Anda di halaman 1dari 7

Makalah Keperawatan Lintas Budaya (Antropologi)

15 11 2009

PEMBAHASAN
A. Isu Utama
Professional caring for people of diverse cultures, necessitates the use of transcultural
concept, principles, theoretical ideas and research findings to reflect upon and guide actions
and decisions. Leininger, 1978.
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat
professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya
kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal
tersebut. Seorang perawat professional Dr. Medeleine Leininger membuat konsep tentang
Transcultural Nursing sebuah konsep yang berkembang dari ilmu antropologi.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya
globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada
beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya
dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri
hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena
dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
B. Argumentasi
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring

dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu
secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.
Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan
tempat lainnya.
Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan
yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang
dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia
Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang
dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
Goncangan budaya berkenaan dengan seseorang yang tidak mampu memberikan respon yang
tepat pada budaya orang lain.

Relativitas kebudayaan yaitu suatu tempat yang mempunyai budaya yang unik harus dinilai
dan dibantu atau dilestarikan.
Kebutaan budaya yaitu ketidakmampuan seseorang untuk menghargai gaya hidup orang lain.
Dalam berinteraksi menurut Leininger terdapat lima fenomena yang mendasarinya yaitu
pertemuan budaya, perpaduan budaya, penyesuaian diri, bermasyarakat dan penerimaan.
Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan
dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
Gagasan utama yang berhubungan dengan konsep Culture care yaitu seorang perawat
mampu mempertimbangkan antara yang spesifik dengan yang umum.
Spesifik datang dari culture care namun lebih terbagi lagi menjadi lebih spesifik yang hanya
dibutuhkan seorang klien. Sedangkan umum kebutuhan secara umum yang dibutuhkan oleh
orang-orang pada masyarakat tersebut. Jika perawat tanpa mengetahui kebudayaan seseorang
ataupun mengerti kebudayaan kliennya maka akan terjadi konflik culture care. Seorang
perawat juga harus mengerti bagaimana seseorang mendeskripsikan waktu, baik itu waktu
yang telah lalu, sekarang atau masa depan yang akan mempengaruhi pola fikir maupun
tindakannya.
Budaya mengacu pada terapi perawatan yang memenuhi syarat keperawatan transkultur yang
menawarkan bantuan, dukungan dan fasilitatif penolakan dan praktek-praktek penyembuhan
bagi individu yang mengalami culture pain, kesakitan, penghinaan, sakit hati, dan masalah
terkait lainnya.
Dalam mengembangkan bidang keperawatan transkultur dua ide yang sangat penting
dikembangkan untuk mengidentifikasi berbagai jenis perawatan, yaitu, generic perawatan dan
perawatan profesional, yang sebagian besar didasarkan pada perawatan emik dan etik. Kedua
istilah tersebut membantu perawat menyadari keperawatan dengan membedakan sumbersumbernya, makna dan ekspresi yang digunakan merawat seseorang.
Generik (emic) Care / Cure

Professional (Etic) Care / Cure

berorientasi pada humanistik

orientasi ilmiah

seseorang didasari dengan praktis dan


keakraban keluarga

Klien bertindak dengan tekhnik


tidak kekeluargaan dan asing

pendekatan holistik dan terintegrasi


dengan fokus pada sosial hubungan,
bahasa, dan jalan hidup

fokus terbesar pada caring

sebagian besar rakyat nonteknologi

membedakan dan tidak


menggabungkan pelayanan dengan
focus fisik tubuh dan pikiran

Fokus sebagian besar pada

menyembuhkan, diagnosis, dan


perawatan

menggunakan obat dan hubungan


pribadi

berfokus pada pencegahan penyakit,


ketidakmampuan dan pemeliharaan
jalan hidup

menggunakan mode komunikasi


konteks tinggi

Sebagian besar teknologi dengan


berbagai tes diagnostik dan
perawatan ilmiah

Fokus pada mengobati penyakit,


cacat, dan patologi

mempercayaiperawatan dan
penyembuhan rakyat tradisional

menggunakan moe komunikasi


rendah

Bergantung pada faktor biofisik


dan emosional untuk mengkaji dan
bertindak

Berikut beberapa prinsip penting keperawatan transkultur yang memberikan bimbingan


kepada pelayan perawatan transkultur untuk berinteraksi.
1. Human caring dengan keperawatan transkultur berfokus untuk kepentingan
kesehatan, penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, dan
lembaga.
2. Setiap budaya memiliki kepercayaan tertentu, nilai, dan pola kepedulian dan
penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan digunakan dalam merawat orangorang dari budaya yang berbeda-beda atau mirip.
3. Keperawatan transcultural pengetahuan dan kompetensi yang imperatif untuk
memberikan makna, kongruen, aman, dan menguntungkan praktek perawatan
kesehatan.
4. Ini adalah hak asasi manusia yang kebudayaan memiliki nilai-nilai peduli budaya
mereka, kepercayaan, dan praktek-praktek dihormati dan merenung dimasukkan ke
dalam perawatan dan layanan kesehatan.
5. Budaya dan kesehatan perawatan berdasarkan kepercayaan dan praktek-praktek
kesehatan bervariasi di barat dan non-budaya barat dan dapat berubah dari waktu ke
waktu.

6. Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola budaya perawatan
sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk menuntun keputusan menyusui.
7. Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik perawatan sering
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar yang perlu dinilai dan
dipahami sebelum menggunakan informasi dalam perawatan klien.
8. Pengetahuanyang holistik dan komprehensif keperawatan transkultur membutuhkan
pemahaman perspektif emik dan etik yang terkait dengan pandangan dunia, bahasa,
ethnohistory, kekerabatan, agama (spiritualitas), teknologi, ekonomi dan faktor-faktor
politik, dan nilai-nilai budaya tertentu, keyakinan, dan praktik atas ketegasan
perawatan, penyakit, dan kesejahteraan.
9. Cara belajar yang berbeda, hidup, dan budaya transmisi perawatan dan kesehatan
siklus hidupmu adalah fokus utama dari pendidikan, penelitian, dan praktik
keperawatan transkultur.
10. Keperawatan transcultural membutuhkan pemahaman tentang diri sendiri, satu
budaya, dan cara seseorang memasuki budaya yang berbeda dan membantu orang
lain.
11. Keperawatan transcultural teori, riset, dan praktek yang tertarik pada kedua universal
untuk kesamaan) dan perbedaan untuk menghasilkan pengetahuan baru dan
bermanfaat untuk menyediakan humanistik dan praktek perawatan ilmiah.
12. Keperawatan transcultural tindakan atau keputusan yang didasarkan terutama pada
perawatan dan kesehatan penelitian pengetahuan yang diperoleh dari studi yang
mendalam tentang budaya dan penggunaan pengetahuan ini dalam merawat
profesional.
C. Komentar
Pembahasan ini sangat penting sebagai dasar konsep keperawatan transkultural, dilihat
menurut kajian filosofi, penjelasan, gagasan dan prinsip yang disajikan dengan berbagai
pernyataan. Pada pembahasan kali ini juga dibahas bagaimana seorang perawat memahami
dan mengerti kebudayaan individu atau kelompok. Hal ini yang mendasari seorang perawat
menggunakan konsep keperawatan transkultural yang tepat untuk hari ini.
Misal seorang warga Indonesia yang berasal dari aceh bernama Ny. A, dia adalah seorang
pasien di suatu rumah sakit bersalin. Karena beliau dari aceh, beliau memiliki budaya yang
kental dengan syariat islamnya. Seperti harus berhijab dengan seseorang yang non muhrim.
Namun pada suatu rumah sakit tersebut dokter kandungannya adalah pria, sedangkan
perawatnya adalah seorang wanita. Dan dia akan segera melahirklan dirumah sakit tersebut.
Bagaimana kita mencoba mengkaji hal tersebut berkaitan dengan teori diatas.
Masalah yang utama adalah Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors). Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah; agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien

terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.
Oleh karena itu konsep Leininger tentang keperawatan transkultural perlu dikembangkan oleh
kita sebagai perawat. Agar tidak terjadinya cultural shock.
Dalam pembahasan juga terdapat lima phenomena yang mendasari seseorang berinteraksi,
salah satunya adalah penerimaan. Maksud dari penerimaan disini adalah seseorang yang
memahami budaya orang tersebut tanpa mengambil atau memakai budaya orang tersebut.
Sebagai seorang perawat muslim dalam melaksanakan praktek keperawatan tak ada toleransi
untuk secara penuh menggunakan kebudayaan suatu kelompok yang bertentangan dengan
syariat Islam. Hal ini berkaitan dengan kisah nabi Muhammad tatkala beliau memerintahkan
orang kafir untuk beriman tetapi orang kafir tersebut memberikan persyaratan agar nabi
setelah itu juga beriman kepada tuhan mereka.
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (QS. AL-Kafiruun: 2)
Seorang perawat juga tak berhak memaksakan mereka untuk meyakini hal yang kita
perintahkan sebagai tenaga kesehatan, meskipun hal tersebut menurut kita adalah baik.
Disinilah seorang perawat mengedepankan prinsip caring tentang autonomi.
Pada kajian keperawatan transkultural terdapat kebijakan dan pernyataan standar sebagai
panduan praktik keperawatan transcultural untuk mempertahankan, melindungi, dan
menjamin berbasis kualitas layanan konsumen. Webster mendefinisikan secara umum sebagai
kebijakan yang mengacu kepada metode tindakan yang dipilih untuk memandu atau
menentukan keputusan sekarang dan masa depan.
Kesimpulan
Konsep yang dikembangkan Leininger merupakan konsep yang dikembangkan dari ilmu
antropologi yang diintegrasikan dengan ilmu keperawatan. Konsep tentang keperawatan
transkultural berfokus pada kebudayaan/ generic (emic) yang memberikan pelayanan kepada
seseorang dengan pendekatan latar belakang kebudayaan. sehingga perawat mampu
melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan perilaku social seseorang.
Dasar-dasar konsep tersebut perlu diketahui dan dipelajari oleh para perawat agar tidak
adanya kebutaan budaya. Sehingga karena hal tersebut perawat tidak mampu memberikan
pelayanan keperawatan yang berprinsip pada konsep caring.
Allah berfirman dalam Al-quran tentang perlu adanya pengenalan kebudayaan lain.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)
Sehingga dengan memahami serta melaksanakan konsep-konsep yang telah dikemukakan
Leininger, perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia dalam aspek pemenuhan kebutuhan bio psiko sosio maupun spiritual.

Demikianlah makalah yang dapat kami tulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
segenap para pembaca dan semoga penulisan ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai