Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Swanburg (2000) menyatakan
bahwa, manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas
upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit
departemen.
Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi.
Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan
bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Pemimpin adalah mereka yang
menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasi, mengarahkan dan
mengontrol para bawahan yang bertanggungjawab, supaya semua bagian
pekerjaan dikoordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan (Robert
Tanembaum).
Manajerial adalah perpaduan seni dan ilmu, sebuah ilmu dalam
mengatur segala sesuatunya dengan benar. Pelaku ilmu disebut dengan
manajer. Seorang manajer haruslah menguasai ilmu manajerial dengan baik.
Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses
pelaksanaan pelayana keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien
atau keluarga serta masyarakat (Gillies, 1985).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari manajemen, manager dan manjerial ?
2. Apa saja prinsip umum manajemen ?
3. Bagaimana ruang lingkup manajemen keperawatan ?
4. Apa saja keterampilan dari seorang manager ?
5. Apa saja tingkatan dalam manager ?
6. Apa saja peran manajerial dalam bidang keperawatan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui definisi dari manajemen, manager dan
manajerial.
2. Untuk mengetahui prinsip umum dalam manajemen.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup manajaemen keperawatan.
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam keterampilan seorang
manajer.
5. Untuk mengetahui tingkatan dalam manager.
6. Untuk mengetahui apa saja peran manajerial dalam bidang keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Manajemen, Manager dan Manajerial


Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain (Hersey dan
Blanchard). Manajemen adalah pelaksana pekerjaan bersama orang lain
(Harold Kontedan Cyril O’Donnel).
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa
Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. (Ahmad Elqorni, 2009)
Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan
bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Tugas-tugas manajer:
1. Siklus pengambilan keputusan, POSDC, penilaian dan pelaporan.
2. Manajer harus dapat menciptakan kondisi yang akan membantu
bawahannya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya.
3. Harus berusaha agar para bawahannya bersedia memikul tanggung jawab.
4. Harus membina bawahannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
5. Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen dengan
baik.
6. Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan
pihak luar.
Manajerial adalah perpaduan seni dan ilmu, sebuah ilmu dalam
mengatur segala sesuatunya dengan benar. Pelaku ilmu disebut dengan
manajer. Seorang manajer haruslah menguasai ilmu manajerial dengan baik.
Manajerial berhubungan dengan manager, dimana memiliki keterampilan
yang tinggi yang diperlukan bagi setiap seorang pemimpin.

3
2.2 Prinsip Umum Manajemen
Menurut Henry Fayol. seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip
dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di
pertimbangkan sesuai dgn kondisi-kondisi khusus & situasi-situasi yg
berubah.
Prinsip- prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari:
1. Pembagian Kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam
penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the
right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional
subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike. Dengan adanya
prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan terhadap
kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and responsibility)
Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) harus
seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban
yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang
makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Setiap
karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan
setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban.
3. Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat
dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya,
maka disiplin akan hilang. Pemegang wewenang harus dapat menanamkan
disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab
terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada padanya.
4. Kesatuan Perintah (Unity of command)
Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui
dengan wewenang yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan,

4
karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga
pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.
5. Kesatuan Oengarahan (Unity of direction)
Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas
dari Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab
(Authority and responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan
perintah (Unity of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari
mana karyawan mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan
kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya
agar tidak terjadi kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan
tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya.
6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi di atas Kepentingan Sendiri
Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi
dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja
sehingga memiliki disiplin yang tinggi. Setiap karyawan dapat
mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila
memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung
kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi.
7. Penggajian Pegawai
Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan
prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila
ada perbedaan akan menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam
bekerja. Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang
menentukan tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan.
Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja
dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.
8. Pemusatan (Centralization)
Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan
wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang
dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan
asas pelimpahan wewenang (delegation of authority). Pemusatan
wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu

5
kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang
wewenang tertinggi atau manajer puncak.
9. Hirarki (tingkatan)
Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak
dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap
karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan
dari siapa ia mendapat perintah. Pembagian kerja menimbulkan adanya
atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup
luas akan menimbulkan hirarki.
10. Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh
karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi.
Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai
tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama
karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan
kacau atau tegang.
11. Keadilan dan Kejujuran
Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat
dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan
karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Keadilan dan
kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
12. Stabilitas Kondisi Karyawan
Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan,
perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan
tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam
bekerja. Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-
baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan
karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya
ketertiban dalam kegiatan.

6
13. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu
hakikatnya manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam diri
seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak
untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan
dengan sebaik-beiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan,
pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Setiap penolakan terhadap
prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah
kerja. Manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-
prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
14. Semangat Kesatuan dan Semangat Korps
Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai
kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan
karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki
kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de
corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang
kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan
membawa bencana. Karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa
senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama
yang baik.

2.3 Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan


Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan
yang efektif seharusnya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
1) Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
2) Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat.
4) Menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil keperawatan
5) Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.

7
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka
lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
1. Manajemen operasional (manajemen pelayanan keperawatan)
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan
yang terdiri dari :
a. Manajemen puncak (kebid keperawatan).
b. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisi).
c. Manajemen bawah (kepala ruangan perawatan).
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar
penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kemampuan menerapkan pengetahuan.
b. Ketrampilan kepemimpinan.
c. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin.
d. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.
2. Manajemen asuhan keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen
keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas
kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh
sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga
keperawatan yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien
yang berkualitas adalah perawat pelaksana.Sebagai kunci keterampilan
dalam keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi,
pengawasan dan pendelegasian (Loveridge & Cumming, 1996).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.
Proses keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat
yang dibutuhkan pasien.

8
1) Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang
mengharuskan perawat menentukan setepat mungkin pengalaman
masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan
kesehatan dimasa mendatang.
Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data, memvalidasi,
menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai individu yang
unik.
2) Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial
dimana berdasarkan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai
wewenang untuk memberikan tindakan keperawatan. Perawat
menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan.
3) Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosa keperawatan.
4) Pelaksanaan merupakan penerapan rencana intervensi keperawatan
merupakan langkah berikut dalam proses keperawatan
5) Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dari standart dan tujuan
yang dipilih sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek yang
aktual dan tingkat asuhan yang diberikan.
Kelima langkah dalam proses keperawatan ini berlangsung terus
menerus dilakukan oleh perawat melalui metode penugasan yang telah
ditetapkan oleh para manajer keperawatan sebelumnya.

2.4 Keterampilan Manager


Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap
manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan
tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk
membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan
atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu
rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses

9
penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya
disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu,
keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat
rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang
lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan
kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian
mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi
diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun
bawah.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada
tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan
untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan
program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan
lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan
dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
1. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer
untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin
mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004,
sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan
bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu,
maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam-sekitar $13 per
menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan
sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki
gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang

10
mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya
berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan
cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan
adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok
manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam
pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan
masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif
yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan
terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih
serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang
benar.

2.5 Tingkatan Manajer


1. Manajer puncak (top management)
Dikenal pula dengan istilah executive officer, bertugas merencanakan
kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya
perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer),
CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
2. Manajer tingkat menengah (middle management)
Mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama
dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara
keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala
bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3. Manajer lini pertama (first-line management)
Dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan
manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan
mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi.
Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area,
manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

11
2.6 Peran Manajerial Dalam Bidang Keperawatan
1. Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul
secara langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan
mencakup hubungan interpersonal dasar, yaitu:
a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)
Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin
harus melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu
penting, menghadiri pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan
siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran
interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun
keputusan penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk
memperlancar fungsi organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh
seorang pemimpin.
b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)
Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang
dalam unit organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan
itu berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung dan tidak
langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung
antara lain menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang
yang berkaitan secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin
harus memberi motivasi dan mendorong anak buahnya. Pengaruh
seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin.
Otoritas formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial yang
besar; tetapi kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh potensi
tersebut bisa direalisasikan.
c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)
Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin,
terutama aspek yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini
saja pengakuan mengenai peran sebagi penghubung, di mana
pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai
muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyaktemuan studi

12
mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan bahwa pemimpin
menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan orang lain dari
luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak
buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin
menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka
mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering
secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem informasi
eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi
efektif.
2. Peran Informasional (Informational Role)
Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun
dengan jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai
pusat syaraf bagi unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala
hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak dari pada stafnya. Pemrosesan
informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang
pemimpin. Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek
irformasional tersebut:
a. Peran sebagai monitor (Monitor Role)
Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus
memonitor lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga
seringkali harus ’menginterogasi’ kontak serta anak buahnya, dan
kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil
jaringan kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat,
bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin dalam
perannya sebagai monitor datang dalam bentuk verbal, kadang berupa
gosip, sassus, dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan
verifikasi lebih lanjut.
b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role)
Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus
dimanfaatkan bersama (sharing) dan didistribusikan kepada anak buah
yang membutuhkan. Di samping itu ketika anak buahnya tidak bisa

13
saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus
meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.
c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk
menyampaikan informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit
organisasinya.
3. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)
Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi
merupakan masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas
formalnya, hanya pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen
organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf organisasi,
hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa
dipakai untuk memutuskan strategi organisasinya. Berkaitan dengan peran
pemimpin sebagai pengambil keputusan terdapat empat peran pemimpin,
yaitu:
a. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)
Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu
memperbaiki kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan di mana organisasi tersebut eksis. Dalam perannya sebagai
wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan
berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi
perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)
Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin
untuk merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini
perubahan merupakan sesuatu di luar kendali pemimpin. Dia harus
bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa
diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak
ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu terstandardisasi,
yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi lingkungan
yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena

14
pemimpin bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai
posisi kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin
mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap tindakannya.
c. Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator
Role)
Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa
akan menerima apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya
terpenting yang dialokasikan seorang pemimpin adalah waktunya.
Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke pemimpin
berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan
pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain
struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan
koordinasi dalam unit yang dipimpinnya.
d. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)
Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa
pemimpin menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi.
Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi merupakan way
of life dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan
kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh
dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral dari tugas pemimpin,
karena hanya dia yang memiliki otoritas untuk bisa memberikan
komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang memiliki pusat
syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain (Hersey
dan Blanchard).
2. Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan bertanggung
jawab atas pekerjaan tersebut.
3. Manajerial adalah perpaduan seni dan ilmu, sebuah ilmu dalam mengatur
segala sesuatunya dengan benar. Pelaku ilmu disebut dengan manajer.
4. Peran manajerial, yaitu Peran Interpersonal (Interpersonal Role), Peran
Informasional (Informational Role), dan Peran Pengambilan Keputusan
(Decisional Role).

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
untuk dapat menambah wawasan serta ilmu kita tentang peran manajerial
dalam bidang keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Suarli, S & Bahtiar, Yanyan. 2012. MANAJEMEN KEPERAWATAN dengan


Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga Medical Series

Arwani & Supriyanto, Heru. 2005. MANAJEMEN BANGSAL KEPERAWATAN.


Jakarta: EGC

Julian, Mito. Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan dalam Manajemen


Konflik
(http://202.137.25.13/ejurnal/pdf/PerandanFungsiManajemenKeperawatand
alamManajemenKonflik.pdf, Diakses tanggal 21 Februari 2017)

Kirei, Laorensia. 2013. MANAJEMEN KEPERAWATAN


(https://laorensia29cute.wordpress.com/2013/07/03/manajemen-
keperawatan/, Diakses tanggal 21 Februari 2017)

17

Anda mungkin juga menyukai