Jurnal k3 PDF
Jurnal k3 PDF
35
A.
PENDAHULUAN
Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin
meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya
memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak negartif yaitu memberikan pengaruh
dan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001).
Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional menyebabkan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja menjadi isu global dan sangat penting. Banyak negara semakin meningkatkan
kepeduliannya terhadap masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dikaitkan dengan isu
perlindungan tenaga kerja dan hak asasi manusia serta kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Penerapan manajemen K3 sebagai bagian dari kegiatan operasi di perusahaan/instansi, merupakan
syarat yang tidak dapat diabaikan untuk dapat mencapai efisiensi dan produktifitas yang dibutuhkan,
guna meningkatkan daya saing (Alowie,2006).
Penyelenggaraan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah merupakan
salah satu bentuk perlindungan kepada tenaga kerja yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal serta melindungi tenaga kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan
keselamatannya. Sebagaimana Undang-Undang No.23/1992 tentang Kesehatan, bahwa tempat
kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki risiko
bahaya kesehatan dan atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang. Dalam penyelenggaraan
program K3 di industri atau jasa tidak terlepas dari peranan manajemen melalui pendekatan yang
berbentuk kebijakan pihak pengelola dalam penerapan K3 (Metrison,2000).
Fasilitas kesehatan, termasuk di dalamnya rumah sakit, puskesmas, balai kesehatan
masyarakat, klinik, laboratorium klinik, dan laboratorium kesehatan, merupakan tempat kerja yang
sangat sarat dengan potensi bahaya kesehatan dan keselamatan pekerjanya. Risiko terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan menjadi semakin besar mengingat fasilitas kesehatan
merupakan tempat kerja yang padat tenaga kerja. Dan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa
prevalensi gangguan kesehatan yang terjadi di fasilitas kesehatan lebih tinggi dibandingkan tempat
kerja lainnya (Mansyur, 2007).
Rumah sakit sebagai industri jasa merupakan sebuah industri yang mempunyai beragam
persoalan tenaga kerja yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja bahkan
kecelakan akibat kerja sesuai jenis pekerjaannya, sehingga berkewajiban menerapkan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). Upaya pembinaan K3RS dirasakan
semakin mendesak mengingat adanya beberapa perkembangan. Perkembangan tersebut antara lain
dengan makin meningkatnya pendayagunaan obat atau alat dengan risiko bahaya kesehatan
tertentu untuk tindakan diagnosis, terapi maupun rehabilitasi di sarana kesehatan. Terpaparnya
tenaga kerja (tenaga medis, paramedis, dan nonmedis) di sarana kesehatan pada lingkungan
tercemar bibit penyakit yang berasal dari penderita yang berobat atau dirawat, adanya transisi
epidemiologi penyakit dan gangguan kesehatan Oleh karena itu sepatutnya upaya kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) (Occupational Health and Safety Program) tidak dilihat
36
sebagai barang mahal, tapi seharusnya menjadi nilai tambah bagi organisasi rumah sakit itu sendiri
(Wicaksana, 2002).
Risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain
berasal dari sarana kegiatan di poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar rontgent, instalasi
gizi, laundry, ruang medical record, bagian rumah tangga (housekeeping), farmasi, sterilisasi alatalat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan, instalasi peralatan listrik, instalasi
proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan sebagainya (Wicaksana, 2002).
Berdasarkan survey nasional di 2.600 rumah sakit di USA rata-rata tiap rumah sakit 68
karyawan cedera dan 6 orang sakit (NIOSH 1974-1976). Cedera tersering adalah strain dan sprain,
luka tusuk, abrasi, contusio, lacerasi, cedera punggung, luka bakar dan fraktur. Penyakit tersering
adalah gangguan pernapasan, infeksi, dermatitis dan hepatitis. Hasil identifikasi hazard RS
ditemukan adanya gas anestesi, ethylen oxyde dan cytotoxic drug. Laporan NIOSH 1985 terdapat
159 zat yang bersifat iritan untuk kulit dan mata, serta 135 bahan kimia carcinogenic, teratogenic,
mutagenic yang dipergunakan di rumah sakit. California State Departement of Industrial Relations
menuliskan rata-rata kecelakaan di rumah sakit 16,8 hari kerja yang hilang per 100 karyawan karena
kecelakaan. Dan karyawan yang sering mengalami cedera, antara lain: perawat, karyawan dapur,
pemeliharaan alat, laundry, cleaning service, dan teknisi (Hasyim, 2005).
Menurut Gun (1983) dalam Kepmenakes No. 432/2007 mengatakan bahwa kasus penyakit
kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit
ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang
belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus
penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu
penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga,
sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat
kehamilan,penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Di Indonesia, data mengenai penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja di sarana
kesehatan secara umum belum tercatat dengan baik, namun menurut Depkes (2007) diketahui
bahwa resiko bahaya yang dialami oleh pekerja di rumah sakit adalah infeksi HIV (0,3%), risiko
pajanan membaran mukosa (1%), risiko pejanan kulit (< 1%), dan sisanya tertusuk jarum, terluka
akibat pecahan gigi yang tajam dan bor metal ketika melakukan pembersihan gigi, low back paint
akibat mengangkat beban yang melebihi batas, gangguan pernafasan, dermatitis, dan hepatitis
(Anonim, 2006, http://www.depkes.go.id diperoleh tanggal 27 Mei 2009).
Rumah sakit Immanuel Bandung merupakan salah satu rumah sakit di Jawa Barat yang
telah terakreditasi ISO Standar Nasional 9001:2000 dengan 12 Kriteria penilaian, dimana salah satu
aspeknya adalah tentang pelaksanaan K3RS. Struktur Organsisai Komite K3RS ini telah dituangkan
dalam Surat Keputusan Direksi RS. Immanuel nomor 116/Dir/SK/VIII/2007.
Komite ini memiliki tugas untuk menyusun, mengembangkan dan menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (SMK3RS), sehingga tenaga kerja dan
setiap orang yang ada di tempat kerja dalam keadaan sehat dan selamat, sumber produksi dapat
dipakai secara efesien dan berjalan lancar, dengan pendekatan kebijakan untuk menghindarkan
37
terjadinya kerugian baik berupa kerusakan property, mencegah timbulnya penyakit dan kecelak
kecelakaan
akibat kerja pada pekerja, menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas kerja,
menanggulangi akan terjadinya bahaya kebakaran, menjaga kebersihan mesin dan lingkungan, serta
melakukan upaya pengontrolan yang diperioritaskan pada perlengkapan
perlengkapan kerja pekerja, penerapan
standar kerja, kerapihan dan disiplin kerja (Metrison, 2000).
Meski telah diterapkan SMK3RS di RS Immanuel, namun upaya penilaian kinerja komite
K3RS belum dilaksanakan secara optimal terutama terhadap perilaku karyawan yang
yang merupakan
salah satu unsur penting dalam menunjang pelaksanaan SMK3RS. Hal ini dapat diketahui dengan
masih adanya pekerja yang mengalami penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan survey
pendahuluan, data Penyakit akibat kerja di RS Immanuel dapat
dapat dilihat pada grafik 1.1 di bawah ini :
92.7
100
50
Persen
60
Tertusuk Jarum
47.6
Terjatuh
Terkontaminasi zat
40
Persen
20
Terjepit
16.7
8.7
9.6
9.6
7.8
Tersayat
Terbakar
Penyebab penyakit dan kecelakaan akibat kerja disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu 1).
Faktor manusia, dalam hal ini adalah
adalah pekerja seperti kurangnya pengetahuan dan keterampilan,
tindakan yang tidak aman ketika bekerja, bekerja tidak sesuai prosedur ; 2). Faktor lingkungan kerja,
dan 3). Faktor manajemen.. Bertitik tolak dari hal tersebutlah peneliti ingin mengetahui
38
B.
METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
analisis kualitatif yaitu menggambarkan penerapan SMK3 di Rumah Sakit Immnauel Bandung
dengan pendekatan penelitian fenomenal study.
2. Kerangka Pikir
Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan umum yang memiliki kompleksitas
yang cukup tinggi, baik dari segi ketenagaan, pelayanan, peralatan dan lain-lain. Di rumah sakit
juga ada banyak sumber-sumber bahaya seperti bahaya radiasi, kontaminasi zat berbahaya dan
beracun, selain itu juga penyakit akibat kerja dan kecelakaa kerja. Hal ini jika tidak diantisipasi
dengan baik dan dikelola secara profesional dengan memperhatikan norma-norma keselamatan
dan kesehatan kerja akan menyebabkan timbulnya masalah yang berakibat pada kerugian baik
kerugian material maupun non material di pihak rumah sakit, masyarakat pengguna jasa rumah
sakit maupun karyawan yang bekerja di rumah sakit itu sendiri. Untuk Mengatasinya ,maka
diperlukan K3RS dalam wadah SMK3RS.
Penyelenggaraan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah merupakan salah
satu bentuk perlindungan kepada tenaga kerja yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal serta melindungi tenaga kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan
keselamatannya. Sebagaimana Undang-Undang No.23/1992 tentang Kesehatan, bahwa tempat
kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki
risiko bahaya kesehatan dan atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang. Dan terjadinya
penyakit dan kecelakaan kerja dalam suatu tempat kerja, tidak hanya disebabkan karena kondisi
lingkungan dan tindakan pekerja yang idak aman, tetapi juga disebabkan karena kegagalan
manajemen dalam mengandalikan resiko. Dalam penyelenggaraan program K3 di industri atau
jasa tidak terlepas dari peranan manajemen melalui pendekatan yang berbentuk kebijakan pihak
pengelola dalam penerapan K3 (Metrison,2000).
3. Daftar Istilah
a. Sistem Manajemen K3RS, adalah bagian dari sistem secara keseluruhan meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses, dan sumber daya
yang dibutuhkan dalam pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
39
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
pemeliharaan program K3 di RS, sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, efesien, dan
produktif.
Kebijakan Manajemen dan Prosedur Implimentasi, adalah suatu kebijakan program K3 yang
dibuat oleh pihak manajemen meliputi prsedur, dokumentasi, dan penyiapan system informasi
yang menyangkut antisipasi terhadap kemungkinan menculnyapenyakit dan kecelakaan
akibat kerja.
Kategori kebijakan manajemen meliputi organisasi dan sistem informasi, keselamatan proses,
kontrol terhadap bahan mudah terbakar dan mudah meledak, kesiapan terhadap baaya
kebakaran dan kesiapan terhadap bahaya arus listrik, serta kegawatdaruratan.
Bangunan dan fasilitas Kerja (mesin, material, dan alat bantu kerja) merupakan komponen
fisik yang sangat rentan dalam menimbulkan terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Detail penilaian kategori bangunan dan fasilitas kerja adalah kesiapan bangunan dan fasilitas
kerja, kontrol lingkungan, kelengkapan alat pemindah bahan (material handling), dan proses
storage, keselamatan kerja menggunakan alat dan mesin serta kesiapan kegawatdarutan.
Perlindungan Personal (APD)
Manusia merupakan indikator utama dalam penilaian program K3. Semakin banyak PAK dan
KAK yang menimpa karyawan, maka semakin buruk pencapaian implementasi K3.
Detail penilaian untuk kategori ini adalah kesehatan pekerja dan antisipasi bahan beracun,
ketersediaan alat pelindung diri sesuai dengan jenis perkerjaan dan pertolongan pertama
terhadap PAK dan KAK.
Sumber daya manusia
Merupakan anggota pengurus yang berkecimpung dalam suatu wadah organisasi yang
mempunyai tugas membina, mengawasi dan melaksanakan program K3.
Informasi, adalah segala data yang memberikan informasi tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil evaluasi program K3RS dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis.
Audit SMK3RS, adalah pemeriksaaan secara sistematik dan independen untuk mengukur
atau membuktikan besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di rumah sakit .
4. Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penulisan ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu sebagai
berikut :
a. Data Primer, diperoleh dengan cara melakukan wawancara mendalam (indepth interview)
secara langsung terhadap informan.
Wawancara mendalam adalah suatu metode yang digunakan pada proses pengumpulan data
untuk dapat menggali lebih dalam informasi dari informan, dimana peneliti mendapatkan
keterangan dan data tentang pelaksanaan K3RS secara lisan dari informan (Muhajir, H.N, 1996).
Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan :
1) Direktur RS Immanuel Bandung, dengan isi pertanyaan mengenai kebijakan manajemen
dalam pelaksanaan K3RS
40
2) Ketua P2K3 RS Immanuel Bandung, dengan isi pertanyaan tentang program kerja K3RS
yang telah dan akan dilaksanakan
3) Sekretaris P2K3, dengan isi pertanyaan tentang pelaksanaan K3RS yang telah dilaksanakan
Wawancara mendalam ini dilaksanakan dengan bantuan instrumen pedoman wawancara yang
telah disusun dan disiapkan sebelumnya, dibantu dengan alat tulis dan tape recorder. Selain itu
dibuat pula panduan observasi tentang pelaksanaan K3RS berdasarkan Permenaker No.5/1996
tentang SMK3RS sebagai cross chek jawaban informan dengan pelaksanaan K3RS
sesungguhnya di lapangan.
b. Data Sekunder, merupakan data penunjang dan pelengkap dari data primer dan diperoleh dari
P2K3, antara lain berupa :
1) Laporan penyakit dan kecelakaan akibat kerja,
2) Dokumen perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program K3RS
3) Dokumen standar operasional prosedur dalam bekerja, norma kerja.
4) Dokumen kebijakan dan peraturan K3 yang dibuat oleh pihak manajemen
5. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah sesuai dengan karakteristik penelitiannya dengan metode
pengolahan analisis deskripsi isi (contents analysis). Pengolahan data disesuaikan dengan tujuan
penelitian dan selanjutnya diverifikasi serta disajikan dalam bentuk deskripsi atau dalam narasi
yang lengkap.
Analisis data mengikuti pola berfikir induktif, yaitu pengujiaannya bertitik tolak dari data yang telah
terkumpul kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Tahapan analisis data secara "analisis isi ",
yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan emik (emic dimension) yaitu peneliti
mengidentifikasi masalah informan dan menguraikan dari apa yang telah didengar secara nyata
tanpa mempengaruhi opini informan.
C.
41
Rumah sakit menyediakan anggaran, tenaga kerja, yang berkualitas dan sarana-sarana lain
yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, serta menetapkan P2K3 yang
mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penangan K3 di rumah
sakit Immanuel Bandung.
Tetapi ternyata tidak semua komitmen dan kebijakan yang ada pada Undang-undang No.1
tahun 1970 dan Permenaker No.5/1996 diberlakukan di Rumah Sakit Immanuel. Hal ini
disebabkan karena anggaran, jumlah dan sarana prasarana yang harus disediakan memerlukan
dana yang tidak sedikit .
42
a.
b.
c.
d.
e.
43
a.
b.
c.
Audit Sistem Manajemen K3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan
penerapan Sistem Manajemen K3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan
indipenden oleh personal yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodelogi
yang sudah ditetapkan. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil
audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang ditetapkan ditempat kerja. Hasil audit
harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.
Evaluasi Program K3 di Rumah Sakit Immanuel adalah:
1) Pelatihan BHD, Siap Siaga Bencana
: Terearisasi
2) Rapat Koordinasi dengan bagian lain
: Terealisasi
: Terealisasi
3) Audit Lapangan
4) Check perizinan
: Terealisasi
5) Check Kesehatan Karyawan
: Terealisasi
44
D.
45
keracunan, ergonomi kerja, membuat team BHD dan team Siap Siaga Bencana, melakukan
pengukuran cahaya.
d. Pengukuran dan Evaluasi SMK3 di Rumah Sakit Immanuel adalah dengan melakukan
inspeksi, memperbaiki hasil audit yang dilakukan ISO terhadap P2K3, pembentukan team
siaga bencana berdasarkan hasil evaluasi pelatihan dan mengevaluasi progam K3 di Rumah
Sakit Immanuel yang berhasil.
e. Monitoring SMK3 di Rumah Sakit Immanuel adalah Salah satunya upaya untuk penekanan
angka insiden akibat kecelakaan kerja serta menindaklajunti dari hasil temuan ISO maka
P2K3 mengeluarkan formulir pengendalian resiko kerja, untuk menghindari NSI dibiasakan
dengan one hand pada saat menutup jarum, pembuangan benda tajam dalam hal ini perlu
mendapatkan perhatian yang lebih baik, merencanakan pelatihan intern bagi pekerja non
medis mengenai K3RS, pengecekan APAR di seluruh area di Rumah Sakit Immanuel,
merencanakan usaha promotif terhadap keluarga pasien, menindaklanjuti karyawan yang
mengalami kecelakan akibat kerja, seluruh rambu-rambu K3 dapat terpasang di seluruh area
Rumah Sakit Immanuel, melakukan perubahan program kerja menjadi lebih baik.
2. Saran
a. Dengan melihat hasil penelitian, diharapkan Rumah Sakit Immanuel dapat meningkatkan dan
mempertahankan penerapan SMK3 sesuai dengan standar SMK3, misalnya tetap melakukan
identifikasi bahaya potensial, melakukan penilaian audit internal yang hasilnya dapat
digunakan dalam penetapan prosedur kerja sehingga mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan meningkatkan produktifitas kerja.
b. Rumah Sakit Immanuel perlu mengadakan perbaikan atas ketidaksesuaian tindakan-tindakan
pekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu dengan memberikan pelatihan dan
bimbingan kepada pekerja serta meningkatkan pengawasan terhadap pekerja agar mau
bekerja berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Advokasi Sebagai Alat Perubahan, Pusat Kesehatan Kerja, http://www.depkes.go.id,
diperoleh tanggal 27 Mei 2009
Barry S.L & David H.W., 1994, Occupational Health Recognizing and Preventing Work-Related Disease.,
Third Edition, USA.
Hasyim, H., 2005. Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Tinjauan Kegiatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institusi Sarana Kesehatan. Jurnal Manajemen Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Vol 8 No. 2 Juni 2005
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
Mayaut, J.D, 2004, Analisis Kesiapan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambon, Skripsi,
Universitas Diponegoro.
Mitrison, 2000., Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Lapangan dan
Laboratorium, Deperindag, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan.
Pontianak
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP 19/M/BW/97 Tanggal 26 Februari 1997 Tentang
pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Phoon, W.O., 1998., Practical Occupational Health. JBW Printers and Binders Pte, tld, Singapore.
Siswanto, E. 2001. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Seminar Nasional K3 dan ISO
14000 bagi Kegiatan Industri, FTL. Universitas Diponegro, semarang.
Suardi, R., 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panduan Penerapan
Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996., Lembaga Manajemen PPM., Jakarta.
Wichaksana, A., 2002, Penyakit Akibat kerja di Rumah Sakit dan Pencegahannya. Jurnal Cermin Dunia
Kedokteran No. 134. PT. Kalbe Farma. Jakarta.
47