Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH :

I GST PT YUDA PANGESTU SUTEJA (P07120014040)

PUTU YUDA MAHESA DARMA (P07120014067)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2017
Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan

A. Pengertian
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno mnagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561)
maneggiare yang berarti mengendalikan terutamanya mengendalikan kuda yang
berasal dari bahasa latinmanus yang berati tangan. Kata ini mendapat pengaruh dari
bahasa Perancis mange yang berarti kepemilikan kuda (yang berasal dari Bahasa
Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal
dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi
mnagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya
dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. ( Ahmad Elqorni, 2009 )
Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain. (Harsey dan Blanchard).
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan,
pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran
dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Henry L.Silk).
Dari pengertian para pakar diatas disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pemberian bimbingan. Manajemen berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam
batas batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie
mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya.
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
B. Prinsip-prinsip umum manajemen keperawatan

Menurut Henry Fayol. seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip dalam


manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai
dengan kondisi-kondisi khusus & situasi-situasi yang berubah.

Prinsip- prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari :

1. Pembagian kerja (Division of work)

Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga


pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus
menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus
rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.

Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan
terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja.

2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)

Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) harus seimbang. Setiap
pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang.
Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian
pula sebaliknya. Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan
pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban.

3. Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila
wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Pemegang
wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga
mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada
padanya.

4. Kesatuan perintah (Unity of command)

Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan wewenang
yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.

5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)

Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari


Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab (Authority and
responsibility), Disiplin(Discipline), serta Kesatuan perintah (Unity of command). Oleh
karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk
pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan
tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan
tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya.

6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri

Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat terwujud,


apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang
tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan
organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung
kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi.

7. Penggajian pegawai

Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah
sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan
menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam bekerja. Gaji atau upah bagi
karyawan merupakan kompensasi yang menentukan tercapainya tujuan dan keberhasilan
dalam suatu pekerjaan. Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat
bekerja dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.

8. Pemusatan (Centralization)

Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan


untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan
wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang(delegation of
authority). Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam
suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang
tertinggi atau manajer puncak.

9. Hirarki (tingkatan)

Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya
berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui
kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah. Pembagian
kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area
yang cukup luas akan menimbulkan hirarki.

10. Ketertiban (Order)

Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan
maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan
disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan
pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa
bekerja dalam keadaan kacau atau tegang.

11. Keadilan dan kejujuran

Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan.
Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki
wewenang yang paling besar. Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.

12. Stabilitas kondisi karyawan


Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan
pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau
akan menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan
harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan
karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam
kegiatan.

13. Prakarsa (Inisiative)

Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya
manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang
menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu
yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dalam prakarsa
terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Setiap
penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak
gairah kerja. Manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa
yang dilahirkan karyawannya.

14. Semangat kesatuan dan semangat korps

Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa
setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh
dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat
kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang
kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana.
Karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga
menimbulkan semangat kerja sama yang baik.

Prinsip prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :

1. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui


fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan
ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana
yang telah diorganisasikan.
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi
yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan
pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi
C. Peran Manajemen Keperawatan (Operasional)
1) Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara langsung
dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan interpersonal
dasar, yaitu:
a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)

Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus


melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting, menghadiri
pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan
yang terkait dengan peran interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi
ataupun keputusan penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk
memperlancar fungsi organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin.

b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)


Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit
organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan
kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan
kepemimpinan secara langsung antara lain menyangkut rekrutmen dan training bagi
stafnya. Sedang yang berkaitan secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin
harus memberi motivasi dan mendorong anak buahnya. Pengaruh seorang pemimpin
jelas terlihat pada perannya dalam memimpin. Otoritas formal memberi seorang
pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi kepemimpinanlah yang menentukan
seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.

c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)

Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama aspek


yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran
sebagi penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal,
mulai muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyak temuan studi mengenai
pekerjaan manajerial menunjukkan bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama
teman sejawat dan orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang
dihabiskan dengan anak buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin
menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka mencari
informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering secara khusus diperuntukkan
bagi pengembangan sitem informasi eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat,
verbal, tetapi efektif.

2) Peran Informasional (Informational Role)


Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan jaringan
kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi unit
organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih
banyak dari pada stafnya. Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key part)
dari tugas seorang pemimpin.
Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek irformasional tersebut.
a. Peran sebagai monitor (Monitor Role)
Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor
lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus menginterogasi
kontak serta anak buahnya, dan kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar
merupakan hasil jaringan kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat,
bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai
monitor datang dalam bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang
masih membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut.
b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role)
Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama
(sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu
ketika anak buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang
kadang-kadang harus meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang
lainnya.
c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan
informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya.

3) Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)


Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan masukan
dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang
dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf
organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa
dipakai untuk memutuskan strategi organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin
sebagai pengambil keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu:
a. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)
Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki
kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi
tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu
mencari ide-ide baru dan berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi
perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)
Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon
tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan merupakan sesuatu di
luar kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat
sehingga tidak bisa diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang
berfungsi begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal
semua situasi lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja
karena pemimpin bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi
kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua
konsekuensi dari setiap tindakannya.
c. Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator Role)
Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima
apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan
seorang pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki
akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan
pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur organisasi,
pola hubungan formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam unit yang dipimpinnya.
d. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)
Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin
menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana dikemukakan
Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of life dari seorang pemimpin yang canggih.
Negosiasi merupakan kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh
dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia
yang memiliki otoritas untuk bisa memberikan komitmen sumberdaya organisasi, dan
hanya dia yang memiliki pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan
negosiasi penting.

SOAL EVALUASI

1. Suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pemberian bimbingan. Adalah pengertian dari
A. Manajemen.
B. Konsep
C. Proses
D. Strategi
E. Prinsip
2. Melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam
batas batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Adalah dari manajemen.
A. Konsep
B. Fungsi.
C. Proses
D. Strategi
E. Prinsip
3. Suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber sumber
yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Adalah
pengertian dari
A. Konsep Keperawatan
B. Fungsi Keperawatan
C. Manajemen Keperawtaan.
D. Proses Keperawatan
E. Prinsip Keperawatan
4. Prinsip- prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari
A. 11 prinsip
B. 12 prinsip
C. 13 prinsip
D. 14 prinsip.
E. 15 prinsip
5. Salah satu prinsip manajemen menurut Henry Fayol adalah pembagian kerja harus
disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan
efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan (perawat) harus menggunakan
prinsip
A. Authority and responsibility
B. Discipline
C. Unity of command
D. Unity of direction
E. The right man in the right place.
6. Bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit organisasi yang dipimpinnya.
Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung
dan tidak langsung dalam peran manajemen Keperawatan sebagai
A. Pemimpin.
B. Penghubung
C. Yang dituakan (figurehead role)
D. Informasional
E. Disseminator
7. Seorang pemimpin secara terus menerus memonitor lingkungannya untuk memperoleh
informasi, dia juga seringkali harus menginterogasi kontak serta anak buahnya, dan
kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan kontak
personal yang sudah dikembangkannya. Merupakan peran pemimpin sebagai..
A. Disseminator
B. Monitor.
C. Juru bicara
D. Mentor
E. Komunikator
8. Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama
(sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu
ketika anak buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-
kadang harus meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.
Merupakan peran pemimpin sebagai
A. wirausaha (Entrepreneur Role)
B. Juru bicara (Spokesman Role)
C. disseminator (Disseminator role).
D. monitor (Monitor Role)
E. negosiator (Negotiator Role)
9. Seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki kinerja unitnya dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi tersebut eksis. Dalam
perannya, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan berupaya menerapkan
ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
Merupakan peran pemimpin sebagai
A. Monitor (Monitor Role)
B. Juru bicara (Spokesman Role)
C. Disseminator (Disseminator role)
D. Wirausaha (Entrepreneur Role).
E. Negosiator (Negotiator Role)
10. Seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan informasi yang dimilikinya ke
orang di luar unit organisasinya. Adalah peran pemimpin sebagai
A. wirausaha (Entrepreneur Role)
B. monitor (Monitor Role)
C. disseminator (Disseminator role)
D. wirausaha (Entrepreneur Role)
E. Juru bicara (Spokesman Role).

KUNCI JAWABAN

1.A 6.A

2.B 7.B

3.C 8.C

4.D 9.D

5.E 10.E
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Roymond H. Simamora. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta. EGC

Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Swansburg,Russel C.2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai