Anda di halaman 1dari 14

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi

Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

DAMPAK BENCANA BANJIR TERHADAP POTENSI USAHA EKONOMI UMKM


DI KABUPATEN SITOBONDO
* Nanang Choirul

ABSTRAK
Bencana alam adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia.
Demikian juga yang terjadi di kabupaten Situbondo pada tahun 2008 lalu. Akibat
banjir berdampak pada kegiatan perekomian secara keseluruhan. Apabila diteliti
lebih jauh yang paling terkena dampak adalah sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Sehingga perlu diketahui seberapa jauh dampak benjana alam banjir
terhadap perkembangan usaha mikro kecil dan menengah. Dalam penelitian yang
dilakukan akan diketahui kerugian, perjalanan usaha paska banjir dan prospek
pada masa mendatang.
Kata Kunci : Bencana Banjir, UMKM, Kerugian, Prospek.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana alam adalah fenomena
alam yang sangat menakutkan
manusia pada umumnya. Bencana
alam terjadi akibat gejala alam dan
akibat dari ulah manusia itu sendiri.
Gempa, tsunami, puting beliung,
adalah bencana alam yang tak bisa
dihindari oleh manusia akibat dari
gejala alam. Sedangkan banjir dan
tanah longsor sebetulnya bencana
alam yang bisa dihindari kalau
manusia itu sendiri tidak merusak
alam.
Dampak dari terjadinya bencana
alam akan mengganggu berbagai segi
kehidupan untuk jangka waktu yang
cukup lama. Pemerintahan mengalami
berbagai gangguan termasuk tidak
bisa melayani rakyat dengan baik.
Infrastruktur
banyak
mengalami
kerusakan, jembatan, bendungan,
saluran air, jalan membutuhkan dana
yang besar untuk mengembalikan
seperti kondisi semula. SumberJurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

sumber
produksi
pertanian
,
perkebunan, peternakan, perikanan
dan berbagai alat-alat produksi juga
mengalami kerusakan.
Akibat
berbagai
kerusakan
tersebut akan berdampak pada
perekonomian secara keseluruhan.
Berbagai skala usaha atau bisnis akan
mengalami kemacetan dan gangguan,
penyediaan bahan baku, proses
produksi, distribusi, perdagangan,
tidak akan berjalan setelah terjadinya
bencana alam. Bila hal tersebut
terjadi, akan banyak pengangguran
yang akan menjadi masalah sosial
yang lebih luas.
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya
kering) karena volume air yang
meningkat. Banjir dapat terjadi karena
peluapan air yang berlebihan di suatu
tempat akibat hujan besar, peluapan
air sungai, atau pecahnya bendungan
sungai (Wikipedia Indonesia).
Jumlah curah hujan yang
melebihi kemampuan tanah untuk
menyerap air akan mengakibatkan
52

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

genangan air yang dapat menjadi


banjir. Ketika hujan turun, banjir
secara tiba-tiba yang diakibatkan
terisinya saluran air kering dengan air.
Banjir semacam ini disebut banjir
bandang.
Banjir Bandang adalah banjir di
daerah permukaan rendah yang
terjadi akibat hujan yang turun terusmenerus dan muncul secara tiba-tiba.
Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di wilayah
tersebut berlangsung dengan sangat
cepat hingga tidak dapat diserap lagi.
Air yang tergenang lalu berkumpul di
daerah-daerah dengan permukaan
rendah dan mengalir dengan cepat ke
daerah yang lebih rendah. Akibatnya,
segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air dengan tiba-tiba
dan mengancam kehidupan manusia.
Kondisi yang demikian tersebut
melanda Kabupaten Situbondo pada
tanggal 8 Februari 2008. Banjir
bandang akibat aliran air sungai
Sampean berasal dari luapan air
hujan dari Kabupaten Bondowoso
yang secara geografis lebih tinggi dari
pada Kabupaten Situbondo mengakibatkan sebagian wilayah Kabupaten
Situbondo terendam banjir sampai
ketinggian 2 meter.
Dampak banjir sangat besar
bagi
kehidupan
masyarakat
di
kawasan yang terkena. Tidak hanya
mempengaruhi aktivitas masyarakat,
tetapi juga mengancam tingkat kesejahteraan rakyat disemua elemen
masyarakat. Dampak banjir pastilah
merugikan sektor perekonomian.
Bencana alam yang terjadi di
Kabupaten Situbondo berupa banjir
bandang
mengakibatkan
banyak
sekali kerusakan infrastruktur. Akibat
kerusakan tersebut sektor-sektor yang
bergerak di bidang ekonomi paling
banyak mengalami keterpurukan.
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

Utamanya sektor ekonomi yang


berbasis masyarakat. Apabila usahausaha ekonomi masyarakat tersebut
terkena langsung bencana banjir,
maka untuk memulai usaha kembali
tentunya diperlukan upaya yang kuat
untuk merintisnya kembali mulai dari
awal.
Bagi pengusaha besar, memulai
kembali usaha dari awal tidaklah
menjadi masalah karena dukungan
dana yang mencukupi. Tetapi bagi
pengusaha mikro, kecil dan menengah, untuk memulai usaha kembali
akan menemui berbagai kesulitan
karena
keterbatasan-keterbatasan
yang menjadi cirinya, seperti sumberdaya manusia dan permodalan yang
rendah.Di
Kabupaten
Situbondo,
usaha mikro kecil dan menengah
adalah skala usaha yang besar
pengaruhnya terhadap pergerakan
perekonomian berbasis masyarakat .
Untuk menggerakkan kembali
usaha mikro, kecil dan menengah
yang mengalami keterpurukan akibat
bencana banjir beberapa waktu lalu,
diperlukan kebijakan yang tepat untuk
memulihkan kembali usaha mereka
dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat dari tingkat yang
paling bawah. Dalam rangka menentukan
kebijakan
tersebut
perlu
dilakukan beberapa kegiatan yang
mendukung antara lain: mendata
ulang keberadaan dan potensi UMKM
pasca bencana, menggolongkan jenis
usaha, menggolongkan skala usaha,
melakukan klarifikasi usaha-usaha
yang memungkinkan untuk digerakkan
kembali.
Tindak lanjut dari kegiatan
tersebut adalah penentuan jenis
bantuan yang akan diberikan sesuai
dengan potensi dan kebutuhan untuk
kebangkitan
usaha
ekonomi
masyarakat.
53

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

Permodalan adalah salah satu


hal yang amat diperlukan untuk
membangkitkan
kembali
UMKM,
mengingat kelemahan usaha ekonomi
masyarakat adalah bidang permodalan. Pemberian bantuan modal
tentunya disesuaikan dengan skala
usahanya. Pemberian bantuan dalam
bentuk lain tentunya juga diperlukan
misalnya perbaikan infrastruktur dan
sumberdaya lainnya.
Ruang Lingkup Dan Batasan
Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan meliputi
dan tidak terbatas pada penggalian
informasi dan data tentang UMKM
yang menjadi obyek survey. Agar
kegiatan lebih efektif dan menghasilkan manfaat yang optimal, penelitian direncanakan fokus pada Klaster
UMKM, yaitu beberapa UMKM sejenis
yang terletak pada satu lokasi. Namun
berdasarkan hasil survey dan pendataan di lapangan, klaster UMKM
cukup sulit ditemukan di Kabupaten
Situbondo sehingga survey dan
pendataan dilakukan terhadap UMKM
yang menjadi korban dan direkomendasikan oleh Pemerintahan Desa
sebagai
pemangku
kepentingan
terdekat.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi dan menganalisis
dampak banjir terhadap aktivitas
UMKM di Kabupaten Situbondo
b. Mengidentifikasi
permasalahan
dan kendala yang dihadapi UMKM
pasca banjir untuk dapat bangkit
kembali
c. Menganalisa berbagai alternative
kebijakan yang dapat diambil oleh
pemerintah
kabupaten
dan
perbankan
Situbondo
dalam
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

rangka pemulihan UMKM


Kabupaten Situbondo.

di

Kegunaan penelitian ini adalah :


Untuk menentukan arah kebijakan pemerintah, perbankan dan
instansi
terkait
lainnya
dalam
melakukan penanganan dampak bencana tersebut, utamanya dalam
menggerakkan
usaha
ekonomi
masyarakat melalui lembaga usaha
mikro, kecil dan menengah.
Berbagai UMKM yang terdapat
di Indonesia dapat digolongkan
berdasarkan bentuk, jenis serta
kegiatan yang dilakukan. Penggolongan menurut bentuk usaha
berdasarkan pada kepemimpinan dan
pertanggungjawabannya.
Penggolongan menurut jenis usaha
berdasarkan pada jenis produk atau
jasa yang dihasilkan serta aktivitas
yang dilakukan.
Berdasarkan bentuk usahanya,
UMKM yang ada di Indonesia dapat
digolongkan ke dalam 2 bentuk yaitu
Usaha Perseorangan dan Usaha
Persekutuan.
Berdasarkan jenis produk atau jasa
yang dihasilkan maupun aktivitas
yang dilakukan, berbagai jenis
UMKM meliputi:
1) Usaha Perdagangan, terbagi
menjadi: keagenan, pengecer,
eksport/import.
2) Usaha Pertanian, baik pertanian
tanaman pangan ataupun perkebunan, terbagi menjadi pembibitan, peralatan pertanian, buahbuahan dll. Perikanan darat/laut,
terbagi menjadi tambak udang,
pembibitan, pembuatan krupuk
dan produk pengolahan hasil
perikanan lainnya. Peternakan
dan usaha lain yang termasuk
lingkup pengawasan departemen
54

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

pertanian, seperti producen telur,


susu
sapi,
dan
produk
pengolahan hasil ternak lanilla.
3) Usaha Industri, terbagi menjadi
industri
logam/kimia
seperti:
pengrajin logam, pengrajin kulit,
keramik, fiberglass, marmer, dll.
Makanan/minuman seperti: produsen
makanan
tradisional,
minuman ringan, katering, dan
produk lainnya. Pertambangan,
bahan galian serta aneka industri
kecil seperti: pengrajin perhiasan,
batu-batuan,
anyaman,
dll.
Konveksi: produsen garmen,
batik, tenun ikat, dll.
4) Usaha Jasa, terbagi menjadi:
Konsultan, seperti konsultan
hukum, pajak, manajemen dll.
Perencanaan seperti perencanaan teknis, perencanaan sistem, dll. Perbengkelan seperti
bengkel mobil, elektronik, jam,
dll. Transportasi seperti travel,
taxi,
angkutan
umum,
dll.
Restoran: rumah makan, coffee
shop, cafetaria dll.
5) Usaha Jasa Konstruksi meliputi
kontraktor
bangunan,
jalan,
jembatan, kelistrikan, pengairan,
dll.
Menurut KADIN dan Asosiasi serta
Himpunan Pengusaha Kecil, juga
kriteria dari Bank Indonesia, maka
yang masuk kategori usaha kecil
adalah:
a. Usaha
Perdagangan
dengan
modal aktif perusahaan (MAP)
tidak melebihi 150 juta rupiah per
tahun dan Capital Turn Over
(CTO)/perputaran modal tidak
lebih dari 600 ribu rupiah.
b. Usaha pertanian, baik pertanian
tanaman pangan, perkebunan,
perikanan, peternakan dan lainnya
dengan nilai MAP tidak lebih dari
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

150 juta per tahun dan CTO tidak


lebih dari 600 ribu rupiah.
c. Usaha Industri dengan nilai MAP
tidak lebih dari 250 juta rupiah per
tahun dan CTO tidak lebih dari 1
juta rupiah.
d. Usaha Jasa dengan batas nilai
MAP tidak lebih dari 150 juta
rupiah per tahun dan CTO tidak
lebih dari 600 ribu rupiah.
e. Usaha Jasa Konstruksi dengan
nilai MAP tidak melebihi 250 juta
rupiah per tahun dan CTO tidak
lebih dari 1 juta rupiah.
METHODE PENELITIAN
Dampak banjir Bandang di
Kabupaten Situbondo tentunya besar
ataupun kecil akan mengganggu
kegiatan perekonomian usaha mikro,
kecil dan menengah, terutama untuk
daerah-daerah yang dilanda langsung
bencana alam. Adapun langkahlangkah kerangka pemikiran adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi
Daerah
Bencana.
Dilakukan
dengan
mendata
daerah desa, kelurahan dan
kecamatan yang langsung terkena
bencana banjir bandang di
Kabupaten Situbondo
2. Identifikasi
dampak
bencana
banjir bandang terhadap potensi
usaha dan kemampuan keuangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
yang ada di Kabupaten Situbondo.
3. Inventarisasi permasalahan dan
pengelompokan potensi usaha
mikro kecil dan menengah
4. Analisis masalah dan perencanaan
kebijakan
penanggulangan dampak bencana terhadap
UMKM.
Daerah
penelitian
adalah
daerah-daerah yang secara langsung
terkena banjir bandang di wilayah
55

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

Kabupaten
Situbondo,
dengan
sasaran utama
adalah
wilayah
Desa/Kelurahan.
Kecamatankecamatan yang dimaksud meliputi:
Kapongan,
Panji,
Mlandingan,
Panarukan dan Situbondo.
Sasaran penelitian ini adalah usaha
mikro, kecil dan menengah yang
terkena bencana banjir di masingmasing kecamatan tersebut di atas.
Metode
yang
digunakan
untuk
penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif, dengan metode pengumpulan
data secara:
Observasi, dengan pengamatan
langsung
terhadap
obyek
penelitian
Interview/wawancara
kepada
pihak-pihak
yang
berkaitan
langsung
dengan
sasaran
penelitian
Dokumentasi, dengan mengumpulkan
data-data
yang
mendukung subyek penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di
kawasan timur Pulau Jawa yang
terletak di posisi antara 7 35 - 7 44
Lintang Selatan dan 113 30 114
42 Bujur Timur. Kabupaten Situbondo
berbatasan dengan Selat Madura di
sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah
selatan
berbatasan
dengan
Kabupaten
Bondowoso
dan
Banyuwangi, serta sebelah barat
berbatasan
dengan
Kabupaten
Probolinggo.
Luas
Kabupaten
Situbondo adalah 1.638,50 km atau
163.850 hektar, dan bentuknya
memanjang dari barat ke timur kurang
lebih 150 km. Sedangkan pantai utara
umumnya merupakan dataran rendah
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

dan di sebelah selatan merupakan


dataran tinggi dengan rata-rata lebar
wilayah kurang lebih 11 km. Luas
wilayah per kecamatan dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Kecamatan Banyuputih, yaitu
seluas 48.167 km yang disebabkan
oleh luasnya hutan jati di perbatasan
antara Kecamatan Banyuputih dengan
wilayah Banyuwangi Utara. Sedangkan luas kecamatan yang terkecil
adalah Kecamatan Besuki, yaitu
seluas 2.641 km. Dari 17 kecamatan
yang ada, diantaranya terdiri dari 14
kecamatan memiliki pantai dan 3
kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu
Kecamatan Sumbermalang, Jatibanteng dan Panji. Temperatur tahunan
daerah ini adalah 24,7 - 27,9C
dengan rata-rata curah hujan sebesar
994 mm 1.503 mm per tahunnya
sehingga daerah ini tergolong daerah
kering. Kabupaten Situbondo berada
pada ketinggian 0-1.250 m di atas
permukaan air laut, dengan perincian
ketinggian
wilayah
menurut
kecamatan.
Kabupaten Situbondo terdiri dari
4 wilayah kerja Pembantu Bupati, 17
wilayah Kecamatan, 4 Kelurahan, 132
Desa, 640 Dusun, 24 Lingkungan,
1.305 Rukun Warga dan 3.358 Rukun
Tetangga. Jumlah desa terbanyak
berada di Kecamatan Panji, yaitu
sebanyak 12 desa dan yang paling
sedikit jumlah desa di Kecamatan
Banyuputih, yaitu sebanyak 5 desa.
Sedangkan 4 kelurahan berada di
Kecamatan Situbondo (2 kelurahan)
dan Kecamatan Panji (2 kelurahan).
Dari 136 desa yang ada, 24 desa
(24,26%) di antaranya berada di
daerah kota dan 112 desa (75,74%)
berada di daerah pedesaan Secara
lebih rinci jumlah desa/kelurahan,
dusun/lingkungan, RW dan RT dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
56

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

Pada tanggal 8 Februari 2008


Kabupaten Situbondo mengalami
bencana banjir bandang yang selain
menewaskan
manusia
juga
mengakibatkan kerugian sangat besar
baik infrastruktur maupun perekonomiannya. Air meluap hingga ke jalan
raya, pemukiman warga, gedung
perkantoran dan fasilitas umum
lainnya.
Bahkan
ketinggian
air
mencapai dua meter. Air sempat naik
hingga setinggi atap pemukiman
warga yang berada di bantaran
sungai.

Kerusakan terparah akibat


bencana banjir bandang terjadi di 4
wilayah kecamatan, yaitu kecamatan
Panarukan, Situbondo, Panji dan
Mlandingan. Selain itu juga terdapat
beberapa kecamatan yang mengalami
kerusakan
cukup
parah,
yaitu
kecamatan Kapongan, Bungatan dan
Arjasa. Banjir yang terjadi di tiga
kecamatan terakhir tidak terlalu parah
karena banjir yang terjadi tidak
langsung berasal dari luapan sungai
sampean, tetapi akibat luberan air
yang meluap dari sungai-sungai kecil
yang
berada
di
sekitarnya.

Sumber: Satlak PB Situbondo dalam http://bacatanda.wordpress.com 2008

Gambar 1. Peta Wilayah Banjir Bandang di Kabupaten Situbondo

Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

57

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

Kerugian akibat bencana banjir


yang
tercatat
di
Pemerintah
Kabubaten
Situbondo
umumnya
hanya meliputi kerugian fisik rumah
tinggal, baik yang hilang, rusak berat,

sedang maupun ringan. Sedangkan


kerugian secara ekonomi akibat
kehilangan usaha dan tempat usaha
tidak dilakukan pendataan.

Tabel 1. Data Kerusakan Rumah Tinggal Akibat Banjir Bandang di Kabupaten


Situbondo tanggal 8 Februari 2008
No

Kecamatan

Panarukan

Panji

Situbondo

Mlandingan

Bungatan

Kapongan

Desa

Sumberkolak
Wringinanom
Paowan
Peleyan
Kilensari
Ardirejo
Mimbaan
Seliwung
Patokan
Dawuhan
Potakan
Campoan
Alasbayur
Sumberanyar
Selowogo
Mlandingan wetan
Patewon
Londagan
Wonokoyo

JUMLAH
TOTAL
Sumber : Satlak PB Situbondo
HASIL PENDATAAN
Survei awal pemetaan korban
banjir
bandang
di
Kabupaten
Situbondo dilakukan di 9 Kecamatan
terpilih, yaitu Kecamatan Mlandingan,
Bungatan,
Kendit,
Panarukan,
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

Jumlah Kerusakan Rumah


Roboh/
Berat Sedang Ringan
Hanyut
300
750
900
1150
300
400
1200
25
75
750
1000
41
75
190
25
36
39
1
4
1
59
29
95
402
372
584
78
99
78
79
44
272
1
405
12
10
37
20
2
60
362
1
1
18
28
9
3
40
639

2106

2577

5140

Situbondo, Panji, Kapongan, Arjasa,


dan Jangkar.

Survei
awal
untuk
memetakan
konsentrasi korban banjir bandang
terparah
yang
memilki
usaha.
Ternyata dari 9 kecamatan terpilih
hanya 6 kecamatan yang diputuskan
58

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

sebagai sasaran pendataan lanjutan.


Dipilihnya 6 kecamatan tersebut
berdasarkan informasi dan konfirmasi
yang diperoleh dari masing-masing
kecamatan yang disurvei, dimana
kecamatan Bungatan tidak memberikan
respon
positif
terhadap
pendataan. Sedangkan korban banjir
di kecamatan Kendit dan Arjasa tidak
terlalu parah dan hanya sedikit.
Sehingga pendataan terhadap
korban banjir bandang di Kabupaten
Situbondo hanya dilakukan di 6
Kecamatan.
1. Jenis Usaha
Hasil
pendataan
terhadap
korban banjir bandang di Kabupaten
Situbondo menunjukkan bahwa jenis
usaha yang digeluti oleh para korban
banjir bandang adalah usaha jasa,
usaha industri kerajinan dan industri
makanan, usaha perdagangan dan
usaha pertanian.
Usaha jasa sebanyak 27%,
terdiri dari jasa perbaikan mobil/
motor/elektronik, jasa penggilingan
padi/tepung/kelapa, jasa pengelasan,
jasa pengecatan, jasa fotocopi, jasa
wartel dan jasa salon kecantikan.
Usaha
industri
kerajinan
sebanyak 12% yang terdiri dari
industri kerajinan kerang-kerangan,
kerajinan kayu, kerajinan konveksi
dan kerajinan batok kelapa. Industri
makanan sebanyak 19% yang terdiri
dari industri tahu, tempe, keripik dan
kerupuk.
Industri meubelair sebanyak 8%
dan industri tambang sebanyak 2%.
Usaha perdagangan terbagi menjadi
perdagangan kecil sebanyak 15%
seperti warung pracangan, pedagang
kaki lima, pedagang kelontong,
pedagang onderdil mesin perahu,
pedagang ikan, dan pedagang barang
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

bekas, serta pedagang makanan/


warung sebanyak 10%.
Usaha pertanian terbagi menjadi
usaha pertanian sebanyak 3% dan
usaha perikanansebanyak 3%.
Adapun perincian masing-masing
UMKM berdasarkan jenis usaha dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Aset usaha yang dimiliki oleh
UMKM
yang
terdampak
banjir
bandang berkisar antara Rp. 750.000
sampai dengan Rp. 500.000.000
dengan aset usaha rata-rata sebesar
20 30 juta rupiah. Umumnya usaha
yang dilakukan masuk dalam kategori
usaha mikro, kecil sampai menengah
yang ditandai dengan kepemilikan
aset usaha sampai dengan maksimal
200 juta rupiah. Dengan aset usaha
sebesar itu omzet rata-rata setiap
bulan sebelum banjir mencapai
kurang lebih 15 16 juta rupiah.
Akibat dari bencana banjir
bandang, aset yang dimiliki sebagian
besar hilang atau rusak berat,
sehingga untuk memulai usaha
kembali umumnya dengan peralatan
seadanya dari pemberian teman,
saudara dan / atau dengan modal
pinjaman dari berbagai sumber yang
mayoritas tidak resmi. Kerugian yang
dialami pemilik usaha akibat terjangan
banjir rata-rata mencapai 7 - 15 juta
rupiah,
yang
meliputi
kerugian
peralatan dan kehilangan bahan.
2. Aktivitas Usaha
Kurang lebih 99% responden
telah memulai usahanya kembali
meskipun dengan modal yang sangat
minim. Responden umumnya memulai
kembali aktivitasnya dua minggu
sampai dengan satu bulan setelah
terjadinya bencana banjir. Responden
yang dapat segera memulai kembali
aktivitas usahanya umumnya hanya
kehilangan modal dan aset usahanya,
59

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

sedangkan tempat usahanya masih


dapat digunakan kembali.
Sebagian kecil responden yang
belum dapat memulai kembali usaha
dikarenakan tidak lagi memiliki tempat
usaha akibat hanyut tersapu banjir
atau tempat usaha yang digunakan
bukan milik sendiri. Sehingga untuk
memulai usaha kembali diperlukan
permodalan yang cukup besar.
Umumnya modal usaha diperoleh dari
dana pinjaman baik dari saudara,
teman
ataupun
dari
sumber
pendanaan lain yang umumnya bukan
perbankan. Bahkan ada beberapa
responden yang memulai kembali
usahanya dengan bantuan peralatan
dari hasil patungan beberapa teman
sebidang seperti usaha jasa salon
kecantikan.
Aktivitas usaha sampai dengan
pelaksanaan penelitian umumnya
masih berjalan 25 - 50% dengan
omzet per bulan kurang lebih baru
mencapai 7 juta rupiah. Jika
dibandingkan dengan aktivitas dan
omzet sebelum banjir dapat dikatakan
bahwa perekonomian para responden
masih belum stabil. Terlebih jika
ditambah dengan kewajiban untuk
mengembalikan
modal
pinjaman,
maka bisa saja keuntungan yang
diperoleh belum dapat kembali seperti
sebelum bencana banjir.
Hal
ini
tentunya
akan
mempengaruhi roda perekonomian
baik secara pribadi maupun secara
umum. Bahkan ada beberapa usaha
yang sampai penelitian dilakukan
belum mampu untuk memulai kembali
aktivitas usahanya akibat tidak
adanya permodalan serta tempat
usahanya hanyut terbawa banjir.
3. Hambatan Pemulihan Usaha
Permasalahan utama mayoritas
responden adalah kehilangan aset
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

usaha baik berupa tempat usaha,


peralatan usaha maupun modal usaha
yang merupakan aset pokok bagi
keberlanjutan usaha para responden.
Misalnya
kerusakan
bahkan
kehilangan warung/toko, kehilangan
perahu, bengkel, mesin dan peralatan
produksi maupun tempat usaha
lainnya.
Hasil
pendataan
terhadap
seluruh
responden
menunjukkan
bahwa bantuan yang diberikan pada
korban bencana umumnya hanya
bantuan sosial kemanusiaan, yaitu
berupa sembako saja. Sedangkan
bantuan untuk modal usaha belum
ada. Bahkan pendataan usaha yang
terkena dampak bencana juga tidak
dilakukan oleh pemerintah daerah.
Sehingga
responden
umumnya
sangat kesulitan untuk memulai
kembali usahanya.
Hambatan utama yang dihadapi
responden dalam pemulihan kembali
usahanya adalah tidak adanya
ketersediaan permodalan yang tidak
memberatkan.
Tidak
adanya
pembinaan
dan
arahan
untuk
membangkitkan kembali usaha atau
bahkan untuk alih usaha.
Belum adanya perhatian pemerintah
daerah ataupun pihak lain yang
berkepentingan
(stake
holder)
terhadap pemulihan perekonomian
sektor usaha mikro dan kecil juga
menjadi hambatan tersendiri bagi
upaya
pemulihan
UMKM
di
Kabupaten Situbondo.
PEMBAHASAN
Kabupaten Situbondo memiliki
masyarakat dengan status ekonomi
yang
cukup
beragam.
Tidak
mengherankan
jika
aktivitas
perekonomian
di
Kabupaten
Situbondo banyak ditunjang oleh
60

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

usaha mikro, kecil dan menengah.


Semenjak tahun 2000 Kabupaten
Situbondo telah dua kali mengalami
bencana banjir bandang. Pertama
terjadi pada tahun 2002 dan kedua
terjadi pada bulan Februari 2008.
Akibat adanya bencana tersebut,
tentunya
sangat
memukul
perekonomian masyarakat, utamanya
yang bergerak di sektor usaha mikro
dan usaha kecil. Meskipun demikian,
perhatian pemerintah dan pemerintah
daerah
terhadap
keberlanjutan
aktivitas usaha mikro dan kecil pasca
bencana sangat kurang. Hal ini dapat
dilihat dari tidak adanya pendataan
terhadap sektor usaha yang terkena
dampak bencana, baik di tingkat
pemerintah kabupaten maupun di
tingkat
desa/kelurahan
ataupun
kecamatan.
Tidak
adanya
perhatian
pemerintah daerah terhadap sektor
usaha
yang
terdampak
banjir
merupakan satu permasalahan yang
cukup dirasakan oleh pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah yang ingin
mengembalikan aktivitas usahanya
sebagaimana sebelum bencana. Hal
ini bisa dimaklumi mengingat kerugian
yang dialami oleh pelaku usaha mikro
dan kecil umumnya cukup besar, baik
akibat kehilangan tempat usaha,
kehilangan peralatan usaha maupun
kehilangan
bahan
dan
barang
dagangan sebagai aset usahanya.
Akibatnya, selain dibutuhkan modal
untuk memulai usaha kembali, juga
dibutuhkan modal untuk memperbaiki
aset yang rusak atau bahkan hilang.
Dengan
demikian
modal
yang
dibutuhkan relatif cukup besar.
Permasalahan
yang
umum
dihadapi oleh hampir semua pelaku
usaha mikro dan kecil dari berbagai
jenis usaha adalah kehilangan atau
kerusakan
tempat
usaha
dan
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

peralatan
usaha.
Selain
itu
permasalahan
permodalan
juga
menjadi permasalahan yang cukup
sulit bagi pelaku usaha. Karena selain
harus menanggung kerugian akibat
kehilangan ataupun perbaikan aset
usahanya, pelaku usaha juga harus
menyediakan modal yang cukup untuk
memulai kembali usahanya.
Pelaku usaha yang masuk
kategori menengah tidak begitu
kesulitan dalam memulai kembali
usahanya, karena umumnya memiliki
modal yang relatif cukup. Sedangkan
untuk pelaku usaha yang masuk
kategori mikro dan kecil cukup
kesulitan dalam memperoleh modal
untuk memulai kembali usahanya.
Umumnya pelaku usaha mikro dan
kecil memperoleh modal usaha hasil
pinjaman saudara, teman, koperasi
atau pemilik modal tidak resmi.
Bahkan ada beberapa pelaku usaha
jasa yang mendapatkan pinjaman
peralatan dari hasil sumbangan
beberapa teman pelaku usaha
sejenis.
Selain permasalahan tersebut,
kesulitan bahan baku juga menjadi
permasalahan tersendiri bagi pelaku
usaha. Dampak dari bencana ternyata
tidak
hanya
menimbulkan
permasalahan permodalan tetapi juga
menyulitkan ketersediaan bahan baku
produksi. Kesulitan bahan baku
tersebut selain adanya kenaikan
harga bahan baku juga kesulitan
memperolehnya.
Misalnya
saja
adanya kelangkaan dan kenaikan
harga kedelai.
Akibat bencana banjir tidak saja
menyulitkan pelaku usaha tetapi juga
mempengaruhi daya beli masyarakat.
Hal ini ditandai dengan berkurangnya
permintaan terhadap produk hasil
pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah di Kabupaten Situbondo.
61

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

Akibatnya omzet produksi para pelaku


usaha yang terdampak banjir belum
dapat kembali seperti semula. Hal ini
menjadi permasalahan tersendiri bagi
pelaku
usaha
di
Kabupaten
Situbondo.
Aktivitas usaha pelaku usaha
mikro dan kecil rata-rata sudah
berjalan 50 - 100% (70 responden).
Kesulitan
pelaku
usaha
dalam
mengembalikan aktivitas usahanya
seperti sebelum adanya bencana

lebih banyak disebabkan kekurangan


permodalan dan kemampuan ekonomi
masyarakat. Dalam arti prmodalan
banyak diperoleh dari hutang pada
pemilik modal tidak resmi atau pada
pengepul, dengan bunga yang relatif
tinggi.
Sehingga
untuk
pengembaliannya relatif mengalami
kesulitan.

Tabel 2. Ringkasan permasalahan UMKM pasca bencana berdasarkan jenis


usaha
No
1

Jenis Usaha
Pengrajin Kerang , Kayu,
batok kelapa

Industri Makanan
( Tahu, tempe,keripik
ikan ,keripik
singkong,
kerupuk,tape,rengginang)

Meubel

Permasalahan Pelaku Usaha


1. Banyaknya tempat usaha yang hilang
/rusak
berat dan ringan
2. Banyaknya peralatan produksi yang hilang
atau rusak
3. Kesulitan untuk memulai kembali
usahanya
karena kekurangan modal usaha
4. Trauma
5. Persaingan usaha yang tidak sehat
6. Terbatasnya akses pemasaran
1. Banyaknya tempat usaha yang hilang /
rusak
berat dan ringan
2. Banyaknya peralatan produksi yang hilang
atau rusak
3. Kesulitan untuk memulai kembali
usahanya
karena kekurangan modal usaha
4. Kesulitan mendapatkan bahan baku
karena
terlalu mahal
1. Banyaknya tempat usaha yang hilang /
rusak
berat dan ringan
2. Banyaknya peralatan produksi yang hilang
atau rusak

Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

62

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

Jasa
( Las, Elektronika,jok
Mobil,sablon,)

Nelayan

Pertanian

Perdagangan

3. Kesulitan untuk memulai kembali


usahanya
karena kekurangan modal usaha
4. Kesulitan Bahan baku Kayu
1. Banyaknya tempat usaha yang hilang /
rusak
berat dan ringan
2. Banyaknya peralatan produksi yang hilang
atau rusak
3. Kesulitan untuk memulai kembali
usahanya
karena kekurangan modal usaha
1. Banyaknya perahu yang hilang dan rusak
baik ringan maupun berat
2. Banyaknya mesin perahau yang hilang
dan
rusak berat dan ringan
3. Peralatan jaring dan mesin banyak yang
hilang atau rusak berat dan ringan
4. Sifat ketergantunganyang tinggi terhadap
pengepul
5. Kekurangan modal usaha untuk
memperbaiki perahu,mesin, peralatan
1. Hasil produksi yang siap panen banyak
yang
rusak dan hilang
2. Terdaput saluran irigasi yang rusak berat
dan ringan
3. Kekurangan modal usaha untuk memulai
penanaman
1. Hilangnya atau rusaknya barang
dagangan
2. kekurangan modal usaha

Hampir seluruh pelaku usaha


mikro, kecil dan menengah yang
disurvei umumnya tidak membentuk
kelompok usaha. Hal ini nampaknya
menjadi satu kendala bagi pelaku
usaha guna mengembangkan usahanya. Tanpa membentuk kelompok
usaha, persaingan antar pelaku usaha
semakin tinggi, sehingga akan menghambat perkembangan usaha-nya.
Selain itu hal ini juga akan
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

menyulitkan upaya pembinaan bagi


kelompok usaha, mengingat permasalahan individu lebih komplek
dibandingkan apabila membentuk
kelompok.
Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut di atas, beberapa
alternativ yang dapat disarankan
antara lain adalah:
63

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

1. Perlu dilakukannya revitalisasi


kelompok usaha sejenis bagi
pelaku UMKM dalam rangka
meningkatkan pembinaan, pemantauan dan pemberdayaan
usahanya.
Kegiatan
yang
dilakukan adalah menggerakkan
pemberdayaan
pelaku-pelaku
usaha sejenis/bidang yang sama
disatu wilayah untuk pengembangan
ekonomi
usahanya.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh
Dinas terkait dengan bekerja
sama
Pemerintahan
terdekat
(Desa / Kelurahan)
2. Perlu adanya kebijakan pemerintah daerah yang memfasilitasi
bagi terwujudnya sinergi kerjasama kemitraan yang saling
menguntungkan antara UMKM
dengan pengusaha besar baik di
bidang sumberdaya manusia,
permodalan, bahan baku, produk
maupun pemasaran.
Pemerintah daerah diharapkan
dapat memfasilitasi UMKM dalam
menciptakan jaringan kerja-sama
kemitraan antara UMKM dengan
pengusaha besar yang diformalkan
melalui
penetapan
Peraturan Daerah, yang mengatur
tentang:
a. Mewajibkan pengusaha besar
di bidang industri sejenis
untuk menggandeng UMKM
sebagai mitra usaha melalui
kontrak kerjasama kemitraan
saling menguntungkan dengan sistem imbal beli, yaitu
fasilitasi peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, permodalan, bahan baku, maupun
pemasaran dan pembelian
hasil produksi UMKM.
b. Mewajibkan pengusaha besar
yang dekat dengan akses
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

pemasaran
(supermarket,
mall, restoran, hotel) untuk
memfasilitasi
penyediaan
tempat displai (pajangan) dan
fasilitasi penjualan produkproduk
unggulan
UMKM
dengan sistem yang saling
menguntungkan.
3. Pemerintah daerah diharap kan
dapat memfasilitasi UMKM dalam
menciptakan jaringan pemasaran
melalui pengembangan sentra pe
masaran terpadu yang sudah ada
menjadi sentra pemasaran terpadu (integrated) yang melibatkan
sektor perindustri an dan koperasi
(UMKM), sektor pariwisata, dan
sektor perhubungan.
Kegiatan ini adalah mengembangkan
sentra
pemasaran
terpadu bagi produk-produk unggulan UMKM di Kabupaten
situbondo, dalam sebuah kawasan Rest Area, yang selain menjual
produk barang hasil UMKM, juga
menyediakan jasa pariwisata,
seperti
penginapan,
tempat
rekreasi, hiburan dll, yang wajib
disinggahi bagi ken daraan yang
mengangkut wisatawan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil
dari
survei
dan
pendataan
terhadap UMKM pasca bencana
banjir di Kabupaten Situbondo
adalah:
1. Perlu
perhatian
lebih
dari
pemerintah daerah terhadap aktivitas dan keberadaan pelaku
UMKM di Kabupaten Situbondo
2. Permasalahan
utama
pelaku
UMKM pasca bencana banjir
Situbondo adalah keterbatasan
64

Dampak Bencana Banjir terhadap Potensi


Usaha Ekonomi UMKM di Kabupaten Situbondo

permodalan dan akses sumber


pendanaan
3. Aktivitas kegiatan usaha UMKM
yang terdampak bencana banjir
sampai dengan pendataan baru
mencapai 25 50 % dari aktivitas
sebelum bencana

4. Perlu
kebijakan
pemerintah
daerah yang memihak bagi
pemberdayaan
dan
pengembangan
UMKM
utamanya
dibidang
akses
permodalan,
pengembangan
sumberdaya
manusia, pengembangan produk
dan jaringan pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, 2006, Kewirausahaan, Bambang, Alfabeta
Baswir, Revrisoud, 2000, Koperasi Indonesia, Yogyakarta. BPFE
Meredith, Geoffrey G, 2000 Kewirausahaan Teori dan Praktek Jakarta, PT
Pustaka Binawan Pressindo
Subanar, Herimurti Manajemen Usaha Kecil Yogyakarta BPFE

Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.6. No.16 April 2009

65

Anda mungkin juga menyukai