Anda di halaman 1dari 22

Home Pos Suara Langit Undangan ke Surga Mengapa Kaum Muslimin Mundur

Dan Kaum Selainnya Maju?

Mengapa Kaum Muslimin Mundur Dan


Kaum Selainnya Maju?
205
Ihsan Tandjung Rabu, 9 Sya'ban 1436 H / 27 Mei 2015 11:20 WIB
Berita Terkait

Nasib Jenazah Mumin Vs Nasib Jenazah Kafir

Antara Keberuntungan Yang Besar dan Kemenangan Yang Dekat

Berdusta Atas Nama Dakwah

Nabi Muhammad Dibenci Karena Aqidahnya

Kaum Loyalis Kepada Syetan

Pertanyaan di atas merupakan judul sebuah buku


terkenal karya Amir Syakib Arsalan yang ditulis pada awal abad ke dua puluh. Beliau
menulisnya sebagai hasil analisanya terhadap kondisi terpuruk dan terpecah-belahnya ummat
Islam pada masa itu. Sesudah hampir satu abad sejak ditulis, ternyata isi bukunya masih
cukup relevan dengan realitas ummat Islam dewasa ini. Beliau menjadi saksi sejarah
keruntuhan Kesultanan Turki Utsmani serta semakin mencengkeramnya fihak imperialis
penjajah Eropa di berbagai negeri Islam. Beliau mencatat bagaimana negeri-negeri Islam
tidak berdaya dijajah oleh aneka penjajah, seperti Inggris, Perancis, Itali, Belanda dan beliau
sangat risau serta prihatin dengannya. Akhirnya beliau menjadi heran sehingga mengajukan
pertanyaan di atasMengapa Kaum Muslimin Mundur Dan Kaum Selainnya Maju?

Secara garis besar Syakib Arsalan berkesimpulan


bahwa kaum muslimin menjadi mundur dikarenakan mereka meninggalkan agama mereka
dienullah Al-Islam. Sedangkan pihak Eropa barat kafir justeru menjadi maju karena mereka
meninggalkan agama mereka, yaitu agama Nasrani atau Kristen. Mengapa bisa demikian?
Karena Islam adalah agama yang benar, sempurna dan saling menyempurnakan antara satu
bagian dengan bagian lainnya. Sedangkan agama para penjajah merupakan agama yang telah
kehilangan keasliannya. Agama Nasrani telah mengalami banyak penyimpangan serta
kontaminasi nilai akibat ulah tangan-tangan jahil para rahib, pendeta dan pastornya. Mereka
telah sengaja merubah isi Al-Kitab Bible di sana-sini. Perubahan tersebut dilakukan karena
berbagai kepentingan duniawi dan hawa nafsu. Oleh sebab itu Nabi Muhammad
pernah bersabda:


Jangan kalian benarkan ahli kitab, dan jangan pula kalian mendustakannya, dan katakan
saja Kami beriman kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu.(HR. Bukhari 6816) Sedangkan sumber utama ajaran Al-Islam, yakni
Al-Quran dan As-Sunnah, keduanya memperoleh jaminan terpelihara keasliannya dari Allah
:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benarbenar memeliharanya. (QS. Al-Hijr [15] : 9)

dan tiadalah yang diucapkannya (Nabi Muhammad ) itu (Al Quran)
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya), (QS. An-Najm [53] : 3-4)
Selain itu, kaum muslimin menjadi mundur saat meninggalkan agamanya karena Islam dan
ilmu pengetahuan berjalan seiring. Sehingga begitu kaum muslimin meninggalkan Islam
secara otomatis juga meninggalkan ilmu pengetahuan, maka akibatnya mereka menjadi
mundur. Sebaliknya, kaum kafir Eropa memiliki agama yang diwakili oleh pihak gereja pada
abad kegelapan. Dan bukan rahasia lagi bahwa pada masa itu banyak doktrin dan ajaran fihak
gereja alias agama Nasrani bertolak belakang dengan ilmu pengetahuan. Sehingga ketika
masyarakat kafir Eropa berontak terhadap belenggu gereja mereka secara otomatis mendekat
kepada ilmu pengetahuan dan itu menyebabkan mereka menjadi maju.

Dalam situasi seperti itu Amir Syakib Arsalan membedah persoalan kaum muslimin. Dengan
piawai beliau berhasil merumuskan secara tertib rangkaian sebab mundurnya kaum muslimin
dan majunya kaum selainnya. Ada lima sebab menurutnya. Dan kelima sebab tersebut
memiliki hubungan sebab-akibat satu sama lainnya. Uniknya lagi, kelima sebab tersebut jika
kita perhatikan baik-baik, masih sangat relevan dengan keadaan kaum muslimin hingga saat
ini. Kelima sebab tersebut ialah sebagai berikut:
1. Jauh dari Kitabullah Al-Quranul Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah
2. Hilangnya tsiqoh (kepercayaan) terhadap Islaminhizamun dakhily (inferior/rendah
diri)
3. At-Taqlid (mengekor secara mambabi buta)
4. At-Tafriqoh (perpecahan)
5. Tertinggal dalam berbagai urusan dunia

Pertama, kaum muslimin pada umumnya jauh dari dua sumber


utama kemuliaan mereka, yakni Kitabullah Al-Quran dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.
Padahal Nabi Muhammad secara gambalang mewasiatkan agar kita
senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan suci tersebut. Hanya dengan bersikap
demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari jalan lurus yang Allah telah
bentangkan bagi orang-orang beriman.


Rasulullah bersabda, Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang
kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya. (HR. Malik 1395) Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama
kaum muslimin, baik dalam urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun
bermasyarakat. Kedua perkara ini merupakan sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum
muslimin. Jika mereka akrab dengannya, niscaya mereka menjadi mulia. Jika mereka jauh
dari keduanya, niscaya mereka akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa
ini.

Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka

kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS. Al-Mukminun [23] :
71) Realitasnya, dewasa ini hubungan kaum muslimin umumnya jauh dari kedua sumber
utama ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan biasanya hanya hubungan parsial. Ada
yang hubungannya dengan Al-Quran hanya sebatas tilawah (membacanya). Atau kalaupun
ada yang lebih daripada itu ialah hubungan tahfizh (menghafalkannya). Ini bukan berarti kita
tidak menganggap penting aktifitas tilawah dan tahfizh Al-Quran. Tetapi masalahnya ini
tidaklah cukup. Allah tidak menurunkan Al-Quran dengan maksud sebatas itu.
Allah menurunkan Al-Quran agar menjadi petunjuk, pedoman hidup bagi
ummat Islam, bahkan segenap ummat manusia. Allah menghendaki agar dengan
berpedoman kepada Al-Quran ummat manusia keluar dari kegelapan jahiliyah menuju
terangnya hidayah cahaya Islam. Maka sepatutnya kaum muslimin juga tadabbur
(memahami) dan tathbiq (mengamalkan) Al-Quranul Karim. Tetapi hal di atas tidak terjadi.
Malah banyak muslim yang lebih bangga hidup berpedoman kepada berbagai sumber
kebanggaan selain daripada Al-Quran dan Sunnah Nabi . Mereka bangga
dengan berbagai kitab karya manusia. Ada yang lebih bangga dengan kitab warisan nenek
moyangnya yang bukan Islam. Ada yang membanggakan kitab produk kaum kuffar Eropa.
Ada yang membanggakan kitab lokal-tradisional suku atau bangsanya yang bukan
berpedoman kepada Kitabullah. Dan banyak lagi lainnya. Padahal Allah sudah
memperingatkan apa yang bakal terjadi jika mereka meninggalkan sumber kebanggaan yang
berasal dari Allah dan Sunnah Nabi Muhammad .



dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa. (QS. Al-Anaam [6] : 153)
Kedua, Hilangnya tsiqoh (kepercayaan) terhadap Islaminhizamun dakhily (inferior).
Dikarenakan kaum muslimin jauh dari sumber kebanggaan dan kemuliaannya, maka mulailah
tumbuh sikap minder atau malu menjadi seorang muslim. Mulailah kaum muslimin
terjangkiti penyakit inferior (rendah diri) untuk menampilkan nilai-nilai Islam dalam
kesehariannya. Mereka tidak ingin dianggap terbelakang dan ketinggalan zaman. Sedangkan
agama Islam sudah terlanjur di-asosiasi-kan dengan segala sesuatu yang mengindikasikan
keterbelakangan dan ketinggalan zaman. Hilang sudah kebanggaan diri sebagai seorang
muslim. Padahal di dalam Al-Quran justeru Allah muliakan orang-orang
beriman dengan menamakan mereka kaum muslimin.

Dia (Allah ) telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk
kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah)
telah menamai kamu sekalian muslimin dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran)
ini. (QS. Al-Hajj [22] : 78) Karena jauh dari Al-Quran, maka kaum muslimin menjadi
seolah tidak pernah membaca ayat di atas. Mereka tidak sadar bahwa justeru tampil dengan
identitas Islam merupakan tuntutan dari Allah dan barangsiapa bangga dengan
nilai-nilai Islam berarti ia sedang mengejar ridha Allah . Dan ini berarti mereka
belum benar-benar beriman. Sebab Allah berjanji bahwa barangsiapa yang
beriman dengan benar, niscaya hilanglah rasa rendah diri dan kesedihan hidupnya.


Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman. (QS. Ali-Imran [3] : 139) Ketiga, At-Taqlid (mengekor secara mambabi buta).
Karena sudah tidak memiliki tsiqoh (kepercayaan) terhadap Islam sebagai jalan hidup, maka
mulailah kaum muslimin melirik berbagai ajaran selain agama Allah . Karena
mereka minder menyebut diri sebagai muslim, minder bila tampil dengan identitas Islam
semata, tidak yakin bakal diterima di tengah masyarakat modern bila hanya
mengkampanyekan Islam saja, maka mulailah mereka mencari alternatif lain yang diyakini
bakal lebih laku di tengah zaman penuh fitnah ini. Mulailah mereka mencari alternatif lain
yang mereka yakini bakal secara cepat mendatangkan dukungan luas masyarakat. Sambil
melupakan pentingnya dukungan Allah sebelum segala sesuatunya. Apalah
artinya mendapat dukungan luas masyarakat bila Allah tidak ridha. Jauh lebih
penting dan sudah semestinya kaum muslmin selalu mengutamakan dukungan atau ridha
Allah daripada dukungan masyarakat luas. Walaupun sudah barang tentu ideal
bila dapat memperoleh dukungan Allah sekaligus dukungan masyarakat luas.
Tetapi di zaman penuh fitnah seperti sekarang ini, pilihan yang ada seringkali sangat pahit.
You cant win them all! Masing-masing diri dan kelompok mencari seruan, jalan hidup,
ideologi, pandanganhidup, nilai-nilai selain Islam yang dia lebih tsiqoh kepadanya. Lalu
mereka mengikutinya dengan semangat taqlid alias membabi-buta. Mereka tidak mengkritisi
ajaran baru yang mereka pandang menjadi solusi lebih baik dari Islam, baik mengikutinya
secara murni maupun dengan mengkombinasikannya bersama ajaran Islam. Biasanya
sebelum mereka taqlid dengan ajaran baru tersebut mereka mengaku sudah meneliti dan
mempelajarinya secara mendalam. Dan kesimpulannya mereka katakan bahwa ajaran baru
tersebut sejalan alias tidak bertentangan dengan Islam. Itulah sebabnya mereka menganutnya.
Mereka lupa bahwa kalaupun ajaran baru itu tampak sejalan dengan Islam, namun ia
merupakan produk manusia yang sudah barang tentu tidak sempurna bebas-cacat dan
penyimpangan, serta tidak pantas disetarakan, apalagi ditinggikan lebih daripada ajaran
produk Allah . Subaahanallahi amma yusyrikun (Maha Suci Allah
dari apa-apa yang mereka persekutukan/asosiasikan). Dan lagi, kalaupun ada ajaran selain
Islam yang sejalan dengan Islam, mengapa tidak merasa cukup dengan menganut Islam
saja? Mengapa harus lebih mengedepankan ajaran selain Islam-nya? Mengapa tidak Islamnya saja yang dikedepankan? Bukankah Allah sudah mengarahkan kita untuk
senantiasa menampilkan Islam dan mengaku muslim dalam berbagai kiprah saat kita
mengajak manusia menuju Allah alias saat sedang terlibat dalam aktifitas
mengajak manusia yang biasa dikenal dengan istilah ad-dawah..?


Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (mengajak) kepada
Allah , mengerjakan amal yang saleh dan berkata, Sesungguhnya aku termasuk
kaum muslimin (orang-orang yang berserah diri)? (QS. Fushilat [41] : 33) Mulailah
penyakit taqlid alias mengekor secara membabi buta menjadi fenomena di tengah kaum
muslimin. Yang terlalu kagum dengan asal-usul identitas bangsa dan nenek moyangnya
mengambil nasionalisme. Yang over-kagum dengan tatanan sosial masyarakat barat
mengambil sekularisme dan demokrasi. Yang berlebihan mengutamakan toleransi dan
perdamaian mengambil pluralisme. Yang tidak kuasa mengendalikan hawa nafsunya dan
terlena dengan kesenangan dunia fana mengambil liberalisme dan hedonisme. Yang
mendewakan akalnya sibuk berlomba mengejar ketertinggalan di bidang materi, sains dan

teknologi, tanpa melihat halal-haramnya. Yang mengutamakan aspek spiritual modern


mengambil new age religion. Yang mengutamakan spiritual tradisional mengambil paham

kearifan lokal alias mistik-klenik.


Pendek kata, masing-masing telah
memiliki alternatif lain ajaran yang diikuti selain Islam. Ada yang terang-terangan mengaku
mengikutinya tanpa menyertakan Islam dalam identitasnya. Tetapi yang kebanyakan adalah
yang malu-malu untuk mengaku bahwa ia telah menganut ajaran selain Islam dan
meninggalkan Islam. Sehingga akhirnya mereka cenderung mengkombinasikannya dengan
Islam sebagai identitas. Artinya ajaran barunya itu biasanya dicantolkan bersama dengan
identitas Islam yang -kata mereka- masih mereka anut. Akhirnya muncullah istilah-istilah
asing seperti Islam-nasionalis, Islam-demokrat, Islam-liberalis, Islam-modernis, Islampluralis, Islam-progressif, Islam-universalis, Islam-humanis, Islam-spiritualis dan lain
sebagainya. Pada prakteknya justeru ajaran selain Islam yang ditempelkan kepada identitas
Islam itulah yang lebih diutamakan daripada Islamnya itu sendiri. Perlu diingat bahwa Islamplus atau Islam-minus atau apapun namanya dia bukanlah Islam. Sebab Islam adalah Islam. Ia
adalah agama Allah yang telah sempurna. Tidak memerlukan tambahan dan tidak
sepatutnya dikurangi atau ditawar-tawar!


Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. (QS Al-Maidah 3)
Keempat, At-Tafriqoh (perpecahan). Karena masing-masing kelompok tenggelam di dalam
kebanggaan ajaran selain Islam, maka otomatis merebaklah perpecahan di dalam tubuh
ummat Islam. Masing-masing kelompok membanggakan seruan kelompoknya. Padahal
seruannya sudah tidak murni ajaran Allah . Lalu apa yang mereka harapkan?
Apakah mereka mengira jika manusia menyambut seruan mereka berarti itu pertanda
benarnya seruan mereka? Inilah dua pasal yang dibahas dengan tajam oleh Syakib Arsalan:
(1) Dalam Berjuang jangan Membanggakan Jumlah Pengikut dan (2) Kemenangan Suatu
Ummat Tidak Bergantung Kepada Kuantitas Tetapi Kualitas. Mereka menjadi sibuk
mengutamakan kuantitas pengikut, kohesitas kelompok, daya konsolidasi dan kemampuan
mobilisasi anggotanya daripada memfokus kepada substansi ajaran yang mereka serukan.
Padahal sudah jelas di dalam Al-Quran Allah menyuruh ummat Islam untuk
memastikan komitmen kepada agama Allah sebelum membangun soliditas
kebersamaan. Bahkan komitmen murni dan konsekuen kepada agama Allah
itulah syarat lahirnya sebuah jamaah yang solid, mumpuni, tidak terpecah dan selamat di
dunia-akhirat.


Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai. (QS. Ali-Imran [3] : 103) Ayat ini sering disalah-fahami sebagai ayat yang
memerintahkan pentingnya ( berjamaah). Padahal berjamaah merupakan hasil dari
pelaksanaan perintah utama di dalam ayat ini, yakni
( berpegang-teguhlah

kamu kepada tali (agama) Allah). Bila sekumpulan muslim berpegang-teguh secara murni
dan konsekuen kepada agama Allah, niscaya kesatuan hati di antara mereka Allah
tumbuhkan. Mereka menjadi akrab satu sama lain, baik secara resmi berada di dalam
satu kelompok maupun tidak. Tapi sebaliknya, berbagai pengelompokan yang berlandaskan
selain agama Allah, baik secara eksplisit maupun tersamar alias malu-malu, maka ia tidak
akan dijamin kesatuan hatinya, Kalaupun tampak solid, ia hanya akan solid sebatas tampilan
luar saja dan sebatas di dunia saja, sedangkan di akhirat mereka pasti akan bercerai-berai
bahkan saling mencela satu sama lain.



Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS. Az-Zukhruf [43] : 67) Bahkan kepatuhan mereka
kepada pimpinan kelompok masing-masing yang sewaktu di dunia dibanggakan sebagai bukti
kedisiplinan dan kemuliaanan komitmen, justru menjadi penyesalan di akhirat.




Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, Alangkah
baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka
berkata, Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb
kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan
yang besar. (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68) Masing-masing kelompok yang berjuang dengan
aneka seruan selain Islam salingmembanggakan seruan dan kelompoknya. Sehingga
berpecah-belahlah ummat Islam. Solusi yang tiap-tiap kelompok tawarkan bukanlah kembali
kepada kemurnian Islam, tetapi malah semakin bersemangat mempromosikan kehebatan dan
keutamaan masing-masing kelompoknya. Akhirnya group values menjadi lebih utama
daripada Islamic values. Apa saja yang berasal dari kelompoknya dia bela dan apa saja yang
datang dari luar kelompknya dia curigai. Akhirnya tolok-ukur benar-salah bukan lagi Islam
tetapi kelompoknya dan apa saja yang bersumber dari pimpinan kelompoknya.

dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orangorang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiaptiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Ruum
[30] : 31-32) Kelima, tertinggal dalam berbagai urusan dunia. Akhirnya, menurut Syakib
Arsalan, tenggelamnya kaum muslimin dalam perpecahan secara otomatis melemahkan
ummat Islam secara keseluruhan. Dan Allah jelas telah menegaskan bahwa
ketidak-kompakkan ummat dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya
pasti melahirkan kelemahan dan menghilangkan kekuatan ummat Islam.



Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfaal [8] : 46) Semua bersumber dari lebih
bangganya kaum muslimin terhadap seruan selain Islam, baik sendirian maupun bersama

Islam. Apakah itu dengan cara menampilkan seruan Islam-plus atau Islam-minus, maka
apapun seruannya jika kaum muslimin tidak menerima Islam secara utuh dan apa adanya dari
Allah , niscaya mereka bakal menjadi hina di dunia dan merugi di akhirat.


Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan
kepada siksa yang sangat berat. (QS. Al-Baqarah [2] : 85) Walaupun ayat di atas turun
berkenaan dengan kaum yahudi, namun Allah menyuruh ummat Islam untuk
mengambil pelajaran dari kisah ummat-ummat terdahulu. Sebab bila ummat Islam mengikuti
kekeliruan kaum Yahudi, niscaya nasib yang sama bakal menimpa mereka. Hina di dunia dan
azab di akhirat.! Wa naudzu billaahi min dzaalika..

Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS


B. Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS
Saat ini, perkembangan teknologi terus maju dengan pesat. Perkembangan teknologi
sudah masuk ke era digital. Segala hal bisa menjadi lebih mudah dengan digitalisasi. Seperti
yang tertulis pada Wikipedia, digitalisasi (bahasa Inggris : digitizing), merupakan sebuah
terminology untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video
menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk digital,
untuk fungsi fotokopi, dan untuk memuat koleksi perpusatakan digital. Digitalisasi
memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber dan software
pendukung.
Penemu-penemu peralatan pendukung digitalisasi ini, bukanlah orang-orang muslim.
Sebut saja, penemu komputer adalah seorang laki-laki Eropa, bernama Charles Babbage. Ia
adalah seorang matematikawan dari Inggris yang pertama kali mengemukakan gagasan
tentang komputer yang dapat diporgram (charlesbabbage.net). Selain itu, bentuk praktis dari
komputer, yakni komputer jinjing atau laptop, juga ditemukan oleh warga Inggris. Adam
Osborne, penemu laptop, adalah keturunan Inggris yang lahir di Thailand.
Berdasarkan dua contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa penemu alat pendukung era
digital, bukanlah orang-orang muslim. Orang-orang muslim tak lagi menjadi pelopor dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia, tidak seperti pada zaman
sebelumnya. Pada zaman kejayaan Muslim, banyak orang Muslim yang menjadi ilmuwan
dan menemukan suatu perkembangan keilmuwan. Sebagai contoh adalah Al Khawarizmi, ia
adalah seorang muslim penemu konsep matekmatika, aljabar. Hal ini terekam dalam bukunya
yang berjudul Al-Jabr wa-al Muqabilah. Selain aljabar, ia juga pertama kali
memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan dari 0-9.

Matematika, merupakan dasar dari teknologi komputer. Namun, penemu komputer


bukanlah orang muslim. Hal ini merupakan salah satu contoh kalahnya orang-orang muslim
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Orang muslim tak lagi berjaya
seperti zaman dahulu, kalah oleh mereka yang nonmuslim.
Adanya ketimpangan kemampuan umat muslim di era terdahulu dengan sekarang
dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Syakin Arsalan, adalah seorang
pemikir asal Libanon (1869-1946). Arsalan, dalam bukunya Kenapa Islam
Terbelakang? Menjelaskan mengenai apa saja penyebab kemunduran dunia Islam. Menurut
Arsalan terdapat dua penyebab, yakni yang pertama bangsa-bangsa non-Muslim maju karena
mereka tetap berpegang pada tradisi keagamaan mereka sendiri. Arsalan menyebut dua
contoh: Jepang dan Eropa, simbol kemajuan dunia pada awal abad ke-20. Dua dunia itu maju
tanpa harus mengabaikan tradisi keagamaan mereka. Penjelasan kedua, bangsa-bangsa itu
maju karena kerja keras untuk meraih kemajuan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.
Selain itu, dalam pandangan Arsalan, kemajuan bangsa-bangsa Islam hanya bisa
dicapai melalui jalan yang sama yang ditempuh oleh bangsa-bangsa non-Islam, yakni
berpegang pada tradisi, serta kerja keras. Hukum kemajuan berlaku secara konsisten bagi
bangsa Islam dan non-Islam. Ada tiga penyakit mental yang dianggap oleh Arsalan sebagai
biang kerok kemunduran dunia Islam: pesimisme (tasyaum), rendah diri (al-istikhdza)
dan cepat putus asa (inqitha al-amal). Pada penutup bukunya, Arsalan mengutip ayat yang
dalam pandangannya merupakan kunci kebangkitan dunia Islam, yakni Al-Ankabut (29):69.
Bunyi ayat itu: wa l-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana mereka yang berjuang
(jihad) di jalanKu, Aku akan menunjukkan mereka jalan-jalan menuju Aku.Jihad adalah
kata kunci yang disebut oleh Arsalan. Tetapi, ini bukanlah jihad dalam pengertian perang
suci sebagaimana kita jumpai pada kelompok Islam garis keras. Baginya, jihad adalah kerja
keras dan kesediaan untuk melakukan pengorbanan (al-tadlkhiyah).
Gagasan dari Arsalan ini, telah disampaikan di awal abad 20. Namun menurut saya
masih relevan dengan kondisi Umat Islam saat ini. Sebenarnya, selain penyebab-penyebab
yang telah disebutkan oleh Arsalan, terdapat satu lagi penyebab kemunduran umat Islam
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yakni umat Islam saat ini telah jauh
dari Kitab Al-quran dan As-sunah.
Umat muslimin saat ini, pada umumnya jauh dari dua sumber utama kemuliaan
mereka, yakni Kitabullah Al-Quran dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Padahal Nabi
Muhammad secara gambalang mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang teguh kepada
kedua warisan suci tersebut. Hanya dengan bersikap demikianlah kita tidak bakal menjadi
tersesat dari jalan lurus yang Allah telah berikan bagi orang-orang beriman.















Rasulullah bersabda, "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak
akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah NabiNya." (HR. Malik 1395)
Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama kaum muslimin, baik dalam
urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun bermasyarakat. Kedua perkara ini
merupakan sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum muslimin. Jika mereka akrab
dengannya, niscaya mereka menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya mereka
akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini.






Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka
kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS. Al-Mukminun [23] :
71)
Realitasnya, dewasa ini hubungan kaum muslimin umumnya jauh dari kedua sumber
utama ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan biasanya hanya hubungan parsial. Ada
yang hubungannya dengan Al-Quran hanya sebatas tilawah (membacanya). Atau kalaupun
ada yang lebih daripada itu ialah hubungan tahfizh (menghafalkannya). Ini bukan berarti kita
tidak menganggap penting aktifitas tilawah dan tahfizh Al-Quran. Tetapi masalahnya ini
tidaklah cukup. Allah tidak menurunkan Al-Quran dengan maksud sebatas itu. Allah
menurunkan Al-Quran agar menjadi petunjuk, pedoman hidup bagi ummat Islam, bahkan
segenap umat manusia. Allah menghendaki agar dengan berpedoman kepada Al-Quran
ummat manusia keluar dari kegelapan jahiliyah menuju terangnya hidayah cahaya Islam.
Maka sepatutnya kaum muslimin juga tadabbur (memahami) dan tathbiq (mengamalkan) AlQuranul Karim.
Tetapi hal di atas tidak terjadi. Malah banyak muslim yang lebih bangga hidup
berpedoman kepada berbagai sumber kebanggaan selain daripada Al-Quran dan Sunnah
Nabi. Mereka bangga dengan berbagai kitab karya manusia. Ada yang lebih bangga dengan
kitab warisan nenek moyangnya yang bukan Islam. Ada yang membanggakan kitab produk
kaum kuffar Eropa. Ada yang membanggakan kitab lokal-tradisional suku atau bangsanya
yang bukan berpedoman kepada Kitabullah. Dan banyak lagi lainnya. Padahal Allah sudah
memperingatkan apa yang bakal terjadi jika mereka meninggalkan sumber kebanggaan yang
berasal dari Allah dan Sunnah Nabi Muhammad.

dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa. (QS. Al-Anaam [6] : 153)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kemunduran
kaum muslin saat ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada empat hal,
yakni rasa pesimis, rendah diri, cepat putus asa, dan jauh dari kitab suci Al-quran dan Assunah. Keempat hal ini alangkah baiknya untuk kita hindari bersama, agar umat muslim dapat
kembali meraih masa kejayaannya, dalam hal ini kejayaan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dalam buku karya Wisnu Arya W. yang berjudul Melacak Teori Einstein dalam Al
Qur'an, disebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) Islam mengalami kemunduran. Faktor - faktor tersebut, antara lain adalah :
1. Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat
ingin mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat islam,
karena pada abad ke 9 - abad ke 13 M umat islam dengan menguasai iptek bisa lebih
baik kesejahteraannya dari pada oranga barat, sehingga mereka berusaha untuk
merebut kemajuan iptek dari umat islam.
2. Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa
melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan
umat islam. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka
mendapatkan kemajuan dalam bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama
mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan
iptek. Mereka mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru
menjadi penghalang bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak
penemuan-penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
sesuai dengan ayat-ayat dalam Kitab Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam
semesta ini, seperti yang tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan
kenyataan yang ada. Peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari,
bertentangan dengan teori yang ada dalam Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei
mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari
ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas
Copernicus mengumumkan teori tentang heliocentris, yaitu bumi berputar
mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat peredaran, juga ditentang oleh
gereja. Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja. Alhamdulillah, hal

ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Quran selalu sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al Quran bisa menjadi sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Quran diciptakan oleh yang menciptakan
alam semesta ini? jadi selalu akan sesuai !
3.

Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan benua baru,


sehinggga mereka berusaha berlayar denan route yang tidak lazim, seperti yang
dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika.
Vasco de Gama pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung Pengaharapan. James Cook
pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan New Zealand serta kepulauan Pasifik.
Penemuan-penemuan benua baru tersebut ikut mempengaruhi route perdagangan yang
berdampak terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan yang
semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari
Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang
mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak.

4. Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh


Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber
pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa
itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru
pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa
Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M
di Ulugh Beg (Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari
orang barat dalam hal pengerahuan tentang astronomi.
5. Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan
Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari
Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak
tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri di
Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin
membanjiri negara-negara islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi
negara-negara islam lainnya.
6. Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi
suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula
pemerintahan kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme
barat, maka negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai ke
Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-negara kecil berdasarkan
feodalisme, kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang antara satu dengan lainnya

saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide et impera,
telah melumpuhkan kejayaan islam pada masa lalu.
7. Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit
banyak telah menjauhkan mereka dari Al Quran, padahal Al Quran adalah juga
sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam
mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperpapah lagi dengan
munculnya kapitalisme barat.
Faktor-faktor diatas menjadi penyebab utama islam mulai tertinggal dari orang-orang
barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, ada gejala umat islam
mulai mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru sebenarnya banyak tersurat dan tersirat
di dalam Al Quran melalui ayat-ayat Kauniyyah. Padahal orang-orang barat mulai
bersemangat mempelajari dan meneliti ilmu kealaman yang mendasari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, dengan paparan di atas diharapkan dapat
menggugah semangat para intelektual muda islam untuk bisa bangkit untu merebut kembali
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dulu pernah menjadi kebanggan umat Islam.
InsyaAllah bisa !!!
Posted by Asbar salim at Monday, March 30, 2015
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
2 comments:
1.
KASMAWI BLOG11/10/2015 5:37 pm
sangat berguna buat sya
Reply

SEBAB-SEBAB SAAT INI ISLAM MENGALAMI


KEMUNDURAN
24 Juli 2013 pukul 0:54
Saat ini boleh dikata ummat Islam adalah ummat yang paling tertinggal dibanding ummatummat beragama lainnya. Ummat Yahudi meski berjumlah hanya 40 juta, namun menguasai
ekonomi dan politik dunia. Mereka bisa menguasai masjidil Aqsha tanpa perlawanan berarti

dari ummat Islam yang katanya berjumlah 1,2 milyar atau 30 kali lipat lebih banyak dari
kaum Yahudi.
Ummat Nasrani di Eropa, Australia, AS, sangat maju di bidang teknologi dan menguasai
negara-negara Islam secara ekonomi dan politik. Mereka mampu membuat mobil, kapal
selam, kapal induk yang mampu memuat ratusan kapal terbang, rudal antar benua, pesawat
ulang alik yang mengelilingi bumi, bahkan bisa membuat pesawat ruang angkasa yang bisa
melaju jauh hingga melewati planet Saturnus.
Bahkan Amerika Serikat dan sekutunya mampu menyerang dan menjajah dan membunuh
ummat Islam di Afghanistan dan Irak tanpa perlawanan dari seluruh ummat Islam. Sebagian
ummat Islam dengan semangat Toleransi justru bekerjasama dengan AS dan Sekutunya
yang sebenarnya merupakan kafir harbi. Ummat Islam boleh dikata ummat yang paling
miskin, paling bodoh, dan paling suka bertengkar dengan sesama.
Padahal zaman Nabi, sahabat, dan beberapa generasi sesudahnya selama 700 tahun ummat
Islam begitu maju menguasai dunia. Islam berkibar dari Ternate, India, Timur Tengah,
Yugoslavia, Albania, Bulgaria, Yunani, bahkan hingga Spanyol.
Ummat Islam mampu mengalahkan orang-orang kafir, Yahudi, bahkan 2 kerajaan Super
Power saat itu yaitu Romawi dan Persia. Bahkan ibukota kedua negara tersebut, yaitu
Constantinople (Istambul) dan Baghdad saat ini tetap berada di tangan Islam yaitu di negara
Turki dan Irak.
Istana Alhambra dengan air mancurnya peninggalan Islam di kota Granada, Spanyol.
Semangat jihad ummat Islam begitu tinggi sehingga 200 ribu pasukan Romawi tidak mampu
mengalahkan pasukan Islam yang dipimpin Khalid bin Walid yang berjumlah hanya 3 ribu
orang. Bukannya tentara Islam yang mundur, justru pasukan Romawilah yang mundur
ketakutan akibat strategi Khalid bin Walid.
Dalam Perang Salib antara ummat Kristen dengan Ummat Islam yang terjadi beberapa kali
dari tahun 1096 hingga 1291 untuk memperebutkan Palestina, hanya perang Salib pertama
yang dimenangkan ummat Kristen. Setelah itu ummat Islam yang menang dan berkuasa
hingga abad 20 sebelum akhirnya jatuh ke tangan Israel.
Dalam bidang ilmu pengetahuan juga begitu. Ibnu Sina (Avicenna) dikenal sebagai Bapak
Kedokteran dunia. Ketika perang Salib dan Raja Richard the Lion Heart sakit, tak ada satu
dokter Eropa pun yang mampu mengobatinya. Justru Sultan Salahuddin Al Ayyubi yang
menyelinap ke tenda Richard yang bisa mengobatinya. Itulah keunggulan ilmu kedokteran
Islam saat itu.
Ilmuwan Islam Al Khawarizmi juga mengembangkan ilmu Matematika seperti Aljabar
(Algebra), Algoritma (Algorithm) yang kita kenal hingga sekarang. Bahkan angka yang kita
pakai sekarang pun merupakan hasil penemuan ilmuwan Islam yang disebut dengan
ARABIC NUMERAL yang menggantikan Sistem Bilangan Romawi yang sangat tidak
fleksibel. Pada saat munculnya Islam, bangsa Barat belum mengenal angka 0 (Nol). Islamlah
yang mengenalkan angka itu pada mereka.

Mengapa ini semua bisa terjadi? Syekh Amir Syakib Arsalan menulis satu buku yang
mengungkap hal ini dengan judul Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selainnya
Maju?
Sebab pertama kenapa ummat Islam mundur adalah karena ummat Islam sudah tidak
mempraktekkan ajaran Islam yang termuat dalam Al Quran dan Hadits. Padahal itu adalah
pedoman kita agar hidup bahagia dunia dan akhirat.
Nabi SAW bersabda: Aku tinggalkan bagimu dua perkara, jika kamu berpegang teguh
kepada keduanya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah
Rasul(hadits). Ditambah lagi Quran sendiri menyatakan dalam surat Al-Furqon ayat 30.
Berkatalah Rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu
yang tidak diacuhkan. Menyoroti masalah ini Ibnu Taimiyyah mengatakan: Barang siapa
yang tidak membaca Quran maka dia telah menjauhi Quran, dan barang siapa yang
membaca tapi tidak pernah merenungkan isinya maka dia telah menjauhi Quran, dan barang
siapa yang membaca lalu merenungkan isinya tapi tidak pernah mengamalkan nya maka dia
telah menjauhi quran pula. Tapi hal iniditujukan kepada orang yang berbeda kemampuan
pemahamannya terhadap Quran.
Dalam Islam begitu banyak ajaran yang jika dilaksanakan akan bermanfaat bagi ummat Islam
sendiri. Sebagai contoh, Nabi berkata bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
Muslim lelaki dan perempuan [Ibnu Majah). Artinya jika kita mempelajari ilmu yang
bermanfaat kita akan mendapat pahala, sedang jika tidak belajar kita akan berdosa. Namun
kenyataannya banyak ummat Islam yang malas belajar. Bahkan ada yang beranggapan wanita
tidak perlu sekolah tinggi-tinggi toh akhirnya juga tinggal di dapur. Akibatnya ummat Islam
jadi bodoh dan terbelakang.
Sebaiknya ummat Non Muslim begitu rajin belajar. Tidak hanya S1, tapi juga S2, bahkan S3
dan banyak juga yang tetap belajar meski tidak melalui pendidikan formal seperti Bill Gates
yang meski tidak lulus kuliah tapi tetap terus belajar sehingga bisa membuat sistem operasi
komputer yang dipakai luas di seluruh dunia.
Ummat Non Muslim begitu cerdas hingga mereka bisa membuat pesawat terbang, kapal
induk, peluru kendali, mobil, komputer, dan sebagainya, sementara ummat Islam karena
bodoh nyaris tidak bisa apa-apa.
Nabi juga berkata: Kebersihan sebagian dari iman. Namun ternyata ummat Islam banyak
yang hidup jorok. Bahkan banyak pesantren yang merupakan tempat kaderisasi ulama yang
begitu kotor tempat wudlu, kamar mandi, apalagi WC-nya. Saya sempat melihat air yang
begitu kotor dan hijau dipakai untuk berwudlu di pesantren.
Sebaliknya, ummat Non Muslim hidup begitu bersih. Untuk kamar kecil saja, airnya begitu
bersih dan jernih. Bahkan mereka bisa mencari nafkah dengan menjadikan kebersihan
sebagai usaha/bisnis mereka. Sebagai contoh perusahaan Swedia, Electrolux, memproduksi
berbagai produk kebersihan seperti Vacuum Cleaner, alat pel listrik, dan sebagainya. Unilever
merupakan perusahaan Multinasional yang kaya dengan produk kebersihan seperti sabun
mandi, shampo (pembersih rambut), dan juga sabun cuci. Mereka jadi bersih dan makmur
dengan menjalankan kebersihan yang sebenarnya merupakan ajaran Islam.

Sebab kedua adalah ummat Islam tidak bersatu, tapi berpecah-belah. Padahal ummat Islam
diperintahkan untuk bersatu. Allah sudah mengingatkan kepada kita . QS. Ali Imran : 103.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Akan terpecah belah umatku seperti terpecah-belahnya
Yahudi dan Nasrani menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali kaum yang
mengikuti ajaran-ajaranku dan sahabat-sahabatku".
Pada zaman Nabi, ummat Islam juga berusaha untuk dipecah-belah dan diadu-domba baik
oleh orang kafir Mekkah, mau pun kaum Yahudi misalnya dengan berusaha menimbulkan
fanatisme suku antara kelompok Muhajirin dan Anshar. Tapi Nabi berhasil mendamaikan dan
mempersatukan mereka. Seharusnya para ulama yang merupakan pewaris Nabi harus
berusaha mempersatukan ummat Islam yang terpecah-belah baik dalam kelompok
bangsa/negara mau pun aliran.
Bahkan ummat Islam juga disusupi oleh kaum munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay bin
Salul untuk memecah-belah ummat Islam dari dalam. Kaum munafik ini bahkan membangun
masjid guna memecah-belah ummat Islam. Di antara orang-orang munafik itu ada yang
mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan pada orang-orang mukmin, untuk
kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan
orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya
bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta.
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid
yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu
sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.
Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. [At Taubah:107-108]
Ummat Islam bukan hanya tidak sholat di masjid itu (Masjid Dliror), bahkan membakarnya
sehingga orang-orang munafik tidak bisa memecah-belah ummat Islam. Maka mengapa
kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik, padahal Allah
telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah
kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah?
Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan untuk memberi
petunjuk kepadanya.
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir seperti mereka. Maka janganlah kamu jadikan di
antara mereka penolong-penolongmu, hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Jika mereka
berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu
ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan pula menjadi penolong
[An Nisaa:88-89]
Surat Al Baqoroh ayat 1-20 menjelaskan Muslim yang lurus, orang yang kafir, dan orang
yang munafik. Ini agar ummat Islam bisa bersatu dengan Muslim yang lurus dan terhindar

dari pecah-belah / adu domba kaum kafir dan munafik. Dengan persatuan, ummat Islam tidak
terkalahkan. Tidak hanya kaum kafir Quraisy yang gagal mengalahkan ummat Islam, tapi
juga kaum Yahudi, Persia, dan Romawi. Mereka akhirnya takluk di tangan pejuang Islam.
Negara-negara Barat maju karena mereka bersatu. Di bawah kepemimpinan Amerika Serikat
dan kelompoknya yang disebut NATO, mereka bersatu menyerang ummat Islam di
Afghanistan, Iraq, dan juga memberikan dukungan penuh pada Israel yang menjajah
Palestina dan menguasai masjid Al Aqsha.
Presiden AS, George W Bush mengatakan: Either with us or against us!. Berjuang bersama
kami. Jika tidak berarti melawan kami! Jika tidak turut berjuang bersama George W Bush,
berarti jadi musuh Bush cs. Ummat Islam dulu juga begitu. Ketika bin Malik, Hilal bin
Umayyah dan Mararah bin Rabi tidak ikut berperang, mereka dikucilkan sehingga merasa
berdosa : dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga
apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun
telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada
tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat
mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. [At Taubah:118]
Ummat Islam gagal membebaskan masjid Al Aqsha karena politik adu domba dan pecah
belah yang dilancarkan oleh AS dan sekutunya. Jika ummat Islam bersatu, tidak mungkin
orang-orang kafir mampu memerangi ummat Islam dan menang : Mereka tidak akan
memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang
berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat.
Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena
sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti. [Al Hasyr:14]
Sering ummat Islam ribut dan bertengkar karena masalah furuiyah/cabang sehingga akhirnya
terpecah-belah dan mudah ditaklukkan musuh. Sebab Ketiga adalah ummat Islam Cinta
Dunia dan Takut Mati. Nabi Muhammad SAW berkata: Kamu akan diperebutkan oleh
bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang yang berebut melahap isi mangkok makanan.
Para sahabat bertanya, Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah? Beliau
menjawab, Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali tetapi seperti buih air bah
(tidak berguna) dan kalian ditimpa penyakit wahan. Mereka bertanya lagi, Apa itu penyakit
wahan, ya Rasulullah? Beliau menjawab, Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut
mati. (HR. Abu Dawud)
Sebab Ketiga saat ini mayoritas ummat Islam terlalu cinta dunia dan takut mati. Kebanyakan
ummat Islam boleh dikata alergi terhadap perang. Apalagi ada beberapa boneka kelompok
Barat yang berusaha melenyapkan ajaran jihad dengan perang dan menggantinya dengan
ajaran Damai dan Cinta meski pada saat ini ummat Islam diserang dan dibunuh di
Afghanistan, Iraq, dan Palestina. Ajaran Jihad pun berusaha untuk dipersempit sehingga
perang tidak termasuk di situ. Allah mewajibkan ummat Islam untuk berperang membela diri
dan orang-orang yang dizalimi : Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan
membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang
semuanya berdoa: Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim
penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari
sisi Engkau!. [An Nisaa:75]
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu [Al Baqoroh:190]

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui. [Al Baqarah:216]
Dalam Islam kita diperintahkan untuk selalu dalam keadaan siap untuk berperang, sehingga
ketika musuh menyerang, kita tidak terbantai dan terjajah : Dan siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya sedang Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi
dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). [Al Anfaal:60]
Negara-negara Barat paham mengenai hal ini. Mereka punya semboyan: Si Vis Pacem Para
Bellum. Agar bisa damai, kita harus menyiapkan perang. Artinya jika kita kuat dan siap
perang, maka musuh tidak berani menyerang dan memerangi kita sehingga kita bisa hidup
damai. Negara-negara Barat maju karena banyak melakukan peperangan. Dari Eropa, mereka
berperang menyerang penduduk-penduduk di benua Asia, Afrika, Australia, dan Amerika.
Akibatnya saat ini Kanada, Amerika Serikat, Australia, serta negara-negara Amerika Latin
seperti Meksiko dan Brazil boleh dikata mayoritas penduduknya dan pemimpinnya berasal
dari Eropa.
Negara-negara Barat juga melakukan peperangan baik dalam perang Dunia I, Perang Dunia
II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Afghanistan, Perang Iraq, dan sebagainya. Puluhan
juta tentara mereka mati karenanya. Tapi musuh yang mereka bunuh (di antaranya ummat
Islam) lebih banyak lagi dan mereka berhasil menguasai sumber daya dan kekayaan negara
lain sehingga bisa maju dan kaya. Seharusnya ummat Islam harus berani berperang untuk
membela diri. Para ulama dan pemuda Islam yang sadar juga harus semangat untuk berperang
membela orang-orang yang dijajah : Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk
berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu,
niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orangorang kafir itu kaum yang tidak mengerti [Al Anfaal:65]
Saat ini kebanyakan ummat Islam takut untuk mati di dalam peperangan. Sebaliknya mati
ketika tawuran sekolah, tawuran antar warga, perang Supporter bola, atau mati terinjak dalam
konser jadi hal yang biasa ketimbang mati syahid di dalam peperangan.
Sebab Keempat mundurnya ummat Islam adalah hilangnya semangat Jihad. Jihad adalah
satu kesungguhan untuk berjuang di jalan Allah. Ada hadits dloif yang berusaha memperkecil
makna Jihad sebagai hanya perang melawan hawa nafsu dan bukan berperang. Padahal jihad
adalah perjuangan yang sungguh-sungguh sehingga bukan hanya harta saja yang
dikorbankan, tapi juga nyawa. Ayat di bawah menjelaskan orang yang berjihad dengan harta
dan nyawa jauh lebih tinggi derajadnya ketimbang orang yang tidak ikut berperang :
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak
mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan
jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orangorang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala
yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar [An Nisaa:95]

Ummat Islam ketika perang dulu tidak takut mati. Justru mereka berperang dengan sengit
agar bisa mati syahid dan mendapatkan surga : Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati
janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu
lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. [At Taubah:111]
Orang-orang kafir heran, ummat Islam bukannya berusaha menghindari mati, tapi justru
berusaha mati di dalam peperangan. Sehingga mereka begitu fokus menyerang musuh dan
sulit untuk dikalahkan. Dalam Perang Mutah, 3.000 pasukan Muslim dengan sabar melawan
200.000 pasukan Romawi. Mereka tidak mundur ketakutan. Justru pasukan Romawi yang
mundur ketakutan karena strategi Panglima Muslim, Khalid bin Walid. Ketika ada yang
mengusulkan untuk minta bantuan pasukan kepada Nabi, Abdullah bin Rawahah (salah satu
syuhada) berkata: Demi Allah apa yang tidak kalian sukai sebenarnya justru yang kita cari,
yaitu mati syahid. Kita tidak berperang karena jumlah, kekuatan, dan banyaknya personil.
Kita perang karena Islam yang dengannya Allah memuliakan kita. Maka berangkatlah karena
di sana hanya ada 2 kebaikan: Menang atau Mati Syahid! (Siroh Nabawiyah, Syaikh
Shafiyyurrahman al Mubarakfury).
Zaid bin Harits, Jafar bin Abu Thalib, Abdullah bin Rawahah mati syahid. Total hanya 12
pasukan Muslim yang mati syahid. Sementara jumlah tentara Romawi yang gugur lebih
banyak lagi. Ibnu Umar yang melihat jasad Jafar mengatakan bahwa ada 70 luka karena
tikaman dan sabetan di tubuh Jafar. Semua di tubuh bagian depan. Itulah kehebatan
semangat Jihad yang dimiliki ummat Islam. Meski kalah jumlah dan menghadapi Superpower
dunia saat itu, mereka tidak gentar dan menang.
Sesungguhnya Jihad adalah semangat yang membuat ummat Islam menjadi kuat dan sulit
untuk dizalimi, dijajah, atau dikalahkan. Orang-orang kafir membenci ini dan berusaha
menghapusnya dengan memasukkan berbagai ajaran/paham sehingga ummat Islam jauh dari
jihad. Misalnya dengan tasawuf, ummat Islam diasyikkan dengan mujahadah sehingga
lebih asyik menyepi dan berzikir ketimbang berjihad. Padahal jihad adalah satu kewajiban :
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.. [Al Hajj:78]
Jihad adalah pintu atau syarat untuk masuk surge : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan
belum nyata orang-orang yang sabar. [Ali Imran:142]
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan
Al Quran dengan jihad yang besar. [Al Furqon:52]
Hanya orang yang munafik/tidak beriman yang tidak mau berperang dan berjihad : Orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu
untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang
yang bertakwa. [At Taubah:44]
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) merasa gembira dengan tinggalnya
mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah dan mereka berkata: Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam

panas terik ini. Katakanlah: Api neraka jahannam itu lebih sangat panasnya jika mereka
mengetahui. [At Taubah:81]
Sebab Kelima kemunduran Ummat Islam adalah karena tidak mandiri di bidang ekonomi.
Saat ini secara ekonomi ummat Islam dikuasai oleh orang-orang kafir. Ummat Islam bukan
sebagai produsen atau penghasil. Tapi hanya sebagai pembeli/pemakai. Jika orang-orang kafir
mengembargo, maka ummat Islam akan kesulitan.
Sumber daya dan kekayaan alam negara-negara Islam saat ini dikuasai oleh orang-orang
kafir. Minyak, gas, emas, tembaga, perak, boleh dikata dikelola oleh Multi National Company
(MNC) dari negara-negara Barat yang perekonomiannya didominasi Yahudi bekerjasama
dengan segelintir pemimpin Muslim yang korup.
Ummat Islam hanya mendapat persentase yang amat kecil. Akibatnya ummat Islam jadi
miskin, sementara orang-orang kafir bertambah kaya. Ummat Islam sering kesulitan dana
untuk membangun masjid, sekolah-sekolah Islam dan tidak mampu menyantuni fakir miskin
dan anak Yatim. Banyak anak-anak miskin yang berkeliaran di jalan mencari makan. Nabi
Muhammad bukan hanya mengadakan boikot terhadap produk asing. Tapi bahkan melarang
orang-orang kafir masuk ke kota Mekkah. Padahal saat itu perekonomian masih dikuasai oleh
orang-orang kafir. Ketika sebagian orang Islam ada yang khawatir nanti bisa susah/miskin,
Allah menghibur mereka : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan
jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu
dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. [At Taubah:28]
Justru dengan melarang orang-orang kafir masuk, ummat Islam malah mandiri di bidang
ekonomi dan menjadi lebih makmur. Sebagai contoh, jika minyak, gas, emas, tembaga, perak,
dan sebagainya dikelola oleh ummat Islam sendiri, maka semua keuntungan masuk ke tangan
ummat Islam. Bukan recehan kecil yang hanya nol sekian persen yang diberikan oleh orangorang kafir tersebut. Dengan begitu ummat Islam bisa makmur dan kuat. Kemiskinan bisa
dikurangi.
Sebab Keenam kemunduran ummat Islam adalah ummat Islam tidak bisa menentukan
prioritas (Tertib/urutan kepentingan) bersama yang harus dikerjakan bersama. Sering ummat
Islam mengerjakan hal-hal yang tidak penting dan tidak segera ketimbang hal yang sangat
penting dan mendesak. Padahal berbagai ajaran Islam seperti sholat, haji, wudlu, dan
sebagainya merupakan pendidikan tentang mengerjakan sesuatu menurut urutan yang
benar/tertib. Ummat Islam harus bisa menentukan mana pekerjaan yang harus diselesaikan
lebih dulu, dan mana yang bisa dikerjakan kemudian. Ummat Islam juga sering gagal
menentukan musuh mana dulu yang harus dilawan sekarang dan yang mana bisa dilakukan
kemudian. Sering ummat Islam perang sesama mereka sementara lawan yang harus diserang
seperti Israel yang menjajah Palestina atau AS yang menjajah Iraq dan Afghanistan justru
aman dari mulut dan tangan ummat Islam.
Sebagai contoh kita menyaksikan perang Iraq melawan Iran yang menewaskan 2 juta ummat
Islam, kemudian Iraq melawan Kuwait dan Saudi yang juga menewaskan banyak korban. Di
saat yang sama negara-negara yang berperang dan mengorbankan nyawa jutaan rakyatnya ini
tidak ada satu pun yang menyerang Israel untuk membebaskan Masjidil Aqsha. Nabi
Muhammad dan para sahabat tidak pernah ribut apalagi perang dengan sesama. Bahkan

ketika kelompok munafik Abdullah bin Ubay memecah-belah ummat Islam sehingga dari
1.000 pasukan Muslim, 300 membelot ke Abdullah bin Ubay, Nabi tidak memeranginya.
Kata Nabi, jika aku membunuhnya, nanti orang akan berkata bahwa ummat Islam saling
bunuh. Nabi juga menandatangani perjanjian damai dan kerjasama pertahanan dengan orangorang Yahudi untuk menghadapi serangan kaum kafir Mekkah. Ketika kaum Yahudi
berkhianat, baru Nabi memerangi mereka. Jadi Nabi Muhammad SAW bertindak cerdas
untuk menentukan lawan yang harus diserang dan mana yang diajak bekerjasama. Bukan
memerangi seluruh dunia.
Sebab Ketujuh mundurnya ummat Islam adalah ummat Islam gagal menemukan hal yang
bermanfaat. Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rosululloh sholallahu alaihi wa sallam
pernah bersabda: Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan
sesuatu yang tidak berguna baginya. (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)
Gemarlah kepada hal-hal yang berguna bagimu [Muslim]
Negara Barat maju karena banyak menemukan dan membuat hal yang berguna baik untuk
orang lain mau pun diri mereka sendiri. Mereka membuat mobil dan kapal terbang sehingga
orang bisa bepergian dengan cepat dan nyaman. Mereka membuat handphone dan telepon
sehingga orang bisa berbicara dengan saudara dan temannya meski terpisah jauh sekali.
Mereka membuat berbagai peralatan yang bermanfaat bagi kita semua seperti vacuum cleaner
dan sebagainya. Dengan menggemari hal yang bermanfaat, mereka memberikan manfaat bagi
orang lain dan diri mereka sendiri.
Sebab kedelapan adalah ummat Islam tidak menguasai media massa. Akibatnya ketika Islam
dicitrakan sebagai teroris dan hukum Islam dilecehkan, ummat Islam tidak bisa berbuat apaapa. Bahkan tidak jarang ummat Islam diadu-domba dengan berbagai pemberitaan di media
massa. Memang ummat Islam punya media cetak dan radio meski pembacanya tidak
sebanyak media yang dimiliki oleh kelompok non Muslim dan sekuler. Contohnya di
Indonesia oplah majalah Islam hanya 100 ribu atau kurang dengan pembaca kurang dari 500
ribu orang. Kurang dari 0,3% dari total penduduk Indonesia. Bahkan untuk TV Nasional yang
dapat menjangkau 200 juta penduduk Indonesia, tidak ada TV yang dimiliki oleh ummat
Islam. Semuanya dimiliki kelompok Non Muslim atau sekuler. Bahkan 2 di antara TV
Nasional di Indonesia dikuasai oleh Konglomerat Media Yahudi: Rupert Murdoch.
Di dunia boleh dikata media massa dikuasai oleh Non Muslim. Media massa terkemuka
seperti TV CNN, majalah Time, New York Time dikuasai oleh mereka. Begitu pula dengan
Hollywood yang film-filmnya ditonton jutaan orang. Tak jarang di film tersebut selain
dipropagandakan gaya hidup sex bebas juga ummat Islam digambarkan sebagai teroris.
Padahal media massa sangat penting untuk menyampaikan berita. Mukjizat terbesar Nabi
Muhammad adalah Al Quran yang artinya Bacaan atau informasi. Salah satu tugas utama
Nabi adalah menyampaikan berita: Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang
mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah. [Al Ahzab:47]
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan [Al Baqarah:119]
Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan [Al Fath:8]

Tentu saja untuk menyampaikan berita itu kepada masyarakat luas diperlukan berbagai
media. Nabi melakukannya dengan berpidato ke masyarakat luas, dakwah dari mulut ke
mulut, menyampaikan utusan, dan juga mengirim surat. Tak jarang banyak berita yang
memojokkan ummat Islam dan justru membela aliran-aliran sesat. Ini karena media massa
dikuasai kelompok yang tidak senang dengan Islam. Oleh karena itu ummat Islam harus
menguasai media massa agar ummat Islam bisa mendapatkan berita dari sumber yang benar.
Bukan berita dari orang-orang fasik yang memojokkan Islam : Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Al Hujuraat:6]
Tentu saja kekurangan dana menyebabkan ummat Islam tidak dapat menguasai media massa.
Tapi dengan media massa juga ummat Islam sebetulnya bisa menggalang dana. Untuk itu
Islamic Broadcasting Forum dengan keterbatasan dana yang dimiliki berusaha
mengembangkan TV Komunitas yang biayanya berkisar Rp 50-500 juta per TV agar dakwah
Islam bisa lebih luas. Tentunya ini tidak akan berhasil jika tidak dilakukan secara berjamaah
oleh seluruh ummat Islam.

Anda mungkin juga menyukai