LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA
TIM PENGUSUL
Ns. MAULIDA, S.Kep (NIDN : 108018104)
Ns. HASRIZAL SAFFUTRA, S.Kep (NIDN : 120018301)
Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT, dengan Rahmat dan Ridha-
Nya Peneliti dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian 70% (tujuh puluh persen)
ini dengan baik. Selawat dan salam kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kita
kader dengan pelaksanaan Posbindu, untuk meningkatkan angka harapan hidup dengan
pengobatan dan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
yang terbina melalui Posbindu lansia. Sampel penelitian ini adalah kader-kader yang ada
Penulisan laporan ini merupakan penelitian yang dibiayai oleh Dikti melalui
Kopertis Wilayah I (Aceh-Sumut) melalui skema bantuan Penelitian Dosen Pemula tahun
2015. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ketua Yayasan Pendidikan
Getsempena, STIKes Bina Nusantara, Kepala LP2M STIKes Bina Nusantara, Dinas
Akhirnya, atas semua bantuan, dukungan serta bimbingan yang telah diberikan,
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
kita semua.
Maulida
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENGARUH PARTISIPASI KADER DENGAN PELAKSANAAN
POSBINDU LANSIA DI KECAMATAN PEUDAWA WILAYAH
KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2015
RINGKASAN
c. Pembinaan
Pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan dan meningkatkan
pengetahuan, sikap serta ketrampilan terhadap kegiatan yang telah berjalan, juga
untuk memberikan motivasi kepada kader supaya keaktifan kader dapat ditingkatkan
(Nilawati, 2008).
d. Insentif
Pemberian insentif merupakan bayaran untuk memotivasi para pegawai agar lebih
maju dalam pekerjaan dengan ketrampilan dan tanggung jawab yang lebih besar
(Siagin, 2006). Kebanyakan para kader tidak menerima pembayaran tunai untuk
pelayanan mereka tetapi mereka mendapat upah dalam bentuk lain seperti seragam
sebagai tanda penghargaan, sertifikat sebagai tanda jasa dan peralatan rumah tangga.
e. Penghargaan
Keberadaan kader hendaknya mendapat pengakuan dan penghargaan yang wajar dan
tulus. Semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaannya dan statusnya oleh
orang lain (Mutiara, 2002). Menurut Suryatim (2001) pemberian penghargaan
terhadap loyalitas kader akan sangat membantu untuk mempertahankan keaktifan
kader posbindu, pemberian tugas yang tidak membosankan disertai pujian,
melengkapi atribut saat bertugas akan membuat kinerja kader semakin meningkat
f. Dukungan Masyarakat
Dukungan masyarakat dapat dilihat pada partisipasi masyarakat. Dukungan
masyarakat dapat berupa tanggapan atau respon terhadap informasi yang diterima,
keterlibatan dalam perencanaan, keterlibatan dalam pengambilan keputusan,
keterlibatan dalam hal-hal teknis, keterlibatan dalam memelihara dan
mengembangkan hasil pembangunan, dan keterlibatan dalam menilai pembangunan
(Muwarni, 2009)
2.1.2 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan yang
dapat menyampaikan ide dan penerimaan informasi kepada masyarakat. Media masa
seperti TV, radio, poster, film, dan sebagainya. Sebagian dari informasi tersebut
adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan
suatu partisipasi. (Notoatmodjo, 2007). Menurut Nasir (2009) bahwa komunikasi
merupakan penyampaian informasi dalam sebuah intraksi tatap muka yang berisi ide,
perasaan, perhatian, makna serta pikiran yang diberikan kepada penerima pesan
dengan harapan penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah
sikap dan prilaku.
Komunikasi adalah suatu proses pengoperasian rangsangan (stimulus)
dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk
mempengaruhi prilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara
atau bunyi dan juga bisa menggunakan bahasa lisan, maupun berupa gerakan,
tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain dan
pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud dan tujuan dari
pihak yang memberikan stimulus tersebut (Muwarni, 2009).
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi
secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip
dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun
komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan prilaku
kesehatan masyarakat, dan selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat tersebut akan
berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Di dalam
pelayanan kesehatan atau komunikasi antar pribadi ini terjadi antara petugas
kesehatan health provider dengan clients, atau kelompok masyarakat atau anggota
masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan pelengkap komunikasi massa
(Notoatmodjo, 2007).
Komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Tujuan utama komunikasi yaitu
sebagai perubahan sikap (attitude change), seorang komunikasi setelah menerima
pesan kemudian sikapnya berubah menjadi positif maupun negatif. Dalam berbagai
situasi kita berusaha memengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain
bersikap positif sesuai dengan keinginan kita. Komunikasi sebagai perubahan
pendapat (opinion change) yaitu dalam komunikasi berusaha menciptakan
pemahaman, pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat
sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. (Setiawati, 2008)
Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan starategis diantaranya yaitu:
sebagai penerus informasi, percepatan pengambilan keputusan, memperkenalkan
perilaku sehat, pertukaran informasi kesehatan, pemeliharaan kesehatan secara
mandiri dan pemenuhan permintaan pelayanan kesehatan. Tujuan komunikasi
selanjutnya yaitu tujuan praktis, dimana tujuan umum komunikasi kesehatan adalah
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa cara yaitu
diantaranya untuk meningkatkan berbagai pengetahuan terkait dengan komunikasi,
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi yang efektif dan
untuk membentuk sikap dan prilaku berkomunikasi yang baik (Muwarni, 2009).
2.1.3 Koordinasi
Koordinasi adalah kerjasama dengan intansi di luar kesehatan masyarakat
dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Terjelmanya team work
antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. Suatu usaha kerjasama
antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat
saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Koordinasi juga merupakan
suatu usaha yang sinkron / teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat
dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan (Nasir, 2009).
Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2007) koordinasi adalah suatu usaha
yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang beragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Menurut Hasibuan (2007) tujuan dan manfaat koordinasi adalah:
a. Untuk mewujudkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi agar
tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
b. Memecahkan konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait.
c. Agar menejer pendidikan mampu mengoordinasikan pembangunan sektor
pendidikan dengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
d. Agar menejer pendidikan mampu menginteragsikan kegiatan fungsional dinas
pendidikan dan tujuan-tujuan dari unit organisasi yang terpisah-pisah untuk
mencapai tujuan bersama dengan sumber daya yang terbatas secara efektif dan
efisien.
e. Adanya pembagian kerja dimana semakin besar pembagian kerja semakin
diperlukan penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumapng tindih
pekerjaan yang menyebabkan pemborosan.
f. Untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis di
antara kegiatan-kegiatan, baik fisik maupun nonfisik dengan stakeholder.
g. Untuk mempelancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan dengan sumber daya pendidikan yang terbatas
h. Mencegah terjadinya konflik internal dan eksternal
2.1.4 Mobilisasi
Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan hanya terbatas pada tahap
pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai
seakhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas, perencanaan,
program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program. Juga hanya terbatas
pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat multidisiplin (Notoatmodjo, 2007).
Mobilisasi kader merupakan strategi yang dikembangkan untuk membantu
individu dimasyarakat untuk mengidentifikasi dan memilih saluran untuk menekan
permasalahan yang ada di lingkungannya (Nasir, 2009). Mobilisasi kader yang
berhasil bukan menghasilkan kata problem solving tetapi mengacu pada adanya
peningkatan kemampuan masyarakat untuk menggunakan/menentukan saluran yang
sesuai untuk menjawab kebutuhan dan keinginan lain yang ada dimasyarakat.
Artinya mobilisasi kader membuka peluang bagi masyarakat dan kader untuk dapat
mengtrol yang lebih besar atas keputusan dan pelaksanaan yang mempengaruhi
kehidupan mereka (Notoatmodjo, 2007).
Dalam pelaksanaan Posyandu, mobilisasi masyarakat merupakan proses
membangun kapasitas dimana individu, kelompok secara partisipastif dan
berkelanjutan membuat rencana, menjalankan dan mengevaluasi guna meningkatkan
derajat kesehatan mereka. Prinsip ini baik secara mandiri atau didorong oleh pihak
lain secara berkelanjutan menjadi kegiatan yang akan berjalan dimasyarakat guna
mencapai tujuan yang penting bagi lansia (Nasir, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2007) mengidentifikasi tugas kunci dalam upaya
mobilisasi yaitu:
a. Mengembangkan dialog yang berkelanjutan antara elemen dimasyarakat mengenai
masalah kesehatan yang ada di lingkungan mereka
b. Membangun atau memperkuat kelompok masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan dimasyarakat
c. Membantu menciptakan lingkungan dimana individu dapat memberdayakan diri
mereka sendiri maupun masyarakat
d. Mendorong keterlibatan aktif anggota masyarakat dalam masalah kesehatan dengan
cara mengenalkan keragaman dan keadilan, terutama dari orang yang bedampak
pada masalah kesehatan
e. Mendorong masyarakat mengembangkan ide kreatif untuk mengembangkan
berbagai strategi dan pendekatan untuk meningkatkan status kesehatan, bahkan
intervensi yang tidak disupport oleh penyandang dana.
2.4.3 Tujuan
Tujuan umum dari Posbindu Lansia adalah meningkatkan kesejahteraan lansia
melalui kegiatan Posbindu Lansia yang mandiri dalam masyarakat. Tujuan
khususnya, meliputi: (1) meningkatnya kemudahan bagi Lansia dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, (2) meningkatnya cakupan dan kualitas
pelayanan kesehatan Lansia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa
mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan, (3) berkembangnya Posbindu
Lansia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas yang baik secara
berkesinambungan (Depkes RI, 2002).
2.4.4 Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu: (1) sasaran langsung,
yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut
risiko tinggi (>70 tahun) dengan masalah kesehatan, (2) sasaran tidak langsung,
yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia
lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut,
petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang
menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas (Depkes RI, 2002).
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat adalah:
a. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan
makanan yang berasal dari daerah tersebut.
b. Kegiatan olah raga antara lain senam Lansia, gerak jalan santai, dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran.
Kecuali kegiatan pelayanan kesehatan seperti uraian di atas, kelompok dapat
melakukan kegiatan non kesehatan di bawah bimbingan sector lain, contohnya
kegiatan kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran
hobi dan lain-lain (Depkes RI, 2002).
Puskesmas
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
partisipasi: Partisipasi Kader Posbindu Lansia Lansia
1. Faktor
masyarakat Partisipasi
2. Faktor tokoh 1. Motivasi Stakeholder :
masyarakat 2. Komunikasi 1. Pemerintah
3. Faktor petugas 3. Koordinasi 2. Swasta
kesehatan 3. Organisasi
4. Mobulisasi
Sosial
Partisipasi Kader
1. Motivasi
2. Komunikasi
Pelaksanaan Posbindu Lansia
3. Koordinasi
4. Mobilisasi
Variabel Definisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Independen
Partisipasi Keikutsertaan masyarakat Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
terhadap pelaksanaan Angket yang terdiri x-
Posbindu baik berupa ide dari 35 item tidak ada ,
pikiran, sumber daya pernyataan apabila X < x-
manusia, dana, kreativitas dengan
dalam melakukan kegiatan pilihan
serta dukungan terhadap jawaban
kegiatan Posbindu berdasarkan
skala likert
Sub variable
Motivasi Keinginan dari Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
individu/responden yang Angket yang terdiri x-
mendorongnya untuk dari 10 item tidak ada,
mengerjakan tugas sebagai (1-10) apabila X < x-
kader Posbindu Lansia
Komunikasi Suatu proses penyampain Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
dan penerimaan pesan Angket yang terdiri x-
yang dapat menyampaikan dari 7 item Tidak ada,
ide dan informasi kepada (11-17) apabila X < x-
masyarakat terutama lansia pernyataan
dalam kegiatan Posbindu
Koordinasi Kerjasama yang Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
dilakukan kader dengan Angket yang terdiri x-
instansi kesehatan dan dari 9 item tidak ada,
`diluar kesehatan untuk (18-26) apabila X < x-
pelaksanaan Posbindu pernyataan
Mobilisasi Keinginan yang dimiliki Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
individu/kader dalam Angket yang terdiri x-
pelaksanaan Posbindu dari 9 item Tidak ada,
dimulai dari perencanaan (27-35) apabila X < x-
sampai evaluasi kegiatan. pernyataan
Variabel dependen
Pelaksanaan Pelayanan yang diberikan Penyebaran Kuesioner - Ada Ordinal
Kegiatan pada lansia Angket yang terdiri - Tidak
Posbindu menitikberatkan pada dari 13 item Ada
pelayanan promotif, pernyataan
preventif, kuratif dan dengan pilihan
rehabilitatif di wilayah jawaban
Kabupaten Aceh Timur. berdasarkan
skala likert
3.4 Hipotesis
Berikut ini adalah hipotesis null penelitian, yaitu:
3.4.1 Hipotesisi Mayor
Tidak ada pengaruh partisipasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di wilayah
Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.
3.4.2 Hipotesisi Minor
1. Tidak ada pengaruh antara motivasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di wilayah
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015
2. Tidak ada pengaruh antara komunikasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di
wilayah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015
3. Tidak ada pengaruh antara koordinasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di
wilayah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015
4. Tidak ada pengaruh antara mobilisasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di
wilayah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015
BAB IV
METODE PENELITIAN
semu dengan pendekatan rancangan pre and post test control group design. Pada desain
ini responden penelitian dibagi secara non-random menjadi dua kelompok. Satu
untuk menentukan tingkat pengetahuan dan keterampilan atau nilai awal responden
(posttest) pada kelompok intervensi maupun kontrol untuk menilai adanya hubungan
Kelompok intervensi
diberikan perlakuan
pelatihan mekanisme 5
meja Posbindu lansia
dengan menggunakan
model penyuluhan
langsung
4.2 Populasi
4.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas merupakan uji untuk melihat konsistensi dari suatu
pengukuran apabila instrumen tersebut dipergunakan lagi pada waktu yang
berlainan. Teknik analisis untuk penilaian reliabilitas instrumen dilakukan dengan
cara membandingkan nilai r hasil (nilai Cronbachs Alpha) dengan standarisasi
reliabilitas 0,80 (Dharma, 2011).
Kader desa - - -
pada 7 desa
c. Posttest
Setelah memberikan intervensi pada responden kelompok perlakuan,
selanjutnya satu minggu setelah pelatihan peneliti melakukan posttest pada
responden tersebut. Posttest dilakukan juga pada kelompok kontrol dengan
menggunakan kuesioner partisipasi kader dengan pelaksanaan posbindu lansia.
Dalam pelaksanaan posttest ini, peneliti dan enumerator kembali mengunjungi rumah
responden dengan membawa peralatan yang sama seperti saat pretest. Kemudian
peneliti/enumerator memberikan kuesioner partisipasi kader dengan pelaksanaan
posbindu lansia.
penelitian ini adalah uji regresi logistik ganda karena variabel dependen
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian data 70 % (tujuh puluh persen) yang
terhimpun dalam bentuk analisis data yang diperoleh penelitian tahap awal yaitu pre test
yang telah dilakukan pada kader di 17 desa kecamatan Peudawa, maka hasil
penelitiannya di dapatkan bahwa:
Ad c) Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang
saling membantu, namun harus ada penanggung jawab masing-masing sesuai
bidangnya. Para lanjut usia yang lebih muda dan lebih sehat dapat
diberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Dengan mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu
akan memberikan banyak manfaat antara lain:
- Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka
- Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati
- Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan
dan mencegah kepikunan.
- Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif
antar generasi dan akan membuat lanjut usia rajin datang.
- Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga
akhirnya tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.
Ad d) Biaya kegiatan posyandu.
Perencanaan biaya kegiatan posyandu harus dihitung dengan saksama agar
kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Yang harus di hitung
adalah biaya sebagai berikut:
- Alat tulis kantor (pulpen, pensil, kertas)
- Penggandaan (fotocoy, penjilidan dll)
- Makanan (PMT)
- Transport nara sumber dan pelatih senam ( biasanya dari sektor terkait)
- Obat diluar bantuan puskesmas
- Pemeriksaan Laboratorium diluar bantuan Puskesmas
- Dokumentasi
- Biaya tak terduga (10% dari keseluruhan kebutuhan biaya)
Ad e) Pengembangan kegiatan.
Untuk merencanakan pengembangan kegiatan yang perlu diperhatikan adalah
- apakah kegiatan yang ada dibutuhkan masyarakat?
- apakah kegiatan yang akan dikembangkan merupakan penyempurnaan dari
kegiatan sebelumnya atau peningkatan kualitas?
- apakah pengembangan kegiatan ini merupakan suatu hal yang baru?
- apakah posyandu mempunyai sumberdaya yang cukup untuk pengembangan
kegiatan?
- bagaimana caranya agar kegiatan tersebut tetap langgeng?
Semua pertanyaan tersebut harus dijawab dengan cara mendiskusikan
dengan semua pengurus, tokoh kunci, ataupun perwakilan anggota dan
melakukan monitoring dari kegiatan yang sudah ada atau studi banding ke
posyandu atau LSM/institusi yang telah melaksanakan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah disepakati. Namun dapat diuraikan berdasarkan pengelopokan
kegiatan sebagai berikut :
a) Kegiatan pelayanan kesehatan, gizi
b) Kegiatan senibudaya, olahraga dan rekreasi
c) Kegiatan peningkatan spiritual
d) Kegiatan kesejahteraan/sosial
e) Kegiatan pendidikan ketrampilan
Kegiatan tersebut di atas diatur sesuai dengan ketenagaan dan waktu
tersedia dan dapat dilakukan pada sebuah gedung, dibawah tenda ataupun di
tempat terbuka. Pada prinsipnya kegiatan kesehatan harus dilakukan 1 bulan
sekali agar dapat memantau kondisi kesehatan.
Kegiatan olahraga/senam bersama minimal dilakukan 1 minggu sekali,
selanjutnya senam dilakukan sendiri dirumah masing-masing untuk menjaga
kelenturan otot dan sendi. Dalam 48 jam otot akan menjadi kaku kembali
sehingga olah raga/senam yang paling baik adalah 3-5 kali seminggu selama 30-
60 menit.
Secara terperinci sebagai berikut; senam aerobik seperti jalan, jogging,
berenang atau dansa minimal 30 menit 5 kali seminggu untuk kebugaran, senam
yang menggunakan tahanan (resistance exercise) untuk penguatan dan
ketahanan/endurance otot minimal 2 kali seminggu, untuk senam kelenturan
(flexibility excersice) 2 kali seminggu selama minimal 10 menit, sedangkan
balance exercise/senam keseimbangan perlu dilakukan untuk mencegah resiko
jatuh. Balance exercise dilakukan bersifat individual tergandung kondisi, yang
paling penting adalah dilakukan secara bertahap agar terjadi peningkatan
keseimbangan. Kegiatan lain dalam posyandu dapat dilakukan secara bersama
atau sendiri-sendiri sesuai kebutuhan.
Pada beberapa daerah, penyelenggaraan posyandu lanjut usia dilaksanakan
pada hari dan tempat yang sama dengan jam yang berbeda dengan posyandu
balita. Hal ini kelihatannya sulit dilakukan, namun ternyata memberikan banyak
manfaat. Dengan diintegrasikan penyelenggaraan posyandu balita dengan
posyandu lanjut usia dapat terjalin solidaritas antar tiga generasi.
3. Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi.
Apapun bentuk kegiatan yang dilakukan, perlu dimonitoring dan dievaluasi untuk
mengetahui tingkat berhasilan ataupun perkembangan, serta hambatan dan
peluang. Demikian pula halnya dengan posyandu lanjut usia. Pengendalian dapat
dikelompokan menjadi pengendalian
- Internal
- Eksternal
Pengendalian Internal adalah pengendalian yang dilakukan oleh tenaga
posyandu, sedangkan pengendalian eksternal adalah pengendalian yang dilakukan
oleh pihak luar seperti lanjut usia, masyarakat sekitarnya, atau pihak luar lainnya.
Pengendalian eksternal ini penting dilakukan karena memberikan hasil yang lebih
objektif.
Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat diperlukan beberapa
indikator. Indikator yang yang diperlukan dalam pengendalian posyandu lanjut
usia adalah:
1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan
2. Kehadiran kader
3. Pelayanan kesehatan
- cakupan penimbangan
- cakupan pemeriksaan laboratorium
- cakupan hasil pemeriksaan kesehatan
- cakupan penyuluhan kesehatan
4. Frekuensi pelaksanaan senam
5. Frekuensi pelaksanaan pengajian/kebaktian
6. Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif
7. Kegiatan penghapusan buta aksara
8. Rekreasi
9. Kegiatan peningkatan pendidikan dan ketrampilan
10. Ketersediaan dana untuk penyelenggaraan kegiatan
Pada bagian ini akan dilakukan dan diuraikan tentang rencana dan tahapan yang
akan dilakukan selanjutnya untuk menyelesaikan penelitian Pengaruh partisipasi kader
dengan pelaksanaan Posbindu di Kecamatan Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur,
dimana ;
6.1 Pelatihan
Kegiatan ini dengan mengundang kembali kader-kader desa dari kelompok
intervensi untuk diberikan pelatihan tentang pelaksanaan Posbindu lansia yang akan
di adakan di gedung STIkes Bina Nusantara, dengan menundang kader kader dari
10 desa yang telah ditetapkan sebagai kelompok yang diberi perlakuan atau
intervensi.
Para peserta akan diberikan seminarkit, buku modul pelaksaanaan program
posbindu lansia dan sertifikat, serta snak dan makan siang.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya (70%),
maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut ;
1. Pelaksanaan program posbindu lansia telah dilaksanakan pada beberapa desa di
kecamatan Peudawa, tetapi pelaksanaannya masih belum optimal dilakukan setiap
bulannya sebanyak 1 kali
2. Dibutuhkan dukungan dari beberapa unsur seperti petugas kesehatan, kader desa,
para lansia sebagai peserta untuk aktif hadir dalam pelaksaan posbindu, keluarga
lansia, tokoh masyarakat dan lintas sektor lainnya
3. Ada dana yang mendukung kegiatan ini
4. Perlu dilakukan kegiatan seperti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampiran kader dalam pelaksanaan program posbindu lansia.
7.2 Saran
1. Bagi Lansia
Meningkatkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan posbindu lansia, dan adanya
dukungan keluarga.
2. Bagi Kader
Aktif mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampiran kader dalam pelaksanaan program posbindu lansia, sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia.
3. Manfaat Bagi Puskesmas & Dinas Kesehatan
Memberikan dukungan dengan mengadakan program-program kegiatan dalam
bentuk pembinaan bagi kader dan dapat mengambil kebijakan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Nasir. (2009). Komunikasi Dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Penerbit Salemba Medika
Ansari WE. & Andersson E. (2011). Beyond value? Measuring the costs and Benefits of
Public Participation. Diunduh dari www.ebsco/journal of cultural diversity pada
tanggal 4 Februari 2015.
Azwar. (2007). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badrujaman. (2008). Sosiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
BPS (2013). Data jumlah lansia tahun 2012. Retrieved 20 April 2014, from
www.bps.go.id.
Hapsah, dkk. (2008). Analisis teori Dorothea Orem self care deficit. Retrieved 8
Oktober 2010 from http://www.scribd.com.
Laksana. (2013) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa dalam Program Desa Siaga
di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol. 1 No. 1 2013/.
Universitas Airlangga.
Mahoney, F.I., and Barthel, D.W., 1965, Functional evaluation The Barthel Index,
Maryland State Medical Journal, 14: 61-65
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu keperawatan komunitas; Konsep dan aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika
Notoatmodj. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Potter & Perry (2005) Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses & praktek.
Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
Potter & Perry (2009). Fundamental of Nursing: konsep, proses & Pratek, Edisi 7 Vol.
1: Jakarta: EGC
Prov. Aceh (2013). Aceh dalam angka tahun 2012. Retrieved 20 April 2014, from www.
acehprov.go.id.
Siti Irene A.D. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setiawan, Z. (2006). Prevalensi dan determinan Hipertensi di Pulau Jawa, Tahun 2004.
KESMAS : Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 1 (2): 57-62.
Setiawati. (2008). Teori motivasi dan aplikasinya, Cetakan ketiga. Jakarta: RINEKA
CIPTA
Siagin, S. (2006). Toeri Mmotivasi dan aplikasinya, Cetakan Ketiga. Jakarta: Trans Info
Media.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Jakarta: Alfabeta.
Syahmasa, 2003. Analisa Hubungan Faktor Demografi dan Motivasi dengan Kinerja
Kader dalam Berperan Serta Meningkatkan Pelaporan Keperawatan di Posyandu
Wilayah Puskesmas Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Tahun 2002. Perpustakaan
Pusat Universitas Indonesia Depok.
Wahab. (2010). Partisipasi masyarakat dalam otonomi pendidikan. Makalah Seminar.
Lampiran 1
Nama : Maulida
Alamat : Peudawa
Pekerjaan : Dosen pengajar STIkes Bina Nusantra
Dengan ini menjelaskan kepada Ibu bahwa saya akan melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh partisipasi Kader Dengan Pelaksanaan Posbindu Lansia Di
kecamatan Peudawa Wilayah Kabupaten Aceh Timur. Adapun tujuan dari pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan partisipasi kader dengan pelaksanaan
posbindu lansia.
Oleh sebab itu saya mohon kesediaan Ibu untuk dapat berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan menjadi responden. Adapun kegiatan yang akan Ibu lakukan dalam
penelitian ini adalah mengisi instrumen pengumpulan data untuk penelitian ini. Apapun
yang Ibu lakukan dalam penelitian ini saya jamin kerahasiaannya dan tidak membawa
pengaruh apapun terhadap pelayanan kesehatan yang akan ibu terima. Jika Ibu setuju
untuk berpartisipasi, maka saya mohon untuk dapat mengisi lembar pernyataan
persetujuan menjadi responden.
Demikianlah penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini. Atas partisipasi
dan kerja sama yang baik saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Maulida
Peneliti
Lampiran 2
Sebagai responden pada penelitian ini saya tidak mengharapkan imbalan dalam
bentuk apapun sehingga saya berhak menghentikan keterlibatan saya pada penelitian ini
kapan saja.
Aceh Timur,
Yang Membuat Pernyataan,
____________________________
Kode Responden :
Lampiran 3
Data Demografi :
Pendidikan terakhir :
1. Tidak Sekolah 4. SMP/sederajat
2. SD/sederajat 5. Perguruan Tinggi
3. SMP/sederajat
Pekerjaan :
1. Pegawai Negeri 4.Ibu Rumah Tangga (IRT)
2. Pegawai Swasta 5.Tidak Bekerja
3. Petani/Nelayan/Pedagang
Petunjuk:
Berilah tanda centang () pada laternatif jawaban
ALTERNATIF JAWABAN
N
PERNYATAAN Selalu Serin Kadang- Jarang Tidak
O
kadang
g Pernah
1 Saya senang terlibat sebagai kader
dalam pelaksanaan Posbindu lansia
setiap bulan
6 Saya
memberitahukan/menginformasikan
kepada masyarakat khususnya lansia
jadwal pelaksanaan Posbindu lansia
Petunjuk:
Berilah tanda centang () pada laternatif jawaban
ALTERNATIF JAWABAN
N
PERNYATAAN Selalu Serin Kadang- Jarang Tidak
O
kadang
g pernah
1 Saya menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan pada saat pelaksaanan
posyandu
2 Saya turut mengatur pembagian tugas
kader pada saat pelaksaanan posyandu
CAPAIAN (lampirkan bukti-bukti luaran dari kegiatan dengan judul yang tertulis di
atas, bukan dari kegiatan penelitian/pengabdian dengan judul lain sebelumnya)
1. PUBLIKASI ILMIAH
Keterangan
Artikel Jurnal Ke-1*
Nama jurnal yang dituju Jurnal Suwa Binusa
ISSN: 2460 4536
Impact factor jurnal
Judul artikel Pengaruh partisipasi kader dengan
pelaksanaan Posbindu
Status naskah (beri tandacek list)
- Draf artikel
- Sudah dikirim ke jurnal
- Sedang ditelaah (sedang ditelaah)
- Sedang direvisi
- Revisi sudah dikirim ulang
- Sudah diterima
- Sudah terbit
*Jika masih ada artikel ke-2 dan seterusnya, uraikan pada lembar tambahan
2. BUKU AJAR
Buku ke-1
Judul: Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia
Penulis: Maulida
Penerbit: Natural Aceh
Maulida
CATATAN HARIAN
NIDN : 0108018104
NO Program
No Hibah Jud Keterangan Jumlah Catatan
u
Desentralisasi Pengaruh partisipasil kader dengan Dana Hibah : Rp.
Penelitian pelaksanaan Posbinduu 15.000.000
Dosen Pemula u Dana Terpakai : Rp.
u 7.707.707
1 Presentase Dana 21
Terserap: 70.07 %
Presentase Capaian:
Daftar Catatan Harian 70
%
No
Tanggal Prosentase
Isi catatan Dana Terpakai Berkas
Pelaksanaan Capaian
ATK
3 3 2 4- 2016 Pembelian ATK 918.000 6,12 %
Fotocopy bahan 2april14.pdf
dokumen, quesioner, dll