Anda di halaman 1dari 16

Sungguh saya telah berjumpa dengan beberapa kaum, mereka lebih

bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu mereka daripada kesungguhan


kalian untuk mendapatkan dinar dan dirham (Al-Hasan Basri)

Saudaraku, Waktu adalah salah satu diantara nikmat Allah yang paling berharga dan agung
bagi manusia. Cukup bagi kita kesaksian Al-Quran tentang betapa agungnya tentang
nikmat yang satu ini. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan tentang urgensi waktu,
ketinggian tingkatannya, dan juga pengaruhnya yang besar. Bahkan Allah telah bersumpah
dengan waktu dalam kitab-Nya yang mulia dan ayat-ayat-Nya yang luhur dalam konteks
yang berbeda-beda. Allah yang urusan-Nya yang begitu agung telah bersumpah dengan
waktu malam, siang, fajar, subuh, saat terbenamnya matahari, waktu dhuha, dan dengan
masa.

Hanya orang-orang hebat dan mendapatkan taufik dari Allah, yang mampu mengetahui
urgensi waktu lalu memanfaatkanya seoptimal mungkin. Dalam hadits, Dua nikmat yang
banyak manusia tertipu dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang (HR.
Bukhari). Banyak manusia tertipu didalam keduanya, itu artinya, orang yang mampu
memanfaatkan hanya sedikit. Kebanyakan manusia justru lalai dan tertipu dalam
memanfaatkannya.

Saudaraku, Allah memberikan kita setiap hari modal waktu kepada semua manusia di
muka bumi ini adalah sama, yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan, dan
seterusnya. Namun kenapa prestasi bisa berbeda? Dalam waktu yang sama, Mereka
mampu berbuat dan berkarya seperti berikut:

1. Rasulullah SAW : Dalam waktu 23 tahun bisa membangun peradaban


Islam yang tetap ada sampai sekarang. Ikut 80 peperangan dalam
tempo waktu kurang dari 10 tahun, santun terhadap fakir miskin,
menyayangi istri dan kerabat, dan yang luar biasa adalah beliau
seorang pemimpin umat yang bisa membagi waktu untuk umat dan
keluarga secara seimbang!
2. Zaid bin Tsabit RA : Sanggup menguasai bahasa Parsi hanya dalam
tempo waktu 2 bulan! Beliau dipercaya sebagai sekretaris Rasul dan
penghimpun ayat Quran dalam sebuah mushaf
3. Abu Hurairah : Masuk Islam usia 60 tahun. Namun ketika meninggal di
tahun 57 H, beliau meriwayatkan 5374 Hadits! (Subhanallah!)
4. Anas bin Malik : Pelayan Rasulullah SAW sejak usia 10 tahun, dan
bersama rasul 20 tahun. Meriwayatkan 2286 Hadits.
5. Abul Hasan bin Abi Jaradah (548 H) : Sepanjang hidupnya menulis
kitab-kitab penting sebanyak tiga lemari.
6. Abu Bakar Al-Anbari : Setiap pekan membaca sebanyak sepuluh ribu
lembar.
7. Syekh Ali At-Thantawi : Membaca 100-200 halaman setiap hari.
Kalkulasinya, berarti dengan umurnya yang 70 tahun, beliau sudah
membaca 5.040.000 halaman buku. Artikel yang telah dimuat di media
massa sebanyak tiga belas ribu halaman. Dan yang hilang lebih dari
itu.
8. Ibnu Jarir Ath-Thabari, beliau menulis tafsir Al-Quran sebanyak 3.000
lembar, menulis kitab Sejarah 3.000 lembar.Setiap harinya beliau
menulis sebanyak 40 lembar selama 40 tahun.Total karya Ibnu Jarir
358.000 lembar.
9. Ibnu Aqil menulis kitab yang paling spektakuler yaitu Kitab Al-Funun,
kitab yang memuat beragam ilmu, adz-Dzahabi mengomentari tentang
kitab ini, bahwa di dunia ini tidak ada karya tulis yang diciptakan
setara dengannya. Menurut Ibnu Rajab, sebagian orang mengatakan
bahwa jilidnya mencapai 800 jilid.
10. Al-Baqqilini tidak tidur hingga beliau menulis 35 lembar tulisan.
11. Ibnu Al Jauzi senantiasa menulis dalam seharinya setara 4 buah
buku tulis. Dengan waktu yang dimilikinya, beliau mampu
menghasilkan 2.000 jilid buku. Bekas rautan penanya Ibnul Jauzi dapat
digunakan untuk memanasi air yang dipakai untuk memandikan mayat
beliau, bahkan masih ada sisanya.
12. Iman An-Nawawi setiap harinya berlajar 12 mata pelajaran, dan
memberikan komentar dan catatan tentang pelajarannya tersebut.
Umur beliau singkat, wafat pada umur 45 tahun, namun karya beliu
sangat banyak dan masih dijadikan sumber rujukan oleh umat muslim
saat sekarang ini.
Masih banyak lagi contoh-contoh luar biasa lainnya. Kenapa tidak banyak orang yang bisa
menyamai mereka? Padahal waktu yang diberikan Allah kepada mereka sama dengan
waktu yang diberikan Allah pada hambaNya yang lain? Jawabannya adalah kecerdasan
manajemen waktu.

Saudaraku, bercermin kepada genarasi salafus shalih umat ini, dimana mereka telah
menorehkan contoh-contoh yang mengagumkan dalam memanfaatkan waktu, detik-detik
umur dan setiap hembusan nafas untuk amal kebajikan. Dengan mengetahui jalan hidup
orang-orang saleh dan kesungguhan mereka mereka dalam memanfaatkan detik-detik
umur mereka dalam ketaatan, memiliki pengaruh besar dihati seorang muslim, yaitu
pengaruh dalam menumbuhkan dan membangun gairah untuk memanfaatkan waktu dan
memaksimalkan deti-detik usia dalam perkara-perkara yang mendekatkannya kepada Allah.
Mari kita telusuri kisah indah dan uniknya mereka dalam memaksiamalkan waktu:

Para genarasi salafus shaleh umat ini sangat bersemangat untuk


menjaga waktu hingga dalam keaadaan sakit dan sakratul maut
Al Biruni, (362H440H), seorang ahli ilmu falak dan ilmu eksakta, ahli sejarah, dan
menguasai lima bahasa yaitu bahasa Arab, Suryani, Sanskerta, Persia dan India. Saat
detik-detik terakhir hidup beliau, tetap mempelajari masalah faraidh (waris). Lalu seorang
berkata kepada beliau, layakkah engkau bertanya dalam kondisi seperti ini? Beliau
menjawab, kalau aku meninggalkan dunia ini dalam kondisi mengetahui ilmu dalam
persoaalan ini, bukankah itu lebih baik dari pada aku hanya sekedar dapat
membayangkannya saja, tidak tahu ilmu tentangnya. Tidak lama setelah itu beliau wafat.

Ibrahim bin Jarrah berkata, Imam Abu Yusuf Al Qadli rahimahullah sakit. Saya
Menjeguknya. Dia dalam keadaan yang tidak sadarkan diri. Ketika tersadar, dia berkata
kepadaku, hai Ibrahim, bagaimana pendapatmu dalam masalah ini? Saya menjawab,
Dalam kondisi ini seperti ini? Dia menjawab, Tidak apa-apa, kita terus belajar. Mudah-
mudahan ada orang yang terselamatkan karenanya. Lalu aku pulang. Ketika aku baru
sampai di pintu rumah, aku mendengar tangisan. Ternyata ia telah wafat.

Syaikh Ibnu Taimiyah selalu menelaah dan memetapi pelajarannya saat beliau sakit atau
berpergian. Ibnu Qayyim berkata, Syaikh kami Ibnu Taimiyah pernah menuturkan
kepadaku, Ketika suatu saat aku terserang sakit, maka dokter mengatakan
kepadaku,Sesungguhnya kesibukan anda menelaah dan memperbincangkan ilmu justru
akan menambah parah penyakitmu. Maka saya katakan kepadanya, Saya tidak mampu
bersabar dalam hal itu. Saya ingin menyangkal teori yang engkau miliki. Bukankah jiwa
merasa senang dan gembira, maka tabiatnya semakin kuat dan bias mencegah datanya
sakit? Dokter itu pun menjawab, Benar. Lantas saya katakan, Sungguh jiwaku merasa
bahagia dengan ilmu, dan tabiatku semakin kuat dengannya. Maka, saya pun mendapatkan
ketenangan. Lalu dokter itu menmpali, Hal ini diluar model pengobatan kami.

Mempersingkat waktu makan, serta mengurangi makan agar tidak


selalu sering ke WC
Kesungguhan genarasi salafus shalih umat ini dalam memanfaatkan waktu sampai pada
tingkat bahwa mereka merasa sayang dengan waktu yang dipakai untuk makan, maka
mereka mempersingkat sebisa mungkin.

Dawud At-Thai rahimahullah memakan alfatit (roti yang dibasahi dengan air). Dia tidak
memakan roti kering (tanpa dibasahi). Pembantunya bertanya, Apakah anda tidak
berhasrat makan roti? Dawud menjawab, Saya mendapatkan waktu yang cukup untuk
membaca 50 ayat antara memakan roti kering dan basah. (Sifatus Shafwah, 3/92)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menceritakan kepada kita, Ibnu Aqil berkata, Aku
menyingkat semaksimal waktu-waktu makan, sehingga aku lebih memilih memakan kue
kering yang dicelup ke dalam air (dimakan sambil dibasahi) dari pada memakan roti kering,
karena selisih waktu mengunyahnya (waktu dalam mencelup kue dengan air lebih pendek
daripada waktu memakan roti keringi) bisa aku gunakan untuk membaca dan menulis suatu
faedah yang sebelumnya tidak aku ketahui. (Dia melakukan hal itu supaya bisa
memanfaatkan waktu lebih). (Dzailut Thabaqatil Hanabilah, Ibnu Rajab,1/177)
Asy-Syamsul Ashbahani, (674H749 H), seorang tokoh mahzab Syafii, pakar fiqih dan
tafsir. Apa yang diceritakan tentang beliau menunjukkan antusiasnya terhadap ilmu dan
pelitnya beliau untuk menyia-nyiakan waktu. Sebagian sahabatnya pernah menuturkan
bahwa beliau sangat mengindari makan yang banyak, yang tentunya akan butuh banyak
minum, dan selanjutnya butuh waktu masuk WC. Sehingga waktu pun banyak terbuang.
Lihatlah! bagaimana mahalnya waktu dalam pandangan imam yang mulia ini. Dan tidaklah
waktu itu mahal bagi beliau melainkan karena betapa sangat mahalnya ilmu tersebut.

Memanfaatkan waktu perjalanan dengan membaca buku, berzikir,


menuntut ilmu, bahkan menyampaikan hadist
Said bin Jabir berkata, Saya pernah bersama Ibnu Abbas berjalan disalah satu jalan di
Mekah malam hari. Dia mengajari saya beberapa hadis dan saya menulisnya diatas
kendaraan dan paginya saya menulisnya kembali diatas kertas. (Sunan Ad-Darimi, Imam
Ad-Darimi, 1/105)
Tentang Al-Fath bin Khaqan, beliau membawa kitab dalam kantong bajunya. Apabila beliau
bangun dari tempat duduknya untuk shalat atau buang air kecil atau untuk keperluan
lainnya, beliau membaca kitabnya hingga sampai ke tempat ingin dia tuju. Beliau juga
melakukan hal tersebut ketika kembali dari keperluanya. (Taqyiidul Ilm, Al Khatib Al-
Baghdadi)

Imam An-Nawawi tidak pernah menyia-nyiakan waktunya, baik di waktu siang atau pun
malam, kecuali menyibukkan dirinya dengan ilmu. Hingga ketika beliau berjalan di jalanan,
beliau mengulang-ngulang ilmu yang telah dihafalnya, atau membaca buku yang telah
ditelaahnya sambil berjalan. Beliau melakukan itu selama enam tahun. (Tadzkiratul Huffaz,
Adz-Dzahabi, 4/1472)

Ibnu Khayyath An-Nahwi, wafat tahun 320 H. Konon, beliau belajar di sepanjang waktu,
hingga saat beliau sedang berada di jalanan. Sehingga terkadang, beliau terjatuh ke
seleokan, atau tertabrak binatang. (Al-Hatstsu ala Thalabil Ilm wal ijtihad fi jamihi, Abu
Hilal Askari, hal. 77)

Memanfaatkan waktu-waktu makan, saat istirahat, bahkan saat di


Kamar kecil (WC) sekalipun untuk membaca atau mendengar ilmu
Ahmad bi Ali berkata kepada Abdur Rahman bin Abu Hatim Ar-Razi rahimahullah, Apa
penyebabnya Anda banyak mendengar hadis dari bapakmu? Dan Anda banyak bertanya
kepadanya? Dia menjawab, mungkin karena ketika dia makan, saya belajar hadis
kepadanya. Ketika berjalan, saya belajar kepadanya. Ketika dia buang hajat, saya belajar
kepadanya dan ketika dia masuk rumah untuk mencari sesuatu, saya belajar kepadanya.
(Siyar Alamin Nubala, Imam Adz-Dzahabi,13/50)
Simaklah cerita Ibnu Aqil Hambli rahimahullah tentang bagaimana ia menjaga waktunya,
Tidak halal bagiku untuk menyia-nyiakan sesaat saja dari umurku, sehingga apabila
lisanku telah lelah membaca dan berdiskusi, mataku telah lelah membaca, maka aku
menggunakan pikiran aku dalam keadaan beristirahat (berbaring di tempat tidur). Aku tidak
akan berdiri, kecuali telah terlintas di benakku apa yang akan aku tulis. Dan aku mendapi
kesungguhanku belajar ikmu dalam usia 80 tahun lebih kuat daripada apa yang kudapai
ketika aku berumur 20 tahun. (Al-Muntadzim fi Tarikhil Umam, Ibnu Jauzi, juz 9)
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, Telah memberitahukan kepadaku saudara Syaikh
kami, Abdur Rahman bin Abdul halim Bin Taimiyah dari ayahnya berkata, Adalah kakek
(yaitu Majdudin Bin Taimiyah) apabila ia masuk WC, dia berkata kepadaku, Bacalah buku
ini untukku, keraskanlah suaramu sehingga aku mendengarkannya. Maka Ibnu Rajab
mengomentari, Hal ini menunjukkan akan kuatnya antusias beliau terhadap ilmu, sekaligus
semangatnya untuk menggapainya, dan juga penjagaan beliau terhadap waktunya.
(Dzailuth Thabaqatil Hanabilah, Ibnu Rajab, 2/24)
Ibnu Nafis seorang ulama dan dokter terkemuka yang unggul, ia senantiasa menjaga setiap
waktunya dan kesempatannya guna menorehkan ide dan pemikirannya, justru disaat-saat
yang paling unik dan asing bagi yang lainnya. Beliau adalah pemuka dan orang yang
terkemuka dalam ilmu kedokteran, dan memiliki banyak karya dalam bidang kedokteran.
Diceritakan bahwa beliau mencatat sejumlah persoalan kedokteran disela-sela mandinya
yaitu mengenai denyut nadi. Beliau lahir di Damaskus tahun 610H, dan wafat di Kairo pada
tahun 687H. (Raudharul Jannat, Al-Khawanisari)
Melakukan dua aktivitas yang berbarengan sekaligus, untuk
mengoptimalkan waktu-waktu yang tersedia
Sungguh Ulama salaf sangat berhati-hati sekali menjaga waktunya, mereka tidak akan
membiarkan waktunya terbuang percuma dan berlalau sia-sia. Mereka cerdas dalam
melakukan optimalisasi waktu. Meraka mampu merangkum dua kegiatan sekaligus dalam
waktu yang berbarengan. Seperti yang telah disebutkan di atas, mereka berlajar sambil
jalan, mendengarkan ilmu ketika di WC, memecahkan persoalan yang rumit disela-sela
mandinya, membaca buku saat makan, berlajar disela-sela kesibukan dagang, memikirkan
ide dan gagasan ilmu disaat berbaring di atas kasur, dan masih banyak lagi contoh-contoh
yang mengagumkan tentang potret ulama salah dalam optimaliasisi waktu. Bahkan tetap
memanfaatkan waktu, ketika memenuhi kewajiban mengadiri undangan, menerima tamu.

Ibnu Jauzi tetap bekerja tanpa meninggalkan berbicara saat dikunjungi tamu. Beliau
menuturkan sendiri tentang bagaimana beliau memanfaatkan waktunya, Saat saya
menyadari bahwa waktu adalah sesuatu yang paling berharga, maka sudah menjadi
kewajiban memanfatkan waktu tersebut untuk berbuat kebajikan. Maka saya tidak
menyukai kebiasaan tersebut (maksudnya kebiasaan bertamu yang tidak membawa
manfaat yang banyak terjadi didalamnya obrolan tak tentu arah, duduk berlama-lama), dan
tidak suka berlama-lama dengan mereka, karena dua hal. Kalau saya menyalahkan
mereka, maka akan terjadi kekurangakraban karena tindakan itu berarti memutus pertalian
hati. Kalau saya mengikuti mereka, maka waktu terbuang sia-sia. Akhirnya saya berusaha
mengindari pertemuan sebisa mungkin. Kalau saya kalah, maka saya cukup berbicara
sedikit saja agar cepat berpisah. Kemudian saya sengaja menyiapkan berbagai pekerjaan
sambil terus berbicara pada saat berjumpa dengan mereka, agar waktu tak terbuang sia-
sia. Untuk menyiapkan pertemuan dengan mereka, saya sengaja memotong-motong
kertas, meraut pensil, mengikat buku-buku. Karena semua itu adalah aktivitas yang
memang harus dilakukan, tanpa harus berpikir dan berkosentrasi. Maka, semua pekerjaan
itu saya siapkan untuk saat pertemuan dengan mereka, agar waktu saya tidak terbuang
secara sia-sia. (Saidul Khatir, Ibnu Jauzi)

Imam Sulaim Ar-Razi, ia wafat pada tahun 447 H. Beliau amat militan dalam menjaga sifat
waranya. Beliau selalu melakukan introspeksi dalam soal waktu. Beliau tidak pernah
membiarkan waktu berlalu tanpa manfaat, dengan terus menulis, mengajar, membaca tau
menyalin ilmu dalam jumlah banyak. Abu faraj menuturkan, Al-mualli bin hasan pernah
menceritakan kepadaku bahwa ia melihat Sulaim Ar-Razi sedang memegang pena yang
matanya sudah habis. Ia memotong kayu diujung penanya, sambil bibirnya bergerak-gerak.
Al-Muamil akhirnya tahu, bahwa ia membaca sesuatu sambil memperbaiki penanya,
sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Yakni, saat kedua tangannya bekerja,
beliau menggerak-gerakkan bibirnya untuk berzikir, agar tidak ada waktu berlalu sia-sia,
tanpa melakukan ibadah kepada Allah. (Thabaqat Asy-Syafiiyah Al-Wustha, Tajuddin As-
Subki)

Ada ulama yang mensayatkan kepada orang yang mengundangnya ke acara walimahan
agar disediakan baginya tempat yang agak lapang, guna meletakkan bukunya, yang akan
beliau baca disela-sela mengadiri pesta tersebut. Kalau tidak ada, maka beliau lebih
memilih tidak mengadiri acara tersebut.
Mengurangi tidur, dan mengisi malamnya dengan menuntut ilmu dan
ibadah
Sebagian besar manusia waktu malamnya dimanfaatkan untuk tidur, jika pun tidak
digunakan untuk tidur, mereka menggunakannya bergadang untuk hal-hal yang sepele,
yang tidak membawa manfaat uyntuk dunia dan akhiratnya. Namun tidak bagi generasi
salafus shaleh umat ini mereka menyadari kemulian zaman, mereka tahu akan hakekat
waktu, waktu cepat berlalu, kalau berlalu tidak akan bisa kembali lagi. Mereka menyadari
bahwa umur itu singkat, waktu boleh sama tapi prestasi harus beda. Tidak ada jalan lain
bagi mereka selain mengurangi tidur mereka.

Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani tidak tidur malam kecuali sangat sedekit sekali. Beliau
adalah seorang imam ahli fikih, ahli ijtihad dan ahli hadis. Beliau lahir tahun 132H, dan
wafat 189H. Konon beliau sering tidak tidur malam. Beliau biasanya meletakkan beberapa
jenis buku disisinya. Bila bosan membaca satu buku, beliau akan menelaah yang lain.
Beliau menghilangkan rasa kantuk dengan air, sembari berujar, Sesungguhnya tidur
berasal dari panas. (Miftahus Saadah wa Misbahus Siyadah, I:23)

Gurunya Imam An-Nawawi berkata tentang Al-Hafizh Al-Mundziri, Saya belum pernah
melihat dan mendengar seorang pun yang paling bersungguh-sungguh dalam menyibukkan
diri dengan ilmu selain dirinya. Ia senantiasa sibuk di waktu malam dan siang hari. Saya
pernah berdampingan dengannya di sebuah madrasah di Kairo. Selama 12 tahun, rumahku
berada di atas rumahnya. Selama itu pula saya belum pernah bangun malam pada setiap
jammya, melainkan cahaya lampu senantiasa menyala di rumahnya, sedangkan ia hanyut
dalam ilmu. Bahkan ketika makan pun ia sibuk dengan ilmu. (Bustanul Arifin, Imam
Nawawi)

Imam An-Nawawi sorang imam yang terkemuka, Syaikhul Islam, dan banyak menghasilkan
karya tulis. Beliau datang ke Damaskus pada tahun 649H dan menetap disana yaitu di
Madrasah Ar-Rawahiyah. Beliau berkata tentang diri beliau, Saya menetap disana selama
dua tahun. Selama itu, saya nyaris tidak pernah tidur. Beliau berhasil menghafal kitab At-
Tanbih selama 4,5 bulan dan membaca seperempat kitab Al-Muhazzab dengan hafala.
(Tadzkiratul Huffaz, Adz-Dzahabi)

Inilah keadaan orang-orang shaleh dan kisah-kisah mereka, beginilah seharusnya kita
memanfaatkan setiap detik waktu kita. Lalu bagaimana dengan kita? Saudaraku, mereka
beruntung sementara engkau terlelap. Mereka meraih kemenangan, sementara engkau
meraih tangan kosong. Maka segera kita manfaatkan detik-detik umur kita, tekadkan dalam
hati bahwa hari ini kita akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, memandang
setiap kesempatan adalah penting. Mari persembahkan karya yang paling baik dan
bermanfat, di usia kita yang pendek ini.

Diselesaikan Magrib, 1 Muharram 1431H / 17 Desember 2009

Ahmad Bin Ismail Khan


ahmad16_ftua@yahoo.com
Bacaan Referensi:

1. Qimatuz Zaman indal Ulama, SyaikhAbdul Fatah.


2. Khams Wa Isyrun Wa Miah Li Hifdzil Waqti, Abul Qaqa Muhammad Bin
Shalih.
3. Beberapa artikel dari internet yang berhubungan dengan menjaga
waktu.
Oleh : Kurnia Muhamad Hudzaifah
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat
menasihati supaya menetapi kesabaran. {QS, Al Ashr :1}
Islam adalah agama universal. disebut demikian karena bersumber dari
Allah dan ajarannya pun mencakup segenap perihal kehidupan manusia.
Termasuk waktu. Membahas tentang waktu, Islam memiliki sistem tata
waktu yang berbeda dengan sistem tata waktu internasional (Greenwich
Meredian Time-GMT) yang kini telah diberlakukan di setiap negara.
Padahal, banyak ayat al-Quran dan Hadis yang secara implisit telah
memberikan penjelasan nyata akan hal ini. Namun demikian, banyak
umat Islam yang tidak menyadari hal ini serta tidak mampu menangkap
makna sesungguhnya dari ayat-ayat dan hadis tersebut.
Sehingga banyak dari mereka yang tidak menyadari bahwa Islam
memiliki sistem waktu yang jauh lebih baik dari penanggalan yang
gunakan saat ini.
Perlu diketahui bahwa Islam menganut dua
sistem almanak(penangggalan), yaitu gabungan
sistem almanak qomariyah (lunar calender system) dan
sistem almanak syamsiyah (solar calender system). Salah
satu nash yang mendasari sistem almanak ini yaitu,
Dia menyingsingkan pagi (dari gelap), dan Dia menjadikan malam
untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk
perhitungan waktu. Itulah ketentuan-Nya. (Qs. Al-Anam : 96).
Konsep waktu dalam Islam bisa segera terealisasi dengan baik. Sebab hal
ini sangat bernilai bagi kehidupan umat muslim.
Ketua Kelompok Keahlian Astronomi Institut Teknologi Bandung
(ITB) dan Peneliti Bosscha, Bandung, Dr Moedji Raharto, mengatakan
bahwa Islam selalu mengingatkan manusia untuk berdzikir. Berdzikir
ini ada adalah waktu.
Demikian pula shalat, ibadah haji, puasa, dan ibadah sunnah lainnya.
Semuanya ada waktu. Waktu yang digunakan tersebut syarat akan
makna ilmu pengetahuan. Sehingga mau atau tidak, harus mempelajari
tentang posisi, periode, dan siklus dari matahari dan bulan.
Hal ini memberikan petunjuk bahwa siklus yang teratur di alam semesta
ini menjadi indikator alat pengukur waktu. Perjalanan bulan
mengelilingi matahari dan bumi berputar mengelilingi matahari kerap
diibaratkan sebagai jam abadi.
Fenomena kedudukan matahari yang berubah setiap waktu serta
perbedaan siklus cuaca yang tidak sama antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya, membuktikan betapa besar dampak keberadaan jam
abadi tersebut.
Terutama bagi orang-orang yang hidup di kutub utara dan selatan yang
terkadang bisa merasakan hilangnya matahari serta mengalami cuaca
ekstrim, satunya dingin dan satunya panas sekali.
Berbeda dengan di Mekkah dan daerah lain yang selalu mengalami
fenomena yang normal, matahari terbit dan terbenam dengan teratur.
Dari keteraturan alam ini bisa mengambil sebuah nilai bahwa salah satu
manfaat dari eksistensi benda-benda langit itu adalah untuk
menentukan waktu-waktu ibadah. Bukan semata-mata untuk konsumsi
pikiran semata tapi juga difungsikan untuk berdzikir kepada Allah SWT.
Intinya diminta untuk bertasbih supaya manusia tidak sombong.
Fenomena yang ada itu adalah indikator bahwa Allah SWT adalah Zat
Yang Mahabesar atas ciptaan-Nya, dan manusia tidak memiliki
kewenangan apa-apa untuk mengurusnya.
Para ilmuwan dan cendekiawan sampai sekarang belum bisa
mendefinisikan waktu. hidup dalam ruang dan waktu. Sebagaimana Al-
Quran memberikan gambaran bahwa demi waktu akan merugi, yang
berarti apa yang diciptakan Allah ini pasti memiliki batas waktunya.
Jagat raya yang begitu megah, suatu saat, jika sudah sampai waktunya,
pasti akan hancur. Apa yang dibangun dan dimiliki suatu saat juga pasti
akan hancur.
Di dalam al-Quran, Allah banyak menyebutkan perihal waktu yang
bertujuan menyadarkan manusia untuk menyembah kepada-Nya.
Apalagi, hidup di dunia ini tantangannya sangat besar. Sangat mudah
untuk tergelincir oleh kesenangan duniawi yang banyak menyesatkan.
Meskipun kesenangan dunia ini sangatlah sedikit dibanding dengan
kesenangan di akhirat nanti.
Ada juga beberapa peringatan lain seperti, waktu ini relatif, waktu
pembentukan alam semesta, waktu beribadah, dan macam-macam
waktu lainnya. Waktu yang relatif tadi mungkin digambarkan ketika
sangkakala ditiupkan, di mana semua makhluk hidup akan dikagetkan
oleh mati. Itu dahsyatnya! Pernah melihat miniaturnya seperti gempa
bumi dan tsunami.
Proses kehancuran alam semesta dan masa kebangkitan di padang
mahsyar itu akan menjadi sebuah pertanggungjawaban manusia tentang
waktunya masing-masing.
Karena itu, sebelum terlambat kematian menjemput, marilah
memanfaatkan waktu yang tersisa dari umur ini untuk hal-hal yang
bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
Marilah perbanyak berbuat kebaikan, jangan menunda-nunda amal
kebaikan, karena belum tentu besok masih punya waktu untuk
melaksanakannya. tidak pernah tahu kapan ajal datang menjemput.
Dan alangkah sangat menyesalnya, apabila dalam hidup yang singkat ini,
lebih banyak dilewati dengan melakukan hal-hal yang akan disesali di
akhirat kelak. Karena waktu yang sudah lewat, tidak akan pernah bisa
kembali lagi. Akhirul Kallam. (L/P012/R2)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karena ilmu merupakan jalan menuju surga, maka ilmu mempunyai kedudukan yang
tinggi di dalam Islam. Karena itu orang-orang yang berilmu menempati kedudukan yang tinggi
disisi Allah swt, bahkan mendekati kedudukan para Nabi. Semua muslim diwajibkan menuntut
ilmu agar aqidahnya tidak tersesat, ibadahnya benar, dan perilakunya sesuai syariat.
Menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban bagi setiap orang Islam selama hayat masih
dikandung badan. Untuk menunjukkan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu untuk
menuntut ilmu. Sikap disiplin mutlak diperlukan dalam meraih cita-cita.
Dalam kehidupan seororang muslim, waktu merupakan karunia yang tidak bisa terbelih
dibandingkan harta dan yang lainnya. Mengoptimalkan waktu untuk ketaatan kepada Allah swt,
merupakan modal kemanfaatan kehidupan dunia dan akhirat sehingga mewujudkan keselamatan
bagi dirinya. Menyia-nyiakan waktu dengan membiarkannya berlalau tanpa makna, berarti
kesengsaraan dan kebinasaan bagi dirinya. Kita harus berusaha untuk memenafaatkan waktu
sebaik-baiknya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kandungan hadist tentang menuntut ilmu?
2. Bagaimana kandungan hadist tentang menghargai waktu?
3. Bagaimana penerapan kandungan hadist tentang menuntut ilmu dan menghargai waktu dalam
kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan hadist tentang menuntut ilmu
2. Untuk mengetahui kandungan hadist tentang menghargai waktu
3. Untuk mengetahui penerapan kandungan hadist tentang menuntut ilmu dan menghargai waktu
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anjuran menuntut ilmu
. :
Dari Muawiyah Bin Abu Sufyan, dia berkata : Rasulullah SAW berkata, Barang siapa
yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya niscaya Allah pahamkan dia dalam
agamanya. (HR. Muttafaq Alaih)
Yufaqqihhu : artinya memahamkannya. Al-Fiqh asalnya adalah pemahaman.
Dikatakan faqiha ar-rajulu dengan mengksrah artinya paham dan mengetahui. Dan faquha
yafquhu dengan mendhomah jika menjadi seorang yang faqih dan alim. Menurut urf(kebiasaan)
ialah khusus berkenaan dengan ilmu syariat dan dikhususkan dengan ilmu cabang darinya.
Hadits Riwayat Ibnu Abdil Bar[1]
:

Artinya :
Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : Tuntutlah ilmu walaupun di negeri
Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. Sesungguhnya para
malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela)
dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil Bar)
Hadits di atas menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi siapa saja sekalipun di
tempat yang jauh, dan malaikat turut senang dan hormat kepada mereka.
Islam sangat memperhatikan dan ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan
manusia bisa berkarya, berprestasi dan mampu tampil sebagai kholifah yaitu memakmurkan
bumi. Dengan ilmu, manusia mampu beribadah dengan sempurna. Contoh orang Islam
diwajibkan shalat, maka ia harus mengetahui ilmu-ilmu yang berhubungan dengan shalat, begitu
juga dengan puasa, zakat dan haji, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar. Ilmu itu
dibutuhkan dalam segala hal. [2]
: :
.
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, barang siapa yang
menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudhka baginya jalan menuju
surga.(HR. Muslim)
Abu Darda tinggal di Damaskus, lalu datang kepadanya seorang lelaki dari Madinah. Abu
Darda berkata kepadanya, apakah gerangan yang menyebabkan engkau datang kemari? lelaki
itu menjawab, tiadalah aku datang kemari melainkan karena suatu hadis yang pernah kudengar
darimu.selanjutnya Abu darda menceritakan hadis ini. Para malaikat yang dimaksud di dalam
hadis ini adalah yang telah disebutkan dalam hadis sebelumnya. Mereka berhenti dan
mengelilingi orang-orang yang sedang menuntut ilmu untuk memperoleh bagian dari rahmat
Allah yang diturunkan kepada mereka dan cahayanya.
Demikian itu mereka lakukan mereka rida terhadap perbuatan orang-orang yang sedang
menuntut ilmu dan sebagi penghormatan buatannya. Yang dimaksud dengan penuntut ilmu ialah
penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya. Makhluk yang dilangit, maksudnya ialah para
malaikat yang ada dilangit, mereka membaca tasbih seraya memuji Rabb mereka dan
memintakan ampunan buat orang-orang yang dibumi. Makhluk yang dibumi, maksudnya
manusia, jin dan hewan. Al-Hiitaan, ikan-ikan; permohonan ampun oleh semua makhluk yang
telah disebutkan buat orang yang alim, maksudnya mereka mendoakannya. Demikian itu karena
orang yang alim dengan bimbingan dengan petunjuknya kepada manusia menyebabkan ia
disukai Allah SWT.
Apabila Allah menyukainya, maka turut mencintainya pula semua malaikat dan
makhluknya dan apabila mereka mencintainya maka mereka pasti mendoakannya. Hal ini
ingsaAllah akan kami sebutkan dalam bab akhlak.
:: : :
.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, jika seorang anak adam
meninggal dunia, maka amal perbuatannya terputus kecuali tiga hal; sedekah jariyah, atau ilmu
yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim, Ibnu Majahdan dari
Ibnu khuzaimah dari sanad yang lain)
Anjuran untuk mempersiapkan bekal sebelum mati dengan amal-amal shalih. Amal-amal
shalih yang manfaatnya tetap berlanjut setelah orangnya meninggal dunia, maka pahalanya tetap
mengalir kepadanya. Anjuran agar melaksanakan amal kebaikan dengan cara wakaf, seperti
membangun masjid, madrasah, membuat sumur, Hatau menanam pohon. Semuanya itu
merupakan sedekah jariyah. Disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab yang
bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap berlangsung
sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu dan
sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orang-orang shalih.[3]
Manfaat menuntut ilmu
Menuntut ilmu diperintahkan dalam Islam. Hal ini membawa manfaat bagi orang yang
menuntutnya. Adapun manfaat menuntut ilmu antara lain sebagai berikut:
a. Orang yang mencari ilmu mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad dijalan Allah hal ini
berdasarkan hadis rasulullah:
: :

Dari Anas r.a rasulullah SAW bersabda, orang yang keluar mencari ilmu, maka ia
berada dijalan Allah hingga ia kembali kerumahnya. (HR. Tirmidzi)
b. Orang yang menuntut ilmu akan mendapat kebaikan yang berlipat ganda. Orang yang menuntut
ilmu diumpamakan lebih baik derajatnya dari pada orang yang melakukan sholat seratus rakaat.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw berikut,
: :
,
.
Dari abu Dzar, dai berkata: Rasulullah SAW bersabda, Wahai Abu Dzar, kamu
berangkat dipagi hari lalu mempelajari satu ayat dari kitabullah, lebih baik bagimu dari pada
kamu melakuka sholat seratus rokaat dan kamu berakat dipagi hari, lalu mengajarkan salah
sati bab dari ilmu, baik diamalkan atau tidak, lebih baik darimu dari pada kamu melakukan
sholat seratus rokaat. (HR. Ibnu Majah) dan sanadnya hasan. [4]
: :
. ,
Dari Ibnu Masud r.a. aku mendengan Rasulullah SAW bersabda, semoga Allah
memberikan keindahan kepada seseorang yang mendengar sesuatu dari kami, lalu ia
menyampaikanya sebagaimana yang ia dengar. Berapa banya orag yag disampaikan lebih
memahami dari yang mendengar. (HR. Abu Daud) serta dinilai Shahih oleh At-Tirmidzi dan
Ibnu Hibban dan lafadznya. Semoga Allah merahmati.
, : :
.
Dari Anas Bin Malik r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, menuntut ilmu
merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan orang yang memberikan ilmu kepada orang yang
bukan ahlinya seperti orang yang mengikatkan batu permata, mutiara dan emas pada
babi. (HR. Ibnu Majah)
: :
.
Dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata: Rasulullah bersabda, barang siapa yang ajal datang
menjemputnyasementara dia sedang menuntut ilmu, maka dia akan bertemu dengan Allah dan
tidak ada di antara dirinya dan para Nabi kecuali derajat kenabian.(HR. Ath-Thabrani)
didalam al-ausath.
: : ,
.
Dari Sahal Bin Muadz bin Anas dari bapaknya, bahwa Rasulullah SAW
bersabda,barang siapa yang engajarkan suatu ilmu, maka baginya pahala orang yang
mengamalkannya tanpa mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.(HR.
Ibnu Majah)
: :

Dari Abu Hurairah, dia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Dunia
adalah terlaknat dan terlaknat sesuatu yang ada didalamnya, kecuali berdzikir kepada Allah
dan yang mengikutunya, serta orang yag alim dan orang yang mau belajar. (HR. At-Tirmidzi)
dan dia menghasankan serta diriwayatkan ibnu majah.[5]
Keutamaan Menuntut Ilmu
Ilmu didahulukan sebelum amal
Ditunjukkan dan dimudahkan untuk meniti jalan mehuju surga
Merupakan tanda bahwa seseorang dikehendaki atasnya kebaikan oleh Allah
Malaikat membentangkan sayap-sayapnya karena ridho kepada penuntut ilmu
Dimintakan ampunan oleh seluruh penduduk langit dan bumi, bhakan ikan-ikan dilautan
Ulama (orang-orang yang ber ilmu) adalah pewari para nabi
Para nabi hanya mewariskan ilmu tiada yang lain
Barang siapa yang mengambil ilmu berarti ia telah mengambil bagian yang banyak.[6]
B. Hadits tentang menghargai waktu
: :

:Artinya
Dari ibnu Abas r.a. berkata rasulullah saw, bersabda: memanfaatkan lima keadaan sebelum
datangnya lima; masa hidup sebelum datang matimu, masa sehatmu sebelum sakitmu, masa
luangmu sebelum masa sibukmu, masa muda sebelum masa tuamu dan masa kayamu sebelum
masa fakirmu
Penjelasan Hadis:
Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu masa muda hendaklah
dipergunakan sebaik-baiknya untuk mencapai kebaikan, kesuksesan, dan keberhasilan, karena
masa mudalah kita mempunyai ambisi, keinginan dan cita-cita yang ingin kita raih, bukan berarti
masa tua menghalangi kita untuk tetap berusaha mencapai keinginan kita, tapi tentulah usaha
masa tua akan berbeda halnya dengan usaha saat kita masih muda. Maka dari itu masa muda
hendaklah diisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat hingga tidak menyesal di kemudian
hari.
Pergunakan masa luangmu sebelum datang masa sibukmu. Disini kita dianjurkan untuk
menghargai waktu, agar bisa diisi dengan hal-hal yang bermanfaaat baik untuk diri sendiri
maupun orang lain. Misalnya, menengok saudara ketika ada kesempatan sebelum kesibukan
menghampiri kita, hingga tidak sempat lagi untuk sekedar mengunjungi kerabat, atau segera
menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, sebelum datang pekerjaan yang lain, agar tidak
bertumpuk terus dan justru mebuat kita semakina malas.
Pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Sehat adalah sebuah
Anugerah, lihatlah ke Rumah Sakit, berapa banyak orang harus tertahan aktifitasnya karena
sakit. Berapa banyak biaya yang harus di keluarkan untuk mendapatkan kesembuhannya. Hal ini
juga anjuran agar kita senantiasa waspada pada segala kemungkinan yang sifatnya diluar prediksi
manusia, seperti halnya sakit. Sakit disini bukan sebatas sakit jasmani, tapi juga sakit rohani.
Maka ketika
kita sehat jasmani-rohani, hendaknya kita senantiasa mempergunakannya untuk hal-hal yang
bermanfaat tanpa mengulur-ngulur waktu. Ingatlah bahwa sehat adalah modal yang paling
berharga.
Pergunakanlah waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu. Tidak terlalu jauh
berbeda dari penjelasan di atas, ketika kekayaan ada pada kita, baik itu berupa materi atau
lainnya, maka hendaknya kita memanfaatkannya sebaik-baiknya, jangan menghambur-
hamburkan. Pergunakan untuk kemaslahatan, sodaqoh , zakat infaknya jangan ketinggalan. Dan
Jadikan kekayaan kita sebagai faktor pendorong sekaligus pelancar kita dalam beribadah kepada
Alloh.
Pergunakan hidupmu sebelum datang matimu yang terakhir ini merupakan cakupan dari
empat hal diatas. Ketika kita diberi kehidupan maka hidup yang diberikan pada kita itu
sebenarnya merupakan kesempatan yang tiada duanya. Karena kesempatan hidup tidak akan
datang untuk kedua kalinya. Kehidupan harus dijalani sesuai tuntutan kemaslahatannya. Lima
hal itu merupakan inti misi dan visi hidup manusia, karena kunci kesuksesan itu terletak pada
bagaimana kita mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya.[7]
Pada akhir hadis itu dijelaskan, gunakanlah waktu sehatmu untuk menghadapi waktu
sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi waktu kematian. Ketika sehat, kita mampu
melakukan berbagai aktivitas. Kesehatan harus kita manfaatkan. Jika sudah jatuh sakit, biasanya
baru kita menyesalinya. Ketika masih diberi hidup oleh Allah swt, mari kita gunakan untuk
memperbanyak ibadah. Apabila kematian sudah datang, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan.
Dalam al quran juga disebutkan dalam Surah Al-Ashr
y9$#ur b) z`|SM}$# "s9 Az w) t%!
$#(#qZtB#u (#q=Jtur Mys=9$# (#q|#uqs?ur
d,ys9$$/ (#q|#uqs?ur 99$$/
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. ( QS Al Ashr :1)
Manusia dan keturunannya itu pasti merugi dalam amal perbuatan mereka, kecuali orang-
orang yang meyakini keberadaan Allah dan keesaan-Nya secara benar. Mereka juga meyakini
kitab-kitab yang Allah turunkan kepada para Rasul mulia. Mereka kemudian melaksanakan amal
saleh yang diridhai Allah. Selain itu, diantara mereka saling berwasiat dengan kesabaran untuk
tidak bermaksiat (yang dirasa ringan oleh jiwa yang lemah) dan kesabaran untuk melaksanakan
ketaatan (yang dirasa berat dalam melaksanakannya oleh jiwa yang kuat). Mereka itu adalah
orang-orang yang beruntung dan menang.[8]
Al-Quran mengaitkan dengan sangat erat antara waktu dan kerja keras, antara lai,
melalui surah Al-ashr. Disisi lain istilah-istilah yang digunakannya untuk menunjuk waktu
(masa) mengandung makna-makna yang sangat mendalam dalam memantapkan budaya kerja
yang didambakannya.
Paling tidak ada empat kata yang digunakannya untuk menunjuk pada waktu. Pertama,
ashr. Kata ini biasa diartikan dengan waktu menjelang terbenamnya matahari, dan diartkan
pula sebagai masa secara mutlak. Kata ashr sendiri bermakna perasaan, seakan-akan masa
harus digunakan untuk memeras pikiran dan keringat, dan hal ini hendaknya dilakukan kapan
saja dan sepanjag masa.
Waqt (waktu), digunakan dalam arti batas akhir kesempatan atau peluang untuk
menyelesaikan suatu peristiwa oleh karena itu, sering kali Al-Quran menggunakannya dalam
konteks kadar tertentu dari satu masa. Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban atas orang-
orang mukmin yang tertentu waktu-waktunya (QS Al-Nisa 4 :103)
Kata ini memberi kesan keharusan adanya pembagian teknis tentang masa yang dialami
(seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya), di samping keharusan
adanya penyelesaian sesuatu dalam bagian-bagian tersebut, dan tidak membiyarkannya berlalu
hampa. Rezeki yang tidak diperoleh hari ini, masih dapat diharapkan perolehannya lebih banyak
esok hari, tetapi waktu yang berlalu hari ini, tidak mungkin kembali esok.
Apabila ada dua alternative untuk melakukan satu diantara dua perkerjaan yang sama dan
memiliki nilai yang sama pula, maka hendaknya dipilih pekerjaan yang memakan waktu lebih
singkat. Ketika Nabi Sulaiman a.s. bermaksud mendatangkan singgasana Ratu Bilqis dan
menanyakan siapa yang mampu untuk itu, seorang jin jenius berkata, Aku mampu
mendatangkannya sebelum engkau beranjak dari tempat dudukmu, dan seorang manusia yang
diberi ilmu oleh Allah swt. berkata, Aku mampu menghadirkan singgasana itu sebelum tuan
mengejapkan mata. Tentu saja tawaran terakhir inilah yang terpilih (QS. An-Naml 27: 38-40).
Disisi lain, apabila ada perkerjaan yang mengandung niali tambah dan dapat diselesaikan dalam
waktu yang sama tanpa nilai tambah, maka pilihlah pekerjaan yang memiliki nilai tambah.
Karena itu, sholat jamaah jauh lebih dianjurkan dari pada sholat sendirian, karena waktu yang
digunakan untuk kedua sholat sama atau tidak jauh berbeda, tetapi nilai tambah.[9]
C. Penerapan Kandungan Hadis Tentang Menuntut Ilmu Dan Menghargai Waktu Dalam
Kehidupan Sehari-Hari.
Penerapan kandungan hadis menuntut ilmu dan menghargai waktu dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain:
1. Memanfaatkan masa muda untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, baik secara formal
maupun non formal;
2. Menampakkan kesungguhan dalam belajar, baik ketika berada di dalam maupun di luar sekolah
3. Lebih mengutamakan penguasaan ilmu daripada memikirkan harta
4. Rela mengeluarkan biaya demi tercapainya suatu ilmu
5. Rajin menghadiri majelis ilmu
6. Rajin memanfaatkan waktu-waktu longgarnya untuk membaca buku-buku ilmu pengetahuan
7. Menyetujui dan mendukung setiap usaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
8. Gemar bergaul dengan orang-orang yang lebih pandai dan saleh serta mengurangi bergaul
dengan orang-orang yang tidak berilmu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Dengan mununtut ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal kita di akherat. Dunia bagaikan
ladang. Yang hasilnya akan kita petik di akherat kelak.disunahkan mengajarkan ilmu dan
menyusun kitab-kitab yang bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi (yang bermanfaat) yang
pahalanya tetap berlangsung sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari
mereka perkara yang fardhu dan sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orang-
orang shalih.
b. Kita tidak boleh zhalim terhadap diri sendiri dengan menyia-nyiakan waktu, usia dan kehidupan
kita. Jangan sampai kita salah langkah dalam menghabiskan usia. Jangan sampai kita lebih suka
bersenang-senag dan bermalas-malasan, melalaikan sesuatu yang lebih mulia dan berharga.
Setiap kali usaha bertambah, tanggung jawab setiap kita juga bertambah. Hubungan dan relasi
bertambah, waktu berkurang dan kekuatan melemah. Waktu yang kita miliki di usia tua menjadi
semakin sempit, tubuh melemah dan kesehatan berkurang. Ketika kita mulai tidak berdaya
kesibukan yang dimiliki semakin bertambah.
c. Dalam penerapan menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling berkaitan seharusnya waktu
luang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti setiap waktu luang digunakan untuk
mengkaji pengetahuan, digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat demi
kepentingan bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang mempunyai ilmu maka harus
mengamalkan ilmunya kepada orang yang masih kurang pengathuannya maka bila ilmu semakin
sering di manfaatkan akan bertambah pula pengetahuan yang di peroleh.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Asqolani Ibnu Hajar, 2006, Ringkasan Targhib wa Tarhib. Jakarta: pustaka Azam
Asy-Syuhud Syaikh Ali bin Nayif. 2009, Shahih Fadhilah Amal. Solo: PT Aqwam
Fatoni4ever.blogspot.com/2012/02/makalah-kandungan-hadis-tentang.html
http://ahan-kzk.blogspot.com201112materi-pendd-hadits.html
Muhaimin, Quran Hadist untuk Kls IX MTs, Bandung: Grafindo media pratama, 2008. Hal:66
Shihab M. Quraish. 2007, Secercah Cahaya Ilahi HIdup bersama Al-Quran. Bandung : PT
Mizan Putaka.
Wadud Abdul.,dkk. 2000. Quran Hadits Madrasah Tsanawiyah Kelas 3. Semarang:PT.Karya
Toha Putra. h. 27

Anda mungkin juga menyukai