Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.

Latar belakang
Tarsal tunnel syndrome adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kompresi saraf

tibialis atau cabang terkait sebagai saraf melewati bawah fleksor retinakulum pada tingkat
pergelangan kaki atau distal.1,2,3,4 M. Pasien dengan Taatrsal Tunnel Sindrome biasanya
mengeluhkan mati rasa di kaki menjalar ke jempol kaki dan jari kaki pertama , nyeri , terbakar,
sensasi listrik, dan kesemutan di atas dasar kaki dan tumit.

[5]

Gejala Tarsal Tunnel syndrome

tergantung pada daerah kompresi, Jika kompresi terjadi pada daerah yang tinggi, maka seluruh
kaki dapat terpengaruh pada berbagai cabang saraf tibialis yang terlibat. Nyeri pergelangan kaki
dapat terjadi pada pasien yang memiliki entrapments yang tinggi. Penyebab kompresi meliputi
massa, trauma, kondisi medis seperti edema, vaskulopati dan inflamasi di sekitar jaringan dan
struktur organ. Sebagai tambahan, neuropathy kompresi seringkali terjadi tanpa adanya sebab
kelainan yang jelas, sehingga kita sebut dengan idiopatik. Neuropathy idiopatik mungkin
berhubungan dengan banyak kondisi medis seperti diabetes, penyakit thyroid, rematoid artritis,
kehamilan dan penyakit-penyakit yang menyertai hemodialisa. Gejala yang dikeluhkan oleh
pasien adalah adanya rasa nyeri, paresthesi, rasa baal dan kelemahan pada kaki dan telapak
kaki.
Peran ahli saraf dalam kasus ini adalah untuk menentukan diagnosa, mengurangi dan
mengobati gejala klinis dan pemberian edukasi utuk mencegah memburuknya kondisi
pasien.Dari anamnesa mengenai perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik dan tes elektrofisiologi
merupakan factor-faktor penting untuk menentukan letak kompresi dan beratnya keterlibatan
nervus tertentu. Kompresi saraf dapat mengenai berbagai macam tingkatan saraf, mulai dari
radix saraf (radiculopathy), plexus lumbocsacralis, hingga ke serabut saraf tertentu itu sendiri
yang kita bahas khusus pada kasus kajian literature kali ini. Dalam menentukan berat ringannya
penyakit dapat kita lihat dari gejala klinis yang ada.Misalnya rasa baal dan kesemutan yang
kadang-kadang muncul pada kaki merupakan tanda pada stase awal dari kompresi saraf,
namun rasa baal yang terus menerus dengan kelemahan dan atrofi otot menandakan adanya
keterlibatan yang lebih berat pada saraf tertentu.

Diskusi mengenai berat ringannya penyakit, mekanisme etiologi terhadap munculnya


gejala tarsal tunnel sindrome dan hubungan antara faktor risiko tarsal tunnel sindrome
merupakan latar belakang dari pembahasan kajian literatur ini.

I.2.

Tujuan
Kajian literatur ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui definisi Sindrom Tarsal Tunnel
b. Mempelajari patofisiologi terjadinya Sindrom Tarsal Tunnel
c. Mempelajari gejala klinik Sindrom Tarsal Tunnel
d. Mempelajari cara mendiagnosis Sindrom Tarsal Tunnel
e. Mengetahui penatalaksanaan penderita dengan Sindrom Tarsal Tunnel
f.

Mengetahui prognosis Sindrom Tarsal Tunnel

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Definisi

Tarsal tunnel syndrome (TTS), juga dikenal sebagai tibialis posterior neuralgia, adalah
neuropati kompresi dan kondisi kaki yang menyakitkan di mana nervus tibialis dikompresi
karena perjalanan melalui tarsal tunnel . [ 5 ] Di terowongan ini ditemukan di sepanjang kaki
bagian belakang maleolus medial (benjolan di bagian dalam pergelangan kaki). Bangunan
bangunan yang melewati tarsal tunnel ini adalah Arteri tibialis posterior, nervus tibialis, dan
tendon dari otot tibialis posterior, otot fleksor digitorum longus, dan otot fleksor halusis longus
melalui terowongan tarsal. Di dalam terowongan ini, saraf terbagi menjadi tiga segmen yang
berbeda. Salah satu saraf (nervus kalkanealis) kearah tumit, dua lainnya (nervus plantar medial
dan nervus plantar lateral) melanjutkan ke bagian bawah kaki. Terowongan tarsal dibentuk oleh
tulang di bagian dalam dan retinakulum fleksor di luar. Pasien dengan TTS biasanya
mengeluhkan mati rasa di kaki menjalar ke jempol kaki dan 3 jari kaki pertama , nyeri , terbakar,
sensasi listrik, dan kesemutan di atas dasar kaki dan tumit.

Gb.1. Sindroma Tarsal Tunnel

II.2.

Anatomi

Tarsal tunnel adalah struktur di kaki yang terbentuk antara tulang yang mendasari kaki
dan jaringan fibrosa atasnya. Fleksor retinakulum (laciniate ligamen) merupakan atap
terowongan tarsal dan dibentuk oleh fasia profunda kaki dan fasia transversal dalam
pergelangan kaki. Perbatasan proksimal dan inferior dari terowongan yang dibentuk oleh
margin inferior dan superior dari retinakulum fleksor. Lantai terowongan dibentuk oleh aspek
superior dari kalkaneus, dinding medial talus, dan aspek distal-medial tibia. Kanal fibroosseous
tersisa membentuk terowongan tibiocalcaneal. Bangunan bangunan yang melewati tarsal tunnel
adalah Tendon otot fleksor halusis longus, otot fleksor digitorum longus, otot tibialis posterior,
nervus tibialis posterior, dan arteri tibialis posterior.

Nervus tibialis posterior terletak di antara otot tibialis posterior dan otot fleksor digitorum longus
di daerah proksimal kaki dan kemudian lewat di antara otot fleksor digitorum longus dan otot
fleksor halusis longus di wilayah distal kaki. nervus tibialis lewat di belakang maleolus medial
dan melalui terowongan tarsal dan kemudian bifurkasio menjadi kulit, artikular, dan cabang
pembuluh darah. Percabangan dari nervus tibialis posterior adalah nervus kalkanealis, nervus
plantaris medial, dan nervus plantaris lateral.
Persarafan dari cabang-cabang saraf tibialis posterior adalah sebagai berikut:

Nervus Calcaneal bagian Medial dan posterior tumit

Nervus plantaris medial cabang Cutaneous pada daerah medial plantar kaki; cabang
motorik pada otot abductor halusis dan otot fleksor digitorum brevis; dan cabang sendi ke
talonavicular dan calcaneonavicular

Nervus plantaris lateral - cabang motorik pada otot abductor digiti quinti and otot
quadratus plantaris; saraf kulit ke jari kelima;
II.3.

Insidensi dan Prevalensi

Meskipun TTS langka di temukan, biasanya hanya didapatkan 70% dari kasus yang
dilaporkan. Di

tempat

kerja

TTS

dianggap

sebagai gangguan

muskuloskeletal dan

menyumbang 1,8 juta kasus per tahun,6 Studi baru menunjukkan terjadinya TTS olahraga
menempatkan beban yang tinggi pada sendi pergelangan kaki (7) . TTS terjadi lebih dominan
pada orang dewasa yang aktif, dengan besarnya dominan yang lebih tinggi di kalangan
perempuan. Dewasa aktif yang mengalami lebih melompat dan mendarat di kaki bersama lebih
rentan.

II.4.

Faktor Penyebab dan Faktor Risiko

Sulit untuk menentukan penyebab pasti Tarsal Tunnel Syndrome. Hal ini penting untuk
mencoba menentukan sumber masalah.Pengobatan dan hasil potensi pengobatan mungkin
tergantung pada penyebabnya. Apa pun yang membuat tekanan di Terowongan tarsal dapat
menyebabkan Tarsal Tunnel Syndrome. Hal ini termasuk tumor jinak atau kista, taji tulang,
radang selubung tendon, ganglion saraf, atau pembengkakan dari patah pergelangan kaki atau
terkilir. Varises (yang mungkin atau mungkin tidak terlihat) juga dapat menyebabkan kompresi
saraf. Tarsal Tunnel Syndrome lebih sering terjadi pada atlet dan orang-orang aktif lainnya
karena terdapat banyaknya tekanan pada daerah terowongan tarsal. Kaki datar dapat
menyebabkan peningkatan tekanan di daerah terowongan dan ini dapat menyebabkan
kompresi saraf. Pasien dengan masalah punggung bawah dapat memiliki gejala. Dalam
beberapa kasus, Tarsal Tunnel Syndrome dikarenakan idiopatik. [ 1 ] Rheumatoid Arthritis juga
telah dikaitkan dengan TTS. [ 8 ]

Gb.3. Letak n.tibilis terhadap retinaculum plantaris


Neurofibromatosis
5

Mekanisme

lain

yang

bisa

memberikan

adalah neurofibromatosis . Penyakit

ini

menyebabkan
dapat

Tarsal

Tunnel

menyebabkan

Syndrome

pembentukan

pigmen, kulit neurofibroma. Adanya massa tersebut, dalam kasus tertentu, yang terbukti
memiliki kemampuan untuk menyerang terowongan tarsal menyebabkan tekanan, karena itu
mengakibatkan Tarsal Tunnel Syndrome. [ 8 ]
Diabetes membuat saraf perifer rentan terhadap kompresi saraf, sebagai bagian dari himpitan
hipotesis ganda. [ 9 ] Berbeda dengan carpal tunnel syndrome karena salah satu terowongan di
pergelangan tangan untuk saraf median, ada empat terowongan di pergelangan medial untuk
terowongan tarsal s syndrome. [ 10 ] Jika ada Tinel tanda positif ketika Anda menekan seluruh
bagian dalam pergelangan kaki, sehingga kesemutan dirasakan ke kaki, maka ada peluang
80% bahwa dekompresi terowongan tarsal akan meringankan gejala nyeri dan mati rasa di
diabetes dengan tarsal tunnel syndrome. [ 11 ]

II.5.

Patofisiologi

Gb.4. Patofisiologi Sindrom Pronator Teres


Tarsal tunnel syndrome adalah neuropati kompresi saraf tibialis yang terletak di kanal
tarsal. Kanal tarsal dibentuk oleh retinakulum fleksor, yang meluas ke posterior dan distal ke
maleolus medial.
Gejala pada kompresi dan ketegangan neuropati serupa; Oleh karena itu, perbedaan dalam
kondisi ini tidak dapat hanya diidentifikasi oleh gejalanya saja. Dalam kasus tertentu, kompresi
dan ketegangan neuropati dapat terjadi bersamaan.
6

Fenomena double-crush yang dipublikasikan oleh Upton dan McComas pada tahun 1973.
Hipotesis fenomena double-crush ini dapat dinyatakan sebagai berikut: kerusakan lokal saraf di
salah satu tempat pada jalurnya dapat mengganggu fungsi keseluruhan dari sel-sel saraf (aliran
akson), sehingga sel-sel saraf menjadi lebih rentan terhadap trauma kompresi di daerah distal
dari biasanya.
Saraf bertanggung jawab untuk transmisi aferen dan eferen sinyal di sepanjang panjang saraf
tersebut, dan juga bertanggung jawab untuk memindahkan nutrisinya sendiri agar berfungsi
optimal. Pergerakan nutrisi intraseluler terjadi melalui jenis sitoplasma dalam sel saraf yang
disebut axoplasm (mengacu pada sitoplasma akson). Axoplasm bergerak bebas di sepanjang
saraf. Jika aliran axoplasm (yaitu, aliran axoplasmik) terhalang, maka jaringan saraf distalnya
tidak mendapatkan gizi dan lebih rentan terhadap cedera. [12]

II.6.

Gejala Klinik
Pasien biasanya datang dengan gejala yang samar-samar dari kaki sakit, yang kadang-

kadang serupa dengan plantar fasciitis. Temuan nyeri, parestesia, dan mati rasa yang tidak
biasa. Dalam beberapa kasus, terdapat atrofi meskipun ini mungkin secara klinis sulit
dipastikan. Eversi dan dorsofleksi dapat menyebabkan gejala meningkat pada kisaran titik akhir
dari gerakan. Nyeri dan kesemutan di sekitar pergelangan kaki dan kadang-kadang jari-jari kaki.
Pada pasien bisa terdapat keluhan pembengkakan kaki, rasa terbakar yang menyakitkan,
kesemutan, atau sensasi mati rasa di kaki bagian bawah. Nyeri memburuk dan menyebar
setelah berdiri untuk waktu yang lama; nyeri menjadi lebih buruk dengan aktivitas dan lega
dengan istirahat. Sensasi seperti sengatan listrik, nyeri memancar sampai ke kaki,

[1]

dan turun

ke lengkungan, tumit, dan jari kaki. Terdapat sensasi panas dan dingin di kaki, perasaan seolaholah kaki tidak memiliki cukup bantalan. Nyeri dirasakan sepanjang jalur saraf posterior tibialis,
Sensasi terbakar pada bagian bawah kaki yang terpancar ke atas mencapai lutut

Gb.5. Skema keluhan pasien

Sindroma Pronator Teres sering terjadi pada atlet angkat berat dan orang-orang yang
pekerjaannya membutuhkan aktivitas dengan gerak lengan bawah pronasi dan posisi siku
ekstensi secara terus menerus dlam waktu yang lama 11. Pada pemeriksaan seringkali sulit
untuk membedakan diagnose sindrom pronator teres dengan carpal tunnel syndrome.
Meskipun ada beberapa gejala pembeda yang dapat diperhatikan, antara lain :
a. Sindrom Pronator Teres tidak ditandai dengan adanya tanda Tinel pada telapak tangan.
b. Pada malam hari keluhan nyeri pada Sindroma Pronator Teres akan jauh lebih
berkurang dibandingkan dengan carpal tunnel syndrome.
c. Gejala pada Sindrome Pronator Teres tidak dapat diprovokasi dengan flexi lama telapak
tangan, seperti halnya padaCarpal Tunnel Syndrome.
Dalam mendiagnosis pasien dengan Sindroma Pronator Teres, kita dapat menggunakan
beberapa manuver pemeriksaan untuk menentukan pada level atau bagian mana n. medianus
yang terganggu12. Adapun beberapa maneuver pemeriksaan itu adalah dengan meminta pasien
untuk memposisikan tangannya dalam letak pronasi dengan siku ekstensi dan lengan bawah
dalam posisi netral,
a. Jika terasa nyeri atau terdapat parestesi selama manuver tersebut dilaksanakan maka
dokter dapat menduga adanya jepitan saraf pada n.medianus di level m.pronator teres.
b. Jika m.flexor digitorum superficialis hingga jari tengah terasa nyeri maka dokter dapat
menduga adanya jepitan n.medianus pada level arcus fibrosus antara caput m.flexor
digitorum superficialis.
8

c. Jika rasanyeri dan baal terjadi saat lengan bawahdalam posisi fleksi lama dan supinasi
maka dokter bias menduga adanya kompresi pada n.medianus di proksimal lacertus
fibrosus.

II.7.

Diagnosa
Dari ananmesis dengan penderita, maka akan didapatkan pasien biasanya datang

dengan gejala yang samar-samar dari kaki sakit, terdapat nyeri, parestesia, dan mati rasa yang
tidak biasa. Dalam beberapa kasus, terdapat atrofi meskipun ini mungkin secara klinis sulit
dipastikan. Eversi dan dorsofleksi dapat menyebabkan gejala meningkat pada kisaran titik akhir
dari gerakan. Nyeri dan kesemutan di sekitar pergelangan kaki dan kadang-kadang jari-jari kaki.
Pada pasien bisa terdapat keluhan pembengkakan kaki, rasa terbakar yang menyakitkan,
kesemutan, atau sensasi mati rasa di kaki bagian bawah. Nyeri memburuk dan menyebar
setelah berdiri untuk waktu yang lama; nyeri menjadi lebih buruk dengan aktivitas dan lega
dengan istirahat. Sensasi seperti sengatan listrik, nyeri memancar sampai ke kaki,

[1]

dan turun

ke lengkungan, tumit, dan jari kaki. Terdapat sensasi panas dan dingin di kaki, perasaan seolaholah kaki tidak memiliki cukup bantalan. Nyeri dirasakan sepanjang jalur saraf posterior tibialis,
Sensasi terbakar pada bagian bawah kaki yang terpancar ke atas mencapai lututnyeri,
kesemutan dan baal yang meluas pada lengan bawah terutama setelah melakukan kegiatan
yang lama dan berulang4,12.
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan sensitivitas yang berkurang untuk sentuhan
ringan, tusukan jarum, dan suhu pada pasien dengan distal simetris sensorimotor neuropati.
Tanda Tinel (radiasi dari rasa sakit dan parestesia sepanjang perjalanan saraf) mungkin sering
disebabkan posterior maleolus medial. Gejala umumnya mereda dengan istirahat, meskipun
mereka biasanya tidak hilang sama sekali. (Perkusi dari saraf dengan manifestasi distal
resultan dari parestesia dikenal sebagai tanda Tinel. Ini tidak harus bingung dengan tanda
Phalen, yang merupakan kompresi saraf diduga selama 30 detik, dengan reproduksi berikutnya
gejala pasien.)

Elektromiografi (EMG) dan kecepatan konduksi saraf (NCV) studi dapat menjadi alat
yang berguna awal dalam mengevaluasi kasus dugaan tarsal tunnel syndrome dan
mengkonfirmasikan adanya neuropati. Selain itu, jenis serat saraf (sensorik, motorik, atau
keduanya) dan patofisiologi (aksonal vs demielinasi dan simetris vs asimetris) dapat dibedakan
dengan informasi yang diperoleh dari EMG dan / atau NCV. Sebuah physiatrist atau ahli saraf
yang berpengalaman dalam ekstremitas EMG dan studi NCV terbaik dapat melakukan tes ini.

Studi EMG dapat menunjukkan tibialis posterior berkepanjangan saraf distal


latency ke halusis penculik atau penculik otot QUINTI digiti. Temuan ini juga disertai dengan
motor yang amplitudo rendah atau tanggapan absen di salah satu dari otot-otot ini. Awal,
medial dan / atau lateral plantar potensial aksi sensori mungkin akan terpengaruh dengan
latency berkepanjangan, kecepatan melambat, dan penurunan amplitudo. Potensial aksi
Sensory mungkin didapat dalam kasus-kasus lanjutan dari tarsal tunnel syndrome.

Pemeriksaan jarum dari halusis penculik dan / atau penculik otot QUINTI digiti
dapat menunjukkan denervasi dan aktif dan / atau perubahan kronis.Untuk memastikan
bahwa temuan ini bukan akar lesi S1, otot tibialis posterior atas terowongan tarsal (tibialis
posterior) atau otot selain otot tibialis posterior (ekstensor digitorum brevis) harus
menunjukkan sparing.Otot-otot paraspinal lumbosakral harus utuh.

EMG dan NCV nilai pengujian meliputi:

Berkepanjangan distal bermotor latency: latency Terminal dari penculik


digiti otot QUINTI (lateralis plantar saraf) lebih lama dari 7,0 ms tidak normal.

Latency Terminal dari penculik yang halusis otot (medial plantar saraf)
lebih lama dari 6,2 ms tidak normal.

Fibrillations di penculik otot halusis dapat hadir.

Ulangi studi EMG yang dilakukan 6 bulan setelah operasi dapat membantu
dalam menilai keberhasilan fisiologis prosedur dekompresi pada pasien yang memiliki hasil
positif. Penurunan dapat dicatat dalam latency distal.

Hasil studi NCV mungkin normal pada pasien dengan neuropati serat
kecil.Selain itu, tanggapan sensorik ekstremitas bawah dapat absen pada pasien usia lanjut
yang normal. Oleh karena itu, pengujian electrodiagnostic seharusnya tidak menjadi
pengganti untuk pemeriksaan klinis yang baik.

Diabetes mellitus menghasilkan distal, simetris sensorik dan motorik polineuropati.Ini


adalah neuropati aksonal karena degenerasi akson distal. Diabetes juga menghasilkan
neuropati karena microangiopathy, yang menghasilkan proksimal, mononeuropati asimetris
(terutama saraf motorik). Evaluasi awal harus mencakup urine dan tes kadar glukosa serum
puasa, hemoglobin A1C (HbA1C / HgA1C), nitrogen urea darah (BUN), kreatinin, jumlah sel
darah lengkap (CBC), laju endap darah (ESR), dan vitamin B12 tingkat.

Arthritis yang berhubungan dengan sindrom Reiter biasanya mempengaruhi lutut,


pergelangan kaki, dan kaki, menyebabkan rasa sakit dan bengkak; pergelangan tangan, jari,
dan sendi lainnya lebih jarang terkena. Pasien dengan sindrom Reiter biasanya
mengembangkan peradangan di mana tendon melekat pada tulang, suatu kondisi yang disebut
enthesopathy. Enthesopathy dapat mengakibatkan nyeri tumit dan pemendekan dan penebalan
jari tangan dan kaki. Beberapa pasien yang terkena dengan sindrom Reiter juga
mengembangkan taji tumit yang berhubungan dengan nyeri kaki kronis atau jangka panjang.

Pria berusia antara 20 dan 40 tahun yang paling mungkin untuk mengembangkan
sindrom Reiter. Ini adalah jenis yang paling umum dari arthritis yang mempengaruhi orangorang muda; antara laki-laki yang lebih muda dari 50 tahun, sekitar 3,5 per 100.000
mengembangkan sindrom Reiter setiap tahun. Sekitar 3% dari semua orang dengan penyakit
menular seksual mengembangkan sindrom Reiter. Wanita juga dapat mengembangkan
gangguan ini, meskipun kurang sering daripada pria, dengan fitur-fitur yang sering lebih ringan
dan lebih halus.

Sekitar 80% dari pasien yang terkena positif untuk antigen leukosit manusia
(HLA) - B27. Hanya 6% dari orang-orang yang tidak memiliki sindrom Reiter memiliki gen
HLA-B27.

Dalam melakukan pemeriksaan aturan-out dari kondisi rematik sistemik yang


mendasarinya, ESR, faktor rheumatoid (RF), dan antibodi antinuclear (ANA) serologi harus
dilakukan.
10

Biasanya, pasien dengan penyakit rematik, termasuk sindrom Reiter, memiliki


ESR tinggi. Namun, pada sindrom Reiter, hasil RF dan pengujian ANA negatif; Oleh karena
itu, HLA-B27 mengetik mungkin berguna dalam membedakan arthropathy seronegatif ini dari
artritis lainnya.
Amiloidosis umum dapat menyebabkan neuropati perifer akibat atrofi tekanan serabut
saraf. Sistem saraf pusat tidak terpengaruh kecuali di daerah-daerah yang tidak memiliki
penghalang darah-otak, seperti pleksus koroid dan kelenjar pineal.Biopsi saraf sangat
membantu dalam kasus-kasus tertentu untuk mendiagnosis kusta, amiloid neuropati,
sarkoidosis, dan leukodystrophies.

II.8.

Tata Laksana
Tindakan pembedahan biasanya tidak dibutuhkan untuk Sindrom Pronator Teres.Tata

laksana utama bagi sindrom ini adalah dengan modifikasi aktivitas yang membatasi gerakan
atau tekanan pada bagian n.medianus yang terkena, mengistirahatkan ekstremitas yang
terkena dan pemberian obat anti inflamasi non steroid, biasanya akan menunjukkan efektivitas
pengobatan sebesar 50-70%. Tindakan pembedahan dibutuhkan hanya jika diketahui adanya
space occupying lesion atau bila dokter melihat tidak adanya perubahan dengan terapi
konservatif selama 12 minggu.Angka keberhasilan tindakan bedah pada kasus Sindrom
Pronator Teres mencapai kisaran 90%6.

II.9

Prognosis

Tindakan dekompresi dapat menghasilkan hasil yang memuaskan. Pada awalnya dapat terjadi
berkurangnya rasa nyeri dan parestesia, kemudian diikuti dengan pengurangan gejala sejauh
bahwa pasien mungkin dapat mentolerir gejala.Resolusi lengkap gejala mungkin tidak dapat
dilakukan karena gangguan memiliki banyak etiologi dan karena kemungkinan kerusakan saraf
ireversibel ada.Peningkatan nyeri setelah dekompresi, bagaimanapun, adalah sangat jarang.
Studi yang dilakukan oleh Mann menunjukkan bahwa sekitar 75% dari pasien yang
menjalani operasi dekompresi memiliki penghilang rasa sakit yang cukup, dan 25%
mendapatkan bantuan sedikit atau tidak ada.

[16]

Mann juga menyatakan bahwa eksplorasi

bedah mengulang siaran kanal tarsal sebelumnya jarang menyebabkan manfaat yang cukup
untuk pasien.Prognosis untuk Sindrom Tarsal Tunnel pada umumnya baik, dengan angka
kesembuhan mencapai 50-70% dengan terapi konservatif, dan 75% dengan terapi
pembedahan12.

11

Anda mungkin juga menyukai