Anda di halaman 1dari 10

Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma

Wanita Lebo Sidoarjo

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

PELATIHAN MENGGOSOK GIGI UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BINA DIRI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB
DHARMA WANITA LEBO SIDOARJO

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
ADELIA ARUM AGUSTININGSIH
NIM: 12010044234

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2016

1
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

PELATIHAN MENGGOSOK GIGI UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BINA DIRI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB
DHARMA WANITA LEBO SIDOARJO

Adelia Arum Agustiningsih dan Idris Ahmad


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) adeliaagustiningsih0708@gmail.com

ABSTRACT

Mid mentally retardation children were one of the special need children who had limitedness in doing
daily activity in keeping self hygiene, one of them was enhancing self guide ability to mid mentally retardation
children.
This research purpose was to obtain the description of self guide ability of mid mentally retardation
children who had undergone brushing teeth training in SLB Dharma Wanita Lebo Sidoarjo. This research was
quantitative with pre-experiment i.e. one group pretest posttest design, with six subjects of mid mentally
retardation children. The data analysis used statistic non parametric with wilcoxon test.
The research result indicated that there was enhancement of self guide ability through brushing teeth
training to mid mentally retardation children in SLB Dharma Wanita Lebo Sidoarjo, it was suitable with the
average value of pre-test i.e. 44,41 and the average value of post-test was 63,01. From the result of data analysis
it could be concluded that the counting number of Z = 2,20. This number was then compared with critic value
5% Z table was 1,96. This proved that the value of Z counted > 1,96 which meant that Ha was accepted and
Ho was refused. It meant brushing teeth training was effective in enhancing self guide ability to mid mentally
retardation children in SLB Dharma Wanita Lebo Sidoarjo.

Keywords: Self guide ability, brushing teeth, mid mentally retardation

Pendahuluan anak. Salah satu yang banyak terjadi di


Anak merupakan individu yang masyarakat adalah kelahiran anak-anak
memiliki kebutuhan tumbuh kembang yang yang mengalami retardasi mental (Somantri,
berbeda mulai dari dalam kandungan 2006:105).
sampai masa remaja (Cahyaningsih, 2011:1). Anak tunagrahita sedang adalah mereka
Tumbuh kembang merupakan yang kecerdasannya jelas berada di bawah
kematangan anak dalam bentuk fisik rata-rata dan digolongkan sebagai anak
maupun kemampuan atau skill. Faktor mampu latih. Pada anak tunagrahita sedang
genetik, lingkungan dan perilaku akan mereka memiliki IQ 51-36 pada skala binet
membentuk sikap ciri yang berbeda pada dengan keterbatasan yang ada dan daya
setiap anak. Anak dalam masa tumbuh kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita
kembang akan memiliki aktivitas yang lebih sedang, menimbulkan munculnya berbagai
tinggi, hal ini menimbulkan kemungkinan masalah. Salah satunya yakni masalah
tinggi terjadinya kelelahan atau kecelakaan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
yang menimbulkan gangguan seperti merawat diri sendiri. (Somantri,
perkembangan. Muchtar, (dalam Fadhli, 2006:107).
2010:10). Menurut Somantri (2006:38)
Gangguan perkembangan yang mengemukakan bahwa:
mungkin terjadi pada anak baik dalam masa Masalah-masalah merawat diri
kehamilan ibu maupun pasca kelahiran sendiri yang sering dialami anak
dapat mempengaruhi tumbuh kembang tunagrahita sedang antara lain
membiasakan hidup sehat dan

2
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

menghindari bahaya. Menggosok gigi adalah suatu


Pembiasaan hidup sehat pada upaya yang dilakukan untuk
anak tunagrahita sedang seperti menjaga agar gigi tetap dalam
mencuci tangan, mencuci kaki,
keadaan yang bersih dan sehat.
toilet training, berpakaian,
Kelainan pada gigi anak retardasi
makan, minum dan menggosok
gigi. mental yang sering terjadi yaitu
Anak tunagrahita sedang adalah mereka karies gigi dan kelainan pada gusi.
yang digolongkan sebagai anak yang (Siswanto, 2010:114).
mampu latih, dimana mereka dapat dilatih Upaya meningkatkan kemampuan
untuk beberapa keterampilan tertentu. menggosok gigi pada anak tunahrahita
Mereka memiliki Intelligence Quontient (IQ) sedang dapat dilakukan dengan berbagai
51-36 pada Skala Binet dan 54-40 Skala cara seperti demonstrasi, modelling dan
Wechsler (WISC) (Mangunsong, 2014:133). pelatihan. Pelatihan menggosok gigi
Pada anak tunagrahita sedang masalah merupakan cara yang baik dalam
menggosok gigi merupakan salah satu mengajarkan kemandirian anak (Haryanto,
masalah yang cukup kompleks dalam hal 2011:1).
bina diri dimana anak tunagrahita sedang Kelebihan pelatihan menggosok gigi
mengalami kesulitan dan tergantung dengan yaitu anak dengan mudah meniru apa yang
bantuan orang lain dalam aspek menggosok dilihat kemudian mencontohnya. Pada anak
gigi. Hal tersebut menyebabkan anak kurang tunagrahita sedang yang harus jelas dalam
dalam menjaga kesehatan rongga gigi pemberian contoh hal ini sangat cocok untuk
sehingga dampak yang terlihat jelas yaitu bau meningkatkan kemampuan menggosok gigi
mulut, timbulnya karies gigi, dan sakit gusi. pada anak tunagrahita sedang.
Menggosok gigi adalah suatu upaya Menurut penelitian yang dilakukan
kegiatan rutinitas sehari-hari dalam menjaga Trevor F. Stokes dan Debora Morwey (2012)
kesehatan mulut dan salah satu bentuk dengan judul training and assesment of
penyingkiran plak secara mekanis (Yusman toothbrushing skills amoung children with special
Suwarso dalam Jurnal Perbedaan Anak yang needs, penelitian ini menggunakan program
Menggosok Gigi Di Sekolah dengan yang behavioral skills training (BTS). Hasil
Tidak Di SDN Blimbing 1 dan 2 Jombang. menunjukkan empat dari lima orang yang
Wahyuni, 2011) mengikuti pelatihan memperlihatkan
Dari hasil observasi yang telah peningkatan ketrampilan.
dilakukan di SLB Dharma Wanita Sidoarjo Dari uraian di atas diharapkan dengan
diperoleh permasalahan yakni kurangnya pemberian pelatihan menggosok gigi mampu
kepedulian dalam menolong diri sendiri meningkatkan kemampuan menolong diri
dalam aspek menggosok gigi. Karakteristik sendiri anak tunagrahita sehingga anak
pada kemampuan menggosok gigi anak mampu melakukan kegiatan menggosok gigi
tunagrahita sedang yang terlihat jelas yaitu tanpa bantuan dan kesehatan gigi anak dapat
anak belum mengetahui langkah-langkah terjaga dengan baik.
serta teknik menggosok gigi yang baik dan
benar. Oleh karena itu perlu adanya layanan Tujuan
yang benar-benar sesuai pada tahap Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuktikan
menggosok gigi. Peneliti tertarik untuk bahwa kemampuan bina diri anak tunagrahita
menggunakan pelatihan menggosok gigi dalam sedang dapat ditingkatkan setelah melalui
meningkatkan kemampuan menggosok gigi pelatihan menggosok gigi di SLB Dharma
anak tunagrahita sedang yang bertujuan Wanita Lebo Sidoarjo.
untuk melatih kemampuan bina diri anak
menjadi lebih baik.

3
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

A. Metode tunagrahita tersebut memiliki hambatan


Penelitian ini merupakan penelitian yang dalam keterampilan bina diri.
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
C. Variabel
jenis pre-eksperimen dan menggunakan desain
1. Variabel bebas adalah variabel yang
pre-test dan post-test satu kelompok (one group
mempengaruhi atau menjadi sebab
pretest posttest design). Menurut Arikunto (2013, perubahannya variabel terikat
124), desain penelitian one group pre-test and (Sugiyono, 2010:39). Dalam
post-test dilakukan dengan perlakuan sebelum penelitian ini yang merupakan
eksperimen dan sesudah eksperimen. Perlakuan variabel bebas adalah pelatihan
yang dilakukan sebelum eksperimen (01) disebut menggosok gigi.
pre-test, dan perlakuan yang dilakukan sesudah 2. Variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi atau akibat dari
eksperimen (02) disebut post-test, maka
adanya variabel bebas (Sugiyono,
perbedaan antara 01 dan 02 diasumsikan sebagai 2010:39). Variabel terikat dalam
efek dari treatment atau eksperimen. penelitian ini adalah kemampuan
Dirumuskan rancangan penelitian one group bina diri.
pre-test post-test sebagai berikut :
D. Defini Operasional
Perlakuan Perlakuan
Perlakuan 1. Pelatihan Menggosok Gigi
Awal Akhir
Pelatihan menggosok gigi yang
(pre-test) (treatment) (post-test) dimaksudkan dalam penelitian ini
01 X 02 merupakan latihan yang diberikan
untuk menjaga kebersihan gigi sesuai
(Arikunto, 2013:124) dengan teknik dan langkah yang benar
Keterangan secara procedural menggunakan
01 =Pre-test metode pemberian contoh (modelling)
Perlakuan awal yang dilakukan untuk dimulai dari membasahi sikat gigi,
mengetahui kemampuan bina diri anak menyiapkan pasta gigi, berkumur,
menggosok gigi, sampai dengan
tunagrahita sedang dalam aspek menggosok
membilas sikat gigi.
gigi sebelum diberikan perlakuan. Pre-test 2. Kemampuan Bina Diri
dilakukan sebanyak 1 kali. Secara operasional kemampuan
X = Treatment bina diri yang dimaksudkan dalam
Perlakuan kepada subjek penelitian dengan penelitian ini merupakan upaya
memberikan pelatihan menggosok gigi. membangun kemampuan diri
seseorang baik secara individu maupun
Perlakuan dilaksanakan sebanyak 8 kali
makhluk sosial yang meliputi kegiatan
pertemuan.
rutin yang erat hubungannya dengan
02 = Post-test keseharian dalam menolong diri
Perlakuan akhir dilaksanakan dengan penilaian sendiri.
kemampuan bina diri anak tunagrahita dalam Kemampuan menolong diri
aspek menggosok gigi, setelah diberikan sendiri yang dimaksudkan peneliti
perlakuan (X). Observasi akhir/Post-test dalam penelitian ini adalah
kemampuan diri seseorang dalam
dilakukan sebanyak 1 kali.
aspek menggosok gigi yang erat
hubungannya dalam kehidupan sehari-
B. Subjek penelitian hari.
Subjek dalam penelitian ini adalah enam 3. Anak Tunagrahita Sedang
anak tunagrahita sedang dengan batasan Secara operasional anak
usia sesungguhnya anak atau chronological tunagrahita sedang yang dimaksudkan
age 8-12 tahun. Hal tersebut atas dalam penelitian ini adalah ayang
pertimbangan bahwa pada usia tersebut mengalami hambatan dalam hal
anak mampu untuk dilatih menggosok gigi. intelegensi di bawah rata-rata,
Berdasarkan observasi yang dilakukan anak ketidakmampuan dalam penyesuaian

4
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

diri dengan norma serta tuntutan di Hasil dan Pembahasan


masyarakat namun mampu untuk latih. A. Hasil Penelitian
Pemaparan hasil penelitian
E. Instrumen Penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan bina diri
Instrumen penelitian merupakan
anak tunagrahita sedang dapat ditingkatkan
alat yang digunakan peneliti untuk
melalui pelatihan menggosok gigi . Berikut
mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, adalah hasil rekapitulasi nilai pretest dan
dalam arti cermat, lengkap dan posttest pelatihan menggosok gigi dengan
sistematis sehingga mudah diolah. sampel 6 anak, analisis data yang digunakan
Dalam penelitian ini menggunakan adalah uji Wilcoxon dengan tabel hasil
instrumen penelitian sebagai berikut : analisis stastistik sebagai berikut :
1. Lembar penilaian pre-test dan post-
test Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil Pre-Test dan Post-
2. Lembar rancangan program Test
Kemampuan bina diri anak tunagrahita sedang
F. Teknik Pengumpulan Data
dalam aspek menggosok gigi di SLB Dharma
1. Tes
Wanita Lebo Sidoarjo
2. Dokumentasi

No Subjek Nilai Akhir Nilai Akhir


G. Teknik Analisis Data
Pretest (O1) Post test
Menurut Sugiyono (2010:243) teknik
analisis data dalam penelitian kuantitatif (O2)
adalah Proses menganalisa data yang 1 MR 46,6 65
telah dikumpulkan guna menjawab 2 PS 50 78,3
rumusan masalah atau menguji
3 TL 40 51,6
hipotesis yang telah dirumuskan dalam
proposal. Penelitian ini menggunakan 4 SH 46,6 76,6
analisis data statistik non parametrik 5 MT 43,3 56,6
karena data yang dianalisis berupa data 6 MK 40 50
ordinal atau berjenjang, maka rumus
Rata-Rata 44,41 63,01
yang digunakan adalah rumus Wilcoxon.

Dari tabel diatas, menerangkan hasil


= kemampuan bina diri anak tunagrahita sedang

melalui kegiatan menggosok gigi, melalui
Keterangan: pembagian skor tes dengan skor maksimum 60,
Z : Nilai hasil Pengujian statistik Wilcoxon kemudian dikalikan 100. Berikut adalah rata-rata
match pairs test nilai akhir pretest yaitu 44,41, dan rata-rata nilai
T : Jumlah jenjang/ranking yang kecil
akhir post-test yaitu 63,01. Maka dari nilai akhir
X : Hasil pengamatan langsung yakni
tersebut diketahui bahwa kemampuan bina diri
jumlah tanda plus (+) p (0,5)
anak tunagrahita sedang mengalami
(+1) peningkatan.
T : Mean (nilai rata-rata) =
4

T : Simpangan Baku =

n : Jumlah Sampel
p : probabilitas untuk memperoleh tanda
(+) dan (-) = 0,5 karena nilai krisis 5%

5
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

Tabel 4.4 Tabel Perubahan jumlah skor hasil


pretest dan 2. Pengujian Hipotesis dan Intrepetasi Data
post-test kemampuan bina diri anak tunagrahita Pengujian hipotesis merupakan
sedang di SLB Dharma Wanita Lebo Sidoarjo pengujian dua sisi yang dilakukan
berdasarkan nilai kritis sebesar 5% dan Ztabel
No Subj O1 O2 Beda Tanda Jenjang 1,96. Adapun ketentuan yang diketahui
ek O2-O1 Jenjang + - bahwa :
1 MR 46,6 65 18,4 4 4,0 0 Ha diterima apabila Zhitung > Ztabel 1,96, dan
2 PS 50 78,3 28,3 5 5,0 0 Ho diterima apabila Zhitung < Ztabel 1,96.
3 TL 40 51,6 11,6 2 2,0 0 Maka, dengan hasil Zhitung yang
4 SH 46,6 76,6 30 6 6,0 0 diperoleh adalah 2,20 (nilai (-) tidak
5 MT 43,3 56,6 13,3 3 3,0 0 diperhitungkan karena harga mutlak). Dan
6 MK 40 50 10 1 1,0 0 nilai Ztabel dengan nilai kritis 5% (untuk
Total W= T=0 pengujian dua sisi) adalah 1,96. Adapun
kenyataan bahwa nilai Zhitung lebih besar
daripada Ztabel sehingga Ha diterima dan Ho
Berdasarkan tabel 4.4 menjelaskan bahwa
ditolak. Hal ini berarti kegiatan menggosok
dari perhitungan pengurangan antara O2 dan O1 gigi mampu meningkatkan kemampuan bina
didapatkan hasil yang disebut dengan beda diri anak tunagrahita sedang di SLB Dharma
kemudian dari nilai hasil beda tersebut kita cari Wanita Lebo Sidoarjo.
rangking (jenjang) yang kemudian dapat kita
temukan nilai T yaitu 0. B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Perhitungan analisis data menggunakan terdapat peningkatan dalam kemampuan bina
diri anak tunagrahita sedang dalam aspek
rumus Wilcoxon.
menggosok gigi. Hal tersebut menunjukkan
Berdasarkan hasil observasi awal dan bahwa teknik menggosok gigi yang benar
observasi akhir yang telah dimasukkan mampu untuk menjaga kebersihan gigi dan
dalam tabel kerja perubahan diatas mulut. Sebab dengan terjaganya kebersihan gigi
merupakan data dalam penelitian, untuk dan mulut menyebabkan anak terhindar dari
memperoleh kesimpulan maka data diolah beberapa masalah pada gigi seperti sakit gigi,
bau mulut, gusi bengkak dan masalah-masalah
melalui teknik analisis data menggunakan
lain yang dapat muncul karena tidak terjaganya
rumus Wilcoxon.
kebersihan gigi dan mulut. (Aminah, 2010:14)
Hal ini juga disampaikan oleh Djamil (dalam
Melanie:2011:16) bahwa dengan terjaganya
kebersihan gigi dan mulut maka menurunkan
kemungkinan sakit gigi, mikroorganisme dalam
mulut dan gigi, merangsang sirkulasi pada
jaringan lidah dan gusi serta menstimulasi gusi
Adapaun sistematika pengolahan data
tetap sehat dan tidak mudah sariawan.
sebagai berikut:
Dengan peningkatan yang ditunjukkan dari
Diketahui jumlah sampel (n) = 6 dan
hasil pelatihan menggosok gigi anak mampu
nilai T yaitu 10,5. Sehingga, dari perolehan memaksimalkan kegiatan menggosok gigi
hasil pengolahan data rata-rata yaitu 10,5 dan setelah sarapan pagi dan malam hari tentunya
perhitungan hasil simpangan baku yaitu 4,76 dengan atau tanpa pendampingan orang tua.
maka dapat dimasukkan kedalam rumus uji Dimana orang tua masih tetap memantau
wilcoxon sebagai berikut : apakah hasil dari pelatihan selama beberapa
minggu ini masih harus dilakukan setiap hari
atau tidak dimana kegiatan menggosok gigi
merupakan salah satu kegiatan menjaga
kebersihan diri sendiri. Oleh karena mereka
yang memang tergolong anak tunagrahita
sedang cenderung memiliki ingatan jangka

6
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

pendek maka pendampingan orang tua tetap verbal maupun non verbal namun selama
harus dilakukan. diberikan teguran MT mengalami peningkatan
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh dalam konsentrasi kegiatan sehingga hasil
peneliti ditemukan beberapa hambatan yang penilaian kemampuan bina diri MT meningkat,
dialami yaitu berupa kesulitan dalam dengan hasil nilai pretest 43,3 dan hasil nilai post-
mengkondisikan anak-anak pada saat pelatihan test 56,6.
menggosok gigi dilakukan. Hal tersebut akibat Pada anak MK memiliki hambatan dalam
masing-masing anak memiliki karakter yang berkonsentrasi, ia sering melamun dan jika MT
berbeda dari yang mulai aktif sekali bahkan bercanda ia juga ikut bercanda. Dan pada setiap
cenderung mengganggu teman yang lain sampai kegiatan MK masih memerlukan bantuan secara
dengan yang sangat pendiam. intensif dibandingkan teman-teman yang lain, ia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah juga terkadang merasa bosan jika kurang
dilaksanakan yaitu kegiatan menggosok gigi diberikan perhatian secara khusus. namun ia
terhadap kemampuan bina diri pada anak mengalami peningkatan hasil kegiatan
tunagrahita sedang. Anak yang bernama MR menggosok gigi dengan hasil nilai pretest 40 dan
selama melaksanakan kegiatan menggosok gigi, hasil nilai post-test 50.
terkadang ia kurang berkonsentrasi, dan pada Berdasarkan hasil penelitian dengan
saat kegiatan dilaksanakan ia masih sering diberikan kegiatan menggosok gigi
bercanda dengan temannya. Namun MR menunjukkan peningkatan yang lebih baik
memiliki semangat yang tinggi dalam kegiatan dalam kemampuan bina diri anak tunagrahita
sehingga menunjukkan peningkatan hasil sedang.
kemampuan dengan nilai pretest yaitu 46,6 dan Kegiatan menggosok gigi merupakan
hasil nilai post-test yaitu 65. kegiatan yang penting untuk dilakukan
Pada anak PS selama kegiatan menggosok khususnya anak-anak dimana anak mulai
gigi, PS sangat memperhatikan setiap instruksi bertumbuh giginya. Sebab dengan terjaganya
dan secara bertahap PS mengalami peningkatan gigi tetap bersih maka gigi akan tumbuh dengan
pada setiap pertemuan dari yang mulanya selalu sehat dan baik.
diberikan bantuan secara verbal dan non verbal, Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan
kemudian hanya dengan bantuan secara verbal menunjukkan bahwa kemampuan bina diri
saja. Sehingga hasil kemampuan menggosok gigi anak tunagrahita sedang dengan diberikan
PS meningkat dengan hasil nilai pretest yaitu 50 kegiatan menggosok gigi dapat diterima dengan
dan hasil nilai post-test yaitu 78,3. mudah oleh anak dan menunjukkan adanya
Pada anak TL selama kegiatan menggosok peningkatan yang cukup signifikan yang dapat
gigi cenderung pendiam, ia kurang dapat dilihat dari hasil penilaian antara nilai pretest dan
berkonsentrasi. Sehingga dalam setiap kegiatan nilai posttest.
masih membutuhkan bantuan baik secara verbal Menurut Delphie (2012:67) mengemukakan
maupun non verbal. Meskipun masih memiliki bahwa
gangguan dalam berkonsentrasi ia masih mau Anak tunagrahita mempunyai
untuk diberikan pengarahan. Dan hasil yang keterlambatan pada berbagai tingkat
didapatkan dalam penilaian pretest dan penilaian dalam pemahaman dan penggunaan
post-test menunjukkan adanya sedikit bahasa, masalah bahasa dapat
peningkatan yaitu dengan hasil nilai pretest 40 mempengaruhi perkembangan
dan hasil nilai post-test yaitu 51,6. kemandirian dan dapat menetap hingga
Pada amak SH selama kegiatan menggosok usia dewasa.
gigi ia mengikuti setiap instruksi dengan baik, Wantah (2007) mendeskripsikan bahwa anak
konsetrasi dalam kegiatan masih sedikit tunagrahita memiliki keterlambatan dalam
terganggu namun masih dapat mengikuti setiap berbagai hal yaitu melangkah, tertawa,
kegiatan, sehingga SH mengalami peningkatan menunjukkan sesuatu, duduk berjalan,
hasil kegiatan menggosok gigi dengan hasil menggunakan sesuatu, dan berbicara. Dengan
pretest 46,6 dan hasil nilai post-test 76,6. keterbatasan dalam berpikir abstrak anak
Pada anak MT selama kegiatan menggosok tunagrahita mengalami kesulitan dalam
gigi mengalami kesulitan konsentrasi dalam memahami antara arah kanan dan arah kiri serta
kegiatan dikarenakan MT selalu bercanda dan maju dan mundur. Berdasarkan penjelasan
kurang dapat mengontrol emosinya dalam kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita
kegiatan. Sehingga dengan konsentrasi yang sedang membutuhkan pembelajaran dalam
kurang ia masih memerlukan bantuan secara meningkatkan kemampuan berbagai hal salah

7
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

satunya meningkatkan kemandirian anak dalam bina diri. Kegiatan menggosok


memahami instruksi, agar lebih efektif gigi mampu meningkatkan minat
pembelajaran harus bersifat konkrit dan jelas. siswa dalam menjaga kebersihan
Dan penerapan metode pembelajaran yang tepat
kebersihan gigi dan kesehatan
juga berpengaruh dalam proses belajar anak
gigi. Kenyataan dalam hasil
tunagrahita khususnya anak tunagrahita sedang.
Hal ini didukung oleh pendapat Yongky penelitian menunjukkan bahwa
Ariguna (2011) mahasiswa UNY dengan judul ada peningkatan dalam hal
Pengaruh Pelatihan Menyikat Gigi Terhadap kemampuan bina diri dalam aspek
Ketrampilan Motorik Menyikat Gigi Pada Anak kegiatan menggosok gigi.
Retardasi Mental. Dari hasil penelitian Yongky 2. Guru dapat memberikan kegiatan
Ariguna didapatkan bahwa ada pengaruh.
menggosok gigi pada anak
Selain itu dengan pendapat Sekar Wirakusuma
(2010) mahasiswa UNY yang berjudul Pelatihan tunagrahita sedang dengan
Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan pemberian contoh yang sesuai
Kemandirian Anak Retardasi Mental. Dari hasil dengan langkah-langkah
penelitian tersebut menggunakan penelitian menggosok gigi yang ada
kuantitatif dengan penelitian yang dilakukan sehingga anak mampu melakukan
sebanyak delapan kali pertemuan dengan kegiatan menggosok gigi secara
treatment dua kali.
benar dan prosedural.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan menggosok gigi mampu
meningkatkan kemampuan bina diri pada anak DAFTAR PUSTAKA
tunagrahita sedang di SLB Dharma Wanita Lebo
Sidoarjo. Mengingat kegiatan menggosok gigi Ahmadi, Abu dan Sholeh, Munawar. 2011.
erat dengan kehidupan sehari-hari pada anak Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka
khususnya anak tunagrahita sedang yang Jaya.
membutuhkan layanan khusus dalam hal bina
diri dengan aspek menggosok gigi.
Astati, Santosa, Teguh. Soedarini. 2003. Program
Khusus Bina Diri Bisakah Aku Mandiri.
PENUTUP
Malang: Departemen Pendidikan
SIMPULAN
Nasional.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai kemampuan bina diri
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
anak tunagrahita sedang dalam aspek
Sebagai Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
menggosok gigi di SLB Dharma Wanita Lebo
Rineka Cipta.
Sidoarjo dapat disimpulkan bahwa :
Kemampuan bina diri anak tunagrahita
sedang dapat ditingkatkan melalui Bagas. 2013. Tahap-tahap Pelatihan Menggosok Gigi
pelatihan menggosok gigi di SLB Anak Usia Sekolah, (Online),
Dharma Wanita Lebo Sidoarjo (http://childrengarden.wordpress.com
/2010/04/02/tahap-tahap-pelatihan-
menggosokgigi-anak-usiadini/, diakses
SARAN
pada 1 Mei 2016)
Berdasarkan kesimpulan dan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan
Cahyaningsih. 2011. Perkembangan Anak Usia
diketahui bahwa kegiatan menggosok gigi
Dini
dapat meningkatkan kemampuan bina diri
anak tunagrahita sedang, oleh karena itu
Casmini. 2012. Bina Diri Tunagrahita. Yogyakarta.
disarankan bahwa :
Imperiu
1. Guru dapat menerapkan kegiatan
menggosok gigi sebagai salah satu Darmadi, H. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
upaya meningkatkan kemampuan Bandung: Alfabeta.

8
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

diterbitkan. Yogyakarta: Universitas


Djamil, Sadono, Melanie. 2011. Panduan Lengkap Negeri Yogyakarta
Kesehatan Gigi. Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Siswanto, dkk. 2010. Kesehatan Gigi Anak
Berkebutuhan Khusus. Solo: Tiga Serangkai
Fadli, P. 2010. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Pustaka
Raja Grafindo Persada
Soetadji. 2004. Pelatihan Menggosok Gigi Anak Usia
Sekolah. Solo:Tiga Serangkai Pustaka
Istianah, Wardhani. 2010. Kesehatan Gigi. PT.
Bhuana Ilmu Populer
Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar
Lumbantobing. 2002. Anak Terbelakang Mental: Biasa. Bandung: Refika Aditama
Retardasi Mental, Gangguan Belajar,
Gangguan Pemusatan Perhatian, Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian.
Autisme. Jakarta: Balai Penertbit Fakultas Bandung: Alfabeta.
Kedokteran Universitas Indonesia
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan.
Maria, J. Wantah. 2007. Bina Diri Anak Bandung: Alfabeta.
Bekebutuhan Khusus. Bandung. Refika
Aditama Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi untuk Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Maulani, R. 2005. Pentingnya Menjaga Kesehatan Departemen Pendidikan Nasional.
Gigi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sunardi dan Sunaryo. 2007. Intervensi Dini Anak
Martono, N. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Jakarta: Raja Grafindo Persada Departemen Pendidikan Nasional.

Melanie. 2011. Kesehatan Gigi dan Mulut. Trevor, Debora M. 2012. Behavioral Skills
Solo:Tiga Serangkai Pustaka Training. Jurnal Faculty of Health

Moeliono, A. 1998. Kamus besar bahasa Indonesia. Wardani, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan Luar
Jakarta: Balai Pustaka Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Mohammad, E. 2006. Memahami Anak Widya. 2012. Latihan Bina Diri Anak Berkebutuhan
Tunagrahita. 2006: Bandung: Refika Aditama Khusus. Yogyakarta: Imperiu

Nurhadi, 2003. Prosedur Pelatihan. Jakarta: Puspa Yusman Suwarso, Wahyuni. 2011. Perbedaan
Swara Anak yang Menggosok Gigi Di Sekolah
dengan yang tidak di SDN Blimbing 1
Ramadhan, Pratama. 2010. Kesehatan Gigi Anak. dan 2 Jombang. Jurnal Penelitian
Yogyakarta: Siklus Kedokteran Gigi

Rivai, Veitzal. 2004. Pelatihan Ketrampilan Kerja. Yongky, A. 2011. Pengaruh Pelatihan Menyikat
Jakarta: Rineka Cipta Gigi Terhadap Ketrampilan Motorik
Menyikat Gigi Anak Retardasi Mental.
Sekar, W. 2010. Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Meningkatkan Kemandirian Anak Universitas Negeri Yogyakarta
Retardasi Mental. Skripsi tidak

9
Pelatihan Menggosok Gigi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

Yoseph. 2012. Tujuan dan Manfaat Bina Diri,


(Online),
(https://bahasakublog.wordpress.com
/2012/08/13/tujuan-dan-manfaat-
binadiri diakses 12 januari 2016)

Yusuf, Syamsu & Sugandhi, Nani M. 2013.


Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi.


Surabaya: UNESA.

10

Anda mungkin juga menyukai