Wilayah perbatasan identik dengan akses yang sulit. Hal tersebut mengakibatkan
wilayah sekitar perbatasan berkembang sangat lambat terutama dalam aspek
ekonomi dan pendidikan. Transportasi perairan tentunya menjadi sarana yang
tepat untuk mendukung perkembangan tersebut. Pelabuhan Sintete merupakan
pelabuhan sungai sehingga faktor-faktor pendukung perencanaan pelabuhan
sungai ini adalah curah hujan dan debit sungai pada saat kondisi muka air surut
dan banjir. Analisis curah hujan rencana dihitung dengan Rumus Gumbel dan
debit rencana dihitung dengan Metode Rasional. Pemodelan debit sungai
menggunakan software HEC-RAS 4.1.0 untuk mendapatkan tinggi muka air surut
dan banjir sehingga dapat direncanakan elevasi dermaga. Berdasarkan hasil
analisis didapat perbedaan tinggi muka air sebesar 1,43 meter. Dengan
demikian, pelabuhan direncanakan untuk Kapal 1000 GRT dengan jenis dermaga
plengsengan sepanjang 60 meter dan lebar 15 meter yang berada pada elevasi
+2,3 meters.
Kata kunci: pelabuhan sungai, debit, Dermaga Plengsengan
ABSTRACT
Border area identically with difficult access. It causes the area around that border
develops very slow, especially in economy and edication aspect. Waterways
transport could be a solution as an appropriate transportation to support the
development. Sintete port is a river port, so that the proponent factors for port
design are precipitation, subsided and overflow water level. Analysis of
precipitation calculated with Gumbel Formula and flow plan calculated with
Rational Method. The modelling of river flow was modeled with HEC-RAS 4.1.0
software to know the height of subsided and overflow water level for pier
elevation design. Recording to the analysis result, the difference on water level is
1,43 meters. Therefore, the port is design with 60 meters length and 15 meters
width of jetty pier at +2,3 meters elevation and 1000 gross tonnage ship.
Keywords: river port, flow, Plengsengan-type Docks
Reka Racana - 1
1. PENDAHULUAN
Kalimantan Barat adalah propinsi yang berbatasan lagsung dengan laut Natuna dan daratan
dari bagian Negara Malaysia Serawak. Jika diperhatikan kondisi khusus masyarakat
sepanjang daerah perbatasan relatif tertinggal, maka perlu adanya perhatian atau
penanganan yang terpadu antar berbagai sektor pembangunan. Pelabuhan Sintete
merupakan penghubung perekonomian, terutama pengangkutan bahan-bahan sembako ke
natuna dan jakarta juga sebaliknya kapal Jakarta membawa bahan pangan dari Jakarta ke
Kalimantan Barat melalui Kabupaten Sambas, ini artinya Pelabuhan Sintete merupakan
penghubung berjalannya perekonomian. Fasilitas yang kurang untuk kapal bertambat dan
mengantri lebih lama membuat arus gerak perekonomian di Pelabuhan Sintete menjadi
lambat. Maka dari itu dibutuhkan pengembangan fasilitas pelabuhan untuk meningkatkan
arus perekonomian masyarakat Kalimantan Barat.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganailis tinggi muka air menggunakan software HECRAS pada saat kondisi surut, normal dan banjir dari hasil perhitungan debit menggunakan
Metode Rasional dan HSS Nakayasu, sebagai acuan dalam mendesain Pelabuhan Sintete.
Analisis tinggi muka air ini nantinya digunakan untuk penentuan elevasi dermaga sehingga
desain Pelabuhan Sintete diharapkan dapat menjadi alat bantu perkembangan sosialekonomi masyarakat Kalimantan Barat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 menyatakan bahwa,
Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang menurut kegiatannya melayani
kegiatan sungai atau danau. Pelabuhan sungai dan danau diselenggarakan oleh
Kabupaten/Kota yang pelaksanaannya dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Kabupaten/Kota
atau Badan Usaha Pelabuhan Daerah. Dalam perencanaan pelabuhan sungai ada beberapa
faktor yang akan berpengaruh pada bangunan-bangunan pelabuhan dan kapal-kapal yang
berlabuh diantaranya adalah curah hujan, kondisi penampang sungai dan kecepatan aliran.
Sumber dari hampir semua hujan kita adalah laut. Penguapan berasal dari laut dan uap air
diserap dalam arus udara yang bergerak melintasi permukaan laut (E.M. Wilson, 1993).
Kecepatan aliran sungai, kemiringan dasar sungai, komposisi butir dan lokasi pada ruas
sungai merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk penampang sungai.
Kecepatan aliran sungai akan berpengaruh pada kondisi penampang sungai juga jumlah
angkutan sedimen yang terbawa pada sungai. Semakin kuat/cepat aliran air di suatu sungai,
maka semakin besar bahan sedimen yang dapat dipindahkan. Jika hal ini dibiarkan maka
akan terjadi penumpukan sedimen di suatu titik yang akan menyebabkan pendangkalan.
2.1 Perhitungan Luas Daerah Pengaliran
Daerah pengaliran adalah daerah tangkapan air yang mengalirkan air ke dalam saluran.
Daerah tangkapan air batasannya adalah punggung bukit-bukit yang diasumsikan air hujan
yang jatuh langsung menuju outlet pembuangan.
2.2 Perhitungan Curah Hujan Durasi Pendek
E.M. Wilson (1993) menyatakan bahwa intensitas adalah ukuran kuantitas hujan yang jatuh
di suatu tempat dalam waktu tertentu; misalnya mm/jam. Intensitas curah hujan dinotasikan
dengan huruf I. Intensitas curah hujan yang tinggi biasanya terjadi pada durasi yang pendek
dan tidak mencakup wilayah hujan yang sangat luas. Intensitas curah hujan dapat dihitung
menggunakan rumus Mononobe dengan persamaan berikut:
Reka Racana - 2
24
24
24 3
... (1)
dengan:
= 0,278
dengan:
= debit puncak (m3/dtk),
= koefisien limpasan menurut karakteristik penggunaan lahan,
= intensitas curah hujan maksimum (mm/jam),
= luas daerah pengaliran (km2).
Koefisien Limpasan merupakan perbandingan jumlah limpasan terhadap jumlah curah hujan.
Beberapa jenis penggunaan lahan dan nilai koefisien limpasannya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Koefisien Limpasan (Sumber: Kodoatie dan Syarief , 2005)
Penutupan Lahan
Hutan Lahan Kering Sekunder
Belukar
Hutan Primer
Hutan Tanaman Industri
Hutan Rawa Sekunder
Perkebunan
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur Semak
Pemukiman
Sawah
Tambak
Terbuka
Perairan
Harga C
0,03
0,07
0,02
0,05
0,15
0,4
0,1
0,1
0,6
0,15
0,05
0,2
0,05
2.4
Perkiraan Debit Banjir Menggunakan HSS Nakayasu
Perhitungan debit menggunakan hidrograf banjir biasanya digunakan untuk sungai-sungai
yang tidak ada atau sedikit sekali dilakukan observasi hidrografnya. Pada metode HSS
Nakayasu, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
0
+0,3 )
= 3,6 (0,3
dengan:
= debit puncak banjir (m3/detik),
= koefisien pengaliran,
0 = hujan satuan (mm),
= tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam),
Reka Racana - 3
... (3)
0,3 =
waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi
30% dari debit puncak.
2,4
... (4)
dengan:
= Limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/detik),
= Waktu (jam).
Bagian lengkung turun:
Jika < < 0,3
... (5)
= 0,3 0,3
= 0,3
0,3
1,5 0,3
... (6)
= 0,3
2 0,3
0,3
... (7)
Software HEC-RAS
Software HEC-RAS digunakan untuk membantu mensimulasikan aliran di sungai atau
saluran. Input software HEC-RAS berupa data geometri dan data pasang surut serta debit.
2.5
Data geometri dimasukan dengan cara peniruan geometri sungai yang sesungguhnya ke
dalam model. Geometri sungai yang ditirukan harus berskala 1:1 untuk model matematik.
Data profil memanjang dan melintang Sungai Sambas ini didapat dari PT. Ecoplan Rekabumi
Interconsult. Selanjutnya memasukkan data pasang surut dan debit sungai yang
sesungguhnya dialirkan kedalam model fisik sungai dengan skala 1:1. Aliran debit sungai
dialirkan dari batas hulu ke hilir. Output dari pemodelan aliran sungai menggunakan HECRAS berupa perkiraan tinggi muka air pada kondisi banjir dan pada kondisi muka air normal.
2.6 Perencanaan Dermaga
Fungsi dermaga adalah sebagai tempat naik-turunnya penumpang ke kapal, tempat
bongkar-muat barang, tempat memuat perbekalan dan untuk tempat sandar kapal. Dalam
perencanaan dermaga pelabuhan sungai, parameter yang menentukan elevasi dermaga
adalah elevasi muka air surut, normal dan elevasi muka air banjir.
Beberapa dermaga menurut cara kapal bersandar terdiri dari 3 jenis yaitu dermaga
plengsengan, ponton dan moveable bridge. Dermaga plengsengan adalah jenis dermaga
yang menggunakan landasan beton berbentuk parabolik. Dermaga ponton adalah jenis
dermaga yang menggunakan ponton sebagai landasan akses masuk muatan kapal. Ponton
tersebut bergerak mengikuti naik- turunnya permukaan air. Dermaga dengan moveable
bridge adalah jenis dermaga yang menggunakan jembatan beton yang digerakkan secara
elektronis-hidraulis disesuaikan dengan ketinggian dasar penutup akses muatan yang telah
dibuka. Proses loading dan unloading dengan menggunakan moveable bridge dapat
dilakukan dengan cepat.
Reka Racana - 4
Panjang
Lebar
Loa (m)
(m)
Kapal Penumpang (GRT)
51
10,2
68
11,9
88
13,2
99
14,7
120
16,9
142
19,2
154
20,9
179
22,8
198
24,7
230
27,5
Kapal Barang (DWT)
58
9,7
64
10,4
81
12,7
92
14,2
109
16,4
126
18,7
137
19,9
153
22,3
177
23,4
186
27,1
201
29,4
216
31,5
Kapal Minyak (DWT)
50
8,5
61
9,8
77
12,2
88
13,8
104
16,2
130
20,1
148
22,8
Draft
(m)
2,9
3,6
4,0
4,5
5,2
5,8
6,2
6,8
7,5
8,5
3,7
4,2
4,9
5,7
6,8
8,0
8,5
9,3
10,0
10,9
11,7
12,4
3,7
4,0
5,0
5,6
6,5
8,0
9,0
Bobot
(ton)
Lebar
Panjang
(m)
Loa (m)
Kapal Minyak (Lanjutan)
20.000
162
24,9
30.000
185
28,3
40.000
204
30,9
50.000
219
33,1
60.000
232
35
70.000
244
36,7
80.000
255
38,3
Kapal Barang Curah (DWT)
10.000
140
18,7
15.000
157
21,5
20.000
170
23,7
30.000
192
27,3
40.000
208
30,2
50.000
222
32,6
70.000
244
37,8
90.000
250
38,5
100.000
275
42,0
150.000
313
44,5
Kapal Ferry (GRT)
1.000
73
14,3
2.000
90
16,2
3.000
113
18,9
4.000
127
20,2
6.000
138
22,4
8.000
155
21,8
10.000
170
25,4
13.000
188
27,1
Kapal Peti Kemas (DWT)
20.000
201
27,1
30.000
237
30,7
40.000
263
33,5
50.000
280
35,8
Reka Racana - 5
Draft
(m)
9,8
10,9
11,8
12,7
13,6
14,3
14,9
8,1
9,0
9,8
10,6
11,4
11,9
13,3
14,5
16,1
18,0
3,7
4,3
4,9
5,3
5,9
6,1
6,5
6,7
10,6
11,6
12,4
13,0
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian merupakan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyusun
penelitian yang berguna sebagai acuan sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis.
3.1 Perkembangan Penduduk
Lokasi Sintete di tengah-tengah antara pusat kota/ekonomi Kabupaten Sambas dan
Singkawang, dari Singkawang kira-kira jaraknya 20-30 km atau setengah jam perjalanan.
Sehingga dampak ekonomi pada dua daerah tersebut tinggi, sehingga secara makro
pemerintah pusat hanya membangun satu dermaga namun dapat melayani dua daerah
sehingga dapat dikatakan pelabuhan ini sangat efisien.
Berdasarkan hasil studi terdahulu, berikut ini disajikan tabel hasil proyeksi bangkitan
pergerakan Sintete-Tambelan melalui analisis bangkitan dan pergerakan pada Tabel 3.
Tabel 3. Proyeksi Pergerakan Penumpang dan Barang Sintete-Tambelan
(Sumber: Hasil analisis PT. Ecoplan Rekabumi Interconsult 2014)
Sintete - Tambelan
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
Penumpang (org)
2.236
2.276
2.318
2.363
2.410
2.460
2.567
2.625
2.686
2.751
2.819
2.891
2.966
3.046
3.131
3.220
3.315
Barang (ton)
15.985,22
16.273,36
16.576,62
16.895,90
17.232,14
17.586,35
18.353,02
18.767,81
19.205,22
19.666,62
20.153,42
20.667,14
21.209,37
21.781,82
22.386,29
23.024,68
23.699,01
Hasil proyeksi pergerakan penumpang dan barang tersebut digunakan untuk pemilihan kapal
rencana berdasarkan kapasitas yang dibutuhkan. Acuan yang digunakan untuk pemilihan
kapal rencana adalah data ukuran kapal dan kapasitas yang diangkut berdasarkan Ditjen
Perhubungan Darat Angkutan Sungai. Danau dan Penyeberangan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Ukuran Kapal dan Kapasitas yang Diangkut
(Sumber: Ditjen Perhubungan Darat Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan, 2006)
GRT
150
200
300
500
600
1000
LOA
m
29,5
33,5
40,5
47,0
53,3
70,0
Lebar
(B)
M
7,0
9,0
10,5
11,5
14,0
14,2
Draft
M
1,50
1,85
2,20
2,60
2,60
3,70
Kedalaman
Perlu
M
-3,00
-3,25
-3,50
-4,10
-4,10
-5,00
Reka Racana - 6
Kapasitas
Penumpang
100
200
300
500
600
600
Kendaraan
9 truk 4 ton
12 truk 4 ton
15 truk 4 ton
20 truk 4 ton
36 truk 4 ton
27 truk 8 ton
JAN
806
20
809
20
303
20
188
20
357
20
494
16
546,1
24
480,2
19
857,1
23
504,2
19
FEB
298
16
303
16
118
16
625
16
229
16
141
19
27,5
13
129,6
12
308,8
16
273,5
22
MAR
131
17
118
17
170
17
118
17
81
17
259
23
162,3
18
70,4
13
167,7
13
232
18
APR
183
13
170
13
268
13
157
13
60
13
159
15
186
14
189,5
12
86,5
12
123,7
14
MEI
281
11
268
11
71
11
195
11
183
11
104
11
29,2
7
194,3
15
88,4
13
79,5
7
JUN
84
12
71
12
158
12
151
12
363
12
133
13
45,8
7
131,6
15
208,3
14
48,9
9
JUL
171
15
158
15
65
15
29
15
366
15
133
20
124,9
12
281,7
22
29,8
4
218,8
17
AGS
78
16
65
16
74
16
166
16
90
16
194
22
159,5
15
194,8
15
149,8
13
112,8
13
SEP
87
15
74
15
237
15
212
15
308
15
184
18
111,3
10
316,9
22
200,2
18
20,9
5
OKT
250
19
237
19
374
19
170
19
223
19
537
19
244,3
20
431,1
18
188,8
17
237,7
21
NOV
387
22
374
22
279
22
238
22
337
22
389
22
291
26
351,6
24
282,3
18
245
22
DES
292
25
279
25
303
25
663
25
708
25
706
27
216,1
23
375,5
27
740
24
297
22
Dari data curah hujan harian maksimum yang didistribusi, maka didapatkan data curah hujan
rencana untuk beberapa periode ulang. Data tersebut digunakan untuk menghitung nilai
Reka Racana - 7
debit sungai rencana dengan menghitung terlebih dahulu intensitas curah hujan
menggunakan Persamaan 1. Dengan koefisien pengaliran yang telah ditentukan sesuai
dengan tata guna lahan, maka dapat dihitung debit sungai rencana dengan Metode Rasional
pada Persamaan 2 dan Metode HSS Nakayasu pada Persamaan 3 sampai Persamaan
7. Dengan dua metode tersebut dapat dibandingkan debit rencana mana yang paling
mendekati kondisi lapangan.
Pengamatan pasang surut dilakukan pada lokasi yang representatif atau pada lokasi yang
dianggap mewakili dengan lama pengamatan 15 x 24 jam. Analisis hasil pengamatan berupa
tinggi muka air rata-rata dan konstanta-konstanta pasang surutnya. Gambar 5 merupakan
grafik hasil pasang-surut. Pada lokasi Pelabuhan Sintete gelombang hampir tidak ada.
pasang surut relatif kecil sekitar satu meter.
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
288
312
336
360
Gambar 5. Grafik pengamatan survey pasang surut muka air lokasi Sintete
(Sumber: PT. Ecoplan Rekabumi Interconsult, 2014)
Proses peng-input-an data debit sungai dan pasang surut ditunjukkan pada Gambar 3 dan
Gambar 4.
Reka Racana - 8
Reka Racana - 9
4. PEMBAHASAN
Dari data sekunder yang didapatkan dan yang telah diolah maka perencanaan Pelabuhan
Sungai Sintete adalah sebagai berikut:
Daerah tangkapan air bagi Sungai Sambas ini batasannya adalah punggung bukit-bukit
diasumsikan air hujan yang jatuh langsung menuju outlet pembuangan. Menurut
perhitungan. luas daerah pengaliran bagi Sungai Sambas adalah 569,24 km2. Karena
adanya data rinci seputar penggunaan lahan Kabupaten Sambas maka diasumsikan
luas daerah pengaliran adalah pemukiman dan 80% adalah hutan.
yang
hasil
tidak
20%
Dari hasil analisis intensitas curah hujan durasi pendek menggunakan rumus Mononobe
didapat intensitas curah hujan periode ulang 25 tahun adalah 5,544067 mm/jam. Dalam
menghitung debit banjir rencana menggunakan Metode Rasional. DAS Sambas harus dibagi
menjadi beberapa sub DAS dengan masing-masing koefisien pengalirannya sehingga didapat
debit banjir rencana sebesar 280,75 m3/detik.
Sebagai perbandingan dari Metode Rasional maka dalam penelitian ini digunakan juga
Metode HSS Nakayasu untuk menghitung debit rencana. Dari hasil perhitungan debit
menggunakan HSS Nakayasu didapatkan nilai debit puncak sebesar 336,8775 m3/det.
Mengingat nilai debit tertinggi yang pernah terjadi di kawasan tersebut adalah sebesar
338,73 m3/det. maka data debit rencana yang digunakan untuk pemodelan HEC-RAS adalah
data debit yang paling mendekati kondisi lapangan atau data debit dari perhitungan
menggunakan Metode HSS Nakayasu.
Panjang as sungai yang digunakan untuk pemodelan aliran Sungai Sambas menggunakan
HEC-RAS 4.1.0 adalah 4337,24 meter. Tipe pemodelan HEC-RAS adalah unsteady flow
karena aliran pada Sungai Sambas dipengaruhi oleh alam. Output dari pemodelan
menggunakan software ini berupa tinggi muka air pada kondisi surut sebesar +0.35 meter.
tinggi muka air normal +1,64 meter dan tinggi muka air pada kondisi banjir periode ulang 25
tahun adalah +1,78 meter.
Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah pergerakan penumpang pada tahun 2031 sebesar 3,315
orang. sedangkan pergerakan barang adalah sebesar 23.699,01 ton. Hasil proyeksi
pergerakan barang pada tahun 2031 dikonversikan ke dalam satuan kendaraan. Jika berat 1
truk adalah 8 ton, maka setelah dikonversikan pergerakan kendaraan pada tahun 2031
adalah 2.962,3763 kendaraan per tahun atau 8,12 (9) kendaraan per hari sedangkan, dari
hasil proyeksi penumpang per harinya ada 9,08 10 orang yang melakukan pergerakan
dengan kapal.
Dari hasil proyeksi tersebut maka merujuk pada Ditjen Perhubungan Darat Angkutan Sungai,
Danau dan Penyeberangan, kapal yang dapat digunakan adalah Kapal 500 GRT, namun
karena Pelabuhan Sintete rutenya melewati laut lepas, maka kapal yang dapat memenuhi
kriteria tersebut adalah Kapal 1000 GRT dengan LOA sebesar 70 meter, lebar kapal 14,2
meter, draft kapal 3,7 meter, kedalaman perlu -5,00 meter dan kapasitas 600 penumpang
dan 27 truk muatan 8 ton.
Kondisi bathimetri di lokasi rencana pelabuhan menunjukan bahwa pada lokasi perencanaan
tidak membutuhkan pengerukan karena kedalaman sungai (-5 m) sudah cukup aman untuk
dilewati (dkolam = -4,7 m). Pada perencanaan Pelabuhan Sintete, tipe dermaga yang
direncanakan adalah tipe dermaga plengsengan. Dermaga jenis ini dipilih karena beda tinggi
elevasi muka air pada kondisi banjir dan pada kondisi muka air surut cukup tinggi yaitu
Reka Racana - 10
sekitar 1,43 meter. Dermaga plengsengan direncanakan berada di sekitar Sta 1.797,011 dari
batas hilir pemodelan. Elevasi dermaga atau tinggi dek dermaga mempunyai tinggi jagaan
berkisar antara 0,3 1 m. Dengan mempertimbangkan terjadinya cuaca ekstrim sehingga
muka air sungai berada pada kondisi banjir, maka elevasi dermaga yang direncanakan pada
elevasi +2,3 m.
Panjang dermaga diukur berdasarkan daya tampung kapal yang akan bersandar dan
bertambat. Kapasitas dump truck yang dapat mengangkut 8 ton barang memiliki panjang
5.688 meter dan lebar 2 meter. Dengan mempertimbangkan jumlah dan ukuran truk
terbesar, proyeksi pergerakan penumpang dan barang yang akan diangkut oleh Kapal 1000
GRT maka panjang dermaga yang direncanakan adalah 60 meter dan lebar 15 meter.
Berdasarkan hasil dari pemilihan kapal rencana maka kebutuhan untuk kapal dapat
bersandar adalah sebesar 13.230 m2 dengan diameter kolam putar 105 meter, lebar alur
pelayaran 158 m2 dan kedalaman kolam sebesar 4,7 meter.
Dalam perencanaan fasilitas darat dengan mempertimbangkan kapasitas
hasil perhitungan direncanakan areal gedung terminal seluas 2.038,5
kendaraan penyeberang 2.106 m2, areal parkir kendaraan antar/jemput
fasilitas bahan bakar 18 m2, areal fasilitas air bersih 120 m2 dan areal
umum dan parkir seluas 945 m2.
Dari hasil analisis dan data sekunder yang didapat, maka layout hasil perencanaan fasilitas
darat dan laut adalah sebagai berikut:
3. Hasil dari pemodelan menggunakan software HEC-RAS 4.1.0 adalah tinggi muka air banjir
sebesar +1,78 m dan tinggi muka air surut sebesar +0,35 m. Dengan beda tinggi muka
air banjir-surut sebesar 1,43 meter maka dermaga yang diperlukan adalah jenis
plengsengan pada elevasi +2,3 m. Dermaga pelabuhan direncanakan sepanjang 60 m
dan lebar 15 m tanpa pengerukan karena geometrik sungai telah memenuhi kebutuhan
dari kedalaman kolam.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Pentingnya data curah hujan harian dalam proses analisis sehingga perhitungan curan
hujan rencana dan debit banjir rencana dapat lebih akurat.
2. Mengingat fasilitas darat dan fasilitas perairan yang direncanakan telah melebihi
kebutuhan penduduk hasil proyeksi pergerakan penumpang dan barang, maka akan lebih
baik jika pembangunan pelabuhan ini dilakukan maka pemerintah daerah harus secara
khusus mengusahakan peningkatan hasil sumber daya alam (SDA) agar pembangunan
pelabuhan tidak menjadi sia-sia dan kesejahteraan penduduk meningkat sehingga aspek
ekonomi dan pendidikan pun bisa semakin maju.
DAFTAR RUJUKAN
Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan.
(2002). Jakarta: Kementerian Perhubungan.
Kramadibrata, S. (1985). Perencanaan Pelabuhan. Bandung: Penerbit Ganeca Exact.
PT. Ecoplan Rekabumi Interconsult. (2014). Laporan Feasibility Study dan Detailed
Engineering Design Pelabuhan Penyeberangan Tambelan (Prov. Kepulauan Riau) dan
Sintete (Prov. Kalimantan Barat).
Triatmodjo, B. (2010). Pelabuhan. Yogyakarta: Penerbit Beta Offset.
Wilson, E.M. (1993). Hidrologi Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Reka Racana - 12