utara dengan salinitas 12-18 ppm,
didominasi oleh agglutinated dan calcareous perforate, antara lain: Cribrononion
articulatum dan Miliammina fusca. Wantland (1969) melakukan penelitian pada
lagoon sepanjang pantai British Honduras dan dtemukan: Ammonia, Elphidium dan
bentuk agglutinated test. Pantai lagoon terluas di di Lagoa dos Patos, Brasil telah
diteiiti oleh Closs (1962) dengan salinitas (-28 ppm) dicirikan oleh: Elphidium
gunteri, E.excavatum, Miliammina fusca, Trilocularena patensis, Textularia earlandi.
Ammotium
salsum,
Arenoparrella
mexicana,
Haplophragmoides
wilberti,
Spiroplectammina biformis dan banyak thecamoebians.
Serova (1961) mendeskripsi fosil lagoon dari endapan Tersier di Kamchatka, dan
menemukan lapisan tipis dari argillaceous lignit yang mengandung Trochammina
vitrea, alternasi dengan sedimen normal marine (yang mengandung fosil Mollusca
dan Foraminifera). Serova menduga adanya lapisan lignit menunjukkan telah terjadi
berulangkali regresi air laut yang membentuk lingkungan lagoon dan lingkungan
rawa dengan tumbuhan dimana hanya Trochammina vitrea yang dapat bertahan
hidup.
Kondisi lingkungan lagoon dapat diketahui dengan sangat kecil diversitas dari
Foraminifera (meskipun dilingkungan ini 2 kali lebih kaya dibandingkan dengan di
lingkungan marsh). Secara umum terdapat lebih kurang 12-15 genus dan kurang
lebih 30-40
spesies. Proporsi calcareous taxa lebih tinggi dibandingkan di
lingkungan biotop marsh. Jumlah specimen pada umumnya tidak begitu banyak.
Foraminifera plangton tidak berkembang. Foraminifera yang umum ditemukan
adalah Elphidium spp, Rotalia beccarii, berbagai macam Miliolidae, Ammobaculites
dilatatus, Ammontium salsum, Nonion tisburyense, Reophax spp, Textularia spp,
Haplophragmoides spp. Pada bagian lagoon yang bersinggungan dengan laut
terbuka atau bagian lingkungan lagoon yang dimana tingkat salinitas cukup tinggi,
dapat muncul: Buliminella elegantissima, Buccella, Bolivina, Cornuspira, dan
Discorbis serta mungkin genus yang lain. Selain itu secara umum terdapat
Foraminifera agglutinated dalam jumlah banyak bila salinitas rendah dan vice
versa. Tabel berikut dapat dipergunakan sebagai pegangan untuk interpretasi
lingkungan lagoon.
Tbael 5,4, Spesies lingkungan lagoon dan estuari.
Foraminifera
Ammotium selsum
Bolivina
Buccella peruviana
s.l.
Buliminella
Hyposaline
(<30ppm)
Normal
marine (3040 ppm)
************
************
*******
*************
*************
********
*************
Hypersaline
(>40ppm
Catatan
Cosmopolitan
Cosmopolitan
Temperate dan
dingin
Temperate dan
selegantissima
Dahigrenia
*************
Discorbis
*******
*************
Eggerella advena
*******
*************
*************
*************
*************
Elphidium
Glatratella
Haplophragmoides
wilberti
Miliammina fusca
Miliaminella
subrotunda
Nonion tisburyense
Peneroplis
Quinqueloculina
milletti
Rotalia beccarii s.l.
Textularia
Trochammina
********
*************
*******
************
************
***********
******
************
***********
*************
*************
******
***********
*************
*************
*******
*************
*************
*************
*************
************
************
dingin
Tempertae dan
dingin
Temperate dan
hangat
Temperate dan
dingin
Cosmopolitan
Temperate dan
hangat
Cosmopolitan
Comopolitan
Cosmopolitan
Temperate dan
hangat
Hangat
Temperate
Cosmopolitan
Cosmopolitan
Cosmopolitan
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan terdapat banyak variasi baik dalam
jumlah spesimen maupun variasi spesies Foraminifera baik pada lingkungan
brackish water, lingkungan hypersaline dan ultrasaline water, lingkungan fresh
water, lingkungan marsh dan lingkungan lagoon. Kesemuanya itu ditentukan antara
lain oleh tingkat salinitas dan dalam beberapa hal besaran pH air juga ikut
menentukan
Catatan kerja.