Anda di halaman 1dari 76

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371/Ilmu keperawatan

LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENGARUH PARTISIPASI KADER DENGAN


PELAKSANAAN POSBINDU LANSIA DI KECAMATAN PEUDAWA
WILAYAH KERJA KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2015

TIM PENGUSUL
Ns. MAULIDA, S.Kep (NIDN : 108018104)
Ns. HASRIZAL SAFFUTRA, S.Kep (NIDN : 120018301)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA NUSANTARA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
IDI ACEH TIMUR
2015
PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT, dengan Rahmat dan Ridha-

Nya Peneliti dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian 70% (tujuh puluh persen)

ini dengan baik. Selawat dan salam kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kita

ke alam yang berilmu pengetahuan.

Laporan penelitian ini mencoba melihat bagaimana hubungan antara partisipasi

kader dengan pelaksanaan Posbindu, untuk meningkatkan angka harapan hidup dengan

pengobatan dan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

yang terbina melalui Posbindu lansia. Sampel penelitian ini adalah kader-kader yang ada

di wilayah kabupaten Aceh Timur

Penulisan laporan ini merupakan penelitian yang dibiayai oleh Dikti melalui

Kopertis Wilayah I (Aceh-Sumut) melalui skema bantuan Penelitian Dosen Pemula tahun

2015. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ketua Yayasan Pendidikan

Getsempena, STIKes Bina Nusantara, Kepala LP2M STIKes Bina Nusantara, Dinas

Kesehatan Kabupaten Aceh Timur, dan rekan-rekan dosen/peneliti yang telah

memberikan kontribusi dan bantuannya kepada penulis.

Akhirnya, atas semua bantuan, dukungan serta bimbingan yang telah diberikan,

penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi

kita semua.

Aceh Timur, Juli 2016

Maulida
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i


PRAKATA ............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
RINGKASAN ......................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1. Partisipasi Kader............................................................................................... 6
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Kader .................................... 13
2.3. Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posbindu .................................................... 15
2.4. Posbindu Lansia ...............................................................................................15
2.5. Kader Posbindu Lansia..................................................................................... 20
2.6. Konsep Dasar Lanjut Usia ............................................................................... 21

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 24


3.2. Kerangka Konsep............................................................................................. 25
3.4. Definisi Operasional Penelitian ....................................................................... 25
3.5. Hipotesis........................................................................................................... 26

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1. Desain Penelitian.............................................................................................. 28
4.2. Populasi ............................................................................................................ 29
4.3. Tempat Penelitian............................................................................................. 30
4.4. Instrumen Penelitian ........................................................................................... 30
4.5. Uji Coba Instrumen ............................................................................................. 32
4.6. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................ 33
4.7. Pengolahan Data.............................................................................................. 35
4.8. Analisa Data ............................................................................................ ........ 35

BAB V HASIL YANGCAPAI


5.1. Data Demografi ................................................................................................ 37
5.2. Partisipasi kader dalam kegiatan posbindu ...................................................... 37
5.3. Program kegiatan Posbindu lansia yang telah dijalankan di desa .................... 41
5.4. Kendala yang di dapat ..................................................................................... 30
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1. Pelatihan .......................................................................................................... 49
6.2. Pelaksanaan posbindu dengan mekanisme 5 meja ........................................... 49
6.3. Monitoring dan eveluasi................................................................................... 49

BAB VII PENUTUP


7.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 50
7.2. Saran ................................................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENGARUH PARTISIPASI KADER DENGAN PELAKSANAAN
POSBINDU LANSIA DI KECAMATAN PEUDAWA WILAYAH
KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2015

Oleh : Ns. Maulida, M.Kep


Dosen STIKes Bina Nusantara kabupaten Aceh Timur

RINGKASAN

Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan


masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal serta ikut
membina masyarakat dalam bidang kesehatan melalui kegiatan di posbindu. Partisipasi
kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di posbindu.
Berdasarkan BPS RI tahun 2013 Jumlah penduduk lansia di Indonesia tahun 2012 sekitar
18,55 juta orang atau 7,78 persen dari total penduduk Indonesia. Persentase penduduk
lansia yang telah mencapai angka di atas tujuh persen, menunjukkan bahwa negara
Indonesia sudah mulai masuk ke kelompok negara berstruktur tua (ageing population).
Posbindu dalam melaksanakan sangat tergantung pada peran kader, kader-kader posbindu
ini pada umumnya adalah relawan yang berasal dari masyarakat yang dipandang
memiliki kemampuan lebih dibandingkan anggota masyarakat lainnya. Mereka inilah
yang memiliki andil besar dalam memperlancar proses pelayanan kesehatan. Kader
diharapkan bisa memberikan dukungan berupa berbagai pelayanan. Indikator penilaian
partisipasi kader Posyandu Lansia adalah dengan menilai kinerja kader terkait pengenalan
program, perencanaan kegiatan, pelaksanaan atau pengorganisasian kegiatan, pemantauan
kegiatan dan evaluasi kegiatan Posbindu lansia. Partisipasi atau peran serta pada dasarnya
merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dalam keseluruhan
proses kegiatan yang bersangkutan mencakup pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pengendalian serta permanfaatan hasil kegiatan yang dicapai.Penelitian ini
adalah penelitian Korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menggambarkan hubungan antar variabel. Pada penelitian ini,
pengukuran dilakukan satu kali dalam waktu yang bersamaan dengan menggunakan alat
ukur berupa kuesioner untuk mengetahui hubungan antara partisipasi kader dengan
kegiatan Posbindu lansia di wilayah Kabupaten Aceh Timur.

Kata Kunci : Posbindu,partisipasi, Kader,lansia.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal serta ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui
kegiatan yang dilakukan di posyandu. Partisipasi kader merupakan salah satu kunci
keberhasilan sistem pelayanan di posyandu. Jika partisispasi kader dalam
pelayanannya di posyandu kurang aktif, maka tidak akan mendapat respon positif
dari para lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia (Syakira, 2009). Tiap kader
dituntut untuk menjalankan perannya baik dalam persiapan, pelaksanaan dan
kegiatan setelah posyandu dilakukan serta menjalankan fungsinya sebagai penyuluh,
perencana, pelaksana, pembina, penghubung dan perintis dengan sebaik-baiknya
Agar mampu mengembangkan kmandirian dan kesadaran lansia akan kesehatan
(Depkes, 2005).
Para lansia diharapkan berpartisipasi aktif dalam pelaksanan posyandu lansia
untuk mewujudkan kesehatan dengan cara: Berperan aktif dalam kegiatan
penyuluhan, Olaraga secara teratur sesuai kemampuan, menjalani pemeriksaan
kesehatan secara berkala, menjalani pengobatan, meningkatkan upaya kemandirian
dan pemenuhan kebutuhan pribadi.
Pos pembinaan terpadu (Posbindu) merupakan suatu wadah kelompok usia
lanjut di masyarakat dimana dalam proses pembentukannya dilakukan oleh
masyarakat bekerjasama dengan lembaga sosial, pemerintahan dan swasta sebagai
wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang menitik beratkan
pada upaya peningkatan dan pencegahan terhadap masalah-masalah lansia
(Notoatmodjo, 2007). Posbindu salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) untuk meningkatkan kesehatan dan mutu kehidupan untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat (Depkes, 2007)
Posbindu dalam melaksanakan sangat tergantung pada peran kader, kader-
kader posbindu ini pada umumnya adalah relawan yang berasal dari masyarakat yang
dipandang memiliki kemampuan lebih dibandingkan anggota masyarakat lainnya.
Mereka inilah yang memiliki andil besar dalam memperlancar proses pelayanan
kesehatan (Ochman, 2012). Kader diharapkan bisa memberikan dukungan berupa
berbagai pelayanan yang meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran
tekanan darah, pengisian lembar KMS, memberikan penyuluhan atau
penyebarluaskan informasi kesehatan, menggerakkan serta mengajak usia lanjut
untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu (Yudiansyah, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian dari Ansari dan Andersson (2011) melaporkan bahwa
terdapat keuntungan dari pemberdayaan kader yang telah dilakukan yaitu penekanan
pada biaya dari program kesehatan di Inggris.
Berdasarkan BPS RI tahun 2013 Jumlah penduduk lansia di Indonesia tahun
2012 sekitar 18,55 juta orang atau 7,78 persen dari total penduduk Indonesia.
Persentase penduduk lansia yang telah mencapai angka di atas tujuh persen,
menunjukkan bahwa negara Indonesia sudah mulai masuk ke kelompok negara
berstruktur tua (ageing population). Struktur penduduk yang menua tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan nasional,
khususnya sebagai cerminan dari semakin panjangnya rata-rata usia penduduk
Indonesia.
Jumlah penduduk lansia di Provinsi Aceh berdasarkan hasil BPS RI pada
tahun 2012 adalah 5,88 % dari total penduduk Aceh, sedangkan di Kabupaten Aceh
Timur jumlah penduduk lansia dalam kelompok umur 60 tahun adalah 5,55 % dari
total penduduk kabupaten tersebut (Prov. Aceh, 2013).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memlihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa
peningkatan kesehatan ini baik kesehatan individu, kelompok atau masyarakat harus
diupayakan dalam mewujudkan kesehatan yang dilakukan oleh individu, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintahan ataupun swadaya masyarakat. Upaya
mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua aspek yaitu pemeliharaan
kesehatan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007)
Peran serta masyarakat untuk ikut memelihara kesehatan lansia ditunjukkan
oleh adanya partisipasi kader kesehatan yang berasal dari anggota masyarakat dan
menjadi komunitas pemerhati kesehatan lansia yang bekerja di Posbindu Lansia. Dan
juga berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi lansia dalam kegiatan posbindu
yang telah direncanakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat lanjut usia,
dimana pengetahuan lansia tentang posbindu erat kaitannya dengan penyuluhan
kesehatan yang dilakukan oleh kader kesehatan dan tenaga kesehatan Puskesmas
baik dalam bentuk pengumuman, selebaran, undangan maupun penyuluhan.
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan didapatkan bahwa kecamatan
Peudawa terdapat 17 desa dengan jumlah kader pada setiap desa 4 5 orang.
Berdasarkan data dari puskesmas Peudawa di kecamatan Peudawa telah ada program
Posyandu, namun saat ini tidak berjalan seperti yang diharapkan dan kurangnya
partisipasi kader terhadap pelaksanaan posbindu. Ada beberapa Posbindu Lansia
yang tidak dilaksanakan setiap bulannya. Kader di Aceh Timur belum ada pembagi
kelompok atau tugas, semua kader mengikuti kegiatan dalam upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat. Kecuali Kader CMHN, berbeda karena ada pelatihan khusus.
(Dinkes Aceh Timur, 2013).
Indikator penilaian partisipasi kader Posyandu Lansia seperti yang
dikemukakan oleh Budi (2011) adalah dengan menilai kinerja kader terkait
pengenalan program, perencanaan kegiatan, pelaksanaan atau pengorganisasian
kegiatan, pemantauan kegiatan dan evaluasi kegiatan Posbindu lansia. Penelitian
yang lain dilakukan oleh Mardikanto (2003) yang mengatakan bahwa partisipasi atau
peran serta pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan
secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan mencakup
pengambilan keputusan dalam perencanaan, pengendalian serta permanfaatan hasil
kegiatan yang dicapai.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh
partisipasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di Kecamatan Peudawa wilayah
Kabupaten Aceh Timur.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada Pengaruh antara partisipasi kader dengan
pelaksanaan Posbindu di Kecamatan Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur
tahun 2015?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh partisipasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di
Kecamatan Peudawa Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengaruh motivasi kader dengan pelaksanaan posbindu di
Kecamatan Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.
2) Untuk mengetahui pengaruh komunikasi kader dengan pelaksanaan posbindu
di Kecamatan Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.
3) Untuk mengetahui pengaruh koordinasi kader dengan pelaksanaan posbindu
di Kecamatan Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.
4) Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi kader dengan pelaksanaan posbindu
di Kecamatan Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian


a. Manfaat Bagi Lansia
Meningkatkan kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan dasar, serta meningkatkan kualitas pelayanan bagi lansia.
b. Manfaat Bagi Kader
Sebagai bahan informasi tentang partisipasi bagi kader dalam melaksanakan
posbindu lansia, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
lansia.
c. Manfaat Bagi Puskesmas & Dinas Kesehatan
Memberikan masukan tentang partisipasi kader dalam pelaksanaan posbindu
lansia sehinggan Dinas Kesehatan dan Puskesmas dapat mengambil kebijakan
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya lansia.
d. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan kajian bagi pengembangan keperawatan gerontik dan
referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bentuk partisipasi kader pada
pelaksanaan posbindu lansia
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Partisipasi Kader


Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, moral,
perasaan di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan (Ibori, 2006). Menurut Laksana (2013) partisipasi
merupakan pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat
dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan
jasa.
Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok
(Ibori, 2006). Kader kesehatan adalah promotor kesehatan desa yaitu tenaga sukarela
yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Partisipasi
kader adalah keikutsertaan kader dalam situasi baik secara mental, pikiran atau emosi
dan perasaan yang mendorong untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai
tujuan yang telah ditentukan dan ikut bertanggungjawab terhadap kegiatan
pencapaian usaha tersebut (Prasetyo T, 2008)
Notoatmodjo (2007) menyatakan ada empat elemen yang mempengaruhi
partisipasi yaitu :
2.1.1 Motivasi
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak, dimana
bila orang tersebut yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki
motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri.
Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar
hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi
yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara memotivasi dari dalam ialah
motivasi yang muncul dari diri kita (Siagin, 2006).
Ada beberapa motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi
kinerja kader Posbindu yaitu:
2.1.1.1 Motivasi Instriksi
Motivasi instriksi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri individu,
yaitu:
a. Umur
Umumnya umur sangat mempengaruhi di dalam bermasyarakat, karena hal tersebut
merupakan suatu ukuran untuk menilai tanggung jawab seseorang dalam melakukan
suatu kegiatan ataupun aktivitas (Widiastuti, 2006). Menurut Elizabeth B. Hurlock
(1980) pembagian masa dewasa yaitu; masa dewasa dini, dewasa madya, dewasa
lanjut.
b. Tingkat Pendidikan
Menurut Azwar (2007) bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja
dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
seseorang. Pendidikan yang tinggi yang dimiliki seseorang akan lebih mudah
memahami suatu informasi, dan mudah dalam menyampaikan informasi kepada
orang lain (Ira, 2002)
c. Pekerjaan
Lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang didapat
ditempat kerjanya. Apabila seseorang kader bekerja, maka ia tidak akan mempunyai
waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan posbindu (Sugiyah, 2010). Menurut
Depkes RI (1996), bahwa salah satu syarat calon kader adalah wanita yang
mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan semua tugas kader yang telah
ditetapkan, dimana kegiatan posbindu biasanya dilaksanakan pada hari dan jam
kerja.
d. Lamanya Menjadi Kader
Kinerja masa lalu cenderung dihubungkan pada hasil seseorang, semakin lama ia
bekerja maka semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya sehingga senioritas
dalam bekerja akan lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang yang baru bekerja
(Soelaiman, 1980). Menurut Widiastuti (2006) seseorang dalam bekerja akan lebih
baik hasilnya bila memiliki ketrampilan dalam melaksanakan tugas dan ketrampilan
seseorang dapat dilihat pada lamanya seseorang bekerja. Begitu juga dengan kader
posbindu, semakin lama seseorang bekerja menjadi kader posbindu maka
keterampilan dalam melaksanakan tugas saat kegiatan posbindu akan semakin
meningkat sehingga nantinya partisipasi kadaer dalam kegiatan posbindu akan
semakin baik
e. Minat
Menurut Subandiyah (1982) bahwa minat merupakan salah satu aspek psikologis
yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku seseorang. Minat
merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang melakukan sesuatu,
yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan obyek yang menarik
baginya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk berhubungan
dengan lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa, menyelidiki atau
mengerjakan suatu aktivitas yang menarik baginya (Siagin, 2006)

2.1.1.2 Motivasi Ekstrinsik


Motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan yang berasal dari luar dari
individu berpengaruh terhadap kinerja kader, yaitu:
a. Fasilitas
Untuk memotivasi pekerjaan hendaknya dilakukan dengan menyediakan sarana dan
prasarana yang baik untuk digunakan dalam melaksanakan tugas (Syahmasa, 2003).
Menurut Siagin (1998) kegiatan-kegiatan posbindu tidak akan dapat berjalan dengan
baik bila tidak didukung oleh adanya fasilitas yang memadai. Penyediaan fasilitas
kerja adalah fasilitas kerja yang disediakan harus cukup dan sesuai dengan tugas dan
fungsi dan serta dilaksanakan pada waktu dan tempat yang tepat
b. Pelatihan
Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sekaligus dedikasi kader
agar timbul kepercayaan diri untuk melaksanakan tugas sebagai kader posbindu
dalam melayani lansia, baik di posbindu maupun saat melakukan kunjungan rumah
(Otda, 2001). Agar pelatihan kader berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih
kader yang mampu berdedikasi dalam memberikan pelatihan secara efektif dan
berkesinambungan, yakni melalui pendampingan dan bimbingan (Nilawati, 2008)

c. Pembinaan
Pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan dan meningkatkan
pengetahuan, sikap serta ketrampilan terhadap kegiatan yang telah berjalan, juga
untuk memberikan motivasi kepada kader supaya keaktifan kader dapat ditingkatkan
(Nilawati, 2008).
d. Insentif
Pemberian insentif merupakan bayaran untuk memotivasi para pegawai agar lebih
maju dalam pekerjaan dengan ketrampilan dan tanggung jawab yang lebih besar
(Siagin, 2006). Kebanyakan para kader tidak menerima pembayaran tunai untuk
pelayanan mereka tetapi mereka mendapat upah dalam bentuk lain seperti seragam
sebagai tanda penghargaan, sertifikat sebagai tanda jasa dan peralatan rumah tangga.
e. Penghargaan
Keberadaan kader hendaknya mendapat pengakuan dan penghargaan yang wajar dan
tulus. Semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaannya dan statusnya oleh
orang lain (Mutiara, 2002). Menurut Suryatim (2001) pemberian penghargaan
terhadap loyalitas kader akan sangat membantu untuk mempertahankan keaktifan
kader posbindu, pemberian tugas yang tidak membosankan disertai pujian,
melengkapi atribut saat bertugas akan membuat kinerja kader semakin meningkat
f. Dukungan Masyarakat
Dukungan masyarakat dapat dilihat pada partisipasi masyarakat. Dukungan
masyarakat dapat berupa tanggapan atau respon terhadap informasi yang diterima,
keterlibatan dalam perencanaan, keterlibatan dalam pengambilan keputusan,
keterlibatan dalam hal-hal teknis, keterlibatan dalam memelihara dan
mengembangkan hasil pembangunan, dan keterlibatan dalam menilai pembangunan
(Muwarni, 2009)

2.1.2 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan yang
dapat menyampaikan ide dan penerimaan informasi kepada masyarakat. Media masa
seperti TV, radio, poster, film, dan sebagainya. Sebagian dari informasi tersebut
adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan
suatu partisipasi. (Notoatmodjo, 2007). Menurut Nasir (2009) bahwa komunikasi
merupakan penyampaian informasi dalam sebuah intraksi tatap muka yang berisi ide,
perasaan, perhatian, makna serta pikiran yang diberikan kepada penerima pesan
dengan harapan penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah
sikap dan prilaku.
Komunikasi adalah suatu proses pengoperasian rangsangan (stimulus)
dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk
mempengaruhi prilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara
atau bunyi dan juga bisa menggunakan bahasa lisan, maupun berupa gerakan,
tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain dan
pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud dan tujuan dari
pihak yang memberikan stimulus tersebut (Muwarni, 2009).
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi
secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip
dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun
komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan prilaku
kesehatan masyarakat, dan selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat tersebut akan
berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Di dalam
pelayanan kesehatan atau komunikasi antar pribadi ini terjadi antara petugas
kesehatan health provider dengan clients, atau kelompok masyarakat atau anggota
masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan pelengkap komunikasi massa
(Notoatmodjo, 2007).
Komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Tujuan utama komunikasi yaitu
sebagai perubahan sikap (attitude change), seorang komunikasi setelah menerima
pesan kemudian sikapnya berubah menjadi positif maupun negatif. Dalam berbagai
situasi kita berusaha memengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain
bersikap positif sesuai dengan keinginan kita. Komunikasi sebagai perubahan
pendapat (opinion change) yaitu dalam komunikasi berusaha menciptakan
pemahaman, pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat
sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. (Setiawati, 2008)
Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan starategis diantaranya yaitu:
sebagai penerus informasi, percepatan pengambilan keputusan, memperkenalkan
perilaku sehat, pertukaran informasi kesehatan, pemeliharaan kesehatan secara
mandiri dan pemenuhan permintaan pelayanan kesehatan. Tujuan komunikasi
selanjutnya yaitu tujuan praktis, dimana tujuan umum komunikasi kesehatan adalah
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa cara yaitu
diantaranya untuk meningkatkan berbagai pengetahuan terkait dengan komunikasi,
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi yang efektif dan
untuk membentuk sikap dan prilaku berkomunikasi yang baik (Muwarni, 2009).

2.1.3 Koordinasi
Koordinasi adalah kerjasama dengan intansi di luar kesehatan masyarakat
dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Terjelmanya team work
antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. Suatu usaha kerjasama
antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat
saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Koordinasi juga merupakan
suatu usaha yang sinkron / teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat
dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan (Nasir, 2009).
Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2007) koordinasi adalah suatu usaha
yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang beragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Menurut Hasibuan (2007) tujuan dan manfaat koordinasi adalah:
a. Untuk mewujudkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi agar
tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
b. Memecahkan konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait.
c. Agar menejer pendidikan mampu mengoordinasikan pembangunan sektor
pendidikan dengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
d. Agar menejer pendidikan mampu menginteragsikan kegiatan fungsional dinas
pendidikan dan tujuan-tujuan dari unit organisasi yang terpisah-pisah untuk
mencapai tujuan bersama dengan sumber daya yang terbatas secara efektif dan
efisien.
e. Adanya pembagian kerja dimana semakin besar pembagian kerja semakin
diperlukan penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumapng tindih
pekerjaan yang menyebabkan pemborosan.
f. Untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis di
antara kegiatan-kegiatan, baik fisik maupun nonfisik dengan stakeholder.
g. Untuk mempelancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan dengan sumber daya pendidikan yang terbatas
h. Mencegah terjadinya konflik internal dan eksternal

2.1.4 Mobilisasi
Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan hanya terbatas pada tahap
pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai
seakhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas, perencanaan,
program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program. Juga hanya terbatas
pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat multidisiplin (Notoatmodjo, 2007).
Mobilisasi kader merupakan strategi yang dikembangkan untuk membantu
individu dimasyarakat untuk mengidentifikasi dan memilih saluran untuk menekan
permasalahan yang ada di lingkungannya (Nasir, 2009). Mobilisasi kader yang
berhasil bukan menghasilkan kata problem solving tetapi mengacu pada adanya
peningkatan kemampuan masyarakat untuk menggunakan/menentukan saluran yang
sesuai untuk menjawab kebutuhan dan keinginan lain yang ada dimasyarakat.
Artinya mobilisasi kader membuka peluang bagi masyarakat dan kader untuk dapat
mengtrol yang lebih besar atas keputusan dan pelaksanaan yang mempengaruhi
kehidupan mereka (Notoatmodjo, 2007).
Dalam pelaksanaan Posyandu, mobilisasi masyarakat merupakan proses
membangun kapasitas dimana individu, kelompok secara partisipastif dan
berkelanjutan membuat rencana, menjalankan dan mengevaluasi guna meningkatkan
derajat kesehatan mereka. Prinsip ini baik secara mandiri atau didorong oleh pihak
lain secara berkelanjutan menjadi kegiatan yang akan berjalan dimasyarakat guna
mencapai tujuan yang penting bagi lansia (Nasir, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2007) mengidentifikasi tugas kunci dalam upaya
mobilisasi yaitu:
a. Mengembangkan dialog yang berkelanjutan antara elemen dimasyarakat mengenai
masalah kesehatan yang ada di lingkungan mereka
b. Membangun atau memperkuat kelompok masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan dimasyarakat
c. Membantu menciptakan lingkungan dimana individu dapat memberdayakan diri
mereka sendiri maupun masyarakat
d. Mendorong keterlibatan aktif anggota masyarakat dalam masalah kesehatan dengan
cara mengenalkan keragaman dan keadilan, terutama dari orang yang bedampak
pada masalah kesehatan
e. Mendorong masyarakat mengembangkan ide kreatif untuk mengembangkan
berbagai strategi dan pendekatan untuk meningkatkan status kesehatan, bahkan
intervensi yang tidak disupport oleh penyandang dana.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Kader


Partisipasi kader dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
masyarakat, faktor tokoh masyarakat, faktor petugas kesehatan. Ketiga faktor
tersebut memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan posbindu sehingga apabila
salah satu faktor tidak ikut terlibat dalam kegiatan posbindu maka tidak berjalan
secara optimal (Ibori, 2006).
Menurut Atin Widiastuti (2007) partisipasi kader dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
2.2.1 Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat terdiri dari manfaat kegiatan yang dilakukan yaitu jika kegiatan
diselengarakan memberikan manfaat yang nyata jelas bagi kader maka kesediaan
kader-kader berpartisipasi menjadi lebih besar. Selain itu adanya kesempatan
berperan serta juga mempengaruhi misalnya ketersediaan berpartisipasi dan
dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan-ajakan berpartisipasi dan kader
melihat bahwa memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan itu
2.2.2 Faktor Tokoh Masyarakat
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh
masyarakat yang disengani ikut serta maka mereka akan tertarik juga untuk
berpartisipasi
2.2.3 Faktor Petugas Kesehatan
Petugas yang memiliki sikap yang baik seperti akrab dengan masyarakat
menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu mendekati para
tokoh masyarakat untuk berpartisipasi.
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam teori Green, perilaku dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu:
a. Predisposing factors (Faktor prediposisi)
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk
terjadinya perilaku tertentu. Faktor-faktor ini mencakup umur, pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Pengetahuan merupakan hasil
tahu seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu; tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan
evaluasi (evaluation)
b. Enabling factors (Faktor pemungkin)
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku
tertentu tersebut. Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik,
posbindu, polindes, pos obat desa dan sebaginya; ketercapaian pelayanan kesehatan
baik dari segi jarak maupun segi biaya dan sosial, adanya peraturan-peraturan dan
komitmen masyarakat dalam menunjuang perilaku tertentu tersebut, jumlah kader tiap
posbindu, serta dana insentif.
c. Reinforcing factors (Faktor penguat)
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat untuk terjadinya perilaku tertentu
tersebut. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap, perilaku tokoh masyarakat, sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Menurut Kelman dalam Sarwono (1997) perubahan sikap dan perilaku individu
dimulai dengan tahap:
1) Kepatuhan
Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk
melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman
atau sangsi jika dia tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan
jika dia mematuhi anjuran tersebut. Biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap
ini bersifat sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada
pengawasan petugas.
2) Identifikasi
Biasanya kepatuhan ini timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi
tokoh tersebut, sehingga ingin menirukan tindakannya tanpa memahami
sepenuhnya artinya dan manfaat dari tindakan tersebut
3) Internalisasi
Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut
terjadi melalui proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai
positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan nilai-nilai lain dari hidupnya.

2.3 Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posbindu


Menurut Terry (1982) bahwa partisipasi didasarkan atas prinsip psikologis
yang menyatakan bahwa orang lebih dimotivasi kearah tujuan-tujuan untuk
membantu dan menetapkannya serta adanya perhatian dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah. Partisipasi secara formal dapat didefinisikan
sebagai turut bertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk
memberikan sumbangsih pada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai
persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan terdapat
dan yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal
tersebut (Siti Irene, 2011)
Menurut Widiastuti (2006) partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam
suatu kegiatan kelompok, masyarakat atau pemerintah. Peran kader secara umum
yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan bersama dalam rangka
meningkatkan kesehatan lansia sedangkan peran kader secara khususnya terdapat
beberapa tahap meliputi: pertama tahap persiapan yaitu memotivasi masyarakat
khususnya lansia untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan bersama-sama
masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat desa. Kedua tahap
pelaksanaan yaitu melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu, mengelola
kegiatan. Tahap pembinaan yaitu menyelenggarakan pertemuan bulanan untuk
membahas perkembangan program dan masalah yang dihadapi keluarga,
melakukan kunjungan ke rumah pada keluarga binaannya, membina kemampuan
diri melalui pertukaran pengalaman antar kader.
Partisipasi kader didalam suatu kegiatan posbindu dapat dibagi dalam
beberapa tingkat yaitu; pertama adanya kesempatan untuk berperan serta kesediaan
berpartisipasi juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berpartisipasi dan kader melihat bahwa memang ada hal-hal yang berguna dalam
kegiatan itu. Kedua, memiliki keterampilan tertentu yang bisa disumbangkan, yaitu
kegiatan yang dilaksanakan membuktikan orang-orang dengan memiliki
ketrampilan tertentu, untuk ikut berpartisipasi. Ketiga, rasa memiliki yaitu suatu
kegiatan akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyrakat sudah diikutsertakan. Jika
rasa memiliki bisa ditumbuhkan dengan baik, maka partisipasi kader dalam
kegiatan didesa akan dapat dilestarikan. Keempat faktor tokoh masyarakat, kelima
faktor petugas.

2.4 Posbindu Lansia


2.4.1 Pengertian
Posbindu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah
pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan
lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif
(Notoatmodjo, 2007)

2.4.2 Dasar Hukum


Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-
undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan.
Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah: (1) UU No.
10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan, (2) UU No. 36 tahun 2009
pasal 138 tantang kesehatan usia lanjut, (3) UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah, (5) UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah,
(6) peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi (Depkes RI, 2002).

2.4.3 Tujuan
Tujuan umum dari Posbindu Lansia adalah meningkatkan kesejahteraan lansia
melalui kegiatan Posbindu Lansia yang mandiri dalam masyarakat. Tujuan
khususnya, meliputi: (1) meningkatnya kemudahan bagi Lansia dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, (2) meningkatnya cakupan dan kualitas
pelayanan kesehatan Lansia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa
mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan, (3) berkembangnya Posbindu
Lansia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas yang baik secara
berkesinambungan (Depkes RI, 2002).
2.4.4 Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu: (1) sasaran langsung,
yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut
risiko tinggi (>70 tahun) dengan masalah kesehatan, (2) sasaran tidak langsung,
yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia
lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut,
petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang
menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas (Depkes RI, 2002).

2.4.5 Pelayanan Kesehatan di Posbindu Lansia


Pelayanan kesehatan di Posbindu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan
pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau
ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam
Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi
kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang
dapat diberikan kepada Lansia di Posbindu adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik
turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
POKSILA.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public Health
Nursing).

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat adalah:
a. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan
makanan yang berasal dari daerah tersebut.
b. Kegiatan olah raga antara lain senam Lansia, gerak jalan santai, dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran.
Kecuali kegiatan pelayanan kesehatan seperti uraian di atas, kelompok dapat
melakukan kegiatan non kesehatan di bawah bimbingan sector lain, contohnya
kegiatan kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran
hobi dan lain-lain (Depkes RI, 2002).

2.4.6 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posbindu Lansia


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap Lansia, mekanisme
pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistim 5 tahapan (5 meja)
sebagai berikut :
a. Tahap pertama: pendaftaran Lansia sebelum pelaksanaan pelayanan.
b. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Lansia, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
c. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan
status mental.
d. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana).
e. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling (Depkes RI, 2002).

2.4.7 Indikator Keberhasilan Posbindu Lansia


Penilaian keberhasilan upaya pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan
kesehatan di posbindu dilakukan dengan menggunakan data pencatatan dan
pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat
dilihat dari :
a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah
organisasi masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya.
b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah /swasta yang memberikan pelayanan
kesehatan bagi lansia
c. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga
d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
e. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia (Depkes RI,
2002).

2.5 Kader Posbindu Lansia


2.5.1 Pengertian
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang
tertentu yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban
untuk melaksanakan meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat
dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk
melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan (Depkes RI, 2002).
2.5.2 Kader Posbindu Lansia
Jumlah kader Posbindu Lansia di setiap kelompok tergantung pada jumlah
anggota kelompok, volume dan jenis kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader
sebaiknya berasal dari anggota kelompok sendiri atau bilamana sulit mencari
kader dari anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya
yang bersedia menjadi kader (Depkes RI, 2002).
2.5.3 Syarat Kader
2.5.4 Persyaratan untuk menjadi kader, antara lain: (1) dipilih dari masyarakat dengan
prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat, (2) mau dan mampu
bekerja secara sukarela, (3) bias membaca dan menulis huruf latin, (4) sabar dan
memahami usia lanjut (Depkes RI, 2002).
2.5.5 Tugas Kader Posbindu Lansia
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Melaksanakan pembagian tugas
c. Menyiapkan materi/media penyuluhan
d. Mengundang ibu-ibu untuk datang ke Posbindu
e. Pendekatan tokoh masyarakat
f. Mendaftar Lansia
g. Mencatat kegiatan sehari-hari Lansia
h. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan Lansia
i. Membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan
status mental, serta mengukur tekanan darah Lansia
j. Memberikan penyuluhan
k. Membuat catatan kegiatan Posbindu
l. Kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di Posbindu
m. Evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan Posbindu (Depkes RI, 2002).

2.6 Konsep Dasar Lanjut Usia


2.6.1 Pengertian Lansia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas (Notoatmojo, 2007). Sedangkan dalam bukunya Hardywinoto
(2005) mengatakan yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Batasan lanjut usia menurut dokumen
perkembangan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh
Departemen Sosial dalam rangka pencanangan hari lanjut usia nasional tanggal 29
Mei 1996 oleh Presiden RI, batas umur lanjut usia adalah 60 tahun atau lebih
(Setiabudi, 1999 dalam Setiawati 2008).
Berikut ini adalah beberapa pembagian lansia (Mubarak, 2008)
a. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut : kelompok menjelang
usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas, kelompok usia lanjut (55-64 tahun)
sebagai presenium, kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) sebagai senium.
b. Organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut
: usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut
(elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua (very
old) di atas 90 tahun.
c. Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 : Seseorang dinyatakan sebagai
orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain (Mubarak, 2009 ).
2.6.2 Proses Penuaan
Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Proses penuaan merupakan
proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa anak, masa dewasa, dan
masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu (Mubarak, 2008).
Menua menurut Constantinides (1994) dalam Nugroho (2008) penuaan
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada
organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel
serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang
disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan
saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran (Bondan, 2005).
Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur
dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh
manusia. Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran
fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan menburuk, gerakan lambat, dan kelainan berbagai fungsi organ vital.
Sedangkan kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional,
menurunnya gairah, bertanbahnya minat terhadap diri, berkurangnya minat
terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap material, dan minat kegiatan
rekreasi tidak berubah (hanya orientasi dan subjek saja yang berbeda) (Mubarak,
2009).
2.6.3 Masalah pada Lansia
Menurut Nugroho (2008), permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia
secara individu, proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara
fisik, biologi, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang
dapat mengakibatkan peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya
gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
Menurut Mubarak (2009), terdapat beberapa tren dan isu pada lansia, di
antaranya : pertama, masalah kehidupan seksual berupa adanya anggapan bahwa
semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau
kesalahpahaman. Kedua, perubahan perilaku pada lansia sering dijumpai
terjadinya perubahan perilaku, di antaranya : daya ingat menurun, pelupa, sering
menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan
karena dirinya sudah tidak menarik lagi, dan lansia sering menyebabkan
sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.
Ketiga, pembatasan aktivitas fisik; semakin lanjut usia seseorang, mereka akan
mengalami kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya,
sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang
lain. Keempat, kesehatan mental; Selain mengalami kemunduran fisik, lansia juga
mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya
akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya.
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran


Partisipasi kader adalah Keikutsertaan seseorang dalam situasi baik secara
mental, pikiran atau emosi dan perasaan yang mendorong untuk memberikan
sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan dan ikut bertanggung
jawab terhadap kegiatan usaha posbindu (Prasetyo T, 2008)
Menurut Notoatmodjo (2007) mengemukakan empat elemen yang
mempengaruhi partisipisi kader dalam pelaksanaan posbindu lansia yaitu; motivasi,
komunikasi, koordinasi dan mobilisasi
Posbindu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu
wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan
lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif
(Notoatmodjo, 2007)
Berdasarkan penjelasan dalam konsep teori yang digunakan dalam
penelitian ini maka peneliti merangkum dalam bentuk skema sebagai berikut

Puskesmas
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
partisipasi: Partisipasi Kader Posbindu Lansia Lansia
1. Faktor
masyarakat Partisipasi
2. Faktor tokoh 1. Motivasi Stakeholder :
masyarakat 2. Komunikasi 1. Pemerintah
3. Faktor petugas 3. Koordinasi 2. Swasta
kesehatan 3. Organisasi
4. Mobulisasi
Sosial

Skema 3.1. Kerangka Konseptual


3.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan penjelasan tentang
konsep-konsep yang terkandung didalam asumsi teoritis yang digunakan untuk
mengabstraksikan unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan diteliti
dan mengambarkan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep tersebut (Dharma,
2011). Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah
pengaruh partisipasi kader dengan pelaksanaan Posbindu lansia di kecamatan
Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur. Adapun variabel yang diukur adalah:
1. Variabel bebas (dependent variable)
Pelaksanaan Posbindu di Kecamatan Peudawa Wilayah Kabupaten Aceh Timur
2. Variabel terikat (independent variabel)
Partispasi masyarakat meliputi motivasi, komunikasi, koordinasi dan mobilisasi.
Variabel Independen Variabel Dependen

Partisipasi Kader

1. Motivasi
2. Komunikasi
Pelaksanaan Posbindu Lansia
3. Koordinasi
4. Mobilisasi

Skema 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional penelitian adalah uraian tentang batasan variabel
yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Dharma, 2011)
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Independen
Partisipasi Keikutsertaan masyarakat Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
terhadap pelaksanaan Angket yang terdiri x-
Posbindu baik berupa ide dari 35 item tidak ada ,
pikiran, sumber daya pernyataan apabila X < x-
manusia, dana, kreativitas dengan
dalam melakukan kegiatan pilihan
serta dukungan terhadap jawaban
kegiatan Posbindu berdasarkan
skala likert
Sub variable
Motivasi Keinginan dari Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
individu/responden yang Angket yang terdiri x-
mendorongnya untuk dari 10 item tidak ada,
mengerjakan tugas sebagai (1-10) apabila X < x-
kader Posbindu Lansia
Komunikasi Suatu proses penyampain Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
dan penerimaan pesan Angket yang terdiri x-
yang dapat menyampaikan dari 7 item Tidak ada,
ide dan informasi kepada (11-17) apabila X < x-
masyarakat terutama lansia pernyataan
dalam kegiatan Posbindu
Koordinasi Kerjasama yang Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
dilakukan kader dengan Angket yang terdiri x-
instansi kesehatan dan dari 9 item tidak ada,
`diluar kesehatan untuk (18-26) apabila X < x-
pelaksanaan Posbindu pernyataan
Mobilisasi Keinginan yang dimiliki Penyebaran Kuesioner Ada, apabila X Ordinal
individu/kader dalam Angket yang terdiri x-
pelaksanaan Posbindu dari 9 item Tidak ada,
dimulai dari perencanaan (27-35) apabila X < x-
sampai evaluasi kegiatan. pernyataan

Variabel dependen
Pelaksanaan Pelayanan yang diberikan Penyebaran Kuesioner - Ada Ordinal
Kegiatan pada lansia Angket yang terdiri - Tidak
Posbindu menitikberatkan pada dari 13 item Ada
pelayanan promotif, pernyataan
preventif, kuratif dan dengan pilihan
rehabilitatif di wilayah jawaban
Kabupaten Aceh Timur. berdasarkan
skala likert
3.4 Hipotesis
Berikut ini adalah hipotesis null penelitian, yaitu:
3.4.1 Hipotesisi Mayor
Tidak ada pengaruh partisipasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di wilayah
Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.
3.4.2 Hipotesisi Minor
1. Tidak ada pengaruh antara motivasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di wilayah
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015
2. Tidak ada pengaruh antara komunikasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di
wilayah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015
3. Tidak ada pengaruh antara koordinasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di
wilayah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015
4. Tidak ada pengaruh antara mobilisasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di
wilayah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan quasi- experimental design atau eksperimen

semu dengan pendekatan rancangan pre and post test control group design. Pada desain

ini responden penelitian dibagi secara non-random menjadi dua kelompok. Satu

kelompok adalah kelompok perlakuan, sedangkan kelompok lain adalah kelompok

kontrol sebagai pembanding (Kusuma, 2011).

Sebelum perlakuan pada semua kelompok dilakukan pengukuran awal (pretest)

untuk menentukan tingkat pengetahuan dan keterampilan atau nilai awal responden

sebelum perlakuan. Selanjutnya pada kelompok perlakuan dilakukan intervensi sesuai

dengan prosedur perencanaan yang telah direncanakan, sedangkan kelompok kontrol

tidak diberikan intervensi tersebut. Setelah perlakuan dilakukan pengukuran akhir

(posttest) pada kelompok intervensi maupun kontrol untuk menilai adanya hubungan

antara partisipasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di wilayah Kabupaten Aceh

Timur tahun 2015. Berikut skema desain penelitian :


Responden penelitian :
kader di kecamatan
Peudawa

Kelompok intervensi : Kelompok kontrol :


Kader di 7 desa Kader di 10 desa
kecamatan Peudawa kecamatan Peudawa

Pretest pada Pretest pada


Kelompok intervensi Kelompok kontrol

Kelompok intervensi
diberikan perlakuan
pelatihan mekanisme 5
meja Posbindu lansia
dengan menggunakan
model penyuluhan
langsung

Post-test pada Post-test pada


Kelompok intervensi Kelompok kontrol

Skema : 4.1 Desain Penelitian


Pengaruh partisipasi kader dengan pelaksanaan Posbindu
di Kecamatan Puedawa wilayah Kabupaten Aceh Timur tahun 2015

4.2 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh kader desa di Kecamatan Puedawa


wilayah Kabupaten Aceh Timur yang terdiri dari 17 desa yang berjumlah 204 Orang
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Kader berdasarkan desa
di Kecamatan Puedawa wilayah Kabupaten Aceh Timur

No Kecamatan Jumlah Kader Kelompok


1 Gampong Keude 5
2 Seuneubok Peunteut 4
3 Alue Ie Itam 5
4 Kuta Baro 4 Kelompok kontrol
5 Gampong Kuala Peudawa 5
6 Seuneubok Teungoh 4
7 Asan Rampak 4
8 Meunasah Krueng 4
9 Blang Buket 5
10 Matang Rayeuk 5
11 Sama Dua 5
12 Paya Dua 4 Kelompok
13 Paya Bili Sa 5 intervensi
14 Paya Bili Dua 5
15 Alue Batee 4
16 Blang kuta 4
17 Buket Kuta 4
Total 76

4.3 Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di desa-desa kecamatan peudawa wilayah Kabupaten
Aceh Timur. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan pelaksanan kegiatan
Posbindu belum berjalan dengan optimal.

4.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner yang dibagi atas 2 bagian,
a. Bagian A
Instrumen yang dipakai untuk mendapat gambaran karakteristik responden
yang terdiri dari: usia responden, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga,
pelatihan dan lama bekerja
b. Bagian B
Instrument bagian B merupakan kuesioner dengan pilihan jawaban
berdasarkan skala likert, yang terdiri 35 item pernyataan. Dimana kuesioner ini
digunakan untuk mendapatkan data mengenai partisipasi kader terhadap
pelaksanaan Posbindu yang meliputi motivasi, komunikasi, koordinasi dan
mobilisasi. Dengan ketentuan : jika menjawab Selalu diberi nilai 5, Sering diberi
nilai 4, Kadang-kadang diberi nilai 3, Jarang diberi nilai 2, TP : tidak pernah
diberi nilai1.
1) Partisipasi motivasi yang terdiri dari 10 item pernyataan
Ada : bila responden menjawab benar (50-100%) atau mendapat nilai > 30-
50
Tidak ada : bila responden menjawab benar (>50%) atau mendapat nilai <
30 atau 10-30
2) Partisipasi komunikasi yang terdiri dari 7 item pernyataan
Ada : bila responden menjawab benar (50-100%) atau mendapat nilai > 21
35
Tidak ada : bila responden menjawab benar (>50%) atau mendapat nilai <
21 atau 7-20
3) Partisipasi koordinasi yang terdiri dari 9 item pernyataan
Ada : bila responden menjawab benar (50-100%) atau mendapat nilai > 27-
45
Tidak ada : bila responden menjawab benar (>50%) atau mendapat nilai <
27 atau 9-26
4) Partisipasi mobilisasi yang terdiri dari 9 item pernyataan
Ada : bila responden menjawab benar (50-100%) atau mendapat nilai > 27-
45
Tidak ada : bila responden menjawab benar (>50%) atau mendapat nilai <
27 atau 9-26
c. Bagian C
Instrument bagian C merupakan kuesioner dengan pilihan jawaban berdasarkan
skala likert, yang terdiri 13 item pernyataan. Dimana kuesioner ini digunakan
untuk mendapatkan data mengenai pelaksanaan Posbindu Lansia. Dengan
ketentuan : jika menjawab Selalu diberi nilai 5, Sering diberi nilai 4, Kadang-
kadang diberi nilai 3, Jarang diberi nilai 2, TP : tidak pernah diberi nilai1.
Ada : bila responden menjawab benar (50-100%) atau mendapat nilai > 39-65
Tidak ada : bila responden menjawab benar (>50%) atau mendapat nilai < 39
atau 13-38

4.5 Uji Coba Instrumen


Uji coba instrumen akan dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
10 kader di Kecamatan Idi Rayeuk wilayah kabupaten Aceh Timur. Uji coba
instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas.

4.5.1 Uji Validitas


Uji validitas terhadap kuesioner terdiri dari uji validitas konstruksi, dan
validitas isi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas konstruksi
yaitu untuk mengidentifikasi suatu instrumen telah disusun sesuai dengan teori
atau konsep yang digunakan dalam penelitian serta mengkonsultasikan dengan
para ahli dibidangnya (Sugiyono, 2011). Uji validitas dilakukan pada instrumen
partisipasi masyarakat menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan
dengan skor total menggunakan korelasi Pearson product moment. Untuk
perhitungan setiap item pernyataan dibandingkan dengan tabel nilai Pearson
product moment, pada taraf signifikan 5%, dengan tingkat kebebasan 28 (df= 30-
2) dengan r tabel 0.361. berdasarkan hasil uji validitas didapatkan r hitung > nilai
r tabel, maka instrumen yang diuji dinyatakan valid (Sugiyono, 2011).

4.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas merupakan uji untuk melihat konsistensi dari suatu
pengukuran apabila instrumen tersebut dipergunakan lagi pada waktu yang
berlainan. Teknik analisis untuk penilaian reliabilitas instrumen dilakukan dengan
cara membandingkan nilai r hasil (nilai Cronbachs Alpha) dengan standarisasi
reliabilitas 0,80 (Dharma, 2011).

4.6 Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.6.1 Persiapan
a. Peneliti membuat permohonan penelitian dari ketua Stikes Bina Nusantara
kepada camat Peudawa serta tembusan kepada dinas kesehatan Aceh timur dan
kepala Puskesmas Peudawa.
b. Peneliti menyampaikan rencana penelitian pada bapak camat, dinas kesehatan
Aceh timur dan kepala Puskesmas Peudawa.
c. Peneliti melakukan pengumpulan data tahap awal (pre test) dengan membagikan
kuisioner langsung pada calon responden (kader-kader desa).
4.6.1 Pelaksanaan
a. Pretest
Peneliti mengunjungi lansung rumah kader dengan membawa kuesioner
pengetahuan, lembar observasi, cermin dan phantom payudara. Selanjutnya
peneliti menjelaskan rencana penelitian kepada calon responden intervensi dan
kelompok kontrol, serta menterahkan lembar permohonan peneliti (lampiran 1)
dan lembar persetujuan responden (lampiran 2). Jika calon responden
menyetujuinya, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani
lembar persetujuan (informed consent). Selanjutnya responden diminta untuk
mengisi kuesioner (lampiran 3). 4). Kemudian peneliti/enumerator menuliskan
nama kader tersebut di daftar nama peserta pelatihan dan memberikan undangan
untuk menghadiri pelatihan kepada responden sebagai bukti bahwa kader
tersebut menyetujui informed consent dan telah dilakukan pretest oleh
peneliti/enumerator.
b. Intervensi
Pada tahap ini peneliti akan memberikan intervensi kepada kaderkader
dari 10 desa dengan bekerja sama dengan pihak dinas kesehatan Aceh Timur
dalam persiapan pelatihan, yang dilakukan di gedung Stikes Bina Nusantara.
Pelatihan pada kelompok intervensi tentang model pembelajaran lansung atau
sosialisasi ini dilaksanakan selama 1 hari. Responden juga diberikan seminarkit
dan modul sesuai dengan materi yang disampaikan. Sedangkan kelompok
kontrol tidak diberi perlakuan. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel intervensi
kader berikut ini :
Tabel. 4.2 Tabel Intervensi Kader
Sasaran Intervensi Lama Frekuensi
Kader desa Pelatihan model 2 hari 5 Jam/hari
pada 10 desa pengajaran langsung
mekanisme 5 meja
Posbindu lansia
Dan sosialisasi kegiatan
Posbindu lansia

Kader desa - - -
pada 7 desa

c. Posttest
Setelah memberikan intervensi pada responden kelompok perlakuan,
selanjutnya satu minggu setelah pelatihan peneliti melakukan posttest pada
responden tersebut. Posttest dilakukan juga pada kelompok kontrol dengan
menggunakan kuesioner partisipasi kader dengan pelaksanaan posbindu lansia.
Dalam pelaksanaan posttest ini, peneliti dan enumerator kembali mengunjungi rumah
responden dengan membawa peralatan yang sama seperti saat pretest. Kemudian
peneliti/enumerator memberikan kuesioner partisipasi kader dengan pelaksanaan
posbindu lansia.

4.7 Pengolahan Data


Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry data, cleaning
data dan tabulasi data.
4.7.1 Editing, memeriksa setiap kuesioner yang terkumpul baik jumlah maupun
kelengkapan isinya. Pada saat pengumpulan kuesioner langsung diperiksa
kelengkapan isiannya. Bila belum lengkap, dikembalikan lagi kepada numerator
untuk mewawancara dan mengisi secara lengkap.
4.7.2 Coding, memberikan kode pada tiap kategori pertanyaan untuk setiap kuesioner
sesuai urutan nomor responden, dengan maksud memudahkan peneliti dalam
pengolahan data.
4.7.3 Entry data, memasukkan data sesuai dengan kode pertanyaan yang dilaksanakan
dengan cermat untuk menghindari kemungkinan data missing. Karena itu, setiap
kuesioner perlu dilakukan validasi untuk mengantisipasi data yang terlewatkan.
4.7.4 Cleaning data, melakukan pengecekan data yang telah dimasukkan kedalam
komputer apakah terdapat kesalahan atau tidak, yaitu dengan cara mengetahui
data yang hilang, variasi data dan konsistensi data.
4.7.5 Tabulasi data, mengelompokkan data sesuai kategori, yang selanjutnya disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau bentuk diagram.

4.8 Analisis Data


Proses analisis data dilakukan terutama untuk menjawab tujuan penelitian.
Untuk melakukan pengujian hipotesis, analisis data yang dilakukan adalah:
4.8.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel
yang diteliti. Pada penelitian ini variabel yang dianalisis secara univariat adalah
Identitas kader/ data demografi di Kecamatan Peudawa, yaitu identitas usia
responden, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, pelatihan dan lama
bekerja, yang berbentuk data kategorik dengan menghitung frekwensi dan
presentase.
4.8.2 Analisis Bivariat
a. Uji normalitas data pada kelompok intervensi dan kontrol : uji Kolmogrov Smirnov.
Uji Parametrik untuk data yang berdistribusinormal sedangkan uji Non Parametrik
untuk data yangtidak normal.
b. Uji kesetaraan antara kelompok intervensi dan kontrol yaitu uji T test independent
dilakukan pada varians skala numerik dan distribusi normal. Uji Non Parametrik
Mann Whitney dilakukan pada varians skala numerik dan katagorik yang tidak
berdistribusi normal.
c. Untuk mengetahui pengaruh Counfounding variable terhadap pengetahuan dan
keterampilan menggunakan uji chi-square. Analisa yang digunakan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Tabel 4.3 Analisa Data

No Variabel Uji Statistik


1 Mobilisasi Uji t
2 Kordinasi Uji t
3 Komunikasi Uji t
4 Mobilisasi Uji t
5 Umur Frekuensi
6 Pendidikan Frekuensi
7 Pekerjaan Frekuensi
8 Penghasilan keluarga Frekuensi
9 Lama menjadi kader Frekuensi

4.8.3 Analisa Multivariat

Untuk melihat variabel independen utama yang memiliki hubungan

erat terhadap variabel dependen.Tehnik analisis yang digunakan pada

penelitian ini adalah uji regresi logistik ganda karena variabel dependen

berbentuk data kategorik dikotomi.


BAB V
HASIL YANG DICAPAI

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian data 70 % (tujuh puluh persen) yang
terhimpun dalam bentuk analisis data yang diperoleh penelitian tahap awal yaitu pre test
yang telah dilakukan pada kader di 17 desa kecamatan Peudawa, maka hasil
penelitiannya di dapatkan bahwa:

5.1 Data Demografi


Data demografi responden diperoleh bahwa mayoritas responden berusia 31-
40 tahun (45 %), mayoritas berpendidikan Tingkat SMA (82%), pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga (IRT) (90%), mempunyai penghasilan keluarga perbulan dibawah
1.000.000 (93%), banyak kader yang tidak memiliki sertifikat (85%), kader yang
tidak mengikuti pelatihan 51(78%), dan lama menjadi kader 6-10 tahun (68%).

5.2 Berdasarkan partisipasi kader dalam kegiatan posbindu


Berdasarkan pengumpulan data awal (pre test) dapat diketahui bahwa kader
senang terlibat dalam pelaksanaan posbindu lansia (52%), keluarga mendukung
peran sebagai kader (45%), kader mendapatkan intensif berupa penghargaan sesuai
dengan beban kerja, kader meluangkan waktu untuk pelaksanaan posbindu lansia,
sedikit kader yang mengalami hambatan saat berkomunikasi dengan lansia.
Hasil penelitian juga didapatkan kader sudah menggunakan komunikasi yang
baik, kader banyak yang sudah berpengalaman, rata-rata kader (68%) sudah menjadi
kader 6-10 tahun, namun kader yang ada mengikuti pelatihan hanya 22%. Adanya
komunikasi kader pada pelaksanaan Posbindu dapat meningkatkan kepuasan lansia,
kepuasan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu kinerja, keandalan, kesesuaian,
estetika dan kualitas. Kinerja yang baik dilakukan oleh kader sangat berpengaruh
kepada kepuasan yang dirasakan lansia.
Tugas kader dalam Posbindu lansia dapat mempersiapkan sarana dan
prasarana yang diperlukan pada kegiatan Posbindu, memobilisasi pada hari
pelayanan Posbindu, melakukan pendaftaran sasaran pada Posbindu lansia,
melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi banda lansia
dan mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), membantu petugas dalam
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan melakukan penyuluhan sesuai dengan
masalah yang didapat. Hubungan ketanggapan atau komunikasi yang baik kader
terhadap perwujudan dan mutu pelayanan yang cukup memberi indikasi bahwa
berbagai upaya peningkatan kemampuan kerja dan respon semangat kerja kepada
petugas.
Komunikasi yang dilakukan kader sudah menggunakan strategi komuniksai
langsung yaitu komunikasi yang dilakukan antaa petugas dengan lansia secara
langsung sehingga informasi yang disampaikan kepada lansia tepat sasaran, dan
lansia memahami manfaat dari pelaksanaan posbindu lansia.
Komunikasi yang baik merupakan salah satu bentuk partisipasi kader yang
melibatkan keterlibatan mental atau pikiran atau moral atau perasaan di dalam situasi
kelompok yang mendorong untuk memberikan sumbangan kelompok dalam usaha
mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap pelaksanaan posbindu lansia. Kader
juga memerlukan keterampilan dalam melakukan komunikasi dengan lansia,
masyarakat dan pihak terkait yang berhubungan dengan posbindu lansia. Ada
beberapa bentuk keahlian yang harus dimiliki kader dalam pelaksanaan posbindu
seperti keahlian dalam mengundang pengunjung, menjelaskan bentuk kegiatan,
merapikan tempat agar menarik minat pengunjung, mengadakan pendekatan yang
rutin pada masyarakat untuk ikut seta terhadap pelaksanaan posbindu
Hasil penelitian menunjukkan kader menyediakan waktu setiap ada jadwal
Posbindu (48%), Mengingatkan lansia untuk hadir ke posbindu lansia satu hari
sebelum pelaksanaan posbindu (49,8%), Keikutsertaan kader dalam mempersiapkan
tempat pelaksaan posbindu (47%), dan Ikut mengatur perlengkapan yang dibutuhkan
pada pelaksanaaan Posbindu lansia (38%). Keikutsertaan kader dalam pelaksaan
posbindu lansia juga di dukungan dari keluarga kader sehingga kader dapat
meluangkan waktu pada pelaksanaan posbindu lansia kader juga dapat melakukan
komunikasi yang baik dengan pihak puskesmas bila terjadi masalah kesehatan lansia.
Adanya peran kader pada pelaksanaan Posbindu merupakan suatu bentuk
keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan suka rela baik karena alasan dari
dalam maupun dari luar dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan
mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pengendalian (pemantauan,
evaluasi dan pengawasan) serta pemanfaatan hasil kegiatan yang dicapai.
Hasil penelitian menunjukkan kader sudah melakukan koordinasi dengan
pihak instansi pemerintahan baik pihak Kecamatan, Puskesmas dan apabila ada
hambatan dan masalah pada pelaksanaan posbindu lansia sudah mengkoordinasi
dengan pihak Puskesmas dan masyarakat setempat (38.8%).
Pelaksaan posbindu dilakukan dengan kegiatan kader dalam melakukan
pencatatan pada meja pertama (56%), menyiapkan materi /media, menulis lansia
yang hadir (38%), menimbang berat badan lansia, pada pelaksaaan posbindu lansia
(48%). Dalam pelaksanaan kegiatan posbindu lansia kader melakukan perencanaan
dalam menyusun perencanaan yang dibutuhkan seperti jumlah penduduk dan Kepala
Keluarga (KK) di wilayah cakupan, kondisi sosial ekonomi penduduk, jumlah lanjut
usia keseluruhan, kondisi kesehatan lansia, jumlah lansia yang mandiri, cacat,
terlantar, lansia produktif dan lansia yang mengalami tindakan penelantaran,
pelecehan, pengucilan dan kekerasan. Hasil dari penelitian juga didapatkan sebagian
kader tidak pernah dijelaskan mengenai tugas dan peran mereka padahal mereka
sangat membutuhkan pengarahan dan koordinasi agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dan maksimal
Posbindu lansia merupakan organisasi kemasyarakatan non struktural yang
berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh
Ketua, dibantu Sekretaris, Bendahara dan beberapa kader. Agar pelaksanaan kegiatan
Posbindu berjalan efisien dan efektif dibutuhkan koordinasi yang baik, sehingga
posbindu tertata dengan baik sehingga mekanisme kerja meliputi perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dapat berjalan dengan lancar, sehingga
pelayanan yang diberikan pada lansia baik.
Berdasarkan asumsi peneliti dibutuhkan koordinasi yang baik diantara kader
dan petugas kesehatan dan tokoh masyarakat. Meskipun sebagian besar kader sudah
melakukan penerapan fungsi koordinasi dengan lintas sektor, namun koordinasi yang
dilakukan masih belum optimal karena koordinasi hanya melakukan koordinasi
sebatas menyusun pembuatan laporan kegiatan, pengumpulan data-data lansia.
Koordinasai merupakan usaha yang sikron atau sesuai untuk menyediakan jumlah
dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu
tindakan yang beragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Selain itu
tugas kader yang harus dilakukan sebagai motivator pada pengguna posbindu
misalnya dengan kunjungan rumah, penyuluhan dan pertemuan-pertemuan diluar hati
bukanya posbindu. Penerapan koordinasi akan diperoleh beberapa manfaat yaitu
terjadinya efisiensi di semua bidang, adanya suasana kerja yang tentram, terdapat
kesatuan tujuan dari masing-masing individu dalam organisasi, menghindar adanya
konflik dan menjamin adanya kesatuan sikap, tindakan, kebijakan dan pelaksanaan
dalam pekerjaan.
Peneliti menyimpulkan peningkatan jumlah lansia sebagai akibat dari
peningkatan umur harapan hidup waktu lahir, berimplikasi pada permasalahan lansia
dalam aspek kehidupan, oleh karena itu diperlukan upaya yang komprehensif,
terpadu, berkesinambungan mulai dari pemerintahan. Posbindu lansia merupakan
partisipasi masyarakat yang nyata dalam mewujudkan mutu kehidupan lansia, maka
diperlukannya komunikasi yang efektif dan koordinasi yang baik pada pelaksanaan
posbindu lansia untuk mencapai pelayanan yang optimal, untuk meingkatkan
komunikasi yang efektif dan koordinasi yang baik, kader perlu diberikan pelatihan
dan bimbingan pada pelaksanaan posbindu lansia, serta kader yang bersifat suka rela
perlu juga diberikan insentif bulanan sehingga dapat meningkatkan kinerja dari kader
lansia.

5.3 Program kegiatan Posbindu lansia yang telah dijalankan di desa


5.3.1 Tenaga Pelaksana dan mekanisme 5 Meja
Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang
namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang di
anjurkan adalah:
1. Ketua Posyandu
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Kader sekitar 5 orang :
a) Meja 1 tempat pendaftaran
b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan
pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT)
c) Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan dan pengobatan sederhana
(tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain)
d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan
kesejahteraan)
e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial
(pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain lain
sesuai kebutuhan)

5.3.2 Tugas dan Fungsi


1. Ketua Posyandu
- Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu
- Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stakeholder dalam rangka
meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu
2. Sekretaris
Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta
pengendalian posyandu.
3. Bendahara
- Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu
4. Kader
Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:
- Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan posyandu.
- Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.
- Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu lanjut usia.
- Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan lainnya.
- Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan
lainnya.
- Melakukan penyuluhan ( kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai dengan
minatnya.
5.3.2 Mekanisme Kerja
Untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap lanjut
usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang
benar dan tepat waktu, serta pengendalian yang akurat.
1. Perencanaan
Dalam menyusun perencanaan dibutuhkan data-data:
a) Jumlah penduduk dan KK di wilayah cakupan
b) Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah cakupan
c) Jumlah lanjut usia keseluruhan (per kelompok umur)
d) Kondisi kesehatan lanjut usia di wilayah cakupan
e) Jumlah lanjut usia yang mandiri
f) Jumlah lanjut usia yang cacat
g) Jumlah lanjut usia terlantar, rawan terlantar dan tidak terlantar.
h) Jumlah lanjut usia yang produktif
i) Jumlah lanjut usia yang mengalami tindakan penelantaran, pelecehan,
pengucilan dan kekerasan
Data tersebut diatas dapat diperoleh dari Kelurahan/Desa atau melalui
PKK dengan kegiatan Dasawisma dimana satu kader membina 10 keluarga.
Untuk sosial ekonomi, mandiri dan cacat serta produktif harus dibuat kriteria yang
jelas. Untuk hal tersebut perlu menggunakan alat bantu kuesioner (lampiran)
Rencana yang perlu disusun adalah:
a) Frekuensi kegiatan posyandu lanjut usia
b) Jenis kegiatan posyandu
c) Tenaga pelaksana kegiatan
d) Biaya kegiatan posyandu
e) Pengembangan kegiatan lanjut usia

Ad. a) Frekuensi kegiatan posyandu lanjut usia


Frekuensi kegiatan posyandu tergantung dari banyaknya jenis kegiatan yang
dilakukan posyandu tersebut. Untuk pencapaian lanjut usia sejahtera
dibutuhkan kegiatan sbb:
- olah raga/senam minimal 1 minggu sekali
- pengajian 1 minggu sekali
- pengukuran IMT dan pemeriksaan kesehatan setiap bulan
- pemberantasan buta aksara tergantung kondisi (peserta,pengajar, waktu
dan tempat)
- konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi.serta masalah sosial,
karya/usaha ekonomi produktif dan pendidikan
- peningkatan pendapatan
- dan lain-lain sesuai kesepakatan.
Setelah memperhatikan banyaknya kegiatan maka penyelenggaraan
posyandu dimusyawarahkan dengan warga/anggota, sehingga
menghasilkan kesepakatan bersama.
Ad. b) Jenis Kegiatan Posyandu
Pada dasarnya jenis kegiatan posyandu lanjut usia tidak berbeda dengan
kegiatan posyandu balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat lain di masyarakat. Namun posyandu lanjut usia kegiatannya
tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial
dan karya serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan
yang dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan
namun juga masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lainnya. Sebelum kita membicarakan jenis kegiatan
yang dilakukan oleh posyandu, terlebih dahulu para penyelenggara posyandu
diharapkan mengerti tujuan penyelenggaraan posyandu seperti telah
dijelaskan pada bab sebelumnya.
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lanjut usia yaitu :
1. Kegiatan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi
badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali.
2. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali,
namun bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap
minggu. Hal ini dapat dilakukan di puskesmas atau pada tenaga kesehatan
terdekat.
3. Kegiatan pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb), gula darah dan
kolesterol darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6
bulan. Namun bagi yang mempunyai faktor resiko seperti turunan kencing
manis, gemuk sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang sudah menderita
maka dilakukan di posyandu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan
laboratorium ini dapat dilakukan oleh tenaga Puskesmas atau
dikoordinasikan dengan laboratorium setempat.
4. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan
setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan
seiring waktu, selain itu dapat memantau faktor risiko penyakit-penyakit
degeneratif agar masyarakat mengetahui dan dapat mengendalikanya.
5. Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
6. Kegiatan aktivitas fisik/senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar
jadwal penyelenggaraan posyandu.

Ad c) Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang
saling membantu, namun harus ada penanggung jawab masing-masing sesuai
bidangnya. Para lanjut usia yang lebih muda dan lebih sehat dapat
diberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Dengan mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu
akan memberikan banyak manfaat antara lain:
- Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka
- Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati
- Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan
dan mencegah kepikunan.
- Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif
antar generasi dan akan membuat lanjut usia rajin datang.
- Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga
akhirnya tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.
Ad d) Biaya kegiatan posyandu.
Perencanaan biaya kegiatan posyandu harus dihitung dengan saksama agar
kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Yang harus di hitung
adalah biaya sebagai berikut:
- Alat tulis kantor (pulpen, pensil, kertas)
- Penggandaan (fotocoy, penjilidan dll)
- Makanan (PMT)
- Transport nara sumber dan pelatih senam ( biasanya dari sektor terkait)
- Obat diluar bantuan puskesmas
- Pemeriksaan Laboratorium diluar bantuan Puskesmas
- Dokumentasi
- Biaya tak terduga (10% dari keseluruhan kebutuhan biaya)

Ad e) Pengembangan kegiatan.
Untuk merencanakan pengembangan kegiatan yang perlu diperhatikan adalah
- apakah kegiatan yang ada dibutuhkan masyarakat?
- apakah kegiatan yang akan dikembangkan merupakan penyempurnaan dari
kegiatan sebelumnya atau peningkatan kualitas?
- apakah pengembangan kegiatan ini merupakan suatu hal yang baru?
- apakah posyandu mempunyai sumberdaya yang cukup untuk pengembangan
kegiatan?
- bagaimana caranya agar kegiatan tersebut tetap langgeng?
Semua pertanyaan tersebut harus dijawab dengan cara mendiskusikan
dengan semua pengurus, tokoh kunci, ataupun perwakilan anggota dan
melakukan monitoring dari kegiatan yang sudah ada atau studi banding ke
posyandu atau LSM/institusi yang telah melaksanakan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah disepakati. Namun dapat diuraikan berdasarkan pengelopokan
kegiatan sebagai berikut :
a) Kegiatan pelayanan kesehatan, gizi
b) Kegiatan senibudaya, olahraga dan rekreasi
c) Kegiatan peningkatan spiritual
d) Kegiatan kesejahteraan/sosial
e) Kegiatan pendidikan ketrampilan
Kegiatan tersebut di atas diatur sesuai dengan ketenagaan dan waktu
tersedia dan dapat dilakukan pada sebuah gedung, dibawah tenda ataupun di
tempat terbuka. Pada prinsipnya kegiatan kesehatan harus dilakukan 1 bulan
sekali agar dapat memantau kondisi kesehatan.
Kegiatan olahraga/senam bersama minimal dilakukan 1 minggu sekali,
selanjutnya senam dilakukan sendiri dirumah masing-masing untuk menjaga
kelenturan otot dan sendi. Dalam 48 jam otot akan menjadi kaku kembali
sehingga olah raga/senam yang paling baik adalah 3-5 kali seminggu selama 30-
60 menit.
Secara terperinci sebagai berikut; senam aerobik seperti jalan, jogging,
berenang atau dansa minimal 30 menit 5 kali seminggu untuk kebugaran, senam
yang menggunakan tahanan (resistance exercise) untuk penguatan dan
ketahanan/endurance otot minimal 2 kali seminggu, untuk senam kelenturan
(flexibility excersice) 2 kali seminggu selama minimal 10 menit, sedangkan
balance exercise/senam keseimbangan perlu dilakukan untuk mencegah resiko
jatuh. Balance exercise dilakukan bersifat individual tergandung kondisi, yang
paling penting adalah dilakukan secara bertahap agar terjadi peningkatan
keseimbangan. Kegiatan lain dalam posyandu dapat dilakukan secara bersama
atau sendiri-sendiri sesuai kebutuhan.
Pada beberapa daerah, penyelenggaraan posyandu lanjut usia dilaksanakan
pada hari dan tempat yang sama dengan jam yang berbeda dengan posyandu
balita. Hal ini kelihatannya sulit dilakukan, namun ternyata memberikan banyak
manfaat. Dengan diintegrasikan penyelenggaraan posyandu balita dengan
posyandu lanjut usia dapat terjalin solidaritas antar tiga generasi.
3. Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi.
Apapun bentuk kegiatan yang dilakukan, perlu dimonitoring dan dievaluasi untuk
mengetahui tingkat berhasilan ataupun perkembangan, serta hambatan dan
peluang. Demikian pula halnya dengan posyandu lanjut usia. Pengendalian dapat
dikelompokan menjadi pengendalian
- Internal
- Eksternal
Pengendalian Internal adalah pengendalian yang dilakukan oleh tenaga
posyandu, sedangkan pengendalian eksternal adalah pengendalian yang dilakukan
oleh pihak luar seperti lanjut usia, masyarakat sekitarnya, atau pihak luar lainnya.
Pengendalian eksternal ini penting dilakukan karena memberikan hasil yang lebih
objektif.
Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat diperlukan beberapa
indikator. Indikator yang yang diperlukan dalam pengendalian posyandu lanjut
usia adalah:
1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan
2. Kehadiran kader
3. Pelayanan kesehatan
- cakupan penimbangan
- cakupan pemeriksaan laboratorium
- cakupan hasil pemeriksaan kesehatan
- cakupan penyuluhan kesehatan
4. Frekuensi pelaksanaan senam
5. Frekuensi pelaksanaan pengajian/kebaktian
6. Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif
7. Kegiatan penghapusan buta aksara
8. Rekreasi
9. Kegiatan peningkatan pendidikan dan ketrampilan
10. Ketersediaan dana untuk penyelenggaraan kegiatan

5.4 Kendala yang di dapat


Beberapa keterbatasan penelitian ini diantaranya waktu luang yang dimiliki
kader saat penelitian berlangsung, karena kader selain ibu rumah tangga juga bekerja
sebagai petani, peneliti sulit dalam melakukan wawancara dengan kader, ada
beberapa kader sulit dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sehingga
peneliti menterjemahkan terlebih dahulu.
Anggaran dana desa yang sedikit untuk kegiatan khusus seperti posbindu
lansia. Dan kader tidak melaksanakan atau waktunya yang diundur karena petugas
kesehatan tidak ada waktu tetap dalam pelaksanaan posbindu lansia, pada setiap
desa-desa di kecamatan peudawa.
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Pada bagian ini akan dilakukan dan diuraikan tentang rencana dan tahapan yang
akan dilakukan selanjutnya untuk menyelesaikan penelitian Pengaruh partisipasi kader
dengan pelaksanaan Posbindu di Kecamatan Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur,
dimana ;

6.1 Pelatihan
Kegiatan ini dengan mengundang kembali kader-kader desa dari kelompok
intervensi untuk diberikan pelatihan tentang pelaksanaan Posbindu lansia yang akan
di adakan di gedung STIkes Bina Nusantara, dengan menundang kader kader dari
10 desa yang telah ditetapkan sebagai kelompok yang diberi perlakuan atau
intervensi.
Para peserta akan diberikan seminarkit, buku modul pelaksaanaan program
posbindu lansia dan sertifikat, serta snak dan makan siang.

6.2 Pelaksanaan posbindu dengan mekanisme 5 meja


Kegiatan ini dengan memilih 5 desa percontohan untuk menerapkan
mekanisme 5 meja Posbindu. Agar kader memahami tugas dan fungsi dari setiap
meja pelayanan.

6.3 Monitoring dan eveluasi


Nantinya setelah rangkaian kegiatan diatas dilaksanakan peneliti akan
melakukan monitoring pada setiap desa di kecamatan Peudawa sesuai waktu yang
ditetapkan dan mengevaluasi secara bersama hambatan dan kendala serta keuntungan
dari kegiatan posbindu
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya (70%),
maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut ;
1. Pelaksanaan program posbindu lansia telah dilaksanakan pada beberapa desa di
kecamatan Peudawa, tetapi pelaksanaannya masih belum optimal dilakukan setiap
bulannya sebanyak 1 kali
2. Dibutuhkan dukungan dari beberapa unsur seperti petugas kesehatan, kader desa,
para lansia sebagai peserta untuk aktif hadir dalam pelaksaan posbindu, keluarga
lansia, tokoh masyarakat dan lintas sektor lainnya
3. Ada dana yang mendukung kegiatan ini
4. Perlu dilakukan kegiatan seperti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampiran kader dalam pelaksanaan program posbindu lansia.

7.2 Saran
1. Bagi Lansia
Meningkatkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan posbindu lansia, dan adanya
dukungan keluarga.
2. Bagi Kader
Aktif mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampiran kader dalam pelaksanaan program posbindu lansia, sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia.
3. Manfaat Bagi Puskesmas & Dinas Kesehatan
Memberikan dukungan dengan mengadakan program-program kegiatan dalam
bentuk pembinaan bagi kader dan dapat mengambil kebijakan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Nasir. (2009). Komunikasi Dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Penerbit Salemba Medika

Adisasmito. (2008). Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers

Agustina, A. (2012). Partisipasi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila.


Diakses pada http://digilib.unimus.ac.id

Ansari WE. & Andersson E. (2011). Beyond value? Measuring the costs and Benefits of
Public Participation. Diunduh dari www.ebsco/journal of cultural diversity pada
tanggal 4 Februari 2015.

Azwar. (2007). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badrujaman. (2008). Sosiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Budi. (2011). Managemen partisipatif sebuah pendekatan dalam meningkatkan peran


serta kader posyandu dalam pembangunan kesehatan di desa. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat Vol.2 No.03 November 2011 Universitas Sriwijaya.

Bondan. (2005). Ranah penelitian keperawatan gerontik Retrieved 18 November 2006,


from http://www.inna-ppni.or.id.

BPS (2013). Data jumlah lansia tahun 2012. Retrieved 20 April 2014, from
www.bps.go.id.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia


sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

(2002). Pedoman pengolahan Kegiatan di kelompok usia


lanjut. Jakarta: Depkes RI

Dinkes Aceh Timur. (2013). Profil kesehatan tahun 2012.

Erfandi. (2009). Pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Dikutip tanggal 12


Desember 2014 dari http://forbetterhealth.wordpress.com/2009.

Hapsah, dkk. (2008). Analisis teori Dorothea Orem self care deficit. Retrieved 8
Oktober 2010 from http://www.scribd.com.

Hardywinoto. (2005). Panduan gerontologi tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta : Salemba
Medika.

Hurlok, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta.

Hasibuan (2006). Manajemen Dasar. Edisi Revisi. Bumi Aksara Jakarta.

Ibori. (2006) Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Tembuni


Kabupaten Teluk Bintuni.

Kemenkes. (2011). Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Laksana. (2013) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa dalam Program Desa Siaga
di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol. 1 No. 1 2013/.
Universitas Airlangga.

Mahoney, F.I., and Barthel, D.W., 1965, Functional evaluation The Barthel Index,
Maryland State Medical Journal, 14: 61-65

Mardikanto, (2003). Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik.


Bandung: CV Alfabeta.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu keperawatan komunitas; Konsep dan aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika

Mubarak. (2008). Pengantar keperawatan komunitas. Cetakan pertama. Jakarta: Sagung


Seto.

Muwarni A, (2009). Komunikasi terapeutik panduan bagi perawat: Yogyakarta,


Fitramaya.

Nilawati, (2008). Peran Kader Posyandu. http://library.usu.ac.id. Diakses tanggal 2


Januari 2015

Notoatmodjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: Rineka


Cipta

Notoatmodj. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama.


Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik. Edisi 2, Jakarta: EGC


Ochman. (2012). Memberdayakan lansia melalui Posbindu. Dikutip tanggal 9 April 2013
dari http://ochman.andiek.com/2012/07/30memberdayakan-lansia-melalui-
posbindu/.

Potter & Perry (2005) Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses & praktek.
Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC

Potter & Perry (2009). Fundamental of Nursing: konsep, proses & Pratek, Edisi 7 Vol.
1: Jakarta: EGC

Prasetyo T, (2009). Tinjauan Kritis Yuridis Terhadap Sistem Perencanaan


Pembangunan Di Daerah Pada Era Desentralisasi. Jurnal.pdii.lipi.go.id

Prov. Aceh (2013). Aceh dalam angka tahun 2012. Retrieved 20 April 2014, from www.
acehprov.go.id.

Siti Irene A.D. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setiawan, Z. (2006). Prevalensi dan determinan Hipertensi di Pulau Jawa, Tahun 2004.
KESMAS : Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 1 (2): 57-62.

Setiawati. (2008). Teori motivasi dan aplikasinya, Cetakan ketiga. Jakarta: RINEKA
CIPTA

Siagin, S. (2006). Toeri Mmotivasi dan aplikasinya, Cetakan Ketiga. Jakarta: Trans Info
Media.

Soekanto, S. (2006). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Gravindo Persada

Soelaiman, (1980). Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Bandung

Subandiyah. (1982). Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaa Kurikulum Muatan


Lokal. Skripsi. FIP-UNY

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Jakarta: Alfabeta.

Sugiyah. (2010). Partisipasi Komite Sekolah dalam penyelenggaraan Rintisan Sekolah


Bertaraf Internasional di Sekolah Dasar Negeri IV Wates. Tesis. PPs UNY.

Stanley (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Syahmasa, 2003. Analisa Hubungan Faktor Demografi dan Motivasi dengan Kinerja
Kader dalam Berperan Serta Meningkatkan Pelaporan Keperawatan di Posyandu
Wilayah Puskesmas Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Tahun 2002. Perpustakaan
Pusat Universitas Indonesia Depok.
Wahab. (2010). Partisipasi masyarakat dalam otonomi pendidikan. Makalah Seminar.

Yunus, M. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi lansia dalam


pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam.
Diakses pada http://digilib.unimus.ac.id.
MODEL INTRUMEN PENELITIAN

Lampiran 1

MOHON KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth : Ibu Calon Responden


di-
Tempat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Maulida
Alamat : Peudawa
Pekerjaan : Dosen pengajar STIkes Bina Nusantra

Dengan ini menjelaskan kepada Ibu bahwa saya akan melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh partisipasi Kader Dengan Pelaksanaan Posbindu Lansia Di
kecamatan Peudawa Wilayah Kabupaten Aceh Timur. Adapun tujuan dari pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan partisipasi kader dengan pelaksanaan
posbindu lansia.
Oleh sebab itu saya mohon kesediaan Ibu untuk dapat berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan menjadi responden. Adapun kegiatan yang akan Ibu lakukan dalam
penelitian ini adalah mengisi instrumen pengumpulan data untuk penelitian ini. Apapun
yang Ibu lakukan dalam penelitian ini saya jamin kerahasiaannya dan tidak membawa
pengaruh apapun terhadap pelayanan kesehatan yang akan ibu terima. Jika Ibu setuju
untuk berpartisipasi, maka saya mohon untuk dapat mengisi lembar pernyataan
persetujuan menjadi responden.
Demikianlah penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini. Atas partisipasi
dan kerja sama yang baik saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Maulida
Peneliti
Lampiran 2

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI


RESPONDEN PENELITIAN

Sehubungan diadakannya penelitian tentang Pengaruh partisipasi Kader


Dengan Pelaksanaan Posbindu Lansia Di kecamatan Peudawa Wilayah Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2015 yang dilakukan oleh Sdri. Maulida, maka dengan ini saya
menyatakan bersedia mendukung dan membantu pelaksanaan penelitian ini secara aktif
dengan melibatkan diri sebagai responden.

Adapun mengenai substansi penelitian dan hal-hal yang menyangkut pelaksanaan


penelitian ini telah dijelaskan oleh peneliti kepada saya dan saya sangat mengerti tujuan
dan manfaat penelitian ini bagi saya pribadi dan masyarakat. Saya juga menyadari dan
mengerti bahwa penelitian ini tidak membawa dampak apapun terhadap pelayanan
kesehatan yang saya terima, sehingga saya dengan sukarela dan tanpa rasa terpaksa
bersedia membantu penelitian ini.

Sebagai responden pada penelitian ini saya tidak mengharapkan imbalan dalam
bentuk apapun sehingga saya berhak menghentikan keterlibatan saya pada penelitian ini
kapan saja.

Demikianlah pernyataan persetujuan menjadi responden penelitian ini saya buat


dengan sadar dan sebenar-benarnya agar dapat diperguanakan seperlunya.

Aceh Timur,
Yang Membuat Pernyataan,

____________________________
Kode Responden :
Lampiran 3

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

PENGARUH PARTISIPASI KADER DENGAN PELAKSANAAN


POSBINDU LANSIA DI KECAMATAN PEUDAWA
WILAYAH KABUPATEN ACEH TIMUR

Di isi oleh petugas :


No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengumpulan Data : (diisi oleh peneliti)

Data Demografi :

Umur : ............ tahun

Pendidikan terakhir :
1. Tidak Sekolah 4. SMP/sederajat
2. SD/sederajat 5. Perguruan Tinggi
3. SMP/sederajat

Pekerjaan :
1. Pegawai Negeri 4.Ibu Rumah Tangga (IRT)
2. Pegawai Swasta 5.Tidak Bekerja
3. Petani/Nelayan/Pedagang

Memiliki Sertifikat Kader : Ada / Tidak ada*

Lama menjadi Kader :

Pelatihan kader Posbindu Lansia : Ada / Tidak ada*

Pendapatan Keluarga Per Bulan : Rp ........................

* coret yang tidak perlu


B. Partisipasi Kader

Petunjuk:
Berilah tanda centang () pada laternatif jawaban

ALTERNATIF JAWABAN
N
PERNYATAAN Selalu Serin Kadang- Jarang Tidak
O
kadang
g Pernah
1 Saya senang terlibat sebagai kader
dalam pelaksanaan Posbindu lansia
setiap bulan

2 Keluarga mendukung peran saya


sebagai kader

3 Saya mendapatkan insentif berupa


penghargaan sesuai dengan beban kerja
yang saya lakukan dalam pelaksanaan
Posbindu lansia

4 insentif/penghargaan yang saya


dapatkan dalam pelaksanaan Posbindu
lansia, dapat membantu perekonomian
keluarga

5 Saya meluangkan waktu untuk


pelaksanaan posbindu setiap bulan
lansia

6 Saya
memberitahukan/menginformasikan
kepada masyarakat khususnya lansia
jadwal pelaksanaan Posbindu lansia

7 Saya berperan aktif dalam mengajak


lansia untuk ikut terlibat dalam kegiatan
Posbindu

8 Saya ikut mempersiapkan tempat


pelaksanaaan Posbindu lansia pada hari
posbindu berlangsung

9 Saya ikut mengatur/menata


perlengkapan yang dibutuhkan pada
pelaksanaaan Posbindu lansia
10 Saya mengikuti pelatihan kader yang
dilakukan oleh pihak Puskesmas

11 saya memberikan saran dan pendapat


untuk pengembangan dan perbaikan
dari kegiatan Posbindu
12 Saya mengalami hambatan ketika
berkomunikasi dengan lansia pada saat
pelaksanaan Posbindu

13 Saya mencatat dan mendengarkan setiap


informasi dan keluhan lansia dalam
kegiatan Posbindu

14 Saya memyediakan waktu setiap ada


jadwal Posbindu

15 Saya mengingatkan lansia untuk hadir


ke posbindu lansia satu hari sebelum
pelaksanaan posbindu
16 saya menyiapkan tempat pelaksanaan,
peralatan, sarana dan prasarana sebelum
Posbindu dimulai

17 Saya melakukan tindak lanjut dan


kunjungan rumah kepada lansia yang
tidak datang ke Posbindu

18 saya membentuk kelompok pengajian


dengan tujuan untuk membentuk
solidaritas di masyarakat lansia

19 saya melakukan komunikasi dengan


pihak Puskesmas bila terjadi penyakit
yang berbahaya pada lansia

20 Saya melakukan koordinasi dengan


pihak Instansi pemerintahan (pihak
Kecamatan, Puskesmas) terkait kegiatan
Posbindu

21 Saya melibatkan tokoh masyarakat


dalam perencanaan kegiatan Posbindu

22 Saya melakukan koordinasi dalam


pelaksanaan Posbindu dengan pihak
Puskesmas
23 Saya melakukan koordinasi dengan
pihak Puskesmas bila mengalami
masalah pada pelaksanaan Posbindu
24 Saya bekerjasama dengan kader lainnya
dalam pelaksanaan Posbindu

25 Saya menjemput lansia yang tidak


sanggup berjalan lagi untuk mengikuti
posbindu lansia

26 Saya mengajak lansia untuk melakukan


senam lansia di Posbindu

27 Saya mengajak lansia menanam


tanaman obat/apotik hidup
diperkarangan rumahnya

28 Saya mengajak lansia untuk mengikuti


kegiatan sosial seperti mengunjungi
lansia lain yang sakit.

29 Saya mengingatkan lansia tentang


makanan yang harus di pantangan lansia
terkait penyakit yang diderita lansia

30 Saya menyarankan lansia untuk banyak


minum air putih

31 Saya menyarankan lansia untuk


mengkonsumsi buah-buahan.

32 Saya menyarankan lansia untuk


menghindari hal-hal yang dapat
menyebabkan lansia stress

33 Saya menyarankan lansia untuk


beristirahat secukupnya.

34 Saya memberikan pelayanan dengan


rahmah
35 Saya memberikan informasi kesehatan
pada lansia
C. Pelaksanaan Ponbindu Lansia

Petunjuk:
Berilah tanda centang () pada laternatif jawaban

ALTERNATIF JAWABAN
N
PERNYATAAN Selalu Serin Kadang- Jarang Tidak
O
kadang
g pernah
1 Saya menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan pada saat pelaksaanan
posyandu
2 Saya turut mengatur pembagian tugas
kader pada saat pelaksaanan posyandu

3 Saya menyiapkan materi/media


penyuluhan
4 Saya mengundang lansia untuk datang
ke Posbindu

5 Saya mengadakan pendekatankan tokoh


masyarakat terkait pelaksanaan
posbindu lansia

6 Saya menulis daftar Lansia yang hadir


posbindu

7 Saya mencatat kegiatan sehari-hari


Lansia

8 Saya menimbang berat badan dan


mengukur tinggi badan Lansia

9 Saya membantu petugas kesehatan


dalam melakukan pemeriksaan
kesehatan dan status mental, serta
mengukur tekanan darah Lansia

10 Saya memberikan penyuluhan

11 Saya membuat catatan kegiatan


Posbindu

12 Saya mengunjungi rumah lansia-lansia


yang tidak hadir di Posbindu
13 Saya membuat laporan bulanan dan
perencanaan kegiatan Posbindu
FORMULIR EVALUASI ATAS CAPAIAN LUARAN KEGIATAN

Ketua : Ns. Maulida, M.Kep


Perguruan Tinggi : STIKes Bina Nusantara
Judul : Pengaruh partisipasi kader dengan pelaksanaan Posbindu di
Kecamatan Peudawa wilayah Kabupaten Aceh Timur
Waktu Kegiatan : Tahun 1 dari rencana 1 tahun
Luaran yang direncanakan dan capaian tertulis dalam proposal awal:

No Luaran yang direncanakan Capaian


1 Buku 30%
2 Jurnal 60%

CAPAIAN (lampirkan bukti-bukti luaran dari kegiatan dengan judul yang tertulis di
atas, bukan dari kegiatan penelitian/pengabdian dengan judul lain sebelumnya)
1. PUBLIKASI ILMIAH
Keterangan
Artikel Jurnal Ke-1*
Nama jurnal yang dituju Jurnal Suwa Binusa
ISSN: 2460 4536
Impact factor jurnal
Judul artikel Pengaruh partisipasi kader dengan
pelaksanaan Posbindu
Status naskah (beri tandacek list)
- Draf artikel
- Sudah dikirim ke jurnal
- Sedang ditelaah (sedang ditelaah)
- Sedang direvisi
- Revisi sudah dikirim ulang
- Sudah diterima
- Sudah terbit
*Jika masih ada artikel ke-2 dan seterusnya, uraikan pada lembar tambahan
2. BUKU AJAR
Buku ke-1
Judul: Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia
Penulis: Maulida
Penerbit: Natural Aceh

3. PEMBICARA PADA PERTEMUAN ILMIAH (SEMINAR/SIMPOSIUM)


Nasional Internasional
Judul Makalah
Nama Pertemuan Ilmiah
Tempat Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
- Draf Makalah
- Sudah di kirim
- Sedang di review
- Sudah dilakanakan
Jika masih ada pertemuan ilmiah ke-2 dan seterusnya uraikan pada lembar
tambahan
4. SEBAGAI PEMBICARA KUNCI (KEYNOTE SPEAKER)
Nasional Internasional
Bukti undangan panitia
Judul Makalah
Penulis
Penyelenggara
Waktu pelaksanaan
Tempat pelaksanaan
- Draf Makalah
- Sudah di kirim
- Sedang di review
- Sudah dilakanakan
Jika masih ada undangan ke-2 dan seterusny, uraikan pada lembar tambahan
5. UNDANGAN SEBAGAI VISITING SCIENTIST PADA PERGURUAN
TINGGI LAIN
Nasional Internasional
Bukti undangan
Perguruang tinggi pengundang
Lama kegiatan
Kegiatan penting yang dilakukan
Jika masih ada undangan ke-2 dan seterusnya, uraikan pada lembar tambahan

6. CAPAIAN LUARAN LAINNYA


HKI (Uraikan status kemajuan mulai dari
pengajuan sampai granted)
TEKNOLOGI TEPAT GUNA (Uraikan siapa masyarakat
penggunateknologi yang dimaksud)
REKAYASA SOSIAL (Uraikan kebijakan publik yang sedang atau
sudah dapat di ubah)
JEJARING KERJASAMA (Uraikan kapan jejaring di bentuk dan
kegiatannya sampai saat ini, baik antar
peneliti maupun antar lembaga)
PENGHARGAAN (Uraikan penghargaan yang diterima sebagai
peneliti, baik dari pemerintah atau asosiasi
profesi
LAINNYA (tuliskan)

Jika luaran yang direncanakan tidak tercapai, uraikan alasannya:


..................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................

Banda Aceh, 10 Juli 2016


Ketua Peneliti

Maulida
CATATAN HARIAN

Nama Ketua : Maulida

NIDN : 0108018104

Program Studi : Ilmu keperawatan


Perguruan Tinggi : STIKES BINA NUSANTARA NA

Resume Catatan Harian

NO Program
No Hibah Jud Keterangan Jumlah Catatan
u
Desentralisasi Pengaruh partisipasil kader dengan Dana Hibah : Rp.
Penelitian pelaksanaan Posbinduu 15.000.000
Dosen Pemula u Dana Terpakai : Rp.
u 7.707.707
1 Presentase Dana 21
Terserap: 70.07 %
Presentase Capaian:
Daftar Catatan Harian 70
%
No
Tanggal Prosentase
Isi catatan Dana Terpakai Berkas
Pelaksanaan Capaian

1 Rapat koordinasi dengan poto rpt koordinasi


28 -3 -2016
1 dosen penerima hiba PDP 0 0 % 28 maret
dengan LP2M 2016.jpg

Pembelian kartu perdana pembelian perdana


2 1 - 4 - 2016 240.000 1,6 % kartu internet.pdf
2 internet

ATK
3 3 2 4- 2016 Pembelian ATK 918.000 6,12 %
Fotocopy bahan 2april14.pdf
dokumen, quesioner, dll

4 5 - 4 - 2016 Pembelian Canon 1.500. 000 10 %


PowerCyber Shot (untuk
dokumentasi)
5 5 -4 -2016 Printer Canon PIXMA 1.250.000
MP 237 (Untuk 8,3%
printing, dokumen, foto,
dll
Scanning Untuk
printing,
Scanning
No
Tanggal Prosentase
Isi catatan Dana Terpakai Berkas
Pelaksanaan Capaian

5 4- 2016 Projector EPSON ( untuk 4.200.000 28 %


6 seminar dan sosialisasi ,
dll)

7 5 4 - 2016 Tinta Print 175. 000 1,16%

8 5 4 - 2016 Kertas HVS 175.000 1,16%


4
Melakukan penyebaran Pre test ke rumah
9 21 5 -2016 kuisioner kader

Cetak modul Program


10 28 6 - 2016 2.100.000 14%
posbindu lansia

Anda mungkin juga menyukai