Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN DENGAN


KETUBAN PECAH DINI

Oleh
NI WAYAN EKA DARMAYANTI

(P07120213003)

LUH PUTU RETIKAWATI

(P07120213007)

PUTU DIVA PIONITA DEWI

(P07120213008)

NI MADE SILVI YANTHI

(P07120213013)

DEWA AYU SRI UTAMI

(P07120213019)

PUTU PRAJA SANTIKA ABADI

(P07120213020)

PUTU TISNA DAMAYANTI

(P07120213025)

IGA. DWI RATIH WULANDARI

(P07120213035)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV
2016

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN


KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN DENGAN
KETUBAN PECAH DINI
A. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu(Cunningham, McDonald, Gant, 2003).Ketuban Pecah Dini adalah
rupturnya

membran

ketuban

sebelum

persalinan

berlangsung(Manuaba,

2003).Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37


minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruanganyang berada
diantara amnion korion(Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadilebihdari 12 jam sebelumwaktunyamelahirkan.
B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekaninfeksi(Mochtar,
2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan
servik(Saifudin, 2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis
servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanyapeningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internumpada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)

4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang,karena tidak ada baganterendah yang menutupi pintu atas panggul
yang

dapat

menghalangitekanan

bawah.kemungkinan

kesempitan

terhadap

membrane

panggul,

perut

bagian
gantung,

sepalopelvik,disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupunasenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkanterjadinya
ketuban pecah dini.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI
RSCM(2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1.
2.
3.
4.

Serviks inkompeten
Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah

belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik


5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:


1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.

2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
3. Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi
(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak
lintang, sunsang, atau pendular abdomen (Manuaba, 2009).
C. Konsep Patofisiologi
Menurut Taylor (2009),ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi)dimana ketuban pecah terlalu
dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan enzim
preteolitik dan kolagenase.
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan
pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar
adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior
dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat


dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan
tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar
peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas
bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin(Manuaba, 2009).

Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Ketuban Pecah Dini


Masuk Rumah Sakit :
-Antibiotik
-Batasi pemeriksaan dalam
-Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
-Observasi tanda infeksi dan distres janin
-Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR
Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin
Kortikosteroid

HAMIL ATERM
KELAINAN OBSTETRI
Distres janin
- Letak sunsang
Letak lintang
- CPD
Bed obtetic hyst
Infertilitas
Grandemultipara
Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif
-

LETAK KEPALA

INDIKASI INDUKSI
Infeksi
Waktu

SEKSIO SESAREA

GAGAL
Reaksi uterus tidak ada
Kelainan letkep
Fase laten dan aktif dan memanjang
Distres janin
Ruptur uteri imminens
Ternyata CPD

BERHASIL

Persalinan
pervaginal

(Manuaba, 2009)

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Pasien Dengan Ketuban
Pecah Dini
1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan:
a. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
1) Bersihan jalan nafas
2) Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
3) Distress pernafasan
4) Tanda tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
b. Breathing dan ventilasi
1) Frekuensi nafas, usaha nafas, dan pergerakan dinding dada
2) Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
3) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
1) Denyut nadi karotis
2) Tekanan darah
3) Warna kulit, kelembaban kulit
4) Tanda tanda perdarahan eksternal dan internal
2. Pengkajian Sekunder
Data yang dikaji pada ibu dengan Ketuban Pecah Dini adalah:
Data Subjektif:
a. Data Biografi

Biasanya sering terjadi pada kelainan serviks, ketegangan rahim, kelainan


letak janin, kemungkinan kesempitan panggul, kelainan bawaan, infeksi.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : klien dengan ketuban pecah dini mengeluh keluar cairan
pervaginam.
2) Keluhan saat dikaji : biasanya klien mengeluh nyeri hilang timbul. Nyeri
yang dirasakan menjalar dari perut ke pinggang.
3) Riwayat keluhan: Riwayat keluhan adalah pengkajian data mulai dari
timbulnya keluhan sampai dengan dilakukan asuhan keperawatan.
Contoh : waktu keluarnya cairan pervaginam, hasil TFU, His, DJJ,
pemeriksaan VT, efficement, masih ada atau tidaknya cairan ketuban,
penurunan hodge, pembukaan, dan ada atau tidaknya pemberian antibiotik.
Data Objektif:
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1.
2.
3.
4.

GCS
Tingkat kesadaran
Tanda-tanda vital
BB

Head toe toe


1. Kepala
Wajah, Pucat, Cloasma, Sklera, Konjungtiva, Pembesaran k. Limphe,
Pembesaran k. Tiroid, Telinga.
2. Dada

Thorak
Inspeksi

: kesimetrisan dada, jenis pernafasan thorak abdominal,


dan tidak ada retraksi dinding dada. Frekuensi
pernafasan normal 16-24 x/menit. Iktus kordis

terlihat/tidak
Palpasi
: payudara tidak ada pembengkakan.
Auskultasi : terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi nafas
norma vesikuler
3. Abdomen

Inspeksi
Palpasi

: ada/tidaknya bekas operasi, striae, linea.


: TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih

penuh/tidak.
Auskultasi : DJJ ada/tidak

4. Genetalia dan perinium


inspeksi

: keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,


Edema, Discharge, Approximately), pengeluaran dari
ketuban (jumlah, warna, bau), dan lendir merah muda
kecoklatan.

Palpasi

pembukaan serviks (0-4).

5. Ekstremitas
Atas : oedema, varises, CRT
Bawah : oedema, varises, CRT, refleks
2. Diagnosa
1. Risiko infeksi ditandai dengan faktor infeksi, seperti pasien mengatakan keluar
cairan pervaginam.
2. Nyeri persalinan berhubungan dengan dilatasi serviks
3. Intervensi Keperawatan
N
o
1

Diagnosa
Keperawatan
Risiko Infeksi

Tujuan dan
Kriteria Hasil
(NOC)
NOC: Risk
Control

Intervensi
(NIC)

Rasional

NIC: Infection
Control

Setelah dilakukan 1. Jaga kebersihan


asuhan keperawatan
pasien
selama 2 x 1 jam
diharapkan masalah
risiko infeksi pada 2. Instruksikan
pasien dapat teratasi
keluarga untuk
dengan kriteria
menjaga
hasil:
kebersihan cuci
1. Pasien bebas dari
tangan
tanda dan gejala
infeksi
3. Pertahankan
2. Menunjukkan
teknik aseptic
kemampuan
ketika melakukan
untuk mencegah
tindakan invasif
timbulnya infeksi
4. Monitor tanda dan
gejala infeksi

5. Kolaborasi

1. Mencegah
terjadinya
infeksi
2. Memotong
rantai
kemungkinan
penyebaran
infeksi
3. Meminimalisir
masuknya
kuman
penyebab
infeksi
4. Mengetahui
sejak dini
apabila infeksi
terjadi

pemberian
antibiotik

Nyeri Persalinan

NOC:
Maternal Status:
Intrapartum

5. Mencegah
infeksi secara
internal

NIC:
Intrapartal Care
Birthing

Setelah diberikan
1. Lakukan
asuhan keperawatan
pengkajian nyeri
selama 2 x 1 jam
secara
diharapkan pasien
komprehensif
dapat mengontrol
nyeri dengan
kriteria hasil:
2. Observasi tanda
1. Pasien dapat
vital: suhu dan
mengontrol nyeri
nadi tiap 30
2. Kontraksi teratur
menit, tekanan
3. Frekuensi
darah tiap 2 jam
kontraksi kuat
sering dan durasi 3. Observasi
bertambah
kemajuan
4. Bukaan lengkap
persalinan: tinggi
5. Gelisah
fundus uteri dan
berkurang
his tiap 5-10
menit, DJJ dan
VT tiap 30 menit

1. Untuk
mengetahui
karakteristik
nyeri yang
dirasakan
2. Untuk
mengetahui
kondisi umum
pasien
3. Untuk
mengetahui
perkembangan
persalinan dan
janin

4. Ajarkan pasien
4. Untuk
menggunakan
mengontrol
manajemen nyeri:
dan
relaksasi napas
meringankan
dalam
nyeri yang
dirasakan
pasien
5. Anjurkan suami
untuk
mendampingi
pasien

5. Untuk
mendukung
perasaan
pasien

6. Bantu tindakan
kenyamanan:
lakukan massage
punggung ibu

6. Untuk
membantu
pasien
mengontrol
rasa nyeri

7. Dokumentasikan
perkembangan

7. Untuk
mengetahui

dan kemajuan
persalinan dalam
partograf

perkembangan
persalinan
pasien dan
untuk catatan
tindakan yang
telah
dilakukan

H. Daftar Pustaka

International, NANDA.(2015-2017).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 20152017.Jakarta:EGC


M. Bulechek, Gloria. 2013. . Nursing Intervention Classification (NOC).USA: Elsevier

Mosby.
Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika


Moorhead, Sue; dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Elsevier
Mosby.
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai