Dukungan Persalinan Revisi
Dukungan Persalinan Revisi
LINA PUSPITASARI
DIAN SAFITRI
TUTI YULIANINGSIH
RENI MORAENI
dukungan
pada
persalinan
normal,
mendeteksi
dan
bahwa
ibu-ibu
yang
mendapatkan
massase
dan
(Klaus et al 1986)
B. DUKUNGAN FISIK
1. Dukungan Selama Persalinan
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan ciri dari
asuhan kebidanan. Asuhan yang mendukung artinya kehadiran yang aktif
dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan
tersebut antara lain meliputi:
a. Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu
wanita dan pasangannya merasa nyaman. Sikap bidan adalah sangat
penting, mungkin lebih penting daripada bentuk fisik lingkungan
tersebut. Ruangan persalinan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
pada waktu terjadi keadaan darurat bisa ditangani denagn cepat dan
efisien. Wallpaper dan gordin yang menarik akan dengan warna yang
sejuk dan penggunaan tirai untuk menutup peralatan rumah sakkit akan
mengurangi keangkeran dari ruangan tersebut. Lampu haruslah mudah
dipindah-pindah. Banyak wanita merasa lebih suka dengan penerangan
redup atau setengah gelap pada saat berada dalam ruangan persalinan,
tetapi tetap harus disediakan lampu untuk membantu saat bidan
melakukan penjahitan perineum. Bidan harus berusaha memastikan
agar orang yang masuk ke dalam ruangan persalinan bisa sesedikit
mungkin dan harus diarahkan untuk menjaga suasana yang santai dan
b.
hening.
Pendamping persalinan
Asuhan kebidanan dukungan persalinan Kala I dapat diberikan dengan
cara menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan seperti suami, keluarga,
atau teman dekat. Suami dan keluarga dianjurkan untuk berperan aktif
dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan
kenyamanan bagi ibu. Pendamping ibu saat persalinan sebaiknya
adalah orang yang peduli pada ibu, yang paling penting adalah orangorang yang diinginkan oleh si ibu untuk mendampinginya selama
persalinannya dan merasa putus asa. Hanya dengan beberapa kata yang
diucapkan secara lembut setelah tiap kontraksi atau atau beberapa kata
pujian non-verbal sering sudah cukup memberi semangat. Ibu yang
dibuat merasa bahwa ia sanggup dan sudah membuat kemajuan besar
biasanya akan merespon dengan terus berusaha. Bidan yang
ketrampilan komunikasinya sudah terlatih baik dan yang memberi
respons dengan kehangatan dan antusiasme biasanya kan berhasil
dalam hal ini.
2. Perawatan Fisik
a. Kebersihan dan kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan
berkeringat banyak. Bila memungkinkan ibu bisa mandi dan berganti
pakaian, atau bila tidak cukup dengan menyeka tubuhnya dan
mengganti pakaiannya. Baju yang bersih dan terbuat dari bahan katun
akan membuat ibu merasa nyaman. Mulutnya bisa disegarkan dengan
jalan menggosok gigi atau mouthwash.
b. Posisi
Tak ada posisi melahirkan yang paling baik. Posisi yang dirasakan
paling nyaman oleh si ibu adalah hal yang terbaik. Namun umumnya,
ketika melahirkan dokter akan meminta ibu untuk berbaring atau
setengah duduk. Namun pada saat proses melahirkan berlangsung,
tidak menutup kemungkinan dokter akan meminta ibu mengubah
posisi agar persalinan berjalan lancar. Misalnya, pada awal persalinan
ibu diminta berbaring, namun karena proses kelahiran berjalan lamban
maka dokter menganjurkan agar ibu mengubah posisinya menjadi
miring (Revina Pevi, 2010).
Ada 4 posisi melahirkan. Masing-masing memiliki kelebihan maupun
kekurangan sendiri yaitu:
1) Posisi Berbaring
Berbaring terlerlentang datar pada punggungnya atau dengan
tubuh diangkat sedikit (kurang dari 45). Kedua kakinya tidak
lurus, ditekuk dengan telapak kaki di tempat tidur (Simkin Penny
dan Ancheta Ruth, 2005).
Kelebihan:
a) Dokter bisa lebih leluasa membantu proses persalinan. Jalan
lahir pun menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih
mudah mengukur perkembangan pembukaan dan waktu
persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat.
b) Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan, sehingga
apabila terjadi perubahan posisi kepala bayi, maka dokter
langsung bisa mengarahkan pada posisi yang seharusnya
(Revina Pevi, 2010).
Kelemahan:
a) Posisi berbaring membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini
karena gaya berat tubuh ibu yang berada di bawah dan sejajar
dengan posisi bayi.
b) Posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum ( daerah di
antara anus dan vagina ) meregang sedemikian rupa sehingga
akan terjadi ruptur perinium.
c) Menempatkan janin pada suatu sudut dorong yang tidak
menguntungkan dalam berhubungan dengan panggul sehingga
dapat mengakibatkan persalinan berjalan lama (Simkin Penny
dan Ancheta Ruth, 2005).
d) Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke
janin melalui plasenta pun jadi relatif berkurang. Hal ini
karena letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan
tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika letak ari-ari
juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada
pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan
peredaran darah balik ibu (Revina Pevi, 2010)
2) Posisi Miring atau Lateral
Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki
diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini
umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat (Revina
Pevi, 2010).
posisi
melahirkan
yang
alami
karena
d) Membutuhkan
usaha
mengejan
yang
lebih
sedikit
kurang
menguntungkan
karena
menyulitkan
rangsang
taktil
dan
perasaan
positif
yang
menciptakan
kenyamanan
emosional
seperti
R
A
D
A
R
=
=
=
=
=
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, H.Aziz. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
2. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
3. Asri, Dwi dan Clervo, Cristine. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:
Nuha Medika.
4. Gupta, J.K., & Nikdem, V.C. (2003). Position for women during second stage of
labor. In The Cochrane Review issue 2.www.lamaze.org diakses pada 10 April
2012.
5. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan
Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
6. Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
7. Mubarak, W Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
8. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
cipta.
9. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Edisi III. Jakarta: Salemba Medika.
11. Revina, pevi. 2010. www.bidanku.com. Di akses pada 13 april 2012.
12. Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan, Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
13. Simkin, Penny dan Ancheta Ruth. 2005. Buka Saku Persalinan. Jakarta: ECG.
14. Sofyan, Mustika. 2008. 50 Tahun Ikatan Bidan Indosesia Bidan Menyongsong
masa Depan. Jakarta: PP IBI.
15. Supriatmaja. Hasil Penelitian Pengaruh Senam Hamil . (http:www. Kalbe. Co.id.),
diakses pada 13 April 2012