Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 2

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 2

1.2 Tujuan ................................................................................................... 3

1.3 Sasaran ................................................................................................. 3

1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 4

2.1 Pengertian Daerah Tertinggal ................................................................ 4

2.2 Kriteria Penentuan Daerah Tertinggal.................................................... 5

2.3 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal ..................... 5

2.4 Teori Strategic Planning ........................................................................ 6

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH ............................................................... 8

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Meranti ................................. 8

3.1.1 Kependudukan ............................................................................. 10

3.1.2 Pendidikan.................................................................................... 10

3.1.3 Ketanagakerjaan .......................................................................... 12

3.2 Potensi Kabupaten Kepulauan Meranti ................................................ 12

3.3 Permasalahan Kabupaten Kepulauan Meranti ..................................... 14

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................... 16

4.1 Penyusunan Isu Strategis .................................................................... 16

4.2 Analisa SWOT ..................................................................................... 16

BAB V ANALISA ................................................................................................ 18

4.1 Analisa Penentuan Isu Strategis .......................................................... 18

4.2 Analisa Tinjauan Internal dan Eksternal ............................................... 21

4.3 Perumusan Strategi dan Program Penanganan................................... 23

BAB VI KESIMPULAN ....................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 30

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan kemiskinan merupakan suatu hal yang kompleks
membutuhkan intervensi semua pihak secara bersamaan dan terkoordinasi antar
pihak. Kemiskinan telah membuat banyak masyarakat tidak mendapatkan
beberapa aspek penting dalam kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, akses
terhadap pelayanan publik yang kurang, hingga tidak terpenuhinya kebutuhan
pangan, sandang dan papan bagi masyarakat miskin (Syahza, 2012). Dalam
penanggulangan kemiskinan banyak ditemui permasalahan permasalahan
yang menghambat pengentasan kemiskinan. Pemerintah sebagai salah satu
stakeholder yang menangani pengentasan kemiskinan sering terkendala terkait
komitmen, sering kali program yang berjalan tidak berkelanjutan. Peran dari
dunia usaha juga serta masyarakat pada umumnya belum optimal (Romus,
2013).

Pembangunan di wilayah Riau sendiri belum mampu meningkatkan


kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat perdesaan di wilayah pesisir.
Kesenjangan yang terjadi antara wilayah perdesaan serta wilayah perkotaan
dianggap terlalu jauh sehingga tidak meratanya pembangunan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesenjangan tersebut lebih
memihak kepada ekonomi perkotaan sehingga wilayah perdesaan tidak
mengalami pertumbuhan signifikan dalam aspek ekonomi (Syahza, 2012).

Kepulauan Meranti merupakan salah satu kabupaten yang merasakan


kesenjangan antar wilayah perkotaan dan perdesaan. Banyak daerah tertinggal
yang terdapat di Kepulauan Meranti yang memiliki luas sekitar 3.707.84 km.
Kepulauan yang memiliki 5 (lima) kecamatan dengan penduduk sebanyak
216.329 jiwa masih belum merasakan pemerataan pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah (Syahza, 2012). Menurut data yang diperoleh dari Bappeda
Kabupaten Kepulauan Meranti (2010), dari 73 desa yang terdapat di Kepulauan
Meranti, 59 diantaranya merupakan daerah tertinggal. Sekitar 35% (15.876 KK)
dari total Kepala Keluarga di Kepulauan Meranti merupakan keluarga miskin. Hal
tersebut mengindikasikan pembangunan yang dilakukan pemerintah selama ini
belum mencapai masyarakat lapisan bawah. Sehingga diperlukan strategi

2
khusus untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang terjadi di Kepulauan
Meranti.

1.2 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan laporan ini yaitu
mengimplementasikan teori dan konsep manajemen perkotaan.

1.3 Sasaran
Adapun sasaran penelitian yang digunakan dalam mencapai tujuan
penyusunan laporan yaitu :
1) Mengidentifikasi kasus manajemen perkotaan yang terdapat di wilayah studi
2) Menganalisa isu, potensi, dan permasalahan manajemen perkotaan di
wilayah studi
3) Merumuskan strategi dan program penanganan mengguakan pendekatan
strategic planning pada wilayah studi.

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan laporan ini terdapat sistematika penulisan yang terdiri
dari bab serta subbab-subbab di dalamnya meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, tujuan, sasaran, serta sistematika
penulisan dalam laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tinjauan teori yang akan digunakan dalam tahap
identifikasi dan analisa.
BAB III GAMBARAN WILAYAH STUDI
Pada bab ini berisi gambaran umum wilayah studi.
BAB IV METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi eksplorasi perangkat/instrumen yang dapat digunakan
dalam pengelolaan kasus
BAB V ANALISA
Bab ini berisi rumusan isu manajemen perkotaan yang terjadi pada kasus
studi, rumusan skema penanganan, serta kasus dan strategi dan progam
penanganannya.
BAB VI KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan laporan serta rekomendasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Daerah Tertinggal


Menurut Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik
Indonesia (2004) daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif kurang
berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk
yang relatif tertinggal. Dalam konsep Badan Perencanaan Pemba ngunan
Nasional (2004) wilayah tertinggal pada umumnya dicirikan dengan letak
geografisnya relatif terpencil, atau wilayah-wilayah yang miskin sumberdaya
alam, atau rawan bencana alam. Wilayah tertinggal merupakan suatu wilayah
dalam suatu daerah yang secara fisik, sosial, dan ekonomi masyarakatnya
mencerminkan keterlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan daerah lain.

Selanjutnya, wilayah tertinggal dalam kerangka penataan ruang nasional


didefenisikan sebagai wilayah budidaya yang secara ekonomi jauh tertinggal dari
rata-rata nasional, baik akibat kondisi geografis, maupun kondisi sosial beserta
infrastrukturnya. Pengertian yang lebih umum menyebutkan bahwa wilayah
tertinggal merupakan wilayah pedesaan yang mempunyai masalah khusus atau
keterbatasan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, dan keterbatasan
aksesibilitasnya ke pusat-pusat pemukiman lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan kemiskinan serta kondisinya relatif tertinggal dari pedesaan
lainnya dalam mengikuti dan memanfaatkan hasil pembangunan nasional dan
daerah. Adapun ciri-ciri kondisi wilayah tertinggal di pulau-pulau terpencil
menurut Bappenas (2004) yaitu sebagai berikut :
a) Kondisi masyarakat pulau-pulau kecil di wilayah terpencil masih sangat
marjinal
b) Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan pembinaan,
pengawasan dan pengolahan, khususnya terhadap pulau-pulau yang
terpencil sulit dijangkau dan tidak berpenghuni.
c) Kondisi pulau di perbatasan umumnya pulau-pulau yang sangat kecil
sehingga sangat rentan terhadap kerusakan baik oleh alam maupun
akibat kegiatan manusia.
d) Adat istiadat, budaya dan agama masyarakat pulau-pulau kecil yang
spesifik.

4
2.2 Kriteria Penentuan Daerah Tertinggal
Menurut Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik
Indonesia (2004) penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam kriteria daerah
dasar yaitu : (1) perekonomian masyarakat, (2) sumberdaya manusia, (3)
prasarana dan sarana (infrastruktur), (4) kemampuan keuangan daerah, (5)
aksesibilitas dan karakteristik daerah, dan (6) berdasarkan kabupaten yang
berada di daerah perbatasan antar Negara dan gugusan pulau-pulau kecil,
daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik.

Selanjutnya menurut Kementerian Negara Pembangunan Daerah


Tertinggal Republik Indonesia (2004) , kriteria dasar bagi daerah tertinggal
adalah sebagai berikut :
1) Kualitas SDM di daerah tertinggal relatif lebih rendah di bawah rata-rata
nasional akibat terbatasnya akses masyarakat terhadap pendidikan,
kesehatan dan lapangan kerja.
2) Tersebar dan terisolirnya wilayah-wilayah tertinggal akibat keterpencilan
dan kelangkaan sarana dan prasarana wilayah.
3) Terbatasnya akses permodalan, pasar, informasi dan teknologi bagi
upaya pengembangan ekonomi lokal.
4) Terdapat gangguan keamanan dan bencana yang menyebabkan kondisi
daerah tidak kondusif untuk berkembang.
5) Komunitas Adat Terpencil (KAT) memiliki akses yang sangat terbatas
kepada pelayanan sosial, ekonomi, dan politik serta terisolir dari wilayah
di sekitarnya.

2.3 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal


Untuk mewujudkan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran program
pengembangan kawasan tertinggal, terdapat kebijakan-kebijakan sebagai
langkah penyelesaian wilayah tertinggal yang dirumuskan oleh Bappenas (204)
yaitu :

1) Meningkatkan kemampuan komunitas adat terpencil (KAT) dalam


memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai aspek kehidupannya
agar mampu menanggapi perubahan sosial budaya dan lingkungan
hidupnya.

5
2) Meningkatkan dan memeratakan pelayanan sosial yang lebih adil, dalam
arti bahwa setiap KAT berhak untuk memperoleh pelayanan sosial yang
sebaikbaiknya.
3) Meningkatkan dan memantapkan partisipasi sosial masyarakat dalam
pelayanan sosial dengan melibatkan semua unsur dan komponen
masyarakag atas dasar swadaya dan kesetiakawanan sosial sehingga
merupakan bentuk usaha-usaha kesejahteraan sosial yang melembaga
dan berkesinambungan.
4) Semua tempat terpencil dan terisolir, wilayah pulau-pulau kecil dan
wilayah perbatasan harus dapat terhubung dengan wilayah-wilayah lain
agar penduduk dapat berinteraksi sehingga terwujud kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2.4 Teori Strategic Planning


Perencanaan strategis adalah proses penentuan strategi atau arahan
sekaligus pengambilan keputusan dalam alokasi sumberdaya. Pendekatan
strategis memfokuskan secara efisien pada tujuan yang spesifik, tanpa standar
baku, dan prosesnya mempunyai variasi yang tidak terbatas. Tiap penerapan
perlu merancang variasinya sendiri sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi
setempat maka banyak sekali terdapat versi perencanaan strategis.
Terdapat beberapa sifat-sifat umum yang dimiliki pendekatan
perencaanaan strategis yaitu :
1) Berorientasi pada tindakan, perencanaan strategis lebih fleksibel
sehingga memungkinkan pengelola pengembangan kota untuk selalu
berpikir dan bertindak strategis menghadapi perubahan-perubahan yang
drastis.
2) Menampung partisipasi masyarakat luas, sifat partisipatif ini
menjadikan perencanaan lebih progresif dan membela masyarakat,
menekankan kebutuhan untuk melibatkan masyarakat ke proses
perencanaan.
3) Pertimbangan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan
yang ada, pertimbangan kekuatan dan kelemahan mendorong organisasi
untuk melihat di luar dirinya dalam ruang maupun waktu. Dalam konteks
kajian lingkungan, organisasi / perencana dapat mengukur kekuatan dan
kelemahan yang relatif terhadap peluang dan ancaman karena peluang

6
dan ancaman merupakan faktor eksternal dan bersifat harus diterima apa
adanya (given) dan secara esensial tidak dapat diubah.
4) Menaruh perhatian pada kompetisi kepentingan yang terjadi di
masyarakat perkotaan, masyarakat diminta untuk mengidentifikasikan
persaingan dan melakukan antisipasi terhadap ancaman tersebut atau
harus menerima konsekuensi akibat mengabaikan persaingan tersebut.
Hal tersebut mendorong para perencana juga menyadari adanya
persaingan antar-daerah, antar negara, terutama dalam hal penciptaan
lapangan kerja dan lokasi investasi industri dalam menyusun rencana.

Secara umum proses perencanaan strategis secara mendasar setidaknya


memuat unsur-unsur yaitu:
1) Perumusan visi dan misi
2) Pengkajian lingkungan eksternal
3) Pengkajian lingkungan internal
4) Perumusan isu-isu strategis
5) Penyusunan strategi pengembangan (yang dapat ditambah dengan
tujuan dan sasaran).

7
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Meranti


Mencapai tahun 2016, Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki penduduk
sebanyak 182.152 jiwa dengan memiliki luas wilayah 3.714,19 km2 serta terdapat
9 (sembilan) kecamatan di dalamnya. Berdasarkan letak geografisnya,
kabupaten ini memiliki batas sebagai berikut.
Utara : Selat Malaka dan Kabupaten Bengkalis
Selatan : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan
Barat : Kabupaten Bengkalis
Timur : Kabupaten Karimun dan Provinsi Kepulauan Riau

Secara lebih lengkap, letak dan batas-batas administratif Kabupaten


Kepulauan Meranti dapat dilihat melalui peta berikut.

8
Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau
Sumber: Peta Tematik Indonesia Tahun 2014

9
3.1.1 Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Meranti
pada tahun 2016 terdapat sebanyak 182.152 jiwa yang terdiri dari 93.488 jiwa
laki-laki dan 88.664 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak yaitu berada di
Kecamatan Tebing Tinggi sebanyak 56.192 jiwa, sedangkan penduduk paling
sedikit yaitu berada di Kecamatan Tebing Tinggi Timur sebanyak 11.733 jiwa.

Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun


2016
No. Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)
1. Tebing Tinggi Barat 15.809
2. Tebing Tinggi 56.192
3. Tebing Tinggi Timur 11.733
4. Rangsang 18.523
5. Rangsang Pesisir 16.971
6. Rangsang Barat 17.448
7. Merbabu 14.174
8. Pulau Merbabu 14.975
9. Tasik Putri Puyu 16.327
Jumlah 182.152
Sumber : Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka, 2017

3.1.2 Pendidikan
Secara umum prasarana gedung sekolah di Kabupaten Kepulauan
Meranti telah tersedia di setiap kecamatan pada tiap jenjang, yakni TK/sederajat
(Taman Kanak-kanak), SD/sederajat (Sekolah Dasar), SMP/sederajat (Sekolah
Menengah Pertama), dan SMA/sederajat (Sekolah Menengah Atas).

Tabel 3. 2 Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Meranti


Jenjang Pendidikan Banyaknya Gedung

TK/sederajat 68
SD/sederajat 174
SMP/sederajat 47
SMA/sederajat 22
SMK 7
Perguruan Tinggi 1

10
Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka, 2017

200
180 174

160
140
120
100
80 68
60 47
40
22
20 7
0
TK/sederajat SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat SMK/sederajat

Gambar 3. 2 Grafik Jumlah Murid di Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun


2016
Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka, 2017

25,000
SD, 21,817

20,000

15,000

10,000
SMP, 6,511
SMA, 4,950
5,000 TK, 2,749
SMK, 1,790Perguruan Tinggi,
468
0
TK SD SMP SMA SMK Perguruan
Tinggi

Jumlah Murid

Gambar 3. 3 Grafik Jumlah Murid di Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun


2016
Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka, 2017

11
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa semakin tingginya
jenjang pendidikan, semakin menurunnya angka murid yang melanjutkan
pendidikan hingga perguruan tinggi. Pada tingkat SD (sekolah dasar), terdapat
murid sebanyak 21.817 jiwa, SMP (sekolah menengah pertama) sebanyak 6.511,
SMA (Sekolah Menengah Atas) menurun menjadi 4.950, sedangkan murid SMK
berjumlah 1.790, dan pada jenjang perguruan tinggi hanya mencapai 458 murid.

3.1.3 Ketanagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Kepulauan Meranti per 2015 adalah 88.950.
selain itu, jumlah bukan angkatan kerja adalah 39.422 dengan rincian 13.368
sekolah, 20.837 mengurus rumah tangga, dan 5.217 lainnya. Pada tahun 2015
tingkat pengangguran di Kepulauan Meranti mencapai 9,37 % dan tingkat
partisipasi angkatan kerja sebanyak 62,29 %.

Tabel 3. 3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama


Tahun 2015

Kegiatan Utama Jumlah (Orang)


Angkatan Kerja 88.950
1. Bekerja 80.617
2. Pengangguran 8.333
Bukan Angkatan Kerja 39.422
1. Sekolah 13.368
2. Mengurus rumah tangga 20.837
3. Lainnya 5.217
Usia 15+ 128.372
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,29 %
(TPAK)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 9,37 %
Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka, 2017

3.2 Potensi Kabupaten Kepulauan Meranti


Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan daerah yang terdiri dari 4
(empat) gugus besar dan merupakan salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi
Riau. Ditinjau dari letak geografis, kabupaten ini berada di jalur pelayaran dan
perdagangan internasional Selat Malaka dan 2 (dua) negara tetangga, yakni

12
Malaysia dan Singapura. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan
potensi ekonominya.
Posisi Kabupaten Kepulauan Meranti yang sangat menguntungkan dari
segi hinterland KEK Batam, maka ketimpangan dan kesenjangan ekonomi di
daerah dapat dikurangi dengan memacu pertumbuhan ekonomi melalui
pegembangan potensi yang ada. Selain itu, kabupaten ini berdekatan dengan
Batam yang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bekas
(KPBPB). Sesuai dengan ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada di pedesaan maka program pembangunan ekonomi yang
cocok adalah pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya pertanian
pedesaan dan tidak membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan
tinggi

13
3.3 Permasalahan Kabupaten Kepulauan Meranti
Keadaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti jauh
tertinggal dibandingkan dengan keadaan ekonomi daerah lain di Propinsi Riau.
Kabupaten Kepupaluan Meranti merupakan kabupaten yang tingkat
kemiskinannya sangat tinggi. Sebagai kabupaten yang baru dimekarkan masih
banyak tugas pemerintah daerah untuk membangun kabupaten tersebut,
terutama untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan
per kapita masyarakat. Faktor utama yang dihapapi oleh pemerintah daerah yang
baru mekar terutama Kabupaten Kepulauan Meranti adalah sumber dana untuk
pembangunan. Kabupaten Kepulauan Meranti termasuk daerah yang sumber
pendapatan daerahnya (PAD) termasuk rendah. Kabupaten ini merupakan
daerah termiskin di Provinsi Riau. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kendala
dalam pembangunan terutama memacu pertumbuhan ekonomi. Untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti
diperlukan anggaran pembangunan terutama untuk membangun infrastruktur
seperti jalan, jembatan dan pelabuhan.
Tabel 3. 4 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Kepulauan
Meranti tahun 2012-2016

Garis Kemiskinan Penduduk miskin


Tahun
(rupiah) Jumlah (ribu) Persentase
2012 371.169 64,80 35,88
2013 386.745 64,02 35,75
2014 397.937 61,07 33,85
2015 403.535 61,64 34,08
2016 427.938 56,18 30,89
Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka, 2017

Dapat diketahui dan diidentifikasi angka kemiskinan serta permasalahan


pembangunan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Angka Kemiskinan dan Issue
Pembangunan di Kabupaten Kepulauan Meranti, antara lain:
1) Angka kemiskinan relatif tinggi (42,5%), atau 75.000 jiwa
2) Infrastruktur dasar belum memadai (rumah tidak layak huni, jalan, abrasi,
air bersih, banjir, pelabuhan, listrik);

14
3) Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan,
(masih banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah atau tidak
melanjutkan pendidikan)
4) Fasilitas serta sarana dan prasarana pendidikan yang relatif masih
terbatas
5) Angka kematian ibu dan bayi yang relatif masih tinggi (sarana dan
prasarana kesehatan masih belum memadai)
6) Penangkapan ikan masih menggunakan alat tradisional
7) Perkebunan karet milik masyarakat yang sudah tua, sehingga diperlukan
proses revitalisasi untuk meningkatkan hasil produksi perkebunan.

15
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Penyusunan Isu Strategis


Dalam menentukan isu strategis pada studi kasus daerah tertinggal di
Kabupaten Kepulauan Meranti, digunakan skema tahap perumusan masalah.
Skema ini terdiri atas meta masalah, pendefinisian, masalah substantif,
spesifikasi masalah, masalah formal, pengenalan masalah, situasi masalah, dan
pencarian masalah. Kemudian skema ini akan diturunkan ke dalam tabel yang
menjabarkan permasalahan-permasalahan dilihat dari dampak, sasaran, dan
hasil isu strategis.

4.2 Analisa SWOT


Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dan dapat
menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan eksternal dan internal serta dapat
mengarahkan dan berperan sebagai katalisator dalam proses perencanaan
strategis. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif
akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan
dan ancaman. Selain itu juga analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan
pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan
kelemahan internal.
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths). Adapun
macam pendekatan yang digunakan dalam analisis SWOT pada laporan ini, yaitu
menggunakan pendekatan kualitatif matriks SWOT.
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh
Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor
eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah
faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak
isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor
internal dan eksternal.
Tabel 4.1 Matriks SWOT Kearns

16
Sumber: Hisyam, 1998
Keterangan:
Comparative advantage
merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang
sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk
bisa berkembang lebih cepat.
Mobilization
merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan
kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar
tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah
peluang.
Divestiment/investment
merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang
dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi
yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun
tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup
untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah
(melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain)
atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Damage control
merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan
ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan
membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang
harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian)
sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

17
BAB V
ANALISA

4.1 Analisa Penentuan Isu Strategis


Dalam menentukan isu strategis, langkah pertama yang digunakan
adalah mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dan memilah
permasalahan utama dengan skema pemetaan dan perumusan masalah. Secara
lebih lengkap, skema tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Meta
Masalah

Pencarian Pendefinisian
Masalah Masalah

Situasi Masalah
Masalah Substantif

Pengenalan Spesifikasi
Masalah Masalah

Masalah
Formal

Gambar 4. 1 Skema Perumusan Masalah

Selanjutnya isu strategis mengacu pada permasalahan di atas ditetapkan


melalui tabel analisa sebagai berikut.

18
Tabel 4. 1 Identifikasi Isu Strategis Berdasarkan Kajian Permasalahan

No. Masalah Formal Dampak Sasaran Hambatan Akar Permasalahan


Infrastruktur dasar o Munculnya o Pembangunan o Pendanaan dari Kurangnya usaha
pendukung permukiman kumuh dan optimalisasi pemerintah maupun pengadaan
permukiman belum o Kualitas kesehatan infrastruktur swasta infrastruktur wilayah
memadai (rumah tidak masyarakat yang pendukung o Aksesibilitas untuk pedesaan oleh
layak huni, jaringan air menurun permukiman menjangkau daerah pemerintah
1.
bersih, listrik, o Tingkat pembangunan
transportasi laut, dan kesejahteraan yang
sarana prasarana rendah
umum) o Terbatasnya
aksesibilitas
Minimnya kemampuan o Hutang pinjaman o Terbentuknya o Kurangnya Keterbatasan
pertanian masyarakat modal kelompok tani dan pengalaman kemampuan dan
(modal dana, lahan, o Tingkat produksi dan koperasi tani organisasi pengetahuan
distribusi, teknologi, kualitas hasil o Meningkatan o Kurangnya mengenai agrikultur
2.
organisasi, dan sumber pertanian rendah pendapatan sektor pengetahuan dalam
daya manusia) pertanian inovasi teknologi
o Meningkatkan pertanian
kuantitas dan o Minimnya

19
No. Masalah Formal Dampak Sasaran Hambatan Akar Permasalahan
kualitas kemampuan SDM
kemampuan SDM pertanian
pertanian
Pemusatan industri o Fenomena o Mengurangi o Kesempatan dan Minimnya
pengolahan hasil urbanisasi yaitu jumlah migrasi prospek kerja pemanfaatan
pertanian di kawasan perpindahan tenaga penduduk kawasan perkotaan sumbedaya pertanian
perkotaan Riau kerja pedesaan ke pedesaan yang lebih pedesaan
pusat kota o Meningkatkan menjanjikan
3. o Investor tidak persebaran pusat- dibanding
berminat untuk pusat pengolahan pedesaan
melakukan investasi hasil pertanian di o Potensi pedesaan
di daerah pedesaan kawasan yang kurang digali
sebagai penyedia pedesaan dan dikembangkan
bahan baku
Sumber : Analisa Penulis, 2017

20
4.2 Analisa Tinjauan Internal dan Eksternal
Analisis SWOT merupakan analisis yang memiliki tujuan
penemuan strategi dalam mengatasi permasalahan. Dalam kasus ini,
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Meranti masih membutuhkan
keseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan ini. Berikut adalah
analisa poin poin SWOT yang telah dibuat berdasarkan berbagai sumber
literatur.

Tabel 4. 2 Analisa SWOT

NO SWOT KETERANGAN
1 Strength Kabupaten Kepulauan Meranti terletak pada
jalur pelayaran dan perdagangan
international Selat Malaka dan antara jalur
perdagangan 2 negara, Malaysia dan
Singapura.
Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki
banyak potensi perdesaan yang dapat
menunjang perkonomian mandiri
masyarakatnya.
Mayoritas masyarakat Kabupaten
Kepulauan Meranti memiliki keterampilan
pertanian dan perkebunan.
2 Weakness Penduduk di Kabupaten Kepulauan masih
didominasi oleh penduduk miskin
Ketersediaan sumber daya di daerah dalam
upaya melakukan pembangunan masih
kurang.
Kesenjangan sosial antara perdesaan dan
perkotaan masih terdapat pada Kabupaten
Kepulauan Meranti
3 Opportunities Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2007 mengenai pengembangan
Batam sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan
Free Trade Zone Batam, Bintan, Karimun

21
(FTZ BBK).
Pemerintah dalam membuat kebijakan lebih
mementingkan kepentingan daerah
tertinggal guna mendorong perekonomian di
Kabupaten Kepulauan Meranti.
Threat Kurangnya minat investor dalam
berkontribusi pembangunan di daerah
tertinggal, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Terjadi urbanisasi ketenagakerjaan dari
pedesaan menuju perkotaan.
Kurangnya dukungan pemerintah dalam
segi penyediaan modal.
Sumber : Analisa Penulis, 2017

22
4.3 Perumusan Strategi dan Program Penanganan
Setelah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, maka dapat dirumuskan strategi yang dapat dijadikan solusi dari
permasalahan kemiskinan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti. Berikut adalah matriks SWOT yang dibuat berdasarkan
identifikasi faktor internal dan eksternal permasalahan kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Meranti untuk selanjutnya dapat dirumuskan
kebijakan strategis.

Tabel 4. 3 Matriks Analisa SWOT Sebagai Dasar Penyusunan Strategi

Strength Weakness
1. Pemerintah dapat memaksimalkan dermaga yang 1. Mengadakan pelatihan pemberdayaan masyarakat
terdapat di Desa Tanjung Gadai dalam upaya dalam segala sektor perekonomian
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Kepulauan Meranti.
2. Membuat kebijakan mengenai dalam menggali
Opportunity
potensi masyarakat dalam hal pertanian serta
perkebunan.
3. Membantu pengadaan Koperasi Unit Desa yang
berguna dalam memasarkan hasil pertanian dan
perkebunan.
1. Menumbuhkan minat investor dalam 1. Memperbaiki sistem kelembagaan pemerintah yang
Threat
pembangunan investor guna mendorong kegiatan memiliki fokus atau tujuan dalam pengentasan

23
perekonomian lintas sektor. permasalahan kemiskinan di Kabupaten Kepulauan
2. Mengerahkan perusahaan swasta dalam Meranti.
membangun potensi masyarakat sesuai dengan 2. Membenahi sistem pendidikan serta kesehatan guna
ketersediaansumber daya alam yang ada seperti meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar
pertanian dan perkebunan. dapat memaksimalkan potensi sumberdaya alam
yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Sumber : Analisa Penulis, 2017

24
Berdasarkan matriks SWOT di atas, dapat dirumuskan strategi
penanganan kawasan tertinggal di Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu :

1) Optimalisasi kegiatan perekonomian dan meningkatkan aksesibilitas di


Kabupaten Kepulauan Meranti (S-O)
2) Peningkatan kemampuan dan penguatan modal sektor pertanian
masyarakat (S-O, W-O, S-T)
3) Perbaikan dan peningkatan sistem kelembagaan pemerintah yang
menangani permasalahan kemiskinan (W T)
4) Peningkatan kualitas hidup masyarakat dan sumber daya manusia
melalui pembenahan sistem dan pembangunan sarana dan prasarana
umum utama (W T)

Selanjutnya, program-program penanganan dapat disusun sesuai dengan ke


empat strategi utama sebagai bentuk manajemen kawasan tertinggal di
Kabupaten Kepulauan Meranti dan dapat dilihat melalui tabel berikut.

25
Tabel 4. 4 Program Penanganan Kawasan Tertinggal Kabupaten Kepulauan Meranti

Program Penanganan
No. Strategi
Jangka Menengah Jangka Panjang
Optimalisasi kegiatan perekonomian dan 1) Revitalisasi Dermaga Desa 1) Mewujudkan daerah perbatasan
1. meningkatkan aksesibilitas di Kabupaten Tanjung Gadai menjadi daerah layak huni,
Kepulauan Meranti produktif dan mandiri
Peningkatan kemampuan dan penguatan 1) Pengadaan Koperasi Unit Desa 1) Kerja sama lintas stakeholder
modal sektor pertanian masyarakat untuk penanaman modal (pemerintah swasta
pertanian masyarakat akademisi)
2) Pelatihan masyarakat untuk dalam inovasi teknologi
bidang agrikultur pertanian
2.
3) Pengadaan sistem distribusi 2) Penyediaan kawasan
hasil pertanian didukung dengan peruntukan lahan pertanian
fasilitas-fasilitas penunjangnya 3) Pembangunan pusat
(moda angkutan, pasar, dsb) pengolahan hasil pertanian di
kawasan pedesaan
Perbaikan dan peningkatan sistem 1) Mewujukan penataan birokrasi 1) Penataan birokrasi
kelembagaan pemerintah yang menangani kepemerintahan yang efesien pemerintahan agar menjadi
3.
permasalahan kemiskinan dan efektif efesien dan efektif dengan
didukung peningkatan kualitas

26
aparatur yang profesional dan
bermoral
Peningkatan kualitas hidup masyarakat dan 1) Meningkatkan kualitas 1) Menyediakan infrastruktur sosial
sumber daya manusia melalui pembenahan pendidikan dan kesehatan dan ekonomi secara memadai
sistem dan pembangunan sarana dan masyarakat melalui untuk ketubuhan masyarakat
4. prasarana umum utama pembangunan sarana dasar dan mendukung kegiatan
pendukung permukiman pembangunan
2) Pendayagunaan sumberdaya
kelautan dan pulau-pulau kecil
Sumber : Analisa Penulis, 2017

27
Setelah melakukan penentuan isu strategis, meninjau kondisi internal dan
eksternal, dan merumuskan strategi pengelolaan kawasan tertinggal Kabupaten
Kepulauan Meranti, dapat dilihat skema penanganan secara keseluruhan melalui
flowchart berikut.

KAJIAN PERMASALAHAN

PERUMUSAN ISU STRATEGIS

ANALISA TINJAUAN INTERNAL


- EXTERNAL

STRATEGI UTAMA

1) Optimalisasi kegiatan perekonomian dan meningkatkan aksesibilitas di Kabupaten


Kepulauan Meranti

2) Peningkatan kemampuan dan penguatan modal sektor pertanian masyarakat

3) Perbaikan dan peningkatan system kelembagaan pemerintah ang menangani


permasalahan kemiskinan

4) Peningkatan kualitas hidup masyarakat dan sumber daya manusia melalui pembenahan
sistem dan pembangunan sarana dan prasarana umum utama

Program Penanganan
(Jangka Menengah dan Jangka Panjang )

Gambar 4. 2 Flowchart Strategi dan Penanganan Kawasan Tertinggal Kabupaten


Kepulauan Meranti
Sumber : Analisa Penulis, 2017

28
BAB VI
KESIMPULAN

29
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika Provinsi Riau. 2017. Kabupaten Kepulauan Meranti


Dalam Angka Tahun 2017. BPS : Riau

Syahza, Almasdi. Suarman. 2013. Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal


dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol 14 hlm. 126-139.

Syahza, Almasdi. 2013. Model Pengembangan Daerah Tertinggal dalam Upaya


Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan Di Kabupaten Kepulauan
Meranti Propinsi Riau. Universitas Riau : Pekanbaru.

30

Anda mungkin juga menyukai