Anda di halaman 1dari 7

SHARING MATA KULIAH PENGENALAN TEKNIK SIPIL ITERA

Oleh :

Dirga Noor Rochman, ST

Definisi Pendidikan menurut UU Sistem Pendidikan Nasional


Pendidikan (menurut UU No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS) adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Point penting dari paragraf tersebut, diantaranya :
1. Usaha sadar dan terencana
2. Proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya sebagai manusia utuh yang memiliki kekuatan iptek dan imtaq
3. Dengan tujuan untuk kebaikan diri, masyarakat, bangsa, dan negara
Dengan demikian, pendidikan itu sendiri adalah proses yang mempunyai output/tujuan
tertentu.
Seberapa tinggi kesadaran dari peserta pendidikan dalam memasuki proses belajar
akan menentukan seberapa baik kualitas input/mahasiswa dalam memasuki proses
berikutnya. Kondisi yang ada adalah latar belakang dan motivasi/alasan dari peserta
didik dalam memilih proses pendidikan pilihannya sangat beragam, meski demikian,
dengan tujuan pendidikan yang sama untuk semua, seharusnya dapat diambil benang
merahnya sehingga syarat awal dari pendidikan terpenuhi.
Aktif dalam mengembangkan potensi memiliki arti pendidikan berlaku dua arah, dimana
mahasiswa dituntut untuk selalu mencari tahu dan mengembangkan, sehingga peran
perguruan tinggi adalah men-trigger, memfasilitasi, serta mengarahkan agar tujuan
pendidikan yang di cita-cita-kan tercapai, yaitu memberikan kebaikan kepada dirinya
sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan kesadaran mahasiswa sebagai subjek pelaku, keberhasilan pendidikan untuk


dirinya adalah tergantung pada dirinya sendiri
Pengalaman Saat Berkuliah
Perguruan tinggi dimana penulis berkuliah dulu adalah di Institut Teknologi Bandung
(ITB), dimana memiliki iklim persaingan, tuntutan akademik, serta menuntun budaya
bagi setiap mahasiswanya untuk memberikan yang terbaik bagi masa depannya di
kampus tersebut. Perkuliahan di ITB, tidak melulu berupa mata kuliah formal yang
diberikan setiap harinya oleh dosen program studi masing-masing, melainkan juga
disediakan sarana/prasarana untuk melengkapi proses pendidikan di ITB kepada
mahasiswanya, yaitu laboratorium dan lembaga kemahasiswaaan.
Dalam satu semester, rata-rata terdiri dari 20 SKS, dengan demikian porsi untuk belajar
sendiri ataupun mengembangkan potensi secara aktif terbuka lebih luas, dan sepertinya
memang dirancang sedemikian rupa agar mahasiswa dapat aktif dalam pendidikannya
sendiri.
Lembaga kemahasiswaan di ITB terdiri atas Keluarga Mahasiswa (KM) yang menaungi
seluruh mahasiswa ITB, Himpunan jurusan yang berafiliasi pada pengembangan
keprofesian dan pengabdian masyarakat, serta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang
memiliki ragam lebih luas sebagai wahana mahasiswa aktif belajar.
Aktif dalam belajar juga berarti kebebasan dalam menentukan pilihan yang terbaik untuk
diri mahasiswa. Dalam masa perkuliahan, penulis menilai kebutuhan belajar dalam
perguruan tinggi tidak selalu berkaitan dengan program mata kuliah yang diberikan
tetapi juga aktif dalam kegiatan kelembagaan yang sudah tersedia, meskipun indikator
penting dari penyelesaian program sarjana adalah mencapai hasil akademik yang sudah
ditentukan ukurannya. Mengapa keseimbangan dan mengoptimalkan semua sarana
belajar yang diberikan oleh perguruan tinggi harus dapat dilakukan adalah karena
sebagai mahasiswa yang belajar, pemenuhan atas kebutuhan hardskill dari kemampuan

teknis yang diajarkan, adalah juga kebutuhan untuk aktualisasi diri atau pemenuhan
kebutuhan spiritual atau softskill.
Berkuliah jauh dari keluarga merupakan tantangan tersendiri bagi penulis dan siapapun.
Dituntut untuk dapat mandiri memenuhi kebutuhan sehari-hari serta jauh dari keluarga,
tetapi di saat yang sama juga didekatkan dengan teman senasib-sepenanggungan
dimana kita belajar arti saling menjaga dan bekerjasama. Kembali dihadapkan pada
pilihan, pergaulan yang baik harus dijaga dan yang tidak membawa kebaikan harus
dijauhi. Saat-saat kuliah yang hanya 4 (tahun) tersebut dan dengan kehidupan kuliah
seperti yang penulis sampaikan adalah saat-saat emas dalam membina hubungan baik
dan bekerja sama dengan teman-teman untuk mencapai impian yang besar bersamasama. Tidak sedikit hubungan baik yang dibina saat masa perkuliahan membawa
kesuksesan bersama di masa depan.
Bertemu dengan teman-teman dari daerah, suku, dan agama yang berbeda, Kampus
dapat menjadi miniatur keberagaman Indonesia yang melatih kita dalam menghargai
perbedaan dan bekerjasama didalamnya. ITERA sebagai institusi besar tentunya akan
memiliki kondisi yang sama, dan perlu penulis sampaikan, keistimewaan berkuliah
dalam keberagaman adalah momen sekali dalam seumur hidup yang saat ini sudah
harus disyukuri bersama akan dialami.
Dont or just go with the flow..?
Dalam masa-masa kuliah, kejenuhan yang timbul adalah hal yang biasa. Rutinitas yang
melalaikan tujuan kita kerap muncul dan menyatakan dalam diri just go with the flow
mungkin pembelaan yang lumrah. Penulis merasakan hal yang serupa tidak sekali-dua
kali dan terkadang timbul penyesalan dimana banyak kesempatan baik yang hilang.
Jadi, Dont just go with the flow, ikuti arusnya dan harus tahu juga kemana ber-arah,
karena sekali lagi dalam dunia perkuliahan keaktifan dalam belajar melahirkan
kebebasan dalam memilih cara dan segala konsekuensinya.

Supaya kampus ini menjadi tempat bertanya dan harus ada jawabannya. Supaya
kehidupan di kampus ini membentuk watak dan kepribadian. Supaya lulusannya bukan
saja menjadi pelopor pembangunan, tapi juga pelopor persatuan dan kesatuan bangsa,
kalimat yang tertulis di prasasti plaza widya di ITB oleh Rektor Prof. Wiranto
Arismunandar, tahun 1996.
Kalimat di atas adalah konsep dari pendidikan yang dijalani, berisi harapan dari
pendidikan yang memiliki tujuan besar.
ITERA merupakan kampus baru secara fisik tetapi memiliki pendidik dan sumber daya
yang sangat baik. Menurut penulis, mahasiswa baru di dalamnya memiliki tanggung
jawab dan peluang besar untuk menjadi peletak batu pertama dari budaya pendidikan
yang diharapkan dapat turun-temurun, khususnya bagi para mahasiswa Teknik Sipil
yang dapat membentuk civilization seperti asal katanya. Hal ini pun adalah
keistimewaan yang harus disyukuri, apalagi dengan tujuan besar salah satunya adalah
pemerataan pembangunan di Indonesia dari sabang sampai merauke.
Memasuki Dunia Kerja
Kuliah penulis relatif berjalan lancar tanpa hambatan, lulus tepat waktu. Diterima untuk
bekerja di perusahaan konstruksi BUMN PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Jakarta dan
aktif bekerja sampai dengan sekarang. Pengalaman ketika pertama kali memasuki dunia
kerja adalah melalui program Management Trainee. Ego yang besar pasca lulus sarjana
sangat dirasakan oleh penulis, sehingga menjauhkan diri kita dari keinginan untuk
belajar hal-hal baru dan kecil di lingkungan kita. Ego ini muncul karena rasa overconfident, tetapi pada kenyataannya kuliah selama 4 tahun tentunya tidak dapat
menyamai pengalaman dari perusahaan yang telah ahli di bidangnya selama puluhan
tahun. Melihat hal tersebut, dari yang penulis pelajari, membuktikan bahwa proses
belajar aktif tidak berhenti di selesai bangku kuliah saja. Bukti sebuah perusahaan dapat
bertahan, berkembang, dan berinovasi selama puluhan tahun adalah bukti nyata bahwa
proses belajar aktif tanpa henti oleh orang-orang di dalamnya dan pembangunan

nasional adalah cita-cita besar bangsa dan negara dari dulu sampai dengan sekarang.
Oleh karena itu, pola pikir seperti ini memang sangat baik tertanam dan dipahami sejak
dini.
Keprofesian teknik sipil yang penulis pilih adalah keinginan dari diri sendiri yang diawali
pada ketertarikan pada keunikan pembangunan gedung-gedung bertingkat di kota-kota
besar. Berlatar belakang/motivasi yang sederhana tersebut dan proses pendidikan yang
sesuai mengarahkan penulis seperti saat ini. Beragam mata kuliah yang penulis dalami
semasa kuliah menjadi pegangan penting bagi penulis untuk merintis karir karena
memiliki bekal konsep ilmu yang dapat membawa kita menjadi apapun yang kita
inginkan. Memang tidak 100 persen teraplikasikan, tetapi penulis yakin bahwa apa yang
sudah dipelajari tidak percuma dan malah dapat membetuk hal baik pada pola pikir dan
keinginan untuk belajar. Terlebih dengan pengalaman dalam berorganisasi di lembaga
kemahasiswaan sangat berperan untuk membuat penulis dapat membaur, bekerja
sama, dan memiliki modal wawasan cukup untuk memulai.
Tidak ada pekerjaan yang tidak ada masalah. Seperti hal-nya kuliah, ujian adalah ajang
penilaian kemampuan dalam menyelesaikan persoalan, dalam dunia kerja,
permasalahan timbul sering sekali dan membutuhkan penyelesaian dengan cara
pendekatan yang sangat berbeda satu sama lain, bahkan tidak pernah ditemui
sebelumnya. Perbedaannya, dalam dunia kerja, permasalahan yang dihadapi memiliki
dampak real pada banyak hal. Hal ini membuat penulis merasa harus makin menghargai
proses 4 (empat) tahun yang dilalui di bangku kuliah, dimana perguruan tinggi dengan
segala mata kuliah dan organisasi kemahasiswaan di dalamnya adalah merupakan
laboratorium untuk bereksperimen dan ujian-ujian di dalamnya adalah simulasi
penyelesaian permasalahan nyata, dalam rangka untuk mengukur tingkat keberhasilan
kita dengan memilki kesempatan untuk mengevaluasi dan memperbaiki.
Dimana letak peran dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa, dan negara adalah
dengan pemahaman peran serta penulis dalam aktivitas dunia konstruksi dengan sudut
pandang bisnis. Dunia kerja, khususnya dunia konstruksi, adalah dunia bisnis dimana

profit menjadi orientasi utama perusahaan, disamping dampak lain yang timbul seperti
pembangunan yang kontinyu, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan perekenomian
dari bangunan/infrastruktur yang dibangun. Adanya bisnis dari BUMN ini dilatar
belakangi oleh motif ekonomi untuk mengumpulkan pemasukan bagi negara dan
membantu menggerakkan ekonomi
Teknik Sipil merupakan salah satu jurusan paling favorit dalam dunia pekerjaan. Hampir
semua sektor usaha membutuhkan keahlian ini karena tidak ada satu usaha pun yang
tidak membutuhkan ruang . Bahkan di beberapa perusahaan besar, dipimpin oleh orang
dengan latar belakang teknik sipil yang memimpin ribuan karyawan yang justru memiliki
keahlian dibidang usaha yang dipimpinnya. Hal ini menunjukkan kemampuan
mengembangkan diri dari pendidikan yang diperoleh selama ini.
Salah satu hal yang tidak kalah penting adalah keprofesian teknik sipil adalah salah satu
dari banyak cabang pekerjaan yang tidak dapat berdiri sendiri. Pemahaman menyeluruh
atas semua peran bidang keahlian dalam suatu pekerjaan merupakan salah satu modal
utama untuk belajar dan mengembangkan diri. Sebuah gedung bertingkat, tidak berdiri
hanya dengan keprofesian teknik sipil, melainkan dengan kerjasama dengan
keprofesian lain, seperti arsitek, teknik elektro, teknik mesin, teknik kimia, dsb, bahkan
ilmu manajemen dimana gedung tersebut dapat memiliki nilai guna dan nilai ekonomi.
PENUTUP
Masa produktif manusia dimana manusia beraktfitas dan memiliki tanggung jawab di
sebagian besar masa hidupnya adalah masa selepas bangku kuliah. Proses pendidikan
selama perguruan tinggi selama 4 (empat) tahun sangat singkat sebagai tempat
pembekalan diri menghadapi masyarakat dan kehidupan setelahnya. Akan tetapi, jika
proses pendidikan dan tujuannya kita sadari bersama, maka waktu tersebut sudah
cukup untuk mengoptimalkan pembelajaran dalam diri kita.
Menghadapi kompetisi global MEA, setiap mahasiswa tentunya dituntut harus semakin
cepat belajar, terampil, dan cakap bekerja. Persaingan global terhadap tenaga asing

sudah terjadi saat ini di beberapa sektor pembangunan sebagai konsekuensi dibukanya
peluang investasi asing yang luas. Peran Mahasiswa Teknik Sipil ITERA diharapkan
dapat menjadi pelopor dan penggerak utama pembangunan Indonesia dari sabangmerauke untuk mengokohkan ketahanan nasional kita dari persaingan global.

Anda mungkin juga menyukai