Anda di halaman 1dari 4

GRANULOMATOSIS WEGENER

I.

DEFINISI

Granulomatosis Wegener disebut juga granulomatosis dengan polyangiitis (GPA). 1GPA termasuk
dalam kelompok penyakit yang dikarakteristikkan oleh adanya peradangan pembuluh darah
(Vaskulitis). Vaskulitis yang terjadi pada GPA melibatkan pembuluh darah sedang dan kecil,
sering kali pada organ ginjal, paru-paru dan traktus respiratori bagian atas (dapat pula mengenai
organ lain namun jarang terjadi), peradangan tersebut menyebabkan hambatan aliran darah ke
organ organ tersebut sehingga terjadi kerusakan jaringan yang disebut peradangan
granulomatosus yang dapat dilihat melalui hasil biopsy organ yang terkena.1,2
II.

ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti, namun granuloma sebagai lesi patologik awal
dipercaya menyebabkan proses imun seluler. Adanya paparan lingkungan termasuk infeksi
saluran pernafasan, paparan lingkuangan pertanian, paparan bahan allergen (beberapa penelitian
melaporkan adanya keterkaitan antara penyakit ini dengan puncak musim) dan paparan bahan
solvents atau silika merupakan faktor yang memicu pembentukan granuloma, selanjutnya akan
terjadi interaksi yang kompleks antara lingkungan dan faktor host itu sendiri yang menyebabkan
terjadinya granulomatosis Wegener. Salah satu diantara faktor Host adalah genetik. 3
Faktor predisposisi Genotip yang berhubungan dengan granulomatosis Wegener adalah: 3
o

Pasien yang membawa alel yang tidak sempurna untuk alpha-1 antitrypsin

Memiliki certain polymorphisms dari CTLA-4 (cytotoxic T-lymphocyte antigen 4) yang


terlibat dalam aktivasi sel T

Memiliki alel PTPN22*620W yang secara khas berhubungan dengan status ANCA yang
positif dan juga berkaitan dengan aktivasi sel T

Membawa alel DPB1*0401 yang berkaitan dengan penyakit granulomatosa yaitu


penyakit beryllium kronik

Menunjukkan adanya bentuk khusus Fc reseptor IIIb pada permukaan neutrophils dan
monocytes/macrophages.

Memiliki serine Proteinase 3 antigen (PR3) yang berikatan langsung dengan cytoplasmic
ANCA (C-ANCA) menjadi PR3-ANCA, yang juga disebut autoantigen Wegener
(Ditemukan pada 90% pasien granulomatosis Wegener)

Faktor infeksi juga diduga memiliki peran dalam menyebabkan timbulnya granulomatosis
Wegener walaupun patogenesisnya belum dapat dijelaskan secara penuh. Bukti awal yang
ditemukan Stegeman dkk. menunjukkan adanyaStaphylococcus aureus pada apusan hidung
yang terkait dengan kekambuhan penyakit granulomatosis Wegener, sejak saat itu telah
ditemukan Proteinase 3 antigen (PR3) komplementari (homolog dengan Derivad peptida S
aureus) yang memicu munculnya antibodi PR3. Penelitian pada tikus juga menunjukkan infeksi
bakteri gram negatif dapat membentuk granulomatosis Wegener pada individu yang sesuai. 3
III.

EPIDEMIOLOGI

Granulomatosis Wegener (WG) adalah penyakit yang jarang ditemukan, insidennya juga belum
dapat di tentukan. Angka kejadian penyakit ini di Amerika serikat adalah diperkirakan 3 kasus
per 100.000 populasi sedangkan di Inggris diperkirakan antara 10,2 hingga 250 kasus per
1000000 populasi. 3
Granulomatosis Wegener lebih sering terjadi pada individu keturunan Eropa utara (kira-kira
90%) dan jarang pada ras kulit hitam. Pada populasi orang Eropa penyakit ini lebih sering terjadi
pada pria dengan perbandingan pria: wanita 1,5:1 3
Granulomatosis Wegener dapat terjadi pada umur berapa saja, kira-kira 15% terjadi pada usia <
19 tahun. Walaupun demikian lebih sering muncul pada umur 35-60 dan jarang pada anakanak 1,3,5
IV. PATOGENESIS
Patogenesi penyakit ini belum dapat diurai dengan sempurna, namun demikian ditemukannya
antineutrophil cytoplasmic antibody (ANCAs) dengan neutrophils pada sebagian besar pasien
memunculkan dugaan adanya peran Autoimun humoral. 3
Sebuah penelitian in vitro menemukan Adanya bukti keterlibatan PR3-ANCA dalam aktivasi
neutrophils primer yang menyebabkan dihasilkannya oksigen reaktif dan pelepasan ensim litik
seperti elastase yang memicu terjadinya cedera jaringan. Selain itu tampak pula aktivasi sel
neutrophil-endothelial dan sitokin proinflamasi lainnya seperti TNF alfa dan INF gamma.
Aktifitas utama dari sitokin pro inflamasi adalah memungkinkan terjadinya pelekatan molekul
sel PMN ke dinding sel endotel dan menyebabkan translokasi intrasitoplasmik PR 3 pada
membran sel , dengan adanya ikatan ANCA dengan PR 3 maka PMN akan aktif dan memulai
degranulasi dan mengeluarkan mediator yang toksin dan bersifat litik pada endotel..Kedua hal
tersebut diatas menyebabkan gangguan endotel yang berakhir pada vaskulitis nekrotikan. 3,6

Gejala Klinik Wegener hidung


Sinonasal Involvement

The nose and paranasal sinuses are involved in up to 80% of Wegener


granulomatosis (WG) cases. Involvement can vary from mild obstruction to
nasal collapse. [7, 1] Sinonasal involvement of WG is often misdiagnosed in its
early stages as chronic rhinitis or sinusitis.
Nasal signs and symptoms include mucosal edema with obstruction,
rhinorrhea, ulcerations, crusting, and epistaxis. Chronic sinusitis affects 4050% of patients with sinonasal disease. [7, 2] Secondary true bacterial or fungal
sinusitis is common.
Although WG is generally less destructive than sinonasal lymphoma,
osteocartilaginous destruction may be revealed by the following:

Saddle nose deformity


Septal perforation
Pain at the nasal dorsum, which suggests chondritis

Osteocartilaginous destruction does not correlate closely with active disease.


A study by Proft et al suggested that olfactory and gustatory function are
significantly reduced in individuals with WG. The study included 44 patients
with WG who underwent chemosensory function tests, with the senses of
smell and taste in these individuals found to be diminished in comparison with
healthy controls. The level of olfactory function was similar to that found in
rheumatoid arthritis, which, according to the investigators, may indicate that
chemosensory impairment is common in systemic autoimmune disease.[8]

GEJALA
Penyakit ini bisa dimulai secara tiba-tiba atau secara bertahap.
Gejala awal biasanya mengenai saluran pernafasan bagian atas (hidung, sinus, telinga dan trakea), yaitu
berupa:

- perdarahan hidung
- sinusitis
- infeksi telinga tengah (otitis media)
- batuk
- batuk darah.
Lapisan hidung tampak merah dan kasar, dan mudah berdarah.

Pemeriksaan penunjang

Anda mungkin juga menyukai