KPD Nana
KPD Nana
Oleh
NI WAYAN EKA DARMAYANTI
(P07120213003)
(P07120213007)
(P07120213008)
(P07120213013)
(P07120213019)
(P07120213020)
(P07120213025)
(P07120213035)
membran
ketuban
sebelum
persalinan
berlangsung(Manuaba,
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang,karena tidak ada baganterendah yang menutupi pintu atas panggul
yang
dapat
menghalangitekanan
bawah.kemungkinan
kesempitan
terhadap
membrane
panggul,
perut
bagian
gantung,
sepalopelvik,disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupunasenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkanterjadinya
ketuban pecah dini.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI
RSCM(2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1.
2.
3.
4.
Serviks inkompeten
Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
3. Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi
(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak
lintang, sunsang, atau pendular abdomen (Manuaba, 2009).
C. Konsep Patofisiologi
Menurut Taylor (2009),ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi)dimana ketuban pecah terlalu
dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan enzim
preteolitik dan kolagenase.
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan
pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar
adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior
dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)
F. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan
tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar
peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas
bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin(Manuaba, 2009).
HAMIL PREMATUR
Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin
Kortikosteroid
HAMIL ATERM
KELAINAN OBSTETRI
Distres janin
- Letak sunsang
Letak lintang
- CPD
Bed obtetic hyst
Infertilitas
Grandemultipara
Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif
-
LETAK KEPALA
INDIKASI INDUKSI
Infeksi
Waktu
SEKSIO SESAREA
GAGAL
Reaksi uterus tidak ada
Kelainan letkep
Fase laten dan aktif dan memanjang
Distres janin
Ruptur uteri imminens
Ternyata CPD
BERHASIL
Persalinan
pervaginal
(Manuaba, 2009)
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Pasien Dengan Ketuban
Pecah Dini
1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan:
a. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
1) Bersihan jalan nafas
2) Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
3) Distress pernafasan
4) Tanda tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
b. Breathing dan ventilasi
1) Frekuensi nafas, usaha nafas, dan pergerakan dinding dada
2) Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
3) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
1) Denyut nadi karotis
2) Tekanan darah
3) Warna kulit, kelembaban kulit
4) Tanda tanda perdarahan eksternal dan internal
2. Pengkajian Sekunder
Data yang dikaji pada ibu dengan Ketuban Pecah Dini adalah:
Data Subjektif:
a. Data Biografi
GCS
Tingkat kesadaran
Tanda-tanda vital
BB
Thorak
Inspeksi
terlihat/tidak
Palpasi
: payudara tidak ada pembengkakan.
Auskultasi : terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi nafas
norma vesikuler
3. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
penuh/tidak.
Auskultasi : DJJ ada/tidak
Palpasi
5. Ekstremitas
Atas : oedema, varises, CRT
Bawah : oedema, varises, CRT, refleks
2. Diagnosa
1. Risiko infeksi ditandai dengan faktor infeksi, seperti pasien mengatakan keluar
cairan pervaginam.
2. Nyeri persalinan berhubungan dengan dilatasi serviks
3. Intervensi Keperawatan
N
o
1
Diagnosa
Keperawatan
Risiko Infeksi
Tujuan dan
Kriteria Hasil
(NOC)
NOC: Risk
Control
Intervensi
(NIC)
Rasional
NIC: Infection
Control
5. Kolaborasi
1. Mencegah
terjadinya
infeksi
2. Memotong
rantai
kemungkinan
penyebaran
infeksi
3. Meminimalisir
masuknya
kuman
penyebab
infeksi
4. Mengetahui
sejak dini
apabila infeksi
terjadi
pemberian
antibiotik
Nyeri Persalinan
NOC:
Maternal Status:
Intrapartum
5. Mencegah
infeksi secara
internal
NIC:
Intrapartal Care
Birthing
Setelah diberikan
1. Lakukan
asuhan keperawatan
pengkajian nyeri
selama 2 x 1 jam
secara
diharapkan pasien
komprehensif
dapat mengontrol
nyeri dengan
kriteria hasil:
2. Observasi tanda
1. Pasien dapat
vital: suhu dan
mengontrol nyeri
nadi tiap 30
2. Kontraksi teratur
menit, tekanan
3. Frekuensi
darah tiap 2 jam
kontraksi kuat
sering dan durasi 3. Observasi
bertambah
kemajuan
4. Bukaan lengkap
persalinan: tinggi
5. Gelisah
fundus uteri dan
berkurang
his tiap 5-10
menit, DJJ dan
VT tiap 30 menit
1. Untuk
mengetahui
karakteristik
nyeri yang
dirasakan
2. Untuk
mengetahui
kondisi umum
pasien
3. Untuk
mengetahui
perkembangan
persalinan dan
janin
4. Ajarkan pasien
4. Untuk
menggunakan
mengontrol
manajemen nyeri:
dan
relaksasi napas
meringankan
dalam
nyeri yang
dirasakan
pasien
5. Anjurkan suami
untuk
mendampingi
pasien
5. Untuk
mendukung
perasaan
pasien
6. Bantu tindakan
kenyamanan:
lakukan massage
punggung ibu
6. Untuk
membantu
pasien
mengontrol
rasa nyeri
7. Dokumentasikan
perkembangan
7. Untuk
mengetahui
dan kemajuan
persalinan dalam
partograf
perkembangan
persalinan
pasien dan
untuk catatan
tindakan yang
telah
dilakukan
H. Daftar Pustaka
Mosby.
Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC