Pathogenesis Mola Hidatidosa
Pathogenesis Mola Hidatidosa
Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusia mengandung 23 pasang kromosom, dimana
salah satu masing-masing pasangan dari ibu dan yang lainnya dari ayah. Dalam konsepsi normal,
sperma tunggal dengan23 kromosom membuahi sel telur dengan 23 kromosom, sehingga akan
dihasilkan 46 kromosom.
Mola hidatidosa komplet muncul dari fertilisasi kromosom abnormal. Ketika salah satu sperma
membuahi sel telur yang tidak memiliki materi genetik, biasanya 46,XX dengan kedua set
kromosom dari ayah, ovum dibuahi oleh sebuah sperma haploid yang menduplikasi
kromosomnya sendiri setelah meiosis (androgenesis). Biasanya sel telur yang dibuahi mati pada
saat itu juga. Tetapi dalam kasus yang jarang sel tersebut terimplantasi pada uterus.Jika hal itu
terjadi, embrio tidak tumbuh, hanya sel trofoblas yang tumbuh untuk mengisi rahim dengan
jaringan mola.
Mola hidatidosa parsial menunjukkan adanya sejumlah elemen jaringan janin dan perubahan
hidatidiformis yang bersifat fokal dan kurang lanjut. Terjadi pembengkakkan progresif lambat di
dalam stroma vilus korion yang biasanya avascular, sementara vilus vascular yang memiliki
sirkulasi janin-plasenta yang berfungsi, tidak terkena.
Pada Molahidatidosa Parsial (MHP), dua sperma membuahi sel telur, menciptakan 69
kromosom, dibandingkan 46 kromosom pada konsepsi normal. Hal ini disebut triploid. Kariotipe
biasanya triploid-69,XXX, 69,XXY, atau jarang 69,XYY. Dengan materi genetik yang terlalu
banyak, kehamilan akan berkembang secara abnormal, dengan plasenta tumbuh melampaui bayi.
Janin dapat terbentuk pada kehamilan ini, akan tetapi janin tumbuh secara abnormal dan tidak
dapat bertahan hidup.
Potensi Keganasan
Kehamilan mola komplet memiliki insiden sekuele ganas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mola parsial, Pada sebagian besar penelitian, 15 sampai 20% mola komplet memperlihatkan
tanda trofoblastik persisten, evakuasi mola secara dini tidak menurunkan risiko ini.
Perjalanan Penyakit
Gambaran klinis khas wanita dengan kehamilan mola telah banyak berubah sejak beberapa
decade terakhir karena diagnosis yang lebih dini. Sebagian besar wanita datang mengunjungi
perawatan prenatal lebih dini dan menjalani sonografi sehingga kehamilan mola terdeteksi
sebelum tumbuh membesar dan lebih banyak penyulit. Dalam banyak hal, perubahan gambaran
klinis ini analog dengan yang terjadi pada kehamilan ektopik. Secara umum, gejala cenderung
lebih mencolok pada mola komplet dibandingkan mola parsial.