Anda di halaman 1dari 21

Sembilan Naga, Gengster Legendaris

Asal Indonesia
Mylinekerr DI dunia remang-remang, nama Gang of Nine menjadi legenda. Dibekingi
Keluarga Cendana dan petinggi

Tommy Winata Mengendalikan Bank Artha Graha, yang dulu bernama Bank Propelat, milik Kodam Siliwangi.
Bank Artha Graha adalah pilar utama kerajaan bisnis Tommy: Grup Artha Graha.

militer, segala sepak terjangnya hampir tak tersentuh. Taipan Tommy Winata-bersama Sugianto
Kusuma alias Aguan-disebut-sebut sebagai godfather-nya. Bisnis mereka terentang dari properti
hingga judi, dari obat terlarang hingga otomotif. Benarkah? Dalam wawancara dengan TEMPO,
Tommy membantah keras seluruh keterlibatannya di situ. Malah, Gua baru dengar (nama
kelompok itu) sekarang, katanya. Tapi sejumlah sumber, termasuk mantan preman dan bandar
judi Anton Medan, mempercayai keberadaannya. Isi perut Geng Sembilan berikut ini dirinci
berdasarkan keterangan mereka. Kecuali Tommy dan Yorrys, yang juga membantah, beberapa
nama yang ada di sini tidak dapat dikontak oleh TEMPO.

1* Tommy Winata Mengendalikan Bank Artha Graha, yang dulu bernama Bank Propelat, milik
Kodam Siliwangi. Bank Artha Graha adalah pilar utama kerajaan bisnis Tommy: Grup Artha
Graha.
2* Sugianto Kusuma (Aguan)Nama ini mulai
dikenal orang ketika pada 1970-an terlibat penyelundupan barang elektronik via Palembang.
Dialah yang memperkenalkan Tommy Winata dengan Angkatan Darat atau Yayasan Kartika Eka
Paksi semasa Jenderal Edi Sudradjat menjabat Kepala Staf Angkatan Darat. Pak Aguan adalah
senior saya, kata Tommy, Beberapa keputusan bisnis yang penting selalu saya konsultasikan
padanya. * Yorrys T. Raweyai (Thung Hok Liong) Ketua Umum Pemuda Pancasila ini bertindak
sebagai panglima yang mengamankan seluruh operasi jaringan ini di lapangan.

http://news.okezone.com/read/2016/04/04/337/1353334/aguan-pengusaha-berjuluk-god-father-
geng-sembilan-naga

3* Arief Prihatna (Cocong). Menurut sumber TEMPO dan Anton Medan, di bidang ini Arief
merupakan pemain lama (sejak 1975) urusan memasukan barang lewat pintu belakang. Ia
bergabung dengan Tommy sekitar 1985 dan punya jaringan luas di kalangan militer. Seorang
mantan karyawati di perusahaan Cocong mengaku bagaimana dia secara rutin mengirimkan
upeti berupa barang elektronik ke kalangan tentara dan polisi Tak mengherankan, ia mulus
memasukkan mobil mewah, barang elektronik, serta obat tradisional (Cina) dari Singapura,
Thailand, Taiwan, dan Hong Kong. Arie Sigit (cucu Soeharto) pernah memimpin konsorsium
importir obat tradisional ini.

4* Edi Porkas Winata Kepada TEMPO, Tommy mengaku kenal baik tokoh ini. Imbuhan nama
di tengah muncul karena reputasinya sebagai bandar judi Porkas (perusahaan milik Sigit
Hardjojudanto, seperti disebut pula oleh majalah Time pekan lalu). Dia dikenal sebagai tangan
kanan Tommy dalam bisnis ini. Menurut Anton Medan, beberapa nama berada di bawah
lindungan Tommy pula. Di Jakarta, menurut sebuah sumber, pusat operasi mereka-lewat
permainan mickey mouse, rolet, bakarat, black jack, dan lain-lain-adalah Pertokoan Duta Merlin,
Jalan Ketapang, dan Jalan Kartini. Belakangan, pusat operasi itu dipindahkan ke Jalan Kunir di
kawasan Kota, yang kini dikenal sebagai markas Konsorsium Judi Indonesia-jelas bukan nama
organisasi resmi-dengan Edi sebagai pemimpinnya.

5* Kwee Haryadi Kumala (A Sie) Bersama kakaknya, Cahyadi Kumala (Sui Teng), Haryadi
adalah spesialis pembebasan tanah. Anton Medan juga menyebut keterlibatan Teddy
Hwat dan Robert Kardinal (saudara Yorrys) dalam urusan tanah ini. Di sektor ini mereka
banyak bekerja sama dengan Bambang Trihatmodjo, misalnya di Jonggol dan Sentul. Bahkan,
menurut Anton dan sumber TEMPO, beberapa aset Cendana saat ini telah dialihkan ke Tommy
Winata: Jonggol (3.200 hektare), Cikarang (5.000 hektare), Sawangan, Sentul, Cikampek, dan
perkebunan kelapa sawit di Sumatra Utara (25.000 hektare).
6* Arie Sigit. Arie mengenal Tommy lewat pamannya, Bambang Tri. Arie-menurut sumber
TEMPO-punya bisnis sampingan menarik, misalnya ekstasi, dengan omzet ratusan miliar per
bulan. Tapi, dalam sebuah wawancara dengan majalah Panji beberapa waktu lalu, Arie
membantah isu ini dengan tegas. Namun, sebuah sumber menjelaskan bahwa jaringan bisnis itu
meliputi Bandung, Medan, Jawa Tengah, Yogya, Surabaya, dan Bali, selain Malaysia dan
Australia. Pemasok utama komoditas ini adalah Hong Lie, buron yang dikaitkan dengan
pembunuhan Nyo Beng Seng. Hong Lie sekarang bermukim di Hong Kong. Menurut seorang
sumber, salah satu lokasi perakitan barang terlarang ini, di Tangerang, pernah digerebek polisi
pada 1998 lalu, tapi kasusnya lalu dipetieskan.

7* Iwan Cahyadi Karsa (Eng Tiong) Melalui PT Sumber Auto Graha (SAG), belum lama ini
Iwan membeli 14 ribu unit mobil Timor. Menurut Anton dan sumber lainnya, SAG
memperjualbelikan mobil mewah completely built-up yang diselundupkan Arief Cocong.

8* Johnny Kesuma Melalui PT Artha Graha Investama, dia adalah orang kepercayaan Tommy
di bidang investasi. Johnny adalah adik Aguan. Semula ia mengendalikan PT Amcol Graha
Industries, yang pernah memegang lisensi manufaktur Sony. Menurut sumber TEMPO, saat ini
ia dicekal. Sebelumnya, ia lebih banyak tinggal di Singapura. Saham Graha Investama juga
dimiliki oleh Bakti Investama (dulu milik Mamiek Soeharto).

Jaringan Sembilan Naga menembus berbagai daerah di Indonesia. Upeti untuk pejabat militer,
kepolisian, atau pemda, membuat bisnis ini kian kuat.

Jarum jam sudah bergerak ke angka 01.00 WIB, Sabtu dini hari. Malam pun kian larut dan
menebar hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang sumsum. Namun, beberapa sudut Kota
Jakarta tetap saja panas dan berdenyut. Sebuah siklus sosial yang tetap hidup. Jakarta
memang tak pernah mati dari kehidupan malam, terutama bagi mereka yang doyan dengan
dunia hiburan dan perjudian. Datanglah ke Kabuki, Hotel Prinsen Park, Kawasan Lokasari di
Jakarta Barat. Lalu, Pelangi dan Raja Kota di Jalan Hayam Wuruk, termasuk Raja Mas di
Kawasan Glodok, Jakarta Barat. Siapa pun bisa gambling dan mengadu nasib di tempat usaha
milik Rudi atau kalangan penjudi sering memanggilnya dengan sebutan Rudi Raja Mas. Cukup
dengan menitipkan Rp 1 juta di pintu masuk sebagai deposit, pengunjung bisa terlibat dalam
kegiatan di dalam. Pernah menonton film God of Gamblers? Persis begitulah suasana di
dalamnya. Ada puluhan meja rolet, kasino, dan ratusan mesin mickey mouse. Puluhan pekerja,
dan ada juga puluhan penjaga berbadan tegap dengan rambut potongan cepak.

Kabarnya, dari tiga lokasi perjudian itu, Rudi bisa menyedot Rp 5 miliar dana segar per malam.
Hitung saja kalau di dikalikan 30 hari. Maka, tak kurang dari Rp 150 miliar per bulan. Hatta,
berjudi bukanlah hal yang sulit di Jakarta. Riwayatnnya memang sudah ada sejak zaman
Belanda. Setelah Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan izin judi pada pertengahan tahun 1967,
berlombalah orang membuka bisnis yang menurut ajaran agama tergolong haram jadah. Ketika
itu para penjudi alias junket sudah menghambur-hamburkan rupiah di beberapa lokasi perjudian.
Misalnya di Petak IX, Copacobana, Jakarta Theatre, dan Lofto Fair Hailal. Muncullah beberapa
pengusaha Indonesia keturunan Cina yang jadi primadona di bisnis ini. Sebut saja Yan Darmadi.
Semasa Gubernur Ali Sadikin, Yan berhasil meraup Rp 1,5 miliar. Selain memiliki saham di
empat lokasi perjudian tadi, Yan juga disebut-sebut membuka kasino di Surabaya pada tahun
1980. Konon, seperempat penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
Buaya itu berasal dari Yan Darmadi. Tapi, kondisi tersebut tak lama bertahan. Setahun kemudian
(1981), Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo mencabut kembali izin tersebut. Toh, jaringan mafia
judi di Jakarta bukannya terputus, melainkan malah meluas ke seluruh Indonesia dalam
konfigurasi Sembilan Naga. Jaringan ini mirip dengan Triad di Hong Kong dan Makau. Merekalah
yang menguasai dan mengatur lokasi perjudian. Mereka membentuk satuan pengamanan yang
mengikutsertakan jasa centeng amatir sampai jenderal profesional.

Kini ada sedikitnya 44 lokasi perjudian di Jakarta (lihat tabel). Mulai dari kelas kakap hingga
kelas teri. Dari yang terbuka, seperti toto gelap (togel), sampai yang tertutup (kasino dan rolet).
Semua itu bertebaran di setiap sudut Jakarta. Sementara kota-kota besar lainnya, seperti
Medan, Riau, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya dan Manado, juga tak kalah gesit.
Menurut mantan raja judi Anton Medan, tempat bermain judi terbesar di Jakarta kini ada di
Gedung ITC Mangga Dua, Jakarta Barat. Di situ, beberapa bandar besar seperti Tomy Winata,
Engsan, Yasmin, Chandra dan David berkolaborasi membangun usaha dan jaringan. Baik untuk
wilayah Jakarta maupun seluruh Indonesia. Termasuk pengaturan upeti bagi sejumlah oknum
pejabat tinggi TNI, Polri, Pemda DKI, ormas pemuda dan kemasyarakatan, serta wartawan. Dari
lokasi itu, para bandar bisa meraup Rp 10 miliar-Rp 15 miliar per malam. Setelah dipotong
modal pemilik saham, sisanya di bagikan ke seluruh jaringan pengamanan tadi. Ada yang per
sepuluh hari, per bulan, atau per minggu.

Untuk Jakarta, ada sejumlah nama dan kawasan perjudian potensial yang bisa disebut sebagai
jaringan Sembilan Naga tadi. Selain Tomy Winata, Engsan, Yasmin dan David, masih
ada Apow, pemilik rumah judi mickey mouse (MM) di Pancoran (Glodok), Jalan Boulevard
(Kelapa Gading), Kasturi di Mangga Besar, Ruko Blok A di Green Garden serta di Jalan
Kejayaan, Jakarta Barat. Nah, dari tiga lokasi itu, ia minimal meraup Rp 2 miliar setiap malam. Di
beberapa lokasi lain, Apow juga membangun jaringan usaha sejenis dengan Juhua dan Ali Oan
di Asemka, Jakarta Barat, serta di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.

Setingkat Apow, ada Rudi Raja Mas. Nah, taipan ini tergolong hoki. Lokasi kasino, rolet serta
MM-nya terletak di Stadium dan Pelangi di Kawasan Hayam Wuruk. Kabuki Hotel Prinsen Park
di Lokasari, Jakarta Barat, serta di Jalan Kunir, Jakarta Utara, termasuk yang di Pulau Ayer, juga
mulai membawa keuntungan besar baginya. Kabarnya, dari semua itu, ia bisa menarik Rp 10
miliar per malam. Rudi tak sendirian. Untuk usaha di Pulau Ayer misalnya, ia menggaet Haston,
Arief, Cocong, Edi P. dan Umar.

Sementara untuk lokasi di kompleks perjudian kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, Rudi bekerja
sama dengan Tomy Winata, Arief, dan Cocong. Dibandingkan dengan lokasi perjudian lain di
Jakarta, gedung berlantai dua di Jalan Kunir I ini relatif agak sulit ditembus, terutama bagi
mereka yang belum akrab dengan kaki tangan pemilik lokasi itu. Selain ditutup dengan pagar
seng, tempat usaha itu juga dikawal puluhan tukang pukul.

Nah, dari sejumlah lokasi perjudian yang ditelusuri FORUM, permainan kasino memang relatif
banyak diminati penjudi. Permainan ini menggunakan piringan berlubang-lubang kecil yang
dapat diputar dan dilengkapi dengan sebuah bola kecil. Setiap pemain memasang koin di meja
berangka 0-38, yang terbagi dalam tiga bagian berdasarkan kelipatan bayarannya. Bagi pemilik
koin yang angkanya sama dengan tempat bola, ialah sang pemenang. Selain jaringan Sembilan
Naga yang bermarkas di Jakarta tadi, di pentas judi nasional ada beberapa nama lainnya yang
juga termasuk dalam jaringan tersebut. Misalnya Wang Ang (Bandung), Pepen (Manado), Dedi
Handoko (Batam, Tanjung Pinang dan sekitarnya), Jhoni F. (Surabaya), Olo Panggabean
(Medan dan Aceh), dan Firman (Semarang). Mereka inilah yang menguasai jaringan mafia judi
di beberapa titik di Indonesia. Bahkan, kabarnya sudah masuk dalam jaringan mafia judi Hong
Kong dan Singapura, kata sumber FORUM di Markas Besar Polri.

Pasar Atom, Andika Plaza, dan Darmo Park merupakan daerah perjudian elite di Kota Surabaya.
Jenisnya kasino dan bola tangkas. Tapi, tak semua orang bisa masuk ke arena itu karena dijaga
ekstra ketat. Salah satunya dengan memakai sistem kartu anggota. Selain Jhoni F., kabarnya
YE alias W, yang dulu tak aktif, kini kambuh lagi. Malah, ia kembali menjalin hubungan dengan
Rudi Raja Mas dan Chandra di Jakarta. Rata-rata per bulannya, omzet yang masuk minimal
mencapai Rp 5 miliar.

Sementara di beberapa kota besar di Sumatra, seperti Medan, Pekanbaru, Palembang dan
Jambi, judi buntut sudah beroperasi selama puluhan tahun tanpa hambatan berarti dari aparat
keamanan. Di Medan, misalnya, bisnis yang paling terkenal adalah kupon togel Singapura serta
permainan judi KIM yang dikelola Olo Panggabean. Mereka mengedarkan kupon-kupon melalui
agen setiap Senin, Kamis, Sabtu dan Minggu. Dalam sekali putaran, Olo kabarnya menerima
bersih sekitar Rp 2 miliar. Operasi mereka berjalan lancar-lancar saja.

Kalau pun ada gertakan dari pemerintah, biasanya tak lama kemudian akan aman lagi. Pernah
sekali waktu, para bandar judi sempat kaget ketika pada Mei 2000, Preiden Abdurrahman
Wahidwaktu itu masih berkuasamenuding Tomy Winata sebagai dalang judi di atas kapal
pesiar. Namun belakangan tudingan itu ditarik melalui Jaksa Agung Marzuki Darusman. Pemilik
kapal itu, kata Marzuki, adalah Rudi Susanto. Ialah kabarnya yang menggelar perjudian di atas
kapal pesiar di lepas pantai teluk Jakarta yang menghebohkan itu.

Sumber FORUM menyebutkan, sekali berlabuh, usaha Rudi Susanto tadi bisa mencetak duit
sedikitnya Rp 500 miliar bersih. Sayangnya, banjir rupiah yang didapat para bandar judi seperti
Rudi Susanto dan kawan-kawannya, jarang sekali disimpan di Indonesia. Setelah itu, mereka
beli dolar dan langsung mentransfer ke salah satu bank asing di luar negeri, kata sumber
FORUM di Bursa Efek Jakarta. Maraknya praktek perjudian di Indonesia tentu tak terlepas dari
sebuah riwayat hitam bangsa ini. Apiang Jinggo alias Yan Darmadi adalah pemilik Peta Sembilan
dan Kopabana, dan boleh dibilang sebagai raja judi pertama (era Orde Lama). Apiang memang
sempat berkibar beberapa tahun, saat Ali Sadikin melegalkan judi di Jakarta. Namun, setelah
keluar kebijakan pemerintah yang melarang judi, bisnisnya kabarnya sempoyongan. Tapi, kondisi
itu tak berlangsung lama. Meski ada larangan, operasi bawah tanah tetap saja jalan. Nah,
generasi kedua, diwarisi Robert Siantar dan Abah.

Sedangkan Sie Hong Lie, Liem Engsan alias Hasan, Apyang alias Atang Latif, serta mendiang
Nyo Beng Seng alias Darmansyah, termasuk Anton Medan sendiri, adalah generasi ketiga.
Waktu itu saya menguasai tujuh lokasi di Jakarta. Sisanya di Batam, Jambi dan Medan, kata
Anton Medan.

Sedangkan Tomy Winata, Rudi Raja Mas, dan sederet nama lainnya tadi adalah pewaris
generasi keempat. Di luar nama-nama tadi, masih ada tokoh lain yang beroperasi sampai ke
mancanegara. Sebut saja Sie Hong Lie, ia memiliki usaha judi Lotere Phom Penh di Kamboja.
Juga peternakan, pacuan kuda, serta bukit timah di Singapura dan Penang, Malaysia. Selain itu,
ia memiliki dua kapal pesiar, Delfin Star dan Lido Star, yang bermarkas di Singapura. Ada lagi
nama Apyang, selain mengelola judi di Chrismast Island, Australia, bersama Robby
Sumampouw, ia juga membuka bank, properti, dan hotel di Jakarta. Sementara mendiang Nyo
Beng Seng punya jaringan judi di Genting Highland (Malaysia), Las Vegas (AS), Macau dan
Perth, Australia.
Usaha di Indonesia adalah perusahaan rekaman Irama Tara. Mengapa mereka bisa begitu aman
dan kuat? Menurut Anton Medan, semua itu tak terlepas dari jaringan pengamanan alias beking
yang dibangun. Biasanya, setiap pergantian pucuk pemimpin TNI, Polri atau Gubernur DKI, para
gembong itu kerap mencari jalan masuk sebagai partner. Maklum sajalah, sebagai pemimpin,
tentu mereka membutuhkan dana operasional yang tak sedikit. Nah, pundi yang paling aman
dan sulit terlacak adalah dari sektor 303 ini.

Uang yang mirip-mirip dana nonbudgeter bagi para pemimpin TNI, Polri, Pemda DKI, tokoh
ormas dan OKP, termasuk wartawan, itu justru ada di bandar 303 ini. Akses ke para petinggi itu
tidaklah sulit. Sebab, begitu ada sinyal mau dipromosikan sebagai salah satu petinggi, para
bandar itu langsung mengirimkan kurir sebagai salam perkenalan. Hubungan itu terus terjalin
secara alamiah pula. Makanya, mustahil kalau ada jenderal yang bilang tak pernah makan duit
judi, kata Anton. Upeti yang disalurkan juga tergolong tak sedikit. Untuk oknum perwira tinggi
TNI dan Polri misalnya, perbulan Rp 15 miliar. Sementara setingkat di bawahnya Rp 10 miliar.
Turun ke bawahnya lagi, Rp 5 miliar. Begitulah seterusnya. Itu belum termasuk permohonan
bantuan dalam bentuk barang seperti mobil dan komputer, ujar sumber di Mabes Polri. Begitu
juga dengan pejabat tinggi di Pemda DKI Jakarta.

Masih menurut Anton, upetinya bisa Rp 10 miliar per bulan. Sementara Ketua OKP dan ormas,
berkisar Rp 200-500 juta per bulan. Yang berat itu kan dari kalangan aparat. Mulai dari Polsek
dan Koramil hingga jenderal. Dana operasionalnya lumayan besar, kata salah seorang bandar
kepada FORUM. Makanya, unjuk rasa masyarakat antijudi tak pernah disambut selayaknya.
Maka jangan pernah mimpi, masalah judi tuntas.

sumber: kaskus

http://www.lintasdumay.com/2012/02/sembilan-naga-gengster-legendaris-asal.html?

Aguan Sugianto Kusuma

Nama Tommy Winata dan Aguan tidak dapat dipisahkan. Aguan adalah bos dari
Tommy Winata, kepala geng Sembilan Naga. Jaringan geng ini kuat karena
kedekatan mereka dengan pihak kepolisian RI. Nama Aguan punya mantera di
lingkungan kepolisian RI, apalagi jika ada project yang ada kaitannya dengan
polisi.
+++
Aguan Sugianto, aka Sugianto Kusuma , The Godfather Triad Indonesia

Aguan yang memakai nama Sugianto Kusuma ini dikenal sebagai dedengkot Naga
di Indonesia oleh berbagai kalangan. Bahkan media menggelarnya sebagai anggota
Mafia Naga Sembilan. Jurusnya tidak kalah lihai; mengendap, diam-diam, sering
di belakang layar tapi target sudah di kendalikan. Main area bos ini adalah: Money
Laundering.

Bos JIHD ini sekarang melindungi bau kotor tubuhnya dengan mantel dengan
kedok sebagai pengurus sebuah organisasi sosial agama tertentu. Sekilas orang
akan melihatnya sebagai paus si juru selamat.

Bagaimana operandi JIHD?? berikut sekilas;

JAKARTA (BURSA) Dalam enam bulan terakhir ini beberapa media di Jakarta
emberitakan mengenai masuknya Dragon Bank International ke Indonesia. Bank
yang berpusat di Vanuatu tersebut termasuk salah satu lembaga keuangan yang
mengelola uang haram setelah menerima pemutihan uang (money laundering)
dan salah satu pemiliknya adalah PT Yayasan Harapan Kita milik keluarga
Presiden Soeharto.

Bank tersebut dalam beberapa eksposenya mempunyai rencana ekspansi yang


spektakuler. Perusahaan tersebut kini sedang menyiapkan proyek telekomunikasi
senilai US$4 miliar (sekitar Rp 8,5 triliun) serta sebuah kawasan bisnis di daerah
Kota di Jakarta dengan investasi sedikitnya Rp 8,3 triliun.

Masuknya Dragon Bank serta rencana ekspansi bisnis di Indonesia sempat


mengundang pertanyaan beberapa kalangan. Misalnya, mengapa izin membuka
cabang bank tersebut melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bukan
melalui Departemen Keuangan.

Ketika pihak kepolisian serta lembaga terkait mencoba menyelidiki, mereka tidak
dapat berbuat apa-apa. Pihak Dragon Bank mengatakan bahwa mereka masuk ke
Indonesia tidak untuk menjalankan bisnis perbankan seperti biasa, tetapi
merupakan perusahaan investasi sehingga izinnya diperoleh dari BKPM.
Departemen Keuangan maupun Kepolisian memang tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena, mereka mengetahui bahwa Dragon Bank masuk ke Indonesia sebagai hasil
kerjasama dengan PT Harapan Insani, salah satu anak perusahaan Yayasan Harapan
Kita milik keluarga Soeharto.

Menteri Keuangan Marie Muhammad dan Gubernur Bank Indonesia Soedradjat


Djiwandono sejauh ini menolak untuk memberikan tanggapan atas kehadiran
Dragon Bank di Indonesia.

Tetapi sumber-sumber kalangan keuangan di Jakarta mengatakan bahwa


Soedradjat Djiwandono terpaksa mengabulkan permintaan pencabutan blokir
deposito salah seorang eksekutif Dragon Bank Yee Mei Mei oleh Standard
Chartered Bank Cabang Jakarta, setelah Yayasan Harapan Kita turun tangan
menyelesaikan kasus tersebut.

Pengelola PT Harapan Insani adalah Ibnu Widojo salah seorang adik almarhumah
Tien Soeharto. Sedangkan Presiden Dragon Bank adalah Wang Zhi Ying
warganegara Malaysia yang sekarang menghabiskan waktunya lebih banyak di
Jakarta dan berkantor di Lantai 24, Menara Mulia, Jl. Gatot Subroto, Jakarta.

Akhir Mei lalu, PT Harapan Insani dan Dragon Bank membangun resort di
Kepulauan Langkawi, Malaysia dengan investasi Rp 200 miliar. Acara
penandatangan kerjasama antara Mara Holding (Malaysia) dengan Dragon Bank
dan PT Harapan Insani itu disaksikan langsung oleh Menteri Keuangan Republik
Vanuatu Barak T. Sope dan, dari pihak Indonesia, Ketua Umum Kosgoro Bambang
Soeharto dan Ketua Generasi Muda Kosgoro Maulana Isman.

Para pejabat tinggi Vanuatu, kelihatannya sangat berkepentingan untuk menjaga


keberadaan Dragon Bank di luar negeri, khususnya di Indonesia. Ini kelihatan
ketika mereka berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu, menyempatkan hadir
di kantor cabang Dragon Bank di Menara Mulia.

Sebuah sumber resmi yang enggan disebutkan identitasnya, mengatakan


keberadaan Dragon Bank di Indonesia bukan hanya dalam rangka kerjasama
dengan PT Harapan Insani. Sebagian besar saham bank tersebut dimiliki oleh
Yayasan Harapan Kita, katanya.

Boleh jadi apa yang dikatakan sumber tadi benar. Sebab jaringan bisnis keluarga
Soeharto, khususnya yang berada di bawah pengawasan Yayasan Harapan Kita
belum banyak yang mengetahuinya, selain Rumah Sakit Harapan Kita..
Selain proyek telekomunikasi dan properti yang sedang disiapkan, Dragon Bank
dan PT Harapan Insani dalam waktu dekat akan melebarkan bisnis keuangan
dengan mendirikan lembaga sekuritas. Keluarga Soeharto memang sedang
mengincar bisnis di pasar modal karena prospeknya sangat baik, sumber tersebut
menambahkan.

Dragon Bank International sendiri sudah beberapa tahun ini sedang diamati antara
lain oleh Interpol Hongkong karena praktek pemutihan uang yang dilakukannya.
Bahkan, beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Jerman dan Perancis
memasukkan Dragon Bank dalam daftar hitam.

Money laundering adalah upaya legalisasi uang yang biasanya berasal dari bisnis
narkotika, mafia atau korupsi. Indonesia termasuk negara yang mengizinkan
masuknya dana dari pemutihan uang karena menganut rezim devisa bebas.

Isu pemutihan uang muncul ke permukaan pada 1991 ketika PT Jakarta


International Hotel & Development (JIHD) membangun Sudirman Central
Business District seluas 45 ha dengan investasi sekitar Rp 7,5 triliun. Perusahaan
yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pengusaha Tomi Winata dan Sugianto
Kusuma itu mengatakan bahwa untuk membangun proyek itu mereka tidak
membutuhkan pinjaman bank karena memiliki ekuiti (modal sendiri) yang sangat
besar.

Menurut pengakuan Tomi Winata ketika terungkap kasus share swap PT JIHD
terhadap PT Danayasa Arthatama, dia mendapat dukungan dari Taiwan, Hongkong
dan Jepang. Dia menyebut antara lain keberadaan Triad dan Yakuza dalam
ekspansi Artha Graha Group di Indonesia.

Pihak militer di Indonesia, khususnya Angkatan Darat sebenarnya mengetahui dan


memberikan legalitas atas praktek bisnis Tomi Winata. Ini terlihat dengan
masuknya Yayasan Kartika Eka Paksi dalam beberapa proyek dan bisnis Tomi,
seperti SCBD dan Bank Artha Graha.

++++++++++

SUGIANTO KUSUMA
Kini Hidupnya Dihabiskan untuk Orang Miskin
Banjir di Jakarta telah membuatnya berfikir untuk dapat mengatasi dan membantu
warga.
RABU, 28 JANUARI 2009, 16:12 WIB Amril Amarullah
Sugianto Kusuma (Aguan) saat memberikan bantuan (dokumentasi pribadi)
BERITA TERKAIT
Menanti Uluran Tangan Anda
Departemen Energi Bentuk Posko Peduli Banjir
Rumah Bersalin Gratis Warga Miskin
Bayi Ini Butuh Bantuan Anda
PMI Distribusikan Makanan ke 5.000 Pengungsi
VIVAnews Bertambah usia bukan halangan baginya agar dapat berbuat sesuatu
untuk orang lain. Rendah hati dan membantu sesama itulah, yang kini dijalankan
Sugianto Kusuma seorang pengusaha sukses sekaligus relawan di Yayasan Budha
Tzu Chi Indonesia.
Sebagai pengusaha, tentu sehari-harinya Sugianto banyak menghabiskan waktu
dikantor mengurus perusahaan. Tetapi sejak bergabung di Yayasan Tzu Chi, hampir
seluruh waktu dan hidupnya banyak dihabiskan bersama-sama para relawan dalam
menjalankan misi kemanusiaan.
Yayasan Budah Tzu Chi kini menjadi tempat Sugianto mencurahkan segala yang
dimilikinya, harta, jiwa dan raganya hanya untuk berbuat baik kepada orang lain
yang memang membutuhkan pertolongan.
Bagi pria kelahiran Palembang ini, akitif dikegiatan sosial jauh lebih terpuaskan
batinnya. Menurutnya, tidak semua orang siap dengan konsekuensi ketika harus
turun langsung untuk memberikan sedikit kemampuannya membantu orang lain.

Saat ditemui di kantor Yayasan Budha Tzu Chi, Gedung ITC Mangga Dua, terlihat
Sugianto masih sibuk menerima tamu-tamunya. Bahkan belum usai menjamu
tamunya, dia beranjak menemui tim sesama VIVAnews dan langsung
mempersilahkan masuk keruang rapat.
Dengan ramah Sugianto mempersilahkan tamunya duduk sambil mencicipi kue
dan secangkir teh hangat, diapun mulai bercerita. Sugianto merupakan satu dari
ribuan relawan Tzu Chi yang juga sebagai pengusaha properti cukup terkenal di
Indonesia.

Aktivitasnya di dunia sosial sejak tahun 2002, telah banyak membawa kebaikan
pada dirinya dan terutama pada orang lain dalam hal pemberian bantuan sesama
manusia.

Baginya aktif sebagai relawan jauh lebih menyenangkan, ketimbang harus selalu
dipusingkan dengan urusan bisnis. Bahkan saat ditanya mana yang lebih enak
mengurus perusahaan atau yayasan dengan spontan dia mengatakan menjadi
relawan jauh lebih bernilai dan menyenangkan.
Disini saya tidak pusing memikirikan perusahaan, disini juga saya jauh lebih
tenang, sebab melalui kegiatan ini dapat berbuat banyak untuk mensucikan hati
manusia, ujarnya singkat.

Dia teringat bagaimana awalnya tertarik menjadi relawan di Yayasan Budha Tzu
Chi. Saat itu tahun 2002, dimana Jakarta tengah mengalami bencana besar. Hampir
seluruh wilayah Jakarta terendam banjir. Tidak hanya kerugian materi bahkan yang
lain-lainnya pun dirasakan oleh masyarakat Jakarta.

Bagaimana banjir membuat warga Jakarta menjadi susah, rumah, sekolah, rumah
sakit rusak, dan segala fasilitas masyarakat lannya ikut rusak. Tidak hanya materi,
banjir juga menelan korban jiwa, beberapa orang dikabarkan kehilangan anggota
keluarga akibat terbawa arus banjir itu.

Jelas musibah tersebut sudah mengorbankan banyak hal. Kalau sudah demikian,
tentunya banyak yang membutuhkan pertolongan dari mereka-mereka yang
beruntung terhindar dari musibah tersebut. Dari sanalah dia berfikir bagaimana
caranya dapat membantu meringkan beban penderitaan yang dialami warga Jakarta
pada saat itu.

Sebelum terjun, Sugianto yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua yayasan
Budha Tzu Chi mencoba menemui Master Cheng Yen pendiri Tzu Chi di Taiwan.
Dia meminta nasehat bagaimana memperbaiki kondisi Jakarta yang sudah luluh
lantah akibat banjir.
Master Cheng Yen memberikan petunjuk untuk merapihkan kondisi Jakarta
pascbanjir melalui konsep 5P yakni pemompaan, pembersihan, penyemprotan,
pengobatan dan perumahan.

Master Cheng Yen bilang kalau pinggiran kali masih seperti ini, banjir masih akan
terus terjadi. Karena itu langkah awal adalah merapihkan daerah pinggir kali,
melalu pembangunan rumah-rumah di bantaran kali. Dari situ muncul ide dari
Sugianto untuk membangun rumah susun, saat itu pertama kali di Cengkareng
sebanyak 1100 unit.

Masyarakat gratis menempati rumah tanpa dipungut biaya, mereka hanya diminta
untuk membayar uang kebersihan sebesar Rp 90.000, setelah itu warga hanya
tinggal merawat dan memelihara saja, dan tentunya tidak boleh dijual.
Selesai pembangunan di Cengkareng, Tzu Chi kembali melakukan pembangunan
tahap dua di perkampungan nelayan Angke pada tahun 2006 sebanyak 600 rumah.
dengan menelan biaya yang tidak sedikit sekitar Rp 80 miliar.
Tidak hanya itu, bantuan lain seperti kesehatan, operasi katarak, pemberian beras
50 ribu ton untuk 2,4 juta kepala keluarga seluruh Indonesia pada tahun 2004.
Mereka pun membangun sekolah-sekolah dengan biaya murah, rumah sakit dengan
biaya murah yang berada di bawah naungan Budha Tzu Chi.

Pascabencana tsunami Aceh banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, Tzu
Chi pun bergegas untuk mendirikan rumah di wilayah tersebut diantaranya, di
Melaboh, Aceh Besar, dan Banda Aceh.

Melalui filosofinya, bahwa membantu secara langsung akan jauh lebih baik,
ketimbang melalui perantara. Itulah yang kini kerap dilakukan Sugianto ditengah-
tengah kesibukannya sebagai pengusaha.
Tidak hanya saya, semua relawan terjun langsung saat memberikan bantuan,
tanpa melalui perantara. Bahkan para relawan rela memanggul beras yang akan
diserahkan ke warga, dan saat mereka mengucapkan terimakasih itulah, maka
pahalanya akan kita rasakan langsung, ujar Sugianto tersenyum.

Tzu Chi di tengah-tengah masyarakat


Dunia Tzu Chi Master Cheng Yen hadir ditengah-tengah hiruk pikuk sulitnya
perekonomian masyarakat miskin baik di dunia maupun Indonesia. Dengan
berpegang teguh pada semangat kebersamaan dalam sepenanggungan dan
sependeritaan dari Sang Buddha, Tzu
Chi menjalankan bakti sosialnya selama 38 tahun.

Tzu Chi bagaikan samudera luas yang mampu menampung seluruh aliran anak
sungai, semua orang dengan usia, pengetahuan,
profesi, dan latar-belakang yang berbeda dapat membuktikan kekuatan dari
(Sirkulasi Kebajikan ), dapat ikut bergabung ke dalam
barisan (Penyumbangan Kasih Sayang ), dan merasakan kepuasan dari
implementasi sikap ( Melakukan dengan ikhlas dan Menerima dengan Suka-cita).

Semua insan Tzu Chi selalu dengan senang hati dan tanpa menyesal, berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan pemberian bantuan kemiskinan dan darurat, perlindungan
kesehatan, memperkokoh dasar pendidikan dan kegiatan sosial budaya.

Kini Budha Tzu Chi menjadi corong bagi yayasan-yayasan kemanusiaan lainnya,
dan saat ini tzu Chi memiliki lebih dari 4000 orang relawan dan memiliki kantor
10 cabang seluruh Indonesia. Sementara di dunia, khusus di Amerika Serikat saja
hampir disetiap kotanya ada kantor cabang Tzu Chi.
VIVAnews
+++++++

Kasus Reklamasi Teluk Jakarta, KPK Bidik Swasta


SENIN, 04 APRIL 2016 | 23:17 WIB

Sugianto Kusuma (Aguan), pebisnis properti dengan bendera


group Agung Sedayu dan Artha Graha. dok. TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta Komisi Pemberantasan Korupsi menegaskan memang


membidik perusahaan swasta yang terlibat dalam pembangunan proyek reklamasi
teluk Jakarta. Semua yang berkaitan akan diusut, termasuk pihak swasta, kata
Pelaksana Harian Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi Yuyuk Andriati
Iskak di kantornya, Senin, 4 April 2016.

Saat ini ada dua nama yang masuk dalam daftar cekal Komisi Antikorupsi. Mereka
adalah Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja dan pemilik
PT Agung Sedayu Sugianto Kusuma alias Aguan. Ariesman sudah menyerahkan
diri, jadi tinggal satu, belum ada yang lain, ucap Yuyuk.

Yuyuk mengatakan, pencekalan Aguan disebabkan karena perusahaannya terlibat


dalam proyek reklamasi. Mengenai dugaan suap yang dilakukan Aguan, Yuyuk
mengatakan penyidik lembaga antirasuah sedang mendalami hal tersebut.

Kami masih fokus pada tersangka yang terjerat OTT, nanti kami akan mulai
melihat yang lain, ujar Yuyuk. Dalam pekan ini, kata dia, penyidik akan mulai
memeriksa tersangka dan saksi-saksi.

Komisi Antirasuah mengungkap kasus penyuapan untuk memuluskan izin


reklamasi yang sedang dibahas dalam Raperda DKI Jakarta. Dalam operasi
tangkap tangan yang dilakukan KPK Kamis, 31 Maret 2016, penyidik menangkap
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohammad Sanusi.

Hasil operasi itu, KPK menetapkan tiga tersangka. Mereka adalah Sanusi,
karyawan PT Agung Podomoro Land Trinanda Prihantoro, dan Presiden Direktur
PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja.
MAYA AYU PUSPITASARI

Kemenkumham Siap Tambah Masa Cekal Aguan


SENIN, 04 APRIL 2016 | 15:01 WIB

TEMPO.CO, Jakarta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H.


Laoly mengatakan adanya pencekalan Sugianto Kusuma alias Aguan merupakan
hasil koordinasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Direktorat Jenderal
Imigrasi. Aguan sudah dicekal untuk tidak bepergian ke luar negeri sejak 1 April
2016, katanya di gedung Kemenkumham, Jakarta, Senin, 4 April 2016.

Sejak ditetapkan masa pencekalan pada 1 April 2016, Yasonna menuturkan sejauh
ini belum ada laporan jika Aguan berada di luar negeri. Berdasarkan data yang
ada, belum ada perlintasan yang dilakukan, berarti dia belum ke luar, ujarnya.

Yasonna menuturkan Aguan dicekal untuk tidak bepergian ke luar negeri selama
enam bulan ke depan guna penyelidikan yang diperlukan KPK. Yasonna mengaku
siap untuk menambahkan masa pencekalan bagi Aguan jika itu memang
diperlukan. Kalau minta ditambah lagi oleh KPK, kami akan tambahkan,
ucapnya.

Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan status cegah pada 1


April 2016 untuk Sugianto Kusuma alias Aguan Sugianto, bos Grup Agung
Sedayu.

Pencegahan tersebut terkait dengan perkara yang bermula dari operasi tangkap
tangan terhadap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta asal Partai
Gerindra, Mohamad Sanusi, pada Kamis, 31 Maret 2016.

ABDUL AZIS

+++++++

TERKUAK: Aguan Diduga Dalang Suap Reklamasi, Ini


Buktinya
KAMIS, 14 APRIL 2016 | 11:53 WIB

Sugianto Kusuma alias Aguan. ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta Sugianto Kusuma alias Aguan, bos raksasa properti


Agung Sedayu Group, bertemu pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
membahas rancangan aturan pulau reklamasi pada awal Desember 2015. Ia
memanggil Ketua DPRD Prasetyo Edi Marsudi, Wakil Ketua Mohamad Taufik,
anggota Badan Legislasi Ongen Sangaji, dan Ketua Panitia Khusus Reklamasi
Selamat Nurdin.
Perantara pertemuan adalah Mohamad Sanusi, politikus Partai Gerindra yang
menjadi tersangka suap Rp 2 miliar. Aguan punya lima pulau reklamasi di Teluk
Jakarta yang sudah dibangun tanpa izin. Di teras belakang rumahnya di Jalan
Boulevard Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara, dekat pusat Buddha Tzu Chi yang
didirikannya, mereka membahas kemungkinan menurunkan kontribusi tambahan
dari 15 menjadi 5 persen.

BACA: SUAP REKLAMASI: Kapan Aguan Diperiksa? Inilah Jawaban KPK

Aguan keberatan karena 15 persen setara Rp 11,8 triliun. Ongen Sangaji


membenarkan pertemuan tersebut. Pertemuan itu ada, saya sudah jelaskan ke
KPK, kata dia di Jakarta, Rabu, 13 April 2016. Penyidik Komisi Pemberantasan
Korupsi menduga pertemuan ini sebagai perencanaan suap reklamasi.
Karena itu KPK memeriksa Aguan kemarin. Ada beberapa hal yang kami
klarifikasi, terutama peran yang bersangkutan, kata Wakil Ketua KPK Saut
Situmorang. Seusai diperiksa sembilan jam, pengusaha kelahiran Palembang
berusia 65 tahun itu tak menjawab pertanyaan wartawan.

BACA: Blakblakan Ahok Soal Aguan: Sebulan Sekali Ketemu, Makan


Pempek

Setelah pertemuan di rumah Aguan, Sanusi menghubungi staf khusus Gubernur


Basuki Tjahaja Purnama, Sunny Tanuwidjaja. Lewat Sunny, Sanusi meminta
Ahoksapaan Basuki menurunkan angka kontribusi itu. Saya sampaikan usulan-
usulan dalam Raperda kepada Pak Gubernur, tak ada janji atau uang, kata Sunny
setelah diperiksa KPK, Rabu, 13 April 2016.
Di DPRD mobilisasi agar para anggota setuju penurunan digalang empat pimpinan
ini, terutama kepada mereka yang menolak proyek reklamasi. Fajar Sidik, politikus
Gerindra, mengaku ditawari Rp 100 juta. Itu uang muka, ada tambahan jika
setuju, katanya. Inggard Joshua dari Partai Hanura mendengar kolega-koleganya
diguyur Rp 5 miliar pada akhir Desember.

BACA: TERUNGKAP: Begini Percakapan Sunny Tanuwidjaja dan Aguan

Pembahasan Raperda itu alot selama Januari hingga Maret 2016. Gubernur Ahok
bertahan di angka 15 persen. Tapi dalam draf terakhir, nilai kontribusi sudah hilang
dan akan diatur dalam peraturan gubernur.
Hingga Sanusi ditangkap, KPK mendeteksi tiga kali distribusi suap kepada anggota
DPRD, melalui pimpinan Dewan. Selamat Nurdin tak menyangkal atau
membenarkan pernyataan Ongen. Ia menunjuk Prasetyo yang bisa menjelaskan.
Dia bosnya, dia juga bekerja di sana, kata politikus Partai Keadilan Sejahtera ini.

BACA: TERJAWAB: Ini Kaitan Sunny dengan Aguan di Skandal Reklamasi

Prasetyo menolak mengkonfirmasi. Ia tak menjawab pertanyaan seusai memimpin


rapat paripurna kemarin. Taufik juga menghilang dan jarang terlihat di kantornya
sejak adiknya itu ditangkap KPK. Dua hari sebelumnya, Prasetyo menjelaskan ia
ditanya KPK seputar penangkapan Sanusi dan penurunan kontribusi tambahan
pengembang reklamasi.
ERWAN HERMAWAN | MAWARDAH HANIFIYANI | REZA ADITYA |
GHOIDA RAHMAH

+++++

Aguan Diperiksa KPK, ke Luar Dilindungi Orang di Kiri-


Kanan
SELASA, 17 MEI 2016 | 17:37 WIB

Chairman Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma alias Aguan


(tengah), meninggalkan Gedung KPK usai menjalani pemeriksaan
di Jakarta, 19 April 2016. Aguan mendapat pengawalan ketat dari
sejumlah pengawal pribadi saat keluar dari dalam Gedung KPK
menuju mobilnya. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta Komisi Pemberantasan Korupsi kembali memeriksa bos


PT Agung Sedayu Group, Sugiyanto Kusuma alias Aguan, selama 7,5 jam. Aguan
datang pukul 08.29 dan baru keluar dari gedung KPK pukul 16.01 WIB.

Aguan ke luar bersama pengacaranya Kresna Wasedanto. Aguan hanya tersenyum


dan tak berkomentar. Dilindungi dua orang di kanan dan kirinya, Aguan segera
memasuki mobil Vellfire putihnya dan segera pergi meninggalkan gedung KPK.

Hari ini, Aguan diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan suap Rancangan
Peraturan Daerah (Raperda) Reklamasi di Teluk Jakarta. Sebagai saksi untuk
melanjutkan pemeriksaan sebelumnya, ujar Pelaksana Harian Kepala Biro Humas
KPK Yuyuk Andriati.

Pemeriksaan ini merupakan yang ketiga kalinya bagi Aguan. Sebelumnya, dia telah
diperiksa terkait dengan kasus yang sama pada 11 dan 19 April 2016. Pada
pemeriksaan pertama, penyidik meminta Aguan memberi kesaksian untuk salah
satu tersangka suap reklamasi, yaitu Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah DKI Jakarta Mohamad Sanusi.

Sedangkan, yang kedua, Aguan diperiksa untuk mengkonfirmasi beberapa


pertemuan yang diduga dilakukan bersama beberapa anggota DPRD DKI Jakarta.

Kemarin, sejumlah pejabat DPRD dan swasta sudah diperiksa guna mendalami
kasus suap reklamasi ini. Mereka dimintai keterangan seputar rancangan peraturan
daerah soal izin reklamasi.

ARIEF HIDAYAT

Anda mungkin juga menyukai