Anda di halaman 1dari 16

1

KELOMPOK 1
Simulasikan dan presentasikan kasus ini di depan kelas!
Seorang pasien laki-laki berumur 30 tahun datang ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan
nyeri hebat pada daerah belakang pergelangan kaki kirinya. Sekitar 3 jam yang lalu pasien
bermain bola, saat berebutan bola, tiba-tiba kaki kirinya berbunyi krek, pasien langsung
terjatuh dan merasakan sakit yang sangat sehingga meraung kesakitan. Pasien tidak mampu
berdiri kembali sehingga harus dibopong keluar lapangan. Pada pemeriksaan pergelangan
kaki ditemukan bengkak dan nyeri bila ditekan. Pasien tidak dapat melakukan gerak plantar
fleksi kaki. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan ruptur total tendo Achilles kiri. Pasien
disarankan menjalani operasi penyambungan kembali tendo yang terputus.
SASARAN BELAJAR
Memahami dan menjelaskan Ruptur Tendo Achilles
a. Struktur tendo Achilles
b. Definisi dan mekanisme ruptur tendo Achilles
KELOMPOK 2
Simulasikan dan presentasikan kasus ini di depan kelas!
Seorang atlet football sedang berlari saat pertandingan. Namun tiba-tiba dari arah
belakangnya seseorang menabraknya dengan keras sehingga menyebabkan bahu kiri terasa
nyeri. Saat diperiksa lengan atas menggantung ke bawah di sisi tubuhnya dengan eksorotasi.
Tidak dijumpai tanda-tanda fraktur, namun terlihat kaput humerus tumpeng tindih dengan
collum scapulae.
SASARAN BELAJAR
Memahami dan menjelaskan Dislokasi Sendi Bahu
a. Struktur sendi bahu dan struktur disekitarnya
b. Definisi dan mekanisme dislokasi sendi bahu
KELOMPOK 3
Simulasikan dan presentasikan kasus ini di depan kelas!
Skenario
Seorang lelaki usia 18 tahun merasakan batuk yang tidak berkurang sejak 3 hari
yang lalu. Batuk yang diirasakan mula-mula tidak disertai dahak, akan tetapi sejak tadi pagi
mulai batuk berdahak, bahkan sekarang mendadak menjadi sesak nafas. selain itu penderita
juga mengalami demam. Sebelumnya penderita membersihkan rak buku-buku lama ayahnya
yang penuh dengan debu.
Penderita segera datang ke dokter keluarganya, di sana dokter memeriksa pasien
untuk mendapatkan gejala dan tanda respirasi lainnya. Pada pemeriksaan auskultasi
penderita ditemukan wheezing yang jelas. Dokter tersebut ingat, kakak penderita juga
menderita penyakit paru kronik yang pada rontgen thoraksnya menunjukkan gambaran
honeycomb appearnce tetapi tidak pernah ditemukan wheezing. Selanjutnya dokter tersebut
memberi obat pada penderita tersebut 2 macam obat yang berbeda fungsinya.
SASARAN BELAJAR
a. Memahami struktur saluran pernafasan atas dan bawah
b. Menjelaskan mekanisme asma bronkial

KELOMPOK 4
Simulasikan dan presentasikan kasus ini di depan kelas!
Seorang pria, bernama Pak Heri, berusia 50 tahun telah menderita kencing manis selama
lebih dari 10 tahun. Atas anjuran temannya yang mengatakan bahwa meditasi dapat
menyembuhkan penyakitnya, maka ia melakukan meditasi selama berjam-jam yang sudah
berlangsung beberapa bulan. Meditasi dilakukannya dengan cara duduk bersila atau
menyilangkan tungkai bawah sambil berkonsentrasi penuh. Tiga hari yang lalu ia ke dokter
dengan keluhan jika berjalan kaki kanannya sering kali tersandung teruatama di permukaan
jalan yang tidak rata/berkerikil. Sejak 1 bulan yang lalu ia sering merasakan keluhan mati
rasa dan nyeri disebelah luar tungkai kanan dan punggung kaki kanan. Pada pemeriksaan
fisik di tungkai bawah ibu jari kaki kanan tidak bisa dorsofleksi, steppage gait (berjalan
dengan menyeret kaki kanan) positif, sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsofleksi, gangguan
hipestesi (mati rasa) pada daerah crus posterolateral. Menurut dokter ia menderita foot drop
karena kelumpuhan n. peronealis communis dan DM tipe II.
SASARAN BELAJAR
A. Menjelaskan perjalanan syaraf pada ekstremitas inferior
B. Otot tapa saja yang terdapat di region cruris
KELOMPOK 5
Simulasikan dan presentasikan kasus ini di depan kelas!
Seorang pria, bernama Pak Heri, berusia 50 tahun telah menderita kencing manis selama
lebih dari 10 tahun. Atas anjuran temannya yang mengatakan bahwa meditasi dapat
menyembuhkan penyakitnya, maka ia melakukan meditasi selama berjam-jam yang sudah
berlangsung beberapa bulan. Meditasi dilakukannya dengan cara duduk bersila atau
menyilangkan tungkai bawah sambil berkonsentrasi penuh. Tiga hari yang lalu ia ke dokter
dengan keluhan jika berjalan kaki kanannya sering kali tersandung teruatama di permukaan
jalan yang tidak rata/berkerikil. Sejak 1 bulan yang lalu ia sering merasakan keluhan mati
rasa dan nyeri disebelah luar tungkai kanan dan punggung kaki kanan. Pada pemeriksaan
fisik di tungkai bawah ibu jari kaki kanan tidak bisa dorsofleksi, steppage gait (berjalan
dengan menyeret kaki kanan) positif, sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsofleksi, gangguan
hipestesi (mati rasa) pada daerah crus posterolateral. Menurut dokter ia menderita foot drop
karena kelumpuhan n. peronealis communis dan DM tipe II.
SASARAN BELAJAR
A. Apa saja terminologi posisi anatomi saat meditasi?
B. Menjelaskan pengertian droop foot
KELOMPOK 6
Seorang pria usia 59 tahun, memliliki riwayat merokok berat dan kolesterol tinggi. Saat ini ia
merasa dada terasa sakit seperti tertekan dengan kuat, sesak nafas dna palpitasi setelah
aktifitas fisik. Denyut jantung 55 kali per menit dan teratur. Diagnosis pasien ini adalah infark
miokard akibat gangguan pada A. koronaria kanan dan A. descendens anterior kiri
SASARAN BELAJAR
A. Jelaska struktur anatomi dari arteri koronaria pada jantung
B. Bagaimana mekanisme infark miokard pada pasien ini?

LO 1.1. Mikroskopis Tendo Achilles


Tendo Achilles adalah tendo pada bagian tungkai bawah. Ia berfungsi untuk
melekatkan otot Gastrocnemius dengan otot soleus ke salah satu tulang penyusun
pergelangan kaki, yaitu Calcaneus.
Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95% dari kolagen
tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil. Serat elastin dapat
menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin ada pada tendon dalam
proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke
tulang.
Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh
limfatik serta saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh epitenon
dan membentuk struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah
dari epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan
mengurangi pergesekan.
Struktur terbesar dalam skema di atas adalah
tendon atau ligamen itselt. Ligamentum atau
tendon kemudian dipecah menjadi entitas yang
lebih kecil disebut fasciles (lembaran). Lembaran
berisi fibril dasar ligamentum atau tendon, dan
fibroblas, yang merupakan sel-sel biologis yang
menghasilkan ligamen atau tendon. Ada
karakterisitik struktural pada tingkat ini yang
memainkan peran penting dalam mekanisme
ligamen atau tendon, yaitu crimp dari fibril. Crimp
merupakan struktur bergelombang dari fibril, dan
ia akan memberikan kontribusi signifikan terhadap hubungan stress regangan nonlinear untuk
ligamen dan tendon.
TENDON
1
2
3

Tendon mengandung kolagen tipe I


Tendon mengandung matriks proteoglycan
Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara paralel
Fungsi dasar:
1 Tendon membawa kekuatan tarik dari otot ke tulang
2 Tendon membawa kekuatan tekan ketika membungkus tulang seperti katrol
Struktur:
1 Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2 Glycine (33%)
3 Proline (15%)
4 Hydroxyproline (15%)
Blood Supply
1 Pembuluh darah di perimysium (meliputi tendon)
2 Pada periosteol insertion
3 Jaringan sekitarnya
LO 1.2. Makroskopis Tendo Achilles

Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah
tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai
dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada
bagian tengah-belakang tulang calcaneus.

LO 1.3. Kinesiologi Tendo Achilles


Gerak sendi:
- Fleksi Dorsalis : M. tibialis anterior, M. extensor digitorum longus, M. proneus tertius dan
M. extensor hallucis longus.
- Fleksi Plantar : M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris, M. flexor hallucis longus, M.
peroneus longus dan brevis M. tibialis posterior
LI 2. Memahami dan menjelaskan Ruptur Tendo Achilles
LO 2.1. Definisi ruptur dan ruptur tendo Achilles
Ruptur adalah putusnya suatu organ atau jaringan.
Ruptur tendo Achilles adalah putusnya tendo Achilles atau cedera yang
mempengaruhi bagian bawah belakang kaki.
LO 2.2. Etiologi ruptur tendo Achilles
Ruptur Tendo Achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat
kontraksi maksimal pada otot betis. Ruptur tendo dapat terjadi saat berlari, melompat,
bermain bulu tangkis, basket, tersandung dan jatuh dari ketinggian. Dalam beberapa kasus
putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran darah. Tendo juga
dapat melemah bergantung pada bertambahnya usia. Putusnya tendo Achilles juga bisa
disebabkan oleh peningkatan mendadak jumlah tekanan pada tendo Achilles. Biasanya ruptur
tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Penyebab lainnya
juga bisa karena:
1 Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,
2 Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah,
3 Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,
tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya,
4 Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis,
LO 2.3. Patogenesis ruptur tendo Achilles
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di fibril
kolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini yang
menyebabka pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak,
tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang di
tempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara umum
serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat ketegangan
antara 4-8 persen, serat kolagen mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar
molekul rusak. Pada tingkat tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara

makroskopik karena kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan
interfibriller.
LO 2.4. Manifestasi klinis ruptur tendo Achilles
Penderita ruptur tendon achilles memiliki gejala atau manifestasi klinik sebagai
berikut:
1 Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan kaki
atau betis
2 Bengkak, kaku dan memar
3 Terlihat depresi di tendon 3-5 cm diatas tulang tumit
4 Tumit tidak bisa digerakan turun naik
LO 2.8. Prognosis ruptur tendo Achilles
Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendo Achilles, tendo akan kembali
normal. Jika operasi dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat dan kecil kemungkinannya
untuk ruptur lagi. Biasanya, kegiatan berat, seperti berjalan baru bisa dilakukan kembali
setelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga, setelah 4 sampai 6 minggu setelah
cedera terjadi.
LO 2.9. Pencegahan ruptur tendo Achilles
Lakukan pemanasan dan peregangan sebelum melakukan kegiatan olahraga. Biasakan
latihan yang memperberat betis. Jangan memaksakan latihan jika kaki terasa lelah. Jaga berat
badan ideal agar tidak obesitas. Kenakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat.

Struktur sendi bahu

Shoulder Joint
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi, disebut
cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti
menyisir, meng-garuk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama
yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai
mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus
dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga
bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat
sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.( Djohan Aras,1994)
Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:
1. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya denga kepala sendinya tidak
sebanding.
2. Kapsul sendinya relatif lemah.
3. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus,
infrapinatus, teres minor dan subscapularis.
4. Gerakannya paling luas.
5. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.
Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah
mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya.
Sendi- sendi di daerah bahu diantaranya :
Sendi glenohumerus yang sebenarnya (synovial)
Sendi semu antara humerus dan arkus korakorakromial
Sendi sternoklavikular
Sendi akromioklavikular
Artikulasi skapulotoraks
Artikulasi gleno humerus yang dangkal pada dasarnya hanya mempunyai
sedikit stabilitas karena daerah permukaan glenoid hanya seperempat daerah
permukaan sendi humerus. Tingkat kedalaman sendi yang disebabkan oleh labrum
mungkin tampak sepele, tetapi ini tentu bermakna karena robekan labrum akan
menyebabkan dislokasi. Stabilitas tergantung pada pengendalian otot. Tendon
subskapularis di depan, rotator subskapularis pendek di atas, infraspinatus dan teres
minor di belakang bergabung dengan simpai bahu akan membentuk cuff rotator.
Selama abduksi otot menarik kaput humerus dengan kuat ke dalam sendinya
sedangkan deltoid mengangkat lengan. Ketika mulai abduksi, rotator luar memutar
lengan sehingga tuberositas mayor bebas dari akromion yang menonjol, dan gerakan
skapulotoraks memungkinkan jangkauan yang lebih jauh hingga 180 derajat.
Sebenarnya, abduksi pada sendi glenohumerus tidak dapat melebihi 90 derajat karena
tidak ada lagi permukaan sendi pada kaput humerus; tetapi rotasi luar pada humerus
membebaskan lebih banyak permukaan dan memungkinkan abduksi penuh, dengan
peran serta artikulasi skapulototaks. Sendi skapulotoraks dan glenohumeros bergerak
secara sinkron, meskipun dalam 30 derajat abduksi pertama tak banyak gerakan
skapulotoraks yang kelihatan; pada 150 derajat abduksi sisanya, sekitar 90 derajat

terjadi pada sendi glenohumerus. Sendi sternoklavikular ikut serta dalam gerakan
yang dekat dengan tubuh (misalnya mengangkat atau menahan bahu ); sendi
akromioklavikular bergerak dalam 60 derajat abduksi terakhir.
2. Kapsul Sendi
Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars).
a) Kapsul Sinovial
(lapisan bagian dalam) dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak
lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan
cairan sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi. Bila
ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami
gangguan fungsi adalah kapsul sino-vial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki
reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada
artrosis sendi.
b) Kapsul Fibrosa
Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan
pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi, memelihara
regenerasi kapsul sendi.
`3.
Cartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga
tidak nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi
dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago .(Weiss, 1979)

BIOMEKANIK
Sendi bahu mempunyai gerakan-gerakan sebagai berikut:
1. Gerak flexi, penggeraknya adalah serabut otot deltoideus anterior
2.Gerak ektensi, penggeraknya adalah otot serabut otot deltoideus posterior dan teres
minorserta dibantu oleh otot infra spinatus
3. Gerak adbuksi, penggeraknya adalah otot supra spinatus dibantu oleh otot
deltoideus
4. Gerak abduksi horizontal, penggeraknya adalah otot deltoideus
5. Gerak internal rotasi, penggeraknya adalah otot sub scapular
6. Gerak eksternal rotasi, penggeraknya adalah otot infra spinatus
Mekanisme dislokasi

Eksorotasi adalah gerakan rotasi ke arah luar. Pada kasus Aston ini, terdorong
dan terpukulnya Aston menjadi kekuatan yang menyebabkan gerakan eksorotasi pada
sendi bahu. Terjadilah avulsi, yaitu otot terentang kuat melampaui kebebasan
kemampuan jangkauan gerak. Caput humerus terdorong ke depan dan keluar dari
cavitas articularis sendi bahu sehingga yang mengikat hanya ligament glenohumeral
sehingga lengan atas kanan Aston menggantung ke bawah.
a) Otot-otot apa saja yang berpotensi terganggu pada kasus Aston dan mengapa ?
Otot yang berpotensi terganggu yaitu otot deltoideus humerus. Kemampuan
untuk menegangkan otot deltoideus secara minimal dalam usahanya memulai abduksi
merupakan factor untuk menilai fungsi saraf aksilaris yang berkemungkinan cedera
akibat dislokasi bahu Aston. Saraf aksilaris berfungsi untuk abduksi bahu sehingga
dapat menempatkan lengan secara fungional.
Syaraf yang berpotensi terganggu pada kasus ini adalah saraf aksilaris dan
saraf ulnaris. Pada saraf aksilaris memberikan respon sensoris terhadap M.deltoideus,
dan M.teres minor. Bila terdapat daerah anestetik lokal dengan batas yang jelas dan
Aston tidak mampu menegangkan otot deltoideus secara minimal maka ada
kemungkinan terjadi cedera saraf aksilaris. Fungsi saraf aksilaris diperlukan untuk
abduksi bahu sehingga dapat menempatkan lengan secara fungsional. (patofisiologi
2,1369 & snell,437)
Tulang yang berpotensi terganggu adalah os. Humerus dan os. scapula.
Persendian yang mungkin terganggung persendian antara caput humeri dengan cavitas

gleinoidalis scapulae. Termasuk dalam tipe sendi sinovial ball and socket. Permukaan
sendi meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya
labrum glenoidale. Karena kedangkalan rongga persendian, kepala humerus yang
besar dan kelemahan (kelonggaran) ligamen kapsul , sendi bahu cenderung mudah
terkena dislokasi.
Dislokasi bahu paling sering dialami oleh mereka yang masih muda dan
biasanya diakibakan oleh abduksi, ekstensi, dan rotasi eksterna traumatik yang
berlebihan pada ekstremitas atas. Kaput humeri biasanya bergeser ke anterior dan
inferior melalui robekan traumatik pada kapsul dan labrum anterior sendi bahu.

DROOP FOOT
Foot drop: Terkulainya kaki akibat lesi nervus peroneal atau tibial yang mengakibatkan
kelumpuhan otot-otot anterior tungkai bawah
Dorsifleksi: Menekuk atau fleksi ke arah aspek ekstensor anggota gerak seperti pada tangan
atau kaki
N. peronealis communis: cabang terminal dari nervus ischiadicus yang lebih kecil, mulai di
1/3 bagian bawah tungkai atas.
Pak Heri melakukan meditasi dengan cara duduk bersila atau menyilangkan tungkai bawah
selama berjam-jam yang telah berlangsung beberapa bulan
i. Tulang, otot, dan nervus apa saja yang terlibat pada posisi meditasi bersila?
Tulang
: Os. Femur, os. Tibia, os. Fibula, os. Tarsi,
Musculus
: M. gluteus medius (Facies glutea-Torchanter major), M.
semitendinosus
(Os.Pubis-Os.Tibia
medialis),
M.
gastrocmenius (Condylus lateralis femuris,condyles medialis
femuris-calcanea), M. plantaris (Condylus medialis femuristibia posterior), M. gracilis (Os.pubis-Os.tibia medialis), M.
Sartorius, M. Fibularis (peroneus) longus, M. Fibularis
(peroneus) brevis, M. tibialis posterior, M. flexor digitorum
longus, M. flexor halluces longi, M. triceps surae
Nervus
: N. saphenous (medial tungkai bawah), N. peroneus comunis
(berjalan turun di depan fibula mempersarafi m. peroneus
longus dan m.peroneus brevis), N. cutaneous surae lateralis
(lateral tugkai bawah).
Articulatio
: Articulatio Coxae, Articulatio Femorotibialis, Articulatio
Tibiafibularis, Articulatio talocruralis, Articulatio subtalaris.
Ligamen
: Lig. Iliofemoralis, Lig. Ischiofemoralis, Lig. Pubofemoralis,
Lig. Teres, Lig. Collateralis Fibularis, Lig. Collateralis Tibialis,
Lig. Cruciatum anterior dan posterior, Lig. Deltoid (medial),
Lig. Lateralis, Lig. TibioFibulo anterior dan posteriors
ii. Apa akibat meditasi yang salah?
Pada saat duduk bersila, pembuluh darah pada bagian persendian akan tertarik
dan menyempit (seperti menarik pipa elastis).oleh karena itu,terjadi gangguan
aliran darah yang menimbulkan pemberian makanan (nutrisi) di saraf terhambat.
Jika hal ini dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan berkepanjangan,akan
menyebabkan lesi pada saraf tersebut.
iii. Apa saja terminologi posisi anatomi saat meditasi?
Fleksi di sendi lutut melibatkan kontraksi m. Sartorius, m. gracilis, m. biceps
femoris, m. semitendoninosus, m. semimembranosus. m. gastrocnemius, m.
plantaris
Fleksi plantar di sendi talokrural melibatkan kontraksi m. fibularis (peroneus)
longus, m. fibularis (peroneus) brevis, m. tibialis posterior, m. flexor digitorum
longus, m. flexor halluces longus

10

Abduksi di sendi pinggul melibatkan kontraksi m. gluteus (maximus, medius,


minimus).
a. Sejak 1 bulan lalu, ia sering merasakan keluhan mati rasa dan nyeri di sebelah luar
tungkai kanan dan punggung kaki kanan.
i.
Mengapa pak Heri bisa mati rasa dan nyeri?
Penyakit diabetes paling banyak menjadi penyebab neuropati. Neuropati sering
kali tidak disadari sebagai penyakit, melainkan komplikasi dari penyakit lain.
Jika dibiarkan, kondisi neuropati dapat mengganggu mobilitas penderitanya.
Bahkan apabila tidak diterapi benar bisa jadi kronis sehingga berpotensi
komplikasi.Posisi tubuh tertentu saat melakukan aktivitas dalam waktu lama
bisa memicu kerusakan sistem saraf atau neuropati. Seperti kebiasaan meletakan
pergelangan tangan pada papan ketik sebagai salah satu kegiatan yang berisiko
tinggi memicu neuropati. Bahkan, kebiasaan sehari-hari seperti jongkok atau
duduk bersila dalam waktu lama, katanya, juga bisa memicu neuropati. Gejala
tersebut selalu berulang-ulang dan terjadi spontan. Umumnya, diawali dengan
kesemutan (akibat peredaran darah tidak lancar) yang kemudian mempengaruhi
sistem saraf. Selain itu, diikuti rasa terbakar di tangan dan kaki. Bisa juga
mengalami kram, kaku otot, kesemutan, kehilangan kontrol kandung kencing,
kelemahan anggota gerak, atau penyusutan otot. Jika sudah stadium lanjut
bagian tubuh akan timbul rasa baal atau kebas alias mati rasa.
Jika gangguan dibiarkan, dapat terjadi kerusakan saraf lebih berat yang bisa
mengganggu pergerakan dan mobilitas penderita. Rasa nyeri yang muncul menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu psikologi. Agar sistem saraf
bekerja baik, nutrisi yang membantu kesehatan saraf, seperti makanan mengandung vitamin B, harus dikonsumsi cukup. Neuropati dapat ditangani lewat
bantuan alat, nutrisi, obat, ataupun pembedahan.
ii.

iii.

Bagaimana mekanisme mati rasa dan nyeri?


Nyeri disebabkan adanya disfungsi primer ataupun lesi pada system
saraf(pembuluh darah pada bagian persendian akan tertarik dan menyempit
(seperti menarik pipa elastic,yang menyebabkan gangguan aliran darah yang
menimbulkan pemberian makanan di saraf terhambat). Akibat lesi,maka terjadi
perubahan khususnya pada Serabut Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron
sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh
keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan
gangguan keseimbangan.Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui
perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA(mekanisme perifer)menjadi
abnormal yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral
(mekanismesentral).
Mekanisme mati rasa
Gangguan ini terjadi karena gangguan saraf tepi (perifer), yakni saraf di luar
jaringan otak.Misalnya di tangan, kaki, dan bagian badan lainnya.Gangguan
saraf tepi yang menimbulkan mati rasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor.Di
antaranya, tertekan pada area mati rasa.Misalnya, jika daerah lengan atas
tertekan oleh sesuatu atau terlipat (tertekuk), maka akan terjadi gangguan aliran
darah pada area di bawahnya sehingga menimbulkan mati rasa di bagian bawah
area yang tertekan atau tertekuk tersebut.
Jika lutut tertekuk dalam waktu lama, maka daerah betis kebawah dapat
mengalami mati rasa.Mati rasa juga bisa terjadi karena gangguan metabolisme.
Misalnya pada penderita diabetes dimana dapat terjadi mikroangiopati
(kekurangan makanan pada saraf) sehingga pembuluh darah dan saraf tepi
(perifer) mengalami gangguan.Akibatnya,akan timbul mati rasa.
Nervus apa saja yang ada pada tungkai kanan dan punggung kaki kanan?
Nervus yang terdapat pada tungkai kanan punggung kaki kanan adalah
- Rami posteriores ketiga n.lumbalis bagian atas

11

Rami posteriores ketiga n.sacralis bagian atas


Ramus lateralis n.thoracicus XII
Cabang-cabang lateralis n.iliohypogastricus (L1)
Cabang-cabang n.custaneus femoris lateralis
Cabang-cabang n.custaneus femoris posterior
N. Cutaneus femoris posterior
N. Suralis
N. Custaneus surae lateralis
Cabang-cabang n.saphenus
Ramus communicantes surae n.peroneus communis
N. Suralis
N. Calcaneus medialis
N. Plantaris medialis
N. Plantaris lateralis
b. Pak Heri menderita foot drop karena kelumpuhan n.peronealis communis dan DM
tipe II.
i.
Bagaimana kelumpuhan n.peronealis communis menyebabkan foot drop?
N. peroneus communis meninggalkan fossa dengan menyilang secara superfisial
terhadap caput laterale dari m.gastrocnemius. kemudian saraf berjalan posterior
terhadap caput fibulae, melengkung ke lateral sekeliling collum, menembus .m
peroneus longus dan bercabang menjadi dua cabang terminal, yaitu (1) n.
peroneus superficialis dan (2) n. peroneus profundus
N. peroneus profundus mempersyarafi 4 musculus yaitu m. tibialis anterior, m.
extensor hallucis longus, m. extensor digitorium longus, dan m. peroneus
tertius. Musculus tersebut berkontraksi pada saat dorso-flexi. Jika terjadi
kelumpuhan n.peronealis communis, maka n. peroneus profundus pun tidak
dapat mempersyarafi keempat musculus tersebut sehingga tidak dapat
melakukan dorso-flexi melainkan hanya bisa plantar-flexi atau biasa disebut
foot drop.
ii.

Dimana letak n.peronealis communis dan mempersyarafi otot apa saja? Apa
fungsinya?
Nervus peroneus communis merupakan cabang terminal dari nervus ischiadicus
yang lebih kecil, dan letaknya mulai di sepertiga bagian bawah tungkai atas.
Saraf ini berjalan turun melalui fossa poplitea, dekat dengan pinggir medial
muculi biceps. Nervus peroneus communis meninggalkan fossa dengan
menyilang secara superfisial terhadap caput laterlae dari muculi gastrocnemius.
Kemudian saraf berjalan posterior terhadap caput fibulae, melengkung ke lateral
di sekeliling collum, menembus muculi peroneus longus, dan bercabang
menjadi dua cabang terminal, yaitu nervus peroneus superficialis dan nervus
peroneus profundus.
Maka, nervus peronealis communis mempersyarafi musculi biceps femoris yang
merupakan dari origo caput longum: tuberoitas ischiadicum dan caput brevis:
linea asperam crista supracondylaris lateralis dari corpus femoris, insertio caput
fibuae. Fungsi dari nervus peronealis communis adalah fleksi dan rotasi lateral
tungkai bawah pada articulatio genus; tetapi coput longum juga
mengekstensikan tungkai atas pada articulatio coxae (antara coxae dan femur).

iii.

Apa factor yang meyebabkan kelumpuhan n.peronealis communis?


Diabetes Melitus tipe 2 yang lebih dari 5 tahun dapat menyebabkan neurophaty
karena penumpukan sorbitol dan fruktosa di saraf. Selain itu posisi duduk sila
yang dilakukan berjam-jam oleh Pak Heri menyebabkan terjepitnya pembuluh
darah sehingga distribusi nutrisi ke syaraf terganggu dan juga mengakibatkan
neurophaty. Neurophaty yang kronis dapat menyebabkan kelumpuhan syaraf.
Selain itu Pak Heri juga sudah terlalu lama bermeditasi dengan cara duduk yang
salah dalam hal ini bersila selama berjam-jam yang mengakibatkan terjepitnya
n.peronealis communis sehingga menyebabkan kelumpuhan nervus tersebut.

12

iv.

Apa hubungan DM tipe II dengan foot drop?


Kaki diabetic adalah kelainan tungkai bawah akibat diabetes melitus yang tidak
terkontrol. Kesimpulannya, kaki diabetic adalah kerusakan jaringan pada kaki
diakibatkan karena gula darah yang tidak terkontrol. Tanda dan gejala kaki
diabetic yaitu sering mati rasa, nyeri.
Kaki saat istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis),
penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi
atrofi, dingin dan kuku menebal, kulit kering. Neuropati motorik terjadi karena
demyelinisasi serabut saraf dan kerusakan motor end plate.Serabut saraf motorik
bagian distal yang paling sering terkena dan menimbulkan atropi dan otot-otot
intrinsic kaki.Atropi dari otot intraosseus menyebabkan kolaps dari arcus kaki.
Metatarsal-phalangeal joint kehilangan stabilitas saat melangkah. Hal ini
menyebabkan gangguan distribusi tekanan kaki saat melangkah dan dapat
menyebabkan kallus pada bagian-bagian kaki dengan tekanan terbesar.Jaringan
di bawah kallus akan mengalami iskemi ada nnekrosis yang selanjutnya akan
menyebabkan ulkus. Neuropati motorik menyebabkan kelainan anatomi kaki
berupa claw toe, hammer toe, dan lesi pada nervus peroneus lateral yang
menyebabkan foot drop.

v.

Apa gejala yang diakibatkan oleh kelumpuhan n.peronealis communis?


Gejalanya yaitu sering mati rasa dan kesemutan di bagian crus posterolateral
(bagian pinggir belakang betis), tidak bisa dorsofleksi tungkai bawah dan ibu
jari kaki, sering tersandung karena berjalan seperti menyeret kaki.

vi.

Jika nervus tersebut lumpuh otot apa saja yang ikut lumpuh?
Saraf peronealis berjalan di dekat permukaan kulit pada lekukan di puncak betis,
di belakang lutut. Kelumpuhan saraf peronealis terjadi karena adanya penekanan
pada saraf peronealis. Lumpuhnya nervus peronealis communis berakibat kelumpuhan
semua otot dorsofleksi pergelangan kaki dan otot-otot untuk gerakan kaki. Untuk
menggerakkan kaki secara dorsofleksi melibatkan kombinasi dari otot Otot m. tibialis
anterior, m.peroneus tertius, m.extensor hallucis longus, dan m.extensordigitorum longus.

c. Pemeriksaan fisik di tungkai bawah, ibu jari kaki kanan tidak bisa dorsifleksi,
steppage gait positif, sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsi fleksi, gangguan
hipestesi pada daerah crus posterolateral, kaki kanan sering tersandung di jalan yang
tidak rata.
i.
Apa penyebab ibu jari kanan dan sendi pergelangan kaki tidak bisa dorsifleksi?
N. peronealis communis mempersyarafi m. tibialis anterior yang berperan dalam
dorsifleksi pergelangan kaki dan juga mempersyarafi m. haluxis longus yang
berperan dalam dorsifleksi ibu jari. Akibat kelumpuhan n. peronealis communis,
Pak Heri tidak dapat melakukan dorsifleksi pergelangan kaki dan ibu jari kaki
kanannya.
ii.

Apa penyebab steppage gait?


Steppage gait disebabkan karena foot drop yang diakibatkan karena ketidakmampuan
melakukan dorso-flexi pada pergelangan kaki dan jari kaki yang menyebabkan
penderita seakan-akan berjalan dengan menyeret kaki sehingga sering tersandung.

iii.

Apa penyebab hipestesi pada daerah crus posterolateral?


Terjadi kompresi vascular pada tungkai bawah karena posisi meditasi yang sama
dalam jangka waktu yang panjang. Kompresi vaskular ini menyebabkan suplai
nutrisi ke saraf menjadi terhambat sehingga fungsi saraf pun berkurang dan
dapat menyebabkan hipestesi pada daerah crus posterolateral.

13

VI. Kerangka Konsep


DM II lebih dari
10 tahun

Meditasi terlalu lama


dengan posisi yang
sama
Kontraksi otot terus
menerus

Resistensi
terhadap
insulin

Vaskuler terjepit

Kadar glukosa
naik

Peredaran darah
terhambat

Penumpukan
sorbitol dan
fruktosa di
nervus

Suplai nutrisi ke
saraf berkurang

Hipestes
i

Neruopati
Kelumpuhan n. peronealis
communis
Kelumpuhan m. tibialis anterior dan m.
hallucis longus
Tidak bisa dorsofleksi
pergelangan kaki
Steppage
gait

Tidak bisa dorsofleksi ibu


jari

Sering
tersandung

VII. Sintesis
FOOT DROP

Foot drop adalah istilah umum untuk kesulitan mengangkat bagian depan kaki atau
sebuah nama sederhana untuk masaah kompleks yang berpotensi. Foot drop juga dapat

14

dikatakan sebagai kelemahan otot yang terlibat dalam gerak flexi pada pergelangan kaki dan
jari kaki. Akibatnya, jari kaki menunduk ke bawah dan menghalangi gerakan berjalan normal.
Drop foot dapat terjadi karena kerusakan saraf pada kaki akibat saraf peroneus profundus,
yang menyebabkan telapak kaki tidak dapat diangkat dan jalan menjadi diseret. Kaki menjadi
seperti kaki ayam yang melangkah, yaitu kaki tidak bisa menapak tanah dengan rata juga
tidak punya kekuatan untuk melangkah. Maka, untuk melangkah pun kaki seakan-akan
diseret sebab memang tidak mungkin untuk melangkah secara normal. Gangguan ini sering
terjadi akibat seseorang sering duduk dengan menyilangkan kaki atau bisa juga karena sering
cukup lama bersila. Foot drop dapat dikaitkan degan berbagai kondisi seperti dorsiflexor
cedera, cedera saraf perifer, stroke, neuropati, toksisitas obat, atau diabetes.
Foot drop mengacu pada kekacauan yang melibatkan orang, AOS otot pergelangan
kaki dan telapak kaki. Seseorang dengan foot drop memiliki kontrol terbatas atas gerakan
kaki yang terkena bencana. Biasanya orang dengan foot drop akan berjalan dengan langkah
tinggi yang berlebihan, sehingga yang terkena menampar kaki di atas tanah. Hal ini sering
disebut sebagai Footdrop Galt.
Foot drop dapat didefinisikan sebagai suatu kelemahan signifikan pergelangan kaki
dan kaki dorsofleksi. Kaki dan pergelangan kaki dorsiflexors termasuk tibialis anterior,
halusis ekstensor longus, dan ekstensor digitorum longus. Otot-otot ini membantu tubuh
pastinya kaki selama fase ayunan dan kontrol plantar fleksi tumit kaki pada mogok.
Kelemahan dalam kelompok ini hasil otot dalam equinovarus cacat. Hal ini kadang-kadang
disebut sebagai steppage gaya berjalan, karena pasien cenderung untuk berjalan dengan fleksi
yang berlebihan pinggul dan lutut untuk mencegah jari-jari kaki dari penangkapan di tanah
selama fase ayunan. Selama gaya berjalan, gaya menyerang tumit melebihi berat badan, dan
arah vektor reaksi tanah lewat di belakang pergelangan kaki dan lutut pusat.
Hal ini menyebabkan plantar kaki untuk flex dan, jika tidak terkendali, untuk menampar
tanah. Biasanya, eksentrik memanjang tibialis anterior, yang mengontrol plantar fleksi,
menyerap kejutan tumit mogok. Foot drop dapat menghasilkan jika ada cedera pada
dorsiflexors atau untuk setiap titik di sepanjang jalur saraf yang memasok mereka. Foot drop
dicirikan oleh steppage gaya berjalan (gait dropfoot). Ketika orang dengan berjalan kaki
drop, menampar kaki ke lantai. Menyeimbangkan kaki untuk menjatuhkan, pasien harus
menaikkan paha berlebihan, sedemikian rupa sehingga tampak seolah-olah pasien berjalan di
atas.
PENYEBAB FOOT DROP
Kadang-kadang, foot drop bersifat sementara/temporary. Tetapi dalam kasus lain, ada
juga yang mengalami foot drop bersifat permanen. Penyebab paling umum untuk foot drop
adalah cedera pada saraf peroneal di bagian atas betis belakang lutut. Penyebab utama lainnya
drop food juga termasuk multiple sclerosis, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit
Parkinson,
penyakit
Lou
Gehrig,
dan
distrofi
otot.
Kehilangan kendali dalam diri seseorang, AOS kaki dan pergelangan kaki yang
mengakibatkan penurunan seringkali disebabkan oleh cedera pada seseorang, peroneal AOS
saraf, yang membentang di sepanjang bagian luar seseorang, AOS kaki antara bagian bawah
lutut ke bawah melalui kaki ke jari kaki. Saraf peroneal dapat mengalami kerusakan oleh
fraktur ke kaki atau cedera lain ke skiatik saraf, syaraf utama di kaki.
Penyebab lainnya dari foot drop adalah lumbalis herniated disc di dekat bagian bawah tulang
belakang. Sebuah lumbal herniated disc skiatik mempengaruhi saraf dan sering menyebabkan
seseorang kehilangan beberapa jumlah kontrol atas pergelangan kaki dan kaki.
Genetik penyakit-penyakit seperti Amyotrophic lateral sclerosis (ALS), Multiple
Sclerosis (MS), atau Penyakit Parkinson juga dapat mengurangi tenaga yang skiatik peroneal
saraf atau saraf dan mengurangi kemampuan orang yang bersangkutan untuk mengendalikan
otot-otot kaki dan pergelangan kaki.
Jika Anda memiliki penyakit foot drop, Anda dapat menarik bagian depan kaki Anda
di tanah ketika Anda berjalan. Foot drop bukanlah suatu penyakit. Sebaliknya, foot drop
adalah tanda dari saraf, otot atau anatomi masalah mendasar.
Jika Anda mengalami foot drop, Anda mungkin memerlukan penjepit antara
pergelangan kaki dan telapak kaki untuk menahan kaki Anda dalam posisi normal.

15

ANATOMI :
SARAF
Saraf-saraf yang mempersarafi daerah ektremitas inferior berasal dari flexus lumbalis yang
terletak di dalam abdomen, dan plexus sacralis yang terletak didalam plevis.
Saraf-saraf yang terdapat pada ekstermitas inferior adalah :
- N. Ischiadicus
Adalah sebuah cabang dari plexus sacralis yangmuncul dari plevis melalui baguan
bawah foramen ischiadicum mayor. Saraf ini merupakan saraf yang terbesar di dalam
tubuh yang terdiri dari n.tibialis dan n.peroneus communis yang digabung menjadi stu
oleh fascia. Saraf ini muncul dari bawah M.piriformis dan melengkung kebawah dan
kelateral. Cabang-cabang nya :
1. N. Tibialis merupakan sebuah cabang terminal n.ischiadicus, mencapai fossa politea.
Saraf ini masuk kedalam ruang posterior tungkai bawah dengan berjalan dibawah
M.soleus.
2. N. Peroneus Communis merupakan cabang terminal n.ischiadicus yang lebih kecil.
Mulai di sepertiga bagian bawah tungkai atas. Saraf ini berjalan turun melalui fossa
poplitea, dekat dengan pinggir medial M.Biceps.
- N. Cutaneus Femoris Posterior
Adalah sebuah cabang dari plexus sacralis, masuk ke regio glutea melalui bagian
bawah foramen ischiadicus.Pada fossa poplitea sraf ini mempersarafi kulit. Cabangcabangnya :
1. Rami glutelis
2. Ramus perinealis
3. Rami cutanei
- N. Gluteus Superior
Adalah sebuah cabang dari plexus sacralis yang meninggalkan plevis melalui bagian
atas foramen ischiadicum major di atas M. Piriformis
- N. Gluteus Inferior
Sebuah cabang dari sacralis yang meninggalkan plevis melalui bagian bawah foramen
ischiadicum
- N. Cutaneus Femoris Posterior
- N. Bturatorius
ARTICULATIO TALOCRURALIS
Merupakan sendi engsel (hinge) dimodifikasi dimana mempunyai 2 articulatio dengan
1 capsul articularis
Persendianitu :
Pergerakan : Dorso dan plantar flexi
Ligamentum
1. Lig. Deltoid (medial)
= mengikat tibia ketulang kaki medial
= mencegah over-eversio kaki
= sangat kuat
2. Lig. Lateralis
= mengikat fibula ketulang kaki lateral
= mencegah over-inversio kaki
= mudah robek
3. Lig. TibioFibulo anterior dan posterior
= mengikat tibia dan fibula
Persendiantulang kaki
Persendian tulang kaki berupa sinovial
1. Persendian intertarsalia
Persendian diantara tulang-tulang tarsal gerakan. Inversi dan eversi
2. Art. Tarsometatarsalia
Sendi pelana dengan gerakan side to side yang terbatas
cumeuiforme 1,2,3, bersendi dengan metatarsal 1,2,3

16

cuboideum bersendi dengan metatarsal 4,5


3. Art. Metatarso phalangeal
- persendian antara metatarsal dan palangeal
- jenis condyloideum
- gerak :abduksi, adduksi, flexi dan extensi
4. Art. Interphalangealpersendian diantara phalanges
- jenis hinge (engsel)
- gerak : flexi dan extensi

Anda mungkin juga menyukai