Anda di halaman 1dari 171

ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR

ACUAN PERANCANGAN
Tugas Akhir 477 D51 06
Periode II
Tahun 2013-2014

Oleh :

SRI WAHYUNI RUSTAM


D511 09 254

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nyalah, penulisan Skripsi Perancangan ini
sebagai persyaratan untuk ujian sarjana pada Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin dapat diselesaikan.
Penulisan ini merupakan Skripsi Perancangan Tugas Akhir Sarjana
Arsitektur dengan judul :
ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan kemampuan, waktu
dan tenaga sehingga penulisan ini masih terdapat berbagai kekurangan.
Meskipun demikian diharapkan penulisan ini dapat memenuhi standar
persyaratan yang ada dan bermanfaat bagi kita semua.
Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih penulis haturkan
sebagai penghargaan atas segala bimbingan, bantuan dan dukungan,
kepada :
1. Bapak Ir. H. Samsuddin Amin, MT. selaku Dosen Pembimbing I dan
Ibu Imriyanti, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing II yang sabar
membimbing, memberikan arahan dan masukan selama penulisan.
2. Bapak Baharuddin Hamzah, ST., M. Arch., Ph.D selaku Penasehat
Akademik Tahun 2012-2014 dan Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Ir. Waluya Hadi, MT., selaku Penasehat Akademik Tahun 20092012.
4. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D dan Ir. H. Muh. Fathien
Azmy, Msi. selaku pengelola Studio Tugas Akhir Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas H asanuddin.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Hasanuddin atas


segala ilmu yang telah diberikan, serta segenap staf dan karyawan
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
6. Ayahanda Ir. Rustam Muh. Saleh (Alm) dan Ibunda Dahlia, BA.,
saudari-saudariku Sukma Indra Ayu, S.Pd., Indah Maya Sari, dan
Dini Utami, serta Kakanda Sakaria Saenong, S.Kom. sekeluarga
yang tidak henti-hentinya memberi dorongan, semangat, kasih sayang,
harapan, dan doa yang tak pernah putus.
7. Sahabat-sahabatku Irin Kusumawati, S.Pd., Dewi Kusuma, S.Pd.,
Melliyana Nurdin, Amd.Keb., Faradillah A.R., S.ST., Nurhijrah, ST.,
Yumi, ST., Epin, ST., Uppa, ST., Sakinah Munas, Ratna Sari R., dan
A. Hardiyanti H., yang selalu memberikan dukungan dan semangat,
dan Suryadarmadi Sadar sekeluarga terima kasih atas dukungan dan
semua bantuannya selama ini.
8. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir Periode II Tahun 2013/2014
dan saudara-saudariku mahasiswa Jurusan Arsitektur Angkatan
2009 telah memberikan semangat, dukungan, kenangan dan kebersamaan yang telah tercipta.
9. Serta seluruh pihak

yang telah

membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung, dalam penyusunan skripsi perancangan tugas


akhir ini.
Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan jika
ada hal yang tidak berkenan. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua. Aamiin.
Makassar,

Februari 2014

SRI WAHYUNI RUSTAM


D511 09 254

ABSTRAKSI
Pembangunan bidang agama yang telah dilaksanakan sejak Indonesia
merdeka telah memberikan dampak seperti meningkatnya pemahaman
keagamaan masyarakat, semaraknya kegiatan-kegiatan sosial keagamaan atau meningkatnya jumlah tempat-tempat ibadah serta meningkatnya
jumlah jamaah haji. Namun pada saat yang sama terjadi peningkatan
dekadensi moral melalui aksi pornografi kriminalitas maupun kenakalan
remaja. Dua fenomena tersebut tampaknya saling berseberangan. Di satu
sisi pembangunan agama terus berjalan tetapi di sisi lain perilaku negatif
tidak berkurang (Sumber : Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009), sehingga kehadiran suatu wadah yang dapat
memfasilitasi

dan

menjembatani

permasalahan

yang

ada

dalam

masyarakat dalam batasan-batasan keagamaan ini masih sangat


dibutuhkan, menelaah sedikit demi sedikit untuk mendapatkan suatu
informasi yang benar dan menyeluruh tentang Islam.
Keberadaan Islamic Center di Makassar ini dilatarbelakangi adanya
tuntutan terhadap pemenuhan sarana yang lebih baik seiring dengan
perkembangan kegiatan keagamaan di Makassar (Sumber : RUTRK Kota
Makassar, 2016), sehingga dengan adanya fasilitas Islamic Center ini
diharapkan dapat menjembatani kehidupan sosial masyarakat dengan
kaidah-kaidah Islam dalam perubahan dinamika sosial budaya di era
sekarang ini. Islamic Center yang merupakan tempat pemusatan aktifitas
dan pengembangan Islam, maupun pengembangan masyarakat yang
kreatif dan berakhlak mulia, dengan menerapkan konsep regionalisme
dalam kaitannya dengan unsur lokal yang ada. Selain itu diharapkan
dapat meningkatkan aspirasi serta citra dan arsitektur di Indonesia,
khususnya di Kota Makassar.
Kata Kunci : Islamic, Center, Makassar, Islamic Center.

ABSTRACT

Development in the field of religion which has been implemented since


Indonesia's independence has an impact such as increased understanding
of people's religious , social activities splendor of religious or increasing
the number of places of worship as well as the increasing number of
pilgrims. But at the same time an increase in moral decadence through
pornography crime and juvenile delinquency. Two apparently opposing
phenomena. On the one hand the development of religion continues to run
but on the other hand does not diminish the negative behavior (Source :
Regulation of the Minister of Religious Affairs of the Republic of Indonesia
No. 36 of 2009), so the presence of a container that can facilitate and
bridge the existing problems in the community in religious restrictions are
still is needed, examines bit by bit to get a correct and thorough
information about Islam .
The existence of the Islamic Center in Makassar charges against a
backdrop of a better means of compliance with the development of
religious activity in Makassar (Source : RUTRK Makassar , 2016 ), so the
presence of the Islamic Center facility is expected to bridge the social life
of the community with the principles of Islam the socio-cultural dynamics
of change in today's era. Islamic Center which is where the concentration
of activity and the development of Islam, as well as the development of a
creative community and noble, by applying the concept of regionalism in
relation to existing local elements. In addition it is expected to enhance the
image and aspirations as well as the architecture in Indonesia, particularly
in Makassar.
Keywords : Islamic, Center, Makassar, Islamic Center.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................

ii

KATA PENGANTAR .....................................................................

iii

ABSTRAKSI...................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................

xii

DAFTAR TABEL ............................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................

C. Tujuan Pembahasan ...........................................................

D. Lingkup Pembahasan ..........................................................

E. Metode Pengumpulan Data .................................................

F. Sistematika Pembahasan ....................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Islamic Center ............................................

1. Pengertian Islamic Center...............................................

2. Pengertian Kebudayaan Islam........................................

3. Konsep Kebudayaan Islam .............................................

4. Unsur Seni dalam Kebudayaan Islam.............................

10

B. Tinjauan Khusus Islamic Center...........................................

10

1. Sejarah Perkembangan Islamic Center .........................

10

2. Persyaratan Islamic Center.............................................

12

3. Klasifikasi Islamic Center ................................................

16

4. Sifat, Status, dan Pengelolaan Islamic Center................

17

5. Bentuk dan Struktur Organisasi Islamic Center ..............

18

6. Lingkup Kegiatan ............................................................

19

7. Pola Pengembangan Islamic Center ..............................

21

C. Tinjauan Khusus Arsitektur Islam.........................................

22

1. Pengertian Arsitektur Islam.............................................

22

2. Perkembangan Arsitektur Islam......................................

23

a. Perkembangan Arsitektur Islam di Jazirah Arab........

23

b. Perkembangan Arsitektur Masjid Kuno di Indonesia .

26

3. Karakteristik Bangunan pada Arsitektur Islam ................

27

4. Peran Budaya Arsitektur Islam .......................................

32

5. Kaligrafi pada Arsitektur Islam ........................................

33

D. Pendekatan Perancangan Islamic Center............................

35

E. Tema Perancangan Islamic Center......................................

36

F. Akar Budaya Arsitektur Bugis-Makassar..............................

38

G. Studi Banding.......................................................................

42

1. Studi Banding Bangunan Islamic Center ........................

42

a. Masjid Al-Markaz Al-Islami ........................................

42

b. Jakarta Islamic Center...............................................

43

c. Islamic Center of America .........................................

44

2. Perbandingan Studi Banding Bangunan Islamic Center .

45

3. Kesimpulan Hasil Studi Banding Bangunan Islamic


Center.............................................................................

47

BAB III TINJAUAN ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR


A. Tinjauan Umum Makassar ...................................................

49

1. Kota Makassar................................................................

49

a. Profil Wilayah ............................................................

49

b. Orientasi Wilayah ......................................................

51

c. Kondisi

Demografi

dan

Sosial

Budaya

Kota

Makassar ..................................................................

52

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar ...............

54

3. Tinjauan Tentang Kecamatan Rappocini ........................

59

a. Luas Wilayah.............................................................

59

b. Jumlah Penduduk......................................................

60

c. Sosial.........................................................................

62

B. Studi Pengadaan Islamic Center di Makassar .....................

64

1. Potensi Pengadaan Islamic Center di Makassar ............

64

2. Tujuan Pengadaan Islamic Center di Makassar .............

64

3. Fungsi dan Peranan Islamic Center................................

64

C. Pendekatan Arsitektur .........................................................

65

1. Pendekatan Perancangan Makro ...................................

65

a. Pendekatan Penentuan Lokasi..................................

65

b. Pendekatan Penentuan Lahan/Tapak .......................

67

2. Pendekatan Perancangan Mikro.....................................

72

a. Program Kegiatan Islamic Center..............................

72

1) Pelaku Kegiatan ...................................................

72

2) Aktifitas Pelaku Kegiatan .....................................

73

b. Pendekatan Kebutuhan Ruang .................................

75

c. Pendekatan Besaran Ruang .....................................

76

d. Pendekatan Pola Tata Ruang ...................................

77

e. Pendekatan Tata Fisik Bangunan .............................

78

1) Pendekatan Bentuk Dasar dan Penampilan


Bangunan.............................................................

78

2) Pendekatan Interior dan Eksterior Bangunan ......

79

3) Orientasi Bangunan dan Ruang ...........................

81

f. Pendekatan Sistem Struktur dan Material .................

83

BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan Umum...............................................................

89

B. Kesimpulan Khusus .............................................................

89

1. Aktifitas yang diwadahi.....................................................

90

2. Sasaran Pelayanan..........................................................

91

BAB V ACUAN PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR


A. Konsep Dasar Perancangan Makro .....................................

92

1. Konsep Pemilihan Lokasi Islamic Center di Makassar ...

92

2. Alternatif Lokasi Islamic Center di Makassar ..................

93

a. Kecamatan Tamalate ................................................

93

b. Kecamatan Rappocini ...............................................

95

3. Kawasan Mamminasata .................................................

96

4. Analisis Penentuan Tapak ..............................................

96

5. Konsep Analisis Tapak ...................................................

100

a. Konsep Awal Tapak ..................................................

100

b. Konsep Fisik Tapak...................................................

100

1) Luasan Tapak ......................................................

100

2) Sirkulasi ...............................................................

100

3) View (arah pandang) dari dan keluar tapak .........

101

4) Penentuan Arah Kiblat .........................................

101

5) Kebisingan dan Penzoningan ..............................

101

6) Orientasi Matahari dan Arah Angin ......................

102

7) Sistem Utilitas ......................................................

102

8) Vegetasi ...............................................................

102

B. Konsep Tata Ruang Mikro ...................................................

102

1. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ..........................

102

a. Kebutuhan Ruang......................................................

102

b. Besaran Ruang..........................................................

104

2. Penentuan Organisasi dan Pengelompokan Ruang .......

113

a. Karakter dan Sifat Ruang ..........................................

113

b. Pengelompokan Ruang .............................................

114

c. Hubungan Ruang ......................................................

114

1) Hubungan secara makro......................................

114

2) Hubungan secara mikro .......................................

115

3. Tata Ruang Dalam.........................................................

118

4. Penentuan Bentuk dan Penampilan Bangunan ..............

118

a. Bentuk Dasar Bangunan ...........................................

118

b. Penampilan Bangunan ..............................................

118

5. Penataan Ruang Luar (Eksterior) ...................................

119

a. Area Ruang Luar .......................................................

119

b. Perencanaan Lansekap.............................................

121

c. Plaza..........................................................................

121

6. Penentuan Bentuk dan Penampilan Bangunan ..............

121

a. Eksterior ....................................................................

121

b. Interior .......................................................................

121

7. Penentuan Sistem Sirkulasi Ruang ................................

122

8. Sistem Struktur ...............................................................

123

a. Modul Struktur ...........................................................

123

b. Sistem Struktur ..........................................................

124

1) Sistem Struktur Bawah (Substruktur) ..................

124

2) Sistem Struktur Pendukung.................................

124

3) Sistem Struktur Atap/Penutup .............................

124

9. Utilitas .............................................................................

125

a. Sistem Pencahayaan ................................................

125

b. Sistem Penghawaan ................................................

127

c. Sistem Akustik...........................................................

129

d. Sistem Pengadaan Air Bersih....................................

130

e. Sistem Pembuangan Air Kotor ..................................

130

f. Sistem Pengolahan Sampah .....................................

130

g. Sistem Jaringan Listrik ..............................................

131

h. Sistem Komunikasi....................................................

132

i.

Sistem Penanggulangan Kebakaran .........................

132

j.

Sistem Penangkal Petir .............................................

133

Daftar Pustaka ................................................................................

xvi

Daftar Lampiran ..............................................................................

xviii

Lampiran

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.

Masjid Al-Aqsha ....................................................

24

Gambar 2.

Masjid Jami di Isfahan ..........................................

24

Gambar 3.

Hagia Sophia.........................................................

25

Gambar 4.

Interior Kubah Ayasofia, Istanbul, Turki.................

25

Gambar 5.

Masjid di Fort de Kock ...........................................

26

Gambar 6.

Bentuk Mesjid Sederhana .....................................

28

Gambar 7.

Masjid Berbentuk Dome ........................................

29

Gambar 8.

Bentuk Kolom pada Arsitektur Masjid....................

30

Gambar 9.

Denah Masjid ........................................................

30

Gambar 10. Ornamen ...............................................................

31

Gambar 11. Minaret Masjid .......................................................

31

Gambar 12. Diagram Taksonomi Reagionalisme......................

38

Gambar 13. Masjid Al-Markaz Al-Islami ....................................

42

Gambar 14. Master plan pembangunan JIC .............................

43

Gambar 15. Wujud fasade dan selasar JIC...............................

44

Gambar 16. Islamic Center of America .....................................

44

Gambar 17. Penentuan Fungsi Detail Tata Ruang Kota


(DRTK)

Kota

Makassar

Tahun

1999/2000-

2009/2010 .............................................................

56

Gambar 18. Pola Pembangunan Akses Tepi Pantai ................

58

Gambar 19. Tapak Perancangan Islamic Center ......................

66

Gambar 20. Model Sistem Parkiran ..........................................

69

Gambar 21. Perencanaan Vegetasi dalam Pemanfaatan Arah


Angin .....................................................................

71

Gambar 22. Sebuah Contoh Pola Permukiman Darussalam ...

77

Gambar 23. Gambar Orientasi Ruang.......................................

82

Gambar 24. Bentuk Dasar Lipatan ............................................

84

Gambar 25. Pondasi Rollag Bata ..............................................

86

Gambar 26. Pondasi Batu Kali/Gunung ....................................

87

Gambar 27. Pondasi Poer.........................................................

88

Gambar 28. Pondasi Pancang ..................................................

88

Gambar 29. Kecamatan Tamalate ............................................

94

Gambar 30. Kecamatan Rappocini ...........................................

94

Gambar 31. Tapak Alternatif 1 ..................................................

97

Gambar 32. Tapak Alternatif 2 ..................................................

98

Gambar 33. Tapak Terpilih........................................................

99

Gambar 34. Skema Sistem Pengolahan Sampah .....................

131

Gambar 35. Skema Sistem Jaringan Listrik ..............................

131

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.

Jenis-jenis Kaligrafi ..................................................

33

Tabel 2.

Perbandingan Islamic Center...................................

45

Tabel 3.

Hasil Analisa Perbandingan Studi Banding ..............

47

Tabel 4.

Luas Wilayah Kota Makassar...................................

49

Tabel 5.

Sebaran

dan

Kepadatan

Penduduk

di

Kota

Makassar, 2011 .......................................................


Tabel 6.

Penduduk

menurut

Wilayah

Administrasi dan

Agama......................................................................
Tabel 7.

Data

Kependudukan

Kecamatan

60

Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Kecamatan Rappocini, 2011 ....................................

Tabel 10.

57

Rappocini,

Makassar Tahun 2011 .............................................


Tabel 9.

53

Rencana Fungsi Struktur Tata Ruang BWK di


Makassar Tahun 2011 .............................................

Tabel 8.

50

61

Data Jumlah Penduduk Beragama Islam dan


Jumlah Masjid di Kecamatan Rappocini, 2011 ........

63

Tabel 11. Pola Sirkulasi ..........................................................

69

Tabel 12. Jenis Vegetasi dan Fungsinya .................................

70

Tabel 13. Analisa Keb. Ruang Berdasarkan Pelaku dan Jenis


Kegiatan...................................................................

103

Tabel 14. Besaran Ruang Masjid di Islamic Center Makassar.

105

Tabel 15. Besaran Ruang Pengelola Islamic Center di


Makassar .................................................................

106

Tabel 16. Besaran Ruang PPP Islamic Center di Makassar ...

107

Tabel 17. Besaran Ruang Perpustakaan

Islamic Center di

Makassar .................................................................

108

Tabel 18. Besaran Ruang Islamic Center di Makassar ............

109

Tabel 19. Besaran

Ruang

Hunian

Islamic

Center

di

Makassar .................................................................
Tabel 20. Besaran Ruang Serbaguna

110

Islamic Center di

Makassar .................................................................

111

Tabel 21. Besaran Ruang Pos Keamanan Islamic Center di


Makassar .................................................................

111

Tabel 22. Besaran R.Servis dan Parkiran Islamic Center di


Makassar .................................................................

112

Tabel 23. Jumlah Besaran Ruang Islamic Center di Makassar

112

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan bidang agama yang telah dilaksanakan sejak
Indonesia merdeka telah memberikan dampak seperti meningkatnya
pemahaman keagamaan masyarakat, semaraknya kegiatan-kegiatan
sosial keagamaan atau meningkatnya jumlah tempat-tempat ibadah
serta meningkatnya jumlah jamaah haji. Namun pada saat yang sama
terjadi

peningkatan

dekadensi

moral

melalui

aksi

pornografi

kriminalitas maupun kenakalan remaja. Dua fenomena tersebut


tampaknya saling berseberangan. Di satu sisi pembangunan agama
terus berjalan tetapi di sisi lain perilaku negatif tidak berkurang
(Sumber : Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 36
Tahun

2009),

sehingga

kehadiran

suatu

wadah

yang

dapat

memfasilitasi dan menjembatani permasalahan yang ada dalam


masyarakat dalam batasan-batasan keagamaan ini masih sangat
dibutuhkan, menelaah sedikit demi sedikit untuk mendapatkan suatu
informasi yang benar dan menyeluruh tentang Islam.
Sebagai kota besar, Makassar dimana dihuni oleh berbagai macam
suku bangsa, baik dari yang berasal dari Sulawesi maupun dari bagian
lain Indonesia. Masyarakat pendatang dan asli telah bercampur hidup
bergandengan. Kota Makassar sebagai kota dengan penduduk Islam
terbanyak berdasarkan dari data jumlah penduduk Kota Makassar
tahun 2011 yaitu sebesar 1.352.136 jiwa, pemeluk Islamnya sekitar
1.172.978 jiwa (86,75%), Kristen 90.728 (6,71%), Katolik 50.299
(3,72%), Hindu 5273 (0,39%) dan Budha 32.856 (2,43%). (Sumber :
Data Statistik jumlah penduduk tahun 2011, Badan Pusat Statistik Kota
Makassar).

Kegiatan di bidang kerohanian semakin berkembang, tidak hanya


terbatas pada kegiatan ibadah saja tetapi kegiatan-kegiatan lain
seperti seminar Islam yang dihadiri 800 orang (FMIPA UNHAS,
2012), pameran nasional atau pameran karya yang dihadiri 300
orang dari berbagai kalangan (www.makassarkota.go.id, 2012), diskusi
PHBI (Panitia Hari Besar Islam) mengenai lokasi pelaksanaan shalat
ied yang semakin bertambah (Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat
Pemko, 2012), dan jumlah jamaah haji yang semakin bertambah.
Berdasarkan jumlah pendaftar calon jamaah haji tahun ini mencapai
angka 18.215 orang dan yang masuk dalam daftar tunggu atau waiting
list sebanyak 17.111 orang (Walikota Makassar, 2012).
Untuk menunjang semua kebutuhan tersebut, maka media ini harus
mampu mengakomodasi semua kebutuhan, baik ekonomi maupun
pelatihan keterampilan lainnya tanpa meninggalkan agama sebagai
pusat kegiatan. Bangunan fisik yang bisa menampung kebutuhan
tersebut adalah Islamic Center. Manfaat dari Islamic Center adalah
menciptakan sebuah hubungan antara manusia dan Tuhan yang lebih
masif baik dalam hal ibadah ataupun aktifitas keagamaan lainnya.
Begitu juga hubungan dengan sesama manusia maupun dengan
alamnya membutuhkan wadah untuk bersosialisasi, dari hubungan ini
dapat terwujud dengan adanya bangunan (Jabbar, 1988:79).
Keberadaan Islamic Center di Makassar ini dilatarbelakangi adanya
tuntutan terhadap pemenuhan sarana yang lebih baik seiring dengan
perkembangan kegiatan keagamaan di Makassar (Sumber : RUTRK
Kota Makassar, 2016), sehingga dengan adanya fasilitas Islamic
Center ini diharapkan dapat menjembatani kehidupan sosial masyarakat dengan kaidah-kaidah Islam dalam perubahan dinamika sosial
budaya di era sekarang ini. Islamic center yang telah ada di Kota
Makassar yaitu IMMIM dan masjid Al-Markaz Al-Islami. Namun IMMIM
lebih berpusat pada pendidikan Islam yang dimana bangunan

penunjang seperti bangunan resepsi berada di lokasi yang lain.


Sedangkan pada masjid Al-Markaz Al-Islami berpusat sebagai tempat
ibadah dengan fasilitas penunjang yang dianggap masih kurang
representatif ditinjau dari sistem pengolahan dan pelayanan, pola
pengaturan, persyaratan ruang dan lain-lain.
Kota Makassar memiliki ragam suku dan budaya, namun budaya
masyarakat di Makassar sering mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Melihat semua perubahan modernisasi pembangunan di
Makassar yang terjadi dikarenakan secara fungsional pun sudah tidak
sesuai lagi dengan masyarakat modern. Oleh karena itu, hal yang
dapat dilakukan yaitu dengan melakukan adaptasi terhadap perubahan
yang terjadi dengan tetap memperhatikan budaya dan unsur-unsur
lokal yang ada di Makassar.
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka timbul suatu ide
untuk merancang sebuah Islamic Center yang merupakan tempat
pemusatan aktifitas dan pengembangan Islam, maupun pengembangan masyarakat yang kreatif dan berakhlaq mulia, dengan menerapkan konsep regionalisme dalam kaitannya dengan unsur lokal
yang ada. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan aspirasi serta
citra dan arsitektur di Indonesia, khususnya di Kota Makassar.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menyajikan bangunan Islamic Center, sebagai tempat
beribadah yang nyaman, kreatif, dan inovatif bagi masyarakat umat
Islam, dengan menerapkan konsep regionalisme dan arsitektur Islam
dalam desain perancangan bangunan tersebut di Kota Makassar.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam desain Islamic Center
dengan tema Konsep Regionalisme dan Arsitektur Islam adalah :

1. Menyediakan suatu wadah yang lebih spesifik untuk menampung


serta mewadahi segala kegiatan Islam dan juga sebagai sarana
untuk menampung dan menyalurkan segala aspirasi yang positif
dari generasi muda, khususnya di wilayah Makassar dan sekitarnya.
2. Menjadikan semua kegiatan Islam di wilayah Makassar dapat
terlaksana dengan sebaik-baiknya, serta menciptakan suatu
bangunan yang memiliki nilai estetika sehingga dapat memberikan
kenyamanan dalam melakukan aktifitas didalamnya.
3. Supaya dapat menjembatani kehidupan sosial masyarakat dengan
kaidah-kaidah Islam dalam perubahan dinamika sosial budaya di
era sekarang ini.
D. LINGKUP PEMBAHASAN
1. Pembahasan dibatasi pada hal-hal yang erat kaitannya dengan
studi Islamic Center di Kota Makassar
2. Pembahasan dibatasi pada Islamic Center sebagai wadah sosial
keagamaan, pendidikan agama dan pusat pengembangan dakwah
Islam, yang selalu diorientasikan pada faktor penentu perencanaan
fisik dan dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur dan disiplin ilmu yang
lain yang masih relevan dan menunjang pada tujuan pembahasan.
3. Wilayah pembahasan dibatasi hanya pada Kota Makassar yang
menjadi perencanaan lokasi sebagai pusat kegiatan Islam.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam

mengumpulkan

data-data

yang

berguna

bagi

proses

perencanaan dan perancangan ini, perolehan data ataupun referensi


yang digunakan melalui :
1. Studi Lapangan dan Wawancara

Pengumpulan data dan informasi, dengan melakukan studi literature dan wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten,
kemudian melakukan survey lapangan.
2. Analisa data, dengan mengidentifikasi masalah dengan mengelompokkan dan mengaitkan masalah yang satu dengan yang lain.
3. Studi Literatur
Yaitu mencari data-data umum dari literatur yang berhubungan
dengan Islamic Center ini. Literatur yang digunakan adalah studi
ruang dan gerak, data arsitek, dan sebagainya.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Penyusunan proposal perencanaan dan perancangan Islamic
Center di Makassar dibagi dalam beberapa bab, sebagai berikut :
1. Bagian I : PENDAHULUAN
Latar belakang dibuatnya Islamic Center di Makassar ini
yang sesuai dengan zaman Islam ini yang menggunakan arsitektur
Islam sebagai konsepnya, lingkup pembahasan perencanaan dan
perancangan Islamic Center di Makassar ini, serta sistematikanya
penulisan dan perancangan.
2. Bagian II : TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
Tinjauan teoritis umum terhadap perancangan Islamic
Center, dan tinjauan khusus mengenai bentuk dengan menerapkan
konsep Arsitektur Islam, serta kelengkapan relevansi data, pustaka
pendukung, dan studi banding yang relevan dengan Islamic Center.
3. Bagian III : PERMASALAHAN
Berisi

datadata

umum

yang

dibutuhkan

dalam

perancangan Islamic Center dengan menerapkan konsep Arsitektur


Islam. Seperti tinjauan khusus Kota Makassar dan tinjauan
pengadaan Islamic Center

yang berbentuk kekhasan

Makassar dengan menerapkan konsep Arsitektur Islam.

Kota

4. Bagian IV : ANALISIS
Merupakan tahap penyusunan, pendekatan konsep
dasar perencanaan yaitu mengatasi permasalahan dalam upaya
untuk mencari pemecahan masalah serta hubungan antara
berbagai elemen untuk mendapatkan penyelesaian yang terpadu.
Pendekatan konsep dasar perencanaan yang merupakan
konsep keseluruhan yang siap ditransformasikan ke arah perancangan yang meliputi:
a.

Titik tolak pendekatan.

b.

Secara makro yaitu pendekatan dan penentuan lokasi/site.

c.

Secara mikro yaitu pendekatan kebutuhan ruang berdasarkan


analisa kegiatan, besaran ruang, pola dan perwujudan ruang
serta tata fisik bangunan yang siap ditransformasikan dalam
program atau rancangan fisik bangunan.

5. Bagian V : KONSEP PERANCANGAN


Konsep perancangan sebagai hasil analisis dan solusi
terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan
pada bagian permasalahan. Konsep dasar perancangan mencakup
program ruang, luasan total

perancangan, serta hubungan

skematik antar program ruang. Perancangan tapak mencakup


pencapaian, sirkulasi ruang luar, pola parkir, serta penataan ruang
luar atau lansekap. Perancangan bangunan mencakup gubahan
massa, fasade bangunan, sirkulasi ruang dalam, sistem dan
struktur

massa

bangunan,

utilitas

bangunan,

pencahayaan,

pengudaraan, serta akustik yang sesuai dengan fungsi bangunan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Islamic Center


1. Pengertian Islamic Center
Pengertian Islamic Center dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2001 dapat dijelaskan secara terurai sebagai berikut :
a. Islam

: Agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad

SAW, berpedoman kepada kitab suci Al-Quran yang diturunkan


ke dunia melalui wahyu Allah SWT.
b. Center/Pusat

1) Tempat yang terletak di bagian tengah;


2) Titik-titik yang di tengah-tengah;
3) Pusar;
4) Pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan;
5) Orang yang membawahi berbagai bagian.
Pengertian dasar Islamic Center diambil dari beberapa sumber
dan pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli dan pakar-pakar
keagamaan, antara lain : Dirjen Binmas Islam DEPAG R.I. (2004),
adalah

sebagai

berikut:

Islamic

Center

adalah

lembaga

keagamaan yang dalam fungsinya sebagai pusat pembinaan dan


pengembangan Agama Islam, yang berperan sebagai mimbar
pelaksanaan dawah dalam era pembangunan. Sedangkan pendapat lain tentang pengertian Islamic Center, Drs. Sidi Gazalba
mengatakan: Islamic Center adalah wadah bagi aktifitas-aktifitas
kemasyarakatan yang berdasarkan Islam. Islam dalam pengertiannya sebagai agama maupun Islam dalam pengertian yang lebih
luas sebagai pegangan hidup (way of life). Dengan demikian
aktifitas-aktifitas didalamnya mencakup nilai-nilai peribadatan yang
sekaligus nilai-nilai kemasyarakatan.

Disamping pendapat-pendapat tersebut di atas terdapat pendapat lain yang pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama
seperti yang dikatakan oleh Prof. Syafii Karim, yaitu: Islamic
Center merupakan istilah yang berasal dari negara-negara barat
yang dimana minoritas masyarakatnya beragama Islam. Jadi untuk
memenuhi segala kebutuhan akan kegiatan-kegiatan Islam mereka
kesulitan untuk mencari tempat. Untuk itu aktifitas-aktifitas Islam
tersebut dipusatkan dalam suatu wadah yang disebut Islamic
Center.
Jadi, dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Islamic Center memiliki pengertian yaitu wadah
fisik yang menampung beberapa kegiatan dan penunjang keislaman. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut terdiri dari kegiatan
ibadah, muamalah dan dakwah. Islamic Center juga mempunyai
peran sebagai pusat atau sentral informasi keislaman baik bagi
umat muslim maupun bagi masyarakat yang ingin mengetahui dan
ingin belajar tentang Islam.
2. Pengertian Kebudayaan Islam
Secara ontologis, kebudayaan ada karena adanya manusia.
Oleh karena itu, kebudayaan adalah manusia, jika tidak ada
manusia maka tidak akan ada kebudayaan. Kebudayaan adalah
manusia dalam arti manusia sebagai suatu eksistensi.
Budaya merupakan suatu hal yang bersifat totalitas komplek
dari gagasan-gagasan dan hal-hal yang dihasilkan oleh manusia di
dalam pengalaman sejarahnya. Budaya menjadi pola pikir dan
tindakannya yang melandasi kegiatan manusia yang membedakannya dengan manusia lainnya. Budaya juga dapat digambarkan sebagai cara manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya dalam mencapai keinginan serta tujuannya.

Adapun agama menyentuh aspek dasar yang paling menentukan dalam kehidupan usia, yaitu kepercayaan yang melekat pada
dirinya. Karena letaknya pada tempat yang mendasar itu, keyakinan agama dapat mempengaruhi pola pikir, pola tingkah laku,
dan bahkan etos kerja pemeluknya.
Bila ditarik garis batas antara agama dan kebudayaan, maka
akan terlihat benang merah yang membatasi antara Tuhan dan
manusia, maka wilayah agama dan kebudayaan itu menempati
wilayahnya sendiri-sendiri dan ada kalanya pula keduanya berada
dalam wilayah yang sama yaitu wilayah kebudayaan agama.
Dalam tinjauan sejarahnya, agama bukan hanya melahirkan
kebudayaan, akan tetapi juga menyebabkan transformasi kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam pandangan
Islam, kebudayaan pada hakikatnya merupakan perjalanan panjang
manusia dari perjalanan manusia memasuki kehidupan masa
depan yang jauh menuju ke akhirat untuk memenuhi Tuhannya.
Kebudayaan merupakan bekal untuk memenuhi dan kembali
kepada-Nya, seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran yaitu :
Siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersetukukan Tuhannya dalam beribadat kepada-Nya. (QS. Al Kahfi :
110)
3. Konsep Kebudayaan Islam
Konsep kebudayaan Islam dalam tinjauan terminologinya ialah
tata cara atau perilaku hidup yang sesuai dengan ajaran Islam.
Maka seluruh aspek kehidupan manusia hendaknya berakar dari
Al-Quran dan Hadist. Adapun ciri kebudayaan Islam, antara lain :
a. Berdasarkan tauhid menolak segala bentuk keberhalaan yang
merupakan syirik.

b. Watak dan sasarannya selalu bersifat humani dan universal.


c. Menempatkan prinsip-prinsip moralitas sebagai elemen dasar
bagi semua segi kehidupan manusia.
d. Mempercayai ilmu pengetahuan yang berdasarkan kebenaran
serta terpusat kepada aqidah yang murni.
e. Bersikap penuh toleran terhadap perbedaan-perbedaan.
4. Unsur Seni dalam Kebudayaan Islam
Seni berakar pada persepsi awal Islam terhadap Tuhan, alam,
manusia, dan kehidupan. Akar itu kemudian tumbuh menjadi suatu
emosi dan cita rasa seorang muslim, lalu mengembangkannya sehingga melahirkan suatu karya ekspresi keindahan.
Seni Islami merupakan seni terapan maupun murni yang tidak
terlepas dari nilai ibadah. Salah satu karya cipta yang mengandung
nilai baik, benar, bermutu, dan berguna yaitu seni kaligrafi Islam.
Islam

sangat menghargai seni dan

sangat mengagungkan

keindahan, seni bukan hanya ciptaan manusia saja, tetapi juga


mencakup segenap ciptaan Allah SWT. Bentuk-bentuk estetika,
pada dasarnya merupakan sesuatu yang dinamis, terus bergerak
dan berkembang dan karenanya terbuka untuk semua bentuk
perubahan. (Musdalifa, dkk, 2004)
B. Tinjauan Khusus Islamic Center
1. Sejarah Perkembangan Islamic Center
Secara umum, proses perkembangan Islamic Center sangat
berkaitan erat dengan proses pembinaan dan pengembangan
masyarakat Islam yang telah dicontohkan pada masa pemerintahan
Rasulullah SAW, dimana beliau menjadi salah satu pelopor utama
dalam membentuk masyarakat Islam sekaligus memelihara dan
mempertahankannya. Hal tersebut mengacu pada firman Allah
SWT dalam Al-Quran surah Al- Muddatsir ayat 1-7.

Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu


berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu
bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah
kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
(QS. Al-Muddatstsir : 1-7)
Wahyu ini merupakan penjelasan secara umum tentang tugas
dalam menyampaikan risalah-Nya yaitu mengajak umat manusia
menyembah Allah yang Maha Esa, yang tiada beranak dan tidak
pula diperanakkan serta tidak ada sekutu bagi-Nya.
Adapun usaha-usaha yang terlebih dahulu dikerjakan oleh
Rasulullah SAW pada masa itu antara lain :
a. Mendirikan masjid.
Beliau dahulukan mendirikan masjid, sebelum mengerjakan
bangunan-bangunan lainnya selain rumah tempat kediaman
beliau sendiri, sebab masjid mempunyai potensi yang sangat
vital, dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan lahir
dan batin untuk membina masyarakat Islam atau daaulah
Islamiyah berlandaskan semangat tauhid.
b. Menjalin hubungan silaturahmi dengan semua kaum.
Rasulullah berusaha menjalin dan mempererat hubungan
silaturahmi antara satu kaum dengan yang lainnya. Hal tersebut
yang kemudian melahirkan satu ikatan masyarakat Islam yang
kuat dengan semangat kerja gotong royong, senasib sepenanggungan, sesakit, sesenang dengan semangat persaudaraan
Islam.
c. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk
masyarakat Islam.
Pada masa pemerintahan masyarakat Islam, Rasulullah
SAW berusaha menentukan dasar-dasar yang kuat bagi
masyarakat Islam baik dari segi politik.

2. Persyaratan Islamic Center


Menurut buku petunjuk pelaksanaan proyek Islamic Center di
seluruh Indonesia tahun 1976 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Departemen Agama RI, Islamic
Center di Indonesia harus memiliki beberapa persyaratan yang
akan berfungsi sebagai kontrol kegiatan. Diantara persyaratan
tersebut adalah Islamic Center harus memiliki:
a. Tujuan Islamic Center
Tujuan Islamic Center adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan kehidupan beragama Islam yang meliputi
aspek aqidah, ibadah, maupun muamalah dalam lingkup
pembangunan nasional.
2) Sebagai lembaga pendidikan non-formal keagamaan sehingga dapat menjadi salah satu mata rantai dari seluruh
sistem pendidikan nasional, dengan Allah SWT., cakap,
cerdas, terampil, tangkas, berwibawa dan berguna bagi
masyarakat dan Negara.
3) Ikut serta meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta keterampilan untuk membangun masyarakat
dan Negara Indonesia.
b. Fungsi Islamic Center
Sebagai suatu lembaga yang mempunyai ruang lingkup
yang spesifik dibidang agama dan ilmu, maka dasar pemikiran
yang dapat menunjang fungsi suatu Islamic Center adalah
sebagai berikut :
1) Tempat ibadah (shalat, zikir).
2) Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial
budaya).
3) Tempat pendidikan.
4) Tempat santunan sosial.
5) Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.

6) Tempat pengobatan para korban perang.


7) Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
8) Aula dan tempat menerima tamu.
9) Tempat menawan tahanan, dan
10)Pusat penerangan atau pembelaan agama.
Berdasarkan fungsi masjid pada masa lampau berperan
sedemikian luas, sepertinya tidak relevan lagi dengan keadaan
yang ada sekarang. Namun, hal ini tidak berarti bahwa masjid
tidak dapat berperan di dalam hal-hal tersebut. Khususnya
Masjid harus mampu melaksanakan kesepuluh peran tadi.
Paling tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarahkan umat pada kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih
berkualitas.
Di dalam Muktamar Rishalatul Masjid di Makkah tahun 1975,
hal ini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa suatu masjid
baru dapat dikatakan berperan dengan baik apabila memiliki
ruangan, dan peralatan yang memadai untuk:
1) Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2) Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka
keluar masuk tanpa bercampur dengan pria baik digunakan
untuk shalat, maupun untuk Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga (PKK).
3) Ruang pertemuan dan perpustakaan.
4) Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafani jenazah.
5) Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja.
Dalam artikel di sebuah website membagi beberapa fungsi
masjid berdasarkan fungsinya yaitu:
1) Fungsi keagamaan

a) Ibadah
Semua muslim yang telah baligh harus menunaikan
shalat lima kali sehari. Walaupun beberapa masjid hanya
buka pada hari jumat, tapi masjid yang lainnya menjadi
tempat shalat sehari-hari. Pada hari jumat, semua
muslim yang laki-laki baligh diharuskan pergi ke masjid
untuk melaksanakan ibadah shalat di masjid, berdasarkan surah Al-Jumah ayat 9:
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.
Shalat Jenazah, biasanya juga diadakan di masjid.
Shalat Jenazah dilakukan untuk muslim yang telah
meninggal, dengan dipimpim seorang imam. Shalat jenazah dilakukan di area sekitar masjid.
b) Amal
Rukun ketiga dalam Rukun Islam adalah zakat. Setiap
muslim yang mampu wajib menzakati hartanya sebanyak
dua setengah persen dari jumlah hartanya. Masjid,
sebagai pusat komunitas umat Islam, menjadi tempat
penyaluran zakat bagi yatim piatu dan fakir miskin. Pada
saat Idul Fitri, masjid menjadi tempat penyaluran zakat
fitrah dan membentuk panitia amil zakat.
2) Fungsi sosial
a) Pusat kegiatan masyarakat
Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW, berlomba-lomba untuk membangun
masjid. Seperti kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di
sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala
juga dibangun di dekat makam Imam Husein. Kota Isfahan, Iran dikenal dengan Masjid Imamnya yang menjadi

pusat kegiatan masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah


Abbas I dari dinasti Safawi di Iran merubah kota Isfahan
menjadi salah satu kota terbagus di dunia dengan
membangun Masjid Syah dan Masjid Syaikh Lutfallah di
pusat

kota.

Ini menjadikan kota Isfahan memiliki

lapangan pusat kota yang terbesar di dunia. Lapangan ini


berfungsi sebagai pasar bahkan tempat olahraga.
b) Pendidikan
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai
tempat pendidikan. Beberapa masjid, terutama masjid
yang didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan
tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum.
Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai
menengah. Walaupun ada beberapa sekolah yang
menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya
menyediakan pendidikan paruh waktu, biasanya setelah
subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid
ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh
pelajaran, mulai dari keislaman sampai sains. Selain itu,
tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid.
Pelajaran membaca Qur'an dan bahasa Arab sering
sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara berpenduduk. Beberapa masjid juga menyediakan pengajaran tentang hukum Islam secara mendalam. Madrasah
walaupun letaknya agak berpisah dari masjid, tapi
tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu
keislaman.
c) Kegiatan dan pengumpulan data
Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana. Masjid juga sering mengadakan bazar,

dimana umat Islam dapat membeli alat-alat ibadah


maupun buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat
untuk akad nikah, seperti tempat ibadah agama lainnya.
Jadi fungsi Islamic Center sebagai komunikator, mediator
dan fasilitator dalam menampung aspirasi kerjasama umat yang
dilaksanakan melalui berbagai institusi seperti musyawarah,
rapat-rapat dan pertemuan atau halaqah ilmiah, dan sarana
informasi lainnya.
3. Klasifikasi Islamic Center
Di Indonesia Islamic Center diklasifikasikan menjadi:
a. Islamic Center Tingkat Pusat
Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup nasional dan
mempunyai masjid bertaraf Negara, yang dilengkapi dengan
fasilitas penelitian dan pengembangan, perpustakaan, museum
dan pameran keagamaan, ruang musyawarah besar, ruang
rapat dan konferensi, pusat pembinaan kebudayaan dan
agama, balai penyuluhan rohani, balai pendidikan dan pelatihan
Mubaligh, pusat Radio Dakwah dan sebagainya.
b. Islamic Center Tingkat Regional
Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup propinsi dan
mempunyai masjid bertaraf propinsi, yaitu masjid raya yang
dilengkapi dengan fasilitas yang hampir sama dengan tingkat
pusat tetapi bertaraf dan berciri regional.
c. Islamic Center Tingkat Kabupaten
Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup lokal kabupaten
dan mempunyai masjid bertaraf kabupaten, yaitu masjid agung,
yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang bertaraf lokal dan
lebih banyak berorientasi pada operasional pembangunan
dakwah secara langsung.

d. Islamic Center Tingkat Kecamatan


Yaitu Islamic Center yang mencakup lingkup kecamatan dan
mempunyai masjid yang tarafnya kecamatan, yang ditunjang
dengan fasilitas-fasiltas seperti balai dakwah, balai kursus
kejuruan, balai pustaka, balai kesehatan dan konsultasi mental,
fasilitas kantor dan asrama ustadz/pengasuh.
4. Sifat, Status dan Pengelolaan Islamic Center
a. Sifat dan status kelembagaan Islamic Center adalah:
1) Koordiantif partisipatif dalam arti penanganan serta pengelolaannya bersifat koordinatif interdepartemen tingkat pusat
maupun daerah seluruh masyarakat Kanwil dan Kantor
Agama setempat, serta partisipasi dalam arti seluruh masyarakat baik dana partisipasi langsung maupun dana sosial
keagamaan serta tenaga.
2) Dana dari pemerintah dapat berbentuk subsidi inpres atau
dana kerohanian Presiden, PELITA, B.K.M, dana dari
daerah APBD, BAZIS, dan sebagainya.
3) Kantor Depag dibantu lembaga dakwah sosial dan pendidikan keagamaan setempat adalah pengelola Islamic
Center tersebut yang diangkat/dikukuhkan oleh pejabat
setempat tiap periode kurang lebih tiga tahun.
4) Dikaitkan dengan Dirjen Bimas Islam, Islamic Center
merupakan Puspenag (Pusat Penerangan Agama) bagi
wilayah yang bersangkutan.
b. Pengelola Islamic Center adalah sebagai berikut :
Status organisasi Islamic Center adalah organisasi semi
ofisial (setengah resmi) sesuai dengan tujuan dan fungsinya
untuk menggerakkan partisipasi masyarakat untuk membangun.
Untuk tingkat propinsi ditetapkan oleh KDH tingkat 1 atas usul
Kanwil setempat.

5. Bentuk dan Struktur Organisasi Islamic Center


a. Bentuk dan struktur organisasi Islamic Center
Organisasi/professional

dengan

sistem

pengurus

dan

Anggaran Rumah Tangga yang seragam. Bentuk dan Tata


Laksana organisasi disusun sebagai berikut:
1) Dewan Pembina
Dewan Pembina diambil dari unsur-unsur ulama, kyai,
pendidik, tokoh masyarakat dan penguasa (umara) yang
mempunyai bobot kekuasaan dan wibawa yang cukup untuk
wilayah/daerah masing-masing.
Susunan dewan pembina sekurang-kurangnya 9 orang
yang terdiri dari:
a) Seorang Ketua Umum
b) Dua orang Wakil Ketua
c) Seorang Sekretaris
d) Lima orang Anggota
2) Dewan Pengurus
Dewan pengurus diambil dari unsur-unsur penguasa
(umara), mubaligh pendidik dan penyuluh agama yang
merupakan pelaksana langsung Islamic Center.
Susunan dewan pengurus harian sekurang-kurangnya 20
orang terdiri dari:
a) Seorang Ketua Umum
b) Dua orang Wakil Ketua
c) Dua orang Sekretaris
d) Dua orang Bendahara
e) Seorang Ketua Bidang Dakwah
i. Seorang Ketua Bidang Pustaka dan Kursus
ii. Seorang Ketua Bidang Pembina Anak-anak
iii. Seorang Ketua Bidang Dana dan Logistik
iv. Tujuh orang staf operasi/pengajar/instruktur

Bentuk susunan dan jumlah pengurus disesuaikan


dengan kebutuhan dan bergantung dari ruang lingkup
pelayanannya, nasional, regional dan lokal. Jangka waktu
kepengurusan (periode) ditetapkan selama 3 tahun.
Sifat dan model administrasi menganut sistem administrasi pendidikan, terutama administrasi kursus (administrasi
pendidikan non formal). Prinsip dan pembiayaan rutin, dan
pembinaan harus mengarah pada swadaya masyarakat.
Biaya dari pemerintah berupa subsidi rutin sampai dipandang mampu untuk mandiri/swadaya dan swakarya.
6. Lingkup kegiatan
Sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan Islamic Center di
Indonesia, maka lingkup kegiatan Islamic Center dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kegiatan Ubudiyah/Ibadah Pokok
1) Kegiatan Shalat, meliputi: Shalat wajib lima waktu dan shalat
sunnah baik yang dilakukan secara individu maupun
berjamaah.
2) Kegiatan Zakat
a) Penerimaan zakat.
b) Pengumpulan zakat dan penyimpanan.
c) Pengolahan/pembagian zakat.
3) Kegiatan Puasa
a) Shalat tarawih
b) Kegiatan pesantren kilat/mental training
c) Membaca Al-Quran/tadarrus
4) Kegiatan Naik Haji, meliputi: pendaftaran, pemeriksaan kesehatan, penataran/penyuluhan, latihan manasik haji, cara
pakaian ihrom, cara ibadah di perjalanan, praktek hidup
beregu dan mengkoordinasi keberangkatan.

5) Upacara peringatan Hari Besar Islam


a) Hari Besar Idul Fitri : membayar zakat fitrah yang
dibayarkan sebelum hari raya tiba, shalat idul fitri.
b) Hari Raya Idul Adha : Shalat Idul Adha, menyembelih
hewan qurban untuk dibagikan fakir miskin.
c) Hari Maulid Nabi Muhammad SAW, meliputi kegiatan
perayaan dengan dilengkapi acara kesenian.
d) Hari Isra Miraj, meliputi kegiatan perayaan, seminar, dan
ceramah.
e) Hari Nuzulul Quran, meliputi kegiatan perayaan dan
lomba membaca Al-Quran.
b. Kegiatan Muamalah/Kegiatan Kemasyarakatan
1) Kegiatan penelitian dan pengembangan
a) Meneliti dan pengembangan
b) Penerbitan dan percetakan
c) Seminar, diskusi, dan ceramah
d) Training dan penataran
e) Kursus Bahasa Arab dan Inggris
f) Siaran Radio Islam
g) Pameran-pameran
2) Kegiatan sosial kemasyarakatan
a) Kursus keterampilan dan perkoperasian
b) Konsultasi hukum dan konsultasi jiwa
c) Pelayanan kebutuhan umat, seperti buku-buku, kitab,
baju dan perlengkapan muslim, makanan, kebutuhan
sehari-hari dan sebagainya.
d) Pelayanan sosial
i. Bantuan fakir miskin dan yatim piatu.
ii. Pelayanan pembinaan ceremony.
iii. Pelayanan penasehat perkawinan.
iv. Bantuan pelayanan khitanan missal.

v. Bantuan santunan kematian dan pengurusan jenazah


vi. Pelayanan pendidikan, meliputi taman kanak-kanak
dan madrasah diniyah.
vii. Pelayanan kesehatan, meliputi bantuan kesehatan,
Poliklinik dan BKIA .
3) Kegiatan pengelola
Meliputi kegiatan administrasi yang mengkoordinir dan
mengelola seluruh kegiatan yang ada.
4) Kegiatan penunjang
a) Pelayanan kafetaria
b) Pelayanan pemondokan/guest house, untuk menginap
Imam, Khotib, dan petugas rutin serta tamu, alim ulama,
mahasiswa/pelajar dan para cendikiawan dari luar.
7. Pola Pengembangan Islamic Center
Pola pengembangan Islamic Center khususnya di Indonesia
diprioritaskan pada daerah pengembangan kawasan Islam dengan
mempertimbangkan beberapa hal antara lain :
a. Pengembangan ekonomi
b. Pengembangan areal
c. Pengembangan fisik
d. Pengembangan kegiatan-kegiatan Islam
Sedangkan untuk pengembangan penyiaran Islam dititikberatkan pada :
a. Tersedianya sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang
lainnya
b. Azas pemerataan pembangunan.

C. Tinjauan Khusus Arsitektur Islam


1. Pengertian Arsitektur Islam
Islam secara umum : Islam berasal dari kata Salima yang
artinya penyerahan diri, tunduk, dan patuh untuk mendapatkan
salam, artinya keselamatan dan kedamaian. Secara etimologis
Islam

berarti

salam,

keselamatan,

penyerahan,

kesucian,

kebebasan, kebahagiaan dan kesebagaian. Arsitektur Islam secara


umum dan salah satu pengertian menurut Nana Cahyana (1980) :
a. Arsitektur Islam adalah perangkat penataan ruang, bangunan
dan merupakan refleksi produk transformasi konsepsi akar
budaya, pandangan hidup tradisi orang-orang muslim itu sendiri
yang menghayati dan taat berpedoman pada Al-Quran dan AlHadist.
b. Arsitektur Islam adalah ilmu seni bangunan termasuk perencanaan perancangan rekayasa penataan suatu kawasan
perkotaan,

lingkungan

pemukiman,

lansekap

sekelompok

bangunan, bangunan sifat karakter gaya bangunan sistem


struktur, ruang dalam fasilitas dan perlengkapan bangunan
serta sarat dengan jiwa Islami yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Arsitektur Islam secara etimologi maknanya adalah arsitektur
yang tunduk dan pasrah kepada sunnatullah. Atau arsitektur yang
diciptakan manusia sebagai khalifah penjaga bumi yang tunduk
kepada ketetapan Allah.
Aspek arsitektur Islam memang menjadi sangat luas. Arsitektur
Islami bukan hanya bicara mengenai wadah hubungan manusia
dengan Tuhannya tetapi juga hubungan manusia dengan alam dan
hubungan manusia dengan manusia dalam konteks ketundukannya

terhadap hukum Allah demi sejahteranya alam ini (rahmatan lil


alamin). (Dicky Hendrasto, Kompas 17 Desember 2000).
Wikipedia.or.id (2013) kaidah arsitektur Islam, antara lain :
a. Di dalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen
yang makhluk hidup yang utuh.
b. Di dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan kepada yang Maha Indah Allah SWT.
c. Hasil desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan.
d. Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga
akhlak dan perilaku.
e. Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi
kiblat.
f. Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga disekitar.
g. Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin
tidak merusak alam.
h. Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti
warna-warna alam.
2. Perkembangan Arsitektur Islam
a. Perkembangan Arsitektur Islam di Jazirah Arab
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, perkembangan
arsitektur Islam di Jazirah Arab mulai disebarkan keluar dari
jazirah arab oleh khalifah-khalifah Islam. Berikut sejarah
perkembangan arsitektur Islam di Jazirah Arab :
1) Masa Dinasti Umayyah
Ibukota: Damaskus
Negara : Syria/Suriah
Kemajuan umat Islam dalam bidang ilmu dan seni
arsitektur Islam telah dimulai semenjak Dinasti Umayyah
berkuasa dalam kekhalifahan Islam. Khalifah Abdul Malik bin

Marwan (685-705 M) mulai memperkenalkan konsep kubah


pada arsitektur masjid.

Gambar 1. Masjid Al-Aqsha


Sumber : google.com, 2013

2) Masa Dinasti Abbasiyah


Ibukota: Baghdad
Negara : Iraq
Perkembangan arsitektur Islam pada masa Abbasiyah
bermula sekitar abad ke-II. Salah satu ciri pembeda
arsitektur Abbasiyah dan Umayyah adalah pengaruh budaya
lokal. Bangunan Umayyah bercorak Arab-Romawi, sedangkan bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia Tengah.
Salah satu contoh arsitektur masjid yang dibangun pada
era itu adalah masjid Jami di Isfahan. Masjid tersebut
berbentuk oval dengan tiang besar dan dindingnya penuh
dengan warna serta kaligrafi dilengkapi menara.

Gambar 2. Masjid Jami di Isfahan


Sumber : www.google.com, 2013

3) Masa Utsmaniyah
Ibukota: Istanbul
Negara : Turkey
Kerajaan Usmani (1300-1922) meninggalkan khadzanah
arsitektur yang kaya, mulai dan istana, benteng, masjid,
hingga makam. Ciri khas masjid di Turki terletak pada
kubahnya yang indah yang dikelilingi menara tinggi.
Masjid yang kini menjadi salah satu objek wisata dunia
itu memiliki interior yang megah, ratusan jendela yang
menawan, marmer mewah, serta dekorasi indah. Masjid itu
juga menampilkan pertautan simbolis antara kemegahan
masjid sebagai lambang sultan yang besar kekuasaannya
dan keagungan masjid sebagai sarana keagamaan.

Gambar 3. Hagia Sophia


Sumber : www.google.com, 2013

Gambar 4. Interior Kubah Ayasofia,Istanbul,Turki


Sumber : www.google.com, 2013

Setelah mengenal bentuk atap meruncing yang merupakan titik awal dari pengembangan bangunan masjid yang
bersifat megah, berkesan perkasa dan vertikal. Pengembangan lengkungan-lengkungan pada pintu-pintu masuk,
untuk memperoleh kesan ruang yang lebih luas dan tinggi.
(www.belajardesaindanarsitektur.blogspot.com/2012)
b. Perkembangan Arsitektur Masjid Kuno di Indonesia
Berdasarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 1999, arsitektur masjid-masjid kuno di Indonesia bila
dibandingkan dengan arsitektur masjid-masjid kuno di dunia
Islam lainnya, sangat sederhana. Arsitektur masjid suatu
tempat/wilayah seringkali dipengaruhi oleh kondisi setempat,
atau dengan kata lain dipengaruhi oleh arsitektural yang
berkembang di tempat itu, sebelum Islam masuk.
Mengenai atap yang bertingkat, rupanya dapat diwakili oleh
bangunan Jawa lainnya, yang disebut rumah joglo. Tipe atap
rumah joglo ini menjadi benih Bari atap tumpang pada masjid.
Alasan estetika kemudian menjadikan bentuk atap rumah joglo
pada masjid memakai bentuk tingkat untuk mengimbangi
ukuran ruangnya yang besar (Wirjosuparto 1961/1962; 1986).

Gambar 5. Masjid di Fort de Kock


Sumber : www.google.com, 2013

Menurut C.F. Pijper (1992: 24), Indonesia memiliki arsitektur


masjid kuno yang khas yang membedakannya dengan bentukbentuk masjid di negara lain.
Masjid Pontianak, masjid ini merupakan salah satu masjid
kuno di Kalimantan Barat yang menggunakan konstruksi kayu,
berdiri di atas tiang, dan terletak di pinggir sungai. Secara
umum, di Kalimantan Barat dan Selatan banyak didapati masjidmasjid yang dibangun di pinggir sungai, karena sungai
merupakan salah satu sarana transportasi yang penting.
Di Sulawesi, Masjid Tua Bungku merupakan salah satu
masjid kuno yang banyak dikunjungi masyarakat. Atapnya
tumpang lima dengan kombinasi bentuk kubah pada bagian
puncaknya. Ragam hias (ornamen) pada rumah tradisional
Bugis-Makassar merupakan salah satu bagian tersendiri dari
bentuk dan corak rumah tradisional Bugis-Makassar. Selain
berfungsi sebagai hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol
status pemilik rumah.
Adapun contoh kebudayaan Islam di Indonesia, antara lain :
1) Di bidang seni, yaitu syair, kaligafi, hikayat, suluk, babad, tari
saman, tari zapin.
2) Di bidang fisik, yaitu masjid, istana, keraton.
3) Di bidang pertunjukan, yaitu wayang, hadrah, qasidah.
4) Di bidang tradisi, yaitu aqiqah, khitanan, halal bihalal.
3. Karakteristik Bangunan pada Arsitektur Islam
Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah masjid, madrasah, kuburan dan
benteng/istana, walaupun secara spesifik tidak ada yang menonjol
dalam arsitektur Islam, kecuali pada bangunan tempat ibadah

(masjid). Di sini, nuansa arsitektur Islam yang terlihat pada masjid


sangat jelas dan menonjol dibandingkan dengan bangunan lainnya.
Berikut adalah karakteristik bangunan pada arsitektur islam,
antara lain :
a. Masjid
1) Sejarah
Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad
SAW sewaktu hijrah dari Mekkah ke Madinah adalah Masjid
Quba, lalu kemudian Masjid Nabawi. Ciri dari kedua masjid
ini hampir sama dengan masjid-masjid Madinah lainnya
mengikutinya, yaitu sangat sederhana. Bentuknya empat
persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang cukup
tinggi. Tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon kurma,
atapnya terbuat dari pelepah daun kurma yang dicampur
dengan tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan
batang pohon kurma, memiliki mihrab, serambi dan sebuah
sumur.
Pola ini mengarah pada bentuk fungsional sesuai dengan
kebutuhan yang diajarkan Nabi. Biasanya masjid pada waktu
itu memiliki halaman dalam yang disebut shaan, dan tempat
shalat berupa bangunan yang disebut liwan.
2) Bentuk

Gambar 6. Bentuk Mesjid Sederhana


Sumber : www.google.com, 2013

Bentuk yang terjadi pun sesuai dengan konstruksinya.


Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf
(barisan dalam shalat) harus lurus dan rapat, maka bentuk
yang dapat menciptakan ruang luas tanpa banyak diganggu
oleh kolom-kolom yaitu bentuk dome dengan gaya-gaya
yang dapat disalurkan melalui lengkungan-lengkungannya.

Gambar 7. Masjid Berbentuk Dome


Sumber : www.google.com, 2013

Kubah adalah salah satu ciri atau identitas masjid,


dengan kubah itu tercipta suasana yang agung, sehingga
manusia merasa kecil di hadapan Khaliknya. Bentuk dome
membuat ruang di bawahnya memiliki suasana tenang dan
orang yang sedang shalat akan merasa kecil. Kualitas ruang
yang tercipta demikian agung.
Untuk

mendesain

sebuah

masjid,

diperlukan

tiga

prasyarat, yang maksudnya untuk dapat menstimulir kekhusyukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu antara lain :
a) Harus selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan
mudah pemeliharaannya.
b) Tenang, yaitu menciptakan suasana yang dapat mendorong lahirnya ketenangan.
c) Sakral tapi ramah.

Gambar 8. Bentuk Kolom pada Arsitektur Masjid


Sumber : www.google.com, 2013

3) Denah

Gambar 9. Denah Masjid


Sumber : www.google.com, 2013

Sejak awal dibangunnya sebuah masjid, denah yang ada


berbentuk segi-empat. Hal ini dilakukan secara logis sesuai
dengan kebutuhan shaf-shaf dalam shalat berjamaah.
Bentuk persegi akan membuat ruang-ruang yang terbentuk
dapat dimanfaatkan seluruhnya, sedangkan denah yang berbentuk sudut-sudut tertentu (lancip) akan membuat ruangan
banyak yang terbuang menjadi mubazir.
Arah kiblat yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan
ruang-ruang terbuang percuma, sehingga dalam perencanaan sebuah masjid hal ini harus benar-benar diperhatikan.

4) Ruang Dalam dan Ornamen


Kubah atau dome di bagian dalam ruang masjid adalah
suatu konsep untuk menciptakan suasana sakral serta
perasaan diri yang sangat kecil di hadapan Khalik tanpa
dipenuhi hiasan keduniaan yang glamour yang jauh dari
menimbulkan rasa sakral.

Gambar 10. Ornamen


Sumber : www.google.com, 2013

Ada

beberapa

corak

ornamen

atau

ornamentik,

diantaranya corak abstrak sebagai ornamen arabesk yang


terdiri dari corak geometris dan corak stilasi dari tumbuhtumbuhan dan bunga-bungaan. Ornamen atau gaya ornamentik dapat divisualisasikan dengan huruf-huruf atau
kaligrafi, seperti huruf Arab Kufa dan Karmalis adalah
merupakan salah satu ornamen geometris yang berisi tulisan
lafazd Al-Quran sebagai hiasan.
5) Menara

Gambar 11. Minaret Masjid


Sumber : www.google.com, 2013

Sebelum shalat dimulai, untuk menyatakan waktu shalat


itu sudah tiba, biasanya dikumandangkan adzan. Dengan
berkembangnya teknologi, ditemukan sistem pengeras suara
yang kemudian dimanfaatkan juga untuk kegunaan adzan.
Namun, tetap menggunakan menara. Dan terlihat bahwa
fungsi menara tidak hanya sebagai simbol saja tetapi juga
fungsional. Dan karena letaknya yang tinggi maka dapat saja
bila kemudian dijadikan aksen atau ikon (point of interest).
6) Madrasah
Madrasah adalah bangunan yang berfungsi sebagai
institusi pendidikan dan pengajaran, terutama ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai sebuah bangunan terpisah dari masjid,
madrasah fokus pada kegiatan pendidikan dan pengajaran
termasuk bangunan madrasah dilengkapi dengan iwan
(ruang beratap atau berkubah yang terbuka pada salah satu
pinggirnya) dengan karakteristiknya lebih mengarah kepada
ekspresi kecintaan kepada ilmu.
4. Peran Budaya Arsitektur Islam
Dari paparan di atas dapat kita menyimpulkan mengenai konsep
arsitektur Islami dengan kebudayaan setempat, yaitu :
a. Konsep arsitektur Islami sangat luas pemaknaannya, hingga
simbol-simbol yang selama ini digunakan dalam dekorasi
bangunan-bangunan

peribadatan

maupun

sekolah-sekolah

Islam.
b. Konsep kebudayaan setempat yang bersinergi dengan arsitektur Islami untuk menambah khasanah arsitektural.
c. Perencanaan perancangan rekayasa penataan suatu kawasan
perkotaan,

lingkungan

pemukiman,

lansekap

sekelompok

bangunan, bangunan sifat karakter gaya bangunan, sistem


struktur, ruang dalam fasilitas dan perlengkapan bangunan

serta sarat dengan jiwa Islami yang beriman dan bertaqwa


kepada Tuhan Yang Maha Esa.
d. Perangkat penataan ruang, bangunan dan merupakan refleksi
produk transformasi konsepsi akar budaya pandangan hidup,
tradisi orang-orang muslim itu sendiri yang menghayati dan taat
berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadist.
5. Kaligrafi pada Arsitektur Islam
Penulisan kaligrafi merupakan salah satu bentuk keindahan AlQuran yang disebut juga seni menulis indah. Kaligrafi diciptakan
dan dikembangkan oleh kaum Muslim sejak kedatangan Islam.
Karya kaligrafi identik dengan tulisan Arab, kata kaligrafi itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani (Kalios : indah dan graphia :
tulisan). Sebagai seni tulis yang melahirkan karya artistik yang
bermutu tinggi, kaligrafi memiliki aturan dan teknik khusus dalam
pengerjaannya yang bergantung pada prinsip geometri dan aturan
tentang keseimbangan.
Tabel 1. Jenis-jenis Kaligrafi
No.

Kaligrafi
Kufi

Tsuluts
2

Naskhi
3

Sejarah
Model penulisan paling
tua di antara semua
gaya kaligrafi.
Berkembang pertama
kali di Kota Kufah, Irak.
Sangat ornamental
dengan banyak hiasan
tambahan dan mudah
dibentuk dalam
komposisi tertentu untuk
memenuhi ruang tulisan
yang tersedia.
Paling sering dipakai
umat Islam, baik untuk
menulis naskah
keagamaan maupun
tulisan sehari-hari. Gaya
Naskhi termasuk gaya
penulisan kaligrafi tertua.

Karakter
Huruf yang sangat
kaku, patah-patah,
dan sangat formal.

Penggunaan
Penyalinan AlQuran periode
awal

Bisa ditulis dalam


bentuk kurva,
dengan kepala
meruncing dan
terkadang ditulis
dengan gaya
sambung dan
interaksi yang kuat.
Hurufnya
sederhana, nyaris
tanpa hiasan
tambahan,
sehingga mudah
ditulis dan dibaca.

Ornamen
arsitektur
masjid, sampul
buku, dan
dekorasi interior.

Untuk menulis
mushaf Alquran
sampai
sekarang

Riq'ah
4

Ijazah
(Raihani)
5

Diwani
6

Diwani Jali
7

Farisi
8

Moalla
9

Hasil pengembangan
kaligrafi gaya Naskhi dan
Tsuluts, yang
dikembangkan oleh
kaligrafer Daulah
Usmaniyah
Perpaduan antara gaya
Tsuluts dan Naskhi, yang
dikembangkan oleh para
kaligrafer Daulah
Usmani.

Dikembangkan oleh
kaligrafer Ibrahim Munif.
Kemudian,
disempurnakan oleh
Syaikh Hamdullah dan
kaligrafer Daulah Usmani
di Turki akhir abad ke-15
dan awal abad ke-16.

Pengembangan gaya
Diwani. Gaya penulisan
kaligrafi ini diperkenalkan
oleh Hafiz Usman,
seorang kaligrafer
terkemuka Daulah
Usmani di Turki.

Dikembangkan oleh
orang Persia dan
menjadi huruf resmi
bangsa ini sejak masa
Dinasti Safawi sampai
sekarang.
Tergolong bagian
kaligrafi jenis yang
berkembang di Iran.
Kaligrafi ini
diperkenalkan oleh
Hamid Ajami, seorang
kaligrafer kelahiran
Teheran.

Sumber : www.wikipedia.com, 2013

Hurufnya sangat
sederhana, tanpa
harakat, sehingga
memungkinkan
untuk ditulis cepat.

Untuk tulisan
tangan biasa
atau untuk
kepentingan
praktis lainnya

Hurufnya seperti
Tsuluts, tetapi lebih
sederhana, sedikit
hiasan tambahan,
dan tidak lazim
ditulis secara
bertumpuk
(murakkab).
Bulat dan tidak
berharakat.
Keindahan
tulisannya
bergantung pada
permainan
garisnya yang
kadang-kadang
pada huruf tertentu
meninggi atau
menurun, jauh
melebihi patokan
garis horizontalnya.
Mirip Diwani,
namun jauh lebih
ornamental, padat,
dan terkadang
bertumpuk-tumpuk.
Harakat yang
melimpah ini lebih
ditujukan untuk
keperluan dekoratif
dan tidak
seluruhnya
berfungsi sebagai
tanda baca.
Mengutamakan
unsur garis, ditulis
tanpa harakat, dan
tebal-tipis huruf
dalam 'takaran'
yang tepat.
Gaya yang tidak
standar, dan tidak
masuk dalam buku
panduan kaligrafi
yang umum
beredar.

Untuk penulisan
ijazah dari
seorang guru
kaligrafi kepada
muridnya.

Menulis kepala
surat resmi
kerajaan, untuk
ornamen
arsitektur dan
sampul buku

Untuk aplikasi
yang tidak
fungsional,
seperti dekorasi
interior masjid
atau benda hias

Dekorasi
eksterior masjid
di Iran, yang
dipadukan
dengan warnawarni arabes.
Kaligrafi ini
masih masuk
dalam daftar
jenis-jenis
kaligrafi dalam
wikipedia Arab

D. Pendekatan Perancangan Islamic Center


Dalam perancangan Islamic Center, pendekatan yang digunakan
adalah:
1. Hablum mina Allah yaitu meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan
kepada Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah
Adz-Dzariyaat ayat 56.
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
untuk mereka menyembah-ku.(QS. Adz-Dzariyaat [51] ; 56).
2. Hablum mina annas, yaitu mempererat hubungan silatuhrahmi
antarsesama umat Islam dan membina kerukunan hidup antara
umat beragama sebagaimana dalam Al-Quran surah Al-Tahrim
ayat 6 dan surah Al-Hujjarat ayat 10 dan 13.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya ialah manusia
dan batu. (QS. Al-Tahriim [66] ; 6)
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudaramu
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujuraat
[49] ; 10)
Artinya: Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan menjadi seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulai diantara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu,
sesungguhnya Allah maha mengetahui dan Maha mengenal. (QS.
Al-Hujaraat [49] ; 13)
3. Hablumminal Alamin, yaitu menjalankan fungsi sebagai khalifah
yakni menjaga kelestarian dan keutuhan alam semesta sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 60.
Artinya: Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya,
lalu kami berfirman pukulah batu itu dengan tongkatmu lalu
memancaralah dari padanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap
suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan
dan minumlah rezky Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka
bumi dengan berbuat kerusakan.(QS. Al-Baqarah [2] ; 60).

Sehingga dari ketiga konsep tadi dapat tergambarkan sebuah


gambaran interaksi umat Islam dengan Sang Pencipta tetapi tidak
melupakan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain dan menjaga kelestarian alam semesta.
Dari pendekatan konseptual tersebut, maka zooning dari perancangan
Islamic Center bermuara pada dua titik besar, yaitu zooning yang
mengimplementasikan

hablum

mina

annas

dan

zooning

yang

mengimplementasikan hablim mina Allah (Yusuf, 2005).


Ekspresi yang dihadirkan dalam perancangan Islamic Center terdiri
dari dua unsur, yaitu unsur isi yang membentuk karakter arsitektur
Islam dan unsur bentuk yang menampilkan estetika. Dua unsur isi
memegang peranan penting, yaitu ekspresi teknis, yang memberi ciri
teknis dan konstruktif baik secara ciri maupun dekoratif. Sedangkan
yang kedua adalah simbol fungsi, yang memberi kesan kepada
pengamat terhadap fungsi bangunan.
Unsur bentuk dinyatakan melalui komposisi penyusunannya.
Komposisi ini memiliki unsur titik, garis, bidang, warna, tekstur, efek
cahaya, skala, ruang dan massa. Komposisi ini disusun dengan prinsip
desain, yaitu keutuhan, keseimbangan, dinamika, irama, komposisi
dan dominan.
E. Tema Perancangan Islamic Center
Tema perancangan Islamic Center yaitu regionalisme. Regionalisme dalam arsitektur adalah sebuah interpretasi dari ketersediaan
bahan baku dan falsafah yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat berbentuk bentukan struktur, organisasi ruang dan makna
ruang. Regionalisme merupakan suatu aliran arsitektur yang selalu
melihat ke belakang, tetapi tidak sekedar menggunakan karakteristik
regional untuk mendekor tampak bangunan atau hanya menjadi topi
tempelan belaka. Regionalisme merupakan salah satu perkembangan

arsitektur modern yang mempunyai perhatian besar pada ciri


kedaerahan, terutama tumbuh di negara berkembang.
Adapun ciri kedaerahan Kota Makassar yang dimaksud berkaitan
erat dengan budaya setempat, iklim, dan teknologi pada saat dibuat.
Menurut William Curties (1985), regionalisme diharapkan dapat
menghasilkan bangunan yang bersifat abadi, melebur atau menyatukan antara yang lama dengan yang baru, antara regional dengan
universal. Dengan demikian, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
ciri utama dari regionalisme adalah menyatunya arsitektur tradisional
dengan arsitektur modern.
Suha Ozkan (1985) membagi regionalisme sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu concrete regionalisme dan abstract regionalisme. Concrete
regionalism meliputi semua pendekatan kepada ekspresi daerah/
regional dengan mencontoh kehebatannya, bagian-bagiannya atau
seluruh bangunan di daerah tersebut. Hal ini senada dengan istilah
regionalisme romantis yang cenderung melahirkan kekakuan berpikir
dan sikap menghindari kenyataan (escapist). Hal lain yang penting
adalah mempertahankan kenyamanan pada bangunan baru, ditunjang
oleh kualitas bangunan lama. Sedangkan abstract regionalisme, hal
yang utama adalah menggabung unsur-unsur kualitas abstrak
bangunan, misalnya massa, solid dan void, proporsi, rasa meruang
(sense of space), penggunaan pencahayaan dan prinsip-prinsip
struktur dalam bentuk yang diolah kembali.
Berdasarkan pola pendekatan abstrak yang dilakukan, abstract
regionalisme ini cenderung pada sebuah nilai kritis dari wujud
arsitektur, sehingga nilai dari bangunan adalah perwujudan yang
sesungguhnya dari regionalisme itu sendiri. Regionalisme, yang harus
dilihat bukan sebagai suatu ragam atau gaya melainkan sebagai cara
berpikir tentang arsitektur, tidaklah berjalur tunggal tapi menyebar

dalam berbagai jalur (Budihardjo, 1997). Taksonomi regionalisme


selengkapnya adalah sebagai berikut:

Gambar 12. Diagram Taksonomi Reagionalisme


Sumber : Budihardjo, 1997.

Pola turunan atau derivative yang oleh Broadbent sebagai


Typologic Design mungkin merupakan tahapan yang harus dilalui
untuk kemudian melangkah ke pola transformatif. Arus regionalisme
yang transformatif akan merangsang kreatifitas dan inovasi tapak agar
bisa menciptakan karya arsitektur yang modern bila perlu dengan
teknologi canggih dan bahan bangunan kontemporer, tapi sekaligus
menimbulkan getar-getar budaya (cultural resonances) yang menyiratkan kesinambungan dan warisan masa silam (Budihardjo, 1997).
F. Akar Budaya Arsitektur Bugis-Makassar
1. Arti dan Karakter Arsitektur Khas Daerah
Salah satu hasil karya budaya material (artefak) yang terbilang
banyak hadir di masyarakat adalah hasil karya arsitektural. Dua hal
tentang hal tersebut, yaitu arti dan karakter arsitektur khas daerah
(Cahyono, 2008).
Arsitektur khas daerah menunjuk kepada karakter tertentu dari
bangunan yang terdapat di suatu daerah. Karakter itu antara lain
tampil dalam hal bentuk (form) bangunan. Dalam bentuknya yang
tertentu itu, terkandung arti adanya kekhususan yang berlaku di
suatu daerah. Namun dengan bentuknya yang khusus itulah maka

ia menjadi ciri penanda bagi daerah, sekilas pandang orang


dengan mudah dan relatif cepat menyadari bahwa dirinya tengah
berada di daerah tertentu.
Selain aspek bentuk, material bangunan, komposisi warna,
ragam hias, tata letak (layout) bisa juga menjadi petanda bagi suatu
daerah.

Bentuk

bangunan

ataupun

komponen-komponennya

menampilkan kekhususan yang mudah dikenali oleh pengamat


luar. Atau dengan perkataan lain arsitektur khas daerah memiliki
karakter (ciri khusus) yang membedakannya dengan arsitektur di
daerah lain.
Berdasarkan gambaran itu, arsitektur khas daerah dapat diartikan sebagai refleksi fisis dari budaya manusia penghuni ruang
dengan segala aspeknya (perilaku, aktifitas, ruang, kenyamanan,
penampilan, lingkungan, dan pola kehidupan sosialnya). Selain
berfungsi idiologis, arsitektur khas daerah merupakan ekspresi diri,
petanda dan sekaligus monumen kehidupan dari manusia penghuninya. Dari padanya tercermin identitas dan jati diri penghuninya.
Oleh karenanya dapat dipahami bila arsitektur khas dapat menjadi
ikon bagi daerah.
2. Model Arsitektur Khas Bugis-Makassar
Sebagai suatu daerah budaya yang memiliki perjalanan sejarah
panjang dan diisi oleh beragam etnis, kawasan Makassar memiliki
khasanah budaya yang kaya. Kekayaan budaya Makassar itu
merupakan akumulasi dari berbagai unsur budaya yang tumbuh
dan berkembang pada beberapa masa, yaitu budaya masa HinduBuddha, masa perkembangan Islam, masa kolonial hingga masa
kemerdekaan RI.
Khasanah budaya dari lintas masa ini kian diperkaya dengan
hadirnya unsur-unsur budaya etnis, yang secara bersama-sama
hadir di Makassar dalam kurun waktu yang lama, seperti budaya

dari etnis Bugis-Makassar, etnis Tiong Hoa, etnis Arab maupun


Eropa serta etnis-etnis lain yang jumlahnya lebih sedikit di
Makassar. Secara keseluruhan, berbagai unsur budaya dari lintas
masa dan lintas etnis ini menghasilkan identitas budaya, yang
bukan saja kaya unsur namun juga kaya warna. Proses
pembentukan budaya di Makassar yang demikian memberi kita
gambaran bahwa Makassar adalah daerah budaya yang berwajah
multikultural.
Konsep

arsitektur

masyarakat

tradisional

Bugis-Makassar

bermula dari suatu pandangan hidup ontologis, bagaimana


memahami alam semesta secara universal. Filosofi hidup
masyarakat tradisional Bugis-Makassar yang disebut Sulapa
Appa, menunjukkan upaya untuk menyempurnakan diri. Filosofi
ini menyatakan bahwa segala aspek kehidupan manusia barulah
sempurna jika berbentuk Segi Empat. Filosofi yang bersumber
dari mitos asal mula kejadian manusia yang diyakini terdiri dari
empat unsur, yaitu : tanah, air, api, dan angin.
Bagi masyarakat tradisional Bugis-Makassar yang berfikir
secara

totalitas,

maka

rumah

tradisional

Bugis

Makassar

dipengaruhi oleh pemahaman: Struktur kosmos dimana alam


terbagi atas tiga bagian yaitu alam atas, alam tengah, dan alam
bawah. Abu Hamid (1978:30-31) dalam Bingkisan Budaya
Sulawesi Selatan menuliskan bahwa

rumah tradisional orang

Bugis tersusun dari tiga tingkatan yang berbentuk segi empat,


dibentuk

dan

dibangun

mengikuti

model

kosmos

menurut

pandangan hidup mereka, anggapannya bahwa alam raya (makrokosmos) ini tersusun dari tiga tingkatan, yaitu alam atas atau
banua atas, alam tengah banua tengah dan alam bawah banua
bawah. Banua atas adalah tempat dewa-dewa yang dipimpin oleh
seorang dewa tertinggi yang disebut Dewata Seuwae (dewa

tunggal), bersemayam di Botting-Langik (langit tertinggi). Banua


tengah adalah bumi ini dihuni pula oleh wakil-wakil dewa tertinggi
yang mengatur hubungan manusia dengan dewa tertinggi serta
menggawasi jalannya tata tertib kosmos. Banua bawah disebut
Uriliyu (tempat yang paling dalam) dianggap berada di bawah air.
Semua pranata-pranata yang berkaitan dengan pembuatan atau
pembangunan

rumah

harus

berdasarkan

kosmologis

yang

diungkap dalam bentuk makna simbolis-filosofis, yang diketahuinya


secara turun-temurun dari generasi kegenerasi.
Menurut Mangunwijaya (1992:95-96), bahwa bagi orang-orang
dahulu, tata wilayah dan tata bangunan alias arsitektur tidak
diarahkan pertama kali demi penikmatan rasa estetika bangunan,
tetapi terutama demi kelangsungan hidup secara kosmis. Artinya
selaku bagian integral dari seluruh kosmos atau semesta raya
yang keramat dan gaib.
Ragam hias Ornamen pada rumah tradisional Bugis-Makassar
merupakan salah satu bagian tersendiri dari bentuk dan corak
rumah tradisional Bugis-Makassar. Selain berfungsi sebagai
hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah.
Ragam hias umumnya memiliki pola dasar yang bersumber dari
corak alam, flora dan fauna. (www.komed45.blogspot.com/2012)
Arsitektur dari masa perkembangan Islam dapat berupa masjid,
menara, makam, pondok pesantren dan rumah tinggal beserta
kelengkapannya. Contoh kebudayaan Islam yang berbentuk hasil
karya di antaranya: seni ukiran kaligrafi yang terdapat di masjidmasjid, arsitektur-arsitektur masjid dan lain sebagainya. Masuknya
agama Islam ke Indonesia khususnya ke Kota Makassar, tidak
mematikan kebudayaan/tradisi islam diberbagai daerah.

Di dalam Islam ada larangan membuat gambar/patung makhluk


hidup. Oleh karena itu, seni pahat pada masa perkembangan Islam
tidak sepesat pada masa sebelumnya. Namun telah memperkenalkan tradisi bangunan, seperti masjid dan makam. Islam
melarang pembakaran jenazah yang merupakan tradisi dalam
ajaran Hindu-Buddha, sebaliknya jenazah bersangkutan harus
dimakamkan di dalam tanah. Maka dari itu, peninggalan berupa
nisan bertuliskan Arab merupakan pembaruan seni arsitektur pada
masanya.
G. STUDI BANDING
1. Studi Banding Bangunan Islamic Center
a. Masjid Al-Markaz Al-Islami, sebuah masjid yang terletak di
Makassar, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1994 dan
selesai pada tahun 1996. Saat ini berkembang menjadi pusat
pengembangan ibadah agama Islam terbesar dan termegah
di Asia Tenggara, terletak di Jalan Masjid Raya Makassar.

Gambar 13. Masjid Al-Markaz Al-Islami


Sumber : http://google.com/makassar-islamic-center

Bangunan Masjid tersebut, terdiri atas 3 lantai yang terbuat


dari batu granit. Menempati luas areal 72.229 m2 atau 7,229 ha,
didirikanlah Masjid Al-Markaz Al-Islami. luas bangunan utama

43.500 m2. Dengan kapasitas jamaah yang dapat ditampung di


dalam bangunan 10.000 jamaah.
b. Jakarta Islamic Center (JIC)
1) Landasan Ide/Perencanaan
Jakarta Islamic Center (JIC) atau dikenal dengan Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta merupakan
perpaduan rintisan rencana kegiatan berbagai bidang, dan
merupakan realisasi dari SK Gubernur DKI Jakarta dengan
nomor: 6485/1998 pada Tahun, dengan kapasitas jamaah
masjid 21.000 jamaah. Jakarta Islamic Center merupakan
suatu kompleks yang dapat menampung kelompok aktifitas
utama, yaitu keagamaan, sosial, pendidikan, dan ekonomi.

Gambar 14. Master plan pembangunan JIC


Sumber : CD Album JIC, 2008

2) Konsep Perencanaan
Islamic Center lahir sebagai pemenuhan kebutuhan
peribadatan dan muamalah bagi umat muslim. Yang
menjadi landasan utamanya pun adalah taqwa semata-mata

demi mengharap ridha Allah SWT dan tujuan akhirnya pun


demikian (surat At Taubah, 107-108).

Gambar 15. Wujud fasade dan selasar JIC


Sumber : http://google.com/jakarta-islamic-center

c. Islamic Center of America


Didirikan pada tahun 1963 dan telah melayani kebutuhan
umat Islam di daerah Detroit yang lebih besar serta di seluruh
Amerika Serikat. Islamic Center of America memiliki masa lalu
yang panjang dan kaya yang mewujudkan pencarian Komunitas
Muslim Amerika dengan kapasitas jamaah 3.000 jamaah.

Gambar 16. Islamic Center of America


Sumber : http://google.com/islamic-center-di-dunia

2. Perbandingan Studi Banding Bangunan Islamic Center


Tabel 2. Perbandingan Islamic Center
No.

Studi
Banding

Sejarah

Lokasi

Kapasitas

Besaran
Ruang

Al Markaz Al
Islami

Jakarta Islamic
Center

Islamic Center
of America

Masjid ini mulai


didirikan 8 Mei 1994
dan dinyatakan
selesai tanggal 12
Januari 1996. Ide
awal lahir dari
Almarhum Jenderal
M. Jusuf yang ketika
tahun 1989 menjadi
Amirul Hajj (pimpinan
perjalanan haji)
menyampaikan
keinginannya
mendirikan masjid
yang monumental di
Makassar.

Kawasan JIC
dahulunya lebih
dikenal sebagai
tempat wisata
malam, Kramat
Tunggak. Kawasan
ini, di era tahun 1970an dan 1980-an
sangat populer
keberadaannya. tapi
upaya pemerintah
membersihkan
kawasan ini mulai
terealisasi pada awal
tahun 2000.

Di Jalan Mesjid Raya,


kecamatan Bontala,
Kota Makassar,
Provinsi Sulawesi
Selatan.
6.000 sampai
10.000 jamaah
Luas Keseluruhan
2
Bangunan 43.500 m .
Untuk Kegiatan
2.
Shalat 4.016 m

Di jl. Kramat RW. 19


Kelurahan Tugu
Utara Kecamatan
Koja Kota Jakarta
Utara
21.000 sampai
40.000 jamaah
Luas bangunan
2
masjid 16.267m .
Pembangunan wisma
di area JIC sudah
dimulai tahun 2007
dengan rencana luas
2
21.452 . Wisma
tersebut terbagi
menjadi tiga gedung,
yaitu gedung bisnis
center dengan luas
2
5.653 m , balai
pertemuan seluas
2
4.582 m , dan hotel
2
11.217 m .

Didirikan pada
tahun 1963 dan
telah melayani
kebutuhan umat
Islam di daerah
Detroit yang lebih
besar serta di
seluruh Amerika
Serikat. Islamic
Center of America
memiliki masa lalu
yang panjang dan
kaya yang
mewujudkan
pencarian
Komunitas Muslim
Amerika.
di 19500 Ford
Road di Dearborn,
Michigan , Amerika
Serikat
3.000 jamaah
Luas bangunan
2
6.082 m di tanah
2
seluas 21.000 m
dengan kapasitas
dapat menampung
5.000 keluarga
Muslim di Kota
Michigan.

Struktur
Bangunan

Pencahayaan
Alami

Penghawaan
Alami

Estetika
Bangunan

Penggunaan struktur
bentang lebar. Masjid
ini tidak memiliki
kubah atau atap
bundar, tetapi kuncup
segi empat meniru
kuncup Masjid
Katangka dan rumah
Bugis-Makassar.
Cahaya alami melalui
jendela kaca dan
adanya kaca di
sekitar atap sehingga
memenuhi kebutuhan
cahaya pada ruang.
Cross ventilation
dengan bukaan di
sebelah kiri-kanan
ruang shalat dan
bagian atapnya
penghawaan alami.
Arsitek Ir. Achmad
Numan. Nuansa
warna hijau yang
sejuk dan teduh,
Masjid Al Markaz Al
Islami diharapkan
menjadi salah satu
pusat peradaban dan
pengkajian Islam di
Kawasan Indonesia
Timur. Sekaligus juga
menjadi kebanggan
masyarakat Sulawesi
Selatan. Masjid ini
memang nampak
megah dan
berarsitektur indah.
Arsitektur Al Markaz
Al Islami memang
dipengaruhi oleh
Masjidil Haram di
Makkah dan Masjid
Nabawi di Madinah Al
Munawwarah.

Penggunaan struktur
bentang lebar
dengan atap kubah.
Ruangan utama
masjid memiliki
bentangan 68 m,
tanpa tiang yang
merupakan
bentangan terbesar
di Asia Tenggara.
Cahaya alami melalui
jendela kaca bermotif
belum memenuhi
kebutuhan cahaya
pada ruang.
Bukaan untuk
penghawaan alami
dari rooster bunga
pada dinding
mengitari jendela.
Manifestasi dari sifatsifat keperkasaan (AlJabbaru),
Kemegahan (AlMutakabbiru),
sekaligus kelembutan
dan keindahan (AlLathief), yang
diharapkan dapat
menghapus stigma
lama lokasi, dengan
filosofi bangunan
yang bersifat
monumental yang
kontras dengan
lingkungan sekitar,
berbobot syiar yang
tinggi serta ramah
dan mengundang
umat untuk
beribadah. Arsitektur
kaya akan nuasa
Betawi yang identik
dengan nuansa Islam
dan memiliki menara
tinggi 114 meter yang
mengandung arti
jumlah surat dalam
Al-Quran.

Penggunaan
struktur dengan
atap kubah.
Ketinggian dome
mencapai 150 kaki.
Memiliki 4 Tiang di
dalam masjid.

Cahaya alami
melalui jendela
kaca bermotif
belum memenuhi
kebutuhan cahaya
pada ruang.
Bukaan untuk
penghawaan alami
dari jendela.

Bangunan dengan
batu ukir dan atap
kubah dari
fiberglass
rancangan oleh
David Donellon. Di
ruang dalamnya,
pengunjung dapat
melihat chandelier,
granit impor dan
ruang doa yang
dihiasi oleh motifmotif Islam dan
kaligrafi ayat-ayat
suci Al-Qur'an yang
didesain oleh artis
Libanon. Masjid
ICoA semakin
megah dengan
kubah kuning besar
yang menjadi
atapnya. Dua buah
menara tinggi
besar seolah
menjadi pengawal
masjid yang setia.
Pintu kayu besar
penuh ukiran indah.

Fasilitas
Penunjang

Bangunan utama
Sebuah bentuk
terdiri dari tiga lantai,
fasilitasi fungsi-fungsi
diperuntukkan untuk
kemakmuran masjid
ruang kantor
yang difasilitasi
sekretariat, aula,
secara total oleh
perpustakaan,
Pemda DKI Jakarta
pendidikan, koperasi, dengan ciri
dan kantor MUI
utamanya, terdapat
Sulsel. Di sini
fungsi peribadatan,
terdapat TK Islam Al
fungsi pendidikan
Markaz, pelatihandan fungsi
pelatihan, kuliah
perdagangan/ bisnis.
dhuha, dan
perkemahan remaja.
Sumber : Analisa Studi Banding, 2013

Berbagai fasilitas
seperti ruang
pertemuan, kantor
hingga sekolah
Islam. Kompleknya
begitu besar
mencapai puluhan
meter persegi.

3. Kesimpulan Hasil Studi Banding Bangunan Islamic Center


Tabel 3. Hasil Analisa Perbandingan Studi Banding
Studi Banding

Al Markaz Al
Islami

Jakarta Islamic
Center

Islamic Center
of America

2
1
3
3
3
2
1

3
3
2
2
2
3
3

1
2
1
1
1
1
2

15

18

Kapasitas
Besaran Ruang
Struktur Bangunan
Pencahayaan Alami
Penghawaan Alami
Estetika Bangunan
Fasilitas Penunjang
Hasil

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Keterangan :
1 Kurang Memadai
2 Cukup Memadai
3 Sangat Memadai
Berdasarkan hasil analisa perbandingan studi banding pada
tabel di atas dapat diketahui bahwa di Kota Makassar, kebutuhan
akan bangunan pusat kegiatan Islami sangat besar namun harus
diimbangi dengan fasilitas yang memadai dari segi fungsinya.
Beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan acuan dalam
pendekatan

konsep

perancangan, yaitu :

perencanaan

maupun

konsep

dasar

a. Tata massa bangunan Islamic Center cenderung menekankan


kepada aspek fungsi atau bentuk yang bebas (tidak terpaku
pada satu sudut pandang)
b. Pola tata massa ada yang menyatu dan ada pula yang terpisah
sesuai dengan kebutuhan dan luasan lahan yang ada.
c. Pola ruang dalam ada yang meminimalkan penggunaan tiang
terutama pada ruang ibadah.
d. Penampilan

bangunan

menggabung-kan

unsur

beraneka
arsitektur

ragam,
Islam

ada

dan

yang

arsitektur

tradisional ada pula yang menggabungkan arsitektur Islam


dengan arsitektur modern, serta ada pula yang mengadopsi
bentuk dan penampilan bangunan masjid-masjid yang sudah
ada.
e. Penggunaan ornamen yang identik dengan seni Islam seperti
kaligrafi, dan penggunaan warna bangunan tidak memiliki
aturan sendiri, tetapi cenderung menggunakan

warna yang

mendekat-kan kepada Allah SWT, seperti warna-warna alam


atau warna-warna yang lembut.
f. Adanya halaman atau ruang luar (lansekap) yang luas yang
dapat digunakan sebagai tempat shalat jika masjid tidak mampu
menampung jamaah yang ada, serta sebagai penataan
lansekap yang Islami.
g. Untuk sistem penghawaan dan pencahayaan lebih banyak
menggunakan sistem yang alami, dan ada pula beberapa ruang
yang mengguanakan penghawaan buatan terutama ruangan
yang memiliki barang elektronik yang sangat sensitif terhadap
panas.
h. Sarana penunjang yang terdapat pada

Islamic Center yaitu

sarana atau fasilitas yang berfungsi dalam syiar agama Islam,


seperti pusat Informasi Agama Islam (perpustakaan), pendidikan Al-Quran, wadah kegiatan Muamalah, dll.

BAB III
TINJAUAN ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR

A. TINJAUAN UMUM MAKASSAR


1. Kota Makassar
a. Profil Wilayah
Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di
Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia memiliki
luas areal 175,77 km2 dengan penduduk 1.352.136 jiwa
(sumber : Makassar dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik),
sehingga kota ini sudah menjadi kota Metropolitan. Sebagai
pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat
perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan
pemerintahan, jasa angkutan barang dan penumpang, dan
pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Tabel 4. Luas Wilayah Kota Makassar
NO.

KECAMATAN

LUAS (km2)

Tamalanrea

31,84

Biringkanaya

48,22

Manggala

24,14

Panakkukang

17,05

Tallo

5,83

Ujung Tanah

5,94

Bontoala

2,10

Wajo

1,99

Ujung Pandang

2,63

10

Makassar

2,52

11

Rappocini

9,23

12

Tamalate

20,21

13

Mamajang

2,25

14

Mariso

1,82
Total

175,77

Sumber : Litbang Kompas diolah dari BPS Kota Makassar, 2012

Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan


143 kelurahan. Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m
dari permukaan laut. Penduduk Kota Makassar pada tahun
2010 adalah 1.338.663 jiwa yang terdiri dari laki-laki 662.009
jiwa dan perempuan 676.654 jiwa dengan pertumbuhan rasio
berdasarkan jenis kelamin 97,84 %. Kota Makassar sebagai
kota maritim dengan penduduk Islam terbanyak berdasarkan
dari data jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2011 yaitu
sebesar 1.352.136 jiwa, pemeluk Islamnya sekitar 1.172.978
jiwa (86,75%), Kristen 90.728 (6,71%), Katolik 50.299 (3,72%),
Hindu 5.273 (0,39%) dan Budha 32.856 (2,43%). (Sumber :
Data Statistik jumlah penduduk tahun 2011, Badan Pusat
Statistik Kota Makassar). Masyarakat Kota Makassar terdiri dari
beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai seperti
etnis Bugis, etnis Makassar, etnis Cina, etnis Toraja, etnis
Mandar dan lain-lain.
Tabel 5. Sebaran dan Kepadatan Penduduk di Kota Makassar, 2011
No.

Kecamatan

Penduduk

Laju Pertumbuhan
Penduduk 2001-2011

Tamalanrea

104.175

1,95

Biringkanaya

169.340

5,37

Manggala

118.191

3,83

Panakkukang

142.729

0.91

Tallo

135.574

1,09

Ujung Tanah

47.133

0.16

Bontoala

54.714

0.90

Wajo

29.639

1.90

Ujung Pandang

27.160

0,73

10

Makassar

82.478

0,22

11

Rappocini

152.531

1,45

12

Tamalate

172.506

2,48

13

Mamajang

59.560

0,39

14

Mariso

56.408

0,50

1.352.136

1,56

Kota Makassar

Sumber : Litbang Kompas diolah dari BPS Kota Makassar, 2012.

Dalam sejarah perkembangan Islam, Makassar adalah kota


kunci dalam penyebaran agama Islam ke Kalimantan, Philipina
Selatan, NTB dan Maluku. Kota makassar disamping sebagai
daerah transit para wisatawan yang akan menuju ke Tana
Toraja dan daerah-daerah lainnya, juga memiliki potensi obyek
wisata seperti : Pulau Lae-lae, Pulau Kayangan, Pulau
Samalona, Obyek wisata peninggalan sejarah lainnya seperti:
Museum Lagaligo, Benteng Somba Opu, Makam Syech Yusuf,
makam Pangeran Diponegoro, Makam Raja-raja Tallo, dan lainlain. Fasilitas penunjang tersedia jumlah hotel 95 buah dengan
jumlah kamar 3.367 cottage wisata sebanyak 76 buah, selain itu
juga terdapat obyek wisata Tanjung Bunga yang potensial.
b. Orientasi Wilayah
Secara geografis Kota Metropolitan Makassar terletak di
pesisir

pantai

barat

Sulawesi

Selatan

pada

koordinat

11918'27,97" 11932'31,03" Bujur Timur dan 500'30,18" 514'6,49" Lintang Selatan dengan luas wilayah 175.77 km 2
dengan batas-batas berikut :
1) Batas Utara

: Kabupaten Pangkajene Kepulauan

2) Batas Selatan

: Kabupaten Gowa

3) Batas Timur

: Kabupaten Maros

4) Batas Barat

: Selat Makasar

Secara

administrasi

Kota

Makassar

terbagi

atas

14

Kecamatan dan 142 Kelurahan dengan 885 RW dan 4446 RT


Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25 meter dari
permukaan laut, dengan suhu udara antara 20 C sampai
dengan 32 C. Kota Makassar diapit oleh dua buah sungai yaitu:
Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai
Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota.

Dalam sebuah perancangan bangunan publik, syarat-syarat


yang harus dipenuhi adalah:
1) Kedekatan dengan fasilitas lainnya.
2) Kedekatan dengan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.
3) Kemudahan potensi memunculkan karakter bangunan.
c. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya Kota Makassar
1) Penduduk
Penduduk kota Makassar pada tahun 2011 tercatat
1.352.136 jiwa yang terdiri dari 667.681 lakilaki dan
684.455 perempuan. Penyebaran penduduk Kota Makassar
tahun 2009 dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa
penduduk

masih

terkonsentrasi

diwilayah

kecamatan

Tamalate, yaitu sebanyak 154.464 atau sekitar 12,14 % dari


total penduduk, disusul kecamatan Rappocini sebanyak
145.090 jiwa (11,40 %). Kecamatan Panakkukang sebanyak
136.555 jiwa (10,73 %), dan yang terendah adalah
kecamatan Ujung Pandang sebanyak 29.064 jiwa (2,28 %).
Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar
adalah terpadat yaitu 33.390 jiwa per km2, disusul
kecamatan Mariso 30.457 jiwa per km2, kecamatan Bontoala
29.872 jiwa per km2. Sedang kecamatan Biringkanaya
merupakan

kecamatan

dengan

kepadatan

penduduk

terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per km2, kemudian


kecamatan Tamalanrea 2.841 jiwa per km2, Manggala 4.163
jiwa per km2, kecamatan Ujung Tanah 8.266 jiwa per km2,
kecamatan Panakkukang 8.009 jiwa per km2.
2) Agama
Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat
dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing
agama. Tempat peribadatan umat Islam berupa mesjid dan

mushalla pada tahun 2009 masing-masing berjumlah 923


buah dan 48 buah. Tempat peribadatan Kristen berupa
gereja masing-masing 137 buah gereja protestan dan 8
buah gereja katholik. Tempat peribadatan untuk agama
Budha dan Hindu masing-masing berjumlah 26 buah dan 3
buah. (Sumber : Makassar dalam Angka 2010, Badan Pusat
Statistik Kota Makassar).
Tabel 6. Penduduk menurut Wilayah Administrasi dan Agama
JUMLAH
PENDUDUK
MUSLIM

JUMLAH
MASJID

JUMLAH
MUSHALLAH

Mariso

46.018

39

Mamajang

53.935

42

Tamalate

124.020

114

Rappocini

121.478

93

Makassar

79.271

35

Ujung Pandang

23.958

38

Wajo

24.834

27

Bontoala

53.103

22

Ujung Tanah

42.338

37

Tallo

121.259

79

Panakkukang

105.014

95

Manggala

72.009

79

Biringkanaya

87.325

129

10

Tamalanrea

65.717

94

11

1.055.375

923

48

KECAMATAN

Jumlah

Sumber : BPS Propinsi Sul-Sel, Makassar dalam angka 2009

Data dari Bagian Kesejahteraan Rakyat tahun 2012,


jumlah masjid di Makassar sebanyak 988 dari 1.258 rumah
ibadah.

Masjid

paling

banyak

Biringkanaya, sebanyak 145 unit.

berdiri

di

Kecamatan

3) Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM) suatu Negara akan menentukan karakter
dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia
pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut.
Pada tahun 2011/2012 di Kota Makassar, jumlah SD
sebanyak 463 unit dengan jumlah guru sebanyak 5.103
orang dan jumlah murid sebanyak 124.975 orang, jumlah
SLTP sebanyak 165 unit dengan jumlah guru sebanyak
4.027 orang dan jumlah murid sebanyak 55.997 orang,
jumlah SLTA sebanyak 106 unit dengan jumlah guru
sebanyak 1.533 orang dan jumlah murid sebanyak 35.674
orang.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Kegiatan
penyusunan

rencana
RTRW

yang

akan

Kota

dilakukan

Makassar,

secara

dalam
garis

rangka
besar

pembahasannya akan menitikberatkan pada metodologi dan


kaidah-kaidah perencanaan yang sebenarnya, sebagaimana yang
tertuang dalam keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/
M/2002 tentang pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah

perkotaan.

Kota

Makassar

memiliki

jangka

waktu

perencanaan hingga 10 tahun.


Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar yang akan
disusun berfungsi sebagai pedoman untuk :
a. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang wilayah Kota
Makassar.
b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, keseimbangan perkembangan antarwilayah.

c. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan


masyarakat di wilayah Kota Makassar.
d. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana Teknik
Ruang Kawasan di wilayah Kota Makassar.
e. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi
kegiatan pembangunan.
f. Dasar dalam mengeluarkan perijinan lokasi pembangunan.
Ruang Lingkup RTRW Kota mencakup strategi dan struktur
pemanfaatan ruang wilayah Kota sampai dengan batas ruang
daratan, ruang lautan, dan ruang udara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dimana RTRW kota disusun
berdasarkan pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara
terpadu, serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna,
berbudaya dan berkelanjutan. Serta keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum. Berdasarkan Pasal 9, 13 Kawasan Pengembangan Terpadu Kota Makassar, terdiri atas:
a. Kawasan Pusat Kota, Kecamatan Wajo, Bontoala, Ujung
Pandang, Mariso, Makassar, Ujung Tanah dan Tamalate;
b. Kawasan Permukiman Terpadu, wilayah Kecamatan Manggala,
Panakukang, Rappocini dan Tamalate;
c. Kawasan Pelabuhan Terpadu, Kecamatan Ujung Tanah dan
Wajo;
d. Kawasan Bandara Terpadu, Kecamatan Biringkanaya dan
Tamalanrea;
e. Kawasan Maritim Terpadu, Kecamatan Tamalanrea;
f. Kawasan

Industri

Terpadu,

Kecamatan

Tamalanrea

dan

Biringkanaya;
g. Kawasan Pergudangan Terpadu, Kecamatan Tamalanrea,
Biringkanaya dan Tallo;

h. Kawasan Pendidikan Tinggi Terpadu, Kecamatan Panakukang,


Tamalanrea dan Tallo;
i.

Kawasan Penelitian Terpadu, Kecamatan Tallo;

j.

Kawasan Budaya Terpadu, Kawasan Olahraga Terpadu,


Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu, yaitu Kecamatan
Tamalate;

k. Kawasan Bisnis Global Terpadu, Kecamatan Mariso.

Gambar 17. Penentuan Fungsi Detail Tata Ruang Kota (DRTK) Kota
Makassar Tahun 1999/2000-2009/2010
Sumber : www.google.com

Bagian Wilayah Kota (BWK) merupakan bagian arah rencana


pembangunan Kota Makassar. Secara umum, Rencana Induk Kota
telah membagi 14 kecamatan yang ada menjadi bagian wilayah
kota (BWK) yaitu BWK A-BWK I dengan fungsinya masing-masing.

Tabel 7. Rencana Fungsi Struktur Tata Ruang BWK di Makassar Tahun


2011
NO.

KECAMATAN

LUAS
(Ha)

Ujung Tanah

Ujung Pandang,
Wajo, Makassar,
Bontoala, Mariso,
dan Mamajang

594

1.331

FUNGSI
UTAMA
4
Transportasi laut,
Pelabuhan laut.

1. Pariwisata
2. Militer
3. Pemukiman

Pesat
perdagangan/perni
agaan (CBD), jasa
pelayanan sosial

1. Rekreasi, perhotelan.
2. Pemerintah Kota
3. Pemukiman
4. Hutan/Taman Kota.

Tamalate

2.021

Rekreasi pantai
dan jasa pariwisata

Rappocini

923

Jasa pelayanan
sosial/umum (JPS)

Panakkukang

1.705

Pusat perdagangan
dan jasa sosial

Manggala

2.414

Pemukiman

Tallo

Tamalanrea

3.184

Pendidikan tinggi
dan pemukiman

Biringkanaya

4.822

Industri dan
pemukiman

583

PENUNJANG
5

Pariwisata dan
Ruang Terbuka
Hijau (RTH)

1. Perdagangan
2. Pemukiman
3. Pendidikan Tinggi
4. Transportasi Darat
5. Hutan Kota
1. Perkantoran
2. Perdagangan
3. Pemukiman
1. Perdagangan
2. Pemukiman
3. Pendidikan Tinggi
4. Transportasi Darat
5. Hutan Kota
1. Pariwisata
2. JPS
3. Pendidikan Tinggi
4. RTH
1. JPS
2. Pemukiman
3. Hutan/Taman Kota
1. JPS
2. Industri
3. Perdagangan
1. Transportasi Darat
2. Militer
3. RTH
4. Perkuburan

Sumber : Revisi RUTRW Kota Makassar 2011, Bappeda

Pada RTRW 2006, terdapat standar untuk pembangunan


fasilitas umum di lokasi perancangan. Peraturan tersebut adalah :
a. KDB

: 70:30% - 60:40 %

b. KLB

: 70-100 %

c. Ketinggian Bangunan : 1-3 lantai

d. GSB

: 10-20 meter

e. Sempadan Pantai memiliki kriteria bahwa daratan sepanjang


tepi pantai yang memiliki lebar yang proposional dengan bentuk
dan kondisi pantai, sekurang-kurangnya berjarak 100 m diukur
dari garis pasang ke arah darat.

Gambar 18. Pola Pembangunan Akses Tepi Pantai yang


Direkomendasikan
Sumber : http://google.com/sempadan-pantai

f. Sempadan sungai sekurang-kurangnya 50-100 m.


g. Sempadan waduk/danau sekurang-kurangnya 50-100 m.
Berdasarkan RTRW Kota Makassar Tahun 2016, Kecamatan
Rappocini

merupakan

kawasan

pemukiman

terpadu

adalah

kawasan terpadu yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai


kawasan dengan pemusatan pemukiman penduduk dan pengembangan berbagai jasa pelayanan sosial yang dilengkapi dengan
kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi
dalam satu sistem ruang yang solid. Adapun untuk lingkungan
permukiman dengan jumlah penduduk sampai 120.000 jiwa,
(sumber : Standar Kebutuhan Sarana Kota bagi Lingkungan yang
Dikembangkan Secara Horizontal, 2009) diperlukan adanya
sarana, yaitu :
a. Apotik/rumah obat dengan luas lahan minimal 400 m2.
b. Mesjid kecamatan dengan luas lahan minimal 2.000 m 2.

c. Panti latihan kerja dengan luas lahan minimal 1.000 m 2.


d. Kantor pelayanan umum dengan luas lahan minimal 4.200 m 2.
e. Gardu listrik dengan luas lahan minimal 500 m2.
f. Lapangan olahraga dengan luas lahan minimal 10.000 m 2.
g. Taman dan tempat bermain dengan luas lahan minimal 10.000
m2.
h. Gedung serba guna dengan luas lahan minimal 500 m 2.
i.

Gedung perpustakaan dengan luas lahan minimal 500 m 2.

3. Tinjauan Tentang Kecamatan Rappocini


Kecamatan

Rappocini

merupakan

salah

satu

dari

14

Kecamatan di Kota Makassar yang berbatasan di sebelah utara


dengan Kecamatan Panakkukang, di sebelah timur

Kecamatan

Panakkukang dan Kabupaten Gowa, di sebelah selatan Kecamatan


Tamalate dan di sebelah barat Kecamatan Makassar.
a. Luas Wilayah
Kecamatan Rappocini merupakan daerah bukan pantai
dengan topografi ketinggian wilayah sampai dengan 46 meter
dari permukaan laut. Menurut jaraknya, letak masing-masing
kelurahan ke Ibu kota Kecamatan berkisar 1 km sampai dengan
jarak 5-10 km.
Kecamatan Rappocini terdiri dari 10 kelurahan dengan luas
wilayah 9,23 km. Dari luas wilayah tersebut pada Tabel 8,
tampak bahwa kelurahan Gunung Sari memiliki wilayah terluas
yaitu 2,31 km, terluas kedua adalah
dengan luas wilayah

kelurahan

Karunrung

1,52 km, sedangkan yang paling kecil

luas wilayahnya adalah kelurahan Bontomakkio dengan luas


masing-masing 0,20 km. (Sumber : Kecamatan Rappocini
dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik.)

Tabel 8. Data Kependudukan Kecamatan Rappocini, Makassar


Tahun 2011
Desa/Kelurahan
1

Penduduk

Kepadatan
Penduduk
per Km2

Luas Rumah
(Km2) Tangga
2

Gunung Sari

2,31

8.581

37.835

16.379

Karunrung

1,52

2.680

12.457

8.195

Mappala

0,50

1.904

9.609

19.217

Kassi-Kassi

0,82

3.574

16.929

20.645

Bonto Makkio

0,20

981

5.081

25.405

Tidung

0,89

3.711

14.949

16.797

Banta-Bantaeng

1,27

4.871

21.062

16.584

Buakana

0,77

3.570

13.450

17.468

Rappocini

0,36

2.022

8.991

24.975

10

Ballaparang

0,59

2.355

12.169

20.625

9,23

34.249

152.531

18.629

Kecamatan Rappocini

Sumber : Kecamatan Rappocini dalam Angka 2012, BPS.

b. Jumlah Penduduk
Kecamatan Rappocini terdiri dari 10 kelurahan dengan luas
wilayah 9,23 km. Menurut hasil proyeksi penduduk pada tahun
2011 di Kecamatan Rappocini, jumlah penduduknya sekitar
152.531 jiwa. Angka proyeksi ini diperoleh dengan menghitung
pertumbuhan penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk
yang dilakukan setiap 10 tahun sekali.
Berdasarkan jenis kelamin tampak bahwa jumlah penduduk
laki-laki sekitar 74.076 jiwa dan perempuan sekitar 78.455 jiwa.
Dengan demikian rasio jenis kelamin adalah sekitar 94,41 %
yang berarti setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat
sekitar 94 orang penduduk laki-laki.

Tabel 9. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis


Kelamin Kecamatan Rappocini, 2011
Desa/Kelurahan

Laki-Laki

Perempuan

1
1

Gunung Sari

Jumlah
4

18.920

18.916

37.836

Karunrung

6.038

6.419

12.457

Mappala

4.504

5.105

9.609

Kassi-Kassi

8.234

8.695

16.929

Bonto Makkio

2.521

2.560

5.081

Tidung

7.078

7.871

14.949

Banta-Bantaeng

10.391

10.671

21.062

Buakana

5.973

7.477

13.450

Rappocini

4.367

4.624

8.991

10

Ballaparang

6.051

6.118

12.169

74.077

78.456

152.531

Kecamatan Rappocini

Sumber : Kecamatan Rappocini dalam Angka 2012, BPS.

Pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun 1,45 % (2001


2011). Dari data pertumbuhan tersebut digunakan untuk
menghitung jumlah penduduk Kecamatan Rappocini prediksi 10
tahun mendatang (tahun 2021). Untuk menghitung proyeksi
jumlah penduduk, digunakan metode geometrik dengan rumus :
Pt = Po ( 1 + r )n
Dimana,
Pt

= Jumlah penduduk setelah diproyeksikan

Po = Jumlah penduduk yang akan diproyeksikan


R

= Rata-rata presentase pertambahan jumlah penduduk

= Jangka waktu proyeksi

P 2021

= P 2011 ( 1 + 0,0145)10
= 152.533 ( 1,0145)10
= 176.151 jiwa

Jadi prediksi jumlah penduduk Kecamatan Rappocini pada


tahun 2021 sebanyak 176.151 jiwa.

c. Sosial
1) Pendidikan
Pada

tahun

ajaran

2011/2012.

Untuk

tingkat

TK

sebanyak 29 sekolah dengan 577 orang murid dan 105


orang guru. Untuk tingkat SD Inpres. Sebanyak 25 sekolah
dengan 6.319 oang murid dan 276 guru, SD Negeri
sebanyak 15 sekolah dengan 3.570 orang murid dan 177
orang guru, SD Swasta sebanyak 9 sekolah dengan 1.763
orang murid dan 114 orang guru.
Untuk tingkat SMP Negeri sebanyak 4 sekolah dengan
3.219 orang murid dan 202 orang guru, SMP Swasta
datanya tidak tersedia. Untuk tingkat SMA Negeri sebanyak
1 sekolah dengan 760 orang murid dan 70 orang guru.
Untuk SMA Swasta sebanyak 10 sekolah dengan 901
orang murid dan 181 orang guru. Sedangkan untuk SMK
Negeri sebanyak 1 sekolah dengan 583 orang murid dan 72
orang guru. Untuk SMK Swasta sebanyak 3.673 orang murid
dan 352 orang guru.
Selain itu terdapat pula sekolah yang berada di bawah
naungan

Departemen

Agama,

yaitu

Raudhatul

Atfal

sebanyak 0 sekolah. Sedangkan untuk Madrasah Ibitidayah


Negeri sebanyak 1 sekolah dengan 459 orang murid dan 26
orang guru, dan Madrasah Aliyah Negeri sebanyak 1
sekolah, dengan jumlah murid 311 orang dan 49 orang guru
.
2) Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan tahun 2011 di Kecamatan
Rappocini tercatat 2 rumah sakit umum, 3 puskesmas, 2
poskesdes/poskeskel, 4 postu, 4 rumah bersalin dan 97
posyandu.

3) Agama
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, tercatat bahwa
mayoritas penduduk Kecamatan Rappocini adalah beragama Islam. Jumlah tempat ibadah di Kecamatan
Rappocini terdapat 107 Masjid dan 4 Gereja.
Tabel 10. Data Jumlah Penduduk Beragama Islam dan
Jumlah Masjid di Kecamatan Rappocini, 2011
Desa/Kelurahan

Islam

Masjid

Gunung Sari

34.527

21

Karunrung

11.130

10

Mappala

8.043

Kassi-Kassi

14.798

13

Bonto Makkio

4.439

Tidung

13.965

14

Banta-Bantaeng

18.704

17

Buakana

11.241

Rappocini

7.179

10

Ballaparang

10.492

134.518

107

Kecamatan

Sumber : Kecamatan Rappocini dalam Angka 2012, BPS.

Jadi, persentase jumlah penduduk muslim di


Kecamatan Rappocini adalah :

134.518

152.533

4) Perdagangan

100% =

100%
,

Sarana perdagangan yang terdapat di Kecamatan


Rappocini sebanyak 4 buah kelompok pertokoan.

B. Studi Pengadaan Islamic Center Di Makassar


1. Potensi Pengadaan Islamic Center di Makassar
Potensi pengadaan wadah kegiatan keagamaan dalam bentuk
fisik berupa Islamic Center antara lain sebagai berikut :
a. Memenuhi tuntutan pengadaan wadah untuk menampung
setiap aktifitas keagamaan yang bernafaskan Islam yang
diadakan oleh umat muslim di Kota Makassar.
b. Memenuhi tuntutan kebutuhan umat Muslim di Makassar akan
fasilitas yang dapat meningkatkan ukhuwah Islamiyah sesama
umat Islam serta kerukunan antar umat beragama.
c. Memenuhi tuntutan pengadaan fasilitas peribadatan dan
fasilitas sosial masyarakat.
2. Tujuan Pengadaan Islamic Center di Makassar
a. Memenuhi kebutuhan masyarakat muslim di Kota Makassar
akan wadah bagi pelaksanaan kegiatan Islam berupa dakwah,
pembinaan umat maupun muamalah.
b. Menarik minat masyarakat dan umat Islam di Kota Makassar
untuk mengadakan kegiatan-kegiatan Islam baik itu ibadah
fardiyah maupun muamalah antar sesama umat Islam.
c. Memenuhi

kebutuhan

masyarakat

Kota

Makassar

akan

kebutuhan terhadap fasilitas seminar, dialog, pameran dan


pertemuan Islam.
d. Memenuhi

kebutuhan

masyarakat

Kota

Makassar

akan

kebutuhan terhadap fasilitas informasi dan data-data terkait


dengan ajaran Islam.

3.

Fungsi dan Peranan Islamic Center


Islamic Center merupakan suatu wadah pelayanan fasilitas
sosial dan keagamaan untuk mencapai kebaikan bagi masyarakat

Kota Makassar pada umumnya dan kemajuan umat Islam pada


khususnya, berfungsi sebagai berikut :
a. Meningkatkan nilai ketakwaan kepad Allah SWT (Hablum mina
Allah).
b. Melakukan pembinaan umat Islam agar memiliki sumber daya
manusia seiring perkembangan era globalisasi (Hablum mina
annas).
c. Memberikan

pelayanan,

informasi

yang

akurat

kepada

masyarakat terhadap ajaran Islam serta memberi solusi


terhadap masalah yang timbul di masyarakat.
d. Mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama dan
mempererat ukhuwah Islamiyah.
C. Pendekatan Arsitektur
1. Pendekatan Perancangan Makro
a. Pendekatan Penentuan Lokasi
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Tahun
2005-2015 tidak disebutkan adanya kawasan yang dikhususkan
sebagai pengembangan pusat kegiatan Islam di Makassar.
Namun di Kota Makassar, sudah terdapat terdapat adanya
bangunan dengan fungsi sebagai pusat kegiatan keislaman
yang belum memadai dalam segi fungsinya.
Oleh sebab itu Kota Makassar dipilih sebagai salah satu
tempat didirikannya Islamic Center yang dapat menampung
segala bentuk aktifitas serta syiar agama Islam, karena dengan
melihat perkembangan Kota Makassar saat ini maka sudah
sepantasnya memiliki sebuah fasilitas umum yang bukan hanya
bergerak di bidang keagamaan saja tetapi juga dapat digunakan
oleh umum. Jadi selain untuk memfasilitasi kepentingan umat
muslim, kehadiran Islamic Center ini diharapkan juga dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia secara umum dan

Kota Makassar secara khususnya. Dalam sebuah perancangan


bangunan publik, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
1) Kedekatan dengan fasilitas lainnya,
2) Kedekatan dengan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya, dan
3) Kemudahan potensi memunculkan karakter bangunan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Lokasi
yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang paling
Allah benci adalah pasar.(HR. Muslim)
Lokasi perancangan berada Kota Makassar Kecamatan
Rappocini.

Gambar 19. Tapak Perancangan Islamic Center


Sumber : google earth, 2013

Lokasi perancangan berada di Jalan Letjen Hertasning BaruJalan Aroepala Kota Makassar. Tapak ini terpilih menjadi lokasi
desain karena kawasan ini merupakan kawasan pemukiman
yang untuk aktifitas perdagangannya sangat kecil. Selain itu
juga letak lokasi yang terletak di tengah kota dan juga memiliki
beberapa keuntungan, di antaranya:
1) Akses yang mudah dari segala arah.
2) Mempunyai jalur penghubung yang baik, tidak rawan kemacetan.

3) Jalur Makassar-Gowa.
4) Sarana dan Prasarana yang mendukung.
5) Menunjang sektor pariwisata yang sudah ada.
6) Percepatan sosialisasi dan informasi yang mudah.
Prioritas utama pemilihan lokasi adalah kondisi lahan yang
masih sangat terbuka dan kosong. Keadaan alam juga
mendukung untuk dibangun bangunan yang nantinya menjadi
landmark kawasan dalam bidang keagamaan khususnya agama
Islam, karena kondisi bangunan disekitar merupakan bangunan
pelayanan publik dan sekitar tapak merupakan wilayah pengembangan Kota Makassar. Selain itu, sesuai dengan RTRW Kota
Makassar Tahun 2016 yang ada kawasan tersebut adalah
diperuntukkan sebagai kawasan permukiman terpadu.
b. Pendekatan Penentuan Lahan/Tapak
Tanah atau lahan merupakan sarana utama untuk mengadakan sebuah pembangunan. Tanah adalah bahan asal
manusia diciptakan. Beberapa ayat Al-Quran, baik secara
tersirat atau tersurat, telah mengisyaratkan dengan ungkapanungkapan :
dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istanaistana di tanah datar-tanah datar, dan kamu pahat gununggunung untuk dapat didirikan atau dijadikan rumah (QS. 7:74)
Dan Kami telah jadikan untuk putra Maryam beserta Ibunya
suatu bukti nyata baginya, dan Kami melindungi mereka di
suatu tempat tinggi yang datar, banyak terdapat padang rumput,
dan banyak sumber mata air yang bersih mengalir. (QS 23 : 50)
1) Pencapaian
Pencapaian ke tapak adalah pencapaian melalui jalan
yang terdapat di sisi-sisi tapak. Adapun alat transportasi
yang digunakan untuk mencapai lokasi antara lain dengan

kendaraan pribadi, kendaraan roda dua, atau pada saat


tertentu juga dilalui oleh bus yang tujuannya adalah wisata.
Berdasarkan fungsinya, pencapaian ke tapak dibagi
menjadi dua jenis (Setiono, 2004), yaitu main enterance,
yang merupakan pencapaian utama dan pintu keluar utama.
Sedangkan yang kedua adalah side enterance, yaitu
pencapaian kedua dan bersifat servis, serta dapat digunakan
sebagai pintu keluar.
2) Sirkulasi
Dalam perancangan, sirkulasi pejalan kaki mempunyai
porsi yang lebih besar dibanding kedua sirkulasi yang
lainnya, dimana sirkulasi yang diperbolehkan berada di
dalam tapak hanya sirkulasi pejalan kaki. Adapun rincian
dari dari sirkulasi tersebut adalah (Yusuf, 2005):
a) Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi pejalan kaki pada perancangan ini adalah
sama seperti sirkulasi pejalan kaki pada umumnya,
karena mengingat perancangan ini merupakan fasilitas
umum yang dimana pejalan kaki memang harus
mendapatkan perhatian yang lebih, oleh karena itu
sirkulasi pejalan kaki mendapatkan porsi yang lebih
besar daripada sirkulasi kendaraan.
b) Sirkulasi Kendaraan Bermotor
Sirkulasi kendaraan memiliki porsi yang lebih kecil,
dalam perancangan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki
benar-benar terpisah agar tidak terjadi cross. Sirkulasi
kendaraan tidak diperbolehkan berada dalam lingkungan
tapak, hanya diperbolehkan melalui area entrance utama
untuk dropping area lalu sirkulasi diarahkan pada pintu
keluar atau masuk ke area parkir. Entrance kendaraan
benar-benar terpisah dari entrance pejalan kaki sehingga

untuk mencapai entrance utama para penumpang harus


turun pada dropping area setelah itu berjalan kaki menuju
entrance utama bangunan.
c) Sirkulasi Servis.
Perancangan area parkir merupakan kegiatan untuk
menopang perencanaan ruang luar sehingga kegiatankegiatan yang akan ditampung di dalam bangunan tidak
terganggu. Adapun model sirkulasi parkir terdapat dua
alternatif, yaitu sistem parkir 90o dan sistem parkir 45o.

Gambar 20. Model Sistem Parkiran


Sumber : Data Arsitek

Pada perancangan bangunan harus memiliki pola


sirkulasi yang dapat mempermudah suatu sirkulasi atau
hubungan antara ruang maupun bangunan. Dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 11. Pola Sirkulasi
No.

Pola Sirkulasi

1
Linier

Kelebihan

Kekurangan

Formal

Monoton

Radial

Bebas ke segala arah


dan mempersingkat
pencapaian

Boros Ruang

Dinamis dan Terarah

Jarak tempuh lama

Formal dan teratur

Monoton dan
cenderung
membingungkan

Bebas dan tidak


monoton

membingungkan

Fleksibel dan dinamis

membingungkan

Spiral
3
Grid

Jaringan
5
Komposit

Sumber : www.google.com, 2010

3) Pendekatan Pengolahan Tapak.


Tabel 12. Jenis Vegetasi dan Fungsinya

Vegetasi
Vegetasi
Penghisap Penyerap
CO2
Bau

Vegetasi
Penahan
Bising

Vegetasi
Penyerap
Timah
Hitam

Vegetasi
Penyerap
Debu Semen
dan Peneduh

Puring
Melati
Lidah Mertua Gardenia
Sedap
Sri Rejeki
Malam
Monstera
Pandan Bali Kemuning
Rumput
Gajah

Tehtehan
Pohon
Dolar
Bambu
Jepang

Asam
Jawa
Damar
Johar
Mahoni
Pala

Vegetasi
Toleran
terhadap
Logam
Berat
dan
Kontaminan

Bisbul
Bunga
Matahari
Kiara Payung
Indian
Kenari
Mustard
Meranti
Rumput
Merah
Bermuda/
Tanjung
Rumput Golf
Bunga Krisan

Sumber : www.ikefran.wordpress.com, 2010

a) Pergerakan Sinar Matahari


Kondisi tapak yang berada dipinggir jalan, menyebabkan tapak terkena sinar matahari langsung dari barat
dan timur. Untuk perlindungan bangunan terhadap sinar
matahari langsung adalah (Georg Lippsmeier, 1997):
(1) Facade terbuka menghadap ke selatan atau utara,
agar meniadakan radiasi langsung dari cahaya
matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang
menimbulkan pertambahan panas.
(2) Diperlukan pelindung untuk semua lubang bangunan
terhadap cahaya langsung dan tidak langsung,
bahkan bila perlu seluruh bangunan karena bila
langit tertutp awan maka semua bidang langit
merupakan sumber cahaya.
b) Arah Angin
Untuk

perencanaan

angin

adalah

memainkan

vegetasi, vegetasi yang dimaksud adalah pohon yang


mempunyai daun lebat. Selain sebagai tanggapan
terhadap penyinaran langsung matahari juga berguna
untuk penyelesaian terhadap permasalahan angin.

Gambar 21. Perencanaan Vegetasi dalam Pemanfaatan


Arah Angin
Sumber : Analisa, 2013

Adapun untuk perencanaan vegetasinya adalah


dengan memainkan ketinggian dari pohon tersebut. Di
antara vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang
mempunyai nilai selain keindahan secara arsitektural,
namun juga dapat diambil manfaat dari keberadaan
vegetasi tersebut serta merupakan bagian dari unsur
kesetempatan. Misalnya pohon kiara payung, angsana,
atau

cemara angin. Keuntungan yang dapat diraih

adalah lebatnya daun yang mampu menahan angin dan


debu.
c) Kebisingan
Hal yang dilakukan dalam mengantisipasi kebisingan
yang terjadi adalah dengan menghalangi bising masuk
secara langsung ke bangunan dengan vegetasi. Selain
penyelesaian dengan vegetasi seperti yang disebutkan di
atas, terdapat penyelesaian lain yaitu dengan pola
penataan massa bangunan. Pola penataan massa
tersebut adalah memberikan ruang yang cukup terbuka
dengan maksud memberikan jarak antara sumber bising
ke bangunan. Semakin jauh sumber bising ke bangunan
maka semakin berkurang intensitas bising yang sampai
ke bangunan.
2. Pendekatan Perancangan Mikro
a. Program Kegiatan Islamic Center
1) Pelaku Kegiatan
a) Pengunjung
(1) Pengunjung khusus, yaitu pelaku kegiatan utama
yang menunjang terbentuknya aktifitas dalam Islamic
Center.

(2) Pengunjung umum, baik wisatawan lokal maupun


wisatawan mancanegara.
b) Pengelola, merupakan kelompok yang memberikan
layanan pada pengunjung dan juga sebagai kelompok
yang

mempunyai

kekuasaan

untuk

membuat

dan

melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk mengatur.


c) Penjaga keamanan dan kebersihan, yaitu kelompok yang
bertanggungjawab atas keamanan dan kebersihan.
d) Pengajar/Pelatih, yaitu kelompok yang menunjang suatu
kegiatan belajar-mengajar.
2) Aktifitas Pelaku Kegiatan
a) Kegiatan Pengunjung
(1) Pengunjung Khusus
(a) Datang
(b) Parkir
(c) Melakukan kegiatan yaitu belajar, latihan keterampilan, shalat, makan-minum, mengaji, atau kegiatan pertemuan/ diskusi.
(d) Pulang
(2) Pengunjung Umum
(a) Datang
(b) Parkir
(c) Melakukan
pengajian,

kegiatan

pertemuan,

keluarga.
(d) Pulang
(3) Kegiatan Pengelola.
(a) Datang
(b) Parkir

yaitu

shalat,

atau

jalan-jalan,

kegiatan

wisata

(c) Memberikan layanan pada pengunjung dan berkuasa untuk membuat dan melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk mengatur.
(d) Pulang
(4) Penjaga keamanan dan kebersihan.
(a) Datang
(b) Parkir
(c) Bertanggungjawab atas keamanan dan kebersihan Islamic Center.
(d) Pulang
(5) Pengajar/Pelatih.
(a) Datang
(b) Parkir
(c) Kegiatan belajar-mengajar, shalat, makan-minum,
atau memberikan pelatihan.
(d) Pulang.
b) Wadah Aktifitas
(1) Publik
(a) Area Parkir
i.

Parkir Pengunjung

ii. Parkir Pengelola


iii. Parkir Tamu
(b) Masjid
i.

Area shalat

ii. Area imam


iii. Tempat Wudhu
iv. WC
(2) Semi-publik
(a) Tempat Pendidikan dan Pelatihan
i.

Pendidikan Mengaji

ii. Pelatihan Keterampilan

(b) Tempat Santunan Sosial


(c) Aula dan tempat menerima tamu
(d) Tempat Pengobatan
(3) Privat
(a) Kantor Pengelola
(b) Service Area
c) Sifat Kegiatan
(1) Publik
(a) Pameran
(b) Pentas Seni Kaligrafi
(c) Pendidikan dan Pembinaan
(d) Pengadaan data dan informasi ajaran Islam
(e) Pelatihan bahasa maupun keterampilan
(f) Cafeteria
(2) Semi Pubilk
(a) Seminar
(b) Diskusi Ilmiah / Dialog akbar
(c) Rapat / Sidang
(d) Konferensi
(e) Peringatan Hari Besar Islam
(f) Resepsi Pernikahan
(g) Halal Bihalal
(3) Privat
(a) Ibadah (shalat, dzikir, membaca Al-Quran, dll)
(b) Kegiatan Pengelolaan
(4) Service
(a) Perawatan
(b) Pembersihan
(c) Pengamanan
(d) Pelayanan
b. Pendekatan Kebutuhan Ruang.

Dari hasil analisis fungsi dan studi literatur, maka ruangruang yang dibutuhkan dalam Islamic Center adalah:
1) Kelompok primer, merupakan kelompok yang terdiri dari
fungsi ibadah, pembinaan, pengembangan dan penelitian
(PPP) dan pengelolaan, yaitu:
a) Masjid
b) Kantor pengelola
c) Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian
d) Perpustakaan
e) Pusat Konsultasi Ke-Islaman
2) Kelompok sekunder, merupakan kelompok yang terdiri dari
fungsi komersil dan informasi dan hiburan, yaitu:
a) Ruang Pertemuan
b) Taman
3) Kelompok penunjang, merupakan kelompok yang terdiri dari
servis, yaitu:
a) Pos keamanan
b) Gudang
c) Parkir
c. Pendekatan Besaran Ruang.
Besaran ruang yang dibutuhkan pada perancangan Islamic
Center didasarkan pada standar luasan yang umum dipakai,
yaitu:
1) NAD : Neufert Architects Data
2) BPDS: Building Planning and Design Standart
3) BAER: Building for Administration Entertaintment and
Recreation
4) TSS

: Time Saver Standart for Building Type

5) PPM

: Pedoman Pembinaan Masjid

6) CCEF : Conference, Convention and Exhibition Facilities


7) NMH : New Metric Handbook

d. Pendekatan Pola Tata Ruang


Letak fasilitas ditentukan oleh kedekatan hubungan dan
kesamaan fungsi dari berbagai fasilitas. Pola tata letak yaitu
pola kosentrik dengan empat lapisan lingkaran, yaitu :
1) Lingkaran dalam, masjid dan alun-alun.
2) Lingkaran tengah pertama, diperuntukkan bagi fasilitas
pelayanan sosial seperti

kantor desa, kantor pos dan

telegraf, pasar, terminal dan sejenisnya.


3) Lingkaran tengah kedua, kawasan perumahan penduduk,
pusat lingkungan, masjid lingkungan, kuburan, wisma atau
penampungan, dan sejenisnya.
4) Lingkaran luar, diperuntukkan bagi lahan-lahan usaha,
pabrik-pabrik, lahan konservasi, suaka margasatwa, dan
sejenisnya.

Gambar 22. Sebuah Contoh Pola Permukiman Darussalam


Sumber : Buku Pola Permukiman Darussalam

Keterangan gambar :
a = Masjid dan Alun-alun (Pusat Permukiman)

b = Pusat Fasilitas Pelayanan


c = Permukiman Penduduk, Asrama-asrama
d = Pusat Lingkungan (Masjid Lingkungan, Kantor, Kuburan)
e = Lahan Usaha
Jalur Utama
Jalur Lingkungan
e. Pendekatan Tata Fisik Bangunan
1) Pendekatan Bentuk Dasar dan Penampilan Bangunan.
Masjid dengan tata-letak seperti masjid pertama yang
dibangun oleh Nabi Muhammad SAW disebut hypostyle,
yang

kemudian

menjadi

suatu

bentuk

aliran

dalam

perancangan dan membangun masjid dengan cirinya yang


khas : berhalaman dalam cukup luas dikelilingi dinding
termasuk dinding dari bagian-bagian bangunan beratap.
Adapun prinsip desain Islam antara lain :
a) Memaksimalkan

perkembangan

mendatar

(meluas)

terlebih dahulu daripada ke atas (meninggi). Rasulullah


SAW menyukai rumah yang luas dan memasukkannya
sebagai unsur kebahagiaan duniawi, Beliau bersabda.
Empat hal yang membawa kebahagiaan, yaitu
perempuan shalehah, rumah yang luas, tetangga yang
baik, dan kendaraan yang nyaman. (HR. Ibnu Hibban)
b) Tidak bermegah-megahan
Luasan bangunan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Kemegah-megahan telah melalaikan kamu. (QS. AtTakatsur : 1)
c) Tidak Berlebihan dalam Menghias Bangunan
Sebaik-baiknya perkara ialah pertengahannya (tidak berlebihan/seimbang). (HR. Ibnu Majah)

2) Pendekatan Interior dan Eksterior Bangunan.


a) Pendekatan Interior Bangunan.
Selain memiliki ruang untuk shalat bersama, masjid
dilengkapi mimbar yaitu tempat duduk orang yang
berceramah agar mudah dilihat bagi jamaahnya. Pada
dinding tengah masjid di arah kiblat diberi mihrab,
sebuah ruang alternatif kecil masuk dalam dinding
sebagai

tanda

arah

kiblat.

Tempat

wudhu

untuk

mensucikan diri, banyak masjid dilengkapi minaret,


menara

untuk

mengkumandangkan

adzan

sebagai

panggilan umat Islam untuk shalat. Masjid kuno di Timur


Tengah biasanya dilengkapi dikka, semacam panggung
dengan tangga yang diletakkan ditengah masjid agar
qadi mengulangi ucapan imam. Fasilitas untuk wudhu
dalam masjid klasik maupun modern kini memiliki fungsi
ganda yaitu sebagai elemen memperindah, berupa kolam
ataupun air mancur (ablutions fountain). Adapun prinsip
desain Islam antara lain :
(1) Menghias dengan Barang Halal
Seorang muslim diperbolehkan untuk menghias
rumah dengan tujuan memperindah tempat dia dan
keluarganya tinggal. Hiasan tersebut dapat berupa
apa saja yang disediakan dan dihalakan oleh Allah
SWT di muka bumi.
Katakanlah : Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik? Katakanlah :
Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia, khususnya (untuk
mereka saja) di hari kiamat Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui.(QS.Al-AAraaf : 32)

(2) Gambar Non-makhluk Hidup


Sebaiknya dalam menghias ruangan tidak menggunakan gambar-gambar binatang atau makhluk
hidup

dan

juga

patung

pada

elemen-elemen

bangunan. Sebaliknya, biasa digantikan dengan


gambar-gambar tempat, seperti Mekkah, Madinah,
dan tempat kebesaran umat muslim di dunia.
Rasulullah SAW bersabda,
Malaikat Jibril menemuiku, lalu ia berkata, Tadi
malam saya datang kepadamu, tidak ada satu pun
yang menghalang-halangi aku untuk masuk kecuali
karena di pintu rumahmu ada patung dan didalamnya
ada gorden bergambar, dan di dalam rumah itu ada
pula anjing. Maka, ia memerintahkan agar memotong
kepala patung itu seperti bagian dari pohon dan
menggunting gorden itu untuk dijadikan dua bantal
yang diduduki serta memerintahkan agar mengeluarkan anjing itu. (HR. Abu Daud, NasaI, Tirmizi,
dan Ibnu Hibban)
b) Pendekatan Eksterior Bangunan
(1) Adanya desain pendestrian dapat membuat para
penghuni saling menyapa dan mengucapkan salam.
Hal ini lebih memiliki unsur Islam yang kuat
dibandingkan desain dua buah jalan besar yang
hanya diperuntukkan bagi kendaraan.
Alternatif desain lain untuk memfasilitasi salam
antar-tetangga yaitu dengan menciptakan jalan yang
hanya biasa dilewati oleh satu kendaraan dan
didesain pendestrian yang tidak terlalu lebar. Ini akan
membuat jalan tersebut tidak penuh sesak dengan
kendaraan yang yang parkir.
Namun harus didesain lahan parkir pada ujung
jalan tersebut. Keamanan lingkungan dari bahaya
kebakaran pun harus tetap diperhatikan, sedapat

mungkin jalan tersebut dapat dilalui oleh mobil


pemadam kebakaran ketika terjadi musibah tersebut.
(2) Ruang

terbuka

merupakan

faktor

yang

sangat

signifikan karena berfungsi sebagai sumber cahaya


serta pergantian dan sirkulasi angin. Selain itu, ruang
terbuka yang ditanami berbagai tanaman akan
memberikan kerindangan dan mengolah karbondioksida (CO2) menjadi oksigen (O2), tetapi juga
karena buah atau hasil produksinya yang biasa
sekaligus dimanfaatkan.
Kenyamanan naungan pohon juga merupakan
sebagian

dari

kenikmatan

surga,

sebagaimana

digambarkan Allah dalam ayat berikut.


Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas
mereka dan buahnya dimudahkan memetik-nya
semudah-mudahnya. (QS. Al-Insaan : 14)
3) Orientasi Bangunan dan Ruang
Orientasi bangunan dan ruang yang disesuaikan dengan
prinsip desain Islam (Sumber : Inspirasi Rumah Islam, 2010)
yaitu sebagai berikut :
a) Ruang

seharusnya

digunakan

memiliki

dengan

manfaat

maksimal,

dan

tentunya

dapat
selain

memandang unsur estetika dan keindahannya. Sabda


Rasulullah SAW.
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata Sebagian tanda dari
baiknya keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. (HR. Tirmizi)
b) Untuk mempermudah kegiatan bersih-bersih atau pemeliharaan, sebaiknya mengatasinya dengan pemilihan
perabot-perabot

yang

mudah

dibersihkan,

tidak

mempunyai banyak ukiran, terlampau tinggi, atau dengan


kolong yang sempit. Desain eksterior atau interior juga

dipilih yang berkarakter minimalis dan mudah dibukatutup sehingga ada kontrol untuk debu yang datang dari
luar, tetapi masih mempunyai cukup cahaya dan sirkulasi
udara. Sabda Rasulullah SAW.
Sesungguhnya Allah itu baik, dan menyukai kebaikan.
Dia juga bersih, dan menyukai kebersihan. Dia juga
mulia, dan menyukai kemuliaan. Dia juga dermawan, dan
menyukai kedermawanan. Maka, bersihkanlah halaman
(rumah)mu. Dan, janganlah kalian menyerupai seperti
orang-orang Yahudi. (HR. Tirmizi)
Kebersihan itu sebagian dari iman. (HR. Muslim)
Agama itu dibangun di atas kebersihan. (Ihlau Ulumiddin
; Imam Al-Ghazali)
Sesungguhnya Islam itu bersih, hendaklah kamu
mewujud-kan kebersihan, karena sesungguhnya tidak
akan masuk surga kecuali orang yang bersih. (HR.
Khatib)
Salah satu hal yang mempengaruhi suatu tata letak
atau orientasi bangunan dan ruang ialah kiblat, dimana
kiblat adalah arah orientasi bagi umat Islam dalam
menjalankan ibadah shalat yang menghadap ke Kabah
di Mekkah. Juga merupakan penentu posisi atau tata
letak ruang dan perabot, misalnya penggunaan kamar
mandi (WC), posisi tempat tidur mempengaruhi tata letak
perabot, dan sebagainya.
Adapun Untuk daerah Makassar dan sekitarnya arah
orientasi tersebut berada pada 22 kearah Barat Laut.

22 29

Gambar 23. Gambar Orientasi Ruang


Sumber : www.google.com/2013

f. Pendekatan Sistem Struktur dan Material.


Struktur bangunan yang merupakan bangunan bentang
lebar. Material yang digunakan disesuaikan dengan elemen
bangunan baik untuk material struktur ataupun material
estetikanya.
Struktur lipatan adalah bentuk yang terjadi pada lipatan
bidang-bidang datar dimana kekakuan dan kekuatannya
terletak pada keseluruhan bentuk itu sendiri. Bentuk lipatan ini
mempunyai kekakuan yang lebih dibandingkan dengan bentukbentuk yang datar dengan luas yang sama dan dari bahan yang
sama pula.
Struktur bidang lipat merupakan bentuk struktur yang
memiliki kekuatan satu arah yang diperbesar dengan menghilangkan permukaan pelanar sama sekali dan membuat
deformasi besar pada plat sehingga tinggi struktural pelat
semakin besar. Karakteristik suatu struktur bidang lipat adalah
masing-masing elemen plat berukuran relatif rata (merupakan
sederetan elemen tipis yang saling dihubungkan sepanjang
tepinya ). Struktur bidang lipat akan mengusahakan sebanyak
mungkin material terletak jauh dari bidang tengah struktur.
Elemen pelat lipat ini mempunyai kapasitas pikul beban besar
hanya jika tekuk lateral daerah yang tertekan dapat dicegah
sehingga daerah tekan pada setiap pelat akan selalu dapat
dikekang pelat sebelahnya. Bentuk bidang pelat mempunyai
kekuatan yang lebih besar dari bidang pelat datar karena
momen energinya lebih besar.
Keuntungan dan kerugian dari bentuk konstruksi lipatan
adalah sebagai berikut: segi konstruksinya adalah sebagai
bidang vertikal, yang dapat menggantikan kolom-kolom dan

sekaligus menjadi bearing wall . Sebagai bidang horisontal


dapat menggantikan balok-balok. Batangan dapat dicapai lebih
besar (dengan perbandingan tertentu antara bentangan dan
tinggi lipatan). Dari hasil penyelidikan didapat: f = 1/10 L,
dimana f = tinggi lipatan L = lebar bentangan (dari buku
Reinforced Concrete). Segi bentuknya: ditinjau dari bentuknya,
maka bentuk konstruksi lipatan sangat sesuai untuk bentukbentuk atap di daerah-daerah yang banyak turun hujan. Bentuk
ini baik pula untuk digunakan mengatur akustik dan cahaya.
Semantara ini yang banyak dipakai sebagai bahan untuk
konstruksi

lipatan

ialah

beton

dan

aluminium.

Hanya

kesulitannya di Indonesia mengenai pelaksanaannya, berhubungan kekurangan alat yang modern dan tenaga yang
terlatih.
Kemungkinan-kemungkinan: Dari bentuk-bentuk dasar yang
telah diterangkan, kita akan mendapatkan bermacam-macam
bentuk lipatan di antaranya: lipatan biasa baik yang tertutup
maupun yang terbuka, lipatan dengan bentuk conis dan busur
lipatan.

Gambar 24. Bentuk Dasar Lipatan


Sumber : www.google.com/2013

Klasifikasi struktur berdasarkan geometri atau bentuk dasarnya :


1) Elemen garis atau elemen yang disusun dari elemenelemen
garis, adalah klasifikasi elemen yang panjang dan langsing
dengan potongan melintangnya lebih kecil dibandingkan
ukuran panjangnya. Elemen garis dapat dibedakan atas
garis lurus dan garis lengkung.
2) Elemen permukaan adalah klasifikasi elemen yang ketebalannya lebih kecil dibandingkan ukuran panjangnya.
Elemen permukaan, dapat berupa datar atau lengkung.
Elemen permukaan lengkung bisa berupa lengkung tunggal
ataupun lengkung ganda.
Klasifikasi struktur berdasarkan karakteristik kekakuannya
elemennya:
1) Elemen

kaku,

biasanya

sebagai

batang

yang

tidak

mengalami perubahan bentuk yang cukup besar apabila


mengalami gaya akibat beban-beban.
2) Elemen tidak kaku atau fleksibel, misalnya kabel yang
cenderung berubah menjadi bentuk tertentu pada suatu
kondisi pembebanan. Bentuk struktur ini dapat berubah
drastis sesuai perubahan pembebanannya.
Adapun untuk pendekatan sub-struktur, pondasi bangunan
adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan.
Karena pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban
(hidup dan mati) yang berada diatasnya dan gayagaya dari
luar. Pada pondasi tidak boleh terjadi penurunan pondasi
setempat ataupun penurunan pondasi merata melebihi dari
batasbatas tertentu.
1) Jenis jenis pondasi.

Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan


keadaan tanah disekitar bangunan tersebut, sedangkan
kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang
mendukung pondasi. Pondasi pada tanah miring lebih dari
10%, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata
atau dibentuk tangga dengan bagian bawah dan atas rata.
Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang digunakan
pada kedalaman 0.8-1 meter. Karena daya dukung tanah
telah mencukupi. Jenis-jenis pondasi dangkal :
(1) Pondasi rollag bata
Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan
pondasi yang diaplikasikan untuk menopang berat
beban pada bangunan. Namun, pada saat ini pondasi
rollag bata telah lama ditinggalkan. Selain mahal,
pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama
serta tidak memiliki kekuatan yang bisa diandalkan.
Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakan untuk
menahan beban ringan, misalnya pada teras.

Gambar 25. Pondasi Rollag Bata


Sumber : www.widodo973.wordpress.com, 2013

(2) Pondasi Batu Kali


Pondasi

batu

kali

sering

ditemukan

pada

bangunanbangunan rumah tinggal. Pondasi ini

masih digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun


masih termasuk murah. Bentuknya yang trapesium
dengan ukuran tinggi 60-80 cm, lebar pondasi bawah
60-80 cm dan lebar pondasi atas 25-30 cm.

Gambar 26. Pondasi Batu Kali/Gunung


Sumber : www.widodo973.wordpress.com, 2013

b) Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya
lebih dari 2 meter dan biasa digunakan pada bangunanbangunan bertingkat. Jenis pondasi dalam, yaitu :
(1) Pondasi Poer
Pondasi ini merupakan pondasi yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia ketika mendirikan
sebuah bangunan. Terutama bangunan bertingkat 2-3
lantai, serta bangunan yang berdiri di atas tanah
lembek.
Pondasi poer sangat baik untuk beban yang
merata. Sistem pondasi ini mampu mendukung beban
500-600 ton per kolom. Dalam hal ini, di bagian bawah

kolom

dibuatkan

suatu

telapak

beton,

untuk

mengurangi tegangan geser pada plat beton.

Gambar 27. Pondasi Poer


Sumber : www.widodo973.wordpress.com, 2013

(2) Tiang pancang / Paku bumi


Tiang pancang menggunakan beton jadi yang
langsung ditancapkan langsung ke tanah dengan
menggunakan mesin pemancang. Karena ujung
tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh
karena itu tiang pancang tidak memerlukan
proses pengeboran. Pondasi ini untuk kedalaman hingga tanah keras >6 meter.

Gambar 28. Pondasi Pancang


Sumber : www.widodo973.wordpress.com, 2013

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan Umum
Berikut kesimpulan dari bab sebelumnya mengenai perancangan
bangunan Islamic Center di Makassar ditinjau dari berbagai aspek
yang ada :
1. Dasar pemikiran pengadaan Islamic Center di Makassar
a. Memenuhi kebutuhan masyarakat muslim di Kota Makassar
akan wadah bagi pelaksanaan kegiatan Islam berupa dakwah,
pembinaan umat maupun muamalah.
b. Menarik minat masyarakat dan umat Islam di Kota Makassar
untuk mengadakan kegiatan-kegiatan Islam baik itu ibadah
fardiyah maupun muamalah antar sesama umat Islam.
c. Memenuhi

kebutuhan

masyarakat

Kota

Makassar

akan

kebutuhan terhadap fasilitas seminar, dialog, pameran dan


pertemuan Islam.
d. Memenuhi

kebutuhan

masyarakat

Kota

Makassar

akan

kebutuhan terhadap fasilitas informasi dan data-data terkait


dengan ajaran Islam.
2. Faktor-faktor yang mendukung perencaan Islamic Center di
Makassar.
a. Memenuhi tuntutan pengadaan wadah untuk menampung setiap
aktivitas keagamaan yang bernafaskan Islam yang diadakan
oleh umat muslim di Kota Makassar.
b. Memenuhi tuntutan kebutuhan umat Muslim di Makassar akan
fasilitas yang dapat meningkatkan ukhuwah Islamiyah sesama
umat Islam serta kerukunan antar umat beragama.

c. Memenuhi tuntutan pengadaan fasilitas peribadatan dan fasilitas


sosial masyarakat.
3. Fungsi dan peranan Islamic Center di Makassar
a. Meningkatkan nilai ketakwaan kepada Allah SWT.
b. Melakukan pembinaan umat Islam agar memiliki sumber daya
manusia seiring perkembangan era globalisasi.
c. Memberikan

pelayanan,

informasi

yang

akurat

kepada

masyarakat terhadap ajaran Islam serta memberi solusi terhadap


masalah yang timbul di masyarakat.
d. Mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama dan
mempererat ukhuwah Islamiyah.
B. Kesimpulan Khusus
Konsep regionalisme architecture ini merupakan konsep penyatuan
arsitektur tradisional dan modern yang berkaitan dengan arsitektur
Islam sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri terutama dalam
pengadaan Islamic Center di Kota Makassar.
1. Aktifitas yang diwadahi adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Ubudiyah/Ibadah Pokok meliputi shalat, zakat, kegiatan
pada bulan Ramadhan, kegiatan naik haji, dan kegiatan
peringatan hari besar umat Islam.
b. Kegiatan Muamalah/Kegiatan Kemasyarakatan meliputi kegiatan
penelitian dan pengembangan, kegiatan sosial kemasyarakatan,
pelayanan kebutuhan umat, dan pelayanan sosial.
c. Kegiatan pengelola yang mengkoordinir dan mengelola seluruh
kegiatan yang ada.
d. Kegiatan penunjang meliputi pelayanan kafetaria, dan pelayanan
pemondokkan.

2. Sasaran pelayanan
Sasaran pelayanan Islamic Center yaitu seluruh umat muslim
Kota Makassar yang ingin melakukan kegiatan peribadatan dan
wisata religi. Berdasarkan skala pelayanannya, Islamic Center yang
akan direncanakan adalah Islamic Center berskala kecamatan,
yaitu dengan jumlah penduduk pendukung 120.000 jiwa dengan
luas lantai masjid minimal 3.600 m2 dan luas lahan 5.000 m2
dengan standar 0,03 m2/jiwa dengan kriteria lokasi perancangan
berdekatan dengan pusat lingkungan/ kelurahan. Sebagian sarana
berlantai 2, KDB 30 %.

BAB V
ACUAN PERANCANGAN
ISLAMIC CENTER DI MAKASSAR

C. Konsep Dasar Perancangan Makro


1. Konsep Pemilihan Lokasi Islamic Center di Makassar
Penetuan

suatu

lokasi

yang

tepat

sebagai

peruntukan

bangunan Islamic Center maka pemilihan didasarkan pada fungsi


ibadah untuk kegiatan jasa pelayanan sosial bagi masyarakat Kota
Makassar.
Dalam perancangan bangunan yang ideal memiliki tiga
komponen, yakni bangunan yang kuat, lokasi yang bagus dan
menyenangkan, serta muatan spiritual yang menghidupkan jiwa
orang-orang di sana melalui pelaksanaan ibadah (Yuli dan Miftahul,
2009).
Semua lahan adalah masjid, kecuali kuburan dan tempat
pemandian. (HR. Ahmad)
Adapun kriteria penentuan lokasi didasarkan atas pertimbangan
sebagai berikut:
a. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang diperuntukan
sebagai kawasan jasa pelayanan sosial serta permukiman dan
terletak di pusat kota atau pusat-pusat kegiatan dalam suatu
wilayah sehingga dapat memenuhi perwadahan Islamic Center
di Makassar dan dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah
dan nyaman.
b. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan keberadaan akses
sarana transportasi umum maupun khusus yang mudah dicapai
dari berbagai arah oleh berbagai lapisan masyarakat.

c. Pemilihan lokasi didasarkan pada wilayah yang sedang


mengalami

pengembangan

sehingga

kedepannya

Islamic

Center ini menjadi sarana pendukung dalam pengembangan


wilayah tersebut.
d. Ketersediaan jaringan utilitas di lokasi sebagai pelengkap
layanan bangunan. Berupa jaringan listrik, air, dan drainase
yang baik.
e. Lokasi sesuai dengan perencanaan pemerintah yang mendukung penyelenggaraan Islamic Center.
f. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan potensi penduduk
umat muslim pada kawasan tersebut.
2. Alternatif Lokasi Islamic Center di Makassar
Dari kriteria di atas maka terpilih 2 alternatif lokasi untuk Islamic
Center di Makassar, yaitu:
a. Kecamatan Tamalate
1) Kawasan dengan luas 20,21 km2.
2) Kawasan dengan fungsi wilayah pusat perdagangan dan
rekreasi, pelayanan sosial, dan kawasan permukiman.
3) Terdapat sarana pendukung berupa bangunan komersial
dan area permukiman.
4) Akses untuk transportasi umum yang agak sulit.
5) Ketersediaan sarana utilitas.
6) Merupakan kawasan pengembangan kota.
7) Potensi penduduk yang didominasi oleh penduduk agama
non-muslim terutama pada 3 (tiga) kelurahan yang berada di
tepi pantai. Penduduk yang belum merupakan penduduk
tetap pada kawasan kecamatan tamalate.

Gambar 29. Kecamatan Tamalate


Sumber : www.google.com, 2013

b. Kecamatan Rappocini

Gambar 30. Kecamatan Rappocini


Sumber : www.google.com, 2013

1) Kawasan dengan luas 9,23 km2.


2) Kawasan dengan fungsi utama sebagai kawasan jasa
pelayanan sosial/umum, serta fungsi pendukung sebagai
wilayah perdagangan, permukiman dan perkantoran
3) Terdapat sarana pendukung berupa area permukiman.

4) Akses untuk transportasi umum yang cukup memadai.


5) Ketersediaan sarana utilitas.
6) Merupakan kawasan pengembangan kota mamminasatagowa.
7) Potensi penduduknya 88 % umat muslim.
Berdasarkan 2 alternatif tersebut maka terpilih lokasi berada
pada Kecamatan Rappocini dimana lokasi tersebut dalam hal
pencapaian

cukup

mudah,

berada

disekitar

permukiman,

peruntukan lahannya sebagai wilayah jasa pelayanan sosial dan


ketersediaan sarana utilitas serta merupakan daerah pengembangan kawasan mamminasata.
3. Kawasan Mamminasata
Kota metropolitan Mamminasata mencakup Makassar, Maros,
Sungguminasa, dan Takalar di Sulawesi Selatan akan menjadi
proyek

percontohan

pengembangan

tata

ruang

terpadu

di

Indonesia dengan dengan luas wilayah 246.230 ha. Kawasan


Perkotaan Mamminasata merupakan kawasan pengembangan
yang terbentuk akibat pengembangan Kota Makassar yang begitu
pesat dan menyebabkan terjadinya interaksi antara tiga kota utama
lainnya. Secara umum, Kota Makassar mendominasi semua
kegiatan perkotaan di Kawasan Perkotaan Mamminasata. Maka,
Kota Makassar, yang saat ini juga berkembang sebagai pintu
gerbang bagi pembangunan Indonesia di Kawasan Timur, adalah
representasi dari Kawasan Perkotaan Mamminasata.
4. Analisis Penentuan Tapak
Penentuan tapak didasarkan pada hal-hal yang mendukung
keberadaan

Islamic

pemenuhan tapak:

Center.

Berikut

kriteria

pertimbangan

a. Segi fisik bangunan


Untuk perwadahan bangunan tersebut perlu diperhatikan
apakah site mampu menampung aktifitas yang terselenggara.
Hal yang perlu diperhatikan menyangkut luas lahan yang cukup,
keadaan tanah yang baik untuk kesuburan tanaman sehingga
lansekap dapat ditata serta merupakan daerah bebas banjir.
b. Segi pencapaian
Ketersediaan sarana transportasi umum serta dekat dengan
area permukiman dan fasilitas penunjang lainnya.
c. Segi potensi lingkungan
Potensi lingkungan suatu site terpilih memiliki view yang
baik, bebas banjir, aman serta keadaan tanah yang baik untuk
penanaman pohon.
Dari kriteria di atas maka terdapat 2 alternatif site, yaitu:
1) Alternatif 1

Jl. Areopala

Gambar 31. Tapak Alternatif 1


Sumber : google earth 2013

2) Alternatif 2

Jl. Areopala

Perumahan

Lahan Kosong

Perumahan

Gambar 32. Tapak Alternatif 2


Sumber : google earth 2013

Kriteria pemilihan tapak untuk bangunan Islamic Center, yaitu :


a. Luasan tapak mencukupi yaitu 3,4 Ha.
b. Dekat dengan fasilitas akomodasi.
c. Tingkat kebisingan rendah.
d. Dapat dijangkau dengan transportasi umum dan pribadi.
e. Potensi view yang mendukung.
f. Kondisi lingkungan sekitar mendukung adanya Islamic Center.
Pemilihan site berdasarkan oleh pertimbangan terhadap :
a. Area yang minimal dapat menampung fasilitas yang harus
disediakan menurut kebutuhan.
b. Kepadatan transportasi yang sedang dan tidak menimbulkan
kebisingan dan kemacetan.
c. Area sirkulasi baik, sehingga pencapaian ke site mudah dan
akan lebih baik jika dapat dijangkau oleh transportasi kota.
d. Tersedia sarana utilitas kota ; air bersih, jaringan listrik, jaringan
komunikasi.

Berdasarkan beberapa pertimbangan dan kriteria pada hasil


pembobotan penentuan dari ketiga alternatif tapak, Tapak

terpilih

pada Kecamatan Rappocini tepatnya pada jalan Letjen Hertasning


Terletak pada BWK IV dengan fungsi, antara lain :
a. Kawasan

dengan

fungsi

utama

sebagai

kawasan

jasa

pelayanan sosial/umum, serta fungsi pendukung sebagai


wilayah perdagangan, permukiman dan perkantoran.
b. Terdapat sarana pendukung berupa area permukiman.
c. Akses untuk transportasi umum yang cukup memadai.
d. Ketersediaan sarana utilitas.
e. Merupakan kawasan pengembangan kota mamminasata.
f. Potensi penduduknya 88 % umat muslim.
Tapak berupa lahan kosong dan berbatasan langsung dengan
jalan utama Letjen Hertasning yang menghubungkan antara
kabupaten Gowa dan Kota Makassar. Terjangkau oleh jaringan
utilitas kota
Alternatif 2

Gambar 33. Tapak Terpilih


Sumber : google earth 2013

5. Konsep Analisis Tapak


a. Kondisi Awal Tapak
Sebelah utara

: Jl. Letjen Hertasning

Sebelah timur

: Perumahan dan Sungai/kanal

Sebelah selatan

: Perumahan AG. Mamiri

Sebelah barat

: Jalan lingkungan dan lahan kosong

b. Kondisi Fisik Tapak


1) Luasan Tapak
Adapun lingkungan yang ada disekitar tapak saat ini
cukup baik dan mendukung karena merupakan daerah
dimana terdapat beberapa pusat kegiatan masyarakat serta
luasan tapak yang mencukupi untuk pembangunan Islamic
Center yang direncanakan.
2) Sirkulasi
Dalam menganalisis tapak, pola sirkulasi perlu diperhatikan agar semua kegiatan dapat berlangsung dengan
lancar, serta untuk memudahkan pencapaian dan pengontrolan terhadap unit-unit bangunan.
a) Untuk Sirkulasi Kendaraan
(1) Sirkulasi kendaraan di luar tapak di jalan Hertasning
dengan pola sirkulasi dua arah.
(2) Sirkulasi kendaraan di dalam tapak yaitu pintu masuk
(main entrance) berada pada bagian depan (jalan
hertasning) dan pintu keluar berada >100 m dari pintu
masuk.
(3) Sirkulasi kendaraan servis di dalam tapak yaitu pintu
masuk servis/pengelola/bus (site entrance) berada
pada bagian depan (jalan hertasning) >50 m dari main
enterance dan pintu keluar berada >100 m dari main
enterance.

b) Untuk Sirkulasi Pejalan Kaki


Untuk pejalan kaki dapat masuk di pintu masuk di
jalan Letjen Hertasning dan jalan lingkungan.
3) View (Arah Pandang) Dari dan Keluar Tapak
Penampilan bangunan lebih ditonjolkan kearah area
shalat terbuka yang berada tepat di depan masjid. Bangunan
penunjang lainnya berorientasi di belakang masjid.
4) Penentuan Arah Kiblat
Adapun Untuk daerah Makassar dan sekitarnya arah
orientasi tersebut berada pada 22 dari barat ke arah Utara.
Beberapa kaidah penentuan arah kibat cara modern, yaitu
dengan menggunakan kompas dan dengan menggunakan
theodolit.
5) Kebisingan dan Penzoningan
Dari pola jalan yang sudah ada sekarang, maka dapat
diketahui bahwa tingkat kebisingan yang tinggi terdapat
sepanjang jalan Letjen Hertasning karena merupakan jalur
jalan Kota Mamminasata. Dan pada tingkat kebisingan
sedang terdapat pada perumahan, sedangkan tingkat
kebisingan rendah terdapat pada lahan kosong.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka tapak terbagi
atas tiga zona yaitu :
a) Zona Publik
Untuk daerah kegiatan yang tidak membutuhkan
ketenangan seperti sarana parkir, pameran, pertemuan,
area pelayanan sosial.
b) Zona Semi Publik
Untuk daerah kegiatan yang membutuhkan cukup
ketenangan seperti ruang pengelola, perpustakaan, dan
sebagainya.

c) Zona Privat
Untuk daerah kegiatan yang membutuhkan ketenangan seperti ruang ibadah, ruang belajar/kajian, dan
hunian.
6) Orientasi Matahari dan Arah Angin
Sinar matahari yang menyinari bangunan dalam tapak
tidak

hanya

berpengaruh

teknis

saja,

namun

dapat

mempengaruhi penampilan bangunan ketika sinar matahari


muncul, oleh karena itu penataan bentuk bangunan sebisa
mungkin dapat menanggulangi panas sinar matahari secara
langsung masuk ke dalam bangunan dengan seperti
menanam

pohon-pohon

yang

dapat

menyaring

sinar

matahari langsung.
7) Sistem utilitas
Pada umumnya disekitar tapak telah tersedia jaringan
utilitas seperti listrik, PAM, telepon, hanya tinggal penyalurannya ke dalam tapak sehingga bisa teratur dan baik.
8) Vegetasi
Vegetasi di dalam tapak sangat penting karena memiliki
beberapa fungsi diantaranya yaitu untuk memberikan
keindahan, meredam kebisingan, menyaring debu dan asap
kendaraan, sebagai peneduh, pelindung atau sebagai
pengarah di dalam tapak.
1. Tata Ruang Dalam
Merupakan usaha untuk mewujudkan penampilan bangunan di
dalam wadah Islamic Center agar menunjang aktifitas peribadatan
dan menimbulkan kenyamanan, suasana rekreatif pada fasilitas
penunjangnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan
ruang dalam, yaitu :
a. Keserasian/harmoni

b. Irama dan proporsi


c. Kesinambungan
d. Kesatuan langgam dan gaya
Penataan interior diletakkan pada ruang peribadatan dan ruang
serbaguna. Pada masjid, dirancang luas ruangan sesuai dengan
kebutuhan ruang dan ditata dengan perabot seperti mimbar,
dinding yang dihiasi dengan rooster bunga

selain sebagai

penunjang penghawaan alami juga sebagai ornamen penghias


dinding, serta kaligrafi yang melekat pada ornamen ruang.
2. Bentuk dan Penampilan Bangunan
a. Bentuk Dasar Bangunan
1) Bangunan

dirancang

bermassa

dengan

tetap

mem-

perhatikan hubungan serta sirkulasi antar bangunan dan


penataan lansekap sebagai elemen penunjang.
2) Mengoptimalkan setiap area bangunan untuk kepentingan
beribadah.
3) Pertimbangan kemudahan dalam pelaksanaan konstruksi
dan efisiensi waktu, serta pemeliharaan bangunan.
4) Bentuk disesuaikan dengan bentuk site terpilih.
b. Penampilan bangunan
1) Bangunan harus mencirikan sebagai bangunan berarsitektur
Islam sehingga dapat menarik minat masyarakat.
2) Konsep Islamic Center yang teritegrasi dengan alam/
lingkungan sekitar.
3) Pemilihan view yang baik dari dalam maupun luar bangunan.
3. Penataan Ruang Luar (Eksterior)
Konsep penataan ruang luar pada bangunan Islamic Center ini
harus diperhatikan agar dapat memberikan kesan menarik dan
nyaman. Berikut elemen-elemen area ruang luar tersebut:

a. Area Ruang Luar


Jalur ini sebagai fungsi utama yang akan menghubungkan
bangunan yang satu dengan bangunan lainnya. Jalur ini harus
dibuat senyaman mungkin. Yang termasuk dalam sarana ruang
pedestrian, antara lain sebagai berikut :
1) Drainase
Drainase berfungsi sebagai penampung dan jalur aliran
air pada ruang pejalan kaki. Keberadaan drainase akan
dapat mencegah terjadinya banjir dan genangan-genangan
air pada saat hujan. Dimensi minimal adalah lebar 50 cm
dan tinggi 50 cm.
2) Jalur hijau
Jalur hijau diletakan pada jalur amenitas dengan lebar
150 cm dan bahan yang digunakan adalah tanaman
peneduh.
3) Lampu Penerangan
Terletak setiap 10 meter dengan tinggi maksimal 4 meter,
dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas
tinggi seperti metal & beton cetak. Kriteria desain :
sederhana, geometris, modern futuristic, fungsional, terbuat
dari bahan anti vandalism, terutama bola lampu. Lampu
penerangan direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan : penerangan yang merata, keamanan dan
kenyamanan bagi serta arah dan petunjuk yang jelas.
Pemilihan

jenis

kualitas

lampu

penerangan

jalan,

berdasarkan : nilai efektifitas (lumen/watt ) lampu tinggi dan


rencana panjang.
4) Tempat Duduk
Terletak setiap 10 m dengan lebar 40-50 cm, panjang
150 cm dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan
durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

5) Pagar pengaman
Diletakkan pada titik tertentu yang berbahaya dan
memerlukan perlindungan dengan tinggi 90 cm, dan bahan
yang digunakan adalah metal/beton yang tahan terhadap
cuaca, kerusakan, dan murah pemeliharaannya.
6) Tempat Sampah
Terletak setiap 20 meter dengan besaran sesuai
kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan
dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
Jenis tempat sampah yang disediakan memiliki tipe yang
berbeda-beda sesuai dengan fungsinya ( tempat sampah
organik dan tempat anorganik). Selain itu, desain dari
ketinggian tempat sampah harus dapat dijangkau dengan
tangan dalam memasukkan kotoran / sampah ( tinggi 60
70 cm ).
7) Marka, Perambuan, dan Papan Informasi (Signage)
Marka dan perambuan, papan informasi (signage)
diletakan pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus
pedestrian padat, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan
bahan yang digunakan terbuat dari bahan yang memiliki
durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau. Selain
itu dapat mengefisiensikan dan memudahkan orang membaca, terletak di tempat terbuka, ketinggian papan reklame
yang sejajar dengan kondisi jalan, tanda petunjuk ini
memuat informasi tentang lokasi dan fasilitasnya serta tidak
tertutup pepohonan.
b. Perencanaan lansekap
Taman yang berfungsi sebagai pengarah sirkulasi dan
sebagai penghalang dari efek bising yang ditimbulkan oleh
aktifitas kendaraan dari luar site. Taman juga berfungsi sebagai
pemberi kesan artistik.

Vegetasi dan pot bunga memiliki kriteria antara lain dapat


berfungsi sebagai peneduh ( jalur tanaman tepi ), ditempatkan
pada jalur tanaman (min. 1,50 meter), percabangan 2 meter di
atas tanah, bentuk percabangan tidak merunduk, bermassa
daun padat dan ditanam secara berbaris. Jenis dan bentuk
pohon yang dipergunakan antara lain : Angsana, Tanjung, dan
Kiara Payung.
c. Plaza

merupakan

penghubung

sirkulasi

yang

mengikat

bangunan.
D. Konsep Tata Ruang Mikro
1. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Berdasarkan kegiatan pemakai maka dibutuhkan ruang-ruang
sebagai berikut :
a. Kebutuhan Ruang
Tabel 13. Analisa Keb. Ruang Berdasarkan Pelaku dan Jenis Kegiatan
No.

Kelompok
Kegiatan

Kegiatan Ibadah
Utama (Ritual)

Kegiatan
Pendidikan dan
Pelatihan

Kegiatan
Pertemuan

Pelaku
Kegiatan
Umat Muslim

1. Peserta
pelatihan
(santri)
2. Pembina
3. Siswa TK dan
TPA
4. Guru TK &
Pembina
(Ustadz)

Masyarakat
umum /
Pengunjung

Jenis
Kegiatan
1. Bersuci
2. Adzan
3. Shalat

1. Kajian Umum
2. Belajar Bhs.
Arab dan
Inggris
3. Belajar Seni
Kaligrafi dan
Nasyid
4. Mengajar
5. Istirahat
6. Belajar
7. Baca Tulis AlQuran
8. Bermain
9. Mengajar
10. Istirahat
1. Seminar
2. Perayaan Hari
Besar Islam
3. Tabligh Akbar

Kebutuhan
Ruang
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
1.
2.
3.

Rg. Wudhu
Lavatory
Menara
Rg. Shalat
Rg.Mihrab
Rg. Kajian
Rg. Kelas Bhs.
Arab & Inggris
Rg. Kelas Seni
Kaligrafi &
Nasyid
Rg. Kelas
Rg. Pembina
Rg. Kelas TK
Rg. TPA
Rg. Bermain
Rg. Guru TK
Rg. Pembina
Lavatory
Gudang
Rg. Serba guna
(Auditorium)
Stage
Rg. Ganti

4. Pernikahan

Kegiatan
Pengelolaan

1.
2.
3.
4.

Pimpinan
Sekretaris
Bendahara
Staf Divisi

1.
2.
3.
4.

Kegiatan
Pemberian Data
dan Informasi

1. Masyarakat
Umum/Pengu
njung
2. Pengelola

1.
2.
3.

Perpustakaan

Kegiatan
Pameran

Kegiatan Sosial
Kewirausahaan

Kegiatan
Service
Kegiatan
Penunjang

1. Masyarakat
Umum/Pengu
njung
2. Pengelola
3. Pelajar
3. Masyarakat
Umum/Pengu
njung
4. Pengelola

4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.

1. Penjualan
2. Makan &
Minum
3. Perbankan

Pengelola
5. Masyarakat
Umum/Pengu
njung
6. Pengelola
7. Satpam

Melayani Adm
Terima Tamu
Rapat
Menyimpan
Arsip
Menitipkan
Barang
Mencari Buku
Mencari
Informasi
Media Online
Mendaftar
Membaca
Meminjam
Fotocopy
Administrasi
Pameran
Karya Seni
Menyimpan

1.
2.
3.
4.

Melayani
kebutuhan ME
Memarkirkan
kendaraan
Berkunjung
Menjemput
Mejaga
Keamanan

4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.

Rg. Kontrol
Rg. Persiapan
Rg. Konsumsi
Rg. Seminar
Gudang alat
Lavatory
Rg. Seminar
Gudang alat
Lavatory

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1.
2.
3.

Rg. Penitipan
Rg. Katalog
Rg. Koleksi
Rg. Baca
Rg. Multimedia
Rg. Registrasi
Rg. Peminjaman
Rg. Fotocopy
Rg. Staf
Gudang Buku
Lavatory
Rg. Pameran
Rg. Koleksi
Gudang Alat

1. Toko Busana
Muslim
2. Toko Buku
3. Toko Souvenir
4. Mini Market
5. Kafetaria
6. Bank Syariah
7. ATM
8. Tempat
Pemotongan
Hewan Qurban
Rg. ME
1.
2.
3.
4.
5.

Parkir Mobil
Parkir Motor
Taman
Rg. Tunggu
Pos Jaga

Sumber : Hasil Analisa, 2013

b. Besaran ruang
Besaran ruang yang dibutuhkan ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Jumlah / kapasitas pelaku kegiatan yang diwadahi

2) Jumlah, type, ukuran dan tata letak perabot dan peralatan


3) Standar gerak dan persyaratan luas perorangan
4) Standar persyaratan dan besar ruang
5) Sirkulasi pemakai
Standar ruang yang digunakan yaitu standar ketentuan luas
m2/orang yang bersumber dari :
1) Data arsitek
2) Asumsi dan stubanding
3) Human dimension and interior space
4) Standar Nasional Indonesia (SNI), Tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di perkotaan.
1) Masjid
Tabel 14. Besaran Ruang Masjid di Islamic Center Makassar
No.

Ruang

Standar

Sumber

R. Imam/Mihrab
dan Mimbar

0,6 x 1,2 = 0,72


2
m /orang

PPM

R. Shalat Utama

0,6 x 1,2 = 0,72


2
m /orang

PPM

R. Serambi Luar

0,6 x 1,2 = 0,72


2
m /orang

PPM

R. Wudhu Pria

Tempat Wudhu =
0,01 x kapasitas.
Satu tempat wudhu
= 0,9 x 1 = 0,9
2
m /orang

PPM

R. Wudhu
Wanita

Tempat Wudhu =
0,01 x kapasitas.
Satu tempat wudhu
= 0,9 x 1 = 0,9
2
m /orang

PPM

Perhitungan
0,72 x 4 org = 2,88
2
m
Asumsi jemaah
yang akan
ditampung adalah
4000 orang, maka :
2
0,72 m x 4000
2
orang = 2880 m
Asumsi jemaah
yang akan
ditampung adalah
2000 orang, maka :
2
0,72 m x 2000
2
orang = 1440 m
Asumsi jemaah pria
adalah 70 % x
6000 orang = 4200
Tempat Wudhu =
0,01 x 4200 = 42
maka 0,9 x 42 =
2
37,8 m
Asumsi jemaah
wanita adalah 30 %
x 6000 orang =
1800 Tempat
Wudhu = 0,01 x
1800 = 18 maka
2
0,9 x 18 = 16,2 m

Luasan
2,88 m

2880 m

1440 m

37,8 m

16,2 m

R. Toilet
Pria/Urinoir

Jumlah urinoir =
0,003 x kapasitas.
Satu Urinoir = 0,6 x
2
0,8 = 0,48 m /orang

PPM

Toilet pria (WC)

1 WC untuk 500
orang. 1 WC = 1,25
2
x 2 = 2,5 m /orang

PPM

Toilet wanita
(WC)

1 WC untuk 250
orang. 1 WC = 1,25
2
x 2 = 2,5 m /orang

PPM

R. Electrikal/
audio

0,8 m s/d 2 m per


orang

NAD

10

Gudang

Asumsi

11

Sirkulasi

20% x luas total

Asumsi jemaah pria


adalah 70 % x
6000 orang = 4200
Urinoir = 0,003 x
4200 = 12,6
(dibulatkan menjadi
13 orang) maka
2
0,48 x 13 = 6,24 m
Asumsi jemaah pria
adalah 70% x 6000
orang = 4200 orang
Jumlah WC = 4200
: 500 = 8.4 orang,
maka :
2
8 x 2,5 = 20 m
Asumsi jemaah
wanita adalah 30%
x 6000 orang =
1800 orang Jumlah
WC = 1800 : 250 =
7,2 orang, maka : 7
2
x 2,5 = 17,5 m
Asumsi untuk 5
orang adalah 2 x 5
2
= 10 m
Asumsi untuk 5
orang
20% x 4450,62 =
2
890,124 m
Luasan total +
sirkulasi = 4450,62
+ 890,124 =
2
5340,744 m

TOTAL

6,24 m

20 m

17,5 m

10 m

20 m

890,124
2
m
5340,744
2
m

Sumber : Hasil Analisa, 2013

2) Pengelola
Tabel 15. Besaran Ruang Pengelola Islamic Center di Makassar
No.
1
2
3
4
5
6

Ruang
R. Ketua
R. Sekretaris
R. Kabag adm.
umum
R. Kabag
publikasi
R. Kabag
keuangan
R. Kabag
personalia

Standar

Sumber

Perhitungan

Luasan

NAD
NAD

1 ruang
2
2 ruang, 2 x 10 = 20 m

49 m
2
20 m

12 m

BPDS

1 orang

12 m

12 m

BPDS

1 orang

12 m

12 m

BPDS

1 orang

12 m

12 m

BPDS

1 orang

12 m

49 m
2
10 m

8
9

R. Kabag.
Perijinan,
Properti dan
Maintenance
R. Kabag
pemasaran
R. Staf
administrasi
umum

12 m

BPDS

1 orang

12 m

12 m

BPDS

1 orang

12 m

NAD

2 orang, 2 x 2 = 4 m

4m

NAD

4 orang, 4 x 2 = 8 m

8m

NAD

2 orang, 2 x 2 = 4 m

4m

NAD

2 orang, 2 x 2 = 4 m

4m

NAD

2 orang, 2 x 2 = 4 m

4m

NAD

Asumsi untuk 4 orang


2
,4x2=8m

8m

NAD

4 orang

65 m

NAD

Asumsi untuk 20
2
orang , 20 x 2 = 40 m

40 m

10 m

10 m

0,8 m s/d 2 m
per orang
2

10

R. Staf publikasi

11

R. Staf
Keuangan

12

13

14

R. Staf
Personalia
R. Staf
Perijinan,
Properti dan
Maintenance
R. Staf
Pemasaran

0,8 m s/d 2 m
per orang
2
2
0,8 m s/d 2 m
per orang
2

0,8 m s/d 2 m
per orang
2

0,8 m s/d 2 m
per orang
2

0,8 m s/d 2 m
per orang

15

R. Editor dan
Percetakan

65 m s/d 70 m

16

R. Rapat

0,8 m s/d 2 m
per orang

17

R. Tamu

0,8 m s/d 2 m
per orang

18

R. Arsip

0,27 m

19

R. Istirahat dan
Pantry

20

Locker

21

Toilet

22

Gudang

23

Sirkulasi

5% dari luas
kantor
2% dari luas
kantor
WC pria = 1,8
2
m /unit Urinoir =
2
0,4 m /unit
Wastafel = 0,54
2
m /unit WC
wanita = 1,8
2
m /unit Wastafel
2
= 0,54 m /unit
4% dari luas
kantor

NAD
NAD

Asumsi untuk 5 orang


2
, 5 x 2 = 10 m
Asumsi untuk 40
orang, 40 x 0,27 = 10
2
m

NAD

5 % x 298 = 14,9 m

14,9 m

NAD

2 % x 298 = 5,96 m

5,96 m

NMH

2 WC pria (2 x 1,8 = 3,
2
6 m ) 4 urinoir (4 x 0,4
2
= 1,6 m ) 2 wastafel (2
2
x 0,54 = 1,08 m ) 2
WC wanita (2 x 1,8 =
2
3, 6 m ) 2 wastafel (2
2
x 0,54 = 1,08 m )

NAD

4 % x 298 = 11,92 m
2

20% x luas total


TOTAL

20% x 341,74 m =
2
68,348 m
Luasan total +
sirkulasi = 341,74 +
2
68,348 = 410,088 m

Sumber : Hasil Analisa, 2013

10,96 m

11,92 m

68,348
2
m
410,088
2
m

3) Pelatihan, Pembinaan, dan Pengembangan (PPP)


Tabel 16. Besaran Ruang PPP Islamic Center di Makassar
No.
1

Ruang

Standar

Sumber

Perhitungan

Luasan

Asumsi

Asumsi untuk 100


orang

150 m

NAD

1 kelas = 20 orang,
maka : 1 kelas = 20 x 2
2
= 40 m Kebutuhan
sebanyak 5 kelas,
2
maka : 5 x 40 = 200 m

200 m

NAD

Kebutuhan untuk 20
orang, maka : 1 ruang
2
= 20 x 2 = 40 m

40 m

NAD

Kebutuhan untuk 20
orang, maka : 1 ruang
2
= 20 x 2 = 40 m

40 m

NAD

Kebutuhan untuk 20
orang, maka : 1 ruang
2
= 20 x 2 = 40 m

40 m

NAD

Kebutuhan untuk 20
orang, maka : 1 ruang
2
= 20 x 2 = 40 m

40 m

Hall room

R. Kelas

1,8 m s/d 2 m
per orang

R. Pengajar

1,8 m s/d 2 m
per orang

R. Laboratorium
bahasa

1,8 m s/d 2 m
per orang

R. Laboratorium
komputer

1,8 m s/d 2 m
per orang

R. Laboratorium
Kajian Al Quran

1,8 m s/d 2 m
per orang

Auditorium

0,8 m per
orang

Klinik

0,8 m per
orang

Toilet

WC pria/wanita
2
= 1,8 m /unit
Urinoir = 0,4
2
m /unit
Wastafel = 0,54
2
m /unit

10

Gudang

11

Sirkulasi

CCEF

CCEF

Kebutuhan untuk 500


orang, maka : 500 x 0,8
2
= 40 m
Kebutuhan untuk 500
orang, maka : 500 x 0,8
2
= 40 m

400 m

400 m

NMH

2 WC pria (2 x 1,8 = 3,
2
6 m ) 2 urinoir (2 x 0,4
2
= 0,8 m ) 2 wastafel (2
2
x 0,54 = 1,08 m ) 3 WC
wanita (3 x 1,8 = 5,4
2
m ) 2 wastafel (2 x 0,54
2
= 1,08 m )

11,96 m

Asumsi

Asumsi untuk 5 orang

20 m

20% x luas
total

20% x 941,96 =
2
188,392 m

188,392
2
m

Luasan total + sirkulasi


= 941,96 + 188,392 =
2
1130,352 m

1130,352
2
m

TOTAL

Sumber : Hasil Analisa, 2013

4) Perpustakaan
Tabel 17. Besaran Ruang Perpustakaan Islamic Center di Makassar
No.

Ruang

Standar

Sumber

Lobby

0,9 m

NAD

R. Penitipan

Asumsi

R. Baca

1,92 m

R. Koleksi

10.000 per 50 m

R. Katalog

1 unit komputer =
2
1x1=1m

R. Audio visual

R. Diskusi

R. Administrasi

R. Fotokopi

70 80 m

Asumsi

Asumsi

NAD

Asumsi
20 25 m

NAD

Asumsi

WC pria/wanita =
2
1,8 m /unit Urinoir
2
= 0,4 m /unit
Wastafel = 0,54
2
m /unit

10

Toilet

11

Gudang

15 s/d 20 m

12

Sirkulasi

20% x luas total


TOTAL

NMH

NAD

Perhitungan
10% x jumlah
pengunjung (ruang
baca), maka : 10% x
200 = 20 Sehingga :
2
20 x 0,9 = 18 m
Asumsi untuk loker
2
60/1 m dan petugas
3 orang
200 orang x 1,92 =
2
384 m
Buku yang
dibutuhkan dalam
perpustakaan
adalah 15.000 buku,
maka : N = (15.000
x 50) / 10.000 N =
2
75 m
Komputer yang
dibutuhkan adalah
3, maka : 3 x 1 = 3
2
m
2
70 80 m untuk
menampung 20
orang
Untuk menampung
10 15 orang
2
20 25 m adalah
untuk menampung 8
orang
2 WC pria (2 x 1,8 =
2
3, 6 m ) 2 urinoir (2
2
x 0,4 = 0,8 m ) 2
wastafel (2 x 0,54 =
2
1,08 m ) 3 WC
wanita (3 x 1,8 = 5,4
2
m ) 2 wastafel (2 x
2
0,54 = 1,08 m )
Untuk menampung
2 orang
20% x 686,96 =
2
137,392 m
Luas total + sirkulasi
= 686,96 + 137,392
2
= 824,352 m

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Luasan

18 m

30 m

384 m

75 m

3m

80 m

30 m

25 m

10 m

11,96 m

20 m

137,392
2
m
824,352
2
m

5) Ruang Makan
Tabel 18. Besaran Ruang Islamic Center di Makassar
No.

Ruang

Standar

Sumber

Perhitungan

Luasan

NAD

40 orang, maka :
2
40 x 0,9 = 36 m

36 m

240 m

Hall

0,9 m per orang

R. Makan

1,2 m per orang

NAD

200 orang, maka :


2
200 x 1,2 = 240 m

Dapur

30% R. Makan

BPDS

30% x 240 = 72 m

Pantry

25% R. Makan

BAER

Counter

12% R. Makan

BAER

28,8 m

Gudang

50% Pantry

BAER

25% x 240 = 60 m
12% x 240 = 28,8
2
m
2
50% x 60 = 30 m

11,96 m

Toilet

Sirkulasi

72 m

60 m

30 m

WC pria/wanita =
2
1,8 m /unit Urinoir
2
= 0,4 m /unit
Wastafel = 0,54
2
m /unit

NMH

2 WC pria (2 x 1,8
2
= 3, 6 m ) 2 urinoir
2
(2 x 0,4 = 0,8 m ) 2
wastafel (2 x 0,54 =
2
1,08 m ) 3 WC
wanita (3 x 1,8 =
2
5,4 m ) 2 wastafel
2
(2 x 0,54 = 1,08 m )

20% luas total

20% x 478,76 =
2
95,752 m

95,752
2
m

478,76 +95,752 =
2
574,512 m

574,512
2
m

TOTAL

Sumber : Hasil Analisa, 2013

6) Hunian (Mess)
Tabel 19. Besaran Ruang Hunian Islamic Center di Makassar
No.

Ruang

Lobby

Hall

R. Receptionist

Standar

Sumber

Perhitungan

10% jumlah orang

NAD

10% x 150= 15 m

NAD

NAD

0,9 m per orang

0,8 s/d 2 m

Luasan
2

15 m

40 orang, maka :
2
40 x 0,9 = 36 m

36 m

Untuk 5 orang,
maka : 5 x 2 = 10
2
m

10 m

TSS

Asumsi pengguna
kamar 150 orang. 1
kamar untuk 3
orang, maka 150 /
3 = 50 kamar.
Luasan kamar yang
dibutuhkan 50 x
2
22,5 = 1125 m

1125 m

2,5 m per orang

NAD

Jumlah yang
dibutuhkan 20,
maka : 2,5 x 20 =
2
50 m

50 m

(untuk 3 orang) 7,5


2
m per orang 3 x
2
7,5 = 22,5 m

R. Kamar

Kamar Mandi +
Toilet

Dapur

Asumsi

16 m

16 m

Pantry

Asumsi

10 m

10 m

Gudang

Asumsi

Asumsi untuk 5
orang

20 m

Sirkulasi

20% luas total

20% x 1282 =
2
256,4 m

256,4 m

Luasan total +
sirkulasi = 1282 +
2
256,4 m = 1538,4
2
m

1538,4
2
m

TOTAL

Sumber : Hasil Analisa, 2013

7) Ruang Serbaguna
Tabel 20. Besaran Ruang Serbaguna Islamic Center di Makassar
No.

Ruang

Standar

Hall

Lobby

10% jumlah orang

Loket

5 m per orang

R. Antri loket

5 m per orang

Stage/panggung

Tribun

R. Ganti

R. Kontrol

Sumber

Asumsi
NAD

BAER

BAER

167,22 m

0,8 x 1 per orang

1 m per orang
8m

TSS

Asumsi

Asumsi
Asumsi

Perhitungan

Luasan

Untuk 500 orang


10% x 1000 = 100
2
m
Untuk 4 unit, maka
2
: 4 x 5 = 20 m
Untuk 4 unit, maka
2
: 4 x 5 = 20 m

300 m

100 m

80 s/d 100 orang


Untuk menampung
500 orang, maka :
500 x (0,8 x 1) =
2
400 m
50 orang, maka :
2
50 x 1 = 50 m
1 unit

20 m

20 m

167,22
2
m
400 m

50 m
8m

9
10
11

Gudang
instrumen
Gudang
peralatan
panggung
R. Staf
panggung

12

Toilet

13

Sirkulasi

BAER

30 instrumen, maka
2
: 30 x 0,5 = 15 m

15 m

Asumsi

30 m

NAD

5 orang, maka : 5 x
2
5,5 = 27,5 m

27,5 m

WC pria/wanita =
2
1,8 m /unit Urinoir
2
= 0,4 m /unit
Wastafel = 0,54
2
m /unit

NMH

4 WC pria (4 x 1,8
2
= 7,2 m ) 6 urinoir
2
(6 x 0,4 = 2,4 m ) 4
wastafel (4 x 0,54 =
2
2,16 m ) 8 WC
wanita (8 x 1,8 =
2
1,44 m ) 4 wastafel
2
(4 x 0,54 = 2,16m )

28,31 m

20% luas total

20% x 1166,03 =
2
233,206 m

233,206
2
m

1166,03 + 233,206
2
= 1399,236 m

1399,236
m2

0,5 m per unit


30 m

5,5 m per orang

TOTAL

Sumber : Hasil Analisa, 2013

8) Pos Keamanan
Tabel 21. Besaran Ruang Pos Keamanan Islamic Center di Makassar
No.

Ruang

Pos pusat

Pos penjagaan

Standar
2

5 m per orang
2

5 m per unit

Sumber
-

TOTAL

Perhitungan
5 orang, maka : 5 x
2
5 = 25 m
5 unit, maka : 5 x 5
2
= 25 m
25 + 25 = 50 m

Luasan
25 m

25 m

50 m

Sumber : Hasil Analisa, 2013

9) Servis dan Parkiran


Tabel 22. Besaran R.Servis dan Parkiran Islamic Center di Makassar
No.

Ruang

Standar
61 m

Sumber

Perhitungan

Luasan

TSS

61 m

Loading dock

R. Genzet

Asumsi

40 m

R. Pompa

Asumsi

30 m

R. Mesin AC

Asumsi

70 m

R. Trafo listrik

Asumsi

20 m

Tandon air

Asumsi

30 m

Gudang

15 s/d 20 m

NAD

Untuk 2 orang
160 mobil, maka
160 x 12,5 = 2000
2
m 720 motor,
maka : 720 x 2,1 =
2
1512 m , bus =80,
maka 80 x 45
2
2
m =3600 m
20% x 7112 =
2
1422,4 m

Parkir

Sirkulasi parkir

Mobil : 12,5 m per


unit
2
Motor : 2,1 m
2
Bus : 45 m

NAD

20% luas parkir

TOTAL

15 m

7112 m

8800,4 m

10)Jumlah Keseluruhan Besaran Ruang


Tabel 23. Jumlah Besaran Ruang Islamic Center di Makassar
Nama Jenis Fasilitas

Luasan

Masjid

5340,744 m

Pengelola

410,088 m

PPP

1130,352 m

2
2

Perpustakaan

824,352 m

Ruang Makan

574,512 m

Hunian

1538,4 m

R. Serbaguna

8
9

Pos Keamanan
Servis dan Parkir
TOTAL

1399,236 m

50 m
2
8800,4 m
2
20068,084 m

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Perbandingan KDB adalah 70 % : 30%, secara keseluruhan


34.115,743 m2, sedangkan kebutuhan untuk lahan perancangan
adalah 3,4 Ha.
2. Penentuan Organisasi dan Pengelompokan Ruang
a. Karakter dan sifat ruang
1) Kelompok ruang ibadah
Karakter ruang : Bernilai keagungan, menghadirkan suasana
nyaman , tenang dan sejuk.
Sifat ruang

1422,4 m

Sumber : Hasil Analisa, 2013

No.

: Semi publik

2) Kelompok ruang pendidikan dan pelatihan


Karakter ruang : Agak tenang, akrab
Sifat ruang

: Semi publik

3) Kelompok ruang pertemuan


Karakter ruang : Akrab, agak tenang, dan nyaman
Sifat ruang

: Semi publik

4) Kelompok ruang pengelola


Karakter ruang : Tertutup, rahasia, aman dan formil
Sifat ruang

: Privat

5) Kelompok ruang perpustakaan dan radio Islam


Karakter ruang : Tenang dan nyaman
Sifat ruang

: Semi publik

6) Kelompok ruang pameran


Karakter ruang : Mengundang, menarik, dan nyaman
Sifat ruang

: Publik

7) Kelompok ruang sosial kewirausahaan


Karakter ruang : Terbuka, akrab, dinamis
Sifat ruang

: Publik

8) Kelompok ruang penunjang


Karakter ruang : Terbuka, mengundang
Sifat ruang

: Publik

9) Kelompok ruang servis


Karakter ruang : Pelayanan
Sifat ruang

: Servis

b. Pengelompokan ruang
1) Zona publik dan zona semi public, kedua zona ini
berhubungan erat karena pengunjung dapat melakukan
kegiatan di kedua zona ini walaupun untuk melakukan
kegiatan di zona semi publik diperlukan persyaratan tertentu.
Karena itu dalam perencanaanya, kedua zona ini harus
diletakkan secara berdekatan.

2) Zona semi publik dan privat, kedua zona ini berhubungan


kurang erat. Untuk itu letak kedua zona ini berdekatan tetapi
tidak secara langsung.
3) Zona public dan privat, kedua zona ini tidak berhubungan
langsung. Untuk itu kedua zona ini terpisah letaknya.
c. Hubungan ruang
Hubungan ruang berdasarkan atas interaksi antar pelaku
kegiatan yang dibagi dalam tiga kategori, yaitu : hubungan
sangat erat, hubungan erat, dan kurang erat.
1) Hubungan ruang secara makro
Ruang Ibadah
Ruang pendidikan & pelatihan
Ruang pertemuan
Ruang pengelola
Ruang perpustakaan
Ruang pameran
Ruang sosial kewirausahaan
Ruang penunjang
Ruang servis

2) Hubungan ruang secara mikro


a) Ruang Ibadah
Ruang shalat
Ruang mihrab
Menara
Ruang wudhu
lavatory

b) Ruang pendidikan dan pelatihan


Rg. Kelas TPA
Rg. Kajian
Rg. Kelas B.Arab
Rg. Kelas B.Inggris
Rg. Kelas seni
Rg. Pembina
Rg. Kelas TK
Rg. Guru TK
Rg. Bermain
Lavatory
c) Ruang pertemuan
Hall
Rg. Serba guna
Stage/panggung
Rg. Ganti
Rg. Kontrol
Rg. Persiapan
Rg. Konsumsi
Rg. Seminar
Lavatory
Gudang Alat

d) Ruang pengelola
Lobby
Rg. Pimpinan
Rg. Sekretaris
Rg. Bendahara
Rg. Bg. Administrasi
Rg. Bag.Humas
Rg. Staf Divisi
Rg. Tamu
Rg. Rapat
Rg. MUI
Rg. BASIZ
Rg. Arsip
Rg. Keamanan
Rg. Cleaning Servis
Gudang
Lavatory

e) Ruang perpustakaan
Rg. Penitipan
Rg. Katalog
Rg. Baca
Rg. Koleksi
Rg. Peminjaman
Rg. Registrasi
Rg. Multimedia
Rg. Fotocopy
Rg. Staf
Gudang
Lavatory

f) Ruang pameran
Rg. Pameran
Rg. Workshop
Rg. Koleksi
Gudang

g) Ruang sosial kewirausahaan


Retail/counter
Bank Syariah
ATM
Cafetaria/Kantin
T. pemotongan hewan
Qurban

h) Ruang penunjang dan servis


Pos Jaga
Rg. Genset

3. Penentuan bentuk dan penampilan bangunan


a. Eksterior
Penampilan secara umum diharapkan mampu memadukan
antara unsur kedinamisan dengan sebagian unsur-unsur dalam
arsitektur Islam. Unsur perpaduan arsitektur Islam dapat
diungkapkan dengan penggunaan elemen lengkung (geometri)
pada ornamen-ornamen bangunan dan hiasan kaligrafi pada
sebagian dinding bangunan. Selain itu, desain fisik bangunan
juga harus mempertimbangkan standar-standar besaran ruang,
tuntutan kegiatan, dan persyaratan ruang demi kelancaran
kegiatan.

b. Interior
1) Pada ruang ibadah, harus memberikan kesan suci, khusyu
dan agung. Kesan suci bisa didapatkan dengan warna putih
serta warna-warna alam pada dinding dan keramik, dan
didukung oleh ornnamen kaligrafi pada dindingnya.
2) Pada

ruang

pendidikan

dan

pelatihan,

serta

ruang

pemberian data dan informasi yang perlu diperhatikan


adalah bagaimana menghadirkan ruangan yang memiliki
suasana tenang jauh dari kebisingan. Pemilihan jenis
material yang tepat dan warna yang terang dapat membantu
pembentukan kesan ruang yang diinginkan serta perletakan
furniture yang efektif dan efisien.
3) Pada ruang pertemuan/auditorium yang perlu diperhatikan
adalah penggunaan material yang dapat meredam suara
seperti plafond akustik.
4) Untuk ruang pengelolaan dituntut adanya kesan formil,
teratur dan terorganisir.
5) Pada

ruang

pameran,

dengan

mempertimbangkan

kenyamanan pengunjung untuk melihat koleksi dengan


pergerakan yang teratur dan efektif.
6) Untuk ruang penunjang lainnya hal yang perlu diperhatikan
dalam rencana ruang dalam adalah bagaimana menampilkan kesan ruang dengan suasana yang rekreatif, nyaman
dan menyenangkan.
7) Untuk ruang dalam unit servis, pertimbangan utama adalah
pengaturan

ruang

yang

menampung

peralatan

perlengkapan yang tergolong alat-alat berat dan besar.

4. Penentuan sistem sirkulasi ruang


Sirkulasi diluar bangunan terdiri dari :

dan

a) Sirkulasi manusia terpisah dari sirkulasi kendaraan demi


keamanan dan kenyamanan dengan menyediakan pedestrian
bagi pejalan kaki.
b) Sirkulasi kendaraan diatur sedemikian rupa sehingga kendaraan
dengan mudah keluar masuk site serta pola area parkir yang
teratur.
Sirkulasi didalam bangunan untuk menjaga pola pergerakan
agar tetap aman, lancar, dan nyaman disesuaikan dengan fungsi
masing-masing

ruang,

misalnya

untuk

kegiatan

pendidikan

memerlukan bentuk sirkulasi yang mendukung pengkondisian


(penghawaan dan pencahayaan), yaitu single koridor dengan pola
melewati ruang.
5. Sistem struktur
Sistem struktur yang digunakan :
a. Modul struktur
Sebagai unit terkecil atau ukuran dasar yang digunakan
untuk menentukan dimensi ruang dan bagian-bagiannya, modul
memegang peranan penting dalam pembentukan dimensi ruang
dan struktur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan
modul struktur, adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan utama bangunan termasuk, ruang gerak manusia,
kendaraan serta perabot serta peralatan.
2) Sistem struktur dan kontruksi yang dipergunakan.
3) Bahan bangunan/material yang dipakai.
Jenis modul yang biasa digunakan dipertimbangkan atas :
1) Kebutuhan tata letak perabot didalamnya.
2) Modul bahan, sesuai dengan dimensi komponen meterial
bangunan seperti bahan lantai, dinding dan plafon.

3) Modul struktur, yaitu sesuai dengan sistem struktur yang


digunakan dan merupakan kelipatan 30 cm. Ditentukan dan
ruang terbanyak, yaitu ruang ibadah.
b. Sistem Struktur
1) Sistem Struktur Bawah (Substruktur)
Yang perlu diperhatikan dalam sistem substruktur yaitu :
a) Kemampuan untuk menahan dari kendaraan yang lalu
lalang.
b) Sesuai dengan daya dukung tanah setempat.
c) Sesuai dengan kedalaman lapisan tanah keras
d) Kemudaan pelaksanaan dan efek gangguan yang
sekecil-kecilnya terhadap lingkungan setempat.
Sistem struktur yang dapat diterapkan dalam hal ini
adalah : sistem struktur pondasi batu gunung/kali, poer dan
tiang pancang.
2) Sistem Struktur Pendukung
Yang perlu diperhatikan dalam sistem struktur pendukung,
yaitu:
a) Mampu menyalurkan beban dengan baik.
b) Daya tahan terhadap cuaca dan api.
c) Fleksibilitas pengaturan dan penggunaan ruang yang
efisien mampu memberikan nilai estetika yang ingin
ditampilkan pada bangunan.
Struktur pendukung yang direncanakan adalah dinding
dan kolom sebagai struktur utama yang digabungkan
dengan struktur beton.
3) Sistem Struktur Atap/Penutup
Yang perlu diperhatikan pada sistem superstruktur, yaitu :
a) Kemampuan untuk menahan bentangan lebar.

b) Kemudahan pelaksanaan.
c) Daya tahan yang tinggi terhadap api dan cuaca.
Sistem supertstruktur yang direncanakan yaitu dengan
menggunakan sistem struktur lipatan, plat beton yang
diberikan lapisan water proofing, atap perisai, dan atap hijau.
6. Utilitas
a. Sistem pencahayaan
1) Pencahayaan alami
Pada bangunan Islamic Center ini, pencahayaan alami
diupayakan semaksimal mungkin, dimana antara pukul
08.00-18.00 intensitas cahaya matahari masih dianggap
cukup merata. Untuk menghindari efek silau dan panas
digunakan material kaca dengan daya serap radiasi yang
tinggi serta oversteak.
Untuk ruang belajar, penerangan alami dimanfaatkan
semaksimal mungkin, sedangkan untuk ruang tertentu
dengan pertimbangan dari segi pemakaian per-alatan yang
membutuhkan

pengaturan

kelembaban

udara

maka

pemanfaatan sinar terbatas dalam arti tidak menimbulkan


silau dan panas dalam pemakaian peralatan.
Persyaratan luas bukaan cahaya terhadap luas lantai
berdasarkan standar berikut :
a) Ruang umum

= 1/8 1/6

b) Ruang Administrasi

= 1/6 1/5

c) Ruang belajar

= 1/6 1/5

d) Ruang makan

= 1/5 1/3

e) Gudang

= 1/10 1/5

2) Pencahayaan buatan
Guna menciptakan kesan
konsep

pencahayaan

yang

megah dan indah, maka


diterapkan

menggunakan

beberapa teknik pencahayaan. Pada siang hari sistem


pencahayaan yang diterapkan yaitu teknik pencahayaan
buatan. Dimana cahaya yang masuk dalam setiap ruang
berasal dari bukaan-bukaan yang terdapat pada setiap
ruang yakni pintu dan jendela.
Sedangkan pada malam hari, sistem pencahayaan yang
diterapkan menggunakan pencahayaan yang berasal dari
beberapa

jenis

lampu

dan

penempatannya.

Untuk

pencahayaan pada luar bangunan, untuk menciptakan


kesan megah dan indah. Maka digunakan lampu sorot
(Spotlight Lamp) yang diletakkan rendah dan mengarah ke
bangunan, sehingga bangunan tersebut akan terlihat megah
pada malam hari. Selain penggunaan lampu sorot, juga
digunakan downlight lamp

sebagai penerangan

pada

bangunan tersebut. Di dalam ruangan juga menggunakan


beberapa jenis pencahayaan. Diantaranya pada masjid
digunakan downlight lamp sebagai penerangan utama dalam
masjid, juga penggunaan spotlight lamp sebagai penerangan
tambahan yang di gunakan untuk menerangi daerah-daerah
tertentu seperti penerangan pada kaligrafi, dan penunjuk
arah.
Sumber pencahayaan buatan yang dipakai yaitu dengan
memakai listrik dari PLN dan genset (bila sumber listrik dari
PLN terputus) standar efektif yang pencahayaan buatan
dengan jarak mata lampu 2,5 m.
Kebutuhan pencahayaan pada beberapa jenis ruang
diuraikan sebagai berikut :
a) Ruang Ibadah, dengan iluminasi 200 lux.
b) Ruang terbuka, dengan iluminasi 50 lux.
c) Ruang makan (cafetaria), dengan iluminasi 250 lux.

d) Gudang, dapur, kamar mandi, dan kamar tidur dengan


iluminasi 120-250 lux.
e) Ruang rapat, ruang kerja, ruang direktur, dan ruang
computer dengan iluminasi 300-350 lux.
f) Ruang klinik, ruang kelas dan perpustakaan dengan
iluminasi 250-300 lux.
g) Ruang-ruang umum seperti, selasar, hall dan lobby,
dengan iluminasi 100 lux.
Kebutuhan pencahayaan disesuaikan dengan kegiatan
dalam masing-masing ruangan dan luas ruangan. Sesuai
dengan aturan bangunan nasional, pencahayaan buatan bila
lebar ruangan >9 m, langit mendung dan pada malam hari.
Untuk satuan pencahayaan dipakai foot candles (fc), dimana
1 fc = 75 watt.
Dalam perencanaan pencahayaan dapat dipakai standar
sebagai berikut :
a) Ruang aula

= 50 70 fc

b) Ruang pameran

= 15 30 fc

c) Hall

= 10 20 fc

d) Dapur

= 30 50 fc

e) Kegiatan santai

= 10 20 fc

f) Open space

= 15 30 fc

Tipe pencahayaan terdiri atas :


a) Direct (langsung)
b) Indirect (tidak langsung)
c) Semi direct
d) Diffused (merata)
b. Sistem penghawaan
1) Sistem Penghawaan Alami

Dalam perencanaan masjid dan ruang pendidikan Islamic


Center, sistem penghawan alami dapat diperoleh dengan
memanfaatkan sirkulasi udara yang berasal dari bukaanbukaan seperti pintu, jendela juga ventilasi, dan void. Ini
dimaksudkan agar kondisi udara dalam suatu ruang tidak
terlalu lembab.
2) Sistem Penghawaan Buatan
Adapun konsep penghawaan yang diterapkan pada
pusat informasi dan kegiatan Islam menerapkan dua jenis
penghawaan, yaitu penghawaan Alami dan buatan. Pada
ruang-ruang tertentu yang khusus, seperti pada ruang
pengelola, perpustakaan, digunakan penghawaan buatan
berupa AC (Air Conditioning) dengan penggunaan dua jenis
AC, yaitu AC Split dan AC Central.
Untuk area penempatan pada kedua jenis penghawaan
yang diterapkan pada perancangan Pusat Informasi dan
Kegiatan Muslim ini yaitu untuk penghawaan buatan seperti
bukaan jendela, pintu atau ventilasi yang lebih banyak
diterapkan pada fasilitas publik seperti fasilitas masjid,
pendidikan, kantin dan fasilitas lainnya. Namun ada juga
beberapa

fasilitas

publik

yang

menerapkan

jenis

penghawaan buatan. Misalnya pada fasilitas kesehatan,


gedung serbaguna, perpustakaan. Penghawaan buatan
lebih difokuskan pada fasilitas-fasilitas privat seperti kantorkantor, ruang rapat dan fasilitas lainnya.
Sistem penghawaan buatan yang dipergunakan dalam
perencanan Islamic Center ini yaitu dengan menggunakan
AC. Penggunaan AC central dimaksudkan agar :
a) Temperatur ruang dapat terkontrol
b) Kelembaban udara dapat diatur

c) Tempat mengatur sirkulasi dalam ruang


d) Memiliki kapasitas pelayanan yang luas
Penggunaan sistem pengudaraan VAV (Variable Air
Valve)

yang

memiliki

sensor

yang

dapat

mengukur

temperatur ruangan sehingga dapat memberikan kesejukan


yang sesuai dengan kebutuhan. Kondisi yang dianggap
normal adalah :
a) Suhu udara : 22-26 0C
b) Kecepatan angin : 20-30 m3/jam/orang
c) Kelembaban udara : 45-55 %
Standar kebutuhan suhu udara untuk ruang yang nyaman
adalah

20-24 0C dengan udara bersih sebesar 8 liter/detik/

orang atau 29 m3. Kondisi lingkungan sebagai daerah tropis


sehingga pemanfaatan penghawaan alami harus diusahakan
secara optimal, sedangkan penghawaan buatan difungsikan jika
penghawaan alami tidak berfungsi secara normal.
c. Sistem akustik
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian akustik
adalah :
1) Mereduksi kebisingan
2) Mengisolir ruang
Dengan pertimbangan tersebut, ruang dengan kegiatan yang
menghasilkan sumber bunyi seperti auditorium dapat direduksi
dengan :
1) Menggunakan material dengan karakteristik tertentu yang
dapat meredam suara.
2) Memakai penzoningan ruang dengan landsekap sebagai
unsur pemisah/alat peredam suara.

Penerapan sistem akustik yaitu pada ruangan-ruangan yang


membutuhkan ketenangan seperti ruang pengajian, ruang
kelas, perpustakaan, ruang pengelola, dan lain-lain.
d. Sistem pengadaan air bersih
Sumber utama air bersih adalah air PAM dan direncanakan
pembuatan sumur dalam (deep well) sebagai sumber cadangan
air bersih. Proses distribusi air bersih menggunakan sistem
down feed. Pada sistem ini, air bersih ditampung lebih dahulu
dalam reservoir didalam tanah kemudian dipompa ditarikkan ke
reservoir di atas bangunan (house tank) pada menara air.
Pendistribusian ke ruangan-ruangan dengan memanfaatkan
gaya gravitasi.
e. Sistem pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor dapat dibedakan :
1) Air kotor lavatory (closet) disalurkan ke septic tank/bak
penampungan.
2) Air hujan, wastafel, toilet disalurkan ke bak kontrol dan
saluran pembuangan roil kota.
f. Sistem pengolahan sampah
Sampah dikumpulkan pada bak sampah yang ditempatkan
pada titik-titik tertentu dan dibedakan berdasarkan jenis
sampahnya, yaitu : sampah organik dan sampah anorganik,
kemudian diolah sesuai jenis sampah tersebut. Pengolahan
sampah organik misalnya sampah dapur dan daun-daun kering
akan diolah menjadi kompos. Sedangkan pengolahan pada
sampah anorganik misalnya bahan plastic diolah menjadi
barang bernilai jual.
Pengolahan sampah tersebut menjadi bahan dan barang
yang bernilai jual dapat membantu gerakan peduli lingkungan

dan salah satu bentuk kecintaan manusia kepada lingkungan


alam semesta.
Sampah organik
Penampungan

Pengolahan
Sampah

Penjualan

Sampah anorganik
Gambar 34. Skema Sistem Pengolahan Sampah
Sumber : Hasil Analisa, 2013

g. Sistem jaringan listrik


Untuk jaringan listrik adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan energi listrik untuk seluruh kegiatan bersumber
dari PLN.
2) Bila sumber energi dari PLN padam, maka akan disediakan
pembangkit listrik cadangan (generator) yang akan bekerja
secara otomatis.
3) Sistem pendistribusian dipakai sentral pada gardu sub
lingkungan (kelompok bangunan) yang diteruskan ke unit
bangunan melalui panel-panel sedangkan penempatannya
yaitu :
a) Terletak pada sentral dari jaringan keseluruhan
b) Mudah dikontrol
c) Aman (tidak mengganggu aktivitas pengunjung)
PLN
Panel Utama

Panel cabang

Massa bangunan

Genset
Gambar 35. Skema Sistem Jaringan Listrik
Sumber : Hasil Analisa, 2013

h. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi meliputi area pelayanan kedalam (intern)
dan keluar bangunan. Untuk komunikasi didalam (intern) yang
mencakup unit-unit kegiatan perwadahan dapat menggunakan
sistem intercom, untuk petugas dan staf pengelola demi
kelancaran koordinasi pelayanan diluar ruangan dapat menggunakan walkie talkie. Sedangkan untuk komunikasi keluar
(ekstern) dengan menggunakan fasilitas.
1) Telepon
2) PMBX (Private Manual Branch Exchange) untuk hubungan
ke luar bangunan tanpa operator.
3) PABX

(Private

Automatic

Branch

Exchange)

untuk

hubungan langsung keluar bangunan melalui operator.


i.

Sistem penanggulangan kebakaran


Keamanan terhadap bahaya kebakaran diupayakan dengan :
1) Menyediakan alat-alat pemadam kebakaran seperti sistem
extinguisher (tabung CO2), fire hydrant yang ditempatkan
pada tempat-tempat tertentu.
2) Menyediakan water sprinkler pada banguan tertutup.
Alat-alat pencegahan kebakaran:
1) Pencegahan sebelum kebakaran
a) Detektor, dapat melayani area seluas 75 m2 setiap unit
dan terdiri atas dua jenis yaitu detektor panas (thermal
detector) bekerja pada suhu 60oC 70oC dan detektor
asap (smoke detector) bekerja pada suhu 40oC 50oC.
b) Penggunaan bahan yang tahan api.
2) Penanggulangan pada saat terjadi kebakaran
a) Sprinkler, menggunakan diffuser yang dipasang pada
plafond yang akan bekerja secara otomatis disertai bunyi

alarm apabila mencapai suhu 135oC atau ketika terjadi


kebakarn. Alat ini dapat melayani areal 5 60 m2.
b) Fire extinguisher, terjadi beberapa macam yaitu padat,
gas, dan cair/busa. Untuk jenis padat dan gas dipakai
untuk

ruang-ruang

mesin,

pompa,

dan

lain-lain.

Sedangkan ruang kelas dan komputer dipakai gas


halogenated agar peralatan tidak sampai rusak. Untuk
ruang yang banyak terdapat kertas/arsip disarankan
memakai karbondioksida agar kertas tidak sampai rusak.
c) Fire hydrant, menggunakan house tank yang bertekanan
tinggi. Pada tempat yang dapat terjadi kebakaran
dipasang konektor yang disambung dengan pipa. Setiap
konektor ditempatkan selang yang terdapat dalam kotak.
Penempatan

fire

house

cabinet

dengan

hydrant

berdasarkan ketentuan 1 buah/800 m2 pada ruang


tertutup dan 2 buah/800 m2 pada ruang terbuka.
j.

Sistem penangkal petir


Terdapat dua bagian utama sistem penangkal petir :
1) Penangkal udara, berupa bahan-bahan dari tembaga,
aluminium, atau kabel dari bronzo phosphor

sepanjang

bangunan.
2) Penangkal bunyi, berupa konduktor yang ke bawah dan
dihubungkan dengan massa

bunyi. Terbuat dari kawat

aluminium/tembaga yang ditanam kebumi sedalam 2,5 m.


Sistem penanggulangannya adalah :
1) Sistem tongkat franklin, berupa tongkat yang terbuat dari
bahan tembaga yang dihubungkan dengan permukaan bumi
melalui kawat konduktor. Dipasang pada daerah tertinggi
bangunan.

2) Sistem sangkar faraday, yaitu pengembangan dari sistem tongkat


franklin yang terdiri dari beberapa tongkat elektrode yang saling
dihubungkan dan disalurkan kepermukaan bumi melalui kawat
konduktor. Dipasang pada daerah tertinggi sekeliling bangunan.
Untuk kawasan atau kompleks bangunan disarankan memakai
penangkal sentral yang dipasang pada tiang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Amiuza, Chairil B., dkk. 2009. Pendekatan Transformasi Bentuk Kaligrafi


Sebagai Konsep Desain Pusat Pengembangan Seni Kaligrafi
Islam, Hal : 1-3.
Amri, Nurmaida , dkk. 2011. Pola Tatanan Ruang Rumah Tinggal di
Perkotaan, Sesuai dengan Prinsip Islam, Hal : 43-45.

Anasom, dkk. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama


Media.
Anonima. 2013. Arsitektur Islam di Jawa. http://aannabris.wordpress.com/
2013/05/19/arsitektur-islam-di-jawa/. (Diakses tanggal 27 Juni
2013).
Anonimb. 2013. Data Agregat Kependudukan per Kecamatan, Sul-Sel.
http://makassarkota.go.id/2013/03. (Diakses tanggal 27 Juni
2013).
Anonimc. 2010. Daftar Alamat Pondok Pesantren Tahun 2008/2009.
http://google.com/pesantren+Makassar.pdf. (Diakses 28 Juni
2013)
Anonimd.

2013. Budaya Makassar. http://makassarkota.go.id/2012/.


(Diakses tanggal 01 Juli 2013)

Anonime. 2013. Struktur Bangunan Bentang Lebar. http://widodo973.


wordpress.com/2013/03. (Diakses tanggal 12 Juli 2013).
Anonimf. 2013. Jenis Kaligrafi. http://wikipedia.com/2013/. (Diakses
tanggal 12 Juli 2013).
Badan Pusat Statistik. 2012. Makassar dalam Angka 2012. Makassar:
BPS Kota Makassar.
_______________________. Kecamatan Rappocini dalam Angka 2012.
Makassar: BPS Kota Makassar.
_______________________. Kecamatan Tamalate dalam Angka 2012.
Makassar: BPS Kota Makassar.
Darsono. 2009. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 2. Solo :PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Fikriarini, Aulia. 2013. Arsitektur Islam : Seni Ruang dalam Peradaban


Islam, Hal : 195-205.
Musdalifa, dkk. 2004. Perpustakaan Islam Makassar. Makassar : UNHAS.
Rahman, Arifur. 2011. Pesantren Budaya Sebagai Pusat Kegiatan Pondok
Pesantren di Singosari. Malang: UIN.
Rochym, Abdul. 1983. Sejarah Arsitektur Islam. Bandung: Angkasa.
Sensa S, Djarot, S. Muhammad,. 1987, Sebuah Pemikiran Tentang
Permukiman Islami. Bandung: Penerbit Mizan.

SNI. 2001. SNI-Pencahayaan Buatan. http://google.com/sni-cahyabu.pdf.


(Diakses 08 Juli 2013).
________. SNI-Sistem Ventilasi. http://google.com/sni-venti.pdf. (Diakses
08 Juli 2013).

Sopandi, Andi. 2008. Sejarah Kebudayaan Islam.Depok: CV Arya Duta.

Zainurrahman, Aris, dkk. 2012. Kualitas Pencahayaan Alami Masjid di


Lingkungan Perkotaan Padat Penduduk. Malang : UIN.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Parkir


Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Lampiran 3. Atap Ekologis
Lampiran 4. Konsep Perancangan
Lampiran 5. Ruang Sirkulasi Horisontal
Lampiran 6. Ukuran Tubuh Manusia sesuai dengan Kebutuhan Tempat
Lampiran 7. Jenis dan Ukuran Tanaman pada Lansekap
Lampiran 8. Standar Area Parkir
Lampiran 9. Menghitung Posisi Arah Kiblat Kota Makassar

LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN KEBUTUHAN PARKIR
Sumber

: www.buyastudio.blogspot.com

Perhitungan Parkir
Pengunjung

Pengunjung kendaraan

Pengunjung jalan kaki

(4.000 orang)

(2.000 orang)

Pengunjung Biasa

Pengunjung Rombongan

(60%x4.000 = 2.400
orang)

(40%x4.000= 1.600
orang)

mobil 40% x 2.400 = 960


orang, 1 mobil = 6
orang, 960/6=160 mobil,
10,35m2/mobil, 160 x
10,35 = 1.656 m2

Motor 60% x 2.400 =


1440 orang, 1 motor = 2
orang, 1.440/2=720
motor, 2m2/motor, 720
x 2 = 1.440 m2

1 bus = 20 orang,
1.600/20= 80 bus.
45m2/bus, 80 x 45 =
3.600 m2

Perhitungan Parkir
Pengelola (30
orang)

Pengunjung Naik
Mobil, 60 % x 30 =
18 orang

Pengunjung Naik
Motor, 40 % x 30 =
12 orang

parkir service,
direncanakan 3
buah mobil box
standar 1 mobil
box = 17,25M

1 mobil = 2 orang,
18/2 = 9 mobil, 1
mobil = 10,35 m2,
9 mobil = 93,15 m2

1 motor = 2 orang,
12/2 = 6 motor, 1
motor = 2 m2, 6
motor = 12 m2

total kebutuhan
parkir service = 3 x
17,25 = 51,75 M

LAMPIRAN 2
PERENCANAAN AIR BERSIH
Sumber

: Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier, 1980. Erlangga.

Bak Penampungan :
Luas Bak

= 864

Pengelolaan Air Kotor

Air Bersih

LAMPIRAN 3
ATAP EKOLOGIS
Sumber

: www.google.com

LAMPIRAN 4
KONSEP PERANCANGAN
Sumber

: Hasil Analisa, 2013

LAMPIRAN 5
RUANG SIRKULASI HORISONTAL
Sumber

: Dimensi Manusia dan Ruang Interoir, Julius Panero

LAMPIRAN 6
UKURAN TUBUH MANUSIA SESUAI DENGAN KEBUTUHAN TEMPAT
Sumber

: Data Arsitek, Ernst Neufert

LAMPIRAN 7
JENIS DAN UKURAN TANAMAN PADA LANSEKAP
Sumber

: Standar Perencanaan Tapak

MPIRAN 8
STANDAR AREA PARKIR
Sumber

: Architects Data 3rd Edition

LAMPIRAN 9
MENGHITUNG POSISI ARAH KIBLAT KOTA MAKASSAR
Sumber

: www. didimathscienctech.blogspot.com

Data Astronomi Kota Makassar berada pada 5 8 Lintang Selatan (LS)


dan 119 27 Bujur Timur (BT). Sedangkan kota Mekkah berada pada 21
25 LU dan 3956 BT. Untuk menghitung posisi arah kiblat kota Makassar
digunakan rumus berikut.
Rumus:
Cotan b = (cotan b. Sin a / sin c) cos a x cotan c
Pertama, tentukan

Sisi a = 90- (- 5 8) = 95 8
Sisi b = 90 21 25 = 68 35
Sudut c = 119 27 39 56 = 79 31

Kedua, subtitusi ke dalam rumus berikut:


Cotan b = (cotan b. Sin a / sin c) cos a x cotan c
= ( cotan 68 35 x sin 95 8 / sin 79 31 ) cos 98 8 x cotan 79 31
= 0, 397289757 (- 0,01655606)
= 0, 41384581
Kemudian ketik X-1= shief tan= derajat pada kalkulator untuk mencari
berapa derajatnya.
= 67 31 4.75 atau 67 31
= 90 67 31
= 22 29 ( dua puluh tiga derajat)
Jadi Arah Kiblat kota Makassar berada pada kemiringan 22 derajat 29
menit di atas kutub Barat seperti pada gambar berikut ini:

Catatan :
1. Perhitungan harus menggunakan Kalkulator dan berpedoman pada
data Astronomi (Ilmu Falaq)
2. Bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiyah dan akademis

Anda mungkin juga menyukai