HEMOTORAKS MASIF
RSUD SUNGAILIAT
Pembimbing:
dr.Zulkarnain, Sp.B
Oleh:
dr. Clarissa Elysia
2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada teman pasien tanggal 18 Desember
2016 pukul 00.05 WIB di IGD
Keluhan Utama:
Os rujukan medika stania setelah terjatuh dari ketinggian 3,5 meter
Primary Survey:
A : CLEAR
B : sesak, RR 38x/menit terpasang NRM 10 lpm, SpO2 98%
PF thorax
I : trakea di tengah, dada asimetris, sebelah kiri lebih cembung, gerakan saat
pernafasan tertinggal.
P : stem fremitus kiri < kanan, nyeri tekan di sela iga 5 kiri
P : dada sebelah kiri redup, sebelah kanan sonor.
A : suara nafas vesikuler menurun sebelah kiri
C : TD : 60/palpasi, N = 75x/menit, filiformis telah dipasang IV line 1 jalur di
medika stania, dimasukkan 4 RL kolf. Terpasang DC tidak ada urine dalam 3 jam
terakhir.
Pasang IV line 2 jalur loading RL 2 kolf TD 80/50, N = 124x/menit
D : GCS = E4M6V5
E : jaga kehangatan
Secondary survey:
Mata : CA (+/+)
Abdomen :
I = datar, jejas di kuadran kiri atas, defans muskular (-)
A = BU (+)
P = timpani di keempat kuadran
P = nyeri tekan di kuadran kiri atas
Ekstremitas : akral dingin
Alergi : tidak ada
Medikasi : tidak ada pengobatan rutin, atau sedang konsumsi obat
Past illness : tidak ada
Last meal : tidak diketahui
Event : os seorang tukang bangunan, jatuh dari atap kira-kira 3,5 meter dengan posisi
jatuh badan sebelah kiri terkena dasar tanah.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
18 Desember 2016
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan 3 1-3 menit
Waktu Pembekuan 7 5-7 menit
4. DIAGNOSIS
Diagnosis pre-operatif : Hemothorax massif sinistra
Diagnosis post-operatif : Hemothorax massif sinistra + fraktur costae sinistra
5. TATALAKSANA
Konsul Sp.B lakukan tapping untuk diagnostik.
Tapping dilakukan menggunakan spuit 10 cc di sela iga 5 linea axillaris anterior darah
(+)
Pemasangan WSD CITO di ruang OK pada linea axilaris anterior ICS 6 keluar darah
6 kolf = 1500 mL indikasi torakotomi CITO (Mattox Trauma 6th ed)
Rawat ICU
Rontgen Thorax AP pasca operasi
Inj. Imipenem 2x1
Inj. Ondansentron 3x1
Inj. Bisolvon 3x1
Pemeriksaan Rontgen Thoraks tanggal 19 Desember 2016
Foto toraks PA
Cor : tidak membesar
Sinus dan diafragma normal
Pulmo :
Hili kabur
Corakan bronkovaskuler bertambah
Tidak tampak bercak lunak
Tampak ujung selang WSD setinggi costa 6 posterior kiri
Soft tissue tampak bayangan lusen pada soft tissue dinding toraks lateral kiri
Kesan :
Tidak tampak gambaran pneumonia
Tidak tampak kardiomegali
Emfisema subcutis
6. PERJALANAN PENYAKIT
Hari Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi
ke-
1 18/12/16 Os rujukan medika stania, jatuh dari Tapping utk diagnostic
IGD ketinggian 3,5 m darah
TD : 80/50 mmHg Pemasangan WSD cito
N : 124 x/m keluar darah 1500 mL
RR : 30x/m Indikasi torakotomi cito
Evakuasi darah dan
Kesadaran : CM pemasangan ORIF pada
PF thorax : costae yg patah
Os masuk ICU
I : trakea di tengah, dada asimetris,
Ro Thorax PA post
sebelah kiri lebih cembung, gerakan saat thorakotomi
pernafasan tertinggal.
P : stem fremitus kiri < kanan, nyeri
tekan di sela iga 5 kiri
P : dada sebelah kiri redup, sebelah
kanan sonor.
A : suara nafas vesikuler menurun
sebelah kiri
Pk. 23.45
Sudah dilakukan
laparotomy dlm anestesi
umum
Dx/ Stomach Injury Grade
II
Hb = 9,9
Ht = 29
Hb = 10,2
7 24/12/16 S : sesak, batuk, nyeri saat menarik Clam chest tube Ro
Merpati nafas dalem thorax
O : KU TSS, Kes CM -Kocor NaCl 0,9% 500 ml
TD : 120/80 -Diet cair 350 ml/6 jam
N : 82 -minum air putih 300 ml/6
S : 36,2 Pk 14.05 S : 39 jam
Cor : BJ I/II reg Via NGT
Pulmo : SNV +/, Rh -/+
A : Post Laparatomi e.c. perforasi gaster
H+3, Post Thoracotomy H+6
8 25/12/16 S : BAB (+), flatus (+) -Aff NGT
TD : 130/80 -Diet cair 350 ml/6 jam
N : 80 x/mnt -minum air putih 300 ml/6
S : 36,9 jam
A : Post Laparatomi e.c. perforasi gaster -Inj. Paracetamol 2x1 flash
H+4, Post Thoracotomy H+7 -Inj. Imipenem 2x1
-Inj. Bisolvon 3x1
-Inj. Metoclopramide 3x1
-Inj. Ranitidine 2x1
-Pronalgess sup 2x1
-Inj. Gentamycin 2x1 amp
-Inj. Zyfort 1x1
-Inj. Tramadol 3x1 drip dlm
100 NaCl 0,9%
9 26/12/16 TD : 120/80 Ro thorax :
N : 80 x/mnt Efusi pleura kiri, terpasang
S : 36,5 WSD
A : Post Laparatomi e.c. perforasi gaster Fraktur comminutive
H+5, Post Thoracotomy H+8 clavicula kiri 1/3 tengah
-stop IVFD
-channa 500 mg 3x1
-Bisolvon 3x1 C
-Dexketoprofen 3x1
-Levofloxacin 2x1
-Metronidazol 3x1
-Sanmol 3x1
7. DISKUSI
HEMOTORAKS
Definisi
Hematotoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma
tumpul atau tembus pada dada. Hematotoraks biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab
lainnya adalah pecahnya pembuluh darah atau kebocoran aneurisma aorta yang kemudian
mengalirkan darahnya ke rongga pleura.
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya
perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Hematotoraks akut yang
cukup banyak sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar.
Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada sebanyak 1.500 ml,
atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jam untuk 2 sampai 4 jam, atau jika
membutuhkan transfusi darah terus menerus, eksplorasi bedah harus dipertimbangkan.
Etiologi
- Trauma tumpul.
- Patologi abdomen.
Hemotoraks massif lebih sering disebabkan oleh luka tembus yang merusak pembuluh darah
sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru.
Patofisiologi
Hemotoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura (antara pleura viseralis dan pleura
parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada dada, yang
mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian dalam atau selaput
pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah mengalir ke dalam rongga pleura,
yang akan menyebabkan penekanan pada paru.
Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna. Rongga
hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat
(kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif
yang terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.
Pendarahan di dalam rongga pleura dapat terjadi dengan hampir semua gangguan dari jaringan
dada di dinding dan pleura atau struktur intrathoracic. Respon fisiologis terhadap perkembangan
hemothorax diwujudkan dalam 2 area utama: hemodinamik dan pernafasan. Tingkat respon
hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan kehilangan darah.
Perubahan hemodinamik bervariasi tergantung pada jumlah perdarahan dan kecepatan kehilangan
darah. Kehilangan darah hingga 750 mL pada seorang pria 70-kg seharusnya tidak menyebabkan
perubahan hemodinamik yang signifikan. Hilangnya 750-1500 mL pada individu yang sama akan
menyebabkan gejala awal syok (yaitu, takikardia, takipnea, dan penurunan tekanan darah).
Tanda-tanda signifikan dari shock dengan tanda-tanda perfusi yang buruk terjadi dengan
hilangnya volume darah 30% atau lebih (1500-2000 mL). Karena rongga pleura seorang pria 70-
kg dapat menampung 4 atau lebih liter darah, perdarahan dapat terjadi tanpa bukti eksternal dari
kehilangan darah.
Efek pendesakan dari akumulasi besar darah dalam rongga pleura dapat menghambat gerakan
pernapasan normal. Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi dan oksigenasi bisa terjadi, terutama
jika berhubungan dengan luka pada dinding dada. Sebuah kumpulan yang cukup besar darah
menyebabkan pasien mengalami dyspnea dan dapat menghasilkan temuan klinis takipnea.
Volume darah yang diperlukan untuk memproduksi gejala pada individu tertentu bervariasi
tergantung pada sejumlah faktor, termasuk organ cedera, tingkat keparahan cedera, dan cadangan
paru dan jantung yang mendasari.
Dispnea adalah gejala yang umum dalam kasus hemothorax. Kehilangan darah dalam kasus
tersebut tidak akut untuk menghasilkan respon hemodinamik terlihat, dan dispnea sering menjadi
keluhan utama.
Lisis sel darah merah menghasilkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura dan
peningkatan tekanan osmotik dalam rongga pleura. Tekanan osmotik tinggi intrapleural
menghasilkan gradien osmotik antara ruang pleura dan jaringan sekitarnya yang menyebabkan
transudasi cairan ke dalam rongga pleura. Dengan cara ini, sebuah hemothorax kecil dan tanpa
gejala dapat berkembang menjadi besar dan gejala efusi pleura berdarah.
Dua keadaan patologis yang berhubungan dengan tahap selanjutnya dari hemothorax adalah
empiema dan fibrothorax. Empiema hasil dari kontaminasi bakteri pada hemothorax. Jika tidak
terdeteksi atau tidak ditangani dengan benar, hal ini dapat mengakibatkan syok bakteremia dan
sepsis.
Fibrothorax terjadi ketika deposisi fibrin berkembang dalam hemothorax yang terorganisir dan
melingkupi baik parietal dan permukaan pleura viseral. Proses adhesive ini menyebabkan paru-
paru tetap pada posisinya dan mencegah dari berkembang sepenuhnya.
Klasifikasi
Pada orang dewasa secara teoritis hematothoraks dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
a. Hematothoraks ringan
b. Hematothoraks sedang
c. Hematothoraks berat
Gejala klinis
Hemothoraks tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di dinding dada. Luka di
pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok
hipovolemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien
menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan
peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah
jantung (Hudak & Gallo, 1997).
Respon tubuh degan adanya hemothoraks dimanifestasikan dalam 2 area mayor:
a. Respon hemodinamik
Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Tanda-tanda shock
seperti takikardi, takipnea, dan nadi yang lemah dapat muncul pada pasien yang kehilangan 30%
atau lebih volume darah
b. Respon respiratori
Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas. Pada kasus trauma, dapat
terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya jika terdapat injuri pada dinding dada.
Akumulasi darah dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan dispnea.
(Mancini, 2011)
Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan hilangnnya darah.
Perdarahan hingga 750 mL biasanya belum mengakibatkan perubahan hemodinamik. Perdarahan
750-1500 mL akan menyebabkan gejala gejala awal syok (takikardi, takipneu, TD turun).
Adapun tanda dan gejala adanya hemotoraks dapat bersifat simptomatik namun dapat juga
asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien dengan hemothoraks yang sangat minimal
sedangkan kebanyakan pasien akan menunjukan gejala, diantaranya:
Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada
Tanda-tanda syok, seperti hipotensi, nadi cepat dan lemah, pucat, dan akral dingin
- Kehilangan darah volume darah Cardiac output TD
- Kehilangan banyak darah vasokonstriksi perifer pewarnaan kulit oleh darah berkurang
Tachycardia
- Kehilangan darah volume darah Cardiac output hipoksia kompensasi tubuh takikardia
Dyspnea
-Adanya darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura pengembangan paru terhambat
pertukaran udara tidak adekuat sesak napas.
- Darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura pengembangan paru terhambat pertukaran
udara tidak adekuat kompensasi tubuh takipneu dan peningkatan usaha bernapas sesak napas.
Hypoxemia
- Hemotoraks paru sulit mengembang kerja paru terganggu kadar O2 dalam darah
Takipneu
- Akumulasi darah pada pleura hambatan pernapasan reaksi tubuh meningkatkan usaha napas
takipneu.
- Kehilangan darah volume darah Cardiac output hipoksia kompensasi tubuh takipneu.
Anemia
- Akumulasi darah yang banyak menekan struktur sekitar mendorong trakea ke arah kontralateral.
- Suara napas adalah suara yang terdenger akibat udara yang keluar dan masuk paru saat
bernapas. Adanya darah dalam rongga pleura pertukaran udara tidak berjalan baik suara napas
berkurang atau hilang.
- Akumulasi darah pada rongga pleura suara pekak saat diperkusi (Suara pekak timbul akibat
carian atau massa padat).
Adanya krepitasi saat palpasi.
Diagnosa
Penegakkan diagnosis hemothoraks berdasarkan pada data yang diperoleh dari anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa didapatkan penderita hemothoraks
mengeluh nyeri dada dan sesak napas. Juga bisa didapatkan keterangan bahwa penderita
sebelumnya mengalami kecelakaan pada dada. Pada pemeriksaan fisik dari inspeksi biasanya
tidak tampak kelainan, mungkin didapatkan gerakan napas tertinggal atau adanya pucat karena
perdarahan. Pada perkusi didapatkan pekak dengan batas tidak jelas, sedangkan pada auskultasi
didapatkan bunyi napas menurun atau bahkan menghilang.
Pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks jarang dilakukan bila sudah jelas terlihat dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tatalaksana
Tujuan utama terapi dari hemothoraks adalah untuk menstabilkan hemodinamik pasien,
menghentikan perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari rongga pleura. Langkah
pertama untuk menstabilkan hemodinamik adalah dengan resusitasi seperti diberikan oksigenasi,
cairan infus, transfusi darah, dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik.
Langkah selanjutnya untuk penatalaksanaan pasien dengan hemothoraks adalah mengeluarkan
darah dari rongga pleura yang dapat dilakukan dengan cara:
Chest tube (Tube thoracostomy drainage) : merupakan terapi utama untuk pasien dengan
hemothoraks. Insersi chest tube melalui dinding dada untuk drainase darah dan udara.
Pemasangannya selama beberapa hari untuk mengembangkan paru ke ukuran normal.
Disinfeksi daerah yang akan dipasang chest tube dengan menggunakan alkohol atau povidin
iodine pada ICS V Anterior Axillary Line
Pasang curved hemostat diikuti pemasangan tube dan selanjutnya dihubungkan dengan
WSD (Water Sealed Drainage)
(Mattox Trauma 6th ed, Chapter 25, Indications for and Techniques for Thoracotomy, page
519)
(
Mattox Trauma 6th ed, Chapter 25, Indications for and Techniques for Thoracotomy, page
517)
Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
a. Kegagalan pernafasan (Paru-paru kolaps sehingga terjadi gagal napas dan meninggal).
c. Pneumothorax.
d. Pneumonia.
e. Septisemia.
f. Syok.
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar di dasar
toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada
berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga menempatkan
pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kematian.
Prognosis
Prognosis berdasarkan pada penyebab dari hemothoraks dan seberapa cepat penanganan
diberikan. Apabila penanganan tidak dilakukan segera maka kondisi pasien dapat bertambah
buruk karena akan terjadi akumulasi darah di rongga thoraks yang menyebabkan paru-paru
kolaps dan mendorong mediastinum serta trakea ke sisi yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA