Kota Bau2 PDF
Kota Bau2 PDF
G
GA
AM
MB
BA
AR
RA
AN
NU
UM
MU
UM
MK
KO
ON
ND
DIISSII D
DA
AEER
RA
AH
H
Kondisi umum yang dijadikan pangkal tolak penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Baubau tahun 2013-2018 adalah
eksisting pembangunan daerah tahun 2008 hingga akhir tahun 2012. Pada tahun
tersebut penerapan otonomi daerah telah berjalan selama 10 tahun seiring
dengan terbentuknya Kota Baubau berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2001
tentang Pembentukan Kota Baubau bersama 12 daerah lainnya diseluruh
Indonesia.
Analisis gambaran Umum Daerah memberikan pemahaman awal
mengenai apa, bagaimana dan sejauhmana keberhasilan pembangunan daerah
yang telah dilakukan selama ini dan juga mengidentifikasi faktor-faktor dan
berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian
keberhasilan
pembangunan
daerah.
Gambaran
umum
kondisi
daerah
II-1
2.1
II- 2
Tenggara yang berupa wilayah kepulauan. Kota Baubau berada di Pulau Buton
dengan posisi koordinat sekitar 0,5015 hingga 050 32 Lintang Selatan dan 122046 Bujur
Timur. Dengan posisi tersebut, secara geostrategic Kota Baubau berperan sebagai kota
transit sekaligus daerah penghubung (connecting area) antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI), sebagaimana di tunjukkan
pada Gambar 2.1 dimana Kota Baubau berperan sebagai titik transit bagi Jalur
Nasional Sekunder yang menghubungan ALKI III dan ALKI II
Gambar 2.1
Peta Garis Depan Konektivitas Global Indonesia
II- 3
Luas wilayah Kota Baubau menurut BPS adalah sekitar 221,00 km2 atau 0,58%
luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Akan tetapi, berdasarkan hasil perhitungan
foto udara, luas wilayah Kota Baubau adalah 29,02 km2 (Tabel 2.1).
II- 4
Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kota Baubau Menurut Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Kecamatan
BPS
Foto Udara
Betoambari
2.789
2.891,50
Murhum
329
1035,86*
Wolio
1.733
2.926,97
Kokalukuna
944
1.736,57
Sorawolio
8.325
10.879,40
Bungi
4.856
6.063,02
Lea-Lea
2.808
3.456,17
Batupoaro
316
Kota Baubau
22.100
29.016,49
*termasuk Kecamatan Batupoaro
Sumber : Dinas Tata Kota dan Bangunan (2012), Revisi RTRW Kota Baubau, 2011
Kecamatan Lea-Lea terdiri atas 5 kelurahan meliputi; Kelurahan LowuLowu, Kantalai, Kalia-Lia, Palabusa, dan Kolese
II- 5
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Baubau 2011-2030, wilayah Kota Baubau dibagi
menjadi 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) yaitu wilayah yang secara
geografis berada dalam satu pusat pelayanan pusat kegiatan sekunder. Adapun
pembagian BWK di Kota Baubau, beserta fungsi eksisting dan rencana
pengembangan fungsi selaras dengan rencana pola ruang, adalah sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Sistem Perwilayahan BWK di Kota Baubau
BWK
Pusat
BWKI
Kelurahan
Wale
BWK II
Kelurahan
Wameo.
Lingkup Wilayah
Kelurahan Wale,
Tomba, Batara Guru,
Wangkanapi, Batulo
dan Bukit Wolio Indah.
Kelurahan Kaobula,
Melai,Nganganaumala,
Lanto, Wajo, Bone-Bone,
Lamangga, Tarafu, wameo,
dan Tanganapada.
Kebijakan Pengembangan
Guna Lahan
Perdagangan dan jasa, Pelabuhan Jembatan
Batu, Pelabuhan Penyebrangan Wolio,
Perkantoran, Dan lain-lain
Perdagangan grosir,Perdagangan eceran,
Perkantoran swasta, Pelabuhan Wameo,
Pendidikan, Dll
II- 6
Gambar 2.3
Peta Bagian Wilayah Kota Baubau
C.
Topografi
Kondisi topografi wilayah Kota Baubau relatif bervariasi mulai dari topografi
II- 7
wilayah datar berada pada tempat-tempat yang saat ini merupakan pusatpusat permukiman di Kecamatan Murhum, sebagian Kecamatan Betoambari
dan Kecamatan Wolio.Berdasarkan kondisi topografi tersebut, maka Kota
Baubau dapat dibagi atas tiga keadaan wilayah, meliputi :
a.
b.
Daerah Agak Datar; terdapat di bagian utara dan tenggara pusat Kota
Baubau dengan ketinggian 510 m di atas permukaan laut.
c.
D. Geologi
Secara topografis fisiografis, Kota Baubau terletak pada bagian Barat Daya
dari Pulau Buton, di mana dikontrol oleh pola struktur tektonik yang berarah
Timur Laut Tenggara dan sebagian kecil menunjukkan arah pergerakan Barat
Laut Tenggara.
Formasi geologi sebagai pembentuk struktur batuan di wilayah Kota
Baubau yang berada di Pulau Buton Bagian Selatan memiliki karakteristik yang
kompleks. Hal ini dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi
akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan
di wilayah Kota Baubau pada umumnya antara lain: Batuan Molasa Celebes
Sarasin (Qtms) terdapat di sebagian besar Kecamatan Wolio, Kokalukuna, Bungi,
Lea-Lea dan Sorawolio;Batu Gamping (Kl) terdapat di sebagian besar wilayah
Kecamatan Betoambari (bagian timur), Batuan Sedimen (S) menempati
sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio; dan Batuan Ultra Basa (Ub) yang
hanya terdapat di wilayah Kecamatan Sorawolio.
Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan
keterdapatan bahan galian. Dari aspek bencana geologi kemungkinan relatif kecil,
begitu pula dengan kemungkinan pengaruh gelombang laut, karena secara geografis
Kawasan Pelabuhan Baubau berada di bagian Barat Pulau Buton sehingga
terlindungi dari pengaruh gelombang Laut Banda. Walaupun demikian, dibeberapa
pesisir yang terkena arus gelombang laut musim Barat memperlihatkan abrasi jangka
II- 8
variabel
untuk
menentukan
penilaian
kesesuaian
dan
semua
aktivitas
pendukungnya.Limitasi
pengembangan
pemanfaatan lahan yang paling dominan yaitu berupa tutupan batu seluas
18.909 Ha. Sedangkan daerah yang memiliki resiko terjadinya erosi yaitu seluas
377 Ha yang tersebar di Kecamatan Wolio seluas 73 Ha dan di Kecamatan
Sorawolio seluas 304 Ha.
Wilayah Kota Baubau didominasi oleh tanah dengan kedalaman efektif
antara 30-90 cm, kedalaman efektif tanah pada interval tersebut sesuai bagi
pengembangan permukiman dan pengembangan aktivitas perkotaan. Luas
wilayah dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm hanya terdapat di
Kecamatan Bungi yaitu seluas 4.479 Ha atau 15,05% yang sebagian besar
dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Sedangkan untuk kedalaman efektif
tanah kurang dari 30 cm seluas 2.378 Ha (7,99%) dan sisanya adalah wilayah
dengan kedalaman efektif tanah antara 30 sampai dengan 90 cm seluas 22.901
Ha (76,96%).
E.
Hidrologi
Kota Baubau memiliki dua sungai yang besar yaitu Sungai Baubau yang
II- 9
yang berasal dari Mata Air Wakonti dan Mata Air Wamembe. Kondisi hidrologi
yang teramati meliputi air permukaan dan air tanah yang terdapat dalam
wilayah Kota Baubau.
wilayah
Kecamatan
Wolio,
Kecamatan
Murhum
dan
Betoambari dan sungai ini bermuara di Selat Buton. Di samping itu juga
terdapat sumber air bersih PDAM yang menggunakan sumber air baku
dari Sungai Bungi dan mata air dari Kaongke-Ongkea di Kecamatan
Sorawolio.
Air Tanah Dalam; Selain air permukaan, sumber air yang dapat
dimanfaatkan untuk masyarakat Kota Baubau dan pendatang yaitu air
tanah dalam dengan tingkat kedalaman 40 80 meter. Kondisi air tanah
di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari
mata air Wakonti dan mata air Wamembe berupa mata air yang berasal
dari mata air dengan debit terbatas. Beberapa sumber air mengalir
sepanjang tahun walaupun dengan debit yang terbatas, sedangkan mata
air Bungi, mata air Koba mempunyai kapasitas debit yang cukup baik
begitu juga dengan sumber air Kaongke-Ongkea di Kecamatan Sorawolio.
F.
Klimatologi
Kota Baubau yang beriklim tropis basah pada umumnya mempunyai
musim yang hampir sama di seluruh Sulawesi, yaitu adanya musim kemarau dan
musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai
dengan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember
sampai dengan bulan April. Pada bulan tersebut angin barat yang bertiup dari
Asia dan Samudera fasifik mengandung banyak uap air. Keadaan ini terus
berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulanbulan tertentu. Curah hujan hampir merata sepanjang tahun. Berdasarkan
catatan Stasiun Klimatologi Kelas III Betoambari, temperatur udara rata-rata
maksimum di Kota Baubau sepanjang Tahun 2012 berkisar antara 32,0 Celcius
dan suhu udara rata-rata minimum 23,0 Celcius. Variasi temperatur antara
musim hujan dan musim kemarau relatif kecil.Namun terkait dengan pemanasan
global dan beberapa fenomena alam terkini, kondisi klimatologi Kota Baubau
II- 10
Rasio luas areal terbangun Kota Baubau relatif masih rendah yaitu sebesar
2.028 Ha atau 9,18% dari luas total wilayah kota. Secara umum kawasan
terbangun
didominasi
oleh
bangunan
perumahan,
fasilitas
sosial,
jasa,
Kota Baubau. Kawasan yang belum terbangun ini didominasi oleh pemanfaatan
II- 11
hutan dengan luas 9.543 Ha atau 43,18% dari total luas lahan. Pemanfaatan
lahan lainnya yaitu digunakan sebagai tegal/kebun yaitu sebesar 13,28% atau
seluas 2.934 Ha, sisanya berturut-turut adalah perkebunan 1.901 Ha atau 8,60%,
ladang 1.531 Ha atau 6,93%, lainnya 1.368 Ha atau 6,19%
Tabel 2.3
Penggunaan Lahan di Kota Baubau
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
193,4
169,9
-
1.358,7
407,9
166,7
175,5
408,2
11,3
345,7
9,3
139,2
215,0
116,4
83,2
749,3
37,5
362,1
120,3
95,5
1.230,3
17,1
345,2
306,8
252,3
685,7
211,0
2,4
2,9
1,8
5,5
90,1
60,7
2,6
44,1
492,0
48,2
30,1
13,9
927,0
46,0
221,3
11,3
5,8
42,5
113,4
2.891,5 2.929,6
23,6
262,3
10,8
39,2
346,5
218,6
28,1
1.051,6
1.786,6
6.061,9
0,8
1.983,3
70,6
1.953,6
30,0
2.019,2
70,9
4.357,1
1,1
628,8
Kota Baubau
Sorawolio
Lea-lea
Bungi
Hutan
Industri
Pergudangan
Perkebunan
Sawah
Perkantoran
Pemerintah dan
Swasta
Perumahan
Pelabuhan
Bandara
Taman
Pariwisata
Perdagangan dan
Jasa
Sarana Perkotaan
Konservasi Pantai
Pertambangan
TPA
PLTU
Total
Kokalukuna
1
2
3
4
5
Murhum &
Batupoaro
Wolio
No
Betoambari
9.173,3
11,3
347,6
4.956,3
100,9
130,0
1.091,7
200,8
3.729,0
309,3
362,1
128,7
294,8
119,1
1.676,3
747,9
67,3
5.360,5
5.712,8
82,0
237,9
109,9
109,9
3.456,2 10.879,5 29.056,8
Kawasan Lindung
Kawasan tersebut terbagi dalam lima jenis kawasan yaitu Kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan
setempat, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana alam dan
kawasan lindung lainnya. Pengembangan kawasan dimaksud berada di
sebagian besar wilayah Kecamatan Sorawolio (BWK VI) dan Kecamatan
Bungi (BWK VII), kawasan-kawasan ini akan terus terjaga karena dapat
melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
II- 12
daya buatan.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budi daya merupakan kawasan di luar lindung yang kondisi fisik
dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan
baik bagi kepentingan produksi maupun pemenuhan kebutuhan ruang
untuk ekonomi dan pemukiman. Kawasan ini berada di beberapa wilayah
BWK seperti BWK III, V, VI, VII, penetapan kawasan ini lebih bersifat
memberikan arahan bagi pengembangan berbagai kegiatan budi daya
sesuai dengan potensi sumber daya (terutama lahan) yang ada dan dengan
memperhatikan optimasi pemanfaatannya.
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Kota Baubau memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan,
antara lain berupa potensi perdagangan dan jasa, perikanan tangkap dan
budidaya, pertanian, perkebunan dan peternakan, serta pariwisata dan Budaya.
Beberapa sektor yang perkembangannya cukup signifikan, diantaranya:
Potensi Pariwisata;
Sektor-sektor potensial penggerak ekonomi masyarakat di Kota Baubau
berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan
II- 13
daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota bersangkutan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Baubau 20112030, maka kawasan strategis bagi sektor-sektor potensial di Kota Baubau yang
merupakan ruang bagi pengembangan potensi wilayah Kota Baubau dapat
dibagi menjadi 5 Kelompok Kawasan Strategis, yakni :
Kawasan strategis Kota Baubau dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan
secara rinci diuraikan berikut ini:
a. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dapat
berupa kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi,
diantaranya:
merupakan
aglomerasi
berbagai
kegiatan
ekonomi
yang
II- 14
dan
fasilitas
penunjang
kegiatan
ekonomi,
Fungsi
untuk
II- 15
c.
Kawasan Palagimata
Stadion Betoambari
Baubau
tersebut
merupakan
kawasan
yang
sangat
tepat
Kebun Raya juga diarahkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan
II- 16
fungsi dan daya dukung di Kota Baubau. Kawasan Kebun Raya direncanakan
di Kecamatan Betoambari tepatnya berbatasan dengan Kabupaten Buton di
bagian selatan Kota Baubau. Kawasan ini dinilai memiliki tumbuhan yang
beragam, memliki arsitektur bentang alam yang baik, keindahan alam dan
gejala alam yang memiliki ciri khas tertentu.
e. Kawasan Strategis Lainnya Sesuai dengan Kepentingan Pembangunan
Keruangan Kota
Kawasan Strategis Lainnya Sesuai Dengan Kepentingan Pembangunan
Keruangan Kota dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis
lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan spasial wilayah
provinsi.Berdasarkan potensi-potensi kawasan di Kota Baubau dapat
disimpulkan
kawasan
strategis
lainnya
sesuai
dengan
kepentingan
II- 17
Tabel 2.4
Rekapitulasi Kejadian Bencana Kota Baubau Tahun 2012
Jenis Kejadian Bencana
Banjir / Genangan air
Tanah Longsor
Puting Beliung / Angin Kencang
Abras I / Gelombang tinggi
Kebakaran
Amblasan Tanah
Kekeringan
Epidemi Malaria
DBD
AFP Polio
Jumlah
Sumber: BNPB Kota Baubau, 2013
II- 18
Jumlah Kejadian
14
10
9
9
2
3
7
1
27
1
83
Berikut ini diuraikan Persebaran kawasan rawan bencana dan intensitas kejadian
Bencana di Kota Baubau, yang dibagi menurut klasifikasi Bencana Alam dan
Non Alam
A. Bencana Alam
Banjir
Berdasarkan data BNPB tahun 2010, Baubau termasuk salah satu daerah
yang memiliki resiko bencana banjir tinggi. Pada Tabel 2.5 berikut diuraikan
lokasi, luas dan waktu genangan yang potensial terjadi di Kota Baubau :
Tabel 2.5
Kondisi Eksisting Genangan Banjir Di Kota BaubauTahun 2011
Kecamatan
Kelurahan
Wajo
Tanganapada
Murhum
Lamangga
Lanto
Kaobula
Nganganaumala
Batupoaro
Wameo
Tarafu
Bone-bone
Lipu
Betoambari
Katobengke
Waborobo
Kaisabu baru
Karya Baru
Sorawolio
Gonda Baru
Bugi
Kampeonaho
Bungi
Ngkari ngkari
Wangkanapi
Tomba
Wolio
Bataraguru
Bukit Wolio Indah
Kadolokatapi
Sumber : Dinas PU Kota Baubau, 2012
Luas (Ha)
Tinggi (cm)
1
1
0,75
0,5
0,5
1,5
0,5
0,5
1,5
2,5
2,5
0,5
3
3
1,5
4
2,5
3
2,5
5
5
2,5
1,5
20
20
30
20
20
20
20
20
20
20
20
15
20
25
25
25
20
25
30
30
30
40
20
Lama Genangan
(jam)
3
3
3
1,5
2
3
1,5
1
1,5
3
4
2
6
6
3
6
3
6
4
5
5
24
3
II- 19
Banjir yang terus berlangsung tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti
curah hujan yang cukup ekstrim dibeberapa Kecamatan (Murhum, Bungi,
Sorawolio dan Wolio), pendangkalan sungai Baubau sebagai akibat erosi di
bagian hulu, pasang surut air laut, menurunnya resistensi DAS Baubau
terhadap banjir akibat perubahan tata guna lahan di sekitar bantaran sungai,
selain itu juga perilaku masyarakat terhadap penebangan pohon di kawasan
hutan lindung.
Pada tahun 2012 bencana banjir di Kota Baubau terjadi sebanyak 20 kasus
yang tersebar di beberapa kelurahan dengan curah hujan yang tinggi dan
pengaruh pasang surut air laut mengakibatkan ketinggian air antara 0,5-1
meter dipermukiman masyarakat, walaupun tidak ada korban jiwa akan
tetapi merendam puluhan rumahmilik masyarakat setempat.
Tanah Longsor
Bencana tanah longsor yang terjadi di Kota Baubau sebagian besar
terdapat pada daerah dengan kondisi geologi yang tidak stabil dan
seringkali dipicu oleh terjadinya hujan deras yang ekstrim melebihi titik
tertinggi dan juga pengaruh hantaman gelombang laut pada wilayah
pesisir dengan tingkat resiko dipengaruhi oleh kepadatan bangunan dan
infrastruktur. Seperti yang terjadi dibeberapa wilayah perbukitan
diantaranya wilayah Longaria Kelurahan Bataraguru, Bukit Kolema
Kelurahan Waruruma, Kadolomoko, dan Waliabuku.
Kekeringan
Ancaman alam yang bersifat hidro-meteorologis lain yang sering menimpa
Kota Baubau pada saat musim kemarau adalah kekeringan, yang terjadi
akibat berkurangnya persediaan air dan menurunnya curah hujan dalam
periode yang lama disebabkan oleh ketidakteraturan suhu permukaan
laut sehingga mengakibatkan gangguan pada pola tanam, pola
pengairan, pola pengoperasian irigasi serta pengelolaan sumber daya air
di permukaan. Seperti yang terjadi dua kecamatan yang dominan
wilayah persawahan, yaitu Kecamatan Bungi dan Sorawolio dan sebagian
lahan pertanian dan perkebunan di Kecamatan Betoambari.
Puting Beliung
Puting beliung ini sering terjadi di Kota Baubau pada saat musim
pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau maupun
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 20
Amblesan Tanah
Zona fisiografi Kota Baubau bagian utara di sekitar pesisir pantai memiliki
salah satu ancaman berupa amblesan tanah atau penurunan tanah
Besarnya potensi amblesan tanah dikarenakan fisiografi yang berdampak
secara ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Tomba dan sebagian
Bataraguru termasuk wilayah pesisir Waruruma yang mengakibatkan
penurunan air tanah pada infrastruktur jalan nasional sehingga memberi
dampak perembesan (intrusi) air laut sampai jauh ke daratan.
Kebakaran Permukiman
Kota Baubau termasuk salah satu daerah yang rawan terhadap
kebakaran baik kebakaran hutan maupun kebakaran permukiman
(sebagaimana data BNPB tahun 2010, Baubau termasuk rawan risiko
bencana kebakaran tingkat sedang). Potensi kebakaran hutan di Baubau
cukup besar karena masih memiliki areal hutan dalam skala besar atau
sekitar 80% luas wilayah Kota Baubau sebagaimana data dari BMKG
tahun 2010 termasuk dalam zona rawan tingkat kebakaran hutan dan
lahan di Indonesia. Kawasan hutan terdapat di wilayah Wakonti,
Kecamatan Sorawolio dan Bungi. Sedangkan kebakaran permukiman
yang sering terjadi pada kawasan padat perumahan dan permukiman
seperti di Kelurahan Tomba dan Bataraguru.
II- 21
tahunnya pada saat musim penghujan dan pasang air laut terjadi
endapan sejumlah material dari hulu sungai ke muara, sehingga
berpotensi terjadinya erosi dan banjir. Sedimentasi ini terjadi dibeberapa
titik DAS Baubau seperti dimuara sungai Kelurahan Wale, Tomba,
Bataraguru dan Sungai Bungi. Luasan wilayah yang mengalami
sedimentasi (akresi) sekitar + 8 ha.
B. Bencana Non-Alam
Kegagalan Teknologi
Kecelakaan transportasi laut merupakan salah satu ancaman kegagalan
teknologi yang paling sering terjadi Kota Baubau baik itu kapal terbakar
akibat tabung gas yang meledak maupun tenggelam akibat kelebihan
penumpang yang melebihi kapasitas armada. Hal ini sering terjadi dalam
wilayah perairan Baubau untuk transportasi lintas kabupaten dalam
wilayah pulau Buton, Bombana dan Wakatobi. Kecelakaan transportasi
laut seperti kapal Acitah rute Baubau-Wanci
Bencana Sosial
Secara geografis Baubau sebagai wilayah terbuka dan daerah transit baik dari
masyarakat KBI maupun dari KTI, sehingga kondisi sosial budaya masyarakat
Baubau sangat beraneka ragam suku, ras, golongan, bahasa, agama.. Kondisi
tersebut sangat rawan terhadap konflik dan sering dimanfaatkan oleh pihak
yang mempunyai kepentingan tertentu. Kerawanan terhadap konflik dalam
II- 22
143.363
140.000
137.118
130.000
120.000
2008
127.743
139.717
130.862
2009
2010
2011
2012
Gambar. 2.7
Grafik Perkembangan Penduduk Kota Baubau Tahun 2008-2012
Pada tahun 2011 dari 139.717 jiwa penduduk, tercatat32.975 Kepala Keluargaatau
rata-rata satu keluarga terdiri dari 4,24 jiwa. Perbandingan penduduk
perempuan dengan penduduk laki-laki atau rasio jenis kelamin penduduk tahun
2011 sebesar 97,6 yang berarti dari setiap 100 orang penduduk perempuan
terdapat 98 orang laki-laki.Perkembangan sex ratio dapat dilihat pada tabel 2.6
II- 23
Tabel 2.6
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah
Penduduk
2008
127.743
2009
130.862
2010
137.118
2011
139. 717
2012*
143.363
Sumber : BPS Kota Baubau (Diolah)
Tahun
Laki-Laki
Perempuan
62.986
64.524
67.736
68.997
70.630
64.757
66.338
69.382
70.720
72.537
Rasio Jenis
Kelamin
97,27
97,26
97,62
97,53
97,64
Luas Wilayah
(km2)
Betoambari
27,89
Murhum
3,29
Wolio
17,33
Kokalukuna
9,44
Sorawolio
83,25
Bungi
47,71
Lea-lea
28,93
Batupoaro
3,16
Kota Baubau
221
SULTRA
38.14
Sumber : Baubau Dalam Angka 2012
Kepadatan
(Jiwa/km2)
Jumlah
16.650
22.367
38.760
17.048
7.178
7.238
6.762
23.631
139.717
2.230.569
597
7.131
2.237
1.806
87
152
234
7.478
632
58
Dari jumlah penduduk yang mencapai 139.717 orang pada tahun 2011,
sebagian besar tersebar di 5 kecamatan yang merupakan pusat perkotaan yaitu
Kecamatan Wolio yang dihuni 27,86% dari total penduduk Kota Baubau,
kemudian diikuiti oleh Kecamatan Batupoaro (16,98%),
Murhum (16,0%),
II- 24
Gambar 2.8
Piramida Penduduk Kota Baubau Tahun 2011
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 25
Implikasi lain yang perlu disikapi dari piramida penduduk ini adalah
tingginya jumlah penduduk pada kelompok umur 10-49 tahun lebih besar dari
jumlah penduduk usia 50 tahun keatas dan usia 5 tahun kebawah, yang berarti
bahwa Kota Baubau satu dekade ke depan akan memperoleh Bonus Demografi,
yaitu kondisi ketika jumlah penduduk produktif (berusia 15-64 tahun)
mendominasi populasi Kota.Saat bonus demografi datang, pertumbuhan
ekonomi bakal melonjak, pendapatan per kapita melambung, dan sektor-sektor
produksi akan tumbuh luar biasa pesat. Siklus ini hanya akan datang sekali
dalam sekian ratus atau bahkan sekian ribu tahun bagi sebuah bangsa. Bonus
Demografi akan terjadi pada 2020-2030.Tanda-tanda bonus demografi sudah
muncul. Sejak dua tahun silam, tingkat kelahiran di Kota Baubau khususnya dan
Indonesia pada umumnya menurun, diikuti oleh meningkatnya jumlah penduduk
usia produktif.
2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1.
diilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku, setiap tahun dari tahun 2008
sampai dengan tahun berjalan 2012 rata-rata terjadi peningkatan PDRB sebesar
21,52% atau Rp. 358.074,22 Milyar per tahun. Sementara itu nilai PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2000 trend rata rata peningkatan per tahunnya sampai
dengan tahun 2012 mencapai 9.37% atau Rp. 66,169.94 Milyar, dan untuk tahun
2012 sendiri jika dibandingkan dengan tahun 2011 peningkatan nilai PDRB atas
dasar harga konstan meningkat di atas rata rata mencapai Rp.80,870.66 Milyar.
II- 26
Tabel 2.8
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB tahun 2008 - 2012 atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Kota Baubau
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SEKTOR
SEKTOR PRIMER
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
Industri Pengolaan
Listrik, Gas & Air Bersih
Kontruksi
SEKTOR TERSIER
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB
2008
(Juta Rp)
61.460,24
58.484,51
2.975,73
158.901,99
27.230,95
6.245,26
125.425,78
405.396,01
137.569,34
69.949,36
47.965,30
149.912,01
625.758,24
2009
%
9,82
9,35
0,48
25,39
4,35
1,00
20,04
64,78
21,98
11,18
7,67
23,96
100,00
(Juta Rp)
66.684,94
62.820,01
3.864,93
177.668,77
30.701,56
7.051,56
139.915,65
455.804,97
156.796,43
82.611,47
49.099,12
167.297,95
700.158,68
2010
%
9,52
8,97
0,55
25,38
4,38
1,01
19,98
65,10
22,39
11,80
7,01
23,89
100,00
(Juta Rp)
69.348,27
64.202,98
5.145,29
209.152,14
32.096,18
7.702,06
169.353,90
485.485,38
169.891,09
85.570,42
54.482,16
175.541,71
763.985,79
2011
%
9,08
8,40
0,67
27,38
4,20
1,01
22,17
63,55
22,24
11,20
7,13
22,98
100,00
(Juta Rp)
71.513,74
65.486,03
6.027,71
232.705,45
34.192,70
8.310,74
190.202,01
531.228,68
188.502,34
92.506,52
67.493,06
182.726,76
835.447,87
2012*
%
(Juta Rp)
8,56
74.591,37
7,84
67.259,00
0,72
7.332,37
27,85 246.861,34
4,09
36.157,31
0,99
9.440,92
22,77
201.263,11
63,59 586.353,52
22,56
207.373,83
11,07
110.919,59
8,08
72.264,56
21,87
195.795,54
100,00 907.806,23
8,22
7,41
0,81
27,19
3,98
1,04
22,17
64,59
22,84
12,22
7,96
21,57
100,00
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2011, Diolah
Tabel 2.9
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 - 2012 atas Dasar Harga Berlaku Kota Baubau
2008
2009
2010
2011
(Juta Rp)
%
(Juta Rp)
%
(Juta Rp)
%
(Juta Rp)
%
SEKTOR PRIMER
253.333,68 10,39
293.859,13 15,66
306.567,41
14,72
331.149,42
14,16
1 Pertanian
246.758,86
10,12
284.999,87
15,18
294.359,69
14,13
316.175,46
13,52
2 Pertambangan & Penggalian
6.574,82
0,27
8.859,26
0,47
12.207,72
0,59
14.973,96
0,64
SEKTOR SEKUNDER
314.416,45
12,89
386.145,16 20,57
473.664,90 22,74
538.514,68 23,02
3 Industri Pengolaan
41.816,78
1,71
49.419,48
2,63
52.983,68
2,54
57.963,11
2,48
4 Listrik, Gas & Air Bersih
17.707,84
0,73
21.401,58
1,14
23.715,68
1,14
26.001,29
1,11
5 Kontruksi
254.891,83
10,45
315.324,10
16,80
396.965,54
19,06
454.550,28
19,43
SEKTOR TERSIER
1.871.313,67 76,72
1.196.991,17 63,77 1.302.381,67 62,54 1.469.542,66 62,82
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
388.354,06
15,92
477.540,27
25,44
533.255,51
25,61
613.408,32
26,22
7 Pengangkutan & Komunikasi
175.601,37
7,20
217.336,49
11,58
227.424,11
10,92
248.744,51
10,63
8 Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan
977.777,94
40,09
104.648,32
5,58
119.624,04
5,74
151.099,06
6,46
9 Jasa-jasa
329.580,30
13,51
397.466,09
21,18
422.078,01
20,27
456.290,77
19,51
PDRB
2.439.063,80 100,00 1.876.995,46 100,00 2.082.613,98 100,00 2.339.206,76 100,00
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2011, diolah
NO
SEKTOR
2012*
(Juta Rp)
%
397.698,91
14,82
380.982,77
14,20
16.716,14
0,62
612.871,41
22,84
60.605,32
2,26
32.724,94
1,22
519.541,15
19,36
1.673.180,78
62,34
707.337,07
26,36
284.388,64
10,60
193.359,75
7,20
488.095,32
18,19
2.683.751,10 100,00
II- 27
berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun 2008 hingga
perkiraan tahun 2012 secara rinci melalui tabel berikut 2.8 dan 2.9. Dengan
merujuk pada Tabel 2.9 dan Gambar 2.9 juga dapat dilihat bahwa struktur
perekonomian daerah Kota Baubau pada tahun 2012 masih ditopang oleh
sektor-sektor yang masuk dalam kelompok tersier yang memiliki kontribusi
sektoral sebesar 62,34% sementara kelompok primer dan sekunder masingmasing hanya sebesar 8.57% dan 28.59%, dimana tiga besar subsektor yang paling
berperan terhadap perekonomian Kota Baubau berturut-turut adalah subsektor
Konstruksi yang memiliki kontribusi sebesar 23.18% disusul, Perdagangan Hotel
dan Restoran sebesar 22.61%, dan subsektor jasa-jasa sebesar 21.35%.
Jasa-Jasa
21%
Keuangan,
persewaan &
Jasa
perusahaan
7%
Pengangkutan
& Komunikasi
12%
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan &
Perikanan
8%
Pertambangan
& Penggalian
1%
Industri
Pengolahan
4%
Listrik, Gas
dan Air bersih
1%
SEKTOR
PRIMER
8.57%
Konstruksi
23%
SEKTOR
SEKUNDER
SEKTOR
TERSIER
62.54%
Perdagangan,
Hotel &
Restoran
23%
28.59%
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan proyeksi PDRB Kota Baubau, diolah
Gambar 2.9
Struktur Perekonomian Kota Baubau Tahun 2012
Jika ditinjau secara kumulatif 5 tahun terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi pergeseran struktur perekonomian Kota Baubau, dimana sektor primer
dan sekunder mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yang secara
simultan diikuti dengan penurunan peran sektor tersier terhadap pergerakan
ekonomi di Kota Baubau, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10.
II- 28
100,0
%
50,0
0,0
76,72
12,89
10,39
2008
63,77
62,54
62,82
58,60
20,57
15,66
22,74
14,72
23,02
14,16
22,99
2009
2010
2011
18,41
2012
Gambar 2.10
Pergeseran Struktur Perekonomian Kota Baubau 2008-2012
Tabel. 2.10
Perkembangan PDB dan PDRB Provinsi/kota Tahun 2008 s.d 2012
atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku
TAHUN
2008
2009
2010
2011
2012
HB
HK
HB
HK
HB
HK
HB
HK
HB
HK
*Angka sementara
Sumber: BPS RI (2013), BPS Prov.Sultra (2012), BPS Kota Baubau (2012), Produk Domestik Regional Bruto
Kota Baubau Tahun 2011, diolah
Laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota Baubau menunjukkan tren
yang positif dari tahun ke tahun, dimana pertumbuhan ekonomi Kota Baubau
pada tahun 2012 mencapai 9,67% jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang
hanya mencapai 10,12% berarti terjadi peningkatan sebesar 0,96%.
Gambar 2.11
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kota Baubau Tahun 2008-2012
II- 29
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2002
2000
15
13
11
9
7
5
3
1
-1
-3
-5
-7
-9
-11
-13
-15
2003
PERTUMBUHAN EKONOMI
KOTA BAUBAU (%)
Keterangan:
Nilai angka tahun 2011 s.d tahun 2012 adalah angka sementara.
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau Tahun 2010, diolah
Sementara itu dari Tabel 2.11 dan 2.12 dapat dilihat bahwa semua sektor
pembentuk PDRB selama kurun waktu 2010-2012 mengalami pertumbuhan
(positif). Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan
pertumbuhan tertinggi selama kurun waktu tersebut 154,24% , namun demikian
jika dilihat dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor ini hanya
menyumbang rata-rata dibawah 1% selama 5 tahun terakhir.
II- 30
Tabel. 2.11
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008- 2012
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) & Harga Konstan (Hk) Kota Baubau
SEKTOR
SEKTOR PRIMER
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
Industri Pengolaan
Listrik, Gas & Air
Bersih
Kontruksi
SEKTOR TERSIER
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
2008
2009
2010
2011
2012
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
16,25 9,82 15,66 15,66 14,72 14,72 14,16 14,16 14,82 8,22
15,83 9,35 15,18 15,18 14,13 14,13 13,52 13,52 14,20
7,41
0,42
0,48
0,47
0,47
0,59
0,59
0,64
0,64
0,62
0,81
20,17 25,39 20,57 20,57 22,74 22,74 23,02 23,02 22,84 27,19
2,68
4,35 2,63 2,63 2,54 2,54 2,48 2,48 2,26
3,98
1,14
1,00
1,14
1,14
1,14
1,14
1,11
1,11
1,22
1,04
16,35 20,04 16,80 16,80 19,06 19,06 19,43 19,43 19,36 22,17
63,58 64,78 63,77 63,77 62,54 62,54 62,82 62,82 62,34 64,59
24,91
25,61
22,84
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan PDRB Kota Baubau 2008-2012, diolah
Tabel 2.12
Pertumbuhan Kontribusi Sektor & PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)
dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2008-2012 Kota Baubau
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SEKTOR
SEKTOR PRIMER
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
SEKTOR SEKUNDER
Industri Pengolaan
Listrik, Gas & Air Bersih
Kontruksi
SEKTOR TERSIER
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan & Komunikasi Agkutan & Komunikasi
Keuangan, sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB
Pertumbuhan (%)
Hb
Hk
56,99
21,37
54,39
15,00
154,24
146,41
94,92
55,35
44,93
32,78
84,80
51,17
103,83
60,46
68,78
44,64
82,14
50,74
61,95
58,57
97,75
50,66
48,10
30,61
72,14
45,07
Sumber: BPS Kota Baubau (2012), dan PDRB Kota Baubau 2008-2012, diolah
II- 31
B. Laju Inflasi
Salah satu masalah pokok yang selalu dihadapi oleh pemerintah maupun
masyarakat adalah tingkat inflasi yang cenderung selalu tinggi. Peningkatan
pendapatan masyarakat secara nominal akan berkurang artinya apabila diikuti
oleh tingkat inflasi yang tinggi, karena bila faktor inflasi diperhitungkan belum
tentu terjadi peningkatan secara riil. Tingkat inflasi yang tinggi secara umum
akan menurunkan daya beli masyarakat yang berpenghasilan nominal tetap.
Penyajian PDRB atas dasarharga konstan bersama sama dengan atas dasar
harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau
deflasi yang terjadi.
Isu-isu ekonomi nasional cukup memberi pengaruh yang relatif terhadap
peningkatan laju inflasi Kota Baubau pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, dimana isu kenaikan harga BBM bersubsidi yang sempat
dihembuskan oleh pemerintah cukup menimbulkan gejolak harga beberapa
saat, walaupun kenaikan secara signifikan tidak terjadi dengan ditundanya
kenaikan tersebut beberapa saat setelahnya. Pada tahun 2011 inflasi kota
Baubau mencapai 2,61 persen dan di tahun 2012 meningkat 0.03 persen menjadi
2.64 persen.
Gambar 2.12
Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Baubau menggunakan PDRB
deflator(y.o.y) tahun 2007 2012
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
Laju Inflasi
2007
2008
2009
2010
2011*
2012*
2,14
2,47
2,68
2,73
2,61
2,65
Keterangan:
Angka tahun 2011 s.d 2012 adalah angka sementara.
Baubau dalam Angka (beberapa edisi), PDRB Kota Baubau Tahun 2010, diolah
Inflasi yang tinggi merupakan salah satu fenomena dalam perekonomian yang
dapat menekan daya beli masyarakat dan menurunkan pendapatan rill
masyarakat. Inflasi dapat dilihat dari perubahan Indeks PDRB Deflator. Dalam
beberapa tahun terakhir inflasi Kota Baubau cenderung berada di bawah ratarata inflasi nasional. Hal ini tentu saja berdampak positif pada jalannya roda
II- 32
15000000
14.343.319
10000000
15.188.480
12.204.691
2008
2009
2010
2011
2012
Keterangan:
Atas dasar Harga Berlaku, Nilai Angka tahun 2012 adalah angka sementara
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau (beberapa edisi) ;
II- 33
2.13terlihat bahwa angka koefisien gini tahun 2012 sebesar 0.29 atau berada di
bawah 0.35 yang menandakan tingkat ketimpangan sebaran pendapatan
rendah (low inequality), kondisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tenggara danIndonesia yang pada akhir
tahun 2012 berada tingkat ketimpangan sedang (moderate inequality).
Jika ditinjau dari Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia,Relatif meratanya
penyebaran pendapatan di Kota Baubau tampak pada Kurva Lorenz dari gini
ratio Kota Baubau tampak bahwa pendapatan Penduduk Kota Baubau
terdistribusi 26,31% terendah, 43,53% menengah, dan 30,34% berpendapatan
rendah.
Tabel 2.13
Perkembangan Gini Ratio tahun 2008-2012
Wilayah
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Kota Baubau
0,20
0,26
0,25
0,26
0,29*
Sultra
0,33
0,36
0,42
0,41
0,40
Indonesia
0,37
0,37
0,38
0,41
0,41*
Sumber: Bappeda Kota Baubau (2012), BPS Prov Sultra (2012), Data Strategis BPS (2012)
D. Tingkat Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Kota Baubau dari tahun ke tahun
menunjukkan angka penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan penduduk semakin membaik setiap tahunnya. Pada tahun 2010
jumlah penduduk miskin mencapai 18.170 orang, menurun bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 23.100 pada tahun 2005. Disisi
lain jumlah penduduk miskin jika dibandingkan dengan laju pertambahan
penduduk juga mengalami penurunan. Tahun 2007 persentase jumlah penduduk
miskin masing-masing sebesar 17,08% dari jumlah total penduduk, mengalami
penurunan pada tahun 2011 menjadi hanya 10.31%. Membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat dan penurunan persentase kemisikinan dalam hal ini
tidak terlepas dari peran pemerintah yang signifikan menciptakan peluangpeluang ekonomi bagi masyarakat, selain itu upaya penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak dalam beberapa tahun terakhir
turut memberi andil menciptakan kondisi ini.
II- 34
Tabel 2.14
Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kota Baubau
Wilayah
Baubau
Sultra
Indonesia
Tahun
Garis Kemiskinan
(Rp/Perkapita)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2011
2012
2011
2012
135.145
157.138
167.668
182.765
217,430
232,130
238,200
244.129*
199.176
195.306*
233.740
248.707*
Penduduk Miskin
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
21,300
16,36
23,100
18,90
22,600
17,08
19,640
14,13
18,170
12,72
16,530
12.06
14,450
10.31
14.426
10,06
334.280
14,61
316.330
13,71
29,89 juta
12,36
29,13 juta
11,96*
*Angka sementara
Sumber : BPS Kota Baubau; , Data Strategis Indonesia 2012, www.bps.go.id
Indeks Angka Melek Huruf (AMH), Indeks Rata-rata Lama Sekolah, Angka Rata-
II- 35
rata Lama Sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan indikator makro yang terkait
dan ikut mempengaruhi angka tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung seperti Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni.
Pencermatan atas data sebaran Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka
Melek Huruf (AHM) menunjukan bahwa ketersediaan saran prasarana,
aksesibilitas serta kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada peningkatan Ratarata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH).
Gambar 2.14
Angka Melek Huruf Penduduk Kota Baubau Tahun 2007/2008-2011/2012
95,2
96,3
97,83
98,01
98,86
4,8
3,7
2,17
1,99
1,14
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
kondisi
capaian
beberapa
indikator
pembentuk
indeks
II- 36
Tabel. 2.15
Capaian Indikator Pendidikan dan IPM tahun 2008-2012
Indikator Pendidikan
Indeks Pembangunan Manusia
a. Angka melek huruf (%)
b. Angka Rata-rata lama sekolah (tahun)
c. Angka harapan hidup (tahun)
d. Pengeluaran riil perkapita (Rp.000)
IPM Kota Baubau
IPM Prov. Sultra
IPM Nasional
2008
Indikator Capaian
2009
2010
2011
2012*
95.20
9.60
69.79
607.11
72.14
69.00
71.17
95.30
9.75
70.09
608.12
72.56
69.68
71.76
99,81
10,00
70,92
625,85
75,18
71,75
73,34
95.58
9.84
70.39
616.11
73.48
70.36
72.23
98,86
9.92*
70.66*
620,96*
74.33*
71.05*
72.79*
Sumber: Baubau Dalam Angka; Bappeda, Profil Pendidikan Tahun 2010/2011, (Diolah)
II- 37
Tabel 2.16
Perkembangan Capaian MDGs di Kota Baubau Tahun 2008-2012
NO
1
TUJUAN
Menanggulangi
Kemiskinan dan
Kelaparan
Mencapai
Pendidikan Dasar
untuk Semua
TARGET
INDIKATOR TARGET
a
b
c
d
e
Mendorong
Kesetaraan Gender
dan
Pemberdayaan
Perempuan
Menurunkan
Angka Kematian
Anak
Meningkatkan
a
b
c
a
TARGET
2015
10%
2008
2009
2010
2011
2012
17,20%
14,44%
13,96
9,72
9,15*
7,50%
14,13
12,72
12,06
*10,31
10,06*
3,30%
0,16%
0,06%
0,25%
0,15%
0,06*
18%
9,20%
9,00%
7,23%
8,41%
3,49*
100%
95.20
95.30
95.58
98,86
99,81*
100%
91.2 %
88,12
92,29
94,4
98,8*
100%
72,80%
72,08
82,97
76
83*
100%
100%
64,59
52,52%
69,73
67,31%
85,62
66,14
84,8
65,32
90*
68,14*
100%
90,21%
94,45%
96,12
99,53
100*
100%
98,97%
99,45%
101,2
102,3
102,1*
indikator
30%
58,90%
5%
5%
59,64%
12%
6,10%
56,14
12%
6,12
53,20
12%
7,82
55,42*
12*
8,12*
indikator
36,39%
36,83%
37,8
39,41
37,91*
19%
14,00
21,89
6,48*
32%
13%
12%
3,67%
3,91%
12,10*
100%
110
92,33%
303
95,83%
138
96,43
166,94
96,71
195,47
98,67*
259,29*
II- 38
NO
TUJUAN
Kesehatan Ibu
TARGET
INDIKATOR TARGET
2008
2009
90%
87,66%
89,28%
91,53
89,36
63,81*
indikator
55,65%
60,12%
63,32
66,27
67,41*
indikator
57,59%
58,54%
58,16
59,21
60,12*
indikator
82,61%
83,54%
87,51
91,17
92,4*
0,143
indikator
0,125
2,13
0,127
2,44
0,213
4,35
0,251
17
0,312*
18,1*
12
12
12
12*
14,37
15,4
13,2
2,18
5,1*
82,1
89
125,45
176,79
177,12*
44,32
48,7
42,16
41,6
49,3*
78,3
83,1
85,41
86,16
86,79*
67%
71
75
79
83
85*
65%
86,98
88,66
88,72
89,58
91,5*
80,5
83,32
85,14
86,54
87,53*
Memerangi
HIV/AIDS, Malaria
& Penyakit
Menular Lainnya
TARGET
2015
a
b
b
c
d
e
222
2010
2011
2012
II- 39
yang wajib
Berbagai
II- 40
Polipu itu simbou mpuu tahelaka saangu bangka, o anakhodla, osawi, tee
moponincawina auncura aose saangu padloma mamudhaakana akawa toi
kawaa
Artinya :Bernegara itu diibaratkan berlayar dalam satu perahu, terdapat
nakhoda, ada awak kapal, dan ada penumpang, yang mengikuti satu
pedoman (aturan dan rencana) agar tiba ditempat tujuan
Guna lebih memacu semangat berkarya masyarakat dan bekerja keras
dalam membangun keluarga, masyarakat dan negara, maka Sultan Buton I,
Murhum Qoimuddin memberikan nasehat yang hingga kini masih tetap menjadi
pedoman masyarakat, yaitu :
II- 41
II- 42
giu bei karaja yitu, maka tabeana to menturuiki, sopodona tabeana duka
porikanopo tamataua kamuri-muriana.
Falsafah tersebut menyiratkan bahwa karya manusia itu dimana pun ia
berada
ditujukan
untuk
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya,
senantiasa
porikanapo
tamataua
kamuri-muriana
atau
memperkirakan hasil yang akan dicapai yang bisa dalam bentuk sasaran
yang hendak dicapai. Falsafah ini menyangkut perihal perencanaan yang
matang dan penilaian kinerja di dalamnya.
b.
Dangia omia atopuji rouna-pewauna rampakana amatua pekadudui, sinasinai siyimpo moumbana, pewau joa, aromusaka mia bari, apekaoge mia
yipeluna, ma-anaiaka analakina, te mia kidina lipu.
Falsafah di atas menyiratkan bahwa karya/kinerja seseorang di
bidang apapun pekerjaannya dapat dikatakan baik dan terpuji karena baik
dalam
menerapkan
pekadudui
dan
nilai-nilai
aromusaka
kepemimpinan
mia
bari),
(rampakana
sanggup
amatua
membangkitkan
Tabel 2.17
Perkembangan Fasilitas Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2008-2012 Kota Baubau
No
Capain Pembangunan
2008
2009
2010
2011
2012
0,23
0,23
0,22
0,36
0,35
0,08
0,08
0,07
0,07
0,07
0,39
0,53
0,73
1,22
1,19
0,23
0,23
0,22
0,36
0,35
II- 43
Tabel 2.18
Fasilitas Kebudayaan Tahun 2012 di Kota Baubau
No
Kecamatan
Balai Warga
/Pertemuan
1
2
3
4
5
6
7
Betoambari
Murhum& Batupoaro
Wolio
Kokalukuna
Sorawolio
Bungi
Lea-lea
Kota Baubau
6
17
14
6
3
3
3
52
Gedung
Bioskop
1
2
alam
dan
budaya
selalu
terancam
oleh
unsur
atau
II- 44
Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai
dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi serta rajutan
berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota
atau bagian dari wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan dikelola secara
efektif. Untuk kepentingan tersebutlah maka Kota Baubau termasuk salah stau
Kota di Indonesia yang berperan aktif dalam Program Penataan dan Pelestarian
Kota Pusaka (P3KP) yang dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,
dalam upaya penataan dan pelestarian kota pusaka Baubauyang berkarakter,
berbasis pada alam, sejarah, dan budaya masyarakatnya. Berikut ini diuraikan
pusaka yang ada di Kota Baubau, yang dibagi menjadi 3 kelompok, yakni:
Pusaka alam (Natural heritage), Pusaka Budaya dan Pusaka Saujana.
A. Pusaka Alam (Natural Heritage)
Bentukan alam yang istimewa.Bentukan bentukan alami tersebut
mempunyai karakter yang khas, saling berhubungan dan terus berkembang.
Pusaka alam secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan
manusia, sehingga sudah selayaknya apabila pelestarian alam terus dilakukan,
yang termasuk dalam Pusaka Alam di Kota Baubau, diantaranya:
1.
Obyek Wisata Bahari Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Pantai Lakorapu dan
Pantai kokalukuna
2.
3.
4.
5.
Batu Puaro
II- 45
Benteng
Keraton
Buton
menyuguhkan
II- 46
Gambar 2.15
Peta Benteng Keraton Buton
II- 47
Makam
Raja/Sultan
diantaranya:
dan
Makam
Makam-Makam
kuno
lainnya,
Murhum,
Makam
Sangia
pelabuhan
Murhum),
Sultan
Pelabuhan
Baubau
(sekarang
yang
mengandung nilai, manfaat dan makna yang sangat tinggi serta berharga
untuk kehidupan. Di Kota baubau dari aspek budaya tak ragawi dapat
kita menikmati tradisi-tradisi unik peninggalan nenek moyang yang terus
dilestarikan sampai sekarang, meliputi:
1. Pusaka Upacara pesta adat / Ritual, diantaranya: Prosesi Kakandekandea,
Prosesi
Sesaji
bagi
laut
Tuturangiana
Andala
atau
II- 48
8. Pusaka
Kuliner,
diantaranya:
Lapa-lapa,
Kasoami,
Parende,
1.
II- 49
Selanjutnya dibawah ini diuraikan capaian beberapa indikator kinerja utama dalam
penyelenggaraan urusan wajib pendidikan di Kota Baubau pada tahun 2008-2012
II- 50
pendidikan dasar sembilan tahun adalah salah satu indikator capaian dalam
Tujuan Pembangunan Milemium atau Millenium Development Goals (MDGs)
yang menjadikan Program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun menjadi salah
program utama yang terus digenjot pencapaiannya oleh pemerintah. Dalam
MDGs ditargetkan bahwa sampai dengan tahun 2015 APK dan APM Sekolah
Dasar (SD) (Usia 7- 12 Tahun) dan Sekolah Menengah pertama (SMP) (usia
13-15) telah mencapai 100%.
APM dan APK pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan di Kota
Baubau sampai dengan tahun 2011 terus menunjukkan trend yang terus
meningkat. Tabel 2.19 dan 2.20 menunjukkan bahwa pada tahun ajaran
2010/2011, APK dan APM jenjang pendidikan SD/MI masing-masing mencapai
110,25% dan 93,03% atau meningkat dibandingkan dengan tahun ajaran
2009/2010 yang hanya mencapai 101,83% dan 88,12%. Begitu pula, APK dan
APM untuk pada jenjang pendidikan SMP/MTs dari 79,40% dan 72,08%
tahun 2009/2010 menjadi 122,40% dan 82,80% tahun 2010/2011 serta
SMA/SMK/MA yang meningkat dari 97,70% dan 69,73% pada tahun ajaran
2009/2010 menjadi 137,41% dan 85,62% pada tahun ajaran 2010/2011. Tren
yang terus meningkat ini selain disebabkan oleh meningkatnya kesadaran
anak dan orang tua akan penting pendidikan juga oleh karena dukungan
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
pendidikan
yang
terus
jamin
1.1
2.1
3.1
Jenjang Pendidikan
APM SD/MI
APM SMP/MTs
APM SMA
2008
2009
2010
2011
2012
91.2
72,80
64,59
88,12
72,08
69,73
92,29
82,97
85,62
94,40
76,00
84,80
98,80
83,00
90,00
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau, Profil Pendidikan Kota Baubau,
Beberapa Edisi, diolah, 2011/2012* Angka sementara
Tabel. 2.20
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)Kota Baubau
No
1.1
2.1
3.1
Jenjang Pendidikan
APK SD/MI
APK SMP/MTs
APK SMA
2008
94,29
76,63
92,82
2009
2010
2011
2012
101,83
79,40
97,70
116,43
122,40
137,41
110,25
122,00
121,00
112,93
122,00*
121,00*
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Baubau, Profil Pendidikan Kota Baubau, Beberapa
Edisi, diolah, 2011/2012* Angka sementara
II- 51
SD/MI
Jumlah gedung
Jumlah
Sekolah
murid
Wolio
15
5779
Betoambari
8
2293
Murhum/Batupoaro
20
5522
Kokalukuna
11
2524
Bungi
6
1060
Sorawolio
5
1322
Lea-Lea
7
1090
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional, 2012
SMP/MTs
Jumlah gedung Jumlah
Rasio
sekolah
murid
385
5
1912
287
2
207
276
6
3334
229
3
595
177
4
591
264
2
406
156
2
278
Kecamatan
No.
SD/MI
1,1
1.2.
Jumlah murid
1.3.
Rasio
73
73
73
75
76
18.479
19.285
19.202
19.737
20.296
253
264
263
263
267
24
24
25
29
30
7.477
7.664
7.664
7.945
8.042
319
307
274
268
SMP/MTs
2.1.
2.2.
Jumlah murid
2.3. Rasio
312
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Baubau, 2012
382
104
556
198
148
203
139
Tabel.2.22
Perkembangan Sekolah dan Murid Tahun 2008 s.d 2012 Kota Baubau
Jenjang Pendidikan
2008
2009
2010
2011
2012
Rasio
Rasio Murid-Guru
Rasio Murid-Guru (RMG) merupakan perbandingan jumlah murid
dengan jumlah guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu. RMG
menggambarkan rata-rata banyaknya murid yang diajar oleh seorang guru.
Semakin sedikit murid ditangani oleh seorang guru, maka semakin baik pula
proses belajar-mengajar. Guru akan mudah memantau aktivitas murid dan
mudah mengukur prestasi belajar setiap siswa. Patokan umum yang
digunakan adalah seorang guru idealnya hanya mengajari 20 orang murid.
II- 52
Tabel 2.23
Jumlah Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Baubau
No.
I.
II.
III.
IV.
Tahun Ajaran
Guru
Taman Kanak-Kanak (TK)
2007/2008
359
2008/2009
380
2009/2010
404
2010/2011
417
2011/2012*
425
Sekolah Dasar (SD)
2007/2008
1.130
2008/2009
1.342
2009/2010
1.341
2010/2011
1.373
2011/2012*
1.385
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2007/2008
688
2008/2009
777
2009/2010
889
2010/2011
932
2011/2012*
945
Sekolah Menengah Atas (SMA)
2007/2008
821
2008/2009
797
2009/2010
924
2010/2011
1.026
2011/2012*
1.035
Murid
2.546
2.704
3.598
3.292
3.295
Rasio
Murid per
7
Guru
7
9
8
8
18.114
18.479
19.202
19.737
19.755
16
14
14
14
14
7.790
7.477
7.664
7.945
7.965
12
10
9
9
9
9.707
9.923
9.579
10.313
10.415
12
12
10
10
10
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau dalam Angka Tahun 2011, diolah.
Keterangan : * Angka Sementara
Tabel. 2.24
Persebaran Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2012
Menurut Kecamatan di Kota Baubau
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
Wolio
Betoambari
Murhum / Batupoaro
Kokalukuna
Bungi
Sorawolio
Lea-Lea
Jumlah
Guru
317
150
437
174
82
92
98
SD/MI
Jumlah
Murid
5779
2293
5522
2524
1060
1322
1090
Rasio
18
15
13
15
13
14
11
SMP/MTs
Jumlah
Jumlah Guru
Murid
204
1912
55
207
319
3334
72
595
77
591
62
406
50
278
Rasio
9
4
10
8
8
7
6
Tabel 2.23 menunjukkan bahwa selama tahun ajaran 2007/20082011/2012, RMG pada semua tingkatan pendidikan (kecuali SD) di Kota
Baubau relatif stabil dan mempunyai kecenderungan untuk menurun. Hal ini
disebabkan karena pertambahan jumlah murid selama tahun ajaran
tersebut juga diimbangi dengan penambahan jumlah guru. Hal lain yang
cukup menarik dari Tabel 2.23, RMG untuk tingkat pendidikan SD, setiap
guru hanya mengajari sekitar 14 orang murid, dan untuk tingkat pendidikan
SMP setiap guru hanya mengajari maksimal 10 orang murid. Hal ini
II- 53
Laki-laki
Semester Ganjil
Perempuan
Jumlah
3.417
2.782
183
259
55
60
2.106
2.965
170
195
144
272
138
343
Sumber: Dinas Pendidikan Nasinal, 2012
UNIDAYAN
STAI
UNISBUN
UMB
AMIK Milan Darma
AKPER
STIKES
2.3.1.2
6.199
442
115
5.071
365
416
481
Laki-laki
3.060
114
70
2.172
170
144
139
Semester Genap
Perempuan
2.351
170
85
2.971
195
272
346
Jumlah
5.411
284
155
5.143
365
416
485
II- 54
Pemerintah
Kota
Baubau
secara
bertahap
telah
memulai
pembangunan RSUD Type B dengan luas areal 4 Ha. Rumah sakit ini
dikembangkan sebagai RSU Pusat Rujukan di Sultra Kepulauan (Kota
Baubau, Kabupaten Buton, Bombana, Wakatobi, Buton Utara dan
Kabupaten Muna).
Tabel 2.26
Perkembangan Sarana kesehatan di Kota Baubau Tahun 2008 2011
Sarana Kesehatan
Rumah Sakit
2008
2
2009
2
Tahun
2010
2
2011
3
2012
3
11
11
13
14
14
Puskesmas Pembantu
12
11
11
10
12
Puskesmas Perawatan
Puskesmas Keliling
12
13
14
15
15
Toko Obat
29
28
28
28
15
Apotik
15
19
19
21
26
Posyandu
117
132
132
138
140
16
17
17
16
Polindes
16
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2012): Diolah
Jumlah Rumah Sakit (RS) di Kota Baubau sampai dengan tahun 2012
sebanyak 3 buah, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Rumah Sakit
Bhayangkara dan Rumah Sakit Murhum. Ketiga rumah sakit tersebut
masing-masing terdapat di Kecamatan Murhum dan Kecamatan Wolio.
Selain itu, di Kota Baubau telah terdapat 3 Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Perawatan, 12 Puskesmas Pembantu dan 140 Posyandu dan 16
Polindes yang tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kota Baubau
Tabel 2.27
Persebaran Fasilitas Kesehatan di Kota Baubau Menurut Kecamatan Tahun 2012
No.
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Betoambari
Murhum/Batupoaro
Wolio
Kokalukuna
Sorawolio
Bungi
Lea-Lea
Kota Baubau
Rumah
Sakit
0
2
1
0
0
0
0
3
Klinik
Puskesmas
0
1
1
2
4
2
3
3
0
1
1
14
Puskesmas
Pembantu
2
2
1
2
3
1
1
12
Puskesmas
Keliling
1
3
2
2
1
2
1
15
Puskesmas
Perawatan
0
1
0
0
1
1
0
3
II- 55
Tenaga Kesehatan
Selain
ketersediaan
fasilitas
layanan
kesehatan,
dalam
rangka
Bidan ; 107
Perawat;
294
Dokter
Gigi; 15
Dokter
SKM; 82
Umum; 32
Apoteker;
48
Upaya memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas juga menjadi bagian penting dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Peningkatan SDM dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan daerah setiap tahunnya. Perkembangan tenaga
kesehatan di Puskesmas dan jaringannya disajikan pada tabel 2.28. berikut
Tabel 2.28
Perkembangan Tenaga Kesehatan di Kota Baubau Tahun 20082011
Jenis Tenaga
2008
2009
2010
Dokter Spesialis
5
8
8
Dokter Gigi
7
9
12
Dokter Umum
20
26
28
Apoteker
10
28
30
Sarjana Kesehatan Masyarakat
25
39
56
Sarjana Keperawatan
221
263
285
Bidan
86
95
105
Anastesi
1
1
1
Analis lab.
7
12
20
2011
9
15
32
48
82
294
107
1
29
II- 56
2008
3.91
4.70
10.96
3.13
15.66
2010
5.11
6.57
10.95
8.03
36.50
2011
4.99
9.99
25.69
9.28
44.24
2012*
6.28
10.46
26.51
10.46
57.20
1.57
5.35
2.19
164.39
177.29
230.67
1.57
2.29
4.70
9.17
8.03
Sumber: Dinas Kesehatan (2011), data diolah
10.70
191.24
74.92
7.85
11.16
193.91
87.19
0.70
9.07
Dokter Spesialis
Dokter Gigi
Dokter Umum
Apoteker
Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Sarjana Keperawatan
Perawat (D-III+SPK)
Bidan (D-I,D-III,D-IV)
Anastesi
Analisis Lab/Kesehatan
2009
4.58
6.88
16.05
3.82
25.22
Standar
Indonesia Sehat
6
11
40
10
40
117,5
100
2
5
derajat
kesehatan
masyarakat.
Indikator
keberhasilan
2008
Capaian indikator
2009
2010
2011
a. Dokter spesialis
b. Dokter umum
c. Dokter gigi
Rasio SKM terhadap penduduk (1000)
Rasio Posyandu per 1000 Balita
Rasio Puskesmas, Poliklinik,Pustu per 1000
penduduk
Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup
Persentase Rumah layak huni (%)
Rumah dengan air bersih (%)
0.04
0.16
0.05
0.20
6.90
0.30
0.06
0.20
0.07
0.30
7.57
0.31
0.06
0.20
0.08
0.44
7.35
0.31
0.07
0.22
0.09
0.64
7.37
0.31
232.00
24.00
97.22
93.48
172.00
11.00
95.15
94.24
143.33
7.50
97.46
95.65
120,48
5.07
97.56
97
angka
pemanfaatannya.
Sebagaimana
tabel
II- 57
menunjukkan angka
pemanfaatan posyandu cukup baik dengan sebesar (6,90 7,57) per 1000 balita.
Selain menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif
di
RSUD
Kota
Baubau,
Pemerintah
Kota
Baubau
juga
II- 58
Tabel 2.31
Perkembangan Pencapaian SPM Kesehatan di Kota Baubau
Indikator
Target
2015
2010
2011
2012*)
Oktober
2.3.1.3
II- 59
LASBUTAG
12,74 Km
25,54 Km
12,84 Km
20,88 Km
22,12 Km
29,97 Km
10,51 Km
6,5 1Km
4,53 Km
145,64 Km
HOTMIX
18,49 Km
5,54 Km
8,28 Km
6,48 Km
14,04 Km
5,49 Km
4,39 Km
1,68 Km
18,69 Km
83,04 Km
Tabel 2.33
Indikator Kinerja Urusan Pekerjaan Umum
Indikator
Capaian 2012
115.471
95%
85%
65%
10.511
68%
2.3.1.4
Urusan wajib Bidang Perumahan Rakyat dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Dinas Kebersihan, Pertamanan,
Pemakaman dan Pemadam Kebakaran; serta Sekretariat Daerah Kota Baubau.
Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Terbangunnya rumah susun sewa sederhana sebanyak 4 blok, asrama mahasiswa
2 blok dan jumlah pembangunan perumahan rakyat oleh pengembang
(developer) di 7 lokasi.
- Rumah tidak layak huni yang diperbaiki sebanyak 190 rumah; jalan lingkungan
perumahan yang terbangun sepanjang 5990 Meter; Lampu penerangan jalan
umum yang terpasang sebanyak 1700 Titik.
II- 60
sebanyak 5 unit; hidran air yang berfungsi dengan baik sebanyak 6 unit.
- Tersedianya areal permakaman yang dikelola pemerintah daerah seluas 5,8 Ha;
dan jumlah kendaraan jenazah sebanyak 2 unit.
Tabel 2.34
Indikator Kinerja Urusan Perumahan Rakyat
Capaian 2012
Indikator
Persentase Jumlah Kebutuhan Tempat Tinggal Yang Terpenuhi
68%
Persentase Luas pemukiman Tertata
65%
Lokasi kawasan Kumuh Yang Tertata
5
Persentase Rumah Tangga bersanitasi
81%
Persentase Rumah Layak huni
75,22%
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
2.3.1.5
Urusan wajib Bidang Penataan Ruang dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota dan
Bangunan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah
sebagai berikut :
-
Indikator
Rasio Pemanfaatan Ruang sesuai RTRW
Rasio wilayah/ Kawasan yang memiliki Dokumen
Perencanaan
Capaian 2012
75%
40%
Sumber: Dinas Tata Kota dan Bangunan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
2.3.1.6
II- 61
Indikator
Tabel 2.36
Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan
Capaian 2012
2.3.1.7
Terpasangnya rambu-rambu dan fasilitas lalu lintas darat sebanyak 290 unit.
Rasio rambu-rambu lalu lintas darat yang berfungsi dengan baik sebesar 95%.
II- 62
Tabel 2.37
Indikator Kinerja Urusan Perhubungan
Indikator
Rasio Izin Trayek
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum
Meningkatnya persentase arus penumpang yang datang dan
berangkat melalui pelabuhan laut
Meningkatnya persentase arus penumpang yang datang dan
berangkat melalui pelabuhan udara
Persentase Jumlah Pemasangan Rambu-rambu lalulintas
Capaian 2012
65%
4,60%
25%
60%
Salah
satu
perhatian
utama
Pemerintah
Kota
Baubau
dalam
menciptakan lingkungan hidup yang layak huni bagi penduduk dan terlibat
dalam gerakan global mengatasi Perubahan Iklim adalah dengan terlibat penuh
pada Program Pengembangan Kota Hijau / Green City, yang difokuskan pada
penciptaan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memadai sesuai
dengan standar kebutuhan ruang terbuka hijau perkotaan. Adapun jenis-jenis
ruang hijau kota yang dikembangkan di Kota Baubau, meliputi :Hutan Kota,
Jalur Hijau Kota, Bumi Perkemahan, Taman Kota, Taman Lingkungan, Zona
Penyangga Hijau Kota (Buffer Zone), serta Ruang Terbuka Hijau Lainnya yang
mencakup tepi kawasan bandara yang tetap dipertahankan sebagai tutupan
hijau, serta plaza, areal monumen / landmark kota, dan bentuk-bentuk ruang
terbuka lainnya yang dikembangkan di pusat-pusat utama kegiatan kota.
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau yang ada di kota Baubau di bagi
dalam 2 pengelompokan yaitu ruang terbuka hijau (RTH) terbangun dan ruang
terbuka hijau (RTH) Non terbangun.
Untuk jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) terbangun yang ada di Kota
Baubau berupa taman kota seluas 32,5 Ha, yang tersebar merata
diseluruh bagian kota
II- 63
Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah sebesar 25% dan taman
Kota dan RTH yang tertata dengan baik sebanyak 30 lokasi.
Rasio sampah terangkut terhadap jumlah produksi sampah sebesar 70% dan
Cakupan pelayanan kebersihan terhadap luas wilayah sebesar 60%
Tabel 2.38
Indikator Kinerja Urusan Lingkungan Hidup
Indikator Urusan
Meningkatnya Cakupan Pelayanan Informasi Status Kerusakan
lahan dan / atau tanah untuk produk biomassa
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal.
Penegakan hukum lingkungan
Luas Ruang Terbuka Hijau
Indikator Capaian Pelaksanaan SPM Bidang Lingkungan
Hidup
Pencegahan Pencemaran Air
Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
Penyediaan Informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah
untuk produksi biomassa
Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan hidup
Prosentase (%) jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati
persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air
Sumber: Bapedalda, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
2.3.1.9
Capaian 2012
30%
80%
45%
28,96%
Capaian 2012
40%
25%
30%
30%
Belum ada data
Urusan wajib Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil dilaksanakan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan adalah sebagai berikut :
-
Cakupan penduduk wajib KTP yang telah memiliki KTP dan keluarga yang
telah memiliki kartu keluarga sampai dengan akhir tahun 2011 masingmasing mencapai 90%..
Rasio bayi berakte kelahiran sebanyak 50% dan rasio pasangan berakte
II- 64
peran
perempuan
dalam
pembangunan
menunjukkan
38,51%
40
II- 65
Rasio akseptor KB sebanyak 90% dan rata-rata jumlah anak per keluarga
adalah 2,7 orang.
-
Tabel 2.41
Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Indikator
Capaian 2012
Cakupan Peserta KB Aktif
60%
13.603
II- 66
Tabel 2.43
Pemakai Kontrasepsi Menurut Kecamatan di Kota Baubau Tahun 2011
2.3.1.12
Urusan wajib Bidang Sosial dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Tenagakerja dan
Transmigrasi dan Bagian Administrasi Kesejahteraan rakyat SETDA Kota Baubau.
Capaian pembangunan yang telah dihasilkan sampai dengan akhir tahun 2011
adalah sebagai berikut :
Jumlah Fakir Miskin, KAT dan PMKS yang disertakan dalam usaha ekonomi
produktif (UEP) dan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) serta kelompok usaha
bersama (KUBE) sebanyak 3.734 orang.
Jumlah Panti Asuhan/ Jompo swasta dalam menangani PMKS sebanyak 9 panti.
Tabel 2.44
Indikator Kinerja Urusan Sosial
Indikator
Capaian 2012
60%
0%
Tabel 2.45
Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan Tahun 2011
II- 67
Tabel 2.46
Perkembangan Penyandang Cacat Menurut Jenisnya
Tabel 2.47
Jumlah Panti Asuhan Menurut Kecamatan
di Kota Baubau Tahun 2011
2.3.1.13
II- 68
Indikator
Angka Pertisipasi Angkatan Kerja
Presentase pemeriksaan perusahaan
Presentase pencari Kerja yang terdaftar dan ditempatkan
Sumber: Dinas Sosnakertrans, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
2.3.1.14
Capaian 2012
65,30%
25%
35%
Urusan wajib Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dilaksanakan
oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi & UKM; dan Bagian Administrasi
Ekonomi Sekretariat Daerah Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah
dihasilkan adalah sebagai berikut :
-
Rasio koperasi yang sehat terhadap jumlah koperasi sebesar 60% dan Rasio
koperasi klasifikasi A terhadap jumlah koperasi sebesar 25%.
Jumlah fasilitasi skim kredit investasi UMKM sekitar Rp. 3,08 Milyar.
Tabel 2.49
Indikator Kinerja Urusan Koperasi dan UKM
Indikator
Capaian 2012
Rasio Koperasi Aktif
96%
Rasio Usaha Mikro dan Kecil/ UMKM yang berkembang
16,10%
Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM , Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Koperasi yang ada di Kota Baubau tahun 2011 hanya koperasi primer yang terdiri
dari Koperasi Unit Desa sebanyak 7 buah dengan jumlah anggota sebanyak 2.702
orang dan koperasi non KUD sebanyak 212 buah dengan jumlah anggota
sebanyak 17.354 orang. Jumlah aset koperasi tahun 2011 mencapai 29.382 juta
II- 69
rupiah dengan volume usaha sebesar 32.978 juta rupiah, nilai SHU yang mencapai
3.367 juta rupiah serta modal usaha sebesar 29.045 juta rupiah.
Tabel 2.50 Jumlah KUD dan Non KUD di Kota Baubau Tahun 2011
2.3.1.15
plan)
pengembangan
penanaman
modal.
Jumlah
investor
Capaian 2011
8
25%
II- 70
untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal
untuk penguatan daya saing perekonomian dan mempercepat peningkatan
penanaman modal. Adapun bidang usaha yang dapat dilakukan penanaman
modal adalah bidang usaha yang dinyatakan terbuka,y aitu: (a) Perlindungan
sumberdaya alam, (b) Perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi, (c) Pengawasan produksi dan distribusi, (d)
Peningkatan kapasitas teknologi, (e) Partisipasi modal dalam negeri, serta (f)
Kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Tahun
Tabel 2.52
Jumlah Investor PMDN/PMA diKota Baubau Tahun2011-2012*
Uraian
PMDN
PMA
Total
2010
Jumlah Investor
2011
Jumlah Investor
Tabel 2.53
Jumlah Investasi PMDN/PMA diKota Baubau Tahun 2011-2012
Realisasi
Tahun
JumlahProyek
Nilai Investasi
2010
Na
Rp. 7.290.000.000,-
2011
Na
Rp. 7.415.000.000,-
Tabel 2.54
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2011 s.d 2012 di Kota Baubau
No
1
2
3
Uraian
Jumlah tenaga kerja yang berkerja pada
perusahaan PMA/PMDN Skala Besar dan
menengah
Jumlah seluruh PMA/PMDN Skala Besar dan
menengah
2010
2011
344
354
1:43
1:44,25
yang melakukan investasi, dan didominasi oleh Perusahaan skala kecil dan
II- 71
menengah, dengan total aliran investasi sebesar 154 Milyar rupiah di akhir kwartal
kedua, jika ditinjau sebatas dua skala usaha PMDN/PMA yang termasuk skala
nasional, di Kota Baubau hanya terdapat 1 usaha berupa industri skala Besar,
dan 7 industri skala menengah dengan nilai investasi pada tahun 2011 sebesar
7,290 Milyar Rupiah dan mempekerjakan 354 orang Tenaga Kerja . PMDN atau
usaha yang terbentuk di Kota Baubau didominasi oleh usaha kecil dengan daya
serap tenaga kerja yang relatif rendah, serta usaha menengah yang terbentuk
merupakan usaha yang padat modal dan tidak padat karya.
2.3.1.16
Capaian 2012
15%
20%
2.3.1.17
II- 72
65% sarana dan prasarana olahraga terpenuhi, dimana 60% sarana dan
prasarana olahraga tersebut terpelihara dengan baik
Tabel 2.56
Indikator Kinerja Urusan Kepemudaan dan olah raga
Indikator
Capaian 2012
27%
25%
2.3.1.18
Urusan wajib Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri dilaksanakan
oleh Badan Kesbang dan Politik Kota Baubau, serta Satuan Polisi PP dan Linmas
Kota Baubau. Capaian pembangunan yang telah dihasilkan adalah sebagai
berikut :
-
40%
10%
2.3.1.19
II- 73
Keuangan
Daerah,
Perangkat
Daerah,
Kepegawaian
dan
tersebut
adalah
Sekretariat
Daerah,
Sekretariat
DPRD,
Badan
dialog/audiensi
dengan
tokoh-tokoh
masyarakat,
Tabel 2.58
Jumlah PNS Menurut SKPD dan Golongan
di Pemerintah Kota Baubau Tahun 2011
II- 74
II- 75
Tabel 2.59
Jumlah Pegawai negeri Sipil Menurut Tingkat Pendidikan
di Pemerintah Kota Baubau
Tabel 2.60
Indikator Kinerja Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Indikator
Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
Rasio SDM aparatur yang memenuhi standar kompetensi jabatan
Opini BPK dan publik terhadap pengelolaan keuangan daerah
Penegakan PERDA
Cakupan pelayanan bencana kebakaran daerah
Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan kecamatan
dan kelurahan yang baik
Sistem Informasi manajemen Pemda
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
Capaian 2012
1,39
67%
WDP
40%
62%
70%
20%
panen 2.214 ha yang mencapai hasil produksi sebesar 11.202,84 ton, kemudian
II- 76
Kecamatan Lea-lea dengan luas panen 150 ha yang mencapai hasil produksi
sebesar 624 ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, maka produksi padi
sawah pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 1,21 persen dimana pada tahun
2010 produksi padi sawah sebanyak 12.364,70 ton sedangkan tahun 2011
mencapai 12.214,68 ton.
Tabel 2.61
Produktivitas Tanaman Pangan menurut Kecamatan Tahun 2011 di Kota Baubau
Padi Sawah
Kecamatan
Luas
Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Betoambari
Murhum/
Batupoaro
Wolio
Kokalukuna
Sorawolio
Bungi
Lea-Lea
Padi Ladang
Produktivitas
(ton/ha)
Luas
Panen
(ha)
Produksi
(ton)
96
2.214
150
388
11.203
624
2.460
2.516
2.040
1.951
1.860
12.214,68
12.364,70
10.274,56
9.811,51
9.281,00
Jagung
Produktivita
s (ton/ha)
Luas
Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
16
36
23
16
20
40
51
42
371
-
1.187
-
32
-
54
14
70
15
126
113
28
182
105
284
21
20
26
70
23
132,6
39,0
49,3
49,3
49,0
371
346
562
706
650
1.187,20
891,85
2.050,59
2.419,53
2.362,12
32,0
28,1
36,4
36,3
36,2
287
198
277
287
578
727,90
446,42
363,00
640,53
1.170,90
179,50
23,10
22,10
22,20
22,20
Kota Baubau
2011
2010
2009
2008
2007
2.3.1.21
II- 77
dalam
Bauba
Dalam
Angka,
Kecamatan
dalaam
Angka,
Indeks
Capaian 2012
27 dokumen
II- 78
Capaian 2012
78,00%
Indikator
Tabel 2.66
Indikator Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika
Capaian 2012
16%
80%
60%
unit khusus
Tabel 2.67
Capaian Pengembangan e-Government Kota Baubau
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Tahap
Pra Kondisi + Infrastruktur Jaringan Infrastruktur
Jaringan +
Data
Infrastruktur Aplikasi/ Suprastuktur
Suprastruktur
Pemantapan
E-Gov
-
II- 79
Capaian
Pembangunan Infrastruktur Dasar dan koneksi internet
Pembangunan 2 hotspot area publik
Pembangunan website KDH
Pengembangan Jardiknas
Pembangunan media teleconference
Penyusunan Blueprint Pengembangan e-Government Kota Baubau
Pembangunan WAN (Wide Area Network) seluruh SKPD
Revitalisasi Website resmi pemerintah daerah
Pembangunan beberapa website SKPD, Institusi, dan event
Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah
Pembentukan Tim IT Pemkot Baubau
Pembuatan Profil Interaktif Pemerintah Kota Baubau melalui Media
Touchscreen
Peningkatan Kapasitas Tim Teknis Pengelola Jaringan
Riset dan Development 18 Aplikasi e-Government - kerjasama dengan
Depkominfo
Pelatihan IT pada siswa SMA Kerjasama dengan Kota Seoul
Pembangunan Website SEKDA, Kominfo, dan Perijinan
Pembentukan UPT-PPTI melalui Perwali Nomor 13 Tahun 2011
Pembangunan Infrastruktur WAN tingkat kecamatan
Pengembangan Infrastruktur Pendukung implementasi e-KTP
Pengembangan Website Tata Kota dan Website promosi Osiymobaubau
Implementasi Telepon VoIP di Sekretariat Daerah
Pembangunan Wireless CCTV Tahap I-pemantauan kawasan Kotamara
Pengembangan Server e-library dan e-Procurement
Pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Perijinan
Pembangunan Telepon VoIP Tahap II meliputi SKPD dan Kecamatan
Pembangunan Digital Library
Implementasi Sistem Informasi surat menyurat (e-Office) lingkup
Pemkot Baubau
Pembangunan Wireless CCTV Tahap II - pemantauan Kota dan
Beberapa perempatan jalan terpadat
Implementasi Lelang Online (e-procurement)
http://lpse.baubaukota.go.id
2.3.1.25
Capaian 2012
1
98
1.210
32
6.500
II- 80
Murhum
Wolio
Kokalukuna
Sorawolio
Bungi
Lea-Lea
Kecamatan (Ha)
Jumlah
Sawah Berpengairan
Teknis
Setengah Teknis
Sederhana/PU
Irigasi Desa/Non PU
Tadah Hujan
100
100
-
1.062
615
117
137
193
74
90
65
10
15
-
1.252
615
182
247
208
74
Jumlah
200
2.198
180
2.578
Jenis Hutan
II- 81
yang mengalami penurunan untuk populasi. Tahun 2011 populasi kambing dan
babi mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yakni masing-masing
sebesar 1,92 persen dan 3,58 persen, sedangkan untuk ternak sapi, mengalami
penurunan populasi dibanding tahun sebelumnya yakni sebesar 26,52 persen.
Untuk ternak unggas yang mengalami penurunan yaitu ayam ras sebesar 91,02
persen, sedangkan ayam kampong mengalami peningkatan sebesar 1,87 persen
dan itik/itik manila juga mengalami peningkatan sebesar 3,94 persen. Untuk
produksi daging ternak besar dan kecil serta unggas mengalami penurunan yaitu
untuk ternak besar dan kecil sebesar 18,53 persen, sedangkan ternak unggas
mengalami peningkatan sebesar 9,00 persen. Demikian pula dengan produksi
telur unggas juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,52 persen dari
2.016.500 kg pada tahun 2010 naik menjadi 2.087.500kg tahun 2011
Tabel 2.70
Indikator Kinerja Urusan Pertanian
Indikator
Capaian 2012
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal
lainnya per hektar (Ton/ tahun)
Cakupan pembinaan kelompok petani
372
40%
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
2.3.2.2
Lea-Lea
Bungi
Sorawolio
Kokalukuna
Wolio
Murhum/
Batupoaro
Jenis Hutan
Betoambari
Kecamatan
Jumlah
117
30
-
1.086
990
-
305
488
1.273
2.325
2.715
-
531
2.143
378
-
627
-
3.480
4.468
4.791
488
848
995
907
2.983
943
1.736
4.059
10.372
2.240
5.292
2.785
3.412
13.774
27.001
II- 82
Hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi seluas 770 Ha dan penyedian bibit
tanaman untuk rehabilitasi sekitar 63.000 pohon.
40%
23%
Sumber: DInas Pertanian dan Kehutanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
2.3.2.3
Jumlah hasil
laterit nikel sebesar 374.736 ton, dan kelompok usaha pertambangan yang
terbina sebanyak 15 kelompok.
-
2.3.2.4
II- 83
Tabel 2.74
Banyaknya Wisatawan Menurut Akomodasi yang digunakan
di Kota Baubau Tahun 2011
5%
5%
2.3.2.5
II- 84
Meskipun Kota Baubau hanya memiliki wilayah lautan seluas 200 mil,
namun potensi perikanan yang berasal dari daerah sekitarnya (khususnya
Kabupaten Buton) terakumulasi di kota ini. Berbagai produksi perikanan berupa
ikan pelagis, demersal, Rumput laut, mutiara, serta hasil lainnya. Dengan garis
pantai sepanjang sekitar 42 Km, Kota Baubau berpotensi menjadi penghasil
rumput laut, Wilayah pengembangan budidaya rumput laut di Kota Baubau
tersebar pada berbagai kelurahan yang terletak di daerah pesisir, yaitu Kelurahan
Palabusa, Kalialia, Kolese LowuLowu, Lakologou, Waruruma, Sukanaeyo, Liwuto,
Nganganaumala, Wameo, Tarafu, Bone-Bone , Katobengke, Lipu, dan Sulaa. Luas
areal perairan pantai Kota Baubau yang potensial untuk pengembangan budidaya
rumput laut sekitar 960 Ha dan Kota Baubau menjadi pusat perdagangan Rumput
laut dari lahan potensial seluas 9.040 Ha di wilayah Kepulauan Buton dan sekitarnya.
Hasil produksi perikanan di Kota baubau pada tahun 2011 mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 31,32 persen, dimana
hasil produksi tahun 2010 sebanyak 9.045,69 ton sedangkan pada tahun 2011
mencapai 11.878,52 ton. Hasil perikanan laut yang paling tinggi selama tahun 2011
terdapat di Kecamatan Murhum/Batupoaro yang mencapai 5.625,81 ton.
Sedangkan perikanan darat hanya dihasilkan di Kecamatan Bungi, Lea-Lea dan
Sorawolio yaitu sebesar 18,06 ton.
Tabel 2.76
Produksi Perikanan Laut dan Darat menurut Kecamatan dan Subsektor
di Kota Baubau (ton)
Kecamatan
Betoambari
Perikanan Laut
2010
Perikanan Darat
2011
2010
Jumlah
2011
2010
2011
955,92
1.186,54
955,92
1.186,54
4.054,70
5.625,81
4.054,70
5.625,81
Wolio
207,24
290,20
207,24
290,20
Kokalukuna
2.556,82
3.401,02
2.556,82
3.401,02
2,10
3,41
2,10
3,41
Bungi
224,09
263,05
5,00
8,11
229,09
271,16
Lea-Lea
1.046,92
1.111,90
4,00
6,55
1.050,92
1.118,45
9.045,69
11.878,52
11,10
18,07 9.056,79
11.896,59
Murhum/ Batupoaro
Sorawolio
Kota Baubau
II- 85
oleh Dinas kelautan dan Perikanan Kota Baubau. Capaian pembangunan yang
telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
- Terbinanya10 kelompok ekonomi masyarakat pesisir per tahun
- Jumlah produksi perikanan budidaya mencapai 3.520 ton/tahun
- Jumlah produksi perikanan tangkap di perairan laut maupun perairan umum
9.673,24 ton,melalui pengembangan karamba budidaya, Budidaya benih
bandeng umpan, Pengadaan kapal penangkap ikan 5 GT, dan alat
penangkapan ikan, alat pendeteksi ikan (Fish Finder);
- Jumlah pelaku usaha penangkapan ikan yang menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan sebesar 50%.
- Terbinanya 2 asosiasi pemasaran dan pengolahan hasil produksi perikanan
Tabel 2.77
Indikator Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan
Indikator
Capaian 2012
Produksi perikanan budidaya
3.520 ton
1.156 ton
7%
Sumber Daya Laut Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Yang Terkelola
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
707.337.070.000
30%
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
Tabel 2.79
Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor melalui Pelabuhan Baubau
II- 86
Tabel 2.80
Perkembangan Volume dan Nilai Impor melalui Pelabuhan Baubau
II- 87
sebesar 3.592,62 ton dengan nilai sebesar 37.062.941 ribu rupiah dan komoditi
yang terkeciladalah peternakan yaitu sebesar 2 ton dengan nilai sebesar 10.000
ribu rupiah
Tabel 2.81
Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau
Menurut Jenis Komoditas Tahun 2011
Perindustrian,
Koperasi &
UKM
Kota Baubau.
Capaian
pembangunan yang telah dihasilkan sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai
berikut :
-
Jumlah IKM yang menggunakan teknologi tepat guna (TTG) sebanyak 41 unit
30%
7%
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM, Bappeda Kota Baubau (2012), Diolah
II- 88
industri
besarsejak
tahun
2007
hingga
tahun
2011
tidak
perkapita
merupakan
salah
satu
komponen
dalam
II- 89
tiap
sektor
dalam
rangka
mendorong
perekonomian
suatudaerah.Produktivitasdaerahpersektor(9sektor)merupakanjumlahPDRBdaris
etiap sektor dibagidenganjumlahangkatankerjadalamsektor yangbersangkutan.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, dan Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan tiga sector yang memiliki
Produktivitas Sektoral tertinggi dengan rata-rata capaian diatas 100, yang
berarti bahwa tenaga kerja di sektor tersebut merupakan tenaga kerja dengan
tingkat
produktivitas
sekaligus
income
tertinggi.
Sedangkan
Pertanian
pertumbuhan ekonomi.
Secara kumulatif, produktivitas total Kota Baubau menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang cukup berarti, dalam 5 tahun (2007-2011) tingkat
produktivitas Kota Baubau meningkat 57,41%. Peningkatan tertinggi terjadi pada
II- 90
Dengan tingkat produktivitas daerah 43,21 pada tahun 2011, capaiannya diatas
rata-rata provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional.
Tabel 2.85
Perkembangan Produktivitas Daerah Kota Baubau Tahun 2007-2011
Produktivitas Sektoral
2007
Pertanian
2008
2009
2010
2011
21,38
21,19
27,40
28,31
26,94
14,11
12,18
32,69
24,24
26,31
10,83
14,49
13,99
14,43
17,84
362,58
52,55
101,91
115,12
102,66
Konstruksi
53,74
91,65
121,56
99,04
121,33
27,34
28,65
33,14
34,81
40,95
24,47
30,19
38,41
43,27
36,63
60,18
157,96
92,45
125,00
129,54
Jasa-Jasa
25,89
30,41
10,40
36,84
39,18
27,45
31,80
24,56
40,22
43,21
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air bersih
Kota Baubau
Sumber: BPS, PDRB Tahun 2007-2011, diolah
merupakan
salah
satu
indikator
untuk
melihat
tingkat
2011
2012
119,53.
133,41
136,83
139.80
142,78
116,47
121,37
127,50
130.08
134,41
109,93
107,32
107.47
106,23
NTP
Semakin
tinggi
NTP,
secara
relatif
semakin
kuat
pula
tingkat
kemampuan/daya beli petani. Jika dilihat dari Indeks Harga yang Diterima
Petani (It) pada Desember 2012. Tiga subsektor mengalami kenaikan, satu
RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KOTA BAUBAU
TAHUN 2013-2017
II- 91
Uraian
Bank Umum
BRI
BNI '46
BPD
Mandiri
BTPN
Panin
BSM
Bank Perkreditan
Bank
Gandalata
Banteramas
2008
3
2009
9
2010
9
2011
10
2012
12
Keterangan
3
1
1
1
5
1
1
1
6
1
1
1
0
0
0
4
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
2
6
1
1
1
1
1
1
2
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Bank Syariah
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Tabel 2.88
Posisi Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang Diberikan Bank Umum
menurut Skala Usaha di Kota Baubau (Juta Rp)
Wilayah dan Kriteria Usaha
2011
2012
438.068
-Mikro
115.809
120.329
- Kecil
171.989
216.646
-Menengah
13.700
101.093
# SULAWESI TENGGARA
2.870.750
3.714.685
-Mikro
712.849
773.267
-Kecil
1.433.396
1.764.035
-Menengah
724.506
1.177.383
II- 92
Tabel 2.89
Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum dan BPR
Berdasarkan Lokasi Kantor Penghimpun Dana (Juta Rp)
Wilayah dan Jenis Simpanan
# KOTA BAUBAU
Nominal
Giro
Rekening (satuan)
Simpanan Nominal
Berjangka Rekening (satuan)
Nominal
Tabungan
Jumlah bilyet (satuan)
# SULAWESI TENGGARA
Nominal
Giro
Rekening (satuan)
Simpanan Nominal
Berjangka Rekening (satuan)
Nominal
Tabungan
Jumlah bilyet (satuan)
2008
2009
2010
2011
548.807
97.328
1.081
126.511
1.027
324.967
44.069
3.712.018
714.534
9.033
686.612
5.376
2.310.872
416.562
621.086
86.116
1.283
134.337
1.040
400.633
51.225
4.512.745
605.282
10.156
953.021
6.085
2.954.442
503.501
1.269.065
182.725
1.444
227.591
1.539
858.749
130.510
5.918.558
835.800
10.776
1.225.442
7.306
3.857.316
695.035
1.612.786
257.757
1.598
267.941
1.586
1.087.088
141.479
8.292.382
1.205.665
12.165
1.801.395
8.351
5.285.323
788.445
2012
1.731.063
316.979
1.702
298.634
1.782
1.115.450
133.891
9.706.350
1.556.685
12.712
1.931.263
9.151
6.218.402
942.930
II- 93
fungsinya masing-masing.
Tabel. 2.90
Rasio Ketaatan terhadap RTRW Tahun 2008-2012
No
Uraian
1
Realisasi RTRW
2 Rencana Peruntukan RTRW
Rasio
2008
45%
100%
45
2009
50%
100%
50
2010
58%
100%
58
2011
69%
100%
69
2012
75 %
100%
75
Sebagai Bagian Integral dari Ruang Wilayah Nasional dan Ruang Wilayah
Propinsi, perencanaan dan pemanfaatan ruang Kota Baubau juga merupakan
bagian dari Perencanaan RTRW Provinsi Sulawesi tenggara 2011-2031, pada
dokumen tersebut diuraikan bahwa pada Struktur Ruang Sulawesi Tenggara,
Kota Kendari dan Kota Baubau berperan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dengan indikasi Program pengembangan Kota Baubau dalam RTRWP
sebagaimana diuraikan pada tabel 2.91 berikut ini:
Tabel 2.91
Indikasi Program Perwujudan Struktur Ruang Provinsi Sultra
Lingkup PKNp-Kota Baubau
No
Tahap
Pelaksanaan
2011- 20162015 2020
Program
1
2
3
No
Tahap
Pelaksanaan
2011- 20162015 2020
Program
II- 94
23
pusat
pelayanan,
jaringan
prasarana
transportasi,
kelistrikan,
II- 95
Tabel. 2.92
I.2
I.2.1
1
2
3
4
5
6
7
Lokasi
Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2020
BWK I
BWK II
BWK III
BWK IV
BWK V
BWK VI
BWK VII
Kecamatan Murhum
Kecamatan Betoambari
Kelurahan Sukanayo dan Liwuto
Kecamatan Murhum dan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Lea-Lea
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kecamatan Wolio
Kec. Betoambari, Wolio, Kokalukuna
Kecamatan Murhum
Kecamatan Murhum
Kecamatan Betoambari
Kecamatan Betoambari
Kecamatan Kokalukuna
Kecamatan Murhum
Kecamatan Murhum
Kecamatan Betoambari
No
II
II.1
II.1.1
II.1.2 Terminal
II.3
III
IV
Rencana Jaringan
Lokasi
II- 96
Kecamatan Bungi
Kecamatan Bungi dan Sorawolio
Kecamatan Wolio
Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2020
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Kecamatan Wolio
Kecamatan Kokalukuna
Kecamatan Betoambari, Murhum,
Wolio, dan Lea-Lea
Kecamatan Betoambari
Kecamatan Betoambari
Kecamatan Betoambari
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
No
VI
VI.1
Lokasi
II- 97
Kecamatan Wolio
Seluruh Kecamatan
Kecamatan Murhum, tan Kokalukuna,
Lea-Lea
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2020
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Sungai Baubau dam Sungai Bungi
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Seluruh Kecamatan
Kecamatan Murhum, =Wolio, = Bungi,
dan Kecamatan Lea-Lea
Kecamatan Betoambari, Murhum,
Kecamatan Wolio, Kecamatan
Kokalukuna, Kecamatan Bungi,
Kecamatan Lea-Lea
Seluruh Kecamatan
Kecamatan Murhum, Betoambari, dan
Wolio
Seluruh Kecamatan
Gambar 2.17
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Baubau
II- 98
II- 99
II- 100
Tabel. 2.93
Rencana
Pola Ruang
Rencana Kawasan
Lindung
Perwujudan Kawasan
Lindung
Lokasi
Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Kota Baubau
Rencana Kawasan
Budi Daya
Perumahan
No
Rencana
Pola Ruang
3 Penataan Permukiman
Lokasi
1.
2.
3.
4.
II.2
II.3
II.4
II.5
Perkantoran
Industri
Pariwisata
II- 101
Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010
No
Rencana
Pola Ruang
Lokasi
II- 102
Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010
No
Rencana
Pola Ruang
II.6
II.7
Peruntukan Lainnya
Lokasi
II- 103
Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010
Rencana
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program
Pola Ruang
II.7.1 Ruang Untuk Evakuasi 1 Penyediaan rambu, marka dan fasilitas dan prasarana evakuasi bencana.
Bencan
2 Sosialisasi pelaksanaan evakuasi bencana secara berkala.
II.7.2 Pertanian
1 Pengembangan komoditi perkebunan, peremajaan dan rehab. tanaman.
Perkebunan
2 Peningkatan produksi ternak untuk kebutuhan domestic
3 Pengembangan sentra budidaya perikanan laut
4 Pengembangan sentra budidaya perikanan air tawar
5 Rehabilitasi dan konservasi sumber daya pesisir dan laut.
6 Pengembangan sentra-sentra produksi komoditas pertanian dan
perkebunan
7 Pengembangan kemampuan pertanian melalui pelaksanaan diklat bagi
aparat dan petani
8 Pembangunan infrastruktur penunjang upaya pengem-bangan teknologi
inseminasi buatan
9 Pengembangan pelabuhan perikanan/TPI/PPI
10 Pembangunan balai benih
11 Pemetaan & pemantapan lahan sawah beririgasi teknis& lahan produktif
lainnya
II.7.3 Pertambangan
1 Inventarisasi daerah yang berpotensi untuk usaha pertambangan dan
berada pada kawasan hutan lindung.
2 Rehabilitasi lahan pasca tambang.
3 Penetapan aturan zonasi penambangan rakyat yang diijinkan agar tidak
menimbulkan dampak lingkungan.
II.7.4 Peruntukan
1 Pendidikan
Pelayanan Umum
a Peningkatan kualitas pendidikan
b Perencanaan pembangunan perguruan tinggi (politeknik)
c Perencanaan pembangun-an pusat pendidikan tinggi
d Pembangunan pusat penelitian perikanan dan kelautan
2 Kesehatan
a Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
b Perencanaan penambahan fasilitas kesehatan skala kota
3 Peribadatan
a Peningkatan kualitas fisik tempat peribadatan
b Perencanaan penambahan fasilitas peribadatan skala kota
4 Perdagangan dan Niaga
a Pengembangan fasilitas pasar tradisional-modern
b Pengaturan bangunan Ruko Ruko
c Penataan pasar ikan
d Perencanaan lokasi untuk pedagang Kaki Lima
No
Lokasi
II- 104
Waktu Pelaksanaan
2010-2015 2016-2010
II- 105
memperhitungkan
penyediaan
fasilitas
lingkungan
maka
II- 106
2010-2012 yang pendanaannya berasal dari APBD Kota, Propinsi dan APBN
antara lain adalah Pertama Pembangunan NSD di Palagimata, Kedua
Pembangunan Rusunawa MBR di kelurahan Tarafu.
Terkait penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Baubau, sebagaimana
diuraikan pada Rencana Pembangunan Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
tahun 2013-2017, Kepadatan bangunan tertinggi terdapat di sepanjang jalan Jl. Yos
Sudarso dan RA Kartini sebagai Kawasan Pusat Kegiatan. Karena tingginya nilai lahan
dan intensitas kegiatan di kawasan tersebut (sebagai kawasan komersial), maka KDB
minimal yang diharuskan adalah 80%, sedangkan KDB maksimal yang diijinkan
mencapai 90%.Selanjutnya KDB untuk kawasan perdagangan eceran di BWK I dan
BWK II ditetapkan antara 60% hingga 80%. Untuk kawasan industri KDB mencapai
40-60% demikian pula kawasan komersial pada pusat pelayanan jenjang kedua.
Khusus pengaturan KDB di kawasan perumahan terbagi menjadi tiga, yaitu
intensitas tinggi (KDB 60%-80%), intensitas sedang (KDB 40%-60%) dan intensitas
rendah (KDB >40%). Perumahan yang termasuk dalam kategori intensitas tinggi
adalah perumahan dengan kepadatan penduduk diatas 80 jiwa/Ha yaitu
perumahan di BWK II. Demikian pula perumahan satu lapis sepanjang jalan
arteri. Perumahan kategori intensitas sedang antara lain perumahan di
Waruruma dan Bukit Wolio Indah. Sisanya perumahan dianggap sebagai
perumahan intensitas rendah dan diatur dengan KDB maksimal 40%.
C. Penanganan Limbah Perkotaan
Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kota Baubau dibedakan menjadi
air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air limbah yang
berasal dari kegiatan domestik lebih besar dari kegiatan industri namun
demikian air limbah hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi
pada umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi, termasuk
didalamnya kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit.
Tabel 2.94
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Kota Baubau Tahun 2012
Prasarana/Sarana
Jumlah
Kapasitas
(Volume)
4000
100 Ton
Pengelola
Truk Tinja
1
Dinas Kebersihan
IPLT
1
IPAL
1
Dinas Kebersihan
Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamaman, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kota Baubau,2012
II- 107
Sarana Sanitasi
3 MCK-Plus
MCK
IPAL
3 IPAL dan MCK
Plus
2 MCK-Plus
2 MCK-Plus
3 ipal komunal
MCK-Plus
2012
Lokasi
Kelurahan Tomba, Bataraguru dan Nganganaumala
Kelurahan Bataraguru
Kelurahan Kaobula
Kelurahan Kadolokatapi, Tarafu dan Nganganaumala
Kelurahan Lamangga dan Wameo
Pesantren al Amanah Kelurahan Liabuku dan Panti
asuhan al Muslimin di kelurahan Bone bone
Kelurahan Sulaa, Waborobo dan Bone bone
kelurahan lakologou
Pengelolaan air limbah saat ini dilakukan pada taraf yang efektif. Namun
demikian, kinerja dari setiap tahapan kegiatan dan pelaksana kegiatan harus
tetap ditingkatkan untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan. Pelayanan
air limbah di Kota Baubau melalui sarana dan prasarana seperti jamban
keluarga dan jamban umum yang berada ditempat-tempat umum seperti pasar,
terminal dan tempat-tempat umum lainnya. Saat ini, penduduk Kota Baubau
membuang air limbahnya keberbagai macam saluran pembuangan yang ada.
Sebagian ada yang membuangnya langsung kesungai/kali dan sebagian lagi ada
yang membuang ke saluran drainase dan yang sudah tersedia salurannya
membuang
kesaluran
Pengumpulan
Pengolahan
Jamban
Septik tank
MCK (%) Lain-Lain
Cubluk (%)
Keluarga (%)
(%)
79,5
15,5
5
86,13
8,18
5,69
95,35
3,57
1,08
73,33
17,5
9,17
65
14,5
20,5
62,5
15,62
21,88
70
23
7
Sumber Data : Hasil Studi EHRA Kota BauBau tahun 2012
Betoambari
Murhum- Batupoaro
Wolio
Kokalukuna
Bungi
Sorawolio
Lea-Lea
57
87,27
95
82,08
34
56,87
85,5
20
2,5
1,42
6,66
39
21,87
2,5
Lain-Lain
23
10,23
3,58
11,26
27
21,26
12
II- 108
D. Penanganan Persampahan
4.
5.
6.
7.
8.
SARANA/FASILITAS
Volume Produksi Sampah Setiap Hari
Volume Sampah Terangkut
Armada Sampah
- Mobil Sampah
- Tempat Pembuangan Sampah Sementara
- Tempat Pembuangan Sampah Akhir
- Doser
Jumlah Tenaga Pengelola Sampah
Kapasitas Tampung TPA
Kapasitas Tampung TPS
Rumah Tangga
Kapasitas Mobil Angkut
VOLUME
135,78 m
73 % = 186 m
15 Unit
164 Unit
1 Unit
1 Unit
114 Orang
480.000 m3
3 m
5 100 Kg
7 m
Tabel 2.98
Sumber dan Produksi Sampah di Kota Baubau Tahun 2007-2011
Tahun
Pasar
Kantor
Jalan
Toko
Total
2007
232,016
11,601
116
2,320
2,320
248,373
2008
245,696
12,285
123
2,456
2,456
263,016
2009
260,184
13,009
130
2,602
2,602
278,527
2010
275,526
13,776
138
2,755
2,755
294,950
2011
291,774
14,589
146
2,918
2,918
312,345
terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota.
II- 109
terkait
dengan
daerah
tangkapan
(Cathment
Area).
Misi
Primer
Tersier
8 ruas
2.480 m
Panjang Saluran
39.052 m
Secara umum Kota Bau Bau memenuhi kebutuhan air minumnya dari 3
(tiga) jenis sumber yaitu : (a) Sistim
dikelolaoleh PDAM dan Masyarakat, (b) Air permukaan, Sungai Bau Bau dan
beberapa sungai-sungai kecil, serta (c) Air tanah, terutama melalui sumur
dangkal. Secara umum sistim penyediaan air minum Kota Baubau sesuai dengan
kondisi topografi dibagi dalam 7 (tujuh) Zona wilayah pelayanan dan 2 (dua)
wilayah pelayanan khusus, sebagaimana diuraikan pada tabel 2.99.
Pemakaian air perhari setiap SR untuk domestik 960.300 liter dengan
pemakaian perorang setiap hari rata-rata 90 liter/orang/hari sedangkan untuk
non domestik sangat tinggi hal ini dipengaruhi oleh pelayanan pelabuhan yang
rata-rata perbulan 9.800 m3 atau 350.000 liter/hari. Berdasarkan data PDAM
Kota Baubau tingkat kebocoran rata-rata 25 30 % perbulan dengan waktu
pelayanan untuk pelabuhan 24 jam sedangkan untuk domestic 10 jam perhari.
Rata-rata pemakaian persambungan SR 300 liter 475 liter setiap hari
persambungan. Beberapa sumber air baku yang belum dimanfaatkan di Kota
Bau Bau yaitu :Mata Air Samparona Kapasitas sumber 120 Liter/detik, Mata Air
Ntowu-Ntolibu Kapsitas sumber 80 liter/detik, Mata Air Waruruma Kapasitas 15
liter/detik, Mata Air Waeni kapasitas 60 liter/detik, Mata Air Rumbia Kapasitas 20
liter/detik dan Air Permukaan Kali Baubau
II- 110
Tabel 2.100
Pembagian Zona Pelayanan Air Minum Kota Baubau
Zona
Sumber
Wilayah
Air permukaan Sungai Baubau
Pelayanan dengan kapasitas debit 100120 l/s;
I
dan kapasitas produksi 5 l/s.
Air tanah (Mata Air Mata I dan II,
Wilayah
Mata Air Kasombu) dengan
Pelayanan
kapasitas debit 80100 l/s; dan
II
kapasitas produksi 7,5 l/s.
Wilayah
Air tanah (Mata Air Rumbia)
Pelayanan dengan kapasitas debit 10 20 l/s;
III
dan kapasitas produksi baru 5 l/s
Wilayah
Air tanah (Air Waeni) dengan total
Pelayanan
kapasitas debit 75 100 l/s; dan
IV
kapasitas produksi baru 5 l/s.
Wilayah
Air tanah (Mata Air Wamembe)
Pelayanan dengan total kapasitas debit 15
V
20 l/s; dan kapasitas produksi 7,5 l/s
Wilayah Air tanah (Mata Air Waeni) dengan
Pelayanan total kapasitas debit 60 75 l/s; dan
VI
kapasitas produksi baru 5 l/s.
Wilayah
Pelayanan
VII
Wilayah
Air tanah (Mata Air Jatuh) dengan
Pelayanan total kapasitas debit 50 75 l/s; dan
Khusus I
kapasitas produksi baru 5 l/s
Wilayah
Pelayanan
Khusus II
Cakupan Pelayanan
PDAM Baubau
Tingkat
Layanan
3,45 % **
2,41 % **
Kecamatan Sorawolio
46,91%.
41,12%
37,16%
52,32%
61,43 %
Kelurahan Waborobo
Bangunan
Watertriment,
Instalasi
Pengolahan
Air
dan
Kondisi sistim penyediaan air minum sistim non perpipaan menganut sistim
II- 111
Uraian
Rumah Tempat Tinggal
Hotel, Obyek Pariwisata, Toko
Perusahaan dan Industri
Badan-Badan Sosial, RS, dan Rumah
Sakit Umum
Instansi Pemerintah
5
Lainnya
Sumber : PDAM Kota Baubau, 2012
2008
2009
2010
2011
674.994
198.336
1.505.479
449.757
1.282.058
218.214
86.490
65.503
169.019
33.868
70.816
52.769
58.317
32.856
91.169
11.978
752.545
1.334.430
- 989.709
mobilitas
penduduk
dalam
mengadakan
hubungan
perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Panjang jalan tahun 2011 di Kota
Baubau secara keseluruhan sepanjang 243,13 km, yang terdiri dari jalan beraspal
sepanjang 195,26 km (80,31%), dan Kerikil 47,84 km (19,68%). Kalau dilihat dari
kondisi jalan di Kota Baubau, kondisi jalan yang baik sepanjang 211.66 km,
sepanjang 19,25 km dalam kondisi sedang kemudian sepanjang 12,22 km dalam
kondisi rusak, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.99 dan 2.100 Sarana
angkutan darat seperti kendaraan bermotor disamping dapat digunakan oleh
masyarakat sebagai angkutan penumpang, juga dapat digunakan sebagai
angkutan barang, baik barang produksi pabrik maupun barang hasil produksi
II- 112
Tabel. 2.102
Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan di Kota Baubau tahun 2008-2012
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012*
1
Panjang Jalan (Km)
290,953
265,749
216,53
243,13
262,31
2
Jumlah Kendaraan (unit)
12.776
14.802
20.857
21.369
25.410
Rasio 1/2
0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Dinas PU Kota Baubau, 2011
Keterangan : angka 2012 merupakan angka sementara
Tabel 2.103
Perkembangan Panjang Jalan Kota Baubau
Menururt Jenis Permukaan, Kondisi dan Status Jalan Tahun 2010-2011
Keadaan
Status Jalan
JALAN PROPINSI (KM)
2010
2011
JENIS PERMUKAAN
a. Diaspal
b. Kerikil
c. Tanah
d. Tidak dirinci
Jumlah
62,076
62,076
62,076
62,076
130,787
23,663
154,45
133,206
47,844
181,05
47,96
6,076
8,04
62,076
53,5
6,076
2,5
62,076
122,264
20,597
11,589
154,45
158,16
13,17
9,72
181,05
KONDISI JALAN
a. Baik
b. Sedang
c. Rusak
d. Rusak Berat
Jumlah II
Tabel 2.104
Prasarana Jembatan di Kota Baubau
Nama Jembatan
Jembatan Gantung
Jembatan Tengah
Jembatan Baley
Nama Ruas
Jl.Kartini/Murhum
Jl. Bataraguru
Jl. Monginsidi
Dimensi
TotalPanjang (m)
67,6
59
31,1
Lebar( m )
11,2
9
9
Jembatan tomba
Jembatan Air jatuh
Jembatan Jabar Rahma
Jl. Monginsidi
Jl. Anoa
II- 113
10,8
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012*
Mobil Penumpang
166
187
285
335
395
Mobil Barang
576
597
605
480
511
Mobil Bus
544
783
1.013
1.016
1264
Sepeda Motor
11.480
13.235
18.954
19.538
21.275
II- 114
II- 115
Tabel 2.106
Perkembangan Jumlah Penumpang Melalui Dermaga dan Bandara
di Kota Baubau Tahun 2008-2012
Arus Penumpang yang Datang
dan Berangkat
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012*
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
Dermaga/
Pelabuhan
(orang)
489.804
372.991
510.414
414.833
473.934
429.655
500.100
445.723
492.165
474.055
Bandara
(orang)
6.805
4.710
5.778
5.250
37.058
34.872
48.750
43.658
63.877
58.739
Jumlah
496.609
377.701
516.192
420.083
510.992
464.527
548.850
489.381
556.042
532.794
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Kantor Pelabuhan, 2011; Bandar Udara Betoambari, 2011
tSarana Bandar Udara yang ada di Kota Baubau yang dapat disinggahi
pesawat udara sebagai angkutan penumpang dan barang adalah Bandar
UdaraBetoambari yang dapat menghubungkan Baubau dan Makassar sebagai
pelabuhan transit. Kunjungan pesawat udara yang datang melalui Bandara
Betoambari selama tahun 2011 dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.431 kali
dengan jumlah penumpang datang sebanyak 48.750 orang dan 43.658 orang
yang berangkat. Jumlah lalulintas untuk bagasi melalui bandara Betoambari
tahun 2011 mencapai 388.532 kg bongkar dan muat sebanyak 279.774 kg
Tabel 2.107
Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Melalui Dermaga dan Bandara di
Kota BaubauTahun 2008-2012
Arus Bongkar Muat
Dermaga/
Bandara (Kg)
Jumlah
Barang
Pelabuhan (Ton)
Bongkar
186.349,31
59.930,00
246.279
2008
Muat
1.558.012,70
23.606,00
1.581.619
Bongkar
263.404,42
45.484,00
308.888
2009
Muat
1.788.097,14
35.969,00
1.824.066
Bongkar
551.126,43
256.604,00
807.730
2010
Muat
902.955,93
197.608,00
1.100.564
Bongkar
186.725,32
388.532,00
575.257
2011
Muat
486.938,48
279.774,00
766.712
Bongkar
369.113,88
486.869,00
855.983
2012*
Muat
159.410,10
366.775,00
526.185
Sumber : Baubau dalam Angka 2009-2012, Kantor Pelabuhan, 2011; Bandar Udara Betoambari , 2011
Tahun
Bungi,
Sorawolio,
kokalukuna,
dan
Lea-lea,
dan
Sektor
II- 116
Uraian
Tanah Sawah
Bangunan dan Halaman
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Padang Rumput
Rawa
Tambak, Kolam, Tebat dan Empang
Lahan yg sementara tidak diusahakan
Lahan tanaman kayu-kayuan
Hutan Negara
Perkebunan
Lainnya
Luas Wilayah Produktif
Luas Seluruh Wilayah Budidaya
Rasio
2008
1.157
1.735
3.174
1.303
463
37
71
252
981
9.575
1.957
855
8.643
10.667
81,03%
2009
1.147
2.115
3.002
1.293
494
48
67
481
984
9.889
1.954
626
8.447
11.091
76,16%
2010
1.380
2.261
2.646
1.306
409
37
59
478
696
9.822
1.875
1.131
7.962
10.738
74,15%
2011
1.326
2.906
2.855
1.293
373
31
59
502
683
9.828
1.729
2.244
7.945
11.384
69,79%
2012
1.271
2.673
2.424
1.128
179
31
53
448
374
9.785
1.521
2.215
6.771
9.923
68,24%
447
429
45
337
-
587
20
3
-
720
475
345
-
141
454
228
-
100
303
1.025
344
1
1
1.136
318
196
215
5
15
34
90
390
256
116
2
15
24
1.326
2.906
2.855
1.293
373
31
59
200
103
199
502
300
- 5.860
107
150
14
41
789 1.920
930 2.424
84,84 79,21
212
1.742
463
332
2.256
2.692
83,80
171
971
578
55
1.235
1.839
67,16
683
9.828
1.729
2.244
7.945
11.384
69,79
1.255
244
32
718
1.165
61,63
5
182
30
11
25 1.002
612 1.722
4,08 58,19
Jumlah
Lea Lea
9
10
11
12
a
b
c
Bungi
Sorawaolio
Tanah Sawah
Bangunan dan Halaman
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Padang Rumput
Rawa
Tambak, Kolam, Tebat Empang
Lahan yang sementara tidak
diusahakan
Lahan tanaman kayu-kayuan
Hutan Negara
Perkebunan
Lainnya
Luas Wilayah Produktif
Luas Seluruh Wilayah Budidaya
Rasio (%)
Kokalukuna
1
2
3
4
5
6
7
Wolio
Uraian
Murhum
No
Betoambari
Tabel 2.109
Persentase Wilayah Produktif Tahun 2011 Menurut KecamatanKota Baubau
II- 117
tempat
tidur
sebanyak
56
buah.
Sementara
hotelnon
Tabel 2.110
Jenis dan Jumlah Penginapan dan Hotel
di Kota Baubau Tahun 2011
J.
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perkembangan daya terpasang listrik PLN dari
tahun ke tahun menunjukan adanya peningkatan. Demikian juga produksi listrik
dan nilai penjualan listrik mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, Sedangkan untuk jumlah pelanggan dan jumlah listrik terjual tahun
2011 mengalami penurunan. Daya terpasang tahun 2010 sebanyak 21.799.570 Kw,
sedangkan pada tahun 2011 mencapai 30.478.250 Kw atau meningkat 39,81 persen.
Jumlah pelanggan tahun 2011 sebanyak 21.187 atau menurun sebesar 9,11 persen
II- 118
Tabel 2.111
Jumlah ProduksiListrik PLN Menurut Kecamatan
di Kota Baubau Tahun 2011
Tabel 2.112
Jumlah Pelanggan, tenaga Listrik terjual dan
Nilai Penjualan Listrik PLN Menurut Jenis Penggunaan
di Kota Baubau Tahun 2011
II- 119
ekonomi,
menciptakan
lapangan
kerja,
meningkatkan
Propinsi Sultra dan Nasional. (3) Sinergi dengan kebijakan dan program
pembangunan lingkungan hidup, khususnya program pengurangan emisi gas
II- 120
wilayah
dalam
rangka
mendorong
persebaran
dan
Persaingan
Usahadan
jaringan
mitra
strategis
kepenanammodalan.
Pengaturan kegiatan penanaman modal yang strategis dan berkualitas,
dengan menekankan pada peningkatan nilai tambah, peningkatan
penanaman modal di sektor prioritas dan pengembangan wilayah.
4. Promosi Penanaman Modal
Arah dan kebijakan penanaman modal ini diharapkan dapat berperan
untuk memperkenalkan serta membangun image positif bagi Kota Baubau
dalam hal investasi dan penanaman modal.
II- 121
Angka Kriminalitas
Tabel 2.113
Angka Kriminalitas Tahun 2008-2011 Kota Baubau
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
rerata
18
10
10
134
75
21
39
67
12
20
31
15
130
33
40
19
13
31
26
11
10
18
17
19
16
11
12
46
17
26
37
32
292
178
93
317
220
127.743
130.862
136.991
139.717
0,23%
0,14%
0,07%
0,23%
Jumlah Penduduk
Rasio a/b
II- 122
Angkatan Kerja
2009 2010
57.210 62.115
51.929 56.451
5.281 5.664
31.481 29.613
14.089 12.621
15.649 15.020
1.743
1.972
ANGKATAN KERJA
Bekerja
Mencari pekerjaan
Bukan angkatan kerja
Sekolah
Mengurus rumah tangga
Lainnya
Penduduk umur 15 tahun ke atas
% Pekerjaan terhadap angkatan kerja
% Angkatan Kerja terhadap Penduduk 15 tahun ke Atas
(TPAK)
Sumber : Baubau dalam angka 2012
2011
59.091
55.777
3.314
3. 404
5.107
21.513
4.784
88.691
91.728 90.495
90,77
90,88
94,39
64,50
67,72
65,30
Pada sisi lain, jumlah orang yang tidak mempunyai pekerjaan (sedang mencari
II- 123
Keterangan: Nilai Angka tahun 2010 s.d 2012 adalah angka sementara.
Sumber: Kota Baubau Dalam Angka Tahun 2011, diolah.
yang
bekerja
di
Kota
Baubau
jika
di
lihat
dari
persentasenya
paling
rendah
yaitu
0,98
persenyang
Tabel 2.115
Rasio Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Kota Baubau Tahun 2009-2011
Uraian
Tidak Pernah Sekolah/Belum Tamat
1.
Sekolah
2.
Tamat Sekolah Dasar
3.
Tamat SLTP
4.
Tamat SMA Umum
5.
Tamat SMA Kejuruan
6.
Tamat Universitas/Akademi/Diploma
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah penduduk
Rasio Tenaga Kerja Lulusan
Universitas/Diploma/Akademi
Sumber: Baubau Dalam angka 2012, Diolah
NO
2009
2010
2011
11.165
9.642
11.566
7.192
8.099
12.596
4.524
8.353
51.929
130862
8.561
8.862
14.852
5.329
9.205
56.451
137.118
8.087
7.687
13.417
3.581
11.539
57.777
139.717
0,06
0,07
0,08
II- 124
Sedangkan Pencari Kerja yang terdaftar di Dinas Sosial, tenaga Kerja dan
Transmigrasi didominasi oleh tamatan SMU/SMK/sederajat sejumlah 730 orang,
dan diikuti oleh Sarjana 211 orang, secara rinci diuraikan pada tabel 2.116
Tabel 2.116
Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar
Menurut TingkatPendidikan di Kota Baubau Tahun 2011
II- 125
dibandingkan tahun 2008 yang hanya sebesar 13.555 orang. Kondisi ini
mengindikasikan adanya produktivitas sektor perdagangan dengan serapan
tenaga yang cukup besar mampu menghasilkan produk domestik regional bruto
(ADH berlaku) sebesar Rp. 975.432,25 juta. Hal sebaliknya terjadi pada sektor
pertanian dan sektor kontruksi/ bangunan, dimana serapan tenaga kerja yang
cukup tinggi di sektor pertanian pada kenyataannya tidak mampu mendukung
peningkatan produk domestik regional bruto di sektor tersebut. Sementara itu,
sektor kontrsuksi/bangunan yang hanya memiliki angka serapan tenaga kerja
sedikit pada kenyataannya mampu menyumbang peningkatan nilai produk
domestik regional bruto di sektor tersebut.
II- 126
Gambar 2.20
Grafik Serapan Tenaga Kerja per Sektor dan PDRB Sektoraltahun 2007-2013
Tabel 2.117
Perkembangan Serapan Tenaga Kerja Kota Baubau Per Sektor 2008-2012
Sektor/Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012*
11,645
10,401
10,398
11,737
12,319
540
715
503
569
634
Industri Pengolahan
2,890
2,786
3,671
3,250
3,188
337
208
206
253
277
2,781
3,361
4,008
3,746
3,927
13,555
14,410
15,320
14,978
15,443
5,817
5,904
5,256
6,790
7,290
619
424
957
1,166
1,252
10,839
13,720
11,458
11,646
11,833
Pertanian
Pertambangan
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan/Perbankan
Jasa-Jasa
II- 127
49,023
51,929
51,777
54,135
56,163
Total Serapan
Keterangan: Nilai Angka tahun 2012 adalah angka sementara.
Sumber: BPS Kota Baubau (2011), Kota Baubau Dalam Angka Tahun (beberapa edisi), diolah
II- 128
Uraian
2008
2009
2010
2011
47.345
48.494
45.315
46.185
75.868
77.726
86.736
78.491
2.885
4.940
4.940
5.041
50.230
53.434
50.255
51.226
66,21
68,75
57,94
65,26