17050394033
FAKULTAS TEKNIK
2019
A. ORGANISASI
Pengertian Organisasi
Organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja secara bersama-sama
untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi tercipta apabila beberapa orang bergabung secara
bersama-sama untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Lebih jelas lagi,
organisasi adalah kumpulan orang-orang yang bekerja dalam suatu sistem pencarian tujuan.
Prinsip Organisasi
• Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian
tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit mempunyai tujuan memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan lain lain.
Organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan sampai pelaksana,
sehingga mempertegas pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan
menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada
seorang atasan saja.
• Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya
kepada atasan.
• Prinsip Keseimbangan.
• Prinsip Fleksibilitas
• Prinsip Kepemimpinan.
Ciri-ciri Organisasi
Berdasarkan pada pengertian organisasi dan tujuannya, maka kita dapat
mengetahui ciri-ciri organisasi tersebut. Beberapa ciri organisasi diantaranya
adalah:
3. Saling Bekerjasama
Untuk mencapai tujuan organisasi maka para anggotanya harus saling
bekerjasama. Tanpa adanya kerjasama antar anggota organisasi maka tujuan
tidak dapat tercapai secara efektif dan efisien.
4. Adanya Peraturan
Setiap organisasi pasti memiliki peraturan masing-masing. Peraturan ini
bertujuan untuk mengatur dan membatasi sumberdaya yang dimiliki agar saling
bersinergi dalam proses pencapaian tujuan dan menciptakan manajemen yang
baik dalam organisas.
Pengertian Manajemen
Istilah manajemen mempunyai tiga arti, sebagai suatu proses yang khas, sebagai
kolektivitas orang yang melakukan aktivitas manajemen, dan sebagai suatu seni / ilmu.
Pengertian manajemen dapat disimpulkan, sebagai suatu seni atau ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jenjang Manajemen
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para
manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis,
atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang
khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi.
ARAH GARIS
PERTANGGUNG KOMANDO
JAWABAN
Prinsip Manajemen
2. Otoritas / Wewenang : Hak untuk memberi perintah dan dipatuhi. Manajer harus memberi
perintah kepada bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan.
3. Disiplin : Harus ada respect dan ketaatan pada peranan dan tujuan organisasi. Anggota
organisasi harus patuh pada aturan dan kesepakatan yang menjadi rambu-rambu organisasi
4. Kesatuan Perintah : Setiap karyawan hanya menerima intruksi tentang kegiatan tertentu
hanya dari seorang atasan.
5. Kesatuan pengarahan : Operasi dalam perusahaan yang mempunyai tujuan yang sama
harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana
7. Balas jasa/ Pemberian Upah : Kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil
baik karyawan maupun pemilik
9. Rantai sekalar/Jabatan : Adanya garis wewenang dan garis perintah yang jelas
10. Order : Bahan-bahan dan orang-orang harus ada pada tempat dan waktu yang tepat.
Menempatkan orang pada posisi atau pekerjaan yang cocok untuk mereka.
11. Keadilan : Persamaan perlakuan dan para manajer harus bersahabat dan adil terhadap
semua bawahannya.
12. Stabilitas staf organisasi : Tingkat perputaran tenaga kerja yang rendah. Perputaran
karyawan yang terlalu sering tidak baik bagi kelancaran kegiatan perusahaan.
13. Inisiatif : Bawahan harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan
rencananya , walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi
14. Semangat korps : Perlu memiliki kebanggaan, kesetian, dan saling memiliki.
Menggalakkan semangat kerjasama kelompok dapat menimbulkan rasa bersatu. Henry Fayol
menyarankan untuk lebih menggunakan komunikasi lisan daripada tertulis atau komunikasi
formal sepanjang hal itu memungkinkan
Unsur Manajemen
• Man (Manusia)
Pandangan yang menyamakan manusia dengan faktor-faktor produksi lainnya
dianggap tidak tepat baik dilihat dari konsepsi, filsafat, maupun moral. Manusia
merupakan unsur manajemen yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan.
• Money (Uang)
Uang merupakan alat tukar & alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yg beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan unsur yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang
harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan &
yang harus dibeli serta berapa hasil yangg akan dicapai.
• Information (Informasi)
Informasi sangat dibutuhkan agar hasil dari suatu hal dikerjakan dapat lebih
sempurna. Suatu proses pekerjaan tidak akan berkembang dengan baik jika tidak bisa
menerima dan menyaring informasi dari luar.
• Machine (Mesin)
Perkembangan teknologi yang begitu pesat, menyebabkan penggunaan mesin semakin
menonjol. Hal ini karena banyaknya mesin-mesin baru yang ditemukan oleh para ahli
sehingga memungkinkan peningkatan dalam produksi.
• Method (Metode)
Metode kerja sangat dibutuhkan agar mekanisme kerja berjalan efektif dan efisien.
Metode kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, baik yang menyangkut proses
produksi maupun administrasi tidak terjadi begitu saja melainkan memerlukan waktu
yang lama. Bahkan sering terjadi, untuk memperoleh metode kerja yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi, pimpinan perusahaan meminta bantuan ahli. Hal ini
dilakukan karena penciptaan metode kerja, mekanisme kerja, serta prosedur kerja
sangat besar manfaatnya.
• Market (Pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses
kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera
konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
C. MANAJEMEN DAN MANAJER
Manajemen dapat ditemukan di setiap organisasi, dan manajer adalah orang yang melaksanakan
manajemen yang memiliki tanggungjawab atas bawahannya dan sumber daya organisasi.
Manajer dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) cara, yaitu menurut tingkatan dalam organisasi dan
kegiatan organisasi dimana mereka bertanggungjawab.
1. Manajemen Lini atau manajemen tingkat pertama, yaitu tingkatan yang paling rendah
dalam suatu organisasi, di mana seorang yang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain,
misalnya mandor atau pengawas produksi dalam suatu pabrik, pengawas teknik suatu
bagian riset dan lain sebagainya.
2. Manajemen Menengah (Midle Manager) yaitu mencakup lebih dari satu tingkatan di dalam
organisasi. Manager menengah mengarahkan kegiatan manager lain, juga mengarahkan
kegiatan-kegiatan yang melaksanakan kebijakan organisasi. Contohnya Kepala Bagian yang
membawahi kepala seksi, kepala devisi dan lain sebagainya.
3. Manajemen Puncak (Top Manajer), terdiri atas kelompok yang relatif kecil, yang
bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi. Mereka menetapkan
kebijaksanaan operasional dan membimbing hubungan organisasi dengan lingkungan-nya.
Sebutan yang khas untuk manajemen puncak ini adalah Chief Executive Officer (Direktur
Utama), Presiden dan Senior Vicepresident.
Dari ketiga tingkatan manajemen, akan membedakan fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan.
Ada 2 (dua) fungsi utama manajemen:
Semakin tinggi tingkatannya, manajer akan semakin banyak melakukan fungsi manajemen
administratif.
A. KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH SEORANG MANAJER:
1. Perencanaan (Planning)
Seorang manajer harus memikirkan perencanaan kegiatan yang akan dibuat karena,
pembuatan perencanaan oleh pimpinan/manajer perusahaan untuk perusahaan
dilakukan guna menentukan garis-garis besar kegiatan perusahaannya, memikirkan
dan mempersiapkan masa depannya, serta menentukan what, how, goal, who,
where, dan when yang sesuai dan tepat untuk melaksanakannya, serta menentukan
arah dan proses yang akan ditempuh.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam membuat perencanaan adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan sasaran (goal): menentukan hasil akhir yang ingin dicapai
b. Membuat perkiraan (forecasting): memperkirakan kecenderungan,
antisipasi keadaan utuk mencapai tujuan
c. Menyusun strategi (strategy arranging): menentukan cara, taktik, hal-hal
istimewa, dan waktu yang dibutuhkan guna mencapai tujuan.
d. Menyusun program (programming): menentukan prioritas, tahapan,
perincian kegiatan, dan penjadwalannya.
e. Membuat anggaran (budgeting): mengalokasikan sumber daya untuk setiap
unit usaha dan rencana keuangan yang mencerminkan kegiatan usaha.
f. Membuat prosedur kerja (work proceduring): menentukan standarisasi
proses kerja.
g. Membuat pola kebijakan (policy making): pengambilan keputusan pada
urusan-urusan penting yang terjadi secara berulang berdasarkan petunjuk
teknis pelaksanaan.
D. LINGKUNGAN ORGANISASI
Manajer harus memperhatikan kondisi lingkungan oganisasinya, tidak hanya lingkungan internal
tetapi juga lingkungan eksternal organisasinya. Lingkungan eksternal memiliki pengaruh yang cukup
signifikan terhadap keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya, terutama organisasi
yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan konsumen.
Dari uraian tersebut, maka organisasi dan lingkungan memiliki keterkaitan yang tidak bisa
dilepaskan, dan lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar atas tercapainya sebuah
tujuan organisasi.
Atas dasar inilah maka manajer dituntut untuk memiliki kepekaan sosial dan etika berusaha
dalam setiap mengambil keputusan. Ada lima faktor yang mempengaruhi keputusan
manajer:
1. Hukum, peraturan dan semua produk perundangan yang berlaku dimana organisasi
tersebut berada
2. Kode etik industri dan perusahaan
3. Tekanan sosial
4. Tegangan antar standar perorangan
5. Kebutuhan organisasi
E. MEMBUAT PERENCANAAN DAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
PROSES PERENCANAAN
Perencanaan adalah sebuah proses dasar dimana sebuah organisasi melalui manajemennya
menentukan tujuan dan cara untuk mencapainya. Perencanaan dalam sebuah organisasi menjadi
sangat penting karena memegang peranan lebih dibanding fungsi-fungsi manajamen lainnya.
A. PENGERTIAN PERENCANAAN
Sebelum manajer dapat melakukan tugasnya dalam mengorganisasi, mengarahkan, atau
mengawasi kegiatan, manajer harus membuat rencana-rencana yang akan menjadi arah dan
tujuan organisasinya. Manajer harus memutuskan “apa yang harus dilakukan, kapan
melakukannya, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya”. Jadi perencanaan
adalah “pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus
dilakukan, kapan, bagaimana dan siapa yang melakukan”.
Perencanaan yang baik harus mempertimbangkan kondisi waktu yang akan datang dimana
rencana tersebut akan dilaksanakan, serta kondisi aktual sekarang pada saat rencana
tersebut dibuat.
Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui 4 (empat) tahapan berikut yaitu:
Perencanaan
Manfaat Perencanaan
1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
2. Membantu kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama
3. Memungkinkann manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
4. Membantu penempatan tanggungjawab lebih cepat
5. Memberikan cara pemberian perintah untuk operasi
6. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
7. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami
8. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
9. Menghemat waktu, usaha dan dana
Kelemahan Perencanaan:
1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi yang
nyata
2. Cenderung menunda kegiatan
3. Terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi
4. Kadang-kadang hasil yg paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individual
5. Ada rencana-rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten
Proses Perencanaan
Perencanaan Strategis
Perencanaan Taktis
Rencana taktis diturunkan dari misi dan rencana strategis. Rencana taktis
ditujukan untuk mencapai tujuan taktis yang merupakan bagian tertentu
dari rencana strategis. Fokus pada hubungan manusia dan aksi, dan biasanya
ditetapkan oleh menajemen menengah.
Rencana Operasional
manajemen puncak akan lebih banyak terlibat dalam perencanaan strategis, manajemen
menengah dalam perencanaan taktis, dan manajemen tingkat bawah dalam perencanaan
operasional.
Tujuan yang tidak tepat, tidak memahami lingkungan dan organisasi, dan
tidak percaya diri.
Mengatasi Hambatan
Pelatihan atau bantuan untuk manajer dalam hal penetapan tujuan dan
pemahaman organisasi dan lingkungan.
MBO (Management By Objectives)
Efektivitas MBO
Inheren pada MBO, menyerap tenaga dan waktu yang banyak, pekerjaan
administratif yang banyak, proses yang rumit yang membutuhkan kemauan
belajar.
Di luar MBO yang secara teoritis dapat dihilangkan, contoh adalah komitmen
manajemen puncak yang kurang, gaya manajemen yang otoriter,
keterampilan hubungan manusiawi yang kurang.
Mendorong partisipasi
Strategi didefinisikan sebagai “penetapan tujuan jangka panjang yang mendasar dari
suatu organisasi, dan pemilihan alternatif tindakan dan alokasi sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut”.
Dapat dicapai
Dapat memotivasi
Spesifik
Tujuan dan strategi saat ini dievaluasi untuk menentukan apakah sudah
sesuai dengan tujuan dan strategi seharusnya.
Analisis Lingkungan
Analisis Sumberdaya
Mencoba melihat kekuatan sumberdaya organisasi relatif terhadap
pesaingnya, dalam mencapai tujuan organisasi dan memanfaatkan
kesempatan strategis.
Kesempatan strategis muncul apabila ada gap (perbedaan) antara hasil yang
diperoleh dengan strategi saat ini dengan hasil yang diperoleh apabila
strategi lain (strategi yang seharusnya) digunakan.
Pelaksanaan Strategi
Tingkatan Strategi
Pendekatan Nilai
Kekuatan Pelanggan
Differensial
Fokus
Strategi Fungsional
Implementasi Strategi
PEMBUATAN KEPUTUSAN
A. TEORI-TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh
seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah. Tindakan para aktor
kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan
tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling
terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Ada beberapa teori yang
paling sering digunakan dalam mengambil kebijakan yaitu:
Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom, 1965 (Ahli Ekonomi dan Matematika)
yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu sebenarnya tidak berhadapan
dengan masalah-masalah yang konkrit akan tetapi mereka seringkali mengambil
keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan.
Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam diri
pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan memiliki cukup
informasi mengenai berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat
akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya
manfaatnya dan mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan.
Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai sendiri
dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan
bahwa fakta-fakta dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah, akan tetapi
kenyataannya sulit membedakan antara fakta di lapangan dengan nilai-nilai yang ada.
2. Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah yang
harus dipertimbangkan dan merupakan model yang sering ditempuh oleh pejabat-
pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok
pikiran sebagai berikut:
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapainya merupakan hal yang saling terkait.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang
langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya
dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenai sebab dan
akibatnya.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan diredifinisikan secara teratur dan
memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan
dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih tepat ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap
masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang
mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya adalah memperbaiki atau
melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan
penyempurnaan.
Karena diambil bedasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan bagi
negara-negara yang memiliki struktur majemuk. Keputusan dan kebijakan diambil
dengan dasar saling percaya di antara berbagai pihak sehingga secara politis lebih
aman. Kondisi yang realistik di berbagai negara bahwa dalam mengambil
keputusan/kebijakan para pengambil keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik
seperti kurang cukup waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain
yang dipakai untuk analisis secara komprehensif.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang membuahkan
hasil terbatas, praktis dan dapat diterima.
B. TIPE-TIPE KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan (Decision making): adalah tindakan manajemen dalam pemilihan
alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe:
1. Keputusan terprogram/keputusan terstruktur: keputusan yang berulang-ulang dan
rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terjadi dan dilakukan terutama pada
manajemen tingkat bawah. Contoh: keputusan pemesanan barang, keputusan
penagihan piutang, dll.
2. Keputusan setengah terprogram/setengah terstruktur: keputusan yang sebagian dapat
diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin, dan sebagian tidak terstruktur.
Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan
serta analisis yang terperinci. Contoh: keputusan membeli sistem komputer yang lebih
canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3. Keputusan tidak terprogram/tidak terstruktur: keputusan yang tidak terjadi berulang-
ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas.
Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk
didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.
Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting di dalam pengambilan
keputusan tidak terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain
adalah contoh keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.
Komunikasi adalah pembagian informasi antara dua atau lebih individu untuk mencapai
suatu pemahaman yang sama. Komunikasi, seberapa elektronisnya, masih merupakan usaha
manusia dan melibatkan individu-individu dan kelompok. Selain itu, komunikasi tidak terjadi
kecuali tercapai pemahaman bersama.
b. Proses komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari dua fase, yaitu fase transmisi dan fase umpan balik.
Dalam fase transmisi, informasi dibagikan antara dua atau lebih individu atau
kelompok. Dalam fase umpan balik, dipastikan adanya pemahaman yang sama.
Dalam kedua fase tersebut, beberapa tahapan harus dilalui agar komunikasi terjadi.
Pada tahap transmisi, pengirim memutuskan pesan yang ingin dikirim, kemudian
menerjemahkannya ke dalam simbol atau bahasa. Setelah diencode, pesan akan
dikirimkan melalui jalur media atau sarana kepada penerima. Media atau sarana di
sini merupakan jalur komunikasi seperti telepon, surat, memo, atau komunikasi tatap
muka dalam suatu pertemuan yang dilalui oleh pesan yang telah di-encode kepada
penerima. Tahapan selanjutnya adalah penerima berusaha menginterpretasikan dan
mencoba memahami pesan. Di sini merupakan titik kritis dalam komunikasi.
Pada tahap umpan balik, dimulai oleh penerima yang saat ini menjadi pengirim
dengan memutuskan pesan yang akan disampaikan kepada pengirim awal (yang saat
ini menjadi penerima), melakukan encoding, dan mentransmisikannya melalui media
atau sarana yang dipilih. Pesan di sini dapat mengandung konfirmasi bahwa pesan
asli/awal telah diterima dan dipahami atau menguraikan kembali pesan asli/awal
untuk memastikan bahwa pesan telah diinterpretasikan dengan benar atau dapat pula
mengandung permintaan atas informasi tambahan. Pengirim awal kemudian
melakukan decoding dan memastikan bahwa telah pehamanan yang sama telah
terjadi. Jika pengirim awal berpendapat bahwa belum terjadi pemahaman yang sama,
siklus pengirim dan penerima akan terjadi lagi sebanyak yang diperlukan untuk
mencapai pemahaman yang sama. Umpan balik menghilangkan kesalahpahaman,
memastikan bahwa pesan telah diinterpretasikan dengan benar dan membantu
penerima dan pengirim mencapai pehamanan yang sama. Namun, di tahap-tahapan
tersebut dapat terjadi kebisingan yang dapat menghalangi komunikasi di tahap apa
pun.
Proses encoding suatu pesan menjadi kata-kata, baik tertulis maupun lisan,
merupakan komunikasi verbal. Sementara itu, komunikasi nonverbal dapat dilakukan
melalui ekspresi muka, bahasa tubuh, bahkan gaya busana. Komunikasi nonverbal ini
dapat digunakan untuk memperkuat atau mendukung komunikasi verbal.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi
dikelola. Struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, maupun orang-orang yang
menunjukan kedudukan , tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam
suatu organisasi. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur
organisasi adalah sebagai berikut :
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya.
2. Teknologi yang digunakan.
3. Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.
4. Ukuran organisasi.
C. Departementalisasi Fungsional
Departementalisasi fungsional mengelompokan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-
kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Kebaikan pendekatan fungsional
adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama,
menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi, dan
memungkinkan pengawasan manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
Kelemahan struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan
kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan, memberikan tanggapan lebih
lambat terhadap perubahan, hanya memusatkan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan
menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
Departementalisasi Divisional
Departementalisasi dibagi menjadi 4 bagian divisi-divisi, yaitu :
1. Struktur organisasi divisional atas dasar produk.
2. Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah.
3. Struktur organisasi divisional atas dasar langganan.
4. Struktur organisasi divisional atas dasar proses atau peralatan.
Organisasi Proyek dan Matriks Bentuk organisasi proyek dan matriks adalah tipe
departementalisasi campuran (hybrid design). Kedua struktur organisasi ini tersusun dari satu
atau lebih tipe-tipe departementalisasi lainnya. Struktur proyek dan matriks bermaksud untuk
mengkombinasikan kebaikan-kebaikan kedua tipe desain fungsional dan divisional dengan
menghindarkan kekurangan-kekurangannya. Struktur organisasi proyek. Departementalisasi
proyek menyangkut pembentukan tim-tim spesialis yang diperlukan untuk mencapai suatu
tujuan khusus. Sedangkan struktur organisasi matriks. Departementalisasi matriks adalah
sama dengan departementalisasi proyek dengan satu perbedaan pokok. Dalam sturktur
matriks, para karyawan mempunyai dua atasan sehingga mereka berada di bawah dua
wewenang.
Kegunaan panitia
1. Keputusan-keputusan dengan kualitas lebih baik.
2. Meningkatkan penerimaan.
3. Memperbaiki koordinasi.
4. Tempat latihan bagi manajer.
5. Penyebaran kekuasaan.
6. Menghindarkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Kerugian panitia
1. Pemborosan waktu dan uang.
2. Dominasi individu.
3. Adanya persetujuan dan kompromi terlebih dahulu.
4. Kurangnya tanggung jawab.
H. WEWENANG DAN KEKUASAAN
A. PENGERTIAN KEKUASAAN, WEWENANG DAN PENGARUH
Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya
kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan
juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa
wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Kekuasaan berkaitan erat dengan pengaruh (influence) yaitu tindakan atau contoh tingkah
laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku orang lain atau kelompok.
Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John
Brench dan Bertram Raveb, yaitu:
Mengapa manajer dapat memerintah karyawan. Pada situasi yang normal, manajer dapat
membuat karyawan mengerjakan apa yang ia perintahkan. Mengapa manajer dapat
mendapatkan hak untuk memerintah. Ada dua pandangan yang menjelaskan wewenang
formal (resmi):
1. Wewenang Lini
Dimiliki oleh manajer lini yang mengambil keputusan untuk mencapai tujuan
organisasi secara langsung. Dalam bagan organisasi, wewenang lini digambarkan
oleh garis yang menghubungkan manajemen puncak sampai ke manajemen tingkat
bawah.
2. Wewenang Staff
Dilakukan oleh orang atau kelompok orang yang memberikan jasa atau nasehat
kepada manajer lini. Staff ahli biasanya merupakan istilah yang menggambarkan
posisi tersebut. Staff ahli memberikan nasehat berdasarkan keahlian, pengalaman,
atau riset dan analisis yang diperlukan, termasuk bantuan pelaksanaan kebijakan,
monitor, dan pengendalian.
3. Wewenang Fungsional
Kadang organisasi mempunyai manajer atau departemen yang mempunyai wewenang
fungsional. Fungsi keuangan dan akuntansi sering diberikan wewenang fungsional.
C. DELEGASI WEWENANG
Dapat diartikan sebagai penugasan wewenang dan tanggung jawab formal organisasi kepada
orang lain, dalam hal ini karyawan. Wewenang dapat didelegasikan sesuai dengan prinsip
skalar dari manajemen klasik, yang mengatakan bahwa garis wewenang harus ditetapkan
dengan jelas dari manajemen puncak sampai karyawan paling bawah. Delegasi wewenang
bukan merupakan pelepasan tanggung jawab.
Berikut adalah definisi atau pengertian dari Delegasi oleh beberapa pakar:
Ralph C. Davis
Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika kita menyerahkan
wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan pertanggungjawaban.
1. Takut gagal
2. Merasa tidak ada penghargaan untuk kerja yang akan dilakukannya, atau tidak mau
menanggung risiko
3. Semua risiko diserahkan atau ditanggung oleh manajer.
1. Memutuskan pekerjaan mana yang akan didelegasikan, karena tidak semua pekerjaan
dapat didelegasikan
2. Memutuskan siapa yang akan memperoleh penugasan, dengan beberapa
pertimbangan: waktu yang dipunyai karyawan, kemampuan yang dimiliki karyawan,
dan kesempatan yang akan dimanfaatkan oleh karyawan
3. Mendelegasikan tugas, disertai dengan informasi dan pemberian wewenang yang
cukup, dan bentuk hasil yang diharapkan
4. Menetapkan Feedback, untuk memonitor kemajuan yang dicapai oleh bawahan.
D. SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI
1. Sentralisasi
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan
di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga
waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem
ini adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan
yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluruh keputusan dan
kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.
2. Desentralisasi
Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem
sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian
wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat
diputuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah
sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di
daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat.
Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah
adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkan
kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan
pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah
di tingkat pusat.
I. SDM
Proses seleksi merupakan tahap-tahap khusus yang digunakan untuk memutuskan pelamar
mana yang akan diterima di perusahaan. Proses tersebut dimulai dari ketika pelamar kerja
dan diakhiri dengan keputusan penerimaan. Proses seleksi merupakan pengambilan
keputusan bagi calon pelamar untuk diterima atau tidak.
Menurut Simamora (2004), seleksi merupakan proses pemilihan dari sekelompok pelamar
yang paling memenuhi kriteria seleksi untuk posisi yang tersedia di dalam perusahaan.
Sedangkan menurut Teguh (2009) menjelaskan bahwa seleksi adalah proses yang terdiri dari
berbagai langkah yang spesifik dari kelompok pelamar yang paling cocok dan memenuhi
syarat untuk jabatan tertentu.
Kriteria seleksi menurut Martoyo (2000) pada umumnya dapat dirangkum dalam beberapa
kategori yaitu: Pendidikan, Pengalaman kerja, Kondisi fisik, Kepribadian.
Teknis Seleksi Sebelum perusahaan memutuskan karakteristik yang akan di seleksi, maka
perusahaan sebaiknya memiliki kriteria sukses yang ditetapkan sebelumnya untuk
menentukan cara untuk memprediksi pelamar mana yang mencapai tingkat yang
diharapkan. Adapun beberapa teknik seleksi antara lain: Interview, Tes psikologi. Tes
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan : Pusat pelatihan, Biodata, Referensi
, Grafologi (ilmu yang berkenaan dengan tulisan tangan) Sedangkan langkah-langkah dalam
seleksi yaitu: Seleksi surat-surat lamaran, Pengisian blanko lamaran, Pemeriksaan referensi ,
Wawancara pendahuluan , Tes penerimaan,Tes psikologi , Tes kesehatan, Wawancara akhir
atasan langsung, Memutuskan diterima atau ditolak.
Dasar seleksi adalah penerimaan pegawai baru yang hendaknya berpedoman pada
dasar tertentu yang telah digariskan secara internal maupun eksternal sebuah perusahaan.
Menurut Hasibuan (2008) dasar-dasar tersebut antara lain: Kebijakan perburuhan atau
tenaga kerja oleh pemerintah , Jabatan , Ekonomi rasional , Etika sosial.
Cara Seleksi yang digunakan oleh perusahaan maupun organisasi dalam penerimaan
karyawan baru dewasa ini dikenal dengan dua cara yaitu:
1. Non ilmiah yaitu seleksi yang dilaksanakan tidak didasarkan atas kriteria yang standar,
atau spesifikasi kebutuhan nyata suatu pekerjaan ataupun jabatan. Akan tetapi hanya
didasarkan pada perkiraan dan pengalaman saja. Seleksi dalam hal ini dilakukan tidak
berpedoman pada uraian spesifikasi pekerjaan dari jabatan yang akan diisi. Unsur-unsur
yang diseleksi biasanya meliputi hal-hal seperti: Surat lamaran bermaterai atau tidak, Ijazah
sekolah dan daftar nilainya,Surat keterangan kerja dan pengalaman, Referensi atau
rekomendasi dari pihak yang dapat dipercaya, Wawancara langsung dengan yang
bersangkutan, Penampilan dan keadaan fisik pelamar , Keturunan dari pelamar , Tulisan
tangan pelamar
2. Ilmiah yaitu metode seleksi yang didasarkan pada spesifikasi pekerjaan dan kebutuhan
nyata yang akan diisi, serta berpedoman pada kriteria dan standar-standar tertentu. Seleksi
ilmiah mengacu dalam hal-hal antara lain: Metode kerja yang sistematis, Berorientasi pada
kebutuhan riil karyawan Berorientasi kepada prestasi kerja, Berpedoman pada undang-
undang perburuhan, Berdasarkan kepada analisa jabatan dan ilmu sosial lainnya.
1. Sumber internal adalah karyawan yang akan mengisi lowongan kerja yang di ambil dalam
perusahaan tersebut, yakni dengan memutasi atau memindahkan karyawan yang memenuhi
spesifikasi pekerjaan jabatan tersebut berupa Promosi jabatan , Rotasi/transfer ,
Pengkaryaan kembali, Kelompok kerja sementara
2. Sumber eksternal adalah karyawan yang akan mengisi jabatan yang lowong dilakukan
penarikan karyawan dari sumber-sumber tenaga kerja di luar perusahaan antara lain:
a. Kantor penempatan kerja
b. Lembaga- Lembaga pendidikan dan pelatihan yang menggunakan tenaga kerja
khusus yang menghasilkan SDM yang berkualitas dan siap kerja, Departemen tenaga kerja,
Tenaga kerja professional, Organisasi profesi dan keahlian, Asosiasi pekerja.
c. Referensi karyawan
d. Serikat buruh
e. Pencakokan dari perusahaan
f. Nepotisme dan leasing
g. Pasar tenaga kerja dengan memeasang iklan dengan media massa.
h. Walk-ins dan Write ins yaitu pelamar datang ke departemen SDM untuk
mengetahui lowongan pekerjaan apa yang sedang dicari.
Motivasi adalah proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah satu
unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi berasal dari kata
movere dalam bahasa Latin yang berarti ‘bergerak atau menggerakkan’. Motivasi
atau motif berarti dorongan atau alasan. Motivasi adalah kekuatan psikologis/jiwa
yang menentukan arah perilaku seseorang di dalam organisasi, tingkat usaha
seseorang, dan tingkat ketekunan seseorang dalam menghadapi hambatan. Motif
merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau
suatu tenaga di dalam diri manusia, yang menyebabkan manusia bertindak atau
melakukan sesuatu. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan seseorang bertingkah laku.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada dasarnya
ada dua, yaitu motivasi yang datang sendiri dan motivasi yang ada karena adanya
rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi belajar ini sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar.
Setiap motivasi bertalian erat dengan tujuan atau suatu cita-cita, maka makin
tinggi harga suatu tujuan itu, makin kuat motivasi seseorang untuk mencapai
tujuan. Purwanto (1996:70) mengatakan bahwa fungsi motivasi ada tiga, yaitu a)
motivasi mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, tepatnya berfungsi
sebagai penggerak atau sebagai atau sebagai motor yang memberikan energi
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu; b) motivasi itu menentukan arah
perbuatan ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, dalam hal ini motivasi
mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
itu sehingga makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus
ditempuh; dan c) motivasi menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan
perbuatan yang dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan dengan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Motivasi
adalah pusat managemen karena menjelaskan alasan seseorang bertindak dengan
cara tertentu di organisasi.
b. Sumber Motivasi
Motivasi dapat bersumber dari dalam atau luar diri (intrinsic dan extrinsic
motivation). Motivasi intrinsik adalah perilaku yang dilakukan untuk
kepentingan/tujuannya sendiri. Sumber motivasi sesungguhnya dari melakukan
perilaku dan motivasi datang dari melakukan pekerjaan itu sendiri. Banyak
manajer memiliki motivasi intrinsik, mereka memperoleh rasa mampu dan
keberhasilan dari membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dan mendapat
keunggulan bersaing. Pekerjaan yang menarik, menantang dan kepuasan lebih
memungkinkan untuk mengarahkan kepada motivasi intrinsik daripada pekerjaaan
yang membosankan atau tidak memerlukan keahlian dan kemampuan pribadi.
Contoh:
a. Sales motor yang termotivasi karena menerima komisi dari motor yang
terjual.
b. Karyawan yang termotivasi oleh peluang mendapatkan pekerjaan yang
terjamin.
c. Pengacara yang termotivasi karena gaji yang tinggi dan status selama
menjalani pekerjaan itu.
Motivasi mereka berasal dari konsekuensi yang diterima sebagai hasil perilaku
kerja mereka. Seseorang dapat termotivasi dari dalam (intrinsic), dari luar
(extrinsic), atau dari keduanya. Seorang top manager yang mendapatkan rasa
mampu dan berhasil mengelola perusahaan besar dan berusaha keras mencapai
target akhir tahun untuk mendapatkan bonus besar adalah memiliki motivasi
intrinsik sekaligus ekstrinsik.
Sumber motivasi tergantung dari beberapa faktor antara lain sebagai berikut.
Menurut Lau dan Shani (1992) dalam Zuhdi (2006), terdapat dua pendekatan
umum dalam mempelajari motivasi, yaitu teori isi dan teori proses.
a. Teori isi adalah teori yang menjelaskan mengenai profil kebutuhan yang
dimiliki seseorang. Teori ini berusaha mengidentifikasikan faktor-faktor
yang dapat meningkatkan motivasi kerja. Teori isi antara lain adalah Teori
Hierarki Kebutuhan Maslow, Teori E-R-G, Teori Dua Faktor, dan Teori
Tiga Motif Sosial.
b. Teori proses menjelaskan proses munculnya hasrat seseorang untuk
menampilkan tingkah laku tertentu. Teori ini berkaitan dengan identifikasi
variabel dalam motivasi dan keterkaitan variabel-variabel tersebut.
Beberapa teori proses antara lain Teori Keadilan dan Teori Ekspektasi.
B. KEPEMIMPINAN
a. Pengertian
Ing ngarsa sung tuladha yang berarti bahwa seorang pemimpin harus
berani tampil di depan dengan memberikan contoh-contoh yang baik serta
dapat ditiru oleh bawahan atau harus mampu memberikan teladan bagi
bawahan,
Ing madya mangun karsa yang berarti bahwa seorang pemimpin juga
harus dapat membangkitkan semangat atau gairah kerja di kalangan
bawahan apabila pemimpin tersebut berdiri di antara bawahannya, serta
Tut wuri handayani yang berarti bahwa seorang pemimpin harus bersedia
melindungi, memberikan dorongan-dorongan, nasihat, dan petunjuk
kepada semua bawahannya agar meningkatkan prestasi kerja serta tidak
lupa bahwa semua tugas yang dilaksanakan bawahan akhirnya menjadi
tanggung jawab pemimpin yang bersangkutan.
B. GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahn pemimpin dengan gaya diplomatis ini.
Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun
kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang
tidak menyenangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali
hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya mereka hangat
dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap
permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati. Segala bentuk kebajikan
ada dalam diri pemimpin ini. Orang-orang yang datang karena kehangatannya
terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini
sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa
sangat menyenangkan dan bersahabat.
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para
bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang
dihadapi.
Pengawasan disebut juga sebagai evaluating appraising atau correcting. Pengertiannya adalah
proses penjamin pencapaian tujuan organisasi. Jadi, ada kaitannya yang erat antara
pengawasan dan perencanaan. Langkah awal suatu pengawasan sebenarnya adalah
perencanaan dan penetapan tujuan berdasarkan pada standar atau sasaran.
A. BENTUK PENGAWASAN
1. Pengawasan pendahuluan (feedforward control, steering controls)
Yaitu untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi
dibuat sebelum kegiatan terselesaikan.
2. Pengawasan concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi
syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan
pelaksanaan kegiatan.
3. Pengawasan umpan balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur
penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
B. TAHAPAN PENGAWASAN
1. Tahap penetapan standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang
digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang
umum yaitu:
a. Standar phisik
b. Standar moneter
c. Standar waktu
2. Tahap penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan digunakan sebagai dasar atas
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.
3. Tahap pengukuran pelaksanaan kegiatan, berupa proses yang berulang-ulang dan
kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan dan
menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat
pengambil keputusan sebagai manajer.
5. Tahap pengambilan tindakan koreksi bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi
penyimpangan dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
6. Perancangan Proses Pengawasan. Willian H. Newman menetapkan prosedur
sistem pengawasan, dimana dikemukakan 5 jenis pendekatan, yaitu:
a. Merumuskan hasil diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang
melaksanakan
b. Menetapkan petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki
penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan:
1) Pengukuran input.
2) Hasil pada tahap awal.
3) Gejala yang dihadapi.
4) Kondisi perubahan yang diasumsikan
c. Menetapkan standar penunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yang
dihadapi.
d. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi
pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by exception, yaitu atasan
diberi informasi bila terjadi penyimpangan dari standar.
e. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan
diganti.
MBE atau prinsip pengecualian, dengan titik perhatian kepada pengawasan yang
paling kritis dan mempersilahkan karyawan atau manajemen tingkat rendah untuk
membuat variasinya, digunakan untuk operasi-operasi yang bersifat otomatis dan
rutin.
Ada 5 kriteria yang harus dipenuhi agar MIS dapat berjalan secara efektif, yaitu:
1. Adapun unsur keakuratan, dimana data harus dapat dijadikan pedoman dan
valid.
2. Tepat waktu, yaitu dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secara cepat dan
tepat dimana kegiatan perbaikan perlu dilaksanakan.
3. Obyektif dan menyeluruh, dalam arti mudah dipahami
4. Terpusat, dengan memusatkan pada bidang-bidang penyimpangan yang paling
sering terjadi.
5. Realistik secara ekonomis, dimana biaya sistem pengawasan harus lebih
rendah atau sama dengan kegunaan yang didapat.
6. Realistik secara organisasional, yaitu cocok dengan kenyataan yang ada
diorganisasi.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja, karena dapat menimbulkan sukses atau
gagalnya operasi serta harus sampai pada karyawan yang memerlukannya.
8. Fleksibel, harus dapat menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi, sehingga
tidak harus buat system baru bila terjadi perubahan kondisi.
9. Sebagai petunjuk dan operasional, dimana harus menunjukkan deviasi standar
sehingga dapat menentukan koreksi yang akan diambil.
10. Diterima para anggota organisasi, mampu mengarahkan pelaksanaan kerja
anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan
prestasi.
1. Metode Kuantitatif
Teknik ini memerlukan data khusus, guna mengukur dan memeriksa kuantitas
serta kualitas keluaran (out put). Metode-metode kuantitatif terdiri dari:
1) Anggaran (budget):
a. Anggaran Operasi:
i. Anggaran penjualan
ii. Anggaran kas dan sebagainya
b. Anggaran khusus:
i. Planing, programming budgetring system (PP BS)
ii. Zero base budering (ZBB)
2) Audit
a. Internal
b. Eksternal
3) Analisa Break Even
4) Analisa Rasio
5) Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu kegiatan seperti:
bagan gantt, program evaluation and review technique (PERT) dan
critical path method (CPM).
2. Metode Pengawasan Non Kuantitatif
Pengawasan anggaran (budgetary control) adalah suatu sistem sasaran yang telah
ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial,
dengan membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.
Ada dua kelompok jenis anggaran yaitu anggaran operasional dan anggaran
finansial.
a. Anggaran operasional
b. Anggaran finansial